Bab I
Bab I
Bab I
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menyusui merupakan cara pemenuhan kebutuhan nutrisi yang terbaik bagi
bayi. Memberikan seluruh kebutuhan anak sebagai permulaan hidup yang terbaik, bisa
dimulai dengan menyusui. Menyusui merupakan ikatan yang paling sederhana, paling
terjangkau dan cerdas untuk mendukung anak lebih sehat, keluarga lebih kuat dan
pertumbuhan yang berkelanjutan (Asih, 2016).
World Health Organization (WHO) sejak tahun 1981 telah membuat
maklumat penting yang dipublikasikan Code of Marketing of Breast Milk Substitusi,
World Health Assembly (WHA) 22 May 1981 yang isinya menganjurkan agar wanita
hamil dan ibu yang baru melahirkan untuk bayi dan perlindungan terhadap penyakit
(Maryunani, 2015). Air susu ibu (ASI) merupakan cairan yang berisi zat penting untuk
tumbuh kembang bayi, zat ini dibutuhkan oleh bayi untuk perkembangannya (Roesli,
2012). ASI eksklusif adalah memberikan hanya ASI saja tanpa memberikan makanan
dan minuman, lain kepada bayi sejak lahir sampai 6 bulan sampai bayi berumur 2
tahun (WHO, 2011)
Pemberian ASI eksklusif selain bermanfaat untuk bayi juga bermanfaat untuk
ibu yang menyusui antara lain menambah panjang kembalinya kesuburan paska
melahirkan, menunda kehamilan karena kembalinya menstruasi yang tertunda. Ibu
menyusui tidak membutuhkan zat besi sebanyak ketika mengalami menstruasi, ibu
lebih cepat langsing, mencegah kanker dan lebih ekonomis (Roesli, 2012). Pemberian
ASI eksklusif tertera dalam keputusan Menteri Kesehatan No
450/MENKES/SK/VI/2004 tentang pemberian ASI secara eksklusif di Indonesia dan
Peraturan Daerah Kabupaten Klaten No 7/2008 tentang inisiasi menyusu dini dan Air
Susu Ibu Eksklusif (Maryunani, 2015).
Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas, 2018) Tahun 2018, persentase
tertinggi proses mulai menyusu pada anak umur 0-23 bulan adalah pada 1-6 jam
(35,2%). Proses mulai menyusu pada satu jam pertama setelah lahir/IMD hanya
34,5%. IMD mengalami peningkatan pada tahun 2018. Berdasarkan hasil Riskesdas
tahun 2018, presentase IMD pada anak umur 0-23 bulan adalah 58,2%. Proporsi ini,
2
yang melakukan IMD ≥ 1 jam hanya 15,9%. Prevalensi IMD di Jawa Tengah pada
tahun 2017 adalah 82,37% (Infodatin, 2018).
Kegagalan dalam proses menyusui disebabkan karena timbulnya beberapa
masalah baik masalah pada ibu maupun pada bayi. Kebanyakan ibu beranggapan
kegagalan menyusui sering dianggap problem pada anaknya. Masalah menyusui pada
ibu yang timbul selama menyusui dapat dimulai sejak sebelum persalinan, pada nifas
dini dan pesalinan lanjut. Keadaan khusus yaitu ibu sering mengeluh bayinya sering
menangis dan menolak menyusu (Maryunani, 2015).
Masalah lain yang menyebabkan kegagalan menyusu adalah produksi ASI,
faktor yang mempengaruhi produksi ASI salah satunya adalah teknik menyusu yang
benar. Teknik menyusui yang tidak benar akan menyebabkan puting susu lecet dan
menjadikan ibu tidak mau menyusui dan bayi jarang menyusu. Keadaan ini
mengakibatkan keadaan bayi kurang baik, karena isapan bayi mempengaruhi
rangsangan produksi ASI dan menyebabkan rendahnya kepercayaan diri (self
efficavy).
