Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                

Makalah Konsep Dasar PAUD

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

HAKIKAT PENDIDIKAN ANAK USIA DINI

Makalah ini Disusun Untuk Tugas

Mata Kuliah Konsep Dasar PAUD

Disusun Oleh:
FAIZE TURROFIDAH

PROGRAM STUDY PG PAUD SEMESTER 1

UNIVERSITAS BAKTI INDONESIA

BANYUWANGI
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNYA
sehingga makalah konsep dasar PAUD ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak
lupa penulis juga mengucapkan terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah
berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya.
Dan harapan penulis semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan
dan pengalaman bagi para pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki
bentuk maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.
penulis yakin masih banyak kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena
itu penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca
demi kesempurnaan makalah ini.

Situbondo, 20 November 2022


Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................. i


KATA PENGANTAR ............................................................................... ii
DAFTAR ISI .............................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................... 2
1.3 Tujuan .................................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Hakikat Anak Usia Dini ...................................................... 3
2.2 Pendidikan Anak Usia Dini.................................................. 6
2.3 Lembaga Pendidikan Anak Usia Dini ................................. 7

BAB III KESIMPULAN


3.1 Kesimpulan........................................................................... 15
3.2 Saran..................................................................................... 15

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 16

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Hakikat pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk
mengembangkan potensi-potensi diri dan keterampilan peserta didik yang
berlangsung sepanjang hayat. Pendidikan ini di dapatkan di sekolah, lingkungan
keluarga, dan lingkungan sekitar. Pendidikan dimulai dari anak masih berusia
dini, pada masa anak – anak pendidikan sangat penting dilaksanakan agar anak
dapat berkembang sesuai minat dan potensi kecerdasan anak.
Pendidikan anak usia dini dapat diartikan sebagai pendidikan dasar yang
fundamental. Anak adalah generasi penerus bangsa yang harus mempunyai bekal
pendidikan untuk persaingan di masa depan. Bekal tersebut dapat dimiliki oleh
anak melalui pendidikan anak usia dini. Permendikbud No. 137 Tahun 2014
menyatakan bahwa: Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah upaya pembinaan
yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai usia 6 tahun yang dilakukan
melalui pemberian rancangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan
perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki
pendidikan lebih lanjut.
Pendidikan anak usia dini diharapkan dapat membantu dalam
mengembangkan kecakapan hidup untuk anak dalam memecahkan
masalahmasalah kehidupan anak. Penyelesaian masalah-masalah dalam kehidupan
anak tentunya harus ditemukan oleh anak itu sendiri, atau yang sering disebut
dengan problem solving. Dalam penyelesaian suatu masalah anak-anak dituntut
untuk mengembangkan potensi kreativitasnya.
Dalam Permendikbud No. 146 Tahun 2014 pada pembahasan mengenai
muatan kurikulum 2013 pada point ke 3 menyebutkan bahwa “Program
pengembangan kognitif mencakup perwujudan suasana untuk berkembangnya
kematangan proses berpikir dalam konteks 3 bermain”. Melalui kematangan
proses berpikir yang dialami oleh anak, maka anak dapat menyelesaikan masalah-
masalah sederhana yang dialaminya. Dalam Permendikbud No. 146 Tahun 2014

4
juga memuat tentang kompetensi inti yang merupakan gambaran pencapaian
standar tingkat pencapaian perkembangan anak.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang permasalahan yang dipaparkan di atas,
pemakalah dapat merumuskan pembahasan sebagai berikut :
1. Apa hakikat Anak Usia Dini?
2. Apa Pendidikan Anak Usia Dini?
3. Apa saja lembaga Pendidikan Anak Usia Di

1.3 Tujuan
Tujuan dalam penulisan makalah ini adalah untuk:
1. Menjelaskan hakikat Anak Usia Dini.
2. Mengidentifikasi Pendidikan Anak Usia Dini.
3. Mengetahui lembaga Pendidikan Anak Usia Dini

