Unduh sebagai PPTX, PDF, TXT atau baca online dari Scribd
Unduh sebagai pptx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 14
Sejarah penyakit
tanaman Orang Yunani dan Yahudi (500 – 280 SM) meyakini penyakit tanaman merupakan hukuman. Penyakit tumbuhan juga sudah dihubungkan dengan cuaca atau iklim yang buruk
Tahun 875 penyakit ergot pada rye (sejenis gandum) disebabkan
oleh cendawan Claviceps purpurea yang menggantikan isi butir rye dengan struktur sklerotium patogen tersebut
Sklerotium patogen itu mengandung senyawa alkaloid yang
menyumbat sirkulasi darah dan menyebabkan gangrene, putusnya tangan, kaki, kuku, jari, dan akhirnya menimbulkan kematian manusia yang memakan rye yang terinfeksi cendawan tersebut Sejak 1605, Sir Francis Bacon ( filsuf dan politikus di Kerajaan Inggris) melakukan percobaan untuk mempelajari penyakit tumbuhan
Sejak abad 17 hingga pertengahan abad 19, Tournefort, Zallinger, Fabricus,
dan Franz Unger mulai memberi perhatian pada klasifikasi penyakit tumbuhan Franz Unger mengemukakan teori “The Autogenetic Theory Disease” yang menyatakan bahwa dalam stadia penuaan tumbuhan, unsur sel dengan energi vital tertentu menimbulkan bentukan baru dari kehidupan. Dalam teori ini telah dipertimbangkan adanya patogen sebagai suatu kehidupan lain dalam inang yang terinfeksi, tetapi belum dikemukakan sebagai suatu bentuk kehidupan atau tubuh yang independent, artinya patogen masih dianggap sebagai akibat dari penyakit, bukan penyebabnya Konsep “generasi yang bersifat spontan” (spontaneous generation) diterima untuk waktu yang lama karena mikroorganisme belum dapat dilihat manusia Tahun 1590, Hans dan Zacharias Jansen menemukan mikroskop Hooke (1655) orang pertama yang melihat sel tumbuhan dan mengilustrasikan secara rinci cendawan mikroskopik patogenik tumbuhan. th 1683, ditemukan bakteri, protozoa, dan mikroorganisme lain dalam air dan substrat lain Sejak itu, mulai populer “The Germ Theory of Disease” yang merupakan dasar dari ilmu penyakit tumbuhan Ilmu penyakit tumbuhan terus berkembang, th 1729- 1800, berbagai ilmuwan mempelajari taksonomi cendawan, terutama penyebab karat dan gosong, serta cendawan kelas Ascomycete Henrich Anto de Bary (1853) membuktikan bahwa cendawan adalah penyebab penyakit, bukan akibat atau hasil dari penyakit tumbuhan. Berkat hasil penelitiannya, Henrich Anton de Bary dijuluki “Bapak Ilmu Penyakit Tumbuhan Th 1858 terbit buku teks ilmu penyakit tumbuhan, ditulis oleh Julius Kuhn dengan judul: Die Kranheiten der Kulturewachse ihre Ursachen un ihre Verhutung (Penyakit Tanaman, Penyebabnya dan Pencegahannya) Thomas J. Burrial (1878-1883) membuktikan bahwa fireblight pada apel dan pear disebabkan oleh bakteri. Smith, EF mempelajari beberapa bakteri penyebab penyakit penting pada berbagai tanaman Iwanoski (1892) dan Beijerinck (1898) merupakan peneliti membuktikan bahwa virus sebagai penyebab penyakit pada tumbuhan. Penemuan ini merupakan awal dari bidang virology Stanley (1935) adalah orang pertama yang mengkristalisasi virus sebagai protein katalitik yang mampu melakukan multiplikasi dalam sel hidup inang Partikel virus dilihat pertama kali oleh Kaushe dkk, pada Needham (1743) adalah orang pertama yang menemukan nematode sebagai patogen tumbuhan dalam puru pada akar gandum Cobb (1913-1932) melakukan studi ekstensif dalam morfologi dan taksonomi nematode parasitic tumbuhan Lafont, th 1909 melaporkan bahwa protozoa flagelata merupakan penyebab penyakit tumbuhan Mycoplasm like organism (MLO), sekarang disebut phytoplasm like organism, sebagai penginfeksi penyakit aster yellow, dilaporkan oleh Doi et al di Jepang th 1972, Davis dkk mempelajari spiroplasma (microorganism helical) sebagai penyebab kerdil pada jagung viroid diketahui pertama kali sebagai penyebab spindle tuber disease pada tahun 1971, kemudian dilaporkan juga sebagai penyebab penyakit “kadang-kadang” pada kelapa dan exocuritus pada jeruk. Viroid adalah patogen paling kecil berupa molekul asam ribonukeik yang menular dan sersifat obligat Penyebab penyakit tanaman lain yang ditemukan adalah ricketsia like Studi ilmu penyakit tumbuhan berawal dari Eropa Menjelang akhir abad ke-19, titik berat studi fitopatologi bergeser ke Amerika Utara saat itu AS masih dalam taraf pengembangan diri, namun setelah Perang Dunia II, studi mengenai fitopatologi semakin meluas ke seluruh dunia Di Indonesia, penyakit tanaman mulai mendapat perhatian Pemerintah Hindia Belanda th 1877, saat