Lapres Biokimia Enzim
Lapres Biokimia Enzim
Lapres Biokimia Enzim
8. Larutan Blanko
Larutan blanko adalah larutan tidak berisi analit atau larutan tanpa
sampel. Larutan blanko adalah larutan yang digunakan sebagai referensi
untuk membandingkan intensitas cahaya yang diukur pada sampel yang
dianalisis. Larutan blanko biasanya terdiri dari pelarut yang sama seperti
yang digunakan dalam sampel, tetapi tidak mengandung zat yang akan
dianalisis. Dalam spektrofotometri, larutan blanko digunakan untuk
mengkompensasi efek penyerapan oleh zat-zat selain zat yang akan
dianalisis. Fungsi utama larutan blanko pada spektrofotometri adalah
untuk mengurangi kesalahan pengukuran. Ini dilakukan dengan
mengkompensasi efek penyerapan oleh zat-zat selain zat yang akan
dianalisis. Tanpa larutan blanko, efek penyerapan oleh zat-zat selain zat
yang akan dianalisis akan masuk ke dalam pengukuran, sehingga
menghasilkan hasil yang tidak akurat. Dengan menggunakan larutan
blanko, kita dapat mengurangi pengaruh penyerapan oleh zat-zat selain zat
yang akan dianalisis, sehingga menghasilkan hasil yang lebih akurat
(Supriatin & Sumartini, 2020).
Ada dua jenis larutan blanko yang digunakan dalam
spektrofotometri, yaitu larutan blanko pelarut dan larutan blanko zat.
Larutan blanko pelarut digunakan untuk mengukur pengaruh pelarut pada
hasil pengukuran. Sedangkan, larutan blanko zat digunakan untuk
mengkompensasi efek penyerapan oleh zat-zat selain zat yang akan
dianalisis. Larutan blanko zat umumnya diperlukan dalam analisis sampel
yang memiliki konsentrasi zat yang sangat tinggi atau pekat. Pada sampel
dengan konsentrasi tinggi, efek penyerapan oleh zat-zat selain zat yang
akan dianalisis akan semakin besar dan dapat mempengaruhi akurasi hasil
pengukuran. Oleh karena itu, penggunaan larutan blanko zat sangat
penting untuk mengkompensasi efek penyerapan oleh zat-zat selain zat
yang akan dianalisis dan memastikan akurasi hasil pengukuran yang lebih
tinggi (Irawan, 2019).
Bahan:
1. Aquades ±100 mL
2. Larutan pH (1,3,7, dan 9) 1 mL
3. Larutan pH 5 7 mL
4. Larutan enzim amylase 1 mL
5. Larutan pati 12 mL
6. Larutan iodium 2 mL
G. Alur Percobaan
1. Pengenceran larutan enzim
Pengenceran 10x
1 mL larutan pati
1. Dimasukkan dalam tabung reaksi
2. Ditambah 0,5 mL aquades
3. Diinkubasi di waterbath selama 3 menit pada suhu 37oC
4. Ditambah 2 tetes larutan iodium
5. Ditambah 10 mL aquades
6. Dibaca absorbansinya pada panjang gelombang 680 nm
Reaksi:
Reaksi Dextrin
b. Uji enzim
Reaksi:
Reaksi Dextrin
Reaksi amilum
Reaksi:
Reaksi Dextrin
Reaksi amilum
Reaksi:
Reaksi Dextrin
Reaksi amilum
Reaksi amilum
Reaksi amilum
0.006
0.005
0.004
0.003
0.002
0.001
0
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
pH
-0.004
-0.005
-0.006
-0.007
pH
pH optimum dapat dilihat dari absorbansi paling kecil sehingga nilai ∆A-
nya yang paling besar. Dari tabel 2 dan 3, absorbansi paling kecil adalah
pH 5 yaitu 0,0004 dan ∆A paling besar adalah pH 5 yaitu -0,0003. Dengan
demikian, pada percobaan ini pH optimum enzim amylase adalah pH 5.
Hal ini sesuai teori dimana pH optimum enzim amylase adalah 5-7
(Winarno, 1988).
