Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                

Klasifikasi Morfologi Kakatua

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 21

BIOLOGI REPRODUKSI IKAN KAKATUA

Scarus ghobban Forsskal, 1775 DI PERAIRAN KEPULAUAN


SPERMONDE

SKRIPSI

DIAN UTARI

PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBER DAYA PERAIRAN


DEPARTEMEN PERIKANAN
FAKULTAS ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2020
BIOLOGI REPRODUKSI IKAN KAKATUA
Scarus ghobban Forsskal, 1775 DI PERAIRAN KEPULAUAN
SPERMONDE

DIAN UTARI
L211 16 012

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada Fakultas Ilmu
Kelautan dan Perikanan

PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBER DAYA PERAIRAN


DEPARTEMEN PERIKANAN
FAKULTAS ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2020
iii
iv
v
ABSTRAK

Dian Utari. L21116012. ”Biologi Reproduksi Ikan Kakatua Scarus ghobban Forsskal,
1775 di Perairan Kepulauan Spermonde” dibimbing oleh Joeharnani Tresnati sebagai
Pembimbing Utama dan Ambo Tuwo sebagai Pembimbing Anggota.

Ikan kakatua Scarus ghobban Forsskal, 1775 merupakan anggota dari famili
Scaridae dan memiliki penyebaran yang luas di Indo - Pasifik. Ikan ini dapat ditemukan
di laguna dan terumbu karang tepi pantai hingga ke arah laut. Ikan ini juga memiliki
peran ekologis yang penting dalam menjaga keseimbangan ekosistem, terutama pada
terumbu karang serta memiliki nilai ekonomis penting sehingga perlu dikelola secara
berkelanjutan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa aspek biologi reproduksi
mencakup nisbah kelamin, tingkat kematangan gonad, indeks kematangan gonad, dan
ukuran pertama kali matang gonad. Penelitian ini dilakukan pada populasi ikan Scarus
ghobban di Perairan Kepulauan Spermonde. Sampel ikan diperoleh dari hasil
tangkapan nelayan yang didaratkan di Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Rajawali
Makassar. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa nisbah kelamin antara ikan jantan,
betina, dan tidak teridentifikasi jenis kelaminnya adalah 1 : 1,1 : 2,5. Secara
makroskopik, model reproduksi adalah hermaprodit protandri. Nilai IKG ikan betina
lebih besar dibandingkan ikan jantan. Pengelolaan ikan Scarus ghobban yaitu
dilakukan dengan cara tidak meningkatkan intensitas penangkapan, tidak melakukan
aktivitas penangkapan pada bulan Desember karena ikan sedang memijah, dan ikan
yang boleh ditangkap yaitu ukuran panjang lebih dari 24,0 – 31,8 cm.

Kata kunci : Scarus ghobban, nisbah kelamin, tingkat kematangan gonad, indeks
kematangan gonad, ukuran pertama matang gonad, pengelolaan

vi
ABSTRACT

Dian Utari. L21116012. “Reproductive Biology of Scarus ghobban Forsskal, 1775 in


the Spermonde Islands Waters” supervised by Joeharnani Tresnati as Principal
Supervisor and Ambo Tuwo as Member Supervisor.

Scarus ghobban Forsskal, 1775 is a Scaridae family and has a wide distribution in
Indo-Pacific. This fish could be found in lagoons and coral reefs from the coast to the
sea. This fish also has an important ecological role in maintaining the balance of the
ecosystem, especially on coral reefs and has important economic value that needs to
be managed sustainably. This study aims to analyze reproductive biology Scarus
ghobban, such as sex ratio, gonad maturity stage, gonad maturity index, and size at
the first maturity. The samples were collected from fisherman catches that were landed
at the Rajawali Fishing Port, Makassar. This study indicates that the sex ratio between
male, female, and unidentified sex is 1 : 1,1 : 2,5. Macroscopically, reproductive model
is protandric hermaphrodite. The gonad maturity index value of female fish is greater
than male fish. The management of the Scarus ghobban fish is not increasing the
intensity of fishing, not catching in December because the fish are spawning, and the
fish that can be caught are more than 24,0 – 31,8 cm in length.

