Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                

Hubungan Guru Dan Murid

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 19

HUBUNGAN GURU DAN MURID

TUGAS KELOMPOK

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Manajemen Peserta
Didik Pada Semester V (Lima)

Dosen Pengampu : Ulil Azmi., S.Pd. I., M.Pd. I.

Disusun Oleh :

Kelompok 11 (Sebelas)

Sarah Amelia (1211030281)

Irpan Aprialdi (1211030266)

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM (MPI)

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM SYAMSUL ‘ULUM

GUNUNG PUYUH SUKABUMI

1444H/2023
KATA PENGANTAR

Bissmillahirrahmanirrahim

Alhamdulillah Kami panjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT,


yang telah memberikan Taufik dan Hidayah-Nya. Sholawat beserta salam semoga
senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad SAW yang telah membawa
risalahnya kepada ummatnya ke jalan yang benar.

Berkat Nikmat Allah SWT maka segala macam halangan dan hambatan
dapat teratasi sehingga, kami dapat menyelesaikan tugas yang berbentuk Makalah
pada Mata Kuliah Filsafat Pendidikan Islam, yang berjudul “HUBUNGAN
GURU DAN MURID”.

Pada kesempatan yang baik ini, kami ingin Mengucapkan Terimakasih


kepada Bapak Ulil Azmi., S.Pd. I., M.Pd. I. sebagai Dosen Pengampu Mata
Kuliah “MANAJEMEN PESERTA DIDIK” yang telah memberikan ilmu dan
pengalaman berharga, juga bantuan pemikiran dari rekan mahasiswa sehingga
makalah ini dapat diselesaikan tepat waktu.

Kendati penyusun telah berusaha semaksimal mungkin untuk menyusun


makalah ini, kami tetap menyadari bahwa manusia tidak terlepas dari kesalahan
dan kekurangan dalam penyusunan makalah ini, yang menyebabkan makalah
yang kami susun ini jauh dari kata sempurna.

Semoga Allah swt senantiasa memberikan Rahmat dan Hidayah-Nya


kepada kami agar kedepan nya dapat menyusun makalah dengan lebih baik lagi.

Sukabumi, 19 Oktober 2023

ii
Penyusun

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................i

DAFTAR ISI..........................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1

A. Latar Belakang..............................................................................................1

B. Rumusan Masalah.........................................................................................2

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan......................................................................2

BAB II PEMBAHASAN........................................................................................3

A. Sosialisasi Siswa Dengan Guru.....................................................................3

B. Persepsi Siswa Tentang Kepribadian Guru...................................................9

C. Karakteristik (Ciri Khas) Kepribadian Guru...............................................12

BAB III PENUTUP..............................................................................................15

Kesimpulan.........................................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................16

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Hubungan guru dan siswa mencakup dimensi multidimensional
yang memengaruhi dinamika kelas dan pembelajaran. Secara psikologis,
hubungan ini memiliki dampak besar terhadap perkembangan sosial dan
emosional siswa. Penelitian menunjukkan bahwa ikatan yang positif antara
guru dan siswa tidak hanya meningkatkan motivasi belajar, tetapi juga
membentuk persepsi positif terhadap sekolah dan pendidikan.

Aspek pedagogis juga memegang peran penting, di mana


pemahaman mendalam tentang gaya belajar individual, kebutuhan khusus,
dan tingkat kemampuan siswa menjadi kunci keberhasilan pengajaran.
Guru yang mampu mengenali keberagaman ini dapat menciptakan
lingkungan belajar yang inklusif dan mendukung perkembangan penuh
potensi setiap siswa.

Dalam era digital, teknologi juga memberikan pengaruh signifikan.


Penggunaan platform daring dan alat bantu pembelajaran dapat
memperkaya pengalaman belajar, namun juga menimbulkan pertanyaan
terkait keamanan digital, kesenjangan akses, dan dampak jangka panjang
terhadap interaksi sosial.