4
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Hakikat Anak Usia Dini


2.1.1 Pengertian Anak Usia Dini
Anak usia dini merupakan kelompok manusia yang berada pada proses
pertumbuhan dan perkembangan. Hal ini mengisyaratkan bahwa anak usia dini
adalah individu yang unik yang memiliki pola pertumbuhan dan perkembangan
fisik, kognitif, sosio-emosional, kreativitas, bahasa dan komunikasi yang khusus
sesuai dengan tahapan yang sedang dilalui oleh anak.
Menurut Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan
nasional, anak usia dini ialah anak sejak lahir sampai usia enam tahun. Pendidikan
Anak Usia dini mengacu pada pendidikan yang diberikan kepada anak usia 0-6
tahun atau sampai dengan 8 tahun. Menurut pendapat Feld dan Baur, anak usia
dini dibagi menjadi: lahir sampai 1 tahun (bayi-infancy), 1-3 tahun (fodder), 3-4
tahun (prasekolah), 5-6 tahun (kelas awal SD), dan 7-8 tahun (kelas lanjut SD).
Definisi anak usia dini yang dikemukakan oleh NAEYC (National
Assosiation Education For Young Children) adalah sekelompok individu yang
berada pada rentang usia antara 0-8 tahun. Anak usia dini merupakan sekelompok
anak yang berada dalam proses pertumbuhan dan perkembangan. Pada usia 0-8
tahun, para ahli menyebutkan sebagai masa emas (Golden Age) yang terjadi
hanya satu kali dalam perkembangan kehidupan anak. Pertumbuhan dan
perkembangan anak usia dini perlu diarahkan pada fisik, kognitif, sosial
emosional, bahasa, dan kreativitas yang seimbang sebagai peletak dasar yang
tepat guna pembentukan pribadi anak yang utuh.
Menurut Landshears menyatakan bahwa perkembangan kognititf pada anak
usia dini 4-8 tahun sudah mencapai 30%. Menurut Martha B. Bronson membagi
rentang masa anak usia dini didasarkan pada penelitian perkembangan motorik
halus, motorik kasar, sosial dan kognitif serta terhadap perkembangan perilaku
bermain dan minat permainan.
Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa anak usia dini adalah
anak yang berusia 0-6 tahun, pada masa anak mulai mengekplorasi kebisaan dan

4
kecerdasan anak dalam kreativitas. Usia anak yang paling penting dalam
membentuk masa pertumbuhan dan perkembangan fisik motorik, kognitif, bahasa,
sosial emosional yang perlu dibimbing dan diarahkan oleh orang tua dan pendidik
pada hal-hal yang positif melalui minat dan bakat yang khusus sesuai dengan
tahapan yang sedang dilalui oleh anak.

2.1.2 Karakteristik Anak Usia


Dini Masa anak usia dini merupakan masa ketika anak memiliki berbagai
karakteristik atau hal sifat khusus yang tidak dimiliki oleh yang lain sehingga sifat
anak itu berbeda-beda. Menurut Sigmund Freud, Masa usia dini adalah masa anak
sangat berpengaruh terhadap perkembangan dan pertumbuhan yang akan
membentuk kepribadiannya ketika anak dewasa. Berikut ini adalah beberapa
karakteristik anak usia dini :
a) Anak Bersifat Egosentris Anak yang bersifat egosentris yaitu anak yang lebih
cenderung memahami dan melihat sesuatu dari kepentingan maupun kemauan
anak sendiri. Pada usia anak 2-6 tahun pola berpikir anak bersifat egosentris
dan simbolis karena anak melakukan kegiatan, anak bermain atas
pengetahuan yang anak miliki, anak belum dapat bersikap sosial yang
melibatkan orang yang ada di sekitar anak, anak asyik dengan kegiatan dan
memuaskan diri sendiri. Anak dapat menambah dan mengurangi serta
mengubah sesuatu sesuai dengan kemauan anak sendiri serta pengetahuan
yang anak miliki.
b) Anak Memiliki Rasa Ingin Tahu Anak yang memiliki rasa ingin tahu yang
tinggi yaitu anak berpandangan bahwa dunia ini dipenuhi hal-hal yang
menarik dan menakjubkan. Sehingga hal ini mendorong rasa ingin tahu anak
yang tinggi, rasa ingin tahu anak bervariasi, tergantung apa yang menarik
perhatian anak. Semakin banyak pengetahuan yang didapat anak maka
semakin tinggi rasa ingin tahu anak serta semakin kaya daya pikir anak.
c) Anak Bersifat Unik Anak memiliki keunikan yaitu sifat anak itu berbeda satu
dengan lainnya. Seperti dalam gaya belajar, minat, dan latar belakang
keluarga anak. Keunikan yang dimiliki masing-masing anak sesuai dengan
bawaan, minat, kemampuan dan latar belakang keluarga serta kehidupan yang

