Papers by Dr. Awalya M.Pd. Kons
This study aimed to explore the effects of group guidance by using modeling technique to improve ... more This study aimed to explore the effects of group guidance by using modeling technique to improve the student empathy from department of guidance and counseling of University. The purpose of this study is to investigate the effects of modeling technique for group. The experimental method is used in this study with pretest and multiple post-test group that involves the research subject as many as 7 who students with analysis of repeated one way ANOVA test. The results showed that the group guidance by using modeling technique can improve the student empathy. Understanding about the mechanisms, knowledge and experiences of empathy are basic for helping the students guidance and counseling who have a social behaviors for doing effective intervention.
Tidak ada jenuhnya membahas kinerja untuk meningkatkan kualitas suatu lembaga/organisasi. Kinerja... more Tidak ada jenuhnya membahas kinerja untuk meningkatkan kualitas suatu lembaga/organisasi. Kinerja merupakan indikator berhasil tidaknya seorang menjalankan berbagai peran dalam kehidupan. Tingkat keberhasilan seseorang dalam melaksanakan tugas secara keseluruhan selama periode tertentu akan mencerminkan derajat kualitas lembaga/organisasi. ‘Kinerja’ terjemahan dari kata performance, dimaknai sebagai melakukan, menjalankan, melaksanakan, memenuhi/melaksanakan kewajiban, menyempurnakan tanggung jawab, melakukan sesuatu yang diharapkan seseorang
Kinerja guru BK di sekolah adalah terkait tugas pokoknya berkenaan dengan pelayanan BK. Menurut Erickson yang dikutip Mortensen dan Schumuller (1964: 8), adalah individual inventory, the counseling, the information services, the placement services, and the follow up services. Gibson dan Mutchell (1987: 67) mengemukakan tugas guru BK meliputi mengenal berbagai karakteristik siswa, melaksanakan konseling perorangan, bimbingan kelompok, bimbingan karir termasuk informasi pendidikan, karir, penempatan, penilaian dan tindak lanjut, konsultasi pada guru, semua personil sekolah, orang tua, kelompok dan masyarakat.
Pendahuluan Masalah perkembangan fisik peserta didik merupakan masalah yang sangat penting bagi p... more Pendahuluan Masalah perkembangan fisik peserta didik merupakan masalah yang sangat penting bagi para siswa dalam mencapai keberhasilan belajarnya, terlebih lagi bagi para siswa yang mengalami kesulitan belajar dan dipergunakan untuk memperluas akses guru (SD) dalam penanganan perkembangan fisis peserta didik di sekolah dasar. Materi perkembangan fisik peserta didik sekolah dasar, keterkaitan dengan guru sekolah dasar, bahwa para guru sekolah dasar kesehariannya sangat erat berhubungan dengan anak. Sehingga masalah-masalah yang berhubungan dengan perkembangan anak, khususnya perkembangan fisik anak selalu menjadi perhatian bagi guru sekolah dasar. Sehingga guru (SD) tidak bisa terlepas dari tugas untuk mengembangkan dan potensi siswa SD menjadi sumber daya manuasia yang berkualitas. Selaku pendidik siswa SD, tugas perkembangan anak didik berkembang dengan baik apabila pendidikan memiliki pengetahuan tentang perkembangan fisik anak didik, mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh dalam perkembangannya, serta mengetahui bagaimana menilai bahwa perkembangan fisik anak itu berkembang normal. Dalam modul 4 ini Anda akan diantarkan kepada suatu pemahaman mengenai apa sebenarnya yang dimaksud dengan perkembangan fisik anak SD dan bagaimana penerapannya dalam proses pembelajaran. Mudah-mudahan Anda dapat memahami secara menyeluruh apa yang diuraikan dalam modul ini, sebab pemahaman tersebut akan menjadi bekal dalam pelaksanaan proses pembelajaran yang bermakna bagi para siswa. Setelah mempelajari modul ini, diharapkan Anda mampu menganalisis implikasi penerapan konsep perkembangan fisik anak SD dalam pembelajaran. Secara lebih khusus, Anda diharapkan dapat: 1. menjelaskan pengertian konsep perkembangan fisik anak SD 2. mengidentifikasi perkembangan fisik anak SD 3. menjelaskan karakteristik perkembangan fisik anak SD
Pendahuluan Dalam modul 4 ini Anda akan diantarkan kepada suatu pemahaman mengenai apa sebenarnya... more Pendahuluan Dalam modul 4 ini Anda akan diantarkan kepada suatu pemahaman mengenai apa sebenarnya yang dimaksud dengan pengembangan karakter melalui lingkungan pendidikan dan bagaimana penerapannya dalam proses pembelajaran. Mudah-mudahan Anda dapat memahami secara menyeluruh apa yang diuraikan dalam modul ini, sebab pemahaman tersebut akan menjadi bekal dalam pelaksanaan proses pembelajaran yang bermakna bagi para siswa. Setelah mempelajari modul ini, diharapkan Anda mampu menganalisis implikasi penerapan pengembangan karakter melalui lingkungan pendidikan dalam pembelajaran. Secara lebih khusus, Anda diharapkan dapat; 1. menjelaskan konsep karakter melalui lingkungan pendidikan keluarga 2. mengidentifikasi karakter melalui lingkungan pendidikan keluarga 3. menjelaskan karakteristik karakter melalui pendidikan keluarga 4. menjelaskan karakter melalui lingkungan sekolah dan masyarakat 5. mengidentifikasi karakter melalui pendidikan lingkungan sekolah 6. menjelaskan karakteristik karakter melalui pendidikan sekolah 7. mengidentifikasi karakter melalui pendidikan masyarakat 8. menjelaskan karakteristik karakter melalui pendidikan masyarakat Untuk mencapai tujuan di atas, sebaiknya Anda telah memahami isi modul sebelumnya yaitu mengenai paradigma belajar dan pembelajaran serta teori-teori belajar. Hal tersebut diperlukan sebagai dasar bagi Anda dalam menganalisis implikasi penerapan pengembangan karakter melalui lingkungan pendidikan dalam pembelajaran yang dikaji dalam modul ini. Kemampuan-kemampuan yang Anda kuasai setelah mempelajari modul ini akan berguna bagi Anda dalam membina guru meningkatkan kualitas pembelajaran.
Abstrak
Pendidikan diharapkan mampu menghasilkan sumber daya manusia (SDM) berkualitas sehingga d... more Abstrak
Pendidikan diharapkan mampu menghasilkan sumber daya manusia (SDM) berkualitas sehingga dapat mengembangkan segala potensi yang dimiliki bangsa. Guru sebagai salah satu komponen yang memegang peranan penting dalam proses pembelajaran diharapkan memiliki kompetensi profesional dan motivasi kerja yang tinggi, sehingga mampu menciptakan kondisi pembelajaran yang ideal dan mampu menghasilkan manusia yang memiliki SDM berkualitas tinggi.