Melalui pemahaman mendalam terhadap latar belakang ini,


penelitian lebih lanjut dapat fokus pada pengembangan model pengajaran
yang responsif, pelatihan guru yang holistik, serta penerapan teknologi
yang berkelanjutan untuk mencapai pembelajaran yang efektif dan inklusif

1
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Sosialisasi Siswa Dengan Guru?
2. Bagimana Persepsi Siswa Tentang Kepribadian Guru ?
3. Seperti Apa Karakteristik (Ciri Khas) Kepribadian Guru?

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan


1. Mengetahui Sosialisasi Siswa Dengan Guru
2. Mengetahui Persepsi Siswa Tentang Kepribadian Guru
3. Memiliki Pengetahuan Tentang Karakteristik (Ciri Khas) Kepribadian
Guru

2
BAB I

PEMBAHASAN

A. Sosialisasi Siswa Dengan Guru


1. Pengertian Sosialisasi Siswa dengan Guru

Menurut pandangan Kimball young sebagaimana dikutip oleh Drs.


Ary H. Gunawan, bahwa yang dimaksud dengan Sosialisasi adalah
hubungan interaktif y ang dengannya seseorang mempelajari keperluan-
keperluan sosial dan kultural, yang menjadikan seseorang sebagai anggota
masyarakat. 1

Secara sosiologis, sosialisasi berarti belajar untuk menyesuaikan diri


dengan mores, folkways, tradisi dan kecakapan- kecakapan kelompok.
Sedangkan secara psikologis, sosialisasi berarti mengcakup kebiasaan-
kebiasaan, peranggai-peranggai, ide-ide, sikap, dan nilai.

Sosialisasi siswa dapat hidup dengan baik dalam sekolah sesuai


dengan harapan–harapannya di sekolah. Pada tahap proses pembelajaran
dimulai dari kehidupan keluarga sebagai agen sosialisasi yang pertama,
setelah itu disekolah. Di sekolah siswa dituntut dapat bersosialisasi dengan
lingkungan sekolah terutama dengan guru.

Untuk itu kemampuan bersosialisasi dengan guru sangat diperlukan.


Melalui proses pembelajaran inilah siswa akan mampu memahami diri dan
lingkungan di sekolah, serta system kehidupan di sekolah baik norma, nilai
tradisi dan adat istiadat dalam bergaul di sekolah. Dengan proses sosialisasi,
siswa akan mengetahui bagaimana harus bertingkah laku di lingkungan
sekolah baik dengan guru maupun dengan siswa lain.

Jadi Sosialisasi siswa dengan guru adalah proses komunikasi dan


proses interaksi atau cara bergaul efektif yang dilakukan oleh siswa dengan
guru sehingga menciptakan tujuan atau keperluan-keperluan yang
diinginkan dalam dunia pendidikan.
1
Ary H. Gunawan, Sosiologi Pendidikan, hlm. 33

3
Dan sosialisasi siswa merupakan salah satu faktor pembangkit
motivasi pada diri siswa, karna dengan sosialisasi, siswa menjadi mampu
berhubungan baik dengan guru sehingga mewujudkan keakraban keduanya
dan pada akan akhirnya mencapai sebuah keberhasilan dalam belajar.

2. Macam-macam interaksi social


 Dilihat dari sudut subjeknya, ada tiga macam interaksi sosial, yaitu:
a) Interaksi antar orang perorangan
b) Interaksi antar orang dengan kelompoknya dan sebaliknya
c) Interaksi antar kelompok.

Dalam hal ini sosialisasi siswa dengan guru masuk kedalam interaksi
orang perorangan. Dalam situasi Pendidikan atau pengajaran terjalin
interaksi antar siswa dengan guru. Interaksi ini sesungguhnya
merupakan interaksi antar dua kepribadian, yaitu kepribadian guru
sebagai orang dewasa dan kepribadian siswa sebagai anak yang
belum dewasa dan sedang berkembang mencari kedewasaan.