epidemik berat penyakit karat daun kopi di Srilanka untuk mencegah penyebaran karat kopi ke Indonesia, Pemerintah Hindia Belanda mengeluarkan Ordonansi 19 Desember 1877 yang melarang pemasukan tanaman kopi dari Srilanka. Ordonansi tersebut merupakan peraturan pertama khususnya dalam bidang karantina tumbuhan. Namun karena disebarkan angin, penyebab karat daun masuk juga ke Indonesia dan menghancurkan kopi Arabica kualitas tinggi di Pulau Jawa. Saat itu, Jawa sedang berlangsung “tanam paksa”. Dengan susah payah pekebun mengganti tanamannya dengan kopi Liberica yang awalnya tahan, tetapi juga musnah karena karat daun. Akhirnya, th 1900, diganti kopi Robusta yang tahan karat daun hingga sekarang, tetapi mutunya tidak sebaik kopi Arabika th 1887, dimulai kegiatan penelitian bidang fitopatologi dipelopori Treub, Burch, dan Warburg yang meneliti penyakit sereh pada tebu, karat daun kopi, dan kanker pada kina. Kemudian, van Breda de Haan meneliti berbagai penyakit tembakau. th 1897, didirikan Balai Penelitian Kopi dan tahun 1906, berdiri Balai Penelitian Tembakau Swasta Hubungan antara balai penelitian dan perkebunan- perkebunan berlangsung baik, sehingga hasil penelitian dapat segera disebarluaskan Namun hubungan antara balai penelitian dan pamong praja agak kaku Untuk penelitian di lapangan, diperlukan ijin Gubernur Jenderal. Keadaan ini berubah dengan keluarnya SK Gubernur Jenderal 5 Februari 1897 th 1912, berdiri Afdeeling voor Plantenziekten yang dipimpin oleh van Hall tgl 1 Januari 1919, berdiri Institut voor Plantenziekten (Balai Penyelidikan Hama dan Penyakit Tumbuhan) di Bogor, sebagai tempat awal penelitian penyakit tumbuhan Peneliti pelopor bidang ini adalah van Breda de Haan, Rutgers, Palm, Schwarz, Muller, Thung, Reitsman, dan Tojib Hadiwidjaja th 1913-1936, secara teratur setiap tahun Lembaga Penyakit Tumbuhan di Bogor menerbitkan laporan tahunan mengenai hama dan penyakit pertanian, perkebunan, dan kehutanan di Indonesia. Ilmu penyakit tumbuhan merupakan ilmu yang mempelajari karakteristik penyakit, penyebab penyakit, interaksi tumbuhan dan patogen, dan lingkungan biotic serta abiotik, faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan penyakit dalam suatu populasi atau individual tumbuhan; dan berbagai cara pengendalian penyakit. Ilmu penyakit tumbuhan juga memiliki aspek seni, yaitu dalam aplikasi pengetahuan yang diperoleh dari mempelajari ilmu tersebut. Jadi tujuan utama dalam mempelajari ilmu penyakit tumbuhan adalah mencegah atau menekan seminimal mungkin terjadinya penyakit tumbuhan, meningkatkan produksi makanan, menjaga kuantitas dan kualitas hasil panen. Dengan demikian, hasil panen aman digunakan, terutama tanaman untuk bahan serat, obat-obatan, dan komoditas yang memiliki nilai estetika. Telah dikemukakan bahwa ketergantungan manusia kepada tanaman sangat tinggi, karena hanya tumbuhan berhijau daun yang dapat mengkonversi energi matahari menjadi energi kimia. Jika penyakit mematikan tumbuhan, maka mahluk hidup yang lain akan sangat menderita dan mati.
• Di Indonesia aktivitas perlindungan tanaman telah dimulai
sejak Jaman pendudukan Belanda dan Jepang di Indonesia. • Tahun 1900-an: aktivitas pertanian masih belum tersentuh oleh teknologi dan ilmu pengetahuan, tradisional dan alami yang tujuannya untuk memenuhi kebutuhan manusia seadanya. - Gangguan OPT dapat terjadi sejak benih mulai ditanam sampai dengan masa panen hingga penyimpanan hasil di dalam tempat penyimpanan atau Gudang. Contoh hama wereng (Nilaparvata lugens) yang menyerang tanaman padi sehingga dapat menyebabkan puso. Kutu beras dan kutu jagung (Sitophilus oryzae dan S. zeamays) hama pasca panen yang dapat merusak gabah atau beras serta jagung di tempat penyimpanan. Beberapa istilah umum yang banyak dipakai dalam ilmu penyakit tumbuhan Parasit : Organisme yang sebagian atau seluruh kebutuhan makanannya untuk hidup bergantung kepada organisme hidup lain. Inang (Host) : organisme hidup lain yang diparasit, biasa juga disebut “susep” (host-parasit; susep-patogen). Gejala penyakit : Ekspresi inang atau susep terhadap kondisi penyakit patologik Patogen : agen yang menyebabkan penyakit, seperti cendawan, bakteri, nematoda, virus, dan tumbuhan yang parasitik. Tugas 1 2 Menyusun ringkasan Mencari Beberapa dalam bentuk istilah umum yang makalah mengenai banyak dipakai sejarah dalam ilmu penyakit perkembangan tumbuhan perlindungan tanaman dari era sebelum kemerdekaan sampai sekarang