Dodo
Dodo Julat zaman: Akhir Holosen
| |
---|---|
Rekonstruksi Dodo | |
Pengelasan saintifik | |
Alam: | |
Filum: | |
Kelas: | |
Order: | |
Keluarga: | |
Subkeluarga: | |
Genus: | Raphus Brisson, 1760
|
Spesies: | R. cucullatus
|
Nama binomial | |
Raphus cucullatus (Linnaeus, 1758)
| |
Tempat hidup (berwarna merah) | |
Sinonim | |
|
Dodo (Raphus cucullatus) adalah burung yang tak dapat terbang yang pernah hidup di pulau Mauritius. Burung ini berhubungan dengan merpati. Burung ini memiliki tinggi sekitar satu meter, pemakan buah-buahan, dan bersarang di tanah.
Dodo pupus antara pertengahan sampai akhir abad ke-17.[1] Kepupusannya sering dijadikan contoh tipikal kerana ia terjadi dalam sejarah penulisan manusia dan akibat aktiviti manusia.
Etimologi
Tidak jelas darimana perkataan dodo berasal. Mungkin berhubungan dengan dodaars, bahasa Belanda untuk sejenis bebek. Ada hubungan antara keduanya kerana kemiripan bulu di kakinya atau kerana kedua binatang ini kaku. Bagaimanapun, orang Belanda juga diketahui menyebut unggas dari Mauritius ini dengan walghvogel (burung yang membuat mual) kerana rasanya. Nama terakhir ini digunakan pertama kali dalam jurnal dari laksamana Wybrand van Warwijck yang mengunjungi dan memberi nama Mauritius tahun 1598. Dodo atau Dodaerse kembali tercatat dalam jurnal kapten Willem van West-Zanen empat tahun kemudian,[2] namun tidak jelas apakah dia yang pertama kali menggunakan nama tersebut, kerana sebelum orang Belanda, orang Portugis sudah mengunjungi pulau itu tahun 1507, tetapi tidak menetap.
Menurut Kamus Encarta dan Kamus Etimologi Chambers, "dodo" berasal dari bahasa Portugis doudo (sekarang doido) bererti "bodoh" atau "gila".[3] Namun, istilah Portugis untuk burung itu sekarang, dodô, berasal dari bahasa Inggeris. perkataan doudo atau doido di bahasa Portugis sendiri kemungkinan berasal dari bahasa Inggeris Lama ("dolt"). Keraguan bahawa asal kata itu dari Portugis juga kerana, dalam bahasa Portugis, nama yang dibentuk dari pengulangan dua suku kata terdengar kekanak-kanakan.
Kemungkinan lain adalah bahawa dodo merupakan onomatopia dari bunyi burung itu sendiri, bunyi yang sama seperti burung merpati 'doo-doo'.[4]
Biologi
Morfologi and ketidakmampuan terbang
Pada Oktober 2005, sebahagian dari Mare aux Songes, tempat paling penting dari peninggalan dodo, dipindahkan oleh suatu pasukan peneliti antarabangsa. Banyak peninggalan yang ditemukan, termasuk tulang dari burung dengan kedewasaan beragam,[5] dan beberapa tulang jelas-jelas berasal dari kerangka seekor burung dan tersimpan dalam posisi aslinya. [3] Penemuan ini dipertunjukan pada awam pada Disember 2005 di Naturalis, sebuah muzium di Leiden. Sebelumnya, beberapa spesimen yang dikaitkan dengan dodo sudah dikenal, kebanyakan terdiri dari tulang-tulang berserakan. Muzium Natural History di Dublin dan di Universiti Oxford, di antaranya, mempunyai spesimen yang disusun dari peninggalan yang tidak berhubungan ini. Telur dodo dipertunjukkan di Muzium London Timur di Afrika Selatan. Sampai saat ini, peninggalan yang paling lengkap, yang dipertunjukkan di Museum of Natural History di Universiti Oxford, berupa sebahagian tulang kaki dan kepala yang berisi satu-satunya bagian tubuh lunak yang masih ada dari spesies ini.
Sisa dari dodo terakhir disimpan di Muzium Ashmolean Oxford, tapi di pertengahan abad ke-18, spesimen itu telah benar-benar rosak dan diperintahkan untuk dibuang oleh kurator atau pengarah muzium sekitar tahun 1755.
Pada bulan Jun 2007, para pengembara yang menjelajah sebuah gua di Lautan Hindi menemukan kerangka dodo yang paling lengkap dan paling tersimpan baik dibanding yang lainnya selama ini.[6]
Dari gambaran artis kita tahu bahawa dodo memiliki bulu keabu-abuan, paruh sepanjang 23 cm dengan ujung bengkok, sayap yang sangat kecil, kaki kuning yang kokoh, dan seberkas bulu keriting di bahagian hujung belakangnya. Dodo adalah burung yang sangat besar, dengan berat sekitar 23 kg. Tulang dadanya tidak dapat menunjangnya untuk terbang; burung yang hidup di tanah ini berevolusi dengan memanfaatkan ekosistem pulau Mauritius yang tidak memiliki makhluk yang dapat memangsanya.