Berkaitan dengan hal tersebut, maka pengembangan pelatihan peningkatkan kompetensi berbasis budaya guru BK di sekolah di rancang susun dalam rangka memberikan acuan mengenai peningkatan kompetensi profesi guru BK yang berbasis budaya di sekolah. Materi ini diajukan dalam Seminar Nasional “Konseling Berbasis Multikultural” yang di laksanakan pada tanggal 22 Desember 2015 di Auditorium Unnes Semoga bermanfaat.
Abstract
Title : Benefits of Early Childhood Education for Personal Development
and Chi... more Abstract
Title : Benefits of Early Childhood Education for Personal Development
and Children Social
Author Name : Dr. Awalya, M.Pd. Kons.
Sector : Guidance and Counseling and Education Management
Early childhood is a new child is born until the age of 6 years. Determine the age of the formation of character and personality of children. Early Childhood Education, there are three forms of the lines: (1) formal education, (2) non-formal education, (3) informal education.
Constraints early childhood are the knowledge and the readiness of parents to educate children is not well grounded in developmental psychology, which in the preferred activity of children, to educate the maximum. This problem is: how do the benefits of early childhood education for personal and social development of children?
Erikson, explained the concept of personal and social development theory, developed a multilevel polarity. There are 8 (eight) stage of development. Every level, every person will experience a conflict / crisis as a turning point in development. The conflict centers on the development of psychological quality or failing to develop the quality. Theory of personal and social development in early childhood Erikson only up to 4 stages, namely: (1) Trust vs. Mistrust, (2) Autonomy vs. shame and doubt, (3) Initiative vs. Guilt (4) Industry vs. inferiority.
Supported early childhood development benefits, it will be directed to build a feeling competent and confident in their skills. When switching to the middle and late childhood, then it will direct its energy towards the acquisition of knowledge, intellectual skills.
…..ooo0oo…..
ABSTRAK
Judul : Manfaat Pendidikan Anak Usia Dini bagi Perkembangan Personal
dan Sosial Anak
Nama Penulis : Dr. Awalya, M.Pd. Kons.
Bidang : Bimbingan dan Konseling dan Manajemen Pendidikan
Anak usia dini adalah anak yang baru dilahirkan sampai usia 6 tahun. Usia sangat menentukan pembentukan karakter dan kepribadian anak. Pendidikan Usia Dini (PAUD) ada tiga bentuk yaitu jalur: (1) pendidikan formal, (2) pendidikan nonformal, (3) pendidikan informal.
Kendala PAUD adalah pengetahuan dan kesiapan orang tua mendidik anak secara betul tidak didasar perkembangan, psikologi, aktivitas yang di sukai anak, cara mendidik yang maksimal. Permasalahan ini: bagaimanakah manfaat Pendidikan Anak Usia Dini bagi perkembangan personal dan sosial anak.
Erikson, mepaparkan konsep teori perkembangan personal dan sosial, mengembangkan polaritas bertingkat/bertahapan. Ada 8 (delapan) tingkatan perkembangan. Setiap tingkat, setiap orang akan mengalami konflik/krisis sebagai titik balik dalam perkembangan. Konflik berpusat pada perkembangan kualitas psikologi atau gagal mengembangkan kualitas. Teori perkembangan personal dan sosial Erikson pada PAUD hanya sampai 4 tahap yaitu: (1) Trust vs Mistrust; (2) Autonomy VS shame and doubt; (3) Initiative vs Guilt (4) Industry vs Inferiority.
Manfaat PAUD yang didukung perkembangannya, maka akan diarahkan membangun perasaan kompeten dan percaya pada ketrampilannya. ketika beralih ke masa pertengahan dan akhir kanak-kanak, maka akan mengarahkan energinya menuju penguasaan pengetahuan, keterampilan intelektual.
Seminar Nasional Evaluasi Pendidikan (SNEP II) Tahun 2014 Pengembangan pendidik: Implementasi ase... more Seminar Nasional Evaluasi Pendidikan (SNEP II) Tahun 2014 Pengembangan pendidik: Implementasi asesmen pendidikan dalam rangka meningkatkan kompetensi dan kinerja professional berkelanjutan Pendahuluan Peserta didik di Era Globalisasi saat ini dihadapkan pada situasi kehidupan yang kompleks, penuh peluang dan tantangan serta ketidakmenentuan. Dalam konstelasi kehidupan tersebut setiap peserta didik memerlukan berbagai kompetensi hidup untuk berkembang secara efektif, produktif, dan bermartabat serta bermaslahat bagi diri sendiri dan lingkungannya. Pengembangan kompetensi hidup memerlukan sistem layanan pendidikan pada satuan pendidikan yang tidak hanya mengandalkan layanan pembelajaran mata pelajaran/bidang studi dan manajemen saja, tetapi juga layanan khusus yang bersifat psiko-edukatif melalui layanan bimbingan dan konseling. Berbagai aktivitas bimbingan dan konseling dapat diupayakan untuk mengembangkan potensi dan kompetensi hidup peserta didik/konseli yang efektif serta memfasilitasi mereka secara sistematik, terprogram, dan kolaboratif agar setiap peserta didik betul-betul mencapai kompetensi perkembangan atau pola perilaku yang diharapkan. Kurikulum 2013 memuat program peminatan peserta didik yang merupakan suatu proses pemilihan dan pengambilan keputusan oleh peserta didik yang didasarkan atas pemahaman potensi diri dan peluang yang ada pada satuan pendidikan. Kompetensi merupakan satu kesatuan utuh yang menggambarkan potensi, pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai, yang dimiliki seseorang yang terkait dengan profesi tertentu berkenaan dengan bagian-bagian yang dapat diaktualisasikan atau diwujudkan dalam bentuk tindakan atau kinerja untuk menjalankan profesi tersebut. Penelitian Desertasi Awalya (2011) ditemukan bahwa sebagian besar (91%) guru BK memiliki kompetensi tinggi dan sebagian kecil (9%) tergolong kriteria sedang kompetensi guru BK dalam melaksanakan tugas-tugasnya. Kinerja atau job performance atau actual performance, yaitu: (1) melakukan, menjalankan, melaksanakan (to do or carry out, execute); (2) memenuhi atau melaksanakan kewajiban suatu niat atau nazar (to discharge of fulfill); (3) melaksanakan atau menyempurnakan tanggung jawab (to execute or complete an understaking); dan (4) melakukan sesuatu yang diharapkan oleh seseorang atau mesin (to do what is expected of a person machine). Kinerja (performance) adalah kemauan dan kemampuan melakukan suatu pekerjaan. Drucker menyatakan kinerja merupakan apa yang bisa dikerjakan seseorang. Kinerja juga diartikan sesuatu yang dapat dicapai, prestasi yang diperlihatkan, dan kemampuan kerja. Kinerja guru BK di sekolah adalah kemampuan guru BK dalam melakukan pekerjaan terkait dengan tugas pokoknya. Tugas guru BK diantaranya mengenal siswa dengan berbagai karakteristiknya, melakukan konseling perorangan, bimbingan dan konseling kelompok, melaksanakan bimbingan karir termasuk informasi pendidikan dan karir, penempatan, tindak lanjut dan penilaian, konsultasi dengan guru, semua personil sekolah, orang tua, siswa, kelompok dan masyarakat. Penelitian Desertasi Awalya (2011) ditemukan bahwa kinerja guru BK menunjukkan sebagian besar (64%) guru BK memiliki kinerja tinggi dalam melaksanakan tugas-tugasnya dan Makalah Pendamping Seminar Nasional Evaluasi Pendidikan (SNEP II) PPs UNNES, Tahun 2014
Abstract
Key words: supervisor counselor. Teachers guidance an counseling, teacher performance
... more Abstract
Key words: supervisor counselor. Teachers guidance an counseling, teacher performance
evaluationsof guidance and counseling
And realize that it is deliberately designed to achieve the goals that have been set. It is aimed to improve the human resource quality. One of the efforts to improve the quality of its human resources through supervision at school. Efforts to improve the quality of education, resource counseling teacher is a component of human resources should be developed and expanded continuously, that' s a very important role in supervision to include counseling teacher in the teacher ' s counselor.