Keywords : Scarus ghobban, sex ratio, gonad maturity stage, gonad maturity index,
size at the first maturity, management

vii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala limpahan
rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan baik.
Skripsi ini berjudul “Biologi Reproduksi Ikan Kakatua Scarus ghobban Forsskal,
1775 di Perairan Kepulauan Spermonde”. Penulisan skripsi ini merupakan salah
satu syarat memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada Fakultas Ilmu Kelautan dan
Perikanan, Universitas Hasanuddin.
Penulis menyadari dalam penulisan skripsi ini tidak terlepas dukungan dan
bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih
kepada :
1. Ibu Prof. Dr. Ir. Joeharnani Tresnati, DEA selaku pembimbing utama yang selalu
meluangkan waktu dan pikirannya untuk membimbing serta memberikan arahan
dalam penyelesaian skripsi ini.
2. Bapak Prof. Dr. Ir. Ambo Tuwo, DEA selaku pembimbing kedua yang selalu
meluangkan waktu dan pikirannya untuk mengarahkan serta memberikan masukan
dalam penyelesaian skripsi ini.
3. Bapak Dr. Ir. Budiman Yunus, M.P dan Ibu Dr. Ir. Basse Siang Parawansa, M.P
selaku dosen penguji yang telah meluangkan waktu dan pikirannya untuk
memberikan masukan serta saran dalam penyelesaian skripsi ini.
4. Bapak Djamaluddin Djalani, S.T dan Ibu Musriani yang selalu memberikan doa,
kasih sayang, nasihat dan semangat untuk menyelesaikan skripsi ini.
5. Teman - teman Manajemen Sumberdaya Perairan 2016 yang selalu memberikan
doa, bantuan dan semangat untuk menyelesaikan skripsi ini.
6. Segenap dosen dan seluruh staf akademik yang selalu membantu dalam
memberikan fasilitas, ilmu, serta pendidikan kepada peneliti hingga dapat
menunjang dalam penyelesaian skripsi ini.
Semoga Allah SWT senantiasa membalas semua kebaikan yang telah
diberikan dan semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi peneliti umumnya kepada
para pembaca. Penulisan skripsi ini masih terdapat kekurangan sehingga perlu kritik
dan saran untuk peningkatan penulisan yang lebih baik.

Makassar, 20 November 2020

Dian Utari

viii
BIODATA PENULIS

Penulis dilahirkan di Polewali pada tanggal 14 Mei 1998


dari pasangan Bapak Djamaluddin Djalani, S.T dan Ibu Musriani.
Penulis merupakan anak kedua dari tiga bersaudara. Jenjang
pendidikan yang ditempuh penulis yaitu pada tahun 2010 penulis
lulus di Sekolah Dasar Negeri Pai Makassar, tahun 2013 lulus di
Sekolah Menengah Pertama Negeri 09 Makassar, dan tahun
2016 lulus di Sekolah Menengah Atas Negeri 15 Makassar. Pada
tahun 2016 penulis melanjutkan pendidikan ke jenjang perguruan tinggi dan diterima
sebagai mahasiswa Program Studi Manajemen Sumber Daya Perairan, Departemen
Perikanan, Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan, Universitas Hasanuddin, Makassar.
Selama menjadi mahasiswa, penulis sebagai anggota Keluarga Mahasiswa
Profesi Manajemen Sumber Daya Perairan dan pengurus Komunitas Bangku Pelosok.
Penulis juga pernah mengikuti pendidikan dan pelatihan One Star Scuba Diver,
kegiatan kolaborasi untuk Sustainable Development Goals (SDGs) 2030 regional
Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat, kegiatan rehabilitasi lamun di Pulau Pari
Kepulauan Seribu, pelatihan pengembangan masyarakat organik perkotaan, serta
pada pelatihan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja berdasarkan
ISO 45001 : 2018, Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja berdasarkan
SMK3 PP No. 50 Tahun 2012, Sistem Manajemen Lingkungan berdasarkan ISO 14001
: 2015, Sistem Manajemen Mutu berdasarkan ISO 9001 : 2015, Sistem Keamanan
Pangan berdasarkan ISO 22000 : 2018, Hazard Analysis Critical Control Point
(HACCP), dan Good Manufacturing Practice (GMP).
Penulis menyelesaikan rangkaian tugas akhir yaitu Kuliah Kerja Nyata (KKN)
Tematik Kebencanaan di Desa Bontosunggu, Kecamatan Bajeng, Kabupaten Gowa
pada tahun 2019, kemudian menyelesaikan Praktik Kerja Lapang (PKL) di PT.
Bogatama Marinusa, Kawasan Industri Makassar. Penulis melakukan penelitian
dengan judul “Biologi Reproduksi Ikan Kakatua Scarus ghobban Forsskal, 1775 di
Perairan Kepulauan Spermonde”.

