Cerpen

Genteng, daun pohon jambu, gang kecil berpelur, jalan aspal, sampai cucianku yang lupa diambil dari jemuran, semua basah kuyup. Bandung dimusim hujan selalu kelabu dan hawa dinginya serasa meresap sampai ke dalam tulang. Semua terasa pas dengan hatiku yang sendu. Kesedihan ditinggal ayah belum juga pupus. Nilai ujianku berantakan. Duit tidak ada dan aku sudah malu untuk terus meminjam kiri-kanan. Ingin aku pulang saja, tapi amak melarang pula. Bila aku berdiri di depan kaca, mukaku tampak lebih tirus dan pangkal lenganku makin menyusut. Kurus. Mungkin karena banyak pikiran dan kurang makan serta tidur. Suatu hari sepulang kuliah aku lewat trotoar pasar simpang yang selalu riuh. Tiba-tiba hujan mengguyur lebat dan harus berteduh di emper sebuah toko pakaian. Hujan dimusim ini bisa datang dan pergi dalam sekejap. Aku merapatkan badan ke beberapa celana jins yang digantung, supaya tidak kena tempias hujan. Aku mundur dan kakiku menyentuh orang yang duduk di sebelahku. Aku minta maaf dan aku tertegun. Orang itu tidak duduk menunggu hujan, tapi dia sedang bekerja. Untuk pertama kali aku menyadari tukang sepatu yang sering aku lihat duduk di ujung trotoar ini bukan orang biasa. Dia dengan telaten sibuk menikamkan jarum jahitnya ke sol sebuah sepatu yang tebal. Tidak ada yang aneh sampai aku sadar bahwa dia tidak mengguanakan dua tangan. Hanya satu tangan kanan. Lengan baju kirinya berkibar-kibar ditiup angin. Tidak ada isinya. Sebagai pengganti tangan kiri, dia menggunakan jari kakinya untuk menarik jarum dari sol sepatu tadi. Yang membuatku terkesan adalah dia melakukan semuanya dengan semangat, seakan-akan tidak memedulikan bahwa dirinya cacat. Bahkan dia masih sempat bergeser memberi aku tempat berteduh sambil melempar senyum. " kalau perlu serpis sepatu, bawa ke mang udin aja yah, " katanya ketika kami mengobrol sambil menunggu hujan reda. Sosok mang udin, tukang sepatu bertangan satu ini tidak bisa hilang dari kepalaku semalaman. Kenapa aku terbenam dari kemalanganku? Terlalu fokus dengan kekuranganku? Terlalu mengasihani diri sendiri? Padahal kalau dibanding tukang sepatu itu, nasibku jauh lebih baik. Aku malu telah terlalu larut dengan nasibku. Aku malu dengan tukang sepatu itu. Dunia akan tetap berputar.

Cerita Cerpen Cinta Romantis Remaja Terbaru 2015 sebagai karangan yang bisa membuat orang menjadi jatuh cinta. Iya memang benar kalau cinta itu berasal dari mata lalu turun ke hati, tetapi ada juga perasaan cinta yang timbul selain dari indra penglihat, cinta juga dapat timbul dari indra-indra lainnya yang dimiliki oleh manusia, misalnya melalui indra pendengar. Ternyata suara saja sudah dapat menjadikan orang jatuh cinta, ketika anda mendengar suara merdu nan indah ditelinga anda kemudian anda mulai menikmati suara tersebut, terus dan terus mendengarkannya, lama kelamaan anda pun akan jatuh cinta pada suara tersebut, dan otomatis orang yang mengumandangkan suara tersebutpun akan anda jatuh cintai.

