Academia.edu no longer supports Internet Explorer.
To browse Academia.edu and the wider internet faster and more securely, please take a few seconds to upgrade your browser.
Kairosz Edition
Pertanyaan-pertanyaan tentang eksistensi fisik, biologis, dan psikologis di bawah tingkat eksistensi sosial biasanya tidak penting untuk menjawab masalah teori sosial. Meskipun pemahaman yang baik tentang persyaratan moral yang penting bagi eksistensi manusia dan komunitas manusia dan norma-norma dan nilai-nilai yang dihasilkan tidak mungkin dilakukan tanpa memperhitungkan kemampuan biologis dan psikologis manusia, karena berfungsinya sebagian besar lembaga sosial bertumpu pada mereka. Dengan cara ini, analisis yang terbatas pada konteks sosial biasanya sudah cukup. Perkembangan baru di bidang kecerdasan buatan dan meningkatnya kemungkinan hak asasi manusia dan mungkin hak pribadi yang asli dalam kasus robot yang semakin maju telah membuatnya menarik bagi saya untuk bertanya apakah, dalam kasus kecerdasan buatan yang terkait dengan keberadaan fisik tubuh robotik, akan benar-benar mungkin untuk memasukkannya sepenuhnya ke dalam masyarakat? Dalam kasusnya, tidak ada lapisan biologis maupun psikologis, dan dibandingkan dengan empat lapisan (fisik, biologis, psikologis, dan spiritual) manusia alamiah dan masyarakat manusia, menjadi dipertanyakan bagaimana perluasan lembaga sosial yang mapan dapat diterapkan padanya. Untuk menjawab hal ini, menjadi perlu untuk meninjau kembali, selain teori realitas sosial, teori-teori yang telah melakukan pemetaan tingkat-tingkat eksistensi total yang komprehensif atau, dengan kata lain, lapisan-lapisan keberadaan realitas yang komprehensif. Eksistensi fisik sebagai prasyarat bagi eksistensi biologis dan ketidaktergantungan keduanya bagi masyarakat manusia dapat dikunjungi sebagai bukti. Tetapi bagaimana tingkat-tingkat realitas ini (dan mungkin bahkan yang lebih tersembunyi) berhubungan satu sama lain dan bagaimana efeknya satu sama lain dapat diartikulasikan pada tingkat teoritis, ada pendekatan yang berbeda.
Abstrak Kecerdasan Buatan (Artificial Intelligence) merupakan salah satu bagian dari ilmu komputer yang mempelajari bagaimana membuat mesin (komputer) dapat melakukan pekerjaan seperti dan sebaik yang dilakukan oleh manusia bahkan bisa lebih baik daripada yang dilakukan manusia. Aplikasi atau program kecerdasan buatan dapat ditulis dalam semua bahasa komputer, baik dalam bahasa C, Pascal, Basic, dan bahasa pemrograman lainnya. Tetapi dalam perkembangan selanjutnya, dikembangkan bahasa pemrograman yang khusus untuk aplikasi kecerdasan buatan yaitu LISP dan PROLOG. Kata Kunci: Kecerdasan buatan, program, komputer A. DEFINISI KECERDASAN BUATAN Kecerdasan Buatan (Artificial Intelligence) merupakan salah satu bagian dari ilmu komputer yang mempelajari bagaimana membuat mesin (komputer) dapat melakukan pekerjaan seperti dan sebaik yang dilakukan oleh manusia bahkan bisa lebih baik daripada yang dilakukan manusia. Menurut John McCarthy, 1956, AI : untuk mengetahui dan memodelkan proses–proses berpikir manusia dan mendesain mesin agar dapat menirukan perilaku manusia. Cerdas, berarti memiliki pengetahuan ditambah pengalaman, penalaran (bagaimana membuat keputusan dan mengambil tindakan), moral yang baik. Manusia cerdas (pandai) dalam menyelesaikan permasalahan karena manusia mempunyai pengetahuan dan pengalaman. Pengetahuan diperoleh dari belajar. Semakin banyak bekal pengetahuan yang dimiliki tentu akan lebih mampu menyelesaikan permasalahan. Tapi bekal pengetahuan saja tidak cukup, manusia juga diberi akal untuk melakukan penalaran,mengambil kesimpulan berdasarkan pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki. Tanpa memiliki kemampuan untuk menalar dengan baik, manusia dengan segudang pengalaman dan pengetahuan tidak akan dapat menyelesaikan masalah dengan baik. Demikian juga dengan kemampuan menalar yang sangat baik,namun tanpa bekal pengetahuan dan pengalaman yang memadai, manusia juga tidak akan bisa menyelesaikan masalah dengan baik. Demikin juga agar mesin bisa cerdas (bertindak seperti dan sebaik manusia) maka harus diberi bekal pengetahuan, sehingga mempunyai kemampuan untuk menalar. Untuk membuat aplikasi kecerdasan buatan ada 2 bagian utama yang sangat dibutuhkan : 1. Basis Pengetahuan (Knowledge Base), bersifat fakta-fakta, teori , pemikiran dan hubungan antar satu dengan yang lainnya. 2. Motor Inferensi (Inference Engine), kemampuan menarik kesimpulan berdasarkan pengetahuan dan pengalaman. Penerapan Konsep Kecerdasan Buatan pada Komputer adalah sebagai berikut :
Palestra / conferência proferida no âmbito do Projeto ERASMUS+ "Open Data City Officer – OpenDCO" (2022-1-CY01-KA220-HED-000089196), para a Universidade do Minho, Guimarães. Dia 14 de junho de 2024.
