Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                

Tetanus-1

Unduh sebagai pptx, pdf, atau txt
Unduh sebagai pptx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 37

Laporan Kasus

Tetanus
Oleh :

dr. Muhamad Rifki

Dokter Pendamping :
dr. Hj. Sumarmi
Pendahuluan

Tetanus adalah penyakit akut yang ditandai oleh kekakuan otot dan
spasme, yang diakibatkan oleh toksin dari Clostridium tetani. Berasal
dari kata Yunani “tetanus” yang berarti “berkontraksi”
Laporan Kasus
Identitas Pasien

Nama : Tn. E
Jenis Kelamin : Laki-laki
Tanggal lahir : 16-05-1969
Umur : 53 tahun
Alama : Mekarraharja Talaga
Agama : Islam
Tanggal Masuk : 21 Desember 2022
Anamnesa

Keluhan Utama RPD

Sulit membuka mulut dengan • DM ± 5 thn yll


maksimal • Kejang 3 bln yll

RPS

Mulut terasa kaku, sulit menelan, Riwayat Penggunaan Obat


RPK
Pathology
leher terasa kaku, nyeri saat
Youdigerakan, luka
can describe the basah
topic of Metformin 500
dipunggung
the sectionkaki
here kiri, luka Disangkal mg 1x1
terdapat nanah dan kehitaman.
Pemeriksaan Fisik Keadaan Umum : Tampak Sakit Sedang
Kesadaran : Compos Mentis
Vital Sign:
TD : 110/70 mmHg
HR : 120 x/menit
RR : 22 x/i
T : 37.8 °C
GCS :E4,M6,V5:15(Compos mentis)

Kepala
a. Mata : konjungtiva anemis (-/-), ikterik (-/-),
reflek cahaya (+/+)
b. Telinga : Normotia, Nyeri Tekan Tragus (-), secret
(-)
c. Hidung : Deviasi septum (-), sekret (-/-), nafas
cuping hidung (-)
d. Mulut : Trismus (+), Sianosis (-), sekret (-/-)
Leher : Kaku kuduk (+)
Inspeksi : Pergerakan dinding dada simetris, retraksi ICS (-),
Palpasi : Stem fremitus taktil kiri sama dengan kanan, nyeri
tekan (-)
Perkusi : Sonor seluruh lapangan paru
Auskultasi :Vesikuler(+/+), ronkhi(-/-), wheezing(-/-)

Inspeksi : Iktus kordis tidak terlihat


Perkusi : batas atas : ics III linea sternalis sinistra, batas
kanan : ics V linea sternalis dextra, batas kiri: Ics V
linea midclavicular sinistra.
Palpasi : Iktus cordis teraba
Auskultasi : BJ 1 > BJ 2, Gallop (-), Murmur (-)
Inspeksi : Distensi(-), sikatrik (-), jejas (-)
Perkusi : Tympani
Palpasi : Rigiditas, nyeri tekan epigastrium (-), splenomegali (-),
hepatomegali(-)
Auskultasi : Peristaltik usus 12 x/menit

Ekstremitas Superior: Edema (-/-), akral hangat (+/+), clubing finger (-/-),
CRT <2 detik, kekakuan
Ekstremitas Inferior : Edema (-/+), akral hangat (+/+), clubing finger (-/-),
CRT <2 detik, kekakuan, ulkus diabetikum at regio pedis sinistra.
Pemeriksaan
Pemeriksaan EKG pada tanggal 21-12-2022
Penunjang

Interpretasi :
- Normal sinus rhythm
- Normal EKG
Pemeriksaan laboratorium pada tanggal 21-12-2022
Hematologi Rutin Hasil Nilai Normal
Pemeriksaan
Hemoglobin 12.0 14.0 – 18.0 g/dL
Penunjang Leukosit 10.34 4.0 – 10.0 ribu/uL
Hematokrit 35.1 40.0 – 54.0 %
Trombosit 345 150 -450 ribu/uL
Eritrosit 4.30 4.4 – 5.9 juta/uL
Index Eritrosit
MCV 81.5 80.0 – 96.0 fL
MCH 27.8 28.0 – 33.0 pg
MCHC 34.1 33.0 – 36.0 g/dL
Hitung Jenis Leukosit
Basofil 0 0.0 – 1.0 %
Eosinofil 1 1.0 – 6.0 %
N. Batang 0 2.0 – 6.0 %
N. Segment 59 50.0 – 70.0 %
Limfosit 34 20.0 – 40.0 %
Monosit 6 2.0 – 9.0 %
Jumlah Limfosit (TLC) 3.52 > 1.5 ribu/mm3
Neutrofil Limfosit Ratio 1.74 < 3.13
Pemeriksaan laboratorium pada tanggal 21-12-2022

Pemeriksaan Kimia Klinik


Penunjang Fungsi Hati

AST (SGOT) 46 5 – 40 U/L


ALT (SGPT) 28 <= 45
Fungsi Ginjal

Ureum 26 10 – 50 mg/dL
Kreatinin 0.90 0.6 – 1.5 mg/dL

Elektrolit

Natrium (Na) 135 135 – 145 mEq/L

Kalium (K) 4.5 3.5 – 5.1 mEq/L


Kalsium Ion (Ca++) 1.19 1.13 – 1.32 mmol/L

Glukosa Darah

Glukosa Darah Sewaktu 96 70 – 120 mg/dL

Imunoserologi    

SARS-CoV-2 Antigen (-) Negatif (-) Negatif


Pemeriksaan Pemeriksaan Rontgen Thorax pada Tgl 21-12-2022
Penunjang
Diagnosa Kerja

01 Tetanus grade I – II

02 Wound Infection
Penatalaksanaan

Advice Sp.S
Terapi IGD
- ATS 10.000 iu IM
- IVFD Ringer Lactat 500cc/8 jam
- Inj. Diazepam 3 x 1 Amp
- Inj. Omeprazol 1 vial /24 jam
- Inj. Metronidazole 3x500mg
- Raber Sp.B dan Sp.PD

Advice Sp.B Advice Sp.PD


- Inj. Ceftriaxone 1x2gr - GDN per pagi
- Inj. Paracetamol 3x500mg - OHO Tunda
Tgl S O A P
22-12- Mengeluh mulut kaku (+), TD: 120/80 mmHg - Tetanus Th/

Follow Up 2022 badan kaku (+), Sulit HR:88x/i - Diabetes melitus tipe 2 - IVFD Ringer lactat 500cc/8 jam
menelan (+) RR:20 x/i - Ulkus Pedis sinistra - Inj. Ceftriaxone 1x2gr
T: 36,0 oC - Inj. Paracetamol 3x500mg
GDP : 85 mg/dL - Inj. Diazepam 3x 1 amp
- Inj. Metronidazole 3x500mg
- Inj. Omeprazole 1x1 vial
- P: Cek GDN
- Pasang NGT
- Perawatan Luka
23-12- Mengeluh mulut kaku (+), TD: 140/80 mmHg - Tetanus Th/
2022 badan kaku (+), kejang HR:100 x/menit - Diabetes melitus tipe 2 - IVFD Ringer lactat 500cc/8 jam
08.00 (+) RR:20 x/menit - Ulkus Pedis sinistra - Inj. Ceftriaxone 1x2gr
T : 36,0 oC - Inj. Paracetamol Drip 3x500mg
SpO2: 98% dengan - Inj. Diazepam 4x 1 amp
nasal kanul 3 Lpm - Inj. Metronidazole Drip 3x500mg
GDP : 132 mg/dL - Inj. Omeprazole 1x1 vial
23-12- Mengeluh mulut TD: 90/50 mmHg - Tetanus Th/ Tiaryt 1 Amp + D5%
Follow Up 2022 kaku (+), badan HR: 145 x/menit - Diabetes melitus 100 cc/8 jam
15.00 kaku (+) RR: 26 x/menit tipe 2
T : 37,0 C
o
- Ulkus Pedis
SpO2: 98% sinistra
dengan nasal - Takikardi
kanul 3 Lpm

23-12- Henti nafas  di Nadi Carotis : - Death ec Teteanus Edukasi  keluarga, pasien
2022 RJP Tidak teraba   dinyatakan meninggal
19.24 Suara nafas (-)
Mata : RC -/-,
Mydriasis,
Refleks Kornea
-/-
Tinjauan Pustaka

Defenisi

Tetanus adalah penyakit akut yang ditandai oleh


kekakuan otot dan spasme, yang diakibatkan oleh
toksin dari Clostridium tetani.
Epidemiologi
WHO pada tahun 2016 menunjukan ada 13.502
laporan kasus tetanus
Amerika serikat hanya sekitar 264 dan inggris 11
kasus dari total

Di tahun 2017, WHO melaporkan insidensi


tetanus neonatorum di Indonesia sebanyak 25
kasus, dan insidensi tetanus secara
keseluruhan adalah 506 kasus
Tinjauan Pustaka

Etiologi

Clostridium
tetani

 bakteri Gram positif anaerob


 Berbentuk batang dan memproduksi spora
 gambaran klasik seperti stik drum
 bakteri yang motile karena memiliki flagella
Tinjauan Pustaka

Klasifikasi Menurut klasifikasi Ablet

Derajat Tingkat Gejala


Keparahan
1 Ringan Trismus ringan, kekakuan general, tanpa gangguan respirasi,
tanpa disfagia maupun spasme.
2 Sedang Trismus sedang, kekakuan, disertai spasme namun hanya
sebentar, disfagia ringan, gangguan respirasi sedang, frekuensi
napas >30x/menit.
3 Berat Trismus berat, kekakuan disertai spasme yang berlangsung terus
menerus, disfagia berat, frekuensi napas >40 x/menit, kadang
disertai periode apneu, frekuensi nadi >120x/menit

4 Sangat berat Grade 3 disertai gangguan otonomik.


Tinjauan Pustaka
Patofisiologi
Tinjauan Pustaka

Patofisiologi
Manifestasi klinis

Risus sardonicus Kekakuan leher dan


disfagia

Trismus dan Lock jaw

Gangguan otonom
Opisthotonus
Gambaran Manifestasi Tetanus
Terdapat 4 bentuk Tetanus secara klinis

Tetanus Localized Tetanus Generalized

Tetanus Chepalic Tetanus Neonatorum


Diagnosis

Anamnesis Pemeriksaan Fisik

Menurut WHO, adanya trismus, atau risus sardonikus atau


spasme otot yang nyeri serta biasanya didahului oleh riwayat
trauma sudah cukup untuk menegakan diagnosis.
Penatalaksanaan
Tujuan Terapi

Netralisasi Toksin Dosis TT:


Usia ≥ 7 th: 0,5 ml (5 U) im
Usia < 7 th: Gunakan DTP (DPT) atau DtaP (Tdap) sebagai pengganti TT.
Jika kontraindikasi terhadap pertusis, berikan DT, dosis 0,5 ml im
Dosis TIG:
Profilaksi dewasa : 250-500 U im, pada ekstremitas kontralateral lokasi
penyuntikan TT.
Profilaksi anak : 250 U im. Pada ekstremitas kontralateral lokasi
penyuntikan TT.
Penatalaksanaan 24 jam pertama diberikan ATS iv 10.000 U didahului
dengan skin test
Antibiotik Metronidazole oral atau iv 500 mg tiap 6 jam (30 mg/kgBB/hari dibagi
menjadi 4 dosis harian) selama 7 sampai 10 hari
atau
Penisillin G iv (100.000 U/kgBB/hari dibagi 4 sampai 6 dosis) selama 7
sampai 10 hari
3. Manajemen 1. Perawatan luka yang baik
Luka 2. Eksisi jaringan nekrotik
3. Histerektomi pada kasus abortus septic
4. Dapatkan riwayat imunisasi
5. Pemberian Tetanus toksoid (TT) jika riwayat booster terakhir
lebih dari 10 tahun atau jika riwayat imunisasi tidak diketahui
6. Pemberian Tetanus Imunoglobulin (TIG) jika riwayat imunisasi
terakhir lebih dari 10 tahun
4. Perawatan Suportif
 
a. Kontrol Untuk mengatasi spasme dan rigiditas diberikan:
spasme dan
rigiditas - Diazepam
 Spasme ringan: diazepam 5-20 mg p.o. setiap 8 jam bila perlu
 Spasme sedang : 5-10 mg i.v bila perlu, tidak melebihi dosis 80-120 mg dalam 24 jam
atau dalam bentuk drip
 Spasme berat : 50-100 mg dalam 500 ml dekstrose 5% dan diinfuskan dengan kecepatan
10-15mg/jam diberikan dalam 24 jam
§ Dosis pada anak : 0,3 mg/kg perkali dilanjutkan infus kontinyu15-40 mg/kgBB/hari 3-5
hari), jika membaik dilanjutkan oral dengan penurunan dosis 5-10 mg/hari.
Selain diazepam, sebagai alternatif dapat dipilih obat-obatan di bawah ini
- Midazolam 5-15 mg/jam melalui infus secara kontinyu
- Baclofen intratekal secara infus, dosis bolus awal 300-500 ug, dilanjutkan dosis pemeliharaan
rata-rata 500-1000 ug/hari.
- Magnesium sulfat 4 g bolus diikuti 2-3 g per jam, untuk mengontrol spasme otot
b. Kontrol disfungsi 1. Propanolol 5-10 mg, dapat dinaikkan hingga 40 mg per 8 jam, dosis yang biasa
otonom (Gangguan digunakan 5-20 mg per 8 jam (untuk mengatasi hipertensi episodik dan takikardi,
kardiovaskuler) tetapi dapat menyebabkan henti jantung)
atau
Clonidin oral 0,2-0,4 mg/hari untuk mengurangi efek simpatis atau Magnesium
sulfat 4 g bolus diikuti 2-3 g per jam, untuk mengontrol hipereaktivitas simpatis
2. Atropin 100 mg/hari untuk mengatasi diaphoresis, bradiaritmia, hipersekresi

c. Oksigenasi dan 1. Oksigen diberikan bila terdapat tanda-tanda hipoksia, distress pernapasan, atau
mencegah gagal sianosis
napas 2. Persiapan intubasi
3. Trakeostomi
e. Gangguan Hipokalemia : KCL 20-80 mEq dalam infus lambat dalam 24 jam
renal dan
elektrolit Hipernatremia : Dekstrose 5%
Hiponatremia : Normal salin, rstriksi cairan, menghindari pemberian
diuretic

f. Pemberian Analgetik antipiretik diberikan sesuai kebutuhan


obat
simtomatik

5. Ruang Ruang isolasi digunakan untuk menghindarkan pasien dari


Isolasi
tindakan/perbuatan yang bersifat merangsang, seperti rangsangan suara
dan cahaya yang sifatnya intermitten.
Komplikasi

• Hambatan Jalan napas


• Kejang terus menerus  Fraktur tulang spinal
• Rhabdomiolisis  gagal ginjal akut
• Gangguan otonom berat Hipertensi dan Takikardia kadang
berubah menjadi Hipotensi dan Bradikardi
Pencegahan

Status imunisasi Vaksin Pemberian


Status imunisasi DPT primer Tidak perlu vaksinasi Human tetanus (HTIG) diberikan 250
dan pengulangan TT dalam 10 iu dalam 1 ml im pada deltoid atau
tahun terakhir daerah gluteal.

Status imunisasi primer dan Dosis TT tunggal diberikan Dosis tunggal Tetanus toksoid (TT)+
dosis terakhir diberikan lebih 0,5 ml sc/im pada otot HTIG
dari 10 tahun deltoid atau gluteal

Tidak diimunisasi atau status Vaksin Tenatus toksoid Vaksi TT + HTIG diberikan secara
imunisasi tidak diketahhui diberikan secara penuh (2 penuh
pasti dosis) 0,5 ml dengan
interval > 4 minggu
Prognosis

Tetanus Dewasa Neonatal Tetanus


Umur lebih dari 70 tahun Kejadian umur yang lebih muda, kelahiran
premature inkubasi < dari 6 hari

Periode inkubasi < 7 hari waktu saat Keterlambatan penganganan rumah sakit
gejala awal muncul sampai penanganan
di rumah sakit

Adanya luka bakar, luka bekas operasi Higiene yang buruk, saat proses kelahiran
yang kotor

Onset periode <48 jam


Frekuensi jantung >140 x/menit
Tekanan darah sistolik >140 mmHg
Spasme yang berat
Temperature > 38,5 OC
Daftar Pustaka

• Setiati S, Alwi I, Sudaya AW, et al, editors. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II. Edisi
VI. Jakarta: Interna. Publishing; 2014. 369-374.
• WHO. Tetanus vaccines: WHO position paper. World Heal Organ. 2017;92(6):53–76.
Available from:
http://www.who.int/immunization/sage/meetings/2016/october/presentations_background_d
ocs/en/
• PERDOSSI. Tetanus. In: Kurniawan M, Suharjanti I, Pinzon IT, editors. Panduan Praktik
Klinik Neurologi. Penerbit Kedokteran Indonesia; p. 232–6.
Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai