Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                

Model Pembelajaran

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 5

Apa Itu Teori Belajar?

Teori adalah seperangkat preposisi yang di dalamnya memuat tentang ide, konsep, prosedur,
dan prinsip yang terdiri dari satu atau lebih variabel yang saling berhubungan satu dan lainnya
dan dapat dipelajari, dianalisis, diuji, dan dibuktikan kebenarannya.

jenis Teori Belajar


Teori belajar sendiri terdiri dari beberapa jenis. Untuk lebih jelasnya simak pembahasan
berikut.

1. Teori Behavioristik
Mengutip jurnal Universitas Medan Area, teori behavioristik menyatakan bahwa belajar
mengubah tingkah laku.

Baca artikel detikbali, "4 Teori Belajar yang Wajib Dipahami Beserta Penerapannya"
selengkapnya https://www.detik.com/bali/berita/d-6514058/4-teori-belajar-yang-wajib-
dipahami-beserta-penerapannya.
Contoh aplikasi teori behavioristik adalah:

Menentukan tujuan-tujuan instruksional


Menganalisis lingkungan yang ada saat ini, termasuk mengidentifikasi 'entry behavior'
(pengetahuan awal) siswa
Menentukan materi pelajaran
Memecah materi pelajaran menjadi bagian-bagian kecil (sub pokok bahasan, subtopik)
Menyajikan materi pelajaran
Memberi stimulus berupa pertanyaan, tes, latihan tugas-tugas
Mengamati dan mengkaji respons yang diberikan

2. Teori humanistic

menyatakan bahwa belajar adalah memanusiakan manusia. Maksudnya adalah


menghargai segala yang ada pada manusia.

3. Teori Konstruktivistik
Teori konstruktivistik adalah aliran filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa
pengetahuan merupakan hasil konstruksi kita sendiri.

Teori ini menyatakan bahwa pengetahuan adalah bentukkan siswa yang belajar lewat
interaksi dengan bahan atau pengalaman baru, ilmu yang didapatkan tidak dapat
ditransfer guru ke murid. Isi materi pelajaran ditentukan oleh murid sendiri.

4. Teori Kognitivisme
Teori belajar kognitivisme menyatakan bahwa belajar adalah perubahan persepsi atau
pemahaman. Teori belajar ini lebih mementingkan proses belajar ketimbang hasilnya.

Model belajar kognitif menyatakan bahwa tingkah laku seseorang ditentukan oleh persepsi
serta pemahamannya tentang situasi yang berhubungan dengan tujuan belajarnya.
enis-Jenis Model
Pembelajaran
Model-model Pembelajaran

author/editor: Edi Elisa / kategori Strategi Belajar Mengajar / tanggal


diterbitkan 30 Mei 2021 / dikunjungi: 323.41rb kali
Penggunaan model pembelajaran yang tepat merupakan salah satu
penentu keberhasilan dalam kegiatan pembelajaran yang dilakukan
oleh guru. Dengan demikian, guru dapat memilih jenis-jenis model
pembelajaran yang sesuai demi tercapainya tujuan pembelajaran
yang diharapkan. Menurut Komalasari (2010: 58-88) jenis-jenis
model pembelajaran yang dapat digunakan dalam pembelajaran,
antara lain:

1. Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem-based


Learning).

Model pembelajaran berbasis masalah adalah model


pembelajaran dengan pendekatan pembelajaran siswa pada
masalah autentik sehingga siswa dapat menyusun
pengetahuannya sendiri, menumbuh kembangkan
keterampilan yang lebih tinggi dan inquiry, memandirikan
siswa dan meningkatkan kepercayaan diri sendiri (Arends
dalam abbas, 2000 : 13). Model ini bercirikan penggunaan
masalah kehidupan nyata sebagai sesuatu yang harus
dipelajari siswa untuk melatih dan meningkatkan keterampilan
berfikir kritis dan pemecahan masalah serta mendapatkan
pengetahuan konsep – konsep penting, di mana tugas guru
harus memfokuskan diri untuk membantu siswa mencapai
keterampilan mengarahkan diri. Pembelajaran berbasis
masalah, penggunaannya di dalam tingkat berfikir yang lebih
tinggi, dalam situasi berorientasi pada masalah, termasuk
bagaimana belajar.