Gambaran tradisional dari dodo adalah burung yang gemuk dan canggung, tetapi pandangan ini telah dipertentangkan sekarang. Pendapat umum dari ilmuwan sekarang adalah bahawa lukisan lama itu menunjukkan spesimen yang ditangkap dan diberi makan terlalu banyak.[7] kerana Mauritius memiliki musim kering dan basah, dodo kemungkinan menggemukkan diri dengan buah matang di akhir musim penghujan untuk dapat selamat melalui musim kemarau saat langka makanan; laporan kontemporari menyebutkan burung ini memiliki selera makan yang "rakus". Sehingga, dalam penangkapan, akan sangat mudah mengalami kebanyakan makan.
Makanan
Pohon tambalacoque, juga dikenal sebagai "pohon dodo", dihipotesiskan Stanley Temple telah dimakan oleh Dodo, dan hanya melalui pencernaan dodo benih buah-buahan ini dapat tumbuh; ia menegaskan bahawa tambalacocque sekarang hampir pupus kerana ketiadaan dodo. Ia memaksa agar tujuh belas buah-buahan ini dimakan ayam Belanda liar dan tiga di antaranya dapat berkecambah. Dalam penelitiannya, Temple tidak berupaya menumbuhkan benih dari buah-buahan lainnya sebagai kawalan yang tidak diberikan pada ayam Belanda sehingga dampak pemberian buah-buahan kepada ayam Belanda jadi tidak jelas. Temple juga tidak memperhatikan laporan penelitian tentang pengecambahan benih tambalacoque oleh A. W. Hill tahun 1941 dan H. C. King tahun 1946, yang menemukan bahawa benih itu dapat tumbuh, walau sangat jarang, tanpa dimakankan pada burung.[8][9][10][11]
Kepupusan
Dodo adalah burung yang tidak takut pada manusia, dan ditambah ketidakmampuannya untuk terbang, membuatnya menjadi mangsa yang mudah ditangkap.[12] Orang yang mendarat di Mauritius memakan burung ini. Namun, banyak jurnal melaporkan rasa dodo tidak enak dan dagingnya yang keras, sementara spesies tempatan lainnya seperti Rail Merah enak rasanya. Umumnya dipercaya bahawa pelaut Melayu menghargai burung ini dan membunuhnya hanya untuk menggunakannya sebagai hiasan kepala dalam upacara keagamaan.[13] Manusia pertama yang mendatangi Mauritius membawa binatang baru, seperti anjing, babi, kucing, tikus dan kera pemakan kepiting yang menghancurkan sarang dodo, sementara manusia menghancurkan hutan tempat dodo tinggal.[14] Kini, dampak dari binatang-binatang itu — terutama babi dan kera — pada kepupusan dodo dianggap lebih berpengaruh dibanding pengaruh dari perburuan. Ekspedisi tahun 2005 menemukan banyak binatang yang mati akibat banjir. Kematian besar-besaran demikian semakin menyulitkan bagi spesies yang sudah terancam punah.[15]
Walaupun banyak laporan tentang pembunuhan besar-besaran dodo untuk bekal makanan dalam kapal, penemuan arkeologi sampai sekarang kurang mendapatkan bukti dari adanya manusia yang memangsa burung ini. Tulang belulang dari setidaknya dua dodo ditemukan dalam gua di Baie du Cap yang digunakan sebagai tempat berlindung buronan budak dan narapidana dalam abad ke-17, tapi kerana tempat itu terpencil akibat ketinggiannya, daerah itu sukar dicapai oleh dodo.[16]
Ada kontroversi seputar waktu kepunahan dodo. Robert dan Solow menyatakan bahawa "kepupusan" Dodo adalah saat terlihat terakhir tahun 1662, seperti dilaporkan oleh pelaut Volkert Evertsz" (Evertszoon), tetapi banyak sumber lainnya menduga hal itu terjadi pada tahun 1681. Robert dan Solow menunjukkan bahawa kerana dodo terlihat terakhir sebelum 1662 adalah di tahun 1638, dodo kemungkinan sudah sangat jarang di tahun 1660-an.[17] Analisis statistik tentang catatan perburuan Issac Johannes Lamotius memberikan perkiraan baru tahun 1693, dengan tingkat kepercayaan 95% dari 1688 sampai 1715. Mempertimbangkan bukti-bukti lain seperti laporan pelancong dan tidak adanya laporan yang baik setelah 1689,[16] sepertinya Dodo punah sebelum tahun 1700; sehingga, Dodo terakhir mati hanya satu abad lebih sedikit setelah penemuan spesies itu tahun 1581.[18]
Hanya sedikit orang yang memperhatikan burung yang punah ini. Pada awal abad ke-19, burung ini dianggap sebagai makhluk yang aneh dan banyak yang menganggapnya hanya mitos. Dengan penemuan serangkaian tulang dodo di Mare aux Songes dan laporan yang dibuat oleh George Clark mulai tahun 1865, minat terhadap burung ini mulai bertambah. Dalam tahun yang sama dengan dimulainya penerbitan laporan Clarke, burung yang baru punah ini dijadikan salah satu watak dalam cerita Alice's Adventures in Wonderland hasil karya Lewis Carroll.[19] Dengan popularnya buku tersebut, dodo jadi banyak diketahui dan mudah dikenali sebagai ikon dari kepunahan.