Performance evaluation of teachers is an assessment of the activities each grains the main task of teachers in order to develop the career of the rank and his position .Performance evaluation of teachers also is an award for work performance teachers , so associated with increased career development and teachers .The purpose of teacher performance evaluation of ensure that education services given by a tutor is mejamin quality and that the teachers carry out his work in a professional manner .For teachers guidance and counseling teacher performance evaluation of directly associated with teacher competencies service in carrying out guidance and counseling .
Performance appraisal teacher guidance and counseling/counselor based on Permendiknas No.27/2008 about the standard of qualification and competence a counselor who admonishes include: (1) competence pedagogy; (2) competence personality; (3) social competence draught (4) professional competency. To four whose competence developed in judgment work teachers guidance and counseling / counselor at developed into 17 whose competence should be owned and elaborated to 68 indicators.
Thesis Chapters by Dr. Awalya M.Pd. Kons
ABSTRACT
Awalya, 2011. NIM. 1003604001. Factors in Determining Competence and Performance of Gu... more ABSTRACT
Awalya, 2011. NIM. 1003604001. Factors in Determining Competence and Performance of Guidance and Counseling Junior High School Teacher in Semarang, a Dissertation for Education Management’s Program. Post Graduate Programme, State University of Semarang. Promoter: Prof. Dr Sugiyo M.Pd, Co-promoter: Prof. Dr. Haryono, M.Psi, and Promoter’s member: Prof. Dr Achmad Rifa’i RC, M.Pd.
Key Words: Competence Determiner, Counseling Teacher Performance, Counseling Teacher Training, School Culture, Monitoring Performance of Counseling Teacher.
There are some counseling and guidance teachers for Junior High School in Semarang who did not graduate from guidance of counseling programme. In some schools their guidance and counseling teachers have background of Islamic Education, Christian Education, character education, Indonesian Language, Javanese language, civics, historical education, social science, art and culture, sports, and information technology and communication. Therefore, there is an indication that guidance and counseling application and the performance are still not in line with the profession.
The purpose of this research is to analyze some factor variables that determine competence and performance of counseling teacher based on the perception of counseling teacher in Semarang through training, school culture and supervising to their competences together with the teacher’s competences.
This research is done to 264 guidance and counseling teachers in Semarang in 2011 with total samples of 200 persons. This research uses perception questionnaire instrument in form of Likert appraisal scale about competence, appearance, training, school culture and monitoring performance of Counseling teacher, in which they had been tested before on their validity and reliability to 30 respondents outside the main research sample. This research is analyzed using Path Analysis technique with SPSS software version 16.00 for MS Windows.
The research reveals that teacher training has direct impact to the teacher competence as much as 30%, school culture has impact as much as 21%, and teacher supervising has impact as much as 20% to the teacher’s competence. In the same line, training, school culture and teacher supervising all together have impact as much as 45%. Training has direct impact to teacher performance as much as 9.7%, then training to teacher performance through competence variable is 22%. School culture has direct impact to teacher performance as much as 22%. While school culture to teacher performance through competence variable is 39%. Teacher supervising performance has direct impact as much as 23%, while it through competence variable is 38%. Training, teacher supervising and school culture altogether have direct impact as much as 57%, while them combined with counseling teacher competences altogether create direct impact as much as 77%, then all of them combined through competence variable is 78%.
Based on the finding in this research, LPMP is suggested, in improving performance of counseling teacher profession, to improve the training quality as well as improving teacher’s competences simultaneously. To improve the performance of the teacher’s profession, school principal should improve the culture’s quality as well as improving his/her competence simultaneously. In line with them, Education Attorney at counseling teacher’s supervising division should improve its performance as well as competence simultaneously.
Books by Dr. Awalya M.Pd. Kons
PRAKATA
Buku ini kami susun bertujuan memenuhi kebutuhan literatur para mahasiswa program kependi... more PRAKATA
Buku ini kami susun bertujuan memenuhi kebutuhan literatur para mahasiswa program kependidikan di semua Fakultas di lingkungan Universitas Negeri Semarang yang menempuh mata kuliah Bimbingan dan Konseling.
Judul yang sama dengan mata kuliahnya yang kami pakai pada buku ini menyarankan berbagai kajian tentang materi seperti: konsep dasar bimbingan dan konseling berikut urgensinya di sekolah; pengetahuan wawasan bimbingan dan konseling yang mencakup tujuan, fungsi, asas, prinsip serta orientasi bimbingan dan konseling. Kemudian juga tentang Pola Pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah, Masalah-masalah yang dialami siswa sekolah menengah dan diakhiri dengan bahasan tentang manajemen bimbingan dan konseling.
Barangkali yang perlu diperhatikan adalah bahwa buku ini bukanlah satu-satunya sumber bacaan atau bahan studi, oleh kerena itu sangat disarankan kepada para pembaca untuk lebih memperkaya dengan rujukan lainnya terutama yang ditunjuk pada daftar pustaka di setiap akhir bab buku ini.
Selesainya penyusunan buku ini tidak lepas dari kerjasama yang baik dengan berbagai pihak. Untuk itu tidak lupa kami ucapkan terima kasih. Kami sangat terbuka bagi kritik dan saran sebagai bahan penyempurnaan terbitan berikutnya.
Harapan kami, semoga buku ini bermanfaaat bagi para dosen dan mahasiswa program kependidikan khususnya di lingkungan Universitas Negeri Semarang.