4
berbeda-beda. Meskipun terdapat pola urutan umum dalam perkembangan
anak yang dapat diprediksi, namun pola perkembangan dan belajar anak tetap
memiliki perbedaan satu sama lain.
d) Anak Memiliki Imajinasi dan Fantasi Anak memiliki imajinasi dan fantasi
yaitu anak senang dan tertarik dengan hal-hal yang bersifat imajinatif dan
fantasi. Anak senang dengan cerita-cerita khayalan yang bersifat imajinasi
dan fantasi yang disampaikan oleh orang lain. Tetapi anak juga senang
bercerita kepada orang lain seperti halnya kegiatan yang anak lakukan ketika
di sekolah. Terkadang anak bertanya tentang sesuatu yang tidak dapat ditebak
oleh orang dewasa, hal itu disebabkan anak memiliki fantasi yang luar biasa
dan berkembang melebihi dari apa yang dilihat anak.
e) Anak Memiliki Daya Konsentrasi Pendek Pada umumnya anak sulit untuk
berkonsentrasi pada suatu kegiatan dalam jangka waktu yang lama. Anak
cepat mengalihkan perhatian pada kegiatan lain. Rentang konsentrasi anak
usia lima tahun umumnya adalah sepuluh menit untuk dapat duduk dan
memperhatikan sesuatu secara nyaman. Daya perhatian yang pendek
membuat anak masih sangat sulit untuk duduk dan memperhatikan sesuatu
untuk jangka waktu yang lama, kecuali terhadap hal-hal yang menarik dan
menyenangkan bagi anak. Pembelajaran dapat dilakukan dengan
menggunakan pendekatan yang bervariasi dan menyenangkan, sehingga tidak
membuat anak terpaku di tempat dan menyimak dalam jangka waktu lama.
f) Anak aktif dan Energik Anak yang aktif dan enegik yaitu anak yang senang
melakukan berbagai aktivitas. Anak seolah tidak lelah, tidak pernah bosan,
tidak pernah berhenti dari aktivitas.
g) Ekploratif dan Berjiwa Petualang Anak yang ekploratif dan berjiwa petualang
yaitu anak terdorong oleh rasa ingin tahu yang kuat dan senang menjelajah,
mencoba dan mempelajari hal-hal baru. Seperti halnya anak suka
membongkar mainan mobil-mobilan, anak ingin tahu apa yang ada didalam
mainan mobil-mobila tersebut.
h) Spontan Spontan yaitu perilaku yang ditampilkan anak umumnya relatif asli,
alami dan tidak dibuat-buat sehingga merefleksikan apa yang ada dalam
perasaan dan pikiran anak.

4
2.2 Pendidikan Anak Usia Dini
Pendidikan bagi anak usia dini adalah pemberian upaya untuk menstimulasi,
membimbing, mengasuh dan memberikan kegiatan pembelajaran yang akan
menghasilkan kemampuan dan keterampilan anak. Pendidikan bagi anak usia dini
merupakan sebuah pendidikan yang dilakukan pada anak yang baru lahir sampai
dengan enam tahun. Sesuai dengan keunikan dan pertumbuhan anak usia dini
harus disesuaikan dengan tahap-tahap perkembangan yang dilalui oleh anak usia
dini.
Pendidikan anak usia dini adalah jenjang pendidikan sebelum jenjang
pendidikan dasar yang merupakan suatu upaya pembinaan yang ditujukan bagi
anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui
pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan
perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki
pendidikan lebih lanjut, yang diselenggarakan pada jalur formal, nonformal, dan
informal.
Menurut Conny, beliau menyatakan bahwa pendidikan anak pada usia dini
adalah belajar sambil bermain. Bagi anak, kegiatan yang serius namun
mengasyikan adalah bermain. Melalui bermain, semua aspek perkembangan anak
bisa ditingkatkan. Dengan bermain secara bebas anak dapat berekspresi dan
bereksplorasi untuk memperkuat hal-hal yang sudah diketahui dan menemukan
hal-hal baru.
Menurut Bloom, Pendidikan sejak usia dini penting untuk perkembangan
mental yang meliputi perkembangan inteligensi, kepribadian dan tingkah laku
sosial yang berlangsung cepat pada usia dini.