Penentuan konsentrasi enzim terhadap aktivitas enzim
Tujuan dari percobaan ini adalah untuk menentukan pengaruh
konsentrasi enzim terhadap aktivitas enzim. Dalam percobaan ini dilakukan
reaksi hidrolisis pati/amilum menjadi glukosa. Hidrolisis adalah proses
dekomposisi kimia dengan menggunakan air untuk memisahkan ikatan kimia
dari substansinya. Hidrolisis pati merupakan proses pemecahan molekul
amilum menjadi bagian-bagian penyusunnya yang lebih sederhana seperti
dekstrin, isomaltosa, maltosa dan glukosa. Proses hidrolisis dapat dilakukan
secara enzimatis dan asam. Hidrolisis secara enzimatis lebih menguntungkan
dibandingkan dengan hidrolisis asam, karena enzim akan memutus ikatan
glikosida secara spesifik, kerusakan warna dapat diminimalkan dan tidak
menyisakan residu. Produk hasil hidrolisis pati umumnya dikarakterisasi
berdasarkan tingkat derajat hidrolisisnya dan dinyatakan dengan nilai DE
(Dekstrosa Equivalen) yang menunjukkan prosentase dekstrosa murni dalam
total padatan substrat yang dihirolisis. Hidrolisis pati menjadi sirup glukosa
melalui tiga tahapan, yaitu gelatinisasi, likuifikasi, dan sakarifikasi (Mardani,
2012).
Dalam pecobaan penentuan konsentrasi enzim terhadap aktivitas
enzim, dilakukan 2 pembuatan larutan yaitu larutan blanko dan larutan uji.
Berikut penjelasannya:
c) Larutan Blanko
Larutan blanko adalah larutan yang digunakan sebagai referensi
untuk membandingkan intensitas cahaya yang diukur pada sampel yang
dianalisis. Larutan blanko biasanya terdiri dari pelarut yang sama seperti
yang digunakan dalam sampel, tetapi tidak mengandung zat yang akan
dianalisis. Dalam spektrofotometri, larutan blanko digunakan untuk
mengkompensasi efek penyerapan oleh zat-zat selain zat yang akan
dianalisis. Fungsi utama larutan blanko pada spektrofotometri adalah
untuk mengurangi kesalahan pengukuran. Ini dilakukan dengan
mengkompensasi efek penyerapan oleh zat-zat selain zat yang akan
dianalisis. Tanpa larutan blanko, efek penyerapan oleh zat-zat selain zat
yang akan dianalisis akan masuk ke dalam pengukuran, sehingga
menghasilkan hasil yang tidak akurat. Dengan menggunakan larutan
blanko, kita dapat mengurangi pengaruh penyerapan oleh zat-zat selain
zat yang akan dianalisis, sehingga menghasilkan hasil yang lebih akurat
(Supriatin & Sumartini, 2020). Ada dua jenis larutan blanko yang
digunakan dalam spektrofotometri, yaitu larutan blanko pelarut dan
larutan blanko zat. Larutan blanko pelarut digunakan untuk mengukur
pengaruh pelarut pada hasil pengukuran. Sedangkan, larutan blanko zat
digunakan untuk mengkompensasi efek penyerapan oleh zat-zat selain zat
yang akan dianalisis. Larutan blanko zat umumnya diperlukan dalam
analisis sampel yang memiliki konsentrasi zat yang sangat tinggi atau
pekat.
Langkah percobaannya adalah 1 mL larutan pati (larutan tidak
berwarna) diambil dengan mikropipet dimasukkan ke dalam tabung
reaksi. Kemudian ditambahkan 1 mL larutan pH optimum dimana pH
optimum yang ditemukan adalah pH 5 (larutan tidak berwarna). Fungsi
penambahan pH 5 adalah karena pH 5 adalah pH optimum enzim
amylase. Suatu kondisi pH dimana enzim dapat bekerja dengan aktivitas
tertinggi yang dapat dilakukannya dinamakan pH optimum. Campuran 2
larutan tersebut menghasilkan larutan tidak berwarna. Kemudian
ditambahkan 0,5 mL aquades (cairan tidak berwarna) menggunakan pipet
tetes kedalam tabung reaksi. Fungsi penambahan aquades adalah untuk
menyamakan volume blanko dengan volume sampel. Larutan pati dan pH
5 setelah ditambah aquades menjadi larutan tidak berwarna. Setelah itu,
tabung reaksi yang berisi larutan blanko diinkubasi di waterbath selama 3
menit pada suhu 37oC. Tujuan diinkubasi adalah untuk mengaktifkan
enzim agar enzim bekerja secara optimal. Selain itu, digunakan suhu 37 oC
karena suhu tersebut merupakan suhu optimum enzim amylase. Tidak
terjadi perubahan warna ketika larutan diinkubasi. Larutan tetap menjadi
larutan tidak berwarna. Setelah 3 menit tabung reaksi dikeluarkan dari
waterbath. Setelah itu tabung reaksi dipanaskan menggunakan kompor
listrik yang diatasnya terdapat gelas ukur 500 mL berisi air yang
dipanaskan pada >60oC. Alasan dipanaskan pada suhu >60 oC adalah
untuk mendagradasi enzim agar reaksi terhambat dan amilum masih bisa
dideteksi oleh spektrofotometer UV-Vis. Setelah dipanaskan, larutan
blanko tetap menjadi larutan tidak berwarna. Selanjutnya, ditambahkan 2
tetes larutan iodium (larutan kuning kecoklatan) menggunakan pipet tetes.