BARANGKALI karena hawa panas yang tak mau menguap dari kamar-kamar sempit yang dimuati tujuh anak. Barangkali lantaran mertua makin cerewet karena gerah. Barangkali karena musim kemarau Atelanjur berkepanjangan, kampung kami menjadi sangat tidak enak setelah bulan Maret sampai September. Tak ada yang betah di rumah, dan makin menyusahkan karena tak ada hiburan di luar. Adakalanya biduanita organ tunggal meliuk-liuk seperti belut sawah di atas panggung berhias pelepah kelapa di pinggir pantai, lebih menyanyikan maksiat daripada lagu. Tapi itu hanya lama-lama sekali, pun kalau harga timah sedang bagus-yang amat jarang bagus. Tak ada galeri seni, gedung bioskop, kafe-kafe, atau pusat perbelanjaan untuk dikunjungi. Yang sedikit menarik perhatian hanya sebuah jam besar di tengah kota dan jam itu sudah rusak selama 46 tahun. Jarum pendeknya ngerem mendadak di angka lima. Jarum panjangnya mengembuskan napas yang terakhir di pelukan angka dua belas. Jarum detik telah minggat dengan perempuan lain, tak tahu ke mana. Melihat jam itu sejak kecil aku punya firasat, bahwa jika nanti dunia kiamat, kejadiannya akan tepat pukul lima. Penarik perhatian lainnya adalah dua buah patung, juga di tengah kota. Patung pertama berupa seekor buaya yang sedang melilit sebilah parang. Besar, tingginya mungkin enam meter. Sejak kecil pula aku telah berusaha mencerna makna filosofis patung itu, tetapi selalu gagal. Aku hanya bisa menduga-duga, buaya adalah perlambang lelaki hidung belang, maka, semua lelaki pembuat parang patutlah dicurigai. Patung satunya lagi juga besar dan tinggi, adalah patung para pejuang kemerdekaan tahun 45. Lengkap dengan senapan dan bambu runcing. Mereka mengacungkan tinju dengan geram, siap menyikat Belanda. Juga sejak kecil aku bertanya-tanya, mengapa pematung membuat kepala patung-patung itu secara anatomis sangat besar? Baru belakangan kutahu jawabannya, yaitu di depan patung itu kini dipasang papan reklame dan di situ para politisi sering berbusa-busa membanggakan program-program mereka. Maka tampaklah kini para pejuang 45 itu seperti ingin menonjok mereka. Jika ingin tahu definisi dari visi seorang seniman, patung itu memberi contoh yang sangat pas. Jam besar, patung pejuang 45, dan

Di suatu padang rumput ada seekor jerapah yang baru beranjak dewasa. Namanya Oji. Dia sangat tinggi, jangkung, bahkan di antara teman-temannya, Oji lah yang paling tinggi. Karena lehernya yang paling panjang itu membuatnya menjadi anak yang sombong. Sering dia mengajak teman-teman jerapahnya untuk lomba makan daun-daun di pohon yang dahannya sangat tinggi. Dan sudah dapat ditebak, Oji lah si pemenang perlombaan itu. Berkali-kali dia memenangkan perlombaan makan daun dari puncak pohon, membuat Oji semakin besar kepala saja. Dia merasa anak yang paling hebat di kawasan padang rumput itu. Sampai-sampai dia tidak menghormati para sesepuh jerapahnya. Dia sering mengejek para jerapah-jerapah tua itu dengan sebutan "leher bengkok", karena memang mereka sudah beranjak tua. Sedangkan si Oji masih muda, secara fisik dia masih kuat, leher masih tegak, jenjang dan tinggi. Pernah satu hari Oji dimintai tolong oleh seorang sesepuh jerapahnya; "Nak, tolong ambilkan nenek daun yang segar di ranting ujung pohon itu yaa.. nenek ingiiiiiiiiiin sekali makan daun-daun yang masih muda, hijau, lunak dan segar itu, tapi nenek tidak bisa menjangkau sampai ke ujung pohon itu, Tolong ya, nak Oji.." Lalu dengan sombongnya Oji menjawab nenek jerapah itu, "Aduh, nenek jerapah bagaimana sih, sudah tua jangan bawel deh, udah lah makan daun yang bisa nenek jerapah jangkau sendiri saja lah!!! Salah sendiri nggak bisa ambil daun di pucuk pohon!!". Lalu nenek jerapah itu pun pergi dengan kecewa, melihat kelakuan Oji, si jerapah jangkung yang sombong. Tidak hanya nenek jerapah itu saja yang ditolak permintaan tolongnya. Pernah juga ada seekor anak burung yang terjatuh, saat si burung kecil itu sedang belajar terbang. Burung kecil itu tersangkut di dahan pohon paling ujung. Oji pun dengan sombong menolak permintaan teman-temannya untuk menolong si burung kecil itu. Jawaban Oji pada saat itu, "Ahhh.. dasar anak burung bodoh, ...."