Teaching Documents by Dr. Awalya M.Pd. Kons
PRAKATA
Peningkatan profesionalisasi bimbingan dan konseling melalui pendidikan pra jabatan mau... more PRAKATA
Peningkatan profesionalisasi bimbingan dan konseling melalui pendidikan pra jabatan maupun dalam jabatan, kualifikasi pribadi konselor menjadi kunci keberhasilan pelayanan bimbingan dan konseling. Karakteristik pribadi konselor yang tinggi menjadi pendukung utama terciptanya komunikasi profesi konselor yang bermartabat. Komunikasi konselor yang berkualitas dan bermartatabat tergambarkan melalui perwujudan diri konselor selama menjalani aktivitas profesional. Salah satu faktor penting yang ikut menjadi penentu keberhasilan komunikasi profesional konselor adalah kemampuan dalam pengembangan pribadi konselor.
Masalah pengembangan pribadi konselor merupakan masalah yang sangat penting bagi para mahasiswa bimbingan dan konseling dalam mempersiapkan diri mencapai profesionalitasnya dan keberhasilan belajarnya sehingga dapat mandiri dalam penanganan dan pelaksanaan bimbingan dan konseling kelak dikemudian waktu.
Materi pengembangan pribadi konselor, dalam modul 4 ini akan diantarkan kepada suatu pemahaman mengenai apa sebenarnya yang dimaksud dengan pengembangan pribadi konselor dan bagaimana penerapannya dalam proses pelayanan bimbingna dan konseling. Mudah-mudahan mahasiswa dapat memahami secara menyeluruh apa yang diuraikan dalam modul ini, sebab pemahaman tersebut akan menjadi bekal dalam profesionalisasi pelaksanaan bimbingan dan konseling yang bermakna bagi para siswa dan bermartabat bagi konselor di sekolah. Setelah mempelajari modul ini, diharapkan Anda mampu menganalisis implikasi penerapan konsep pengembangan pribadi konselor dalam pelaksanaan bimbingan dan konseling.
Buku ajar ini dapat dibaca oleh konselor pra jabatan atau mahasiswa bimbingan konseling yang masih dalam proses pembentukan melalui pendidikan dijurusan bimbingan dan konseling program S1. Buku ajar ini juga dapat dibaca pula oleh konselor dalam jabatan yang selalu meng up-date (memperbaharui) dan meningkatan kualifikasi pengembangan pribadi konselor.
Buku ajar pengembangan pribadi konselor mengacu pada Standar Kompetensi Konselor setelah mahasiswa mempelajari buku ajar ini mahasiswa diharap memiliki kesadaran dan komitmen dan mampu menampilkan keutuhan pribadi yang mendasari pengembangan pribadi konselor. Secara lebih khusus, setelah mahasiswa mempelajari buku ajar ini mahasiswa diharapkan dapat:
1. Mengaplikasikan sikap, keterampilan, kesadaran dan komitmen selaku konselor dalam landasan dan identitas religius.
2. Mengaplikasikan sikap, keterampilan, kesadaran dan komitmen selaku konselor dalam pengembangan empati konselor.
3. Mengaplikasikan sikap, keterampilan, kesadaran dan komitmen selaku konselor dalam refleksi integritas pribadi konselor.
4. Mengaplikasikan sikap, keterampilan, kesadaran dan komitmen selaku konselor dalam stress dan frustrasi .
5. Mengaplikasikan sikap, keterampilan,, kesadaran dan komitmen selaku konselor dalam berfikir positif.
6. Mengaplikasikan sikap, keterampilan, kesadaran dan komitmen selaku konselor dalam nilai-nilai kehidupan.
7. Mengaplikasikan sikap, keterampilan, kesadaran dan komitmen selaku konselor dalam prasangka dan stereotif budaya.
8. Mengaplikasikan sikap, keterampilan, kesadaran dan komitmen selaku konselor dalam manajemen diri.
Buku ajar ini masih banyak kekurangan dan kelemahan disanasini, bagi para pengguna maupun pembaca buku ajar ini penulis mengharapkan masukan untuk menyempurnakan buku ajar ini, semoga apa yang sudah panulis tuangkan ide-ide dan gagasan-gagasan ini semoga bermanfaat bagi ilmu pengetahuan di bidang pengembangan pribadi konselor.
Karya buku ajar ini semoga dapat menjadi penyemangat penulis dalam mengabdi pada pendidikan, dan penyemangat bagi anak-anak dan menantu tercinta, Anangga, M.I Amal, M.Idham F, Dan M. Lutfi A. Selanjutnya terima kasih atas berkenannya menggunakan buku ini untuk kepentingan pendidikan.
Semarang, 30 Nopember 2012
Uploads
Papers by Dr. Awalya M.Pd. Kons
Kinerja guru BK di sekolah adalah terkait tugas pokoknya berkenaan dengan pelayanan BK. Menurut Erickson yang dikutip Mortensen dan Schumuller (1964: 8), adalah individual inventory, the counseling, the information services, the placement services, and the follow up services. Gibson dan Mutchell (1987: 67) mengemukakan tugas guru BK meliputi mengenal berbagai karakteristik siswa, melaksanakan konseling perorangan, bimbingan kelompok, bimbingan karir termasuk informasi pendidikan, karir, penempatan, penilaian dan tindak lanjut, konsultasi pada guru, semua personil sekolah, orang tua, kelompok dan masyarakat.
Pendidikan diharapkan mampu menghasilkan sumber daya manusia (SDM) berkualitas sehingga dapat mengembangkan segala potensi yang dimiliki bangsa. Guru sebagai salah satu komponen yang memegang peranan penting dalam proses pembelajaran diharapkan memiliki kompetensi profesional dan motivasi kerja yang tinggi, sehingga mampu menciptakan kondisi pembelajaran yang ideal dan mampu menghasilkan manusia yang memiliki SDM berkualitas tinggi.
Berkaitan dengan hal tersebut, maka pengembangan pelatihan peningkatkan kompetensi berbasis budaya guru BK di sekolah di rancang susun dalam rangka memberikan acuan mengenai peningkatan kompetensi profesi guru BK yang berbasis budaya di sekolah. Materi ini diajukan dalam Seminar Nasional “Konseling Berbasis Multikultural” yang di laksanakan pada tanggal 22 Desember 2015 di Auditorium Unnes Semoga bermanfaat.
Title : Benefits of Early Childhood Education for Personal Development
and Children Social
Author Name : Dr. Awalya, M.Pd. Kons.
Sector : Guidance and Counseling and Education Management
Early childhood is a new child is born until the age of 6 years. Determine the age of the formation of character and personality of children. Early Childhood Education, there are three forms of the lines: (1) formal education, (2) non-formal education, (3) informal education.
Constraints early childhood are the knowledge and the readiness of parents to educate children is not well grounded in developmental psychology, which in the preferred activity of children, to educate the maximum. This problem is: how do the benefits of early childhood education for personal and social development of children?