ix
DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL .......................................................................................................... xii

DAFTAR GAMBAR ..................................................................................................... xiii

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................................. xiv

I. PENDAHULUAN ....................................................................................................... 1

A. Latar Belakang ..................................................................................................... 1


B. Tujuan dan Kegunaan ......................................................................................... 2

II. TINJAUAN PUSTAKA .............................................................................................. 3

A. Klasifikasi dan Morfologi ..................................................................................... 3


B. Habitat dan Distribusi ......................................................................................... 4
C. Aspek Reproduksi ............................................................................................... 5
1. Nisbah kelamin ............................................................................................... 5
2. Tingkat kematangan gonad (TKG) ................................................................. 6
3. Indeks kematangan gonad (IKG) ................................................................... 6
4. Ukuran pertama matang gonad (UPMG) ....................................................... 7

III. METODE PENELITIAN ............................................................................................. 8

A. Waktu dan Lokasi Penelitian ............................................................................... 8


B. Alat dan Bahan .................................................................................................... 9
C. Prosedur Penelitian ............................................................................................. 9
1. Teknik pengambilan sampel ........................................................................... 9
2. Analisis laboratorium ...................................................................................... 9
3. Analisis data ................................................................................................. 10

IV. HASIL ...................................................................................................................... 13

A. Nisbah Kelamin ................................................................................................. 13


1. Distribusi nisbah kelamin berdasarkan waktu sampling .............................. 13
2. Distribusi nisbah kelamin berdasarkan tingkat kematangan gonad ............ 13
3. Distribusi nisbah kelamin berdasarkan kelas panjang ................................. 14
B. Tingkat Kematangan Gonad (TKG) .................................................................. 15
1. Karakteristik makroskopik gonad ................................................................ 15
2. Tingkat kematangan gonad berdasarkan waktu sampling ......................... 17
3. Tingkat kematangan gonad berdasarkan kelas panjang ............................ 17
C. Indeks Kematangan Gonad (IKG) .................................................................... 18
D. Ukuran Pertama Matang Gonad (UPMG) ........................................................ 19

V. PEMBAHASAN ......................................................................................................... 20

A. Nisbah Kelamin ................................................................................................. 20

x
B. Tingkat Kematangan Gonad (TKG) .................................................................. 21
C. Indeks Kematangan Gonad (IKG) .................................................................... 22
D. Ukuran Pertama Matang Gonad (UPMG) ........................................................ 22

VI. KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................................... 24

A. Kesimpulan ........................................................................................................ 24
B. Saran ................................................................................................................. 24

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................... 25

LAMPIRAN .................................................................................................................... 29

xi
DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Tahapan perkembangan gonad ikan kakatua Scarus niger Forsskal, 1775


Menurut Yanti et al., (2019) ..................................................................................... 10
2. Karakteristik makroskopik gonad ikan kakatua Scarus ghobban Forsskal, 1775
pada ikan jantan dan betina .................................................................................... 15

xii
DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Ikan kakatua Scarus ghobban Forsskal, 1775 (a) saat hidup (Stuart - Smith
et al., 2015) dan (b) saat pengamatan di laboratorium ............................................ 3