2. Model Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning.

Model pembelajaran kooperatif adalah rangkaian kegiatan


belajar yang dilakukan oleh siswa dalam kelompok-kelompok
tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah
dirumuskan. Slavin dalam Isjoni (2009: 15) pembelajaran
kooperatif adalah suatu model pembelajaran dimana siswa
belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara
kolaboratif yang anggotanya 5 orang dengan struktur
kelompok heterogen. Sedangkan menurut Sunal dan Hans
dalam Isjoni (2009: 15) mengemukakan bahwa pembelajaran
kooperatif merupakan suatu cara pendekatan atau
serangkaian strategi yang khusus dirancang untuk memberi
dorongan kepada siswa agar bekerja sama selama proses
pembelajaran. Selanjutnya Stahl dalam Isjoni (2009: 15)
menyatakan pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan
belajar siswa lebih baik dan meningkatkan sikap saling tolong-
menolong dalam perilaku sosial.

Pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang


berfokus pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerja
sama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai
tujuan belajar (Sugiyanto, 2010: 37). Anita Lie (2007: 29)
mengungkapkan bahwa model pembelajaran cooperative
learning tidak sama dengan sekedar belajar dalam kelompok.

3. Model Pembelajaran Berbasis Proyek (Project-based


Learning).

Proyek adalah tugas yang kompleks, berdasarkan tema yang


menan tang, yang melibatkan siswa dalam mendesain,
memecahkan masalah, mengambil keputusan, atau kegiatan
investigasi; memberikan kesempatan kepada siswa untuk
bekerja dalam periode waktu yang telah dijadwalkan dalam
menghasilkan produk (Thomas, Mergendoller, and Michaelson,
1999). Proyek terurai menjadi beberapa jenis. Stoller (2006)
mengemukakan tiga jenis proyek berdasarkan sifat dan urutan
kegiatannya, yaitu: (1) proyek terstruktur, ditentukan dan
diatur oleh guru dalam hal topik, bahan, metodologi, dan
presentasi; (2) proyek tidak terstruktur didefinisikan terutama
oleh siswa sendiri; (3) proyek semi-terstruktur yang
didefinisikan dan diatur sebagian oleh guru dan sebagian oleh
siswa.

Pembelajaran Berbasis Proyek sebagai pembelajaran yang


menggunakan Proyek sebagai media dalam proses
pembelajaran untuk mencapai kompetensi sikap, pengetahuan
dan keterampilan. Penekanan pembela -jaran terletak pada
aktivitas-aktivitas siswa untuk menghasilkan produk dengan
menerapkan keterampilan meneliti, menganalisis, membuat,
sampai dengan mempresentasikan produk pembelajaran
berdasarkan pengalaman nyata. Produk yang dimaksud adalah
hasil Proyek berupa barang atau jasa dalam bentuk desain,
skema, karya tulis, karya seni, karya teknologi/prakarya, dan
lain-lain. Melalui penerapan Pembelajaran Berbasis Proyek,
siswa akan berlatih merencanakan, melaksanakan kegiatan
sesuai rencana dan menampilkan atau melaporkan hasil
kegiatan. Bentuk aktivitas proyek terdiri dari (1) Proyek
produksi yang meli batkan penciptaan seperti buletin, video,
program radio, poster, laporan tertulis, esai, foto, surat-surat,
buku panduan, brosur, menu banquet, jadwal perjalanan, dan
sebagainya; (2) Proyek kinerja seperti pementasan, presentasi
lisan, pertunjukan teater, pameran makanan atau fashion show
; (3) Proyek organisasi seperti pembentukan klub, kelompok
disku-si, atau program-mitra percakapan. Lebih lanjut, menurut
Fried-Booth (2002) ada dua jenis proyek yaitu (1) Proyek skala
kecil atau sederhana yang hanya menghabiskan dua atau tiga
pertemuan. Proyek ini hanya dilakukan di dalam kelas; (2)
Proyek skala penuh yang membutuhkan kegiatan yang rumit di
luar kelas untuk menyelesaikannya dengan rentang waktu
lebih panjang.

4. Model Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching).

Model pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching And


Learning / CTL) merupakan suatu konsepsi yang membantu
guru dalam proses pembelajaran dengan mengaitkan konten
mata pelajaran dengan situasi dunia nyata dan motivasi siswa
yang membuat hubungan antara pengetahuan dan
penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota
keluarga, masyarakat, warga Negara dan tenaga kerja.
Menurut Elaine B. Johnson (Riwayat,2008), CTL juga
merupakan sebuah sistem yang merangsang otak untuk
menyusun pola-pola yang mewujudkan makna dengan
menghubungakan muatan akademis dengan konteks dari
kehidupan sehari-hari siswa.

