Papers by Nazifatul Ummy Al Amin
Lomba Karya Tulis Ilmiah 5th Shari'a Economic Fair (SEF) se-Jawa, Mar 10, 2019
Dinamika tren hijab di Indonesia terus mengalami kemajuan sejak dua dekade terakhir. Inovasi terh... more Dinamika tren hijab di Indonesia terus mengalami kemajuan sejak dua dekade terakhir. Inovasi terhadap hijab yang tumbuh secara masif dan berkelanjutan berimplikasi pada perluasan penggunanya. Gejala di atas mendorong pertumbuhan identitas baru bagi pengguna hijab, baik personal maupun interpresonal, yang kemudian diekspresikan dengan memperkaya bentuk, corak, tone, bahan, maupun jenis hijab yang mereka kenakan. Beberapa tahun terakhir, tren hijab di Indonesia mengalami kultivasi seiring diilhami oleh industri kreatif Korea Selatan yang mendominasi budaya global. Resepsi pengguna hijab di Indonesia terhadap kultur pop Korea (hallyu) melahirkan sebuah identitas baru bagi industri kreatif.
Artikel ini merefleksikan kultur pop Korea sembari mengidentifikasi otentisitas tradisi penggunaan hijab di Indonesia. Tradisi tersebut dirunut secara diakronis melalui analisis relasional antar normativisme penafsiran ayat-ayat Al-Qur’an mengenai hijab dengan kultur Indonesia. Kerangka pemikiran dalam tulisan disusun berdasarkan metode penelitian mixed method berbasis riset eksploratif sekuensial.
Hasil penelitian dalam pembahasan merupakan bentuk respon ilmiah terhadap fenomena industri kreatif Korea Selatan melalui tahapan identifikasi otentisitas kultur hijab di Indonesia yang didasarkan pada nilai-nilai Qur’ani (Qur’anic values). Data tersebut digunakan untuk menjawab tantangan visi “Making Indonesia 4.0” dalam sektor tekstil dan produk tekstil (TPT), yakni dengan memunculkan produk hijab yang etis, estetis, dan ekonomis.
International Conference on Ushuluddin and Humanities Studies (ICONHUMANS), Jun 29, 2020
Innovations on hijab have implications for the expansion of its users. Thus it encourages the gro... more Innovations on hijab have implications for the expansion of its users. Thus it encourages the growth of new identities for hijab which are then expressed by enriching its style, form, color tone, and fabric. The cultivation of hijab throughs the pop-culture of Korea arose and known as the "Korean waved" hijab. This paper has an opportunity to elaborate on hijab's contemporary progression worldwide. It reflects the Korean pop-culture and identifies the authenticity of the tradition of wearing the hijab in Indonesia. It problematizes the issue of Korean hijab style and how the Quran responds to it. The research framework used a sequential exploratory model henceforth resulting in a scientific response to the phenomenon of Korea's creative industries in the making of an authentic Indonesian hijab model. The results answered the challenges of the vision of "Making Indonesia 4.0" in developing the industrial sector of textile in Indonesia by tracing ethical, aesthetical, and economic modes of hijab.
The 3rd Ushuluddin International Conference "Bridging Rationality and Piety Within Multicultural Society in Post-Truth Era", May 18, 2020
This article focuses on the idea of multiculturalism in Javanese mythical believing (Kejawen) com... more This article focuses on the idea of multiculturalism in Javanese mythical believing (Kejawen) communities within the paradigm of Qur'anic studies. The discussion of the research emphasizes the axiological shift of QS. Al-Kafirun (109) in the milieu of Urip Sejati community of Yogyakarta, Indonesia. “Urip Sejati” is a Javanese religious society that has developed as a minority group because it is domiciled near to various centers of Islamic civilization as pesantren, historic mosques, and colleges in Krapyak.
Books by Nazifatul Ummy Al Amin
Living Qur'an: Teks, Praktik, Idealitas, dan Performasi Al-Qur'an, Feb 26, 2020
Makalah ini dipresentasikan pada sesi peluncuran buku antologi "Living Qur'an: Teks, Praktik, Ide... more Makalah ini dipresentasikan pada sesi peluncuran buku antologi "Living Qur'an: Teks, Praktik, Idealitas, dan Performasi Al-Qur'an" di Hotel New Saphir Yogyakarta pada tanggal 27 Februari 2020 yang diselenggarakan oleh Asosiasi Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir (AIAT) Indonesia bekerjasama dengan Direktorat Pendidikan Tinggi Keagamaan Islam Kemenag RI.