2. Distribusi ikan kakatua berada pada daerah yang ditandai dengan titik – titik
merah (Scarponi et al., 2018) ................................................................................... 4
3. Peta lokasi pengambilan sampel ikan kakatua Scarus ghobban Forsskal,
1775 di perairan Kepulauan Spermonde oleh nelayan ........................................... 8

4. Nisbah kelamin ikan kakatua Scarus ghobban Forsskal, 1775 berdasarkan


waktu sampling ....................................................................................................... 13

5. Nisbah kelamin ikan kakatua Scarus ghobban Forsskal, 1775 berdasarkan


tingkat kematangan gonad ..................................................................................... 14
6. Nisbah kelamin ikan kakatua Scarus ghobban Forsskal, 1775 berdasarkan
kelas panjang .......................................................................................................... 14
7. Karakteristik makroskopik testis (a-e) dan ovari (f-j) dari ikan kakatua Scarus
ghobban Forsskal, 1775. T : Testis, O : ovari, a dan f TKG II, b dan g TKG III
awal, c dan h TKG III akhir, d dan i TKG IV awal, serta e dan j TKH IV akhir ...... 16
8. Tingkat kematangan gonad ikan kakatua Scarus ghobban Forsskal, 1775
pada ikan jantan dan betina berdasarkan waktu sampling .................................... 17

9. Tingkat kematangan gonad ikan kakatua Scarus ghobban Forsskal, 1775


pada ikan jantan dan betina berdasarkan kelas panjang ...................................... 17

10. Indeks kematangan gonad ikan kakatua Scarus ghobban Forsskal, 1775
berdasarkan waktu sampling .................................................................................. 18

11. Indeks kematangan gonad ikan kakatua Scarus ghobban Forsskal, 1775
berdasarkan tingkat kematangan gonad ................................................................ 18

12. Ukuran ikan pertama kali matang gonad pada ikan kakatua Scarus ghobban
Forsskal 1775 berdasarkan kelas panjang, (a) ikan jantan dan (b) ikan betina .... 19

xiii
DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman
1. Nisbah kelamin ikan kakatua Scarus ghobban Forsskal, 1775 berdasarkan
waktu sampling ....................................................................................................... 29
2. Hasil uji chi square nisbah kelamin ikan kakatua Scarus ghobban Forsskal,
1775 berdasarkan waktu sampling ........................................................................ 30
3. Nisbah kelamin ikan kakatua Scarus ghobban Forsskal, 1775 berdasarkan
tingkat kematangan gonad ..................................................................................... 30
4. Hasil uji chi square nisbah kelamin ikan kakatua Scarus ghobban Forsskal,
1775 berdasarkan tingkat kematangan gonad ....................................................... 30
5. Nisbah kelamin ikan kakatua Scarus ghobban Forsskal, 1775 berdasarkan
kelas panjang .......................................................................................................... 31
6. Hasil uji chi square nisbah kelamin ikan kakatua Scarus ghobban Forsskal,
1775 berdasarkan kelas panjang ........................................................................... 31
7. Tingkat kematangan gonad ikan kakatua Scarus ghobban Forsskal, 1775
berdasarkan waktu sampling .................................................................................. 32
8. Tingkat kematangan gonad ikan kakatua Scarus ghobban Forsskal, 1775
berdasarkan kelas panjang .................................................................................... 34
9. Hasil uji statistik berpasangan untuk indeks kematangan gonad berdasarkan
waktu sampling ....................................................................................................... 36
10. Hasil uji statistik berpasangan untuk indeks kematangan gonad berdasarkan
tingkat kematangan gonad ..................................................................................... 36
11. Wawancara dengan nelayan pengumpul ikan kakatua Scarus ghobban
Forsskal, 1775 ........................................................................................................ 37
12. Hasil kuesioner responden nelayan pengumpul ikan kakatua Scarus ghobban
Forsskal, 1775 ........................................................................................................ 37

