Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                

Bab I

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 14

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Alquran adalah firman Allah SWT yang disampaikan oleh

Malaikat Jibril sesuai redaksinya kepada Nabi Muhammad SAW, dan

diterima oleh umat Islam secara tawatur.1 Para ulama menegaskan

bahwa Alquran dapat dipahami sebagai nama dari keseluruhan firman

Allah tersebut.2

Alquran memiliki kelebihan dan keistimewaan dibandingkan

dengan kitab-kitab lainnya. Salah satu keistimewaan yang terkandung

dalam Alquran adalah salah satu kata dapat dimaknai dengan beragam

makna sesuai dengan konteks dan susunannya dalam Alquran. Dalam

buku Mukjizat Alquran, Quraish Shihab menegaskan Alquran memiliki

keistimewaan bahwa kata dan kalimat-kalimatnya yang singkat dapat

menampung sekian banyak makna. Ia bagaikan berlian yang

memancarkan cahaya dari setiap sisinya.3

1
Tawatur atau adalah berita penyampaian dari sejumlah orang yang menurut
kebisaaan jumlah semacam itu mustahil untuk bersepakat berbohong. (Lihat, M.
Quraish Shihab, Mukjizat Al-quran, Bandung: Mizan Anggota IKAPI, 1999, p. 43.)
2
M. Quraish Shihab, Mukjizat Al-quran, (Bandung: Mizan Anggota IKAPI,
1999), p. 43.
3
Shihab, Mukjizat Al-quran, …p.124

1
2

Dan pada dasarnya ia menyeru manusia kepada keutamaan

akhlak dan menunjukan dimana letak kebaikan dalam kehidupan

pribadi dan kemasyarakatan. Dengan demikian dapat mengantarkan

manusia pada jalan kesempurnaan insani, sehingga manusia dapat

merealisasikan kebahagiaan bagi dirinya baik didunia dan akhirat hal

ini sesuai dengan firman Allah SWT dalam QS. Al-Isra‟ [17]: 9

          

     

“Sesungguhnya Alquran ini memberikan petunjuk ke (jalan)


yang lebih Lurus dan memberi kabar gembira kepada orang-orang
Mukmin yang mengerjakan amal-amal saleh bahwa bagi mereka ada
pahala yang besar”.4

Akal pikiran seseorang besar sekali pengaruhnya dalam

kehidupannya. Akal pikiran yang sempit dan buntu akan

menjadikannya menempuh jalan yang sesat. Sebaliknya akal pikiran

yang sehat berisi ilmu pengetahuan menjadi obor menerangi jalan

hidupnya. Akal pikiran yang sehat berisi ilmu pengetahuan akan selalu

menuntunnya ke dalam yang baik. Ia akan berbuat segala rupa yang

4
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah, pesan, kesan, dan keserasian al-
qu‟ran, vol 7 (Jakarta: Lentera Hati, 2002), p.33
3

berguna untuk dirinya, keluarganya dan bangsanya. Firman Allah SWT

menegaskan bahwa orang-orang yang durhaka masuk neraka karena

sempit akal pikirannya dan tidak memahami ayat-ayat Tuhan. Ayat 10

dari surat Al-Mulk berbunyi:

          

“Sekiranya Kami mendengarkan atau memikirkan (peringatan


itu) niscaya tidaklah Kami Termasuk penghuni-penghuni neraka yang
menyala-nyala”.5

Hati, sebagai raja yang menggerakan anggota tubuh haruslah

dirawat secara rutin, karna hati merupakan tolak ukur kualitas seorang

hamba. Ada banyak belenggu yang menyebabkan hati sakit dan rusak,

yang akhirnya membuat pemiliknya celaka. Belenggu ini biasanya

selalu akrab dengan kehidupan sehari-hari. Ia terus melakukan

penyerangan dan pengaruh yang sangat kuat yang bisa membawa

kepada kehinaan. Tugas manusia adalah melepas belenggu itu agar

cahaya Allah SWT, bisa menembus nurani.6

5
Oemar Bakri, Akhlak Muslim, (Bandung: Angkasa, 1993). P. 11
6
Iqra‟ Firdaus, Alaa Wa Hiya Al-Qalbu, (Yogyakarta: Safirah, 2016), P.161
4

Apabila hati dibiarkan tidak dijaga, ia bisa rentan menjadi sakit.

Sakitnya hati berupa kerusakan-kerusakan yang menimpanya, seperti

cacatnya pandangan dan keinginan terhadap kebenaran. Hati yang telah

rusak tidak lagi melihat kebenaran sebagai kebenaran, atau ia

melihatnya sebagai sesuatu yang lain dari hakikat yang sebenarnya.