Aramaic Studies, 2024
In this article I describe two manuscripts of Targum Chronicles that, for different reasons, were not used in editions and studies of this rare Targum. First, manuscript Berlin, SB Or. fol. 4, Bible with a complete set of Targums. I analyse its textual character and point out its resemblance to manuscript Berlin, SB Or. fol. 1210–1211 (a.k.a. Erfurt 1). And second, manuscript Dresden, SLUB, A.46. Thought to have been lost during the Second World War, the manuscript is in fact partly legible and supplies an important additional witness for the last chapters, at least, of Targum Chronicles. Based on this newly available data I demonstrate the complexity of the textual traditions of Targum Chronicles and the need for a re-evaluation of its transmission and reception.
Collins English for Exams series has been designed to be easy to use, whether by learners studying at home on their own or in a classroom with a teacher: • Instructions are easy to follow • Exercises are carefully arranged from simpler to more diffi cult • All units follow the same basic structure to breed familiarity and confi dence • Answer key is clear and comprehensive Because these fundamentals are in place, classroom teachers can focus on maintaining motivation, providing individual feedback, and facilitating pair and group work so that more interactive practice can take place. This resource will explain how the material works and how it can be adapted to make the most of the classroom learning context. Each chapter in Writing for IELTS has a similar three-part structure, which can form the basis of regular classroom routines. It will provide 4–5 hours of content, 2 of which we recommend doing in class and 2–3 of which will make ideal homework tasks. Part 1: Vocabulary We recommend that vocabulary exercises be done at home before the lesson. • This preparation will get learners thinking about the topic and will introduce them to relevant vocabulary (activate schemata) without eating up classroom time. • As repeated exposure to new vocabulary is required for mastery, the fi rst fi ve minutes of the lesson can be spent doing a 'spot check' of a selection of the vocabulary covered in Part 1. • Students will have a further opportunity to use some of the vocabulary when they do the exam practice exercise after the lesson. • Encourage the students to complete the exercises without a dictionary. Part 2: Practice exercises This is divided into two halves – the fi rst half is about task 1 and the second is about task 2. • Approximately one hour of class time should be devoted to the exercises for task 1 and one hour for exercises for task 2. • The lesson plans provided for each unit concentrate on this section and offer roughly two hours of material • Most exercises can be done individually and checked in pairs or small groups. Pair and group work trains learners to refl ect on and explain how they have approached the task. This will help them develop a better understanding of exam strategies (metacognitive skills) and get them used to giving reasons for their choices – an important skill for IELTS speaking and writing tasks. Part 3: Exam practice This can be given as homework. • Exam practice for early units can be done without a time limit so that learners have the opportunity to improve the quality of their writing before they focus on increasing the speed. As the learners gain in skill, the time they allow themselves can gradually be reduced until they are able to complete both tasks in one hour. • Feedback should be given and students should be required to redraft their texts incorporating the necessary improvements.
2016
The eighteenth century has long been acknowledged as a pivotal period in Shakespeare's reception, transforming a playwright requiring 'improvement' into a national poet whose every word was sacred. Scholars have examined the contribution of performances, adaptations, criticism and editing to this process of transformation, but the crucial role of fiction remains overlooked. Shakespeare and the Eighteenth-Century Novel reveals for the first time the prevalence, and the importance, of fictional characters' direct quotations from Shakespeare. Quoting characters ascribe emotional and moral authority to Shakespeare, redeploy his theatricality, and mock banal uses of his words; by shaping in this way what is considered valuable about Shakespeare, the novel accrues new cultural authority of its own. Shakespeare underwrites, and is underwritten by, the eighteenth-century novel, and this book reveals the lasting implications for both of their reputations.
History of Engineering Storia dell’Ingegneria Proceedings of the 3rd International Conference Atti del 7° Convegno Nazionale Naples, 2018 April 23rd - 24th, edrs S. D'Agostino, F.R. d'Ambrosio, 2018
NUR AZIZAH UTAMI, 2