 Dilihat dari segi caranya, ada dua macam interaksi social diantaranya
yaitu:
a) Interaksi langsung yaitu interaksi fisik, seperti berkelahi,
berhubungan dan sebagainya.
b) Interaksi simbolik yaitu interaksi dengan mempergunakan bahasa
lisan atau tulisan dan simbol lain atau isyarat.

Dilihat dari segi caranya maka interaksi sosial antara siswa dengan
guru tergolong pada interaksi simbolik, yakni interaksi yang
mempergunakan bahasa lisan atau tulisan dan simbol lain atau
isyarat.

 Menurut bentuknya, Selo Sumardjan membagi interaksi menjdi


empat yaitu:
a) Kerjasama
b) Persaingan
c) Pertikaian

4
d) Akomodasi (bentuk penyelesaian dari pertikaian).2

Mengenai bentuk interaksinya, maka sosialisasi siswa dengan


guru diantara istilah kerjasama, persaingan, pertikaian dan akomodasi
yang lebih tepat untuk menggolongkan interaksi siswa dengan guru
adalah kerjasama, karna pada suatu lembaga pendidikan, proses
pembelajaran saling melibatkan antara dua individu yakni siswa dengan
guru yang bersifat positif.

3. Sosialisasi yang Baik antara Siswa dengan Guru


Pada bagian ini penulis akan mengemukakan beberapa hal yang
berkaitan dengan keakraban siswa dengan guru, baik di sekolah maupun
diluar sekolah diantaranya sebagai berikut:
Sebagaimana dikutip oleh Suharsimi Arikunto, Menurut Thomas
Gordon berpendapat bahwa, hubungan yang baik antara guru dengan
siswa atau sebaliknya adalah:
a. Baik guru maupun siswa memiliki rasa saling menjaga, saling
membutuhkan dan saling berguna bagi pihak lain.

Tujuan siswa bersekolah atau belajar adalah mencari ilmu


pengetahuan, untuk menghilangkan kebodohan dan mencapai cita-cita
yang diinginkan agar supaya hari esok dapat berguna bagi Nusa Bangsa,
dan tujuan seorang guru adalah mencerdaskan siswa untuk mencapai
cita-cita yang diinginkannya itu, dengan adanya tujuan seperti ini maka
antara siswa dan guru haruslah mampu berfikir bahwa mereka adalah
dua individu yang saling membutuhkan dan berguna bagi pihak lain.

b. Baik guru atau siswa memiliki keterbukaan.

Dalam hubungan antara siswa dengan guru disuatu ruang lingkup


pendidikan hendaknya mereka untuk bersikap terbuka sehingga masing-
masing pihak bebas bertindak tentunya dalam batasan-batasan tertentu
dan saling menjaga kejujuran dengan adanya keterbukaan semacam ini
maka siswa akan merasa bersahabat dengan gurunya.
2
Ary H. Gunawan, Sosiologi Pendidikan, hlm. 32.

5
c. Baik guru maupun siswa diwarnai oleh rasa tergantung satu sama
lain.

Dalam suatu lembaga pendidikan sosialisasi antara siswa dengan


guru haruslah terjalin dengan sebuah hubungan yang harmonis, karna
antara siswa dan guru memiliki ketergantungan antara yang satu dengan
yang lainnya.

d. Baik guru maupun siswa menghargai perbedaan, sehingga

berkembang keunikannya, dan individualisasinya. Setiap


individu berbeda dalam hal kepribadian dan sikap sosialnya inilah yang
menjadi keunikan dari masing- masing individu, bagi siswa dan guru
hendaknya mampu menghargai perbedaan karakter masing-masing baik
saat didalam kelas atau diluar kelas. Dengan adanya hal demikiannmaka
hubungan siswa dan guru tidak saling mengalami konflik karna ketidak
sesuaian.