Artikel ini berfokus pada penelitian berbasis konsep multikulturalisme masyarakat Kejawen dalam paradigma studi Al-Qur'an. Penulis menitikberatkan pembahasan pada pergeseran aksiologis QS. Al-Kafirun (109) yang diimplementasikan oleh masyarakat Kejawen Urip Sejati Yogyakarta. Urip Sejati merupakan aliran kepercayaan Kejawen yang berkembang sebagai kelompok minoritas sebab lokasinya berseberangan dengan berbagai pusat studi Islam seperti pesantren, masjid bersejarah, dan perguruan tinggi Islam di lingkungan Krapyak, Yogyakarta. Penulis telah melakukan observasi dan wawancara dengan beberapa anggota dan pimpinan kelompok Urip Sejati sejak tahun 2018. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, kelompok Urip Sejati memberikan pernyataan bahwa QS. Al-Kafirun (109) dijadikan sebagai media diplomasi untuk mempertahankan kedudukan kelompok dalam kawasan mayoritas Islam.
Ayat yang paling ditekankan oleh anggota kelompok Urip Sejati adalah bagian akhir QS. Al-Kafirun (109), yakni ْ lakum diinukum wa liya diin' (untukmu agamamu dan untukku agamaku). Ayat tersebut menjadi pijakan utama dalam konsep multikulturalisme karena memuat nilai penghargaan terhadap perbedaan kelompok dan anjuran untuk hidup secara harmonis. Penulis melakukan analisis transformatif mengenai muatan nilai toleransi dan multikulturalisme dalam QS. Al-Kafirun (109). Penelitian ini bertujuan untuk memahami pergeseran posisi, urgensi, dan limitasi aksiologis QS. Al-Kafirun (109) seiring perkembangan zaman. Kontekstualitasi suatu ayat dalam Al-Qur'an tidak hanya dipengaruhi oleh perubahan konteks ruang dan waktu. Proses tersebut turut dipengaruhi oleh perubahan ideologi masyarakat yang menerima dan membaca ayat Al-Qur'an (recipient of Qur'an). Selanjutnya mengenai hasil penelitian, penulis berusaha menghadirkan kerangka pemikiran yang minim subjektivitas, yakni dengan meniadakan intensi untuk melegitimasi ataupun menyerang kelompok dan aliran tertentu di tengah masyarakat. Penelitian terhadap kelompok Urip Sejati merupakan upaya untuk mengembangkan ranah studi Al-Qur'an secara empiris dan performatif. Melalui penulisan artikel ini, penulis ingin menunjukkan bahwa Al-Qur'an mampu menghadapi berbagai persoalan kontemporer yang dinamis dan fluktuatif melalui pembacaan realitas secara holistik dan komprehensif.
Uploads
Papers by Nazifatul Ummy Al Amin
Artikel ini merefleksikan kultur pop Korea sembari mengidentifikasi otentisitas tradisi penggunaan hijab di Indonesia. Tradisi tersebut dirunut secara diakronis melalui analisis relasional antar normativisme penafsiran ayat-ayat Al-Qur’an mengenai hijab dengan kultur Indonesia. Kerangka pemikiran dalam tulisan disusun berdasarkan metode penelitian mixed method berbasis riset eksploratif sekuensial.
Hasil penelitian dalam pembahasan merupakan bentuk respon ilmiah terhadap fenomena industri kreatif Korea Selatan melalui tahapan identifikasi otentisitas kultur hijab di Indonesia yang didasarkan pada nilai-nilai Qur’ani (Qur’anic values). Data tersebut digunakan untuk menjawab tantangan visi “Making Indonesia 4.0” dalam sektor tekstil dan produk tekstil (TPT), yakni dengan memunculkan produk hijab yang etis, estetis, dan ekonomis.
Books by Nazifatul Ummy Al Amin
Artikel ini berfokus pada penelitian berbasis konsep multikulturalisme masyarakat Kejawen dalam paradigma studi Al-Qur'an. Penulis menitikberatkan pembahasan pada pergeseran aksiologis QS. Al-Kafirun (109) yang diimplementasikan oleh masyarakat Kejawen Urip Sejati Yogyakarta. Urip Sejati merupakan aliran kepercayaan Kejawen yang berkembang sebagai kelompok minoritas sebab lokasinya berseberangan dengan berbagai pusat studi Islam seperti pesantren, masjid bersejarah, dan perguruan tinggi Islam di lingkungan Krapyak, Yogyakarta. Penulis telah melakukan observasi dan wawancara dengan beberapa anggota dan pimpinan kelompok Urip Sejati sejak tahun 2018. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, kelompok Urip Sejati memberikan pernyataan bahwa QS. Al-Kafirun (109) dijadikan sebagai media diplomasi untuk mempertahankan kedudukan kelompok dalam kawasan mayoritas Islam.
