Seperti Labirin
Seperti Labirin
Seperti Labirin
KRINGGG... KRINGGG...
Alarmku berbunyi, waktu tepat menunjukkan pukul 06.30 pagi.
“Ohhh ya ampun hari ini kan hari pertamaku masuk sekolah, kalo telat gimana
nih.” Ucapku panik karena kesiangan.
Namaku Monika. Aku baru saja memasuki SMA, aku bersekolah di SMA
14 Jakarta. Aku memiliki seorang kakak, Yuan Angga namanya. Biasanya,
kalau aku sedang kesal dengannya aku memanggilnya Kak Yuyu, dan juga
sebaliknya jika ia kesal denganku dia memanggilku monyet. Walaupun begitu,
aku sangat menyayanginya. Kakakku juga bersekolah di SMA 14 Jakarta,
sekarang ia kelas XI. Ia lumayan tampan, tapi jujur dia sampai sekarang baru
pernah menjalin hubungan hanya sekali. Andai aku bukan adiknya ia sudah
kujadikan pacar. Ah tapi mana mungkin, aku bukan tipenya. Aku memiliki
orang tua yang sangat menyayangi kami, ayahku bekerja di sebuah perusahaan
ternama di Jakarta dan ibuku merupakan ibu rumah tangga yang cukup aktif
dalam organisasi masyarakat.
“Ibu, aku berangkat dulu ya! Udah kesiangan nih, assalamu’alaikum.” Ucapku
sambil memakan separuh roti isi selai kacang yang dibuat ibu tadi.
“Iya, hati-hati nak, wa’alaikumsalam.”
Jarak antara rumahku dan sekolah tidaklah jauh. Jaraknya lebih kurang 1,5 KM.
Aku terus berlari dan berlari, sesekali aku melihat jam yang bertengger di
tanganku.
“HAHH! Udah jam tujuh kurang sepuluh menit, aduhhh semoga tak ada guru
yang sedang piket.” Ucapku seraya berlari.
Kapan aku bisa gemuk sedangkan aku sejak SMP saja selalu pulang dan
berangkat sekolah jalan kaki, hanya sesekali dijemput Kak Yuan.
“Wahh, akhirnya... Sampai juga di sekolah belum telat ternyata.” Ucapku
terengah sambil mencari kelas baruku.
Kelasku berada di lantai dua X IPA 5. Sebelum menuju kelas, aku harus
melewati koridor kelas XI IPS. Karena terburu-buru aku tak sengaja menabrak
salah seorang anak laki laki yang berperawakan tinggi dan seragam yang kurang
rapih itu, akibatnya aku pun terjatuh ke lantai. Aku ditertawakan oleh seisi
koridor.
“Woyy, bantuin tuh bocah, anak kelas sepuluh keliatannya!” Kata anak yang
ada di sebelah laki-laki yang menabrakku tadi.
“Ehh, kamu kalo jalan tuh hati-hati biar gak jatuh kaya begini.” Ucap laki-laki
yang menabrakku sambil membantuku berdiri.
“I..Iya maaf, makasih kak, permisi.” Ucapku terbatas-bata.
‘Aneh tuh orang udah marahin tapi tetep nolongin’ Ucapku dalam hati.
Ketika aku sedang menaikki anak tangga, tidak sengaja aku bertemu
dengan Reyhan. Reyhan adalah sahabatku sejak aku duduk di bangku SMP, aku
biasa memanggilnya Rey. Kami sudah seperti layaknya saudara, sangat dekat.
Aku mengenal keluarganya dan juga sebaliknya. Kejadian apa pun selalu aku
ceritakan, dia selalu ada di saat aku susah maupun senang. Dia benar-benar
sahabat yang paling setia yang pernah aku miliki, beruntunglah kami bisa satu
sekolah lagi sekelas pula.
“Hai, Rey” Sapaku
“Hai Mon, kamu baru dateng?”