Erikson, explained the concept of personal and social development theory, developed a multilevel polarity. There are 8 (eight) stage of development. Every level, every person will experience a conflict / crisis as a turning point in development. The conflict centers on the development of psychological quality or failing to develop the quality. Theory of personal and social development in early childhood Erikson only up to 4 stages, namely: (1) Trust vs. Mistrust, (2) Autonomy vs. shame and doubt, (3) Initiative vs. Guilt (4) Industry vs. inferiority.
Supported early childhood development benefits, it will be directed to build a feeling competent and confident in their skills. When switching to the middle and late childhood, then it will direct its energy towards the acquisition of knowledge, intellectual skills.
…..ooo0oo…..
ABSTRAK
Judul : Manfaat Pendidikan Anak Usia Dini bagi Perkembangan Personal
dan Sosial Anak
Nama Penulis : Dr. Awalya, M.Pd. Kons.
Bidang : Bimbingan dan Konseling dan Manajemen Pendidikan
Anak usia dini adalah anak yang baru dilahirkan sampai usia 6 tahun. Usia sangat menentukan pembentukan karakter dan kepribadian anak. Pendidikan Usia Dini (PAUD) ada tiga bentuk yaitu jalur: (1) pendidikan formal, (2) pendidikan nonformal, (3) pendidikan informal.
Kendala PAUD adalah pengetahuan dan kesiapan orang tua mendidik anak secara betul tidak didasar perkembangan, psikologi, aktivitas yang di sukai anak, cara mendidik yang maksimal. Permasalahan ini: bagaimanakah manfaat Pendidikan Anak Usia Dini bagi perkembangan personal dan sosial anak.
Erikson, mepaparkan konsep teori perkembangan personal dan sosial, mengembangkan polaritas bertingkat/bertahapan. Ada 8 (delapan) tingkatan perkembangan. Setiap tingkat, setiap orang akan mengalami konflik/krisis sebagai titik balik dalam perkembangan. Konflik berpusat pada perkembangan kualitas psikologi atau gagal mengembangkan kualitas. Teori perkembangan personal dan sosial Erikson pada PAUD hanya sampai 4 tahap yaitu: (1) Trust vs Mistrust; (2) Autonomy VS shame and doubt; (3) Initiative vs Guilt (4) Industry vs Inferiority.
Manfaat PAUD yang didukung perkembangannya, maka akan diarahkan membangun perasaan kompeten dan percaya pada ketrampilannya. ketika beralih ke masa pertengahan dan akhir kanak-kanak, maka akan mengarahkan energinya menuju penguasaan pengetahuan, keterampilan intelektual.
Key words: supervisor counselor. Teachers guidance an counseling, teacher performance
evaluationsof guidance and counseling
And realize that it is deliberately designed to achieve the goals that have been set. It is aimed to improve the human resource quality. One of the efforts to improve the quality of its human resources through supervision at school. Efforts to improve the quality of education, resource counseling teacher is a component of human resources should be developed and expanded continuously, that' s a very important role in supervision to include counseling teacher in the teacher ' s counselor.
Performance evaluation of teachers is an assessment of the activities each grains the main task of teachers in order to develop the career of the rank and his position .Performance evaluation of teachers also is an award for work performance teachers , so associated with increased career development and teachers .The purpose of teacher performance evaluation of ensure that education services given by a tutor is mejamin quality and that the teachers carry out his work in a professional manner .For teachers guidance and counseling teacher performance evaluation of directly associated with teacher competencies service in carrying out guidance and counseling .
Performance appraisal teacher guidance and counseling/counselor based on Permendiknas No.27/2008 about the standard of qualification and competence a counselor who admonishes include: (1) competence pedagogy; (2) competence personality; (3) social competence draught (4) professional competency. To four whose competence developed in judgment work teachers guidance and counseling / counselor at developed into 17 whose competence should be owned and elaborated to 68 indicators.
Thesis Chapters by Dr. Awalya M.Pd. Kons
Awalya, 2011. NIM. 1003604001. Factors in Determining Competence and Performance of Guidance and Counseling Junior High School Teacher in Semarang, a Dissertation for Education Management’s Program. Post Graduate Programme, State University of Semarang. Promoter: Prof. Dr Sugiyo M.Pd, Co-promoter: Prof. Dr. Haryono, M.Psi, and Promoter’s member: Prof. Dr Achmad Rifa’i RC, M.Pd.
Key Words: Competence Determiner, Counseling Teacher Performance, Counseling Teacher Training, School Culture, Monitoring Performance of Counseling Teacher.
There are some counseling and guidance teachers for Junior High School in Semarang who did not graduate from guidance of counseling programme. In some schools their guidance and counseling teachers have background of Islamic Education, Christian Education, character education, Indonesian Language, Javanese language, civics, historical education, social science, art and culture, sports, and information technology and communication. Therefore, there is an indication that guidance and counseling application and the performance are still not in line with the profession.
The purpose of this research is to analyze some factor variables that determine competence and performance of counseling teacher based on the perception of counseling teacher in Semarang through training, school culture and supervising to their competences together with the teacher’s competences.
This research is done to 264 guidance and counseling teachers in Semarang in 2011 with total samples of 200 persons. This research uses perception questionnaire instrument in form of Likert appraisal scale about competence, appearance, training, school culture and monitoring performance of Counseling teacher, in which they had been tested before on their validity and reliability to 30 respondents outside the main research sample. This research is analyzed using Path Analysis technique with SPSS software version 16.00 for MS Windows.
The research reveals that teacher training has direct impact to the teacher competence as much as 30%, school culture has impact as much as 21%, and teacher supervising has impact as much as 20% to the teacher’s competence. In the same line, training, school culture and teacher supervising all together have impact as much as 45%. Training has direct impact to teacher performance as much as 9.7%, then training to teacher performance through competence variable is 22%. School culture has direct impact to teacher performance as much as 22%. While school culture to teacher performance through competence variable is 39%. Teacher supervising performance has direct impact as much as 23%, while it through competence variable is 38%. Training, teacher supervising and school culture altogether have direct impact as much as 57%, while them combined with counseling teacher competences altogether create direct impact as much as 77%, then all of them combined through competence variable is 78%.
Based on the finding in this research, LPMP is suggested, in improving performance of counseling teacher profession, to improve the training quality as well as improving teacher’s competences simultaneously. To improve the performance of the teacher’s profession, school principal should improve the culture’s quality as well as improving his/her competence simultaneously. In line with them, Education Attorney at counseling teacher’s supervising division should improve its performance as well as competence simultaneously.
Books by Dr. Awalya M.Pd. Kons
Buku ini kami susun bertujuan memenuhi kebutuhan literatur para mahasiswa program kependidikan di semua Fakultas di lingkungan Universitas Negeri Semarang yang menempuh mata kuliah Bimbingan dan Konseling.