e. Baik guru maupun siswa merasa saling membutuhkan dalam


pemenuhan kebutuhannya.3

Seorang siswa hendaknya mampu meningkatkan sosialisasinya


dengan guru karna dengan begitu siswa akan mampu berinteraksi kepada
guru dengan baik, apalalagi dalamnhal belajar siswa sangat
membutuhkan peranan guru untuk membimbingnya. Sebaliknya guru
juga membutuhkan dukungan dari siswa untuk mengembangkan
kompetensinya sebagai seseorang yang berprofesi. Sardiman A.M.
berpendapat dalam bukunya yang berjudul “interaksi dan motivasi
belajar mengajar” berpendapat bahwa, guru dapat melakukan cara-cara
yang diantaranya adalah:

 Berdiskusi dengan siswa adalah suatu bentuk keakraban guru


dengan siswa, yang perlu ditumbuh kembangakan dalam proses
belajar mengajar. guru hendaknya juga menggunakan metode
3
Suharsimi Arikunto, Manajemen Pengajaran secara Manusiawi, (Jakarta: PT. Rineka
Cipta, 1993) hlm. 40.

6
diskusi ini, dan tentu harus sesuai situasi, kondisi siswa dan
tingkat kemampuan siswa.

Di dalam pendidikan Agama Islam untuk diskusi dapat


dimanfaatkan menanamkan sikap dan rasa ukhuwah Islamiyah.
Di samping untuk mengembangkan sikap tenggang rasa untuk
keberanian mengemukakan pendapat masing-masing sesuai
ajaran agama. Seperti mujadalah cara yang paling baik, juga
menghilangkan saling benci membenci, mendedam dan saling
merendah, melainkan harus membina persaudaraan.4

 Memberikan Kesempatan Mencoba dan Bertanya.


Untuk dapat merealisasikan hubungan baik antara guru dan
siswa adalah, hendaknya guru dalam mengajar juga
memberikan kesempatan pada siswa untuk mencoba, misalnya
menyuruh membaca Al-Qur’an yang ada hubungannya dengan
pendidikan dan juga memberikan kesempatan kepada siswa
untuk bertanya.

Sikap guru yang otoriter dalam mengajar akan kurang mendapat


hasil yang baik, bahkan siswa akan merasa dirinya dikucilkan, karena
sikap otoriter biasanya guru bersikap tertutup, guru yang aktif sedang
siswa pasif.
Selanjutnya Sardiman A.M mengatakan: untuk mengatasi hal
tersebut perlu dikembangkan sikap demokratis dan terbuka dari guru.
Perlu adanya keaktipan dari pihak siswa, guru harus bersikap sopan
saling homat menghormati, guru dan siswa yang lebih profesional,
masing-masing pihak bila perlu mengetahui latar belakang baik guru
maupun siswa”.5

4
Departemen RI, Alqur’an dan Terjemahannya, (Bandung: PT. Diponegoro, 2005), hlm.
281
5
Sardiman A.M, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar,(Jakarta: Rajawali Pers, 1987)
hlm. 147.

7
Situasi seperti ini perlu ditumbuh kembangkan mengingat proses
belajar mengajar yang berlangsung dalam situasi yang baik. Dalam arti
saling hormat menghormati, saling terbuka akan mamudahkan jalanya
proses belajar mengajar dan tercapa tujuan belajar siswa.
4. Faktor- faktor yang Mempengaruhi Sosialisasi Siswa dengan Guru.

Dengan proses sosialisasi individu berkembang menjadi suatu


pribadi atau makhluk sosial. Pribadi atau mahluk sosial ini merupakan
kesatuan integral dan sifat-sifat individu yang berkembang melalui
proses sosialisasi dan yang mempengaruhi hubungannya dengan orang
lain dalam masyarakat.