Efikasi diri merupakan suatu konsep teori pembelajaran sosial yang merujuk
pada kemampuan seseorang untuk menyelesaikan tugas dengan baik. Individu
menganggap dirinya mampu melakukan perilaku tertentu, akan cenderung lebih
berhasil untuk melakukan perilaku secara konsisten dan benar (Perry, 2010). Efikasi
diri (self care) pada ibu menyusui sangat penting. Ibu dengan efikasi diri yang tinggi
lebih lama memberikan ASI dibandingkan ibu dengan efikasi diri rendah (Zakiah.,
Rasyad, A.S., Sujatno, 2012).
Upaya untuk meningkatkan efikasi diri salah satunya adalah dengan edukasi.
Edukasi bertujuan membantu individu, keluarga, atau komunitas untuk mencapai
tingkat kesehatan optimal. Hasil penelitian Ambarwati et al (2013), menunjukkan hasil
bahwa ibu yang mendapatkan konseling laktasi secara intensif menunjukkan
peningkatan pengetahuan dan sikap dalam pemberian ASI pada bayi. Ibu yang
mendapatkan konseling laktasi berpeluang mempunyai kemampuan menyusui yang
lebih baik.
Edukasi yang diberikan pada ibu menyusui adalah tentang teknik menyusui
yang benar. Teknik menyusui yang benar adalah cara memberikan ASI kepada bayi
dengan perlekatan dan posisi ibu dan bayi dengan benar (Asih, 2016). Pemberian
informasi dan edukasi memerlukan media untuk menyampaikannya. Media informasi
3
merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi proses belajar dan harus disesuaikan
dengan sasaran dan materi yang akan disampaikan (Effendi, 2010). Edukasi yang
diberikan dilakukan dengan cara demonstrasi.
Metode demonstrasi adalah cara penyajian pelajaran dengan meperagakan atau
mempertunjukkan suatu proses, situasi, atau benda tertentu yang sedang dipelajari,
baik sebenarnya ataupun tiruan, yang sering disertai dengan penjelasan lisan. Metode
demonstrasi, proses penerimaan terhadap pelajaran akan lebih berkesan secara
mendalam, sehingga membentuk pengertian dengan baik dan sempurna. Metode
demonstrasi baik digunakan untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas tentang
hal-hal yang berhubungan dengan proses mengatur sesuatu, proses membuat sesuatu,
proses bekerjanya sesuatu, proses mengerjakan atau menggunakannya, komponen-
komponen yang membentuk sesuatu, membandingkan suatu cara dengan cara lain, dan
untuk mengetahui atau melihat kebenaran sesuatu (Rogers, Everett M., 2016).
Penelitian Andriyani (2011) ada pengaruh signifikan antara pemberian
demonstrasi perawatan payudara dengan terhadap kelancaran ASI. Metode
demonstrasi sangatlah berpengaruh terhadap daya serap dan minat seseorang dalam
belajar. Metode ini mempunyai banyak kelebihan dalam pembelajaran, diantaranya
membuat pelajaran menjadi lebih jelas dan lebih konkrit serta menghindari
verbalisme, memudahkan seseorang memahami bahan pelajaran, proses pengajaran
akan lebih menarik, merangsang seseorang untuk lebih aktif mengamati dan dapat
mencobanya sendiri.
Rumah Sakit Umum Islam Klaten telah memberikan edukasi pada pada ibu post
partum dengan menggunakan metode ceramah, namun hasil waancara dengan perawat
mengatakan belum maksimal pelaksanaannya. Studi pendahuluan yang peneliti
lakukan pada tanggal 18 Juni 2019 di RSU Islam Klaten pada tahun 2018 terdapat
1.437 persalinan pervaginam.
Fenomena di Rumah Sakit Islam Klaten menunjukkan masih banyak ibu
menyusui yang mengeluhkan bayi sering rewel, padahal bayi sudah menyusu lama,
payudara penuh dan tampak bayi menyusu hanya pada ujung puting. Ibu mengeluh
puting lecet dan posisi bayi pada saat menyusu belum benar. Hasil wawancara pada
10 ibu post partum di RSU Islam Klaten didapatkan 4 (40%) mengatakan kurang
percaya diri dan malu saat menyusu, 4 (40%) mengatakan khawatir dan gelisah saat
menyusui bayi dan 2 (20%) ibu mengatakan yakin dan percaya diri saat memberikan
4
ASI pada bayi. Metode edukasi menggunakan demonstrasi belum dijadikan sebagai
media edukasi pada ibu post partum di ruang rawat inap RSU Islam Klaten.