xiv
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kepulauan Spermonde (Spermonde shelf) terdapat di bagian Selatan Selat
Makassar, tepatnya di pesisir Barat Daya Pulau Sulawesi. Kepulauan Spermonde
dikenal oleh masyarakat sebagai pulau - pulau Sangkarang dan terdiri atas ± 121
pulau, mulai dari Kabupaten Takalar di Selatan hingga Mamuju di Sulawesi Barat.
Sebaran pulau karang yang terdapat di Kepulauan Spermonde terbentang dari Utara
ke Selatan sejajar pantai daratan Pulau Sulawesi (Jompa et al., 2005). Perairan ini
memiliki potensi perikanan yang sangat besar, sehingga masyarakat memanfaatkan
sumber daya ikan sebagai mata pencaharian. Salah satu hasil tangkapan ikan di
perairan Kepulauan Spermonde adalah ikan kakatua Scarus ghobban.
Ikan kakatua adalah anggota dari famili Scaridae dan memiliki penyebaran
yang luas di Indo - Pasifik yang meliputi : Laut merah dan Teluk Algoa, Afrika Selatan
sampai ke Kepulauan Rapa dan Ducie, dari Utara ke Selatan Jepang, Selatan ke
Perth, dan New South Wales (Yennawar et al., 2013). Ikan kakatua dapat ditemukan di
laguna dan terumbu karang tepi pantai hingga ke arah laut (Varghese et al., 2009).
Ikan kakatua merupakan ikan terumbu karang yang hidup pada kedalaman
sampai 35 m dan dapat mencapai panjang hingga 90 cm (Goren & Aronov, 2002). Ikan
ini bersifat soliter atau dalam kelompok kecil, tetapi saat akan memijah ikan kakatua
akan bergerombol (Jayapal et al., 2017). Memperoleh makanannya dengan cara
mencabuti atau memakan alga dari batu dan karang (Ioannou et al., 2010). Ikan
kakatua sebagai ikan herbivora memiliki peranan penting dalam keseimbangan
ekosistem terumbu karang dengan membatasi pembentukan dan pertumbuhan
komunitas alga yang dapat menghambat rekrutmen karang (Green et al., 2009). Oleh
karena itu, ikan ini merupakan salah satu penyokong hubungan mutualisme yang ada
dalam ekosistem terumbu karang.
Selain memiliki peran ekologis yang penting, juga memiliki nilai ekonomis
apabila sudah diolah menjadi ikan asin untuk dikonsumsi (Tresnati et al., 2019a). Ikan
yang berukuran kecil dipasarkan dalam kondisi hidup untuk akuarium air laut. Dalam
hal penangkapan, digunakan jaring dan alat tangkap sederhana lainnya. Aktivitas
penangkapan nelayan yang menjadikan sebagai ikan target dapat mempengaruhi
struktur populasi ikan yang dapat terlihat dari ukuran panjang dan bobot, jumlah hasil
tangkapan nelayan, dan habitat ikan tersebut. Hal ini dapat mengakibatkan ikan-ikan
yang ada di perairan menjadi berkurang dan dapat punah, sehingga akan berpengaruh
pada kehidupan terumbu karang (Nybakken, 1992).

1
Penelitian mengenai biologi reproduksi ikan kakatua di perairan Indonesia
telah dilakukan pada spesies ikan kakatua Scarus rivulatus (Aswady et al., 2019;
Gusrin et al., 2020) dan ikan kakatua Scarus niger (Tresnati et al., 2019a). Namun
penelitian mengenai biologi reproduksi pada spesies ikan kakatua Scarus ghobban
belum dilakukan. Oleh karena itu, perlunya dilakukan penelitian ini untuk memperoleh
informasi mengenai biologi reproduksi ikan kakatua Scarus ghobban di perairan
Kepulauan Spermonde.

B. Tujuan dan Kegunaan

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa aspek biologi reproduksi mencakup


nisbah kelamin, tingkat kematangan gonad, indeks kematangan gonad dan ukuran
pertama matang gonad ikan kakatua Scarus ghobban yang tertangkap di perairan
Kepulauan Spermonde. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi
pengelolaan sumberdaya ikan kakatua Scarus ghobban yang tertangkap di perairan
Kepulauan Spermonde.

