Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                
Skip to main content

    Nrangwesthi Widyaningrum

    The role of the Military Resort Command in disaster management is a form of implementation of the Indonesian Armed Forces’ tasks, namely the task of Military Operations Other Than War (OMSP) in accordance with the mandate of Law Number 32... more
    The role of the Military Resort Command in disaster management is a form of implementation of the Indonesian Armed Forces’ tasks, namely the task of Military Operations Other Than War (OMSP) in accordance with the mandate of Law Number 32 of 2004 concerning the Indonesian Armed Forces (TNI). Disaster management in the regions carried out by the the Military Resort Command involvement of government agencies and other stakeholders. Between the the Military Resort Command, government agencies and stakeholders in disaster management. Related to the role of the the Military Resort Command, this research was conducted with the aim to study the the Military Resort Command 043/ Garuda Hitam’s Strategy for disaster management in Lampung Province. This research uses a qualitative method using case studies. In addition, researchers conducted interviews, observations and documentation studies to collect data and analyzed. The Military Resort Command 043/ Garuda Hitam in disaster management is b...
    Jepang adalah negara panutan dalam manajemen bencana. Penelitian ini bertujuan untuk menemukan pelajaran dari pengalaman Jepang terhadap: (a) Risiko bencana di Jepang; (b) Cara Jepang mempelajari bencana; (c) Sistem manajemen bencana di... more
    Jepang adalah negara panutan dalam manajemen bencana. Penelitian ini bertujuan untuk menemukan pelajaran dari pengalaman Jepang terhadap: (a) Risiko bencana di Jepang; (b) Cara Jepang mempelajari bencana; (c) Sistem manajemen bencana di Jepang; (d) Langkah finansial Jepang dalam manajemen bencana; (e) Peranan sains dan teknologi dalam manajemen bencana; (f) Cara Jepang memprediksi gempa; (g) Cara Jepang melihat bencana sebagai kesempatan; (h) Keseriusan Jepang dalam pengurangan risiko bencana; (i) Cara Jepang melindungi fasilitas pendidikan; (j) Budaya tolong menolong di Jepang pada fase bencana. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif dan teknik pengumpulan data melalui wawancara dan dokumentasi. Hasil penelitian ini yaitu: (a) Jepang memiliki risiko bencana yang tinggi; (b) Jepang mempelajari sosial dan politik dari bencana; (c) Sistem manajemen bencana di Jepang dibagi menjadi 3 level; (d) Jepang berinvestasi uang dan makanan; (e) Jepang mengembangkan sains dan teknologi terkait bencana; (f) Jepang memiliki sistem peringatan dini gempa; (g) Manajemen bencana sebagai alat diplomasi lunak; (h) Jepang serius dalam pengurangan risiko bencana; (i) Jepang menjamin fasilitas belajar yang aman; (j) Orang Jepang saling membantu di semua fase bencana.