Akhirnya, yang terjadi bisa membahayakan atau merugikannya, yakni

ketika hati membenci yang bermanfaat dan mencintai yang batil.7

Salah satu penyakit hati yang sangat berbahaya adalah ḥasad

atau iri hati, Wahbah Az-Zuhaili menafsirkan dalam surat An-Nisaa[4]:

54

            

      

“Ataukah mereka dengki kepada manusia (Muhammad)


lantaran karunia yang Allah telah berikan kepadanya? Sesungguhnya
Kami telah memberikan kitab dan Hikmah kepada keluarga Ibrahim,
dan Kami telah memberikan kepadanya kerajaan yang besar”.

Dalam ayat ini Wahbah Az-Zuhaili mengatakan kemudian

Allah juga mencela sikap dengki (ḥasad) mereka. Sikap dengki ini lebih

7
Firdaus, Alaa Wa Hiya Al-Qalbu,…p.163
5

buruk daripada sikap bakhil. Mereka selalu mengharapkan semua

kebaikan dan anugerah hanya dimiliki oleh mereka saja. Mereka tidak

ingin ada kaum yang melebihi mereka. Mereka sangat egois dan

pendengki. Oleh sebab itu, mereka dengki terhadap anugerah wahyu,

ilmu, kepemimpinan dan banyaknya pendukung yang diperoleh oleh

Nabi Muhammad SAW.8

Bila hati seseorang telah terinfeksi penyakit ḥasad, maka ia

tidak bisa merasakan ketentraman dan ketenangan hidup. Hatinya

senantiasa gelisah setiap kali melihat orang lain memperoleh

kenikmatan. Sepertinya ia merasa tidak rela kalau orang lain

memperoleh kenikmatan dari Allah, seakan-akan kenikmatan itu harus

ia miliki sendiri.9

Ibnu Kaṡir dalam kitabnya “Tafsir Ibn Kaṡir” menjelaskan

bahwa ḥasad (dengki) itu bisa mematikan cahaya kebaikan yang

bersemayam dalam hati, sehingga orang yang terjangkiti sifat ḥasad

akan sulit sekali melakukan kebaikan. Sifat ḥasad tidak layak

8
Wahbah Az-Zuḥaili, “At-Tafsirul-Munir: Fil „Aqidah wasy-Syarii‟ah wal
manhaj”, Terj. Abdul Hayyie al-Kattani, dkk, Tafsῑr al-Munῑr al-„Aqῑdah wa al-
Syari‟ah wa al-Manhaj, jilid 3 (juz 5-6), (Jakarta: Gema Insani, 2016), p. 128.
9
Haqiqi alif, Qolbu Yang Sakit (Lintas Media Jombang), p. 202.
6

disandang oleh orang-orang beriman, dan hanya orang-orang pendosa

dan pendusta saja yang menjadikannya sebagai hiasan hidup.10

Imam al-Gazali menyebutkan tujuh motivasi hasad:

Permusuhan dan rasa dendam, bangga diri, sombong dan takabbur,

menampakkan keheranan atas kepunyaan orang lain, takut akan

kehilangan miliknya, cinta terhadap kepemimpinan dan popularitas,

keburukan diri (watak buruk jiwa).11

Sebab ḥasad itu amat berbahaya maka dalam do‟a ta‟awuz

dianjurkan memohon perlindungan dari pada orang yang ḥasad:

              

            

“Katakanlah: "Aku berlindung kepada Tuhan yang menguasai


subuh, dari kejahatan makhluk-Nya, dan dari kejahatan malam apabila
telah gelap gulita, dan dari kejahatan wanita-wanita tukang sihir yang
menghembus pada buhul-buhul dan dari kejahatan pendengki bila ia
dengki”.12

10
Ishom el Saha dan Saiful Hadi, Sketsa Al-qur‟an, Tempat,Tokoh,Nama dan
Istilah Dalam Al-qur‟an, (Jakarta: Lista Fariska Putra, 2005), Juz 1, p. 133.
11
Al-Imam Al-Ghazali, “ihyā „ulūmiddĺn”, Terj, Ibnu Ibrahim Ba‟adillah,
ihyā „ulūmiddĺn, (Jakarta: Republika Penerbit, 2012), P. 248.
12
Hasan Langgulung, Teori-Teori Kesehatan Mental, (Jakarta: Pustaka Al
Husna, 1992), p. 330
7

Banyak lagi ayat-ayat Alquran yang menjelaskan masalah-

masalah yang ada kaitannya dengan ḥasad, demikian pula halnya

dengan hadis Nabi, juga banyak pula penjelasan penjelasan beliau

tentang masalah dengki akan tetapi kajian ini terfokus pada penafsiran

ulama yang telah di paparkan dalam Alquran.