2
II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Klasifikasi dan Morfologi


Klasifikasi Ikan Kakatua Scarus ghobban, Forsskal 1775 menurut Froese &
Pauly (2020) adalah sebagai berikut :
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Subfilum : Vertebrata
Superclass : Pisces
Kelas : Actinopterygii
Order : Perciformes
Suborder : Labroidei
Famili : Scaridae
Subfamily : Scarinae
Genus : Scarus
Species : Scarus ghobban
Common name : Blue - barred parrotfish
Local name : Laccukang (Makassar), Mogo (Konawe), Kea – kea
(luwu), konnya (Polewali Mandar)
Adapun morfologi ikan kakatua S. ghobban dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Ikan kakatua Scarus ghobban Forsskal, 1775 (a) saat hidup (Seale, 2012)
dan (b) saat pengamatan di laboratorium.

Tanda-tanda morfologi secara umum famili Scaridae (Adrim, 2008) antara lain :
bentuk tubuh pipih (compressed), bentuk moncong membundar dan kepala tumpul,
sirip punggung bergabung antara 9 duri keras dan 10 duri lemah. Sirip dubur dengan 3
duri keras dan 9 duri lemah. Sirip dada dengan 13 - 17 duri lemah. Sirip perut dengan
1 duri keras dan 5 duri lemah. Sisik besar dan tidak bergerigi (cycloid). Gurat sisi
memiliki 22 - 24 sisik berporos dan terpisah dua bagian. Pada pipi terdapat 1 - 4 sisik.
Jumlah sisik sebelum sirip punggung ada 2 - 8. Pada rahang atas dan bawah terdapat

3
gigi plat yang kuat. Struktur gigi ikan ini agak unik, disebut gigi plat karena susunan gigi
menyatu dan di tengah ada celah. Pada ikan dewasa terdapat satu atau dua taring
pendek di samping rahang atas pada posisi belakang.
Ikan kakatua S. ghobban dapat dikenali dari warnanya yang bervariasi saat
ikan tumbuh. Pada fase awal, berwarna oranye kusam dengan lima garis bercak biru
yang tidak lengkap di tubuhnya. Sirip punggung dan sirip dubur berwarna kuning
dengan garis biru. Sirip ekor adalah berlekuk tunggal (emarginate). Pada fase terminar,
berwarna biru dorsal dan kuning disisinya. Terdapat 5 garis bercak biru di tubuhnya
dan pita biru memanjang ke belakang dari mata. Sirip punggung dan sirip dubur
berwarna kuning dengan garis biru. Sirip ekor adalah bentuk bulan sabit (lunate)
(Yennawar et al., 2013).

B. Distribusi dan Habitat

Parenti & Randall (2000), mengemukakan bahwa sebagian besar (75 %) ikan
kakatua tersebar di kawasan Indo - Pasifik (termasuk Indonesia), sisanya terdapat di
daerah sub - tropis seperti di timur Samudera Atlantik dan Laut Mediterania (Gambar
2). Ikan famili Scaridae tersebar di wilayah Indo Pasifik yang terdiri dari 10 genera dan
90 spesies (Allen & Erdmann, 2012). Ikan kakatua yang terdapat di Indonesia yaitu 36
spesies (Allen & Adrim, 2003).

Gambar 2. Distribusi ikan kakatua berada pada daerah yang ditandai dengan titik – titik
merah (Scarponi et al., 2018).

Ikan famili Scaridae (kakatua) ditemukan di terumbu karang dan lamun. Ikan
berukuran kecil (juvenile) banyak ditemukan hidup di daerah padang lamun,
sedangkan ikan berukuran dewasa hidup di daerah terumbu karang (WWF, 2015). Ikan
kakatua digolongkan sebagai ikan herbivora yang memakan alga pada permukaan

4
karang mati. (Green et al., 2009). Kegiatan makan ikan ini memiliki peranan penting
bagi produksi dan penyebaran terumbu karang, yang dapat mencegah pertumbuhan
berlebih dari alga yang ada pada permukaan karang. Ikan herbivora dapat dijadikan
sebagai bioindikator kesehatan terumbu karang karena kelompok ikan ini mengontrol
pertumbuhan turf alga, makroalga yang dapat menghambat pertumbuhan karang baru
dengan menyediakan substrat terbuka sebagai tempat melekat individu / koloni karang
muda (Wibowo et al., 2016).