Menurut buku karya Syaiful Bahri Djamarah ada beberapa


Faktor yang mempengaruhi interaksi atau sosialisasi siswa dengan guru
dalam lingkungan sekolah maupun secara umum dapat penulis sajikan
sebagai berikut :

a. Faktor pemahaman guru terhadap interaksi edukatif


kemampuan guru dalam memahami tingkah laku siswa
adalah satu faktor yang menentukan interaksi diantara mereka. Hal
ini kiranya akan dapat mewujudkan bila ditopang oleh tingkat
pendidikan guru yang memadai. Karena untuk dapat mengadakan
interaksi merespon tingkah laku siswa, maka tingkah laku siswa itu
akan dipengaruhi oleh kehadiran, keyakinan, tindakan dan ciri-ciri
guru itu sendiri, walaupun masih banyak hal yang ikut
mempengaruhinya.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa orang dapat tertarik pada
seseorang bila terjadi hubungan yang baik antara kedua belah pihak
yaitu guru dan siswa, tegasnya pergaulan siswa dengan guru akan
dapat terjalin dengan baik bila guru memahami arti penting interaksi
edukatif, juga guru harus selalu membimbing dan menanamkan nilai
pentingnya keakraban.

8
b. Faktor Kepribadian guru
Guru adalah suri tauladan bagi seluruh siswa. untuk itu guru
hendaknya selalu mengadakan hubungan baik dengan siswa. Dengan
begitu siswa akan mudah untuk dipengaruhi dan cenderung untuk
mewujudkan keakraban. Baik itu dengan teman atau gurunya. Disini
peran guru pun sangat penting karena guru yang memiliki
kepribadian baik, terbuka dan mudah menerima orang lain, akan
sangat membantu dalam mewujudkan keakraban dengan siswa.
Jadi dengan kata lain bahwa guru harus mampu
mempertunjukan tata aturan sosial yang kokoh disekolah, yaitu biar
nampak keakraban dengan siswa dan terjalin hubungan dengan baik
guru selalu membimbing dan mempertunjukan sikap serta tingkah
laku yang baik dan konsisten dalam arti yang berubah-ubah dalam
situasi dan kondisi tertentu.6
B. PERSEPSI SISWA TENTANG KEPRIBADIAN GURU
1. Pengertian Persepsi Siswa tentang Kepribadian Guru
Persepsi adalah proses yang menyangkut masuknya pesan atau
informasi kedalam otak manusia. Melalui persepsi manusia terus-
menerus mengadakan hubungan dengan lingkungannya. Hubungan ini
dilakukan lewat inderaya, yaitu indera penglihat, pendengar, peraba,
perasa dan penciuman.7
Pada buku karya Prof. Dr. Sarlito Wirawan Sarwono, dijelaskan
bahwa persepsi berlangsung saat seseorang menerima stimulus dari
dunia luar yang ditangkap oleh organ-organ bantunya yang kemudian
masuk kedalam otak.
Dapat diambil kesimpulan bahwa Persepsi adalah proses mental
yang menghasilkan bayangan pada individu, sehingga dapat mengenal
suatu obyek dengan jalan asosiasi dengan sesuatu ingatan tertentu baik

6
Syaiful Bahri Djamarah, M.Ag, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif Suatu
Pendekatan Teoretis Psikologis ,(Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2005) hlm. 42.
7
Slameto, Belajar dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhinya, hlm. 102.