Fungsi penambahan iodium adalah sebagai indikator untuk mengetahui
apakah masih ada sisa amilum yang belum terhidrolisis ditandai dengan
larutan berubah menjadi wrna biru. Setelah penambahan iodium, larutan
yang awalnya tidak berwarna menjadi larutan biru (+). Setelah itu,
ditambahkan lagi aquades (cairan tidak berwarna) sebanyak 10 mL.
Fungsi penambahan aquades lagi adalah untuk mengenceran larutan
blanko. Larutan setelah penambahan iodium menjadi pekat sehingga
dikhawatirkan absorbansinya terlalu tinggi dan tidak terdeteksi
spetrofotometer UV-Vis. Hal ini mengacu pada LOD spektrofotometer
UV-Vis. LOD merupakan ukuran dari sensitivitas metode UV-Vis dan
biasanya dinyatakan dalam konsentrasi analit atau sinyal absorbansi. LOD
pada spektrofotometer UV-Vis dapat bervariasi tergantung pada beberapa
faktor, termasuk instrumen yang digunakan, analit spesifik, matriks
sampel, dan kondisi pengukuran. Untuk mencapai LOD yang lebih
rendah, biasanya diperlukan untuk meminimalkan derau latar belakang,
memaksimalkan rasio sinyal terhadap derau, dan mengoptimalkan
sensitivitas instrumen. Apabila suatu larutan terlalu pekat atau terlalu
jernih, instrument kemungkinan tidak dapat mendeteksi karena setiap
instrument memiliki LOD. Setelah ditambahkan aquades, larutan berubah
menjadi larutan tidak berwarna. Kemungkinan masih ada warna biru
tetapi sangat samar sehingga hampir dikatakan tidak berwarna. Reaksi
yang terjadi pada percobaan ini adalah:
Reaksi Dextrin
Reaksi amilum
Reaksi amilum
Absorbansi
-0.003
-0.004
-0.005
-0.006
-0.007
Pengenceran (kali)
J. Diskusi
Dari percobaan yang dilakukan pada Kamis, 25 Mei 2023 pukul 07.00
– 12.00 WIB yang berjudul “Pengaruh pH dan Konsentrasi Enzim Terhadap
Aktivitas Enzim” terdapat beberapa hal yang harus didiskusikan, berikut
rinciannya:
1. Absorbansi larutan blanko yang lebih rendah dari sampel. Hal ini diduga
karena adanya komponen lain dalam larutan blanko sehingga
mempengaruhi hasil pengukuran dengan spektrofotometer UV-Vis.
Penggunaan bluetip juga diduga sebagai salah satu faktor penyebab
rendahnya nilai absorbansi larutan blanko. Bluetip yang digunakan
kemungkinan masih belum bersih dari larutan lainnya atau bluetip yang
bocor. Selain itu kemungkinan karena larutan belum homogen secara
sempurna sehingga absorbansinya rendah.
2. Konsentrasi pengenceran 40x yang memiliki absorbansi paling kecil
dimana seharusnya yang memiliki absorbansi paling kecil konsentrasi
pengenceran 10x. Hal ini diduga karena metode pengenceran bertingkat
yang dilakukan kurang tepat sehingga hasil pengenceran setelahnya yang
kurang tepat mempengaruhi yang lain. Selain itu kemungkinan adanya
komponen lain dalam larutan pengenceran 10x dan 40x sehingga
mempengaruhi hasil pengukuran dengan spektrofotometer UV-Vis.