C. Aspek Reproduksi

Reproduksi adalah suatu proses biologis dalam memproduksi organisme baru.


Menurut Nikolsky (1963), aspek-aspek reproduksi pada ikan meliputi nisbah kelamin,
tingkat kematangan gonad, indeks kematangan gonad, dan ukuran ikan pertama kali
matang gonad.

1. Nisbah kelamin
Nisbah kelamin merupakan perbandingan antara jumlah ikan jantan dan betina
dari suatu populasi. Pengetahuan mengenai nisbah kelamin diperlukan untuk
mengetahui keseimbangan populasi ikan jantan dan ikan betina di dalam suatu
perairan. Perbandingan nisbah kelamin ikan jantan dan betina diperkirakan mendekati
1,00 : 1,00. Hal ini menunjukkan jumlah ikan jantan relatif hampir sama banyaknya
dengan jumlah ikan betina yang tertangkap dan masih ideal untuk mempertahankan
kelestarian (Dahlan et al., 2018). Jumlah individu ikan jantan dan betina yang
seimbang, akan mengakibatkan terjadinya pembuahan sel telur oleh spermatozoa
sehingga membentuk individu - individu baru semakin besar (Effendie, 2002).
Menurut Nikolsky (1963), adanya perbedaan jumlah dan ukuran pada salah
satu jenis kelamin ikan di dalam suatu populasi dikarenakan perbedaan pola
pertumbuhan, umur, awal kematangan gonad dan perubahan jenis ikan baru pada
suatu populasi ikan yang sudah ada. Perbedaan laju pertumbuhan antara jenis kelamin
dapat menyebabkan terjadinya ketidakseimbangan proporsi di dalam populasi. Jenis
kelamin dengan laju pertumbuhan yang lebih cepat akan bertumbuh lebih besar
sehingga dapat mengurangi predasi dan pada jenis kelamin dengan laju pertumbuhan
yang lambat akan menjadi santapan bagi predator (Vicentini & Araujo, 2003). Kegiatan
penangkapan ikan yang tidak terkontrol atau penangkapan yang berlebihan
mengakibatkan populasi ikan jantan dan ikan betina yang tidak seimbang dan terjadi
penurunan populasi ikan di perairan. Perubahan keseimbangan nisbah kelamin
disebabkan oleh faktor lingkungan, penangkapan yang berlebihan serta penggunaan
alat tangkap yang tidak ramah lingkungan (Hasan, 2019).

5
2. Tingkat kematangan gonad (TKG)
Tingkat kematangan gonad diperlukan untuk mengetahui perbandingan ikan-
ikan yang akan melakukan produksi dan yang tidak. Tahapan kematangan gonad ini
juga didapatkan katerangan bila mana ikan akan memijah, baru memijah, atau selesai
memijah (Effendie, 2002). Menurut Lagler et al., (1977), secara garis besar
perkembangan gonad dibagi atas dua tahap, yaitu tahap pertumbuhan gonad hingga
mencapai dewasa kelamin dan tahap pematangan gonad. Tahap pertama dimulai
sejak ikan menetas hingga mencapai dewasa kelamin. Tahap kedua merupakan tahap
pematangan seksual dan terus berlangsung selama fungsi reproduksi berjalan dengan
baik.