9
secara indra penglihatan, perabaandan sehingga kepribadian guru
tersebut disadari dan dimaknai oleh individu (siswa) yang mempersepsi.
Adakalanya persepsi itu baik dan ada kalanya persepsi itu buruk. Namun
bila respon yang diterima oleh siswa baik menurut siswa maka siswa
akan mempersepsi kepribadian guru tersebut baik dan akan berakibat
mendorong motivasi siswa.
Adapun persepsi siswa tentang kepribadian guru tersebut
misalnya: sabar dalam menghadapi siswa, menyenangkan dan tidak
membosankan, bijaksana dan adil pada semua siswa menghargai siswa,
mudah dipahami dalam menyampaikan materi, berpenampilan rapi,
disiplin, dan lain sebagainya. sebagainaya.
2. Kepribadian Guru
Setiap guru mempunyai pribadi masing-masing sesuai ciri - ciri
pribadi yang mereka miliki. Ciri-ciri inilah yang membedakan seorang
guru dari guru yang lainnya. Kepribadian sebenarnya adalah suatu
masalah yang abstrak, hanya dapat dilihat dari penampilan, tindakan,
ucapan, cara berpakaian, dan dalam menghadapi persoalan.
Sebagaimana dikutip oleh Drs. Syaiful Bahri Djamarah, Prof. Dr.
Zakiah Drdjat berpendapat bahwa kepribadian yang sesungguhnya
adalah abstrak, sukar dilihat atau diketahui secara nyata, yang dapat
diketahui adalah penampilan atau bekasnya dalam segala segi dan aspek
kehidupan. Seperti dalam tindakan, ucapan, cara bergaul, berpakaian dan
dalam menghadapi setiap persoalan atau masalah, baik yang ringan atau
yang berat.
Sebagaimana dikutip oleh Drs. Syaiful Bahri Djamarah,
Alexander Meikeljohn mengatakan: “No one can be a genuine teacher
unless he is him self actively sharing in the human attempt to understand
men and their word”. Jadi, menurut Meikeljohn, tidak seorangpun yang
menjadi guru yang sejati (mulia) kecuali bila dia menjadikan dirinya
sebagai bagian dari anak didik dan kata-katanya. Guru yang dapat
memahami tentang kesulitan anak didik dalam hal belajar dan kesulitan
yang lainnya diluar masalah belajar, yang bisa menghambat aktivitas

10
belajar anak didik, maka guru tersebut akan disenangi anak didiknya.
8
Dengan adanya kesenangan siswa ini maka seorang siswa akan lebih
termotivasi untuk semangat belajar.
Respon atau persepsi siswa terhadap terhadap peranan
(kepribadian) guru itu merupakan faktor utama yang menentukan
evektivitas guru. Didalam bukunya Prof. Nasution dijelaskan bahwa ada
dua macam tipe-tipe guru, yang diantaranya yaitu:
a. Tipe Guru Dominatif

Tipe guru yang dominatif yaitu guru yang selalu


mendominasi atau menguasai murid, menentukan dan mengatur
kelakuan murid. Tipe guru yang dominatif juga tidak mengizinkan
seorang murid melewati batas atau jarak sosial tertentu. Guru yang
berkepribadian semacam ini akan sering mencampuri apa yang
dilakukan oleh murid dan hal ini dapat menimbulkan konflik antara
guru dengan murid bahkan siswa cenderung tidak mau bersosialisasi
dengan guru dan menganggap (berpersepsi) kepribadian guru
tersebut adalah hal yang tidak perlu ditiru.
b. Tipe Guru Integratif
Tipe guru yang integratif adalah tipe guru yang
membolehkan seorang murid untuk menentukan sendiri apakah ia
suka melakukan apa yang disarankan oleh guru. Murid - murid
diajak berunding dan merencanakan bersama apa yang dikerjakan
atau dipelajari untuk mencapai tujuan yang ditentukan bersama.
Guru seperti ini tidak mencampuri, mengatur atau menegur
pekerjaan anak, akan tetapi membiarkannya bekerja sendiri menurut
kemampuan mereka masing-masing. Tiap murid dihargainya
menurut pribadinya masing-masing. Dengan kepribadian guru yang
demikian ini maka terjadilah integritas atau keharmonisan antara
guru dan murid tanpa menimbulkan pertentangan bahkan terjalin

8
Syaiful Bahri Djamarah, M.Ag, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif Suatu
Pendekatan Teoretis Psikologis, hlm. 39-41.