Pendidikan anak usia dini adalah suatu proses pembinaan tumbuh kembang
anak usia lahir hingga enam tahun secara menyeluruh, yang mencakup aspek fisik
dan non fisik, dengan memberikan rangsangan bagi perkembangan jasmani,
rohani (moral dan spiritual), motorik, akal pikir, emosional dan sosial yang tepat
agar anak dapat tumbuh dan berkembang secara optimal. Adapun upaya yang
dilakukan mencakup stimulasi intelektual, pemeliharaan kesehatan, pemberian

4
nutrisi, dan penyediaan kesempatan yang luas untuk mengekplorasi dan belajar
secara aktif.
Melalui pengertian tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa pendidikan
anak usia dini merupakan pendidikan anak usia 0-6 tahun yang dilakukan dengan
upaya pemberian rangsangan dan stimulus dari pendidik, untuk membantu
pertumbuhan dan perkembangan anak dalam memasuki jenjang pendidikan
selanjutnya. Upaya pemberian rangsangan dengan belajar sambil bermain
merupakan upaya pendidikan atau lembaga dalam menumbuh kembangkan aspek
perkembangan anak yang mana anak dapat berekpresi dan berekplorasi dalam
pengetahuan yang telah diketahui oleh anak usia dini. Diselenggarakan melalui
jalur pendidikan formal, nonformal dan informal. Pendidikan anak usia dini pada
jalur pendidikan formal yaitu Taman Kanak-kanak (TK), Raudhatul Athfal (RA).
PAUD pada jalur nonformal yaitu Kelompok Bermain (KB), Taman Penitipan
Anak (TPA). PAUD pada pendidikan informal yaitu pendidikan keluarga dan
Posyandu atau pendidikan yang diselenggarakan oleh lingkungan.

2.3 Lembaga Pendidikan Anak Usia Dini


A. Taman Kanak-Kanak (TK)
Sebutan “Taman” pada Taman Kanak-Kanak mengandung makna “tempat
yang aman dan nyaman (safe and comportable) untuk bermain” sehingga
pelaksanaan pendidikan di TK harus mampu menciptakan lingkungan bermain
yang aman dan nyaman sebagai wahana tumbuh kembang anak. Oleh karena itu,
guru harus memperhatikan tahap tumbuh kembang anak didik, kesesuaian dan
keamanan alat dan sarana bermain, serta metode yang digunakan dengan
mempertimbangkan waktu, tempat, serta teman bermain.
Penataan lingkungan tempat anak bermain perlu diperhatikan dan
dipersiapkan sebaik-baiknya, agar tercipta rasa aman dan nyaman, sehingga akan
menumbuhkan keberanian anak untuk memenuhi rasa ingin tahunya (self
curiousity) dan keinginan untuk menjalin hubungan sosial dengan lingkungannya.

4
Lingkungan yang bersih, tertata rapi dengan sentuhan estetika, menarik dan
teratur akan menumbuhkan sikap dan perilaku anak yang konsisten. Lingkungan
yang kaya akan sentuhan nilai-nilai religious, sosial-budaya, pengenalan abjad,
angka, bentuk, gambar, dan aneka warna akan mampu menumbuhkan minat anak
secara lebih signifikan. Perpustakaan hendaknya dilengkapi dengan buku-buku
cerita, gambar-gambar dan rak dengan berbagai permainan, model, peralatan
untuk bermain peran yang ada di lingkungan anak juga akan memperkaya
imajinasi, kreatifitas dan mental anak dalam mengekspresikan diri.
Pelaksanaan pendidikan di TK menganut prinsip : “Bermain sambil Belajar
dan Belajar seraya Bermain”. Bermain merupakan cara terbaik untuk
mengembangkan potensi anak didik. Sebelum bersekolah, bermain merupakan
cara alamiah untuk menemukan lingkungan, orang lain dan dirinya sendiri.
Melalui pendekatan bermain, anak-anak dapat mengembangkan aspek psikis
dan fisik meliputi moral dan nilai-nilai agama, social emosional, kognitif, bahasa,
fisik/motorik, kemandirian dan seni. Pada prinsipnya bermain mengandung makna
yang menyenangkan, mengasyikkan, tanpa ada paksaan dari luar diri anak, dan
lebih mementingkan proses mengeksplorasi potensi diri daripada hasil akhir.
Pendekatan bermain sebagai metode pembelajaran di TK hendaknya
disesuaikan dengan perkembangan usia dan kemampuan anak didik, yaitu secara
berangsur-angsur dikembangkan dari bermain sambil belajar (unsur bermain lebih
dominan) menjadi belajar seraya bermain (unsur belajar mulai dominan). Dengan
demikain anak didik tidak merasa canggung menghadapi pendekatan
pembelajaran pada jenjang pendidikan selanjutnya.
Pada usia 4 s.d 6 tahun, kebutuhan anak untuk bermain dan bersosialisasi
lebih penting dibandingkan dengan kemampuan skolastik. Oleh karena itu,
pendidikan di TK tidak diperkenankan memberikan pekerjaan rumah (PR) kepada
anak didik dalam bentuk apapun.

B. Kelompok Bermain (KB)


Kelompok Bermain (KB) adalah salah satu bentuk layanan PAUD pada jalur
pendidikan nonformal yang menyelenggarakan program pendidikan sekaligus
program kesejahteraan bagi anak sejak lahir sampai dengan enam tahun. (dengan

4
prioritas anak usia dua sampai empat tahun) dan merupakan salah satu bentuk
PAUD pada jalur nonformal yang mengutamakan kegiatan bermain sambil
belajar. Penyelenggaraan KB harus memenuhi persyaratan minimal yang
meliputi: peserta didik, pendidik, pengelola, persyaratan pendirian dan prosedur
pendirian dan pengelolaan administrasi dan pelaporan dan pembinaannya.
Penyelenggaraan KB harus memenuhi persyaratan minimal, yang meliputi
peserta didik, pendidik, pengelola, pengasuh/perawat, rasio pendidik atau
pengasuh dengan peserta didik, teknis penyelenggaraan, perizinan, pengelolaan
administrasi, evaluasi, pelaporan dan pembinaannya.
Program kegiatan belajar kelompok bermain KB adalah seperangkat kegiatan
belajar yang direncanakan untuk dilakukan dalam rangka menyiapkan dan
meletakkan dasar-dasar bagi perkembangan diri anak didik lebih
lanjut. Pelaksanaan pembentukan perilaku melalui pembiasaan dilakukan melalui
kegiatan rutin, spontan dan terprogram. Pengembangan kemampuan dasar KB
terdiri dari pengembangan bahasa, kognitif, fisik dan seni.

C. Taman Penitipan Anak (TPA)


Taman Penitipan Anak (TPA) adalah salah satu bentuk PAUD pada jalur
pendidikan nonformal sebagai wahana kesejahteraan yang berfungsi sebagai
pengganti keluarga untuk jangka waktu tertentu bagi anak yang orang tuanya
bekerja. TPA menyelenggarakan. program pendidikan sekaligus pengasuhan
terhadap anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun dengan prioritas anak
usia empat tahun ke bawah. Untuk mendukung mewujudkan anak usia dini yang
berkualitas, maju, mandiri, demokrasi, dan berprestasi, TPA menggunakan dan
menerapkan filsafat pendidikan, yaitu tempa, asah, asih, dan asuh.
Pentingnya pelayanan yang terpadu (kesehatan-gizi-psikososial-agama-
pendidikan) untuk anak usia lahir tiga tahun. Hal ini sebagai upaya meletakkan
dasar-dasar perkembangan yang baik pada diri anak secara holistik sehingga anak
dapat mengenal diri dari lingkungannya. Semua kegiatan dilaksanakan dengan
bermain sambil belajar yang dapat memenuhi kebutuhan jasmani dan rohani serta
memberikan rasa aman dan menyenangkan bagi anak.

4
Taman Penitipan Anak (child care centre) adalah wahana
asuhan kesejahteraan sosial yang berfungsi sebagai pengganti keluarga untuk
waktu tertentu bagi anak yang orang tuanya berhalangan, tidak mampu, atau tidak
punya waktu untuk memberikan pelayanan kebutuhan kepada anaknya. Selain itu,
Taman Penitipan Anak juga disebut sebagai wahana pendidikan dan pembinaan
kesejahteraan anak yang berfungsi sebagai pengganti keluarga untuk jangka waktu
tertentu selama orang tuanya berhalangan atau tidak memiliki waktu yang cukup.

D. Satuan PAUD Sejenis


Satuan PAUD yang sejenis merupakan area program pelayanan AUD yang
tujuannya sama dengan lembaga PAUD lainnya. Sasaran SPS selain Anak Usia 6
tahun juga orang tua dan pengasuh anak usia dini. Pelaksanaannya lebih fleksibel
bergantung pada kesepakatan antara warga dan pengelola atau kader SPS
tersebut. Tempat belajarnya juga lebih Fleksibel dan bisa dilakukan di mana saja.
Satuan PAUD Sejenis (SPS) adalah layanan minimal merupakan layanan
minimal yang hanya dilakukan 1-2 kali/minggu atau merupakan layanan PAUD
yang diintegrasikan dengan program layanan lain. Peserta didik pada SPS adalah
anak 2-4 tahun.
Satuan PAUD Sejenis (SPS), yakni lembaga yang menyelenggarakan
pendidikan selain Taman Kanak-Kanak, Kelompok Bermain dan Taman Penitipan
Anak. Satuan PAUD sejenis (SPS) berfungsi memberikan pendidikan sejak dini
dan membantu meletakkan dasar ke arah pengembangan sikap, perilaku, perasaan,
kecerdasan, sosial dan fisik yang diperlukan dalam menyesuaikan diri dengan
lingkungan yang berpengaruh terhadap tumbuh kembang anak.
Pemberdayaan masyarakat dalam penyelenggaraan Satuan PAUD Sejenis
sangat penting untuk dilakukan dengan alasan bahwa masyarakat memiliki potensi
untuk merencanakan, melaksanakan, mendukung, mengevaluasi program yang
berkaitan dengan kehidupannya termasuk PAUD. Selain itu masyarakat juga perlu
memiliki , pemahaman tentang kebutuhan dan harapannya pada bidang PAUD.

4
E. Raudatul Athfal (RA)
Raudatul athfal (disingkat RA) merupakan jenjang pendidikan anak usia dini
(yakni usia 6 tahun atau di bawahnya) dalam bentuk pendidikan formal, di bawah
pengelolaan Kementerian Agama
RA setara dengan taman kanak-kanak (TK), di mana kurikulumnya
ditekankan pada pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan
dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam
memasuki pendidikan lebih lanjut.
Kurikulum Raudhatul Athfal adalah seperangkat rencana dan pengaturan
mengenai tujuan, bidang pengembangan dan penilaian serta cara yang digunakaan
sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan
pendidikan.
Fungsi RA : Fungsi pendidikan Raudhatul Athfal adalah membina,
menumbuhkan, mengembangkan seluruh potensi anak secara optimal sehingga
terbentuk perilaku dan kemampuan dasar sesuai dengan tahap perkembangannya
agar memiliki kesiapan untuk memasuki pendidikan selanjutnya.
Tujuan RA adalah : Membantu meletakkan dasar kearah perkembangan sikap
perilaku, pengetahuan, keterampilan dan daya cipta yang diperlukan oleh anak
didik agar menjadi muslim yang menghayati dan mengamalkan agama serta
menyesuaikan diri dengan lingkungannya dan kepentingan pertumbuhan serta
perkembangan selanjutnya. Program pembelajaran di Raudhatul Athfal mencakup
bidang pengembangan perilaku dan pengembangan kemampuan dasar bersifat
pembiasaan.

F. Day Care (DC)


Day Care memiliki posisi yang sangat strategis dalam upaya memberikan
program layanan bagi anak usia dini baik layanan pengasuhan,
perawatan/pemeliharaan, pembinaan, maupun layanan pendidikan. Program ini
diharapkan dapat memberikan kontribusi dan manfaat positif bagi masyarakat
maupun masyarakat secara luas.
Secara umum Day Care bertujuan untuk memfasilitasi tumbuh kembang anak
batita (0 – 3 tahun) dan anak usia 3 – 6 tahun dalam lingkungan yang kondusif

4
dan nyaman (homy) melalui pengasuhan, perawatan, dan bimbingan dalam proses
sosialisasi dan pendidikan.
Secara khusus program ini bertujuan sebagai berikut:
a) Menyediakan kesempatan bagi anak untuk memperoleh kelengkapan asuhan,
rawatan, pembinaan dan pendidikan yang baik sehingga dapat terjamin
kelangsungan hidup, tumbuh kembang, perlindungan dan partisipasi bagi
anak;
b) Menghindarkan anak dari kemungkinan memperoleh tindakan kekerasan atau
tindakan lain yang akan mengganggu atau mempengaruhi kelangsungan
hidup dan tumbuh kembang anak serta pembentukan kepribadiannya;
c) Membantu orang tua/keluarga dalam memantapkan fungsi keluarga,
khususnya dalam melaksanakan pembinaan kesejahteraan anak di dalam dan
di luar keluarga. Dengan demikian lembaga pelayanan ini merupakan upaya
preventif dalam menghadapi keterlantaran melalui asuhan, perawatan,
pendidikan dan bimbingan bagi anak usia dini.

G. Bina Keluarga Balita (BKB)


BKB atau bina keluarga balita merupakan sebuah program dari pemerintah
dalam rangka pembinaan keluarga untuk mewujudkan tumbuh kembang balita
secara optimal. BKB tidak sama dengan PAUD (Pendidikan anak usia dini)
ataupun TPA karena sasaran dari BKB adalah keluarga/orangtua yang memiliki
anak balita 0-5 tahun.
Dalam program BKB dapat dilaksanakan dengan tujuan sebagai berikut :
1) Meningkatkan pengetahuan dan kesadaran ibu dan anggota keluarga lainnya
tentang pentingnya Proses tumbuh kembang balita dalam aspek fisik, mental
dan sosial dan pelayanan yang tepat dan terpadu yang tersedia bagi anak,
misalnya di Posyandu.
2) Meningkatkan keterampilan ibu dan anggota keluarga lainnya dalam
mengusahakan tumbuh kembang anak secara optimal, antara lain dengan
stimulus mental dengan menggunakan Alat Permainan Edukatif (APE) dan
memanfaatkan pelayanan yang tersedia.

4
4
BAB III
KESIMPULAN

3.1 Kesimpulan
Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah jenjang pendidikan sebelum
jenjang pendidikan dasar yang merupakan suatu upaya pembinaan yang ditujukan
bagi anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui
pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan
perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki
pendidikan lebih lanjut, yang diselenggarakan pada jalur formal, nonformal, dan
informal. Pendidikan anak usia dini merupakan salah satu bentuk
penyelenggaraan pendidikan yang menitikberatkan pada peletakan dasar ke arah
pertumbuhan dan perkembangan fisik (koordinasi motorik halus dan kasar),
kecerdasan (daya pikir, daya cipta, kecerdasan emosi, kecerdasan spiritual), sosio
emosional (sikap dan perilaku serta agama) bahasa dan komunikasi, sesuai dengan
keunikan dan tahap-tahap perkembangan yang dilalui oleh anak usia dini
Lembaga Pendidikan anak usia dini dilaksanakan sesuai satuan Pendidikan
masing-masing. Taman Penitipan Anak (TPA) dilaksanakan 3 – 5 hari dengan jam
layanan minimal 6 jam. Kelompok Bermain (KB) setiap hari atau minimal 3 kali
seminggu dengan jumlah jam minimal 3 jam. Satuan PAUD Sejenis (SPS)
minimal satu minggu sekali dengan jam layanan minimal 2 jam. Taman Kanak-
Kanak (TK) dilaksanakan minimal 5 hari setiap minggu dengan jam layanan
minimal 2,5 jam.

3.2 Saran
Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih terdapat banyak kekurangan
dalam penulisan makalah ini. Maka dari itu kami memohon kritik dan saran
yang membangun dari pembaca, agar sempurnanya penulisan dalam makalah
ini dan dapat bermanfaat bagi kita semua.

4
DAFTAR PUSTAKA

Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional

Suyadi. 2010. Psikologi Belajar Pendidikan Anak Usia, Yogyakarta: PT. Pustaka
Insan Madani

Soegeng Santoso. 2011.Dasar-dasar Pendidikan TK, Jakarta: Universitas Terbuka.

Aris Priyanto. 2014. “Pengembangan Kreativitas Pada Anak Usia Dini Melalui
Aktivitas Bermain”, dalam Jurnal Ilmiah Guru “COPE” Pengawas SMA
Dinas Pendidikan Yogyakarta, No. 02 November,

Komang Ayu Sugiartini. 2014. ”Metode Pemberian Tugas Melalui Kegiatan


Kolase Berbantuan Media Alam untuk Meningkatkan Kemampuan Motorik
Halus Anak”, dalam eJournal PG-PAUD UniversitaS Pendidikan Ganesha,
Vol. 2 No. 1,

Anda mungkin juga menyukai