Berdasarkan fenomena tersebut peneliti tertarik meneliti pengaruh edukasi teknik
menyusui dengan demonstrasi terhadap efikasi diri menyusui ibu post partum di
Rumah Sakit Umum (RSU) Islam Klaten.
B. Rumusan Masalah
Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Tahun 2018, persentase tertinggi
proses mulai menyusu pada anak umur 0-23 bulan adalah pada 1-6 jam (35,2%).
Proses mulai menyusu pada satu jam pertama setelah lahir/IMD hanya 34,5%. IMD
mengalami peningkatan pada tahun 2018. Berdasarkan hasil Riskesdas tahun 2018,
proporsi IMD pada anak umur 0-23 bulan adalah 58,2%. Dari proporsi ini, yang
melakukan IMD ≥ 1 jam hanya 15,9%. Prevalensi IMD di Jawa Tengah pada tahun
2017 adalah 82,37%. Edukasi yang diberikan pada ibu menyusui adalah tentang teknik
menyusui yang benar. Teknik menyusui yang benar adalah cara memberikan ASI
kepada bayi dengan perlekatan dan posisi ibu dan bayi dengan benar Efikasi diri
menyusui menggambarkan keyakinan diri seorang ibu pada kemampuannya untuk
menyusui bayinya. Informasi yang adekuat mengakibatkan ibu kurang yakin dengan
kemampuannya untuk menyusui bayi.
Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan penelitian ini adalah adakah
pengaruh edukasi teknik menyusui dengan demonstrasi terhadap efikasi diri menyusui
ibu post partum di Rumah Sakit Umum Islam Klaten?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengetahui pengaruh edukasi teknik menyusui dengan demonstrasi
terhadap efikasi diri menyusui ibu post partum di Rumah Sakit Umum (RSU) Islam
Klaten
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui karakteristik responden (usia, pendidikan, pekerjaan, paritas).
b. Mengetahui efikasi diri menyusui sebelum dan sesudah diberikan edukasi
tentang teknik menyusui dengan demonstrasi pada kelompok intervensi
c. Mengetahui efikasi diri menyusui pada kelompok kontrol
5
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan informasi
sebagai sarana pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi khususnya di
bidang keperawatan sehingga dapat memperluas cakupan penelitian tehadap
keperawatan maternitas terutama pada ibu post partum.
2. Praktis
a. Bagi profesi keperawatan
Hasil penelitian dapat menjadi tambahan ilmu bagi perawat sehingga
dapat memotivasi ibu untuk lebih percaya diri dalam menyusui bayi.
b. Bagi Rumah Sakit
Hasil penelitian dapat dijadikan standar Operasional Prosedur (SOP) di
Rumah Sakit tentang edukasi tentang teknik menyusui dengan metode
demonstrasi pada ibu post partum
c. Bagi keluarga/ ibu menyusui atau Masyarakat
Hasil penelitian dapat menambah dan memberikan informasi serta
pengetahuan mengenai teknik menyusui secara baik dan benar pada ibu post
partum.
d. Bagi peneliti selanjutnya
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai dasar untuk penelitian lebih
lanjut tentang edukasi teknik menyusui secara baik dan benar pada ibu post
partum dan mampu mengembangkan teori penelitian lebih bervariatif dan
variabel lebih luas bagi peneliti selanjutnya.
E. Keaslian Penelitian
1. Maulida (2016), “Pengaruh pendidikan kesehatan dengan lembar balik terhadap
perilaku pemberian ASI pada ibu post partum.
Penelitian ini menggunakan quasi eksperiment design dengan posttest only
design with control grup dengan 42 responden yang terbagi kelompok intervensi
6