Ayat yang paling ditekankan oleh anggota kelompok Urip Sejati adalah bagian akhir QS. Al-Kafirun (109), yakni ْ lakum diinukum wa liya diin' (untukmu agamamu dan untukku agamaku). Ayat tersebut menjadi pijakan utama dalam konsep multikulturalisme karena memuat nilai penghargaan terhadap perbedaan kelompok dan anjuran untuk hidup secara harmonis. Penulis melakukan analisis transformatif mengenai muatan nilai toleransi dan multikulturalisme dalam QS. Al-Kafirun (109). Penelitian ini bertujuan untuk memahami pergeseran posisi, urgensi, dan limitasi aksiologis QS. Al-Kafirun (109) seiring perkembangan zaman. Kontekstualitasi suatu ayat dalam Al-Qur'an tidak hanya dipengaruhi oleh perubahan konteks ruang dan waktu. Proses tersebut turut dipengaruhi oleh perubahan ideologi masyarakat yang menerima dan membaca ayat Al-Qur'an (recipient of Qur'an). Selanjutnya mengenai hasil penelitian, penulis berusaha menghadirkan kerangka pemikiran yang minim subjektivitas, yakni dengan meniadakan intensi untuk melegitimasi ataupun menyerang kelompok dan aliran tertentu di tengah masyarakat. Penelitian terhadap kelompok Urip Sejati merupakan upaya untuk mengembangkan ranah studi Al-Qur'an secara empiris dan performatif. Melalui penulisan artikel ini, penulis ingin menunjukkan bahwa Al-Qur'an mampu menghadapi berbagai persoalan kontemporer yang dinamis dan fluktuatif melalui pembacaan realitas secara holistik dan komprehensif.
Artikel ini merefleksikan kultur pop Korea sembari mengidentifikasi otentisitas tradisi penggunaan hijab di Indonesia. Tradisi tersebut dirunut secara diakronis melalui analisis relasional antar normativisme penafsiran ayat-ayat Al-Qur’an mengenai hijab dengan kultur Indonesia. Kerangka pemikiran dalam tulisan disusun berdasarkan metode penelitian mixed method berbasis riset eksploratif sekuensial.
Hasil penelitian dalam pembahasan merupakan bentuk respon ilmiah terhadap fenomena industri kreatif Korea Selatan melalui tahapan identifikasi otentisitas kultur hijab di Indonesia yang didasarkan pada nilai-nilai Qur’ani (Qur’anic values). Data tersebut digunakan untuk menjawab tantangan visi “Making Indonesia 4.0” dalam sektor tekstil dan produk tekstil (TPT), yakni dengan memunculkan produk hijab yang etis, estetis, dan ekonomis.
Artikel ini berfokus pada penelitian berbasis konsep multikulturalisme masyarakat Kejawen dalam paradigma studi Al-Qur'an. Penulis menitikberatkan pembahasan pada pergeseran aksiologis QS. Al-Kafirun (109) yang diimplementasikan oleh masyarakat Kejawen Urip Sejati Yogyakarta. Urip Sejati merupakan aliran kepercayaan Kejawen yang berkembang sebagai kelompok minoritas sebab lokasinya berseberangan dengan berbagai pusat studi Islam seperti pesantren, masjid bersejarah, dan perguruan tinggi Islam di lingkungan Krapyak, Yogyakarta. Penulis telah melakukan observasi dan wawancara dengan beberapa anggota dan pimpinan kelompok Urip Sejati sejak tahun 2018. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, kelompok Urip Sejati memberikan pernyataan bahwa QS. Al-Kafirun (109) dijadikan sebagai media diplomasi untuk mempertahankan kedudukan kelompok dalam kawasan mayoritas Islam.
Ayat yang paling ditekankan oleh anggota kelompok Urip Sejati adalah bagian akhir QS. Al-Kafirun (109), yakni ْ lakum diinukum wa liya diin' (untukmu agamamu dan untukku agamaku). Ayat tersebut menjadi pijakan utama dalam konsep multikulturalisme karena memuat nilai penghargaan terhadap perbedaan kelompok dan anjuran untuk hidup secara harmonis. Penulis melakukan analisis transformatif mengenai muatan nilai toleransi dan multikulturalisme dalam QS. Al-Kafirun (109). Penelitian ini bertujuan untuk memahami pergeseran posisi, urgensi, dan limitasi aksiologis QS. Al-Kafirun (109) seiring perkembangan zaman. Kontekstualitasi suatu ayat dalam Al-Qur'an tidak hanya dipengaruhi oleh perubahan konteks ruang dan waktu. Proses tersebut turut dipengaruhi oleh perubahan ideologi masyarakat yang menerima dan membaca ayat Al-Qur'an (recipient of Qur'an). Selanjutnya mengenai hasil penelitian, penulis berusaha menghadirkan kerangka pemikiran yang minim subjektivitas, yakni dengan meniadakan intensi untuk melegitimasi ataupun menyerang kelompok dan aliran tertentu di tengah masyarakat. Penelitian terhadap kelompok Urip Sejati merupakan upaya untuk mengembangkan ranah studi Al-Qur'an secara empiris dan performatif. Melalui penulisan artikel ini, penulis ingin menunjukkan bahwa Al-Qur'an mampu menghadapi berbagai persoalan kontemporer yang dinamis dan fluktuatif melalui pembacaan realitas secara holistik dan komprehensif.