    Kata Kunci: Jepang, Manajemen Bencana, Pengurangan Risiko Bencana
    (In Bahasa) Desa Tangguh Bencana (Destana) merupakan desa yang memiliki kapasitas untuk mengenali potensi bencana, mengurangi potensi bencana serta mampu mengorganisasi semua elemen dalam masyarakat untuk turut serta berpartisipasi dalam... more
    (In Bahasa) Desa Tangguh Bencana (Destana) merupakan desa yang memiliki kapasitas untuk mengenali potensi bencana, mengurangi potensi bencana serta mampu mengorganisasi semua elemen dalam masyarakat untuk turut serta berpartisipasi dalam kebencanaan. Salah satu desa yang telah menerapkan destana adalah Desa Gunung Geulis, dimana desa ini sebagian besar berpotensi longsor. Dengan demikian peningkatan kapasitas masyarakat melalui program Desa Tangguh Bencana di Desa Gunung Geulis merupakan program yang perlu segera diselenggarakan hingga tuntas. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis (1) peran serta masyarakat Desa Gunung Geulis, khususnya kelompok rentan, dalam pengelolaan sumber daya dalam rangka mengurangi risiko bencana; (2) peningkatan kapasitas warga dan aparat dalam penanggulangan bencana dan (3) kinerja forum Pengurangan Risiko Bencana (PRB) Desa. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Adapun subyek penelitian ini adalah Sekretaris Desa Gunung Geulis dengan menggunakan metode wawancara. Hasil penelitian menunjukkan (1) personil dari forum penanggulangan bencana melakukan penanaman pohon di lereng-lereng rawan longsor dan membuat tanggul panahan, (2) Desa Gunung Geulis sebagai pelaksana program Desa Tangguh Bencana telah aktif melakukan pelatihan rutin dan berkelanjutan setiap bulan sebagai usaha pengembangan kapasitas dalam penanggulangan bencana, (3) forum PRB Desa Gunung Geulis telah melakukan upaya mitigasi pasif misalnya membuat pemetaan dan analisis risiko bencana, meskipun belum ada dokumen yang tersusun. Personil PRB juga melakukan upaya mitigasi dan peringatan dini melalui informasi melalui pamflet, brosur, dan pertemuan-pertemuan desa lainnya. Selain itu, upaya mitigasi aktif telah dilakukan oleh tim PRB. Kata kunci: desa tangguh; bencana; kesiapsiagaan; pengurangan risiko.

    Kata kunci: desa tangguh; bencana; kesiapsiagaan; pengurangan risiko

    (In English) Disaster Resilient Village (Destana) is a village that has the capacity to recognize potential disasters, reduce the potential for disasters and be able to organize all elements in the community to participate in participating in disasters. One of the villages that has implemented destana is Gunung Geulis Village, where most of the villages have a potential for landslides. Therefore, increasing the capacity of the community through the Tangguh Disaster Village program in Gunung Geulis Village is a program that needs to be immediately implemented until completion. So, this study aims to analyze (1) the participation of the community of Gunung Geulis Village, particularly vulnerable groups, in managing resources in order to reduce disaster risk; (2) increasing the capacity of citizens and officials on disaster management and (3) the performance of the Village DRR forum. This study uses a qualitative method. The subjects of this study were Gunung Geulis village secretaries using the interview method. The results showed (1) personnel from the disaster management forum planted trees on landslides prone area and made archery embankments, (2) Gunung Geulis Village as a program implementer of Disaster Resilient Village had been actively conducting routine and ongoing training every once a month in an effort capacity development on disaster management, (3) the Disaster Risk Reduction (DRR) forum of Gunung Geulis village has carried out passive mitigation efforts such as making mapping and analysis of disaster risk, even though there is no document compiled. DRR personnel also carry out mitigation and early warning efforts through information through pamphlets, brochures, and other village meetings. In addition, active mitigation efforts have been made by the DRR team.

    Key words: the resilient village; disaster; preparedness; risk reduction
    Penelitian ini dilaksanakan di hutan Mlanding Rektorat UNY. Metode yang digunakan adalah metode observasi yang dilakukan pada beberapa titik pengamatan yang berbeda. Teknik analisis yang digunakan yaitu dengan menentukan indeks... more
    Penelitian ini dilaksanakan di hutan Mlanding Rektorat UNY. Metode yang digunakan adalah metode observasi yang dilakukan pada beberapa titik pengamatan yang berbeda. Teknik analisis yang digunakan yaitu dengan menentukan indeks keanekaragaman semut yang  diukur dengan pendekatan indeks Keragaman Shannon-Wiener serta menghubungkan
    Keanekaragaman jenis semut di hutan Mlanding rektorat UNY termasuk dalam kategori sedang setelah dilakukan perhitungan indeks keanekaragaman Shanon-Wiener. Ditemukan semut sebanyak 95 spesies, dari 4 subfamily yang berhasil diidentifikasi, yaitu dari sub family Dolichoderinae, Formicinae, Myrmicinae, Ponerinae. Dari sub family Dolichoderinae ditemukan sebanyak 27 ekor, Formicinae sebanyak 34 ekor, Myrmicinae sebanyak 30 ekor, dan Ponerinae sebanyak 4 ekor.