11
keakraban. 9Dan murid akan mampu bersosialisasi dengan baik dan
lebih berani dan bersedia untuk mengemukakan pendapatnya, lebih
spontan dalam ucapannya dan suka bekerja sama.
Jadi Perbuatan guru yang baik sering dikatakan bahwa
seorang guru itu mempunyai kepribadian yang baik atau berakhlak
mulia. Sebaliknya, bila seorang guru melakukan suatu sikap dan
perbuatan yang tidak baik menurut pandangan siswa, maka seorang
guru itu dikatakan tidak mempunyai kepribadian yang baik dan tidak
berakhlak mulia. Oleh karena itu, masalah kepribadian adalah suatu
hal yang sangat menentukan tinggi dan rendahnya kewibawaan
seorang guru dalam pandangan anak didik. Dengan kata lain baik
tidaknya citra seseorang ditentukan oleh kepribadian. Terlebih lagi
bagi seorang guru, masalah kepribadian merupakan salah satu
diantara faktor yang menentukan terhadap keberhasilan
melaksanakan tugas sebagai pendidik dan sebagai peningkat
motivasi siswa.
C. Karakteristik (Ciri Khas) Kepribadian Guru.
Setiap calon guru dan guru profesional sangat diharapkan memahami
bagaimana karakteristik kepribadian dirinya yang diperlukan sebagai anutan
para siswanya. Secara konstitusional, guru hendaknya berkepribadian
pancasila dan UUD 1945 yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, disamping itu seorang guru harus memiliki kualifikasi (keahlian
yang diperlukan) sebagai tenaga pengajar, khususnya keahlian dalam hal
bersosialisasi (berinteraksi) dengan siswa, keahlian dalam berkepribadian
dan keahlian dalam memotivasi siswa.
Adapun karakteristik kepribadian yang hendak dimiliki oleh seorang
guru sebagai profesinya meliputi:
1) Fleksibilitas (keluwesan) kognitif guru
Fleksibilitas kognitif (keluwesan ranah cipta) merupakan
kemampuan berpikir yang diikuti dengan Tindakan simultan dan
memadahi dalam situasi tertentu. Kebalikannya adalah frigiditas kognitif
9
Nasution, MA, Sosiologi Pendidikan, hlm. 115-116.

12
atau kekakuan ranah cipta yang ditandai dengan kekurangmampuan dan
bertindak yang sesuai dengan situasi yang sedang dihadapi.
Guru yang fleksibel pada umumnya ditandai dengan keterbukaan
berpikir dan beradaptasi. Selain itu ia juga memiliki resistensi (daya
tahan) terhadap ketertutupan ranah cipta yang prematur (terlampau dini)
dalam pengamatan dan pengenalan. Ketika mengamati dan mengenali
suatu objek atau situasi tertentu, seorang guru yang fleksibel selalu
berfikir kritis. Dalam proses belajar mengajar, fleksibilitas kognitif guru
terdiri atas tiga dimensi yakni:
- Dimensi karakteristik kognitif pribadi guru
- Dimensi sikap kognitif guru terhadap siswa
- Dimensi sikap kognitif guru terhadap materi pelajaran dan
metode mengajar
Dengan adanya sifat atau ciri kepribadian guru tersebut maka
dapat dimungkinkan terciptanya kenyamanan pada siswa karna persepsi
mereka yang menganggap bahwa gurunya memiliki kepribadian yang
menarik dan secara tidak langsung mereka akan tertarik untuk
bersosialisasi denganguru tersebut, dengan adanya hal ini maka seorang
siswa akan tumbuh semangat dalam belajarnya .
2) Keterbukaan psikologis pribadi guru
Guru yang terbuka secara psikologis biasanya ditandai dengan
kesediaannya yang relatif tinggi untuk mengkomunikasikan dirinya
dengan faktor-faktor ekstern antara lain adalah siswa, teman sejawat, dan
lingkungan pendidikan tempatnya bekerja. Ia mau menerima kritik
dengan ikhlas. Disamping itu ia juga memiliki empati yakni respon
afektif terhadap pengalaman emosional dan perasaan tertentu orang lain.
Jika salah seorang siswanya diketahui sedang mengalami kemalangan
umpamanya maka guru tersebut turut bersedih dan menunjukan simpati
dan berusaha memberi jalan keluar.
Keterbukaan psikologis sangat penting bagi guru mengingat
posisinya sebagai anutan siswa. Selain sisi-sisi positif adapula
signifikansi lain yang terkandung dalam keterbukaan psikologis guru