Judul yang sama dengan mata kuliahnya yang kami pakai pada buku ini menyarankan berbagai kajian tentang materi seperti: konsep dasar bimbingan dan konseling berikut urgensinya di sekolah; pengetahuan wawasan bimbingan dan konseling yang mencakup tujuan, fungsi, asas, prinsip serta orientasi bimbingan dan konseling. Kemudian juga tentang Pola Pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah, Masalah-masalah yang dialami siswa sekolah menengah dan diakhiri dengan bahasan tentang manajemen bimbingan dan konseling.
Barangkali yang perlu diperhatikan adalah bahwa buku ini bukanlah satu-satunya sumber bacaan atau bahan studi, oleh kerena itu sangat disarankan kepada para pembaca untuk lebih memperkaya dengan rujukan lainnya terutama yang ditunjuk pada daftar pustaka di setiap akhir bab buku ini.
Selesainya penyusunan buku ini tidak lepas dari kerjasama yang baik dengan berbagai pihak. Untuk itu tidak lupa kami ucapkan terima kasih. Kami sangat terbuka bagi kritik dan saran sebagai bahan penyempurnaan terbitan berikutnya.
Harapan kami, semoga buku ini bermanfaaat bagi para dosen dan mahasiswa program kependidikan khususnya di lingkungan Universitas Negeri Semarang.
Teaching Documents by Dr. Awalya M.Pd. Kons
Peningkatan profesionalisasi bimbingan dan konseling melalui pendidikan pra jabatan maupun dalam jabatan, kualifikasi pribadi konselor menjadi kunci keberhasilan pelayanan bimbingan dan konseling. Karakteristik pribadi konselor yang tinggi menjadi pendukung utama terciptanya komunikasi profesi konselor yang bermartabat. Komunikasi konselor yang berkualitas dan bermartatabat tergambarkan melalui perwujudan diri konselor selama menjalani aktivitas profesional. Salah satu faktor penting yang ikut menjadi penentu keberhasilan komunikasi profesional konselor adalah kemampuan dalam pengembangan pribadi konselor.
Masalah pengembangan pribadi konselor merupakan masalah yang sangat penting bagi para mahasiswa bimbingan dan konseling dalam mempersiapkan diri mencapai profesionalitasnya dan keberhasilan belajarnya sehingga dapat mandiri dalam penanganan dan pelaksanaan bimbingan dan konseling kelak dikemudian waktu.
Materi pengembangan pribadi konselor, dalam modul 4 ini akan diantarkan kepada suatu pemahaman mengenai apa sebenarnya yang dimaksud dengan pengembangan pribadi konselor dan bagaimana penerapannya dalam proses pelayanan bimbingna dan konseling. Mudah-mudahan mahasiswa dapat memahami secara menyeluruh apa yang diuraikan dalam modul ini, sebab pemahaman tersebut akan menjadi bekal dalam profesionalisasi pelaksanaan bimbingan dan konseling yang bermakna bagi para siswa dan bermartabat bagi konselor di sekolah. Setelah mempelajari modul ini, diharapkan Anda mampu menganalisis implikasi penerapan konsep pengembangan pribadi konselor dalam pelaksanaan bimbingan dan konseling.
Buku ajar ini dapat dibaca oleh konselor pra jabatan atau mahasiswa bimbingan konseling yang masih dalam proses pembentukan melalui pendidikan dijurusan bimbingan dan konseling program S1. Buku ajar ini juga dapat dibaca pula oleh konselor dalam jabatan yang selalu meng up-date (memperbaharui) dan meningkatan kualifikasi pengembangan pribadi konselor.
Buku ajar pengembangan pribadi konselor mengacu pada Standar Kompetensi Konselor setelah mahasiswa mempelajari buku ajar ini mahasiswa diharap memiliki kesadaran dan komitmen dan mampu menampilkan keutuhan pribadi yang mendasari pengembangan pribadi konselor. Secara lebih khusus, setelah mahasiswa mempelajari buku ajar ini mahasiswa diharapkan dapat:
1. Mengaplikasikan sikap, keterampilan, kesadaran dan komitmen selaku konselor dalam landasan dan identitas religius.
2. Mengaplikasikan sikap, keterampilan, kesadaran dan komitmen selaku konselor dalam pengembangan empati konselor.
3. Mengaplikasikan sikap, keterampilan, kesadaran dan komitmen selaku konselor dalam refleksi integritas pribadi konselor.
4. Mengaplikasikan sikap, keterampilan, kesadaran dan komitmen selaku konselor dalam stress dan frustrasi .
5. Mengaplikasikan sikap, keterampilan,, kesadaran dan komitmen selaku konselor dalam berfikir positif.
6. Mengaplikasikan sikap, keterampilan, kesadaran dan komitmen selaku konselor dalam nilai-nilai kehidupan.
7. Mengaplikasikan sikap, keterampilan, kesadaran dan komitmen selaku konselor dalam prasangka dan stereotif budaya.
8. Mengaplikasikan sikap, keterampilan, kesadaran dan komitmen selaku konselor dalam manajemen diri.
Buku ajar ini masih banyak kekurangan dan kelemahan disanasini, bagi para pengguna maupun pembaca buku ajar ini penulis mengharapkan masukan untuk menyempurnakan buku ajar ini, semoga apa yang sudah panulis tuangkan ide-ide dan gagasan-gagasan ini semoga bermanfaat bagi ilmu pengetahuan di bidang pengembangan pribadi konselor.
Karya buku ajar ini semoga dapat menjadi penyemangat penulis dalam mengabdi pada pendidikan, dan penyemangat bagi anak-anak dan menantu tercinta, Anangga, M.I Amal, M.Idham F, Dan M. Lutfi A. Selanjutnya terima kasih atas berkenannya menggunakan buku ini untuk kepentingan pendidikan.
Semarang, 30 Nopember 2012
Kinerja guru BK di sekolah adalah terkait tugas pokoknya berkenaan dengan pelayanan BK. Menurut Erickson yang dikutip Mortensen dan Schumuller (1964: 8), adalah individual inventory, the counseling, the information services, the placement services, and the follow up services. Gibson dan Mutchell (1987: 67) mengemukakan tugas guru BK meliputi mengenal berbagai karakteristik siswa, melaksanakan konseling perorangan, bimbingan kelompok, bimbingan karir termasuk informasi pendidikan, karir, penempatan, penilaian dan tindak lanjut, konsultasi pada guru, semua personil sekolah, orang tua, kelompok dan masyarakat.
Pendidikan diharapkan mampu menghasilkan sumber daya manusia (SDM) berkualitas sehingga dapat mengembangkan segala potensi yang dimiliki bangsa. Guru sebagai salah satu komponen yang memegang peranan penting dalam proses pembelajaran diharapkan memiliki kompetensi profesional dan motivasi kerja yang tinggi, sehingga mampu menciptakan kondisi pembelajaran yang ideal dan mampu menghasilkan manusia yang memiliki SDM berkualitas tinggi.