“Iya nih, aku kesiangan.” Jawabku sambil memasang muka memelas
“Ya udah buruan gih, upacara mau dimulai.”
“Okeee Rey” Jawabku sambil menaiki tangga
Aku dan Rey segera menuju lapangan upacara yang sudah dipenuhi siswa siswi
dari kelas X sampai XII.
Sepulang sekolah aku dan Rey berjalan bersama menuju gerbang sekolah,
aku pulang terlebih dahulu karena aku ikut dengan Kak Yuan yang kebetulan
tidak ikut eskul. Rey pulang dengan naik angkot ia menunggu di halte bus dekat
sekolah.
“Hehh kamu.” Terdengar suara dari arah samping, Rey pun menoleh
“Kau memanggilku?”
“Ya, tentu saja, kemari lah!”
Rey menghampiri lelaki itu dan ternyata dia adalah laki laki yang
memperhatikannya tadi saat di kantin
“Ya ada perlu apa?”
“Kamu kenal sama perempuan yang tadi duduk bersamamu di kantin?”
“Ya, dia adalah sahabatku sejak aku SMP.”
“Ohhh, kalau gitu aku boleh meminta nomor hpnya? Pasti kamu punya kan”
“Ada perlu apa kamu meminta nomornya?”
“Ahhhh udah lah kasih aja, apa susahnya?” Paksa lelaki sambil menarik tangan
Rey.
Rey pun mengiyakan permintaan lelaki itu dan merogoh saku celananya untuk
mengambil hpnya itu.
“Ini nomornya.” Jawabnya sambil menunjukkan nomor hpku yang tertera di
hpnya
Lelaki itu pun menambahkan kontakku ke hpnya “Okee, thank’s Rey.”
‘Hah! Dari mana dia tau namaku’ Ucap Rey dalam hati, ia pun langsung
menarikk tangan lelaki itu.
“Tunggu!”
“Ada apa?”
“Dari mana kamu tau namaku?”
“Aku tadi tidak sengaja mendengar pembicaraanmu dengan dia.”
“Ohh Monika?”
“Jadi namanya Monika?”
“Ya, lalu siapa namamu?”
“Namaku Luki kelas IX IPS 2.”
“Oh, hai kak Luki.”
“Oya jangan bilang ya aku meminta nomor hpnya.”
Aku hanya mengedipkan sebelah mataku yang artinya ‘iya’
Hari ini adalah hari yang penuh kesan, pertama aku bangun kesiangan,
kedua menabrak kakak kelas, ketiga aku dijemput kakakku. Ahhh senangnya
diriku akhirnya dijemput Kak Yuan juga. Hari ini tidak ada PR, mungkin ini
baru permulaan. Aku pun meminta kakakku untuk keliling sebentar, aku
menghampirinya di ruang keluarga yang sedang menonton tv.
“Hai kak!” Sapaku
“Apa?” jawabnya dengan muka datarnya, dia terus menonton tv tanpa
melirikku.
“Kak!”
“Pasti ada maunya nih!” tebaknya sebelum aku memintanya.
“Iya, jalan jalan yuk!” Ajakku
“Kapan-kapan aja deh.”
“Yahhh gak asik kak Yuyu.” Jawabku sambil meninggalkannya. Ya aku agak
kecewa tapi tunggu sebentar, tiba-tiba hpku bergetar itu tandanya ada pesan
masuk.
From : 085726xxxxxx
Hai, Monika...
Aku terkejut, siapa dia? Aku bingung, mau membalasnya atau tidak. Kalau itu
penculik bagaimana, ohhh ya ampun bagaimana ini? Jangan jangan dia kakak
kelas yang aku tabrak tadi? Ahhh mana mungkin, ada-ada saja aku ini. Ucapku
dalam hati. Tanpa membalasnya terlebih dahulu aku pun tertidur pulas, akan
kubalas pesannya dalam mimpi.
Ternyata Rey tidak masuk karena sakit, Aku berniat untuk menjenguk ke
rumahnya. Aku meminta Kak Yuan untuk mengantarku tapi ia mau kerja
kelompok di rumah temannya, jadi dia tidak bisa mengantarku ke rumah Rey.