Beberapa jenis ikan kakatua termasuk dalam jenis ikan yang hermaprodit
protogini. Kemampuan bereproduksi yang memulai hidup sebagai ikan betina, dan
akan berubah menjadi ikan jantan (Jayapal et al., 2017). Selama terjadinya
perkembangan gonad, sebagian besar energi metabolisme ditujukan pada
perkembangan gonad ikan. Pada tahapan itu akan terjadi vitellogenesis, yaitu proses
pengendapan kuning telur pada tiap - tiap individu telur yang menyebabkan berat
gonad ikan akan bertambah (Santoso, 2009). Tingkat kematangan gonad ikan
dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal yang meliputi
spesies, umur dan ketersediaan hormon. Sedangkan faktor eksternal meliputi suhu
perairan dan jenis makanan (Effendie, 2002). Menurut Sulistiono et al., (2011),
ditemukannya ikan yang sudah mencapai TKG III dan IV dapat merupakan indikator
adanya ikan yang memijah pada perairan tersebut. Pemijahan ikan dilakukan pada
saat kondisi lingkungan mendukung keberhasilan pemijahan dan kelangsungan hidup
larva.

3. Indeks kematangan gonad (IKG)


Indeks kematangan gonad (IKG) adalah nilai dalam persen (%) sebagai hasil
perbandingan antara berat gonad dengan berat tubuh ikan. Dengan mengetahui TKG
dan IKG satu spesies ikan, maka dapat memprediksi kapan ikan akan memijah. Nilai
IKG sangat tergantung dari besarnya gonad, semakin besar gonad ikan pada berat
tubuh ikan yang sama maka nilai IKG akan semakin tinggi (Sembiring et al., 2014).
Menurut Sulistiono et al., (2011), ikan jantan umumnya mempunyai nilai indeks
kematangan gonad (IKG) yang lebih rendah dibandingkan dengan ikan betina.
Pertambahan gonad pada ikan betina dapat mencapai 10−25% dari berat
tubuhnya, sedangkan pada ikan jantan hanya mencapai 5−10% dari berat tubuh.
Tingkat kematangan gonad yang semakin tinggi, maka nilai IKG juga akan semakin
tinggi karena dengan meningkatnya TKG diikuti pula dengan meningkatnya berat

6
gonad dan berat tubuh ikan. Nilai IKG yang tinggi merupakan indikator dari periode
reproduksi. Nilai IKG ikan pada saat akan memijah semakin tinggi dan setelah memijah
akan menurun dengan cepat sampai selesai memijah (Effendie, 2002).

4. Ukuran pertama matang gonad (UPMG)


Ukuran pertama matang gonad penting dalam pengelolaan sumberdaya ikan
karena digunakan untuk mengetahui ukuran terkecil ikan yang ditangkap atau yang
boleh ditangkap. Pengamatan ukuran ikan pertama kali matang gonad secara berkala
dapat dijadikan indikator adanya tekanan terhadap populasi (Siby et al., 2017). Ikan
yang siap ditangkap adalah ikan yang telah matang gonad dan telah memijah. Ukuran
kali pertama matang gonad pada ikan disebabkan oleh perubahan kondisi lingkungan,
faktor abiotik, genetik populasi, perbedaan letak wilayah, kualitas perairan, dan
besarnya tekanan penangkapan (Abu bakar et al., 2019).
Berkurangnya populasi ikan di perairan terjadi karena ikan yang tertangkap
adalah ikan yang akan memijah atau yang belum memijah, sehingga diperlukan upaya
pengelolaan dalam menjaga keberlangsungan kelestarian sumberdaya ikan. Tindakan
pencegahan yang dilakukan yaitu dengan membatasi intensitas penangkapan dan
memperkecil ukuran mata jaring agar ikan-ikan yang telah matang gonad memiliki
kesempatan untuk bereproduksi (Dahlan et al., 2015). Tangkap lebih secara biologi
dapat digolongkan menjadi growth overfishing dan recruitment overfishing. Growth
overfishing terjadi apabila hasil tangkapan didominasi oleh ikan-ikan kecil pada ukuran
pertumbuhan, sedangkan recruitment overfishing terjadi apabila kegiatan eksploitasi
lebih banyak menangkap ikan yang siap memijah (spawning stock) atau ikan dewasa
matang gonad (Saputra et al., 2009). Menurut Allen et al., (2013), recruitment
overfishing adalah bentuk penangkapan ikan yang lebih buruk dan terjadi ketika proses
pemijahan berlangsung dan biasanya lebih menggangu keberadaan stok ikan
dibandingkan growth overfishing.

Anda mungkin juga menyukai