Kunjungi : https://halohalonewbie.blogspot.com , dan dapatkan membahas banyak hal mulai dari opini, pengalaman pribadi,blogging, berbagai informasi menarik , lifestyle dan banyak tips and triks.

Pagi ini ia terbangun agak cepat dari sebelumnya. Sunyi senyap cahaya bintang masih terlihat jelas di lagit bagian barat. Jarum jam masih menunjukan pukul 03.00 pagi. Semacam sebuah awal hari yang baik namun menyedihkan. Periuk yang ia gantung di dinding dapur kecil berukuran 2x2 meter masih tetap bersih mengkilat. Pantulan cahaya lampu pijar menjadikan periuk kesayangnya itu sebagai cermin yang memantulkan wajah murung seorang pria perkasa yang sedang keroncongan. Namun sebagai seorang perkasa yang tegar tehadap segala situasi tentunya harus bijak dan matang dalam mengambil keputusan untuk meredahkan demonstrasi anarkis yang menggeliat di dalam perut. Segelas air hangat ia tegug. Hangatnya menyusup ke dalam perut dan menghancurkan rasa lapar. Ia tahu ini mungkin hanya bertahan untuk beberapa saat saja. Aku butuh seseorang atau makanan yang dapat menghilangkan rasa lapar ini.

Dalam tulisan ini, penulis membahas tiga masalah yakni (1) bagaimanakah deskripsi tokoh-tokoh wanita dalam cerpen La Runduma, (2) bagaimanakah relasi tokoh-tokoh wanita dan pria dalam cerpen La Runduma, dan (3) bagaimanakah citra wanita dalam cerpen La Runduma. Untuk membahasnya, penulis menggunakan teori kritik sastra feminis. Penulis berkesimpulan bahwa citra wanita dalam cerpen ini masih didominasi oleh budaya patriarki yang mengunggulkan laki-laki.

Karya sastra adalah buah hasil fiksi dari seorang pengarang yang menghasilkan karya dengan imajinasi-imajinasi yang mengesankan. Karya postmodern menawarkan irealisme sebagai sebuah realisme baru. Gejala atau kecenderungan estetika posmodern dapat ditemukan dalam ranah sastra sehingga dapat dipahami bahwa sastra adalah bagian dari seni. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan kajian estetika posmodern dalam cerpen Sepotong Senja Untuk Pacarku karya Seno Gumira Ajidarma. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Dalam penelitian ini, peneliti bertindak sebagai instrumen sekaligus pengumpul data. Data yang digunakan sebagai dasar penelitian ini berwujud kata-kata, frasa, maupun kalimat, yang terdapat pada cerpen Sepotong Senja Untuk Pacarku. Sumber data penelitian ini juga berasal dari cerpen Sepotong Senja Untuk Pacarku. Proses diperolehnya data dari sumber data adalah dengan menggunakan metode dokumentasi yang kemudian dilanjutkan dengan teknik catat. Hasil penelitian ini menunjukan kajian estetika posmodern meliputi: pastiche, parody, prefabrication, kitsch, camp, dan skizofrenia yang semua temuan tersebut mengukuhkan ciri estetika postmodernisme. Ciri tersebut adalah ciri yang memanfaatkan citra dan tanda tanpa batas dengan cara menghancurkan makna, mengangkat hal-hal yang telah sekian lama dianggap tabu untuk menuju implikatur perenungan mendalam, kontemplasi, dan berfikir keras yang harus dilakukan oleh pembaca. Dengan demikian, keindahan sastra tidak lagi ditandai oleh karakteristik yang sekadar menghibur dan berguna (dulce et utile) semata tetapi karya sastra memaksa pembaca untuk berfikir lebih keras dalam memahami tiap kalimatnya yang juga merupakan bagian dari keindahan karya sastra.