Dan aku memutuskan untuk menjenguk Rey naik angkot, aku menunggu di
halte bus. Tiba-tiba ada suara klakson motor, ternyata itu suara motor Kak Luki.
Dia pun menghampiriku.
“Kamu nunggu siapa Mon?” tanyanya sambil menghentikan motornya di
depanku
“Nunggu angkot kak.”
“Mau ke mana?”
“Mau jenguk Rey.”
“Ayo aku antar!”
“Enggak usah kak bentar lagi juga angkotnya nongol.” Tolakku halus
“Udah ayo, keburu kamu jamuran lho.” Pintanya lagi sambil bergurau
“Oke bang.” Jawabku layaknya penumpang ojek
Sesampainya di rumah Rey, aku langsung turun dari motor. Tapi kak Luki tidak
ikut, dia ingin menunggu di luar saja. Aku langsung masuk menuju kamarnya
dan membuka pintunya, ia sedang duduk di tempat tidur sambil memegang
sebuah bingkai foto.
“Reyy” Sapaku sambil memeluknya
“Eh, Monika.” Jawabnya yang agak kaget dan menyembunyikan bingkai foto
yang dipegangnya ke bawah selimut
“Kamu kenapa? Kamu sakit? Sakit apa? Kok kamu enggak ngabarin aku si
Rey? Ihhh, kalo kamu kenapa-napa gimana?” Tanyaku panjang lebar
“Udah selesai ngomongnya?” jawabnya sambil mencubit kedua pipiku
“Ya, kamunya si enggak ngabarin aku. Kan aku jadi khawatir.”
“Masih peduli sama aku?” tanyanya sambil menunduk
“Kok kamu gitu si Rey? Aku ke sini kan tandanya aku peduli sama kamu.”
Tanyaku kesal
“Bukannya kamu udah ada Kak Luki?”
“Kamu ngomong apa si Rey? enggak jelas deh! Kalo kamu enggak suka
kedatanganku ya udah aku bakal pergi” jawabku sambil meninggalkannya,
namun dia menahan tanganku dan memelukku
“Mon, aku kangen kamu.”
Aku tidak membalas pelukannya, aku langsung pergi meninggalkannya dan tak
terasa pipiku basah.
“Ayo kak, kita pulang!”
“Lho kamu kenapa Mon?” Tanyanya panik karena melihatku menangis
“Udah ayo kak, antar aku pulang!” pintaku sambil menahan air mataku ini
Kak Luki langsung menyalakan motornya dan melaju meninggalkan
rumah Rey. Dalam perjalanan aku terus memikirkan perkataan Rey tadi. Apa
maksudnya dia berkata seperti itu kepadaku. Kak Luki melihatku yang tak
kuasa membendung air mata dari kaca motornya langsung menarik kedua
tanganku dan melingkarkan ke perutnya. Aku langsung menangis di balik
punggungnya itu, aku tak habis pikir mengapa Rey bersikap seperti itu padaku,
padahal aku hanya berniat menjenguknya. Tak terasa sudah sampai di rumahku,
aku langsung turun dari motornya itu.
“Makasih ya kak.”
“Iya, sama-sama” jawabnya sambil mengusap pipiku yang basah dengan sapu
tangannya
Ya, dia memang perhatian denganku apalagi tak ada Rey yang biasa
menemaniku. Dia sudah seperti Kakakku sendiri walaupun mungkin aku
menaruh rasa padanya tapi perasaan itu tidak bisa berbohong. Akhir-akhir ini
aku merasa kesepian jika tidak ada Rey di sampingku, mungkin aku jatuh hati
pada Rey.