Berkaitan dengan hal tersebut, maka pengembangan pelatihan peningkatkan kompetensi berbasis budaya guru BK di sekolah di rancang susun dalam rangka memberikan acuan mengenai peningkatan kompetensi profesi guru BK yang berbasis budaya di sekolah. Materi ini diajukan dalam Seminar Nasional “Konseling Berbasis Multikultural” yang di laksanakan pada tanggal 22 Desember 2015 di Auditorium Unnes Semoga bermanfaat.
Title : Benefits of Early Childhood Education for Personal Development
and Children Social
Author Name : Dr. Awalya, M.Pd. Kons.
Sector : Guidance and Counseling and Education Management
Early childhood is a new child is born until the age of 6 years. Determine the age of the formation of character and personality of children. Early Childhood Education, there are three forms of the lines: (1) formal education, (2) non-formal education, (3) informal education.
Constraints early childhood are the knowledge and the readiness of parents to educate children is not well grounded in developmental psychology, which in the preferred activity of children, to educate the maximum. This problem is: how do the benefits of early childhood education for personal and social development of children?
Erikson, explained the concept of personal and social development theory, developed a multilevel polarity. There are 8 (eight) stage of development. Every level, every person will experience a conflict / crisis as a turning point in development. The conflict centers on the development of psychological quality or failing to develop the quality. Theory of personal and social development in early childhood Erikson only up to 4 stages, namely: (1) Trust vs. Mistrust, (2) Autonomy vs. shame and doubt, (3) Initiative vs. Guilt (4) Industry vs. inferiority.
Supported early childhood development benefits, it will be directed to build a feeling competent and confident in their skills. When switching to the middle and late childhood, then it will direct its energy towards the acquisition of knowledge, intellectual skills.
…..ooo0oo…..
ABSTRAK
Judul : Manfaat Pendidikan Anak Usia Dini bagi Perkembangan Personal
dan Sosial Anak
Nama Penulis : Dr. Awalya, M.Pd. Kons.
Bidang : Bimbingan dan Konseling dan Manajemen Pendidikan
Anak usia dini adalah anak yang baru dilahirkan sampai usia 6 tahun. Usia sangat menentukan pembentukan karakter dan kepribadian anak. Pendidikan Usia Dini (PAUD) ada tiga bentuk yaitu jalur: (1) pendidikan formal, (2) pendidikan nonformal, (3) pendidikan informal.
Kendala PAUD adalah pengetahuan dan kesiapan orang tua mendidik anak secara betul tidak didasar perkembangan, psikologi, aktivitas yang di sukai anak, cara mendidik yang maksimal. Permasalahan ini: bagaimanakah manfaat Pendidikan Anak Usia Dini bagi perkembangan personal dan sosial anak.
Erikson, mepaparkan konsep teori perkembangan personal dan sosial, mengembangkan polaritas bertingkat/bertahapan. Ada 8 (delapan) tingkatan perkembangan. Setiap tingkat, setiap orang akan mengalami konflik/krisis sebagai titik balik dalam perkembangan. Konflik berpusat pada perkembangan kualitas psikologi atau gagal mengembangkan kualitas. Teori perkembangan personal dan sosial Erikson pada PAUD hanya sampai 4 tahap yaitu: (1) Trust vs Mistrust; (2) Autonomy VS shame and doubt; (3) Initiative vs Guilt (4) Industry vs Inferiority.
Manfaat PAUD yang didukung perkembangannya, maka akan diarahkan membangun perasaan kompeten dan percaya pada ketrampilannya. ketika beralih ke masa pertengahan dan akhir kanak-kanak, maka akan mengarahkan energinya menuju penguasaan pengetahuan, keterampilan intelektual.
Key words: supervisor counselor. Teachers guidance an counseling, teacher performance
evaluationsof guidance and counseling
And realize that it is deliberately designed to achieve the goals that have been set. It is aimed to improve the human resource quality. One of the efforts to improve the quality of its human resources through supervision at school. Efforts to improve the quality of education, resource counseling teacher is a component of human resources should be developed and expanded continuously, that' s a very important role in supervision to include counseling teacher in the teacher ' s counselor.
Performance evaluation of teachers is an assessment of the activities each grains the main task of teachers in order to develop the career of the rank and his position .Performance evaluation of teachers also is an award for work performance teachers , so associated with increased career development and teachers .The purpose of teacher performance evaluation of ensure that education services given by a tutor is mejamin quality and that the teachers carry out his work in a professional manner .For teachers guidance and counseling teacher performance evaluation of directly associated with teacher competencies service in carrying out guidance and counseling .
Performance appraisal teacher guidance and counseling/counselor based on Permendiknas No.27/2008 about the standard of qualification and competence a counselor who admonishes include: (1) competence pedagogy; (2) competence personality; (3) social competence draught (4) professional competency. To four whose competence developed in judgment work teachers guidance and counseling / counselor at developed into 17 whose competence should be owned and elaborated to 68 indicators.
Awalya, 2011. NIM. 1003604001. Factors in Determining Competence and Performance of Guidance and Counseling Junior High School Teacher in Semarang, a Dissertation for Education Management’s Program. Post Graduate Programme, State University of Semarang. Promoter: Prof. Dr Sugiyo M.Pd, Co-promoter: Prof. Dr. Haryono, M.Psi, and Promoter’s member: Prof. Dr Achmad Rifa’i RC, M.Pd.
Key Words: Competence Determiner, Counseling Teacher Performance, Counseling Teacher Training, School Culture, Monitoring Performance of Counseling Teacher.
There are some counseling and guidance teachers for Junior High School in Semarang who did not graduate from guidance of counseling programme. In some schools their guidance and counseling teachers have background of Islamic Education, Christian Education, character education, Indonesian Language, Javanese language, civics, historical education, social science, art and culture, sports, and information technology and communication. Therefore, there is an indication that guidance and counseling application and the performance are still not in line with the profession.
The purpose of this research is to analyze some factor variables that determine competence and performance of counseling teacher based on the perception of counseling teacher in Semarang through training, school culture and supervising to their competences together with the teacher’s competences.
This research is done to 264 guidance and counseling teachers in Semarang in 2011 with total samples of 200 persons. This research uses perception questionnaire instrument in form of Likert appraisal scale about competence, appearance, training, school culture and monitoring performance of Counseling teacher, in which they had been tested before on their validity and reliability to 30 respondents outside the main research sample. This research is analyzed using Path Analysis technique with SPSS software version 16.00 for MS Windows.