Berikut adalah kata pengantar saya di manuskrip antologi cerpen kelas saya di BSI. Di Kata Pengantar ini, kecuali Yang Khalik dan Kekasihnya, saya belum mencantumkan nama-nama yang membantu terbitnya antologi ini, Karena sampai tulisan ini saya publish di blog 'bodoh' ini, belum ada satupun pihak untuk saya mintai bantuan dalam usaha menerbitkan buku ini.
Selamat membaca..

Karya sastra merupakan hasil rekaan yang diciptakan pengarang melalui imajinasinya. Walaupun karya sastra yang diciptakan melalui imajinasi atau khayalan pengarang yang tinggi, tetapi karyanya tetap bersumber dari kehidupan. Karya sastra bermacam-macam jenisnya, ada karya sastra lisan dan karya sastra tulisan. Salah satu karya tulisan adalah cerpen. Cerita pendek atau yang disingkat cerpen adalah suatu bentuk prosa naratif fiktif, yang berarti rangkaian kejadian yang bersifat khayal. Cerpen memusatkan perhatian pada satu kejadian, mempunyai satu plot, setting yang tunggal, jumlah tokoh yang terbatas, mencakup jangka waktu yang singkat. Dari cerpen kita dapat mengambil nilai-nilai positif yang terkandung di dalamnya. Selain itu, sebagai bentuk apreasiasi terhadap suatu karya sastra adalah dengan menganalisis karya sastra tersebut, guna untuk mengetahui unsur-unsur yang terkandung di dalamnya. Analisis terhadap suatu karya sastra bisa menggunakan berbagai macam kajian, salah satunya kajian struktural. Kajian struktural adalah kajian yang memandang karya sastra dilihat dari unsur-unsur yang membentuk suatu karya sastra. Salah satu kajian struktural dalam karya sastra adalah kajian struktural menurut Tzvetan Todorov. Menurutnya, dalam mengkaji struktur karya sastra dibagi menjadi tiga aspek, yaitu aspek sintaksis, semantik, dan verbal. Dalam aspek semantik lebih menekankan pada makna dan lambang, meneliti tema, tokoh, dan latar. Adapun yang menjadi rujukan dalam penelitian ini adalah jurnal yang berjudul Analisis Tiga Tataran Aspek Semiotik Tzvetan Todorov pada Cerpen "Pemintal Kegelapan" karya Intan Paraditha oleh Ery Agus Kurnianto. Jurnal tersebut mengkaji tiga tataran kajian struktural menurut Todorov, yaitu tataran sintaksis, semantik, dan verbal. Hasil yang didapat dari jurnal ini, dalam tataran sintaksis, peneliti menuliskan beberapa sekuen, ada sekitar 24 sekuen yang dituliskan oleh

Telah saya rangkum hasil analisis unsur fisik dan unsur batin dari puisi yang berjudul "Kesunyian Ibu". Saya menemukan puisi ini di situs web google tetapi tidak tercantumkan nama dari penulis puisi ini, jadi mohon maaf jika saya tidak menuliskan nama penulis puisi karena di situs web tersebut tidak menuliskan nama dari penulis puisi tersebut.
Semoga analisis puisi ini bermanfaat untuk kita semua. Saya mengharapkan adanya kritik dan saran yang membangun agar tulisan ini bisa menjadi lebih baik lagi. Saya ucapkan terimakah.

Masih banyak cerita-cerita yang tak kalah menarik dalam cerita ini yang siap untuk dinikmati para pembaca. Demikian, sebuah pengantar singkat untuk mengantar pembaca menuju ke cerpen-cerpen yang telah diciptakan oleh para penulis yang begitu segar, semoga ke depan tetap berlanjut dalam berliterasi, dalam berkarya serta dalam bersastra.