Aku langsung berganti baju dan turun ke bawah untuk makan malam
bersama ayah, ibu, dan Kak Yuan. Rasanya aku tidak nafsu untuk makan, aku
masih saja memikirkan perkataan Rey tadi. Secepat kilat aku habiskan
makananku, agar aku bisa mendahului yang lain. Di rumahku tidak ada
pembantu jadi biasanya aku yang menyuci piring, tapi karena aku sudah selesai
makan jadi Kak Yuan yang menyuci piring piring-piringnya. Aku langsung
menuju kamar dan mengecek notif di Hpku. Dan benar, ada dua pesan masuk
dari kontak yang berbeda.
From : Rey
Mon, maafin kata-kataku yang tadi ya.. Aku kaya gitu karena aku
cemburu.
Aku telah membaca kedua pesannya tapi, aku hanya membalas pesan dari Kak
Luki
‘Ahh, malas sekali aku hari ini, biasanya aku paling bersemangat apalagi ini
hari Sabtu hari yang paling kunantikan’ Ucapku dalam hati.
TINN TINN...
Mendengar bunyi itu aku langsung menoleh ke belakang.
“Kak Luki!” Sapaku ramah, sambil menyembunyikan muka masamku tadi
“Hai, Mon. Yuk aku antar?”
“Baiklah.” Jawabku cepat
Di dalam perjalanan kami tidak mengeluarkan suara sedikitpun, kami diam
seribu bahasa. Dan akhirnya Kak Luki yang memulai duluan.
“Mon”
“Ya”
“Aku menyukaimu”
‘Hah? Apa yang barusan ia katakan? Ia menyukaiku? Mana mungkin seorang
Kak Yafi yang tampan, tinggi, dan jago bermain basket pula, menyukai diriku
yang apa adanya ini.’ Ucapku dalam hati
“Mon”
“Ehh ya?” jawabku kaget
“Aku tau mungkin kamu bingung, tapi jujur awalnya aku hanya menganggapmu
sebagai adikku namun lama-kelamaan ada rasa nyaman, dan kamu itu berbeda
dari perempuan yang pernah aku temui.”
“Makasih kak, tapi jujur aku juga sebenarnya suka sama kakak tapi tidak
dengan perasaanku kak, aku juga nyaman sama kakak yang bisa ngejaga aku.
Tapi, aku jauh lebih nyaman sama Rey.”
“Sudah kudagu, ehh maksudnya kuduga” jawabnya sambil melawak
“Maaf ya kak.”
“Iya, gapapa kok. Gimana kalo aku bantun biar kamu bisa jadian sama Rey?”
“Yang namanya hati pasti ketemu sendiri kok kak, hati bisa jatuh di tempat
yang tepat.”
“Wihh, puitis banget si” godanya
“Apaan si kak! Udah sampe nih.” Jawabku sambil mengalihkan pembicaran
Aku langsung turun dari motor kak Yafi dan buru-buru menaikki anak tangga
yang menuju kelasku.
BRUKKKK!!
Ternyata aku menabrak seseorang ketika sampai di kelas. Dan dia adalah Rey.
“Aduhhh”
“Monika kamu gapapa?” Tanyanya sambil membantuku berdiri
“Iya iya gapapa”
“Mon maafin aku” pintanya sambil memegang kedua tanganku.
Aku hanya diam mematung sambil memandangnya.
“MONN” ucapnya lagi yang kali ini mengagetkanku
“Ya”
“Maafin aku mon”
“Iyaaa iya, kamu cemburu kan aku sama kak Luki?” tanyaku sambil menunjuk
ke arahnya dengan jari telunjukku
“Hah? Apa cemburu? Sama kamu? Idihhh.”
“Ihh, kok kamu gitu si Rey mau kamu apa si?” tanyaku sambil mengernyitkan
dahiku
“Aku mau kamu kamu juga suka sama aku. Aku suka sama kamu dari dulu, dan
aku selalu nunggu kamu.”
“Iya emang aku suka sama kamu, aku juga menunggumu dari dulu”
Dia pun terkejut mendengar jawabanku yang spontan, mungkin dia bisa
merasakan apa yang aku rasakan saat ini.