The research reveals that teacher training has direct impact to the teacher competence as much as 30%, school culture has impact as much as 21%, and teacher supervising has impact as much as 20% to the teacher’s competence. In the same line, training, school culture and teacher supervising all together have impact as much as 45%. Training has direct impact to teacher performance as much as 9.7%, then training to teacher performance through competence variable is 22%. School culture has direct impact to teacher performance as much as 22%. While school culture to teacher performance through competence variable is 39%. Teacher supervising performance has direct impact as much as 23%, while it through competence variable is 38%. Training, teacher supervising and school culture altogether have direct impact as much as 57%, while them combined with counseling teacher competences altogether create direct impact as much as 77%, then all of them combined through competence variable is 78%.
Based on the finding in this research, LPMP is suggested, in improving performance of counseling teacher profession, to improve the training quality as well as improving teacher’s competences simultaneously. To improve the performance of the teacher’s profession, school principal should improve the culture’s quality as well as improving his/her competence simultaneously. In line with them, Education Attorney at counseling teacher’s supervising division should improve its performance as well as competence simultaneously.
Buku ini kami susun bertujuan memenuhi kebutuhan literatur para mahasiswa program kependidikan di semua Fakultas di lingkungan Universitas Negeri Semarang yang menempuh mata kuliah Bimbingan dan Konseling.
Judul yang sama dengan mata kuliahnya yang kami pakai pada buku ini menyarankan berbagai kajian tentang materi seperti: konsep dasar bimbingan dan konseling berikut urgensinya di sekolah; pengetahuan wawasan bimbingan dan konseling yang mencakup tujuan, fungsi, asas, prinsip serta orientasi bimbingan dan konseling. Kemudian juga tentang Pola Pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah, Masalah-masalah yang dialami siswa sekolah menengah dan diakhiri dengan bahasan tentang manajemen bimbingan dan konseling.
Barangkali yang perlu diperhatikan adalah bahwa buku ini bukanlah satu-satunya sumber bacaan atau bahan studi, oleh kerena itu sangat disarankan kepada para pembaca untuk lebih memperkaya dengan rujukan lainnya terutama yang ditunjuk pada daftar pustaka di setiap akhir bab buku ini.
Selesainya penyusunan buku ini tidak lepas dari kerjasama yang baik dengan berbagai pihak. Untuk itu tidak lupa kami ucapkan terima kasih. Kami sangat terbuka bagi kritik dan saran sebagai bahan penyempurnaan terbitan berikutnya.
Harapan kami, semoga buku ini bermanfaaat bagi para dosen dan mahasiswa program kependidikan khususnya di lingkungan Universitas Negeri Semarang.
Peningkatan profesionalisasi bimbingan dan konseling melalui pendidikan pra jabatan maupun dalam jabatan, kualifikasi pribadi konselor menjadi kunci keberhasilan pelayanan bimbingan dan konseling. Karakteristik pribadi konselor yang tinggi menjadi pendukung utama terciptanya komunikasi profesi konselor yang bermartabat. Komunikasi konselor yang berkualitas dan bermartatabat tergambarkan melalui perwujudan diri konselor selama menjalani aktivitas profesional. Salah satu faktor penting yang ikut menjadi penentu keberhasilan komunikasi profesional konselor adalah kemampuan dalam pengembangan pribadi konselor.
Masalah pengembangan pribadi konselor merupakan masalah yang sangat penting bagi para mahasiswa bimbingan dan konseling dalam mempersiapkan diri mencapai profesionalitasnya dan keberhasilan belajarnya sehingga dapat mandiri dalam penanganan dan pelaksanaan bimbingan dan konseling kelak dikemudian waktu.
Materi pengembangan pribadi konselor, dalam modul 4 ini akan diantarkan kepada suatu pemahaman mengenai apa sebenarnya yang dimaksud dengan pengembangan pribadi konselor dan bagaimana penerapannya dalam proses pelayanan bimbingna dan konseling. Mudah-mudahan mahasiswa dapat memahami secara menyeluruh apa yang diuraikan dalam modul ini, sebab pemahaman tersebut akan menjadi bekal dalam profesionalisasi pelaksanaan bimbingan dan konseling yang bermakna bagi para siswa dan bermartabat bagi konselor di sekolah. Setelah mempelajari modul ini, diharapkan Anda mampu menganalisis implikasi penerapan konsep pengembangan pribadi konselor dalam pelaksanaan bimbingan dan konseling.
Buku ajar ini dapat dibaca oleh konselor pra jabatan atau mahasiswa bimbingan konseling yang masih dalam proses pembentukan melalui pendidikan dijurusan bimbingan dan konseling program S1. Buku ajar ini juga dapat dibaca pula oleh konselor dalam jabatan yang selalu meng up-date (memperbaharui) dan meningkatan kualifikasi pengembangan pribadi konselor.
Buku ajar pengembangan pribadi konselor mengacu pada Standar Kompetensi Konselor setelah mahasiswa mempelajari buku ajar ini mahasiswa diharap memiliki kesadaran dan komitmen dan mampu menampilkan keutuhan pribadi yang mendasari pengembangan pribadi konselor. Secara lebih khusus, setelah mahasiswa mempelajari buku ajar ini mahasiswa diharapkan dapat:
1. Mengaplikasikan sikap, keterampilan, kesadaran dan komitmen selaku konselor dalam landasan dan identitas religius.
2. Mengaplikasikan sikap, keterampilan, kesadaran dan komitmen selaku konselor dalam pengembangan empati konselor.
3. Mengaplikasikan sikap, keterampilan, kesadaran dan komitmen selaku konselor dalam refleksi integritas pribadi konselor.
4. Mengaplikasikan sikap, keterampilan, kesadaran dan komitmen selaku konselor dalam stress dan frustrasi .
5. Mengaplikasikan sikap, keterampilan,, kesadaran dan komitmen selaku konselor dalam berfikir positif.
6. Mengaplikasikan sikap, keterampilan, kesadaran dan komitmen selaku konselor dalam nilai-nilai kehidupan.
7. Mengaplikasikan sikap, keterampilan, kesadaran dan komitmen selaku konselor dalam prasangka dan stereotif budaya.
8. Mengaplikasikan sikap, keterampilan, kesadaran dan komitmen selaku konselor dalam manajemen diri.
Buku ajar ini masih banyak kekurangan dan kelemahan disanasini, bagi para pengguna maupun pembaca buku ajar ini penulis mengharapkan masukan untuk menyempurnakan buku ajar ini, semoga apa yang sudah panulis tuangkan ide-ide dan gagasan-gagasan ini semoga bermanfaat bagi ilmu pengetahuan di bidang pengembangan pribadi konselor.
Karya buku ajar ini semoga dapat menjadi penyemangat penulis dalam mengabdi pada pendidikan, dan penyemangat bagi anak-anak dan menantu tercinta, Anangga, M.I Amal, M.Idham F, Dan M. Lutfi A. Selanjutnya terima kasih atas berkenannya menggunakan buku ini untuk kepentingan pendidikan.
Semarang, 30 Nopember 2012