13
sepertidibawah ini: Pertama, keterbukaan psikologis merupakan
prakondisi atau persyaratan penting yang perlu dimiliki guru untuk
memahami pikiran dan perasaan orang lain. Kedua, keterbukaan
psikologis diperlukan untuk menciptakan suasana hubungan antar
pribadi guru dan siswa yang harmonis, sehingga mendorong siswa untuk
mengembangkan dirinya secara bebas dan tanpa ganjalan.10
Jadi dengan keterbukaan psikologis pribadi pada guru maka
seorang siswa akan tertarik untuk meningkatkan motivasi belajanya

10
Muhbbin Syah, M.Ed, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, hlm. 228.

14
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Jadi Sosialisasi siswa dengan guru adalah proses komunikasi dan


proses interaksi atau cara bergaul efektif yang dilakukan oleh siswa dengan
guru sehingga menciptakan tujuan atau keperluan-keperluan yang
diinginkan dalam dunia pendidikan.

Dapat diambil kesimpulan bahwa Persepsi adalah proses mental


yang menghasilkan bayangan pada individu, sehingga dapat mengenal suatu
obyek dengan jalan asosiasi dengan sesuatu ingatan tertentu baik secara
indra penglihatan, perabaandan sehingga kepribadian guru tersebut disadari
dan dimaknai oleh individu (siswa) yang mempersepsi. Adakalanya persepsi
itu baik dan ada kalanya persepsi itu buruk. Namun bila respon yang
diterima oleh siswa baik menurut siswa maka siswa akan mempersepsi
kepribadian guru tersebut baik dan akan berakibat mendorong motivasi
siswa.
Setiap guru mempunyai pribadi masing-masing sesuai ciri - ciri
pribadi yang mereka miliki. Ciri-ciri inilah yang membedakan seorang guru
dari guru yang lainnya. Kepribadian sebenarnya adalah suatu masalah yang
abstrak, hanya dapat dilihat dari penampilan, tindakan, ucapan, cara
berpakaian, dan dalam menghadapi persoalan.
Setiap calon guru dan guru profesional sangat diharapkan memahami
bagaimana karakteristik kepribadian dirinya yang diperlukan sebagai anutan
para siswanya. Secara konstitusional, guru hendaknya berkepribadian
pancasila dan UUD 1945 yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, disamping itu seorang guru harus memiliki kualifikasi (keahlian
yang diperlukan) sebagai tenaga pengajar, khususnya keahlian dalam hal

15
bersosialisasi (berinteraksi) dengan siswa, keahlian dalam berkepribadian
dan keahlian dalam memotivasi siswa.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto Suharsimi, Manajemen Pengajaran Secara Manusiawi, (Jakarta:


PT. Rineka Cipta, 1993).

Departemen RI, Alqur’an dan Terjemahannya, (Bandung: PT.


Diponegoro, 2005)

A.M Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar,(Jakarta:


Rajawali Pers, 1987).

Bahri Djamarah Syaiful, Guru Dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif
Suatu Pendekatan Teoretis Psikologis ,(Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2005).

Slameto, Belajar Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya, hlm. 102.

Nasution, MA, Sosiologi Pendidikan, hlm. 115-116.


Gunawan Ary H, Sosiologi Pendidikan, hlm. 33

16

Anda mungkin juga menyukai