Penggunaan bluetip juga diduga sebagai salah satu faktor penyebab
rendahnya nilai absorbansi larutan 10x. Bluetip yang digunakan
kemungkinan masih belum bersih dari larutan lainnya atau bluetip yang
bocor. Alsan lain juga kemungkinan karena larutan pengenceran 10x
belum homogen secara sempurna sehingga absorbansinya tidak sesuai
teori.
K. Kesimpulan
Dari percobaan yang dilakukan pada Kamis, 25 Mei 2023 pukul 07.00
– 12.00 WIB yang berjudul “Pengaruh pH dan Konsentrasi Enzim Terhadap
Aktivitas Enzim” dapat disimpulkan bahwa pH dan konsentrasi
mempengaruhi aktivitas enzim dimana didapatkan pH optimum enzim
amylase pada pH 5 dengan absorbansi 0,0004 dan ∆A -0,0003 serta
konsentrasi enzim pada pengenceran 40x dengan absorbansi -0,0063 dan ∆ A
0,0019. Seharusnya konsentrasi enzim pengenceran yang tepat adalah 10x.
Hal tersebut terjadi diduga karena kesalahan pengenceran, kurang
homogennya larutan, instrument yang tidak bekerja secara baik serta
kemungkinan adanya kontaminan.
L. Daftar Pustaka
Rusman, Rahmayani, R. F., & Mukhlis. (2018). Kimia Larutan. Banda Aceh:
Syiah Kuala University Press.
Sahumena, M. H., & Ruslin. (2020). Identifikasi jamu yang Beredar di Kota
Kendari Menggunakan Metode Spektrofotometri UV-Vis. Journal
Syifa Sciences and Clinical Research Vol. 2 No. 2, 25-37.
Supriyatna, A., & Amalia, D. (2015). Aktivitas Enzim Amilase, Lipase, dan
Protease, dari Larva. Jurnal Agro Vol 9 No 2, 16-24.
Tyanjani, E. F., & Yuananta. (2015). Pembuatan Dekstrin dari Pati Sagy
Dengan Enzim Beta-Amilase terhadap Sifat Fisiko Kimia. Jurnal
Pangan dan Agroindustri Vol 3 No 3, 1119-1127.
0.006
0.005
0.004
0.003
0.002
0.001
0
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
pH
-0.004
-0.005
-0.006
-0.007
pH
Absorbansi
-0.003
-0.004
-0.005
-0.006
-0.007
Pengenceran (kali)
0.0005
0
5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55
-0.0005
-0.001
Pengenceran (kali)
N. Lampiran Foto
No Gambar Keterangan
Pengenceran enzim
1 Pengenceran enzim amilase
10x, 20x, 30, 40x, dan 50x
Penentuan pH optimum
1 1 mL larutan pati
dimasukkan tabung reaksi
Pengaruh Konsentrasi
1 1 mL larutan pati
dimasukkan tabung reaksi
2 Ditambahkan larutan pH
optimum, yaitu pH 5
7 Ditambahkan aquades 10 mL
8 Dihitung absorbansinya
dengan spektrofotometer
UV-Vis
O. Lampiran Perhitungan
Penentuan pH Optimum
Diketahui absorbansi:
Blanko = 0,0001
Sampel pH 1 = 0,0049
Sampel pH 3 = 0,0061
Sampel pH 5 = 0,0004
Sampel pH 7 = 0,0013
Sampel pH 9 = 0,0036
Ditanya: ∆A?
Jawab:
∆A = Absorbansi blanko – Absorbansi sampel
∆A pH 1 = 0,0001 – 0,0049 = -0,0048
∆A pH 3 = 0,0001 – 0,0061 = -0,006
∆A pH 5 = 0,0001 – 0,0004 = -0,0003
∆A pH 7 = 0,0001 – 0,0013 = -0,0012
∆A pH 9 = 0,0001 – 0,0036 = -0,0035
0.006
0.005
0.004
0.003
0.002
0.001
0
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
pH
-0.004
-0.005
-0.006
-0.007
pH
-0.003
-0.004
-0.005
-0.006
-0.007
Pengenceran (kali)
0.0005
0
5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55
-0.0005
-0.001
Pengenceran (kali)