Belajar dapat terjadi dengan proses mengalami. Siswa dapat


belajar dengan baik jika dihadapkan dengan masalah aktual,
sehingga dapat menemukan kebutuhan real dan minatnya.[1]
CTL didesain dengan melibatkan siswa mengalami dan
menerapkan apa yang diajarkan dengan mengacu pada
masalah-masalah dunia nyata yang berhubungan dengan
peran dan tanggung jawab mereka sebagai anggota keluarga,
masyarakat, warga negara dan tenaga kerja. Hal ini
memungkinkan siswa mengaitkan, memperluas, dan
menerapkan pengetahuan dan ketrampilan akademik mereka
dalam memecahkan masalah-masalah dunia nyata atau
masalah-masalah yang stimulisasi. Jadi dapat diambil
kesimpulan bahwa pembelajaran kontekstual (CTL) adalah
pembelajaran yang memiliki hubungan yang erat dengan
pengalaman yang sesungguhnya. Dan ini merupakan suatu
proses kompleks dan banyak fase yang berlangsung jauh
melampaui drill-oriented dan metodologi stimulus-response.

5. Model Pembelajaran Inkuiri.

Inkuiri yang dalam bahasa Inggris inquiry, berarti pertanyaan,


atau pemeriksaan, penyelidikan (Gulo, 2004:84). Beberapa
pendapat tentang model pembelajaran inkuiri, antara lain
menurut Widja (1989:48) model pembelajaran inkuiri adalah
suatu Model yang menekankan pengalaman-pengalaman
belajar yang mendorong siswa dapat menemukan konsep-
konsep dan prinsip.

Selanjutnya, Sumantri (1999:164) menyatakan bahwa model


pembelajaran inkuiri adalah cara penyajian pelajaran yang
memberi kesempatan kepada siswa untuk menemukan
informasi dengan atau tanpa bantuan guru. Model
pembelajaran inkuiri adalah porses belajar yang memberi
kesempatan pada siswa untuk menguji dan menafsirkan
problem secara sistematika yang memberikan konklusi
berdasarkan pembuktian (Nasution, 1992:128). Lebih lanjut
dikatakan Model pembelajaran inkuiri adalah suatu proses
untuk memperoleh dan mendapatkan informasi dengan
melakukan observasi dan atau eksperimen untuk mencari
jawaban atau memecahkan masalah terhadap pertanyaan atau
rumusan masalah dengan menggunakan kemampuan berpikir
kritis dan logis. Model atau pendekatan pembelajaran inkuiri
merupakan salah satu bentuk pendekatan pembelajaran yang
berpusat pada siswa (student centered approach). Ciri utama
yang dimiliki oleh pendekatan inkuiri yaitu menekankan
kepada aktivitas siswa secara maksimal untuk mencari dan
menemukan (menempatkan siswa sebagai subjek belajar),
seluruh aktivitas yang dilakukan siswa diarahkan untuk
mencari dan menemukan jawaban sendiri dari sesuatu yang
dipertanyakan sehingga diharapkan dapat menumbuhkan
sikap percaya diri (self belief) serta mengembangkan
kemampuan berpikir secara sistematis, logis, dan kritis atau
mengembangkan kemampuan intelektual sebagai bagian dari
proses mental (Wina Sanjaya, 2009: 196-197).

6. Model Pembelajaran Pencapaian Konsep (Concept


Learning).

Model pembelajaran Pencapaian Konsep ini berangkat dari


studi mengenai proses berfikir yang dilakukan Bruner,
Goodnow, dan Austin (dalam Suherman dan Winataputra,
1992) yang menyatakan bahwa model ini dirancang untuk
membantu mempelajari konsep-konsep yang dapat dipakai
untuk mengorganisasikan informasi sehingga dapat memberi
kemudahan bagi mereka untuk mempelajari konsep itu dengan
cara efektif, menganalisis, serta mengembangkan konsep.
Pengertian Model Pencapaian Konsep ini juga merupakan
model yang efisien untuk menyajikan informasi yang
terorganisasikan dalam berbagai bidang studi, salah satu
keunggulan dari model pencapaian konsep ini adalah
meningkatkan kemampuan untuk belajar dengan cara yang
lebih mudah dan lebih efektif.

Anda mungkin juga menyukai