Sebagaimana firman Allah yang lain dalam surat Al-Hasyr

ayat:7

             

  

“Apa yang diberikan Rasul kepadamu, Maka terimalah. dan


apa yang dilarangnya bagimu, Maka tinggalkanlah. dan bertakwalah
kepada Allah. Sesungguhnya Allah Amat keras hukumannya”.

Ayat di atas menerangkan bahwasanya apa yang diperintahkan

Nabi, maka wajib ditaati dan apa yang dilarang oleh Nabi maka wajib

untuk dijauhi. Oleh karena itu apabila Nabi memberi perintah untuk

melaksanakan sesuatu, maka wajib dikerjakan demikian pula

sebaliknya nabi melarang untuk melakukan suatu perbuatan maka

wajib untuk menjauhi dan menghindarinya.


8

Dengki ada bermacam-macam sebabnya, ada dengki yang tidak

tentu sebab karenanya. Ia benci saja melihat orang lain dalam keadaan

baik. Inilah dengki yang paling buruk. Benci kepada segala yang baik

dengan tidak menentu sebab-musababnya. Ada juga dengki dengan

maksud agar nikmat itu berpindah tangan kepada ia sendiri atau kepada

orang lain. Ada pula dengki karena kurang senang dengan tingkah laku

yang mendapat nikmat. Mungkin karena sombongnya atau congkaknya.

Ada sifat dengki yang timbul karena tidak mau mendengar nasihat atau

tidak pernah mendengar dakwah.13

B. Rumusan dan Batasan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang telah di paparkan di atas, maka

penulis mencoba merumuskan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana pengaruh ḥasad dalam kejiwaan manusia?

2. Bagaimana ḥasad dalam perspektif Al-Quran?

3. Bagaimana penafsiran Wahbah Az-Zuhaili terhadap ḥasad

dalam Al-Quran?

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian


1. Untuk mengetahui pengaruh ḥasad dalam kejiwaan manusia.

2. Untuk mengetahui bagaimana ḥasad dalam perspektif Al-Quran.

13
Oemar Bakry, Akhlak Muslim,....P. 94-95
9

3. Untuk mengetahui penafsiran Wahbah Az-Zuhaili terhadap

ḥasad dalam Al-Quran.

Sedangkan kegunaannya adalah sebagai berikut:

1. Dengan adanya penulisan skripsi ini, dapat menambah wawasan

keilmuan khususnya dalam bidang tafsir.

2. Dengan adanya penulisan skripsi ini, penulis berharap dapat

dijadikan sebagai dorongan untuk lebih mendalami dan

membahas lebih lanjut.

D. Tinjauan Pustaka
Dari penelusuran yang penulis lakukan, terdapat beberapa karya

karya terdahulu yang relevan dengan penelitian ini. Diantara karya

tersebut adalah:

1. Skripsi: Siti Sundari dengan judul “Konsep Abdullah

Gymanstiar tentang mengatasi penyakit dengki

(perspektif dan bimbingan konseling islam)” dalam

skripsi ini ia menjelaskan bagaimana Abdullah

Gymnastiar ketika menjelaskan bagaimana cara

mengatasi penyakit dengki, yakni mengatasi dengki

dengan cara lima macam diantaranya pertama, seorang


10

dilatih untuk berfikir keras mengenai diri dan potensinya

artinya jikalau ia mampu mengenali dirinya secara

otomatis ia dapat menghindari dari gangguan penyakit

yang sudah merasuk dalam dirinya.14

2. Skripsi: Yatarullah dengan judul “Konsep Penyembuhan

penyakit hati menurut Al-Ghazali” dalam skripsi ini ia

menjelaskan obat bagi hati yang sedang sakit adalah

dengan meleyapkan penyebab sakit hati itu sendiri.

Dalam skripsi ini dibahas tentang bagaimana konsep

penyebuhan terhadap penyakit hati seperti ḥasad dan

dengki, riya, takabur, dusta, rakus, dan sebagainya

berdasarkan pendapat Al-Ghazali.15

3. Skripsi: Muhammad Irfan dengan judul “Pemikiran

Hamka tentang penyakit hati dan pengobatannya

(perspektif bimbingan dan konseling islam) dalam

skripsi ini pengobatan penyakit hati menurut HAMKA

dapat dilakukan dengan 5 cara, yaitu: bergaul dengan

14
Siti Sundari, “Konsep Abdullah Gymnastiar tentang mengatasi penyakit
dengki (perspektif dan bimbingan konseling Islam)” (skripsi, Program Sarjana, UIN
Sunan kalijaga Yogyakarta, 2007), p. 129-130
15
Yatarullah, “Konsep Penyembuhan penyakit hati menurut Al-Ghazali”
(Skripsi, Program Sarjana, IAIN “Sunan Kalijaga,” Yogyakarta, 2001), p. 105-106
11