Rujukan
- ^ "Raphus cucullatus". Senarai Merah Spesies Terancam IUCN. 2004. 2004. Unknown parameter
|downloaded=
ignored (bantuan); Unknown parameter|assessors=
ignored (bantuan){{cite iucn}}: error: malformed |id= identifier (help) - ^ Staub, France (1996): Dodo and solitaires, myths and reality. Proceedings of the Royal Society of Arts & Sciences of Mauritius 6: 89-122 HTML fulltext
- ^ a b "Dodo skeleton find in Mauritius". BBC News. 2006-06-24. Dicapai pada 2006-08-28.
- ^ Quammen, David (1996): The Song of the Dodo: Island Biogeography in an Age of Extinction. Touchstone, New York.
- ^ "Scientists find 'mass dodo grave'". BBC News. 2005-12-24. Dicapai pada 2006-09-07.
- ^ "Dodo Skeleton Found on Island, May Yield Extinct Bird's DNA". National Geographic. 2007-07-03. Dicapai pada 2007-07-09.
- ^ Kitchener, A. On the external appearance of the dodo, Raphus cucullatus. Archives of natural History, 20, 1993.
- ^ Temple, Stanley A. (1977): Plant-animal mutualism: coevolution with Dodo leads to near extinction of plant. Science 197(4306): 885-886. HTML abstract
- ^ Hill, A. W. (1941): The genus Calvaria, with an account of the stony endocarp and germination of the seed, and description of the new species. Annals of Botany 5(4): 587-606. PDF fulltext (requires user account)
- ^ King, H. C. (1946). Interim Report on Indigenous Species in Mauritius. Government Printer, Port Louis, Mauritius.
- ^ Witmer, M. C. & Cheke, A. S. (1991): The dodo and the tambalacoque tree: an obligate mutualism reconsidered. Oikos 61(1): 133-137. HTML abstract
- ^ "Scientists pinpoint dodo's demise". BBC News. 2003-11-20. Dicapai pada 2006-09-07.
- ^ James, Bradly. 1998. The History of Mauritius. Lowell House: Boston. 34-35.
- ^ Jonathan Fryer (2002-09-14). "Bringing the dodo back to life". BBC News. Dicapai pada 2006-09-07.
- ^ Tim Cocks (2006-06-04). "Natural disaster may have killed dodos". Reuters. Dicapai pada 2006-08-30.
- ^ a b Janoo, Anwar (2005): Discovery of isolated dodo bones [Raphus cucullatus (L.), Aves, Columbiformes] from Mauritius cave shelters highlights human predation, with a comment on the status of the family Raphidae Wetmore, 1930. Annales de Paléontologie 91: 167–180. [English with French abstract] DOI:10.1016/j.annpal.2004.12.002 (abstrak HTML) Hume et al ref probably too.
- ^ Roberts, David L. & Solow, Andrew R. (2003): Flightless birds: When did the dodo become extinct? Nature 425(6964): 245. DOI:10.1038/426245a (abstrak HTML)
- ^ http://www.wikifaq.com/Dodo_Bird_FAQs
- ^ Alice's Adventures in Wonderland karangan Lewis Carroll diterbitkan tahun 1865.
Pautan luar
Cari Dodo dalam Wikikamus bahasa Melayu, kamus bebas. |
Wikimedia Commons mempunyai media berkaitan Dodo |
- David Reilly: Tragedy of the Dodo. Retrieved 2006-12-07.
- The Extinction Website: Species Info - Raphus cucullatus. Retrieved 2006-12-07.
- Rajith Dissanayake: What did the dodo look like?. Retrieved 2008-05-04.
Templat:Link FA Templat:Link GA Templat:Link FA Templat:Link GA Templat:Link FA