orang budiman, membiasakan pekerjaan berfikir,

menahan syahwat dan marah, bekerja dengan teratur,

dan memeriksa cacat-cacat diri.16

Setelah dipaparkan beberapa karya tentang penyakit hati dan

ḥasad, penulis menemukan ruang yang masih kosong untuk dilakukan

penelitian mengenai ḥasad, dengki, penulis berharap dapat

mendeskripsikan kekosongan tersebut menjadi pembahasan tentang

“Ḥasad Dalam Perspektif Alquran Studi Tafsir Al-Munir Karya

Wahbah Az-Zuḥaili” secara khusus.

E. Metode Penelitian
Dalam penelitian ini penulis menempuh langkah-langkah

sebagai berikut:

1. Jenis penelitian

Jenis penelitian ini penulis menggunakan Studi Pustaka (library

research), yaitu metode penelitian kepustakaan yang bersifat deskriptif,

dengan bantuan berbagai macam-macam buku-buku atau data-data

yang berupa karya ilmiah, baik skripsi, makalah, jurnal dan lain-lain,

16
Muhammad Irfan, “Pemikiran Hamka tentang penyakit hati dan
pengobatannya (perspektif bimbingan dan konseling islam)” (Skripsi, Program
Sarjana, IAIN “Walisongo,” Semarang , 2014), p.78
12

yang membahas tentang ḥasad dalam perspektif al-quran studi tafsir al

munir karya wahbah az-zuhaili.

2. Sumber penelitian

Untuk memperoleh data ini, penulis menggunakan sumber

penelitian yang dapat dikategorikan sebaga berikut:

a) Data primer

Data primer adalah data yang di peroleh langsung oleh

pengumpul data dari objek risetnya17. Data primer yang menjadi

acuan penulis diambil dari kitab Tafsir Al-Munir Karya Wahbah

Az-Zuhaili.

b) Data Skunder

Data skunder merupakan buku penunjang yang pada

dasarnya sama dengan buku utama, akan tetapi dalam buku

penunjang ini bukan merupakan faktor utama. Sumber data

sekunder ini merupakan buku-buku, jurnal, yang mempunyai

keterkaitan, dan karya ilmiah, yang mempunyai hubungan

dengan penelitian ini.

3. Analisis data

17
Rosady Ruslan, Metode Penelitian: Public Relations dan Komunikasi
(Jakarta: Rajawali Pers, Ed. 1, Cet. 5, 2010), p. 29
13

Dalam penelitian ini penulis berusaha mengkaji,

menelaah dan menjelaskan cara penafsiran para pakar tafsir

dalam menafsirkan ayat-ayat tentang ḥasad dengan merujuk

kepada tafsir yang menjadi bahan rujukan, dalam hal ini penulis

menggunakan metode deskriptif, yaitu dengan cara menganalisa

data-data yang ada kaitannya dengan objek pembahasan, antara

lain melalui buku-buku atau tulisan-tulisan yang ada kaitannya

dengan pokok pembahasan, metode deskriptif dirasakan lebih

tepat untuk dipergunakan dalam penelitian ini, karena apa yang

akan dibahas berkaitan dengan pembuktian analisis terhadap

perkembangan yang terjadi di lingkungan masyarakat.

F. Sistematika Pembahasan
Secara garis besar penulis memberikan gambaran secara umum

dari pokok pembahasan ini. Isi skripsi ini terdiri dari lima bab, yaitu:

Bab Pertama, pendahuluan yang meliputi: latar belakang

masalah, perumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, tinjauan

pustaka, metode penelitian dan sistematika pembahasan.

Bab Kedua, Biografi tokoh yang meliputi riwayat hidup

Wahbah Az-Zuhaili, karya-karya Wahbah az-Zuhaili, karir akademis


14

Wahbah az-Zuhaili, guru-guru wahbah az-Zuhaili, sekilas tentang tafsir

Al-Munir, sejarah tafsir al-Munir, Metode tafsir al-Munir, sumber-

sumber penulisan tafsir al-Munir.

Bab Ketiga, Makna Hasad yang meliputi: Definisi Ḥasad,

Pengaruh Ḥasad dalam kejiwaan manusia.

Bab Keempat, Klasifikasi Ayat-Ayat Alquran tentang Ḥasad,

Penafsiran Wahbah az-Zuhaili Tentang Ayat- Ayat Ḥasad, Analisis

Tafsir Wahbah az-Zuhaili

Bab Kelima, penutup yang meliputi: kesimpulan dan saran-

saran.

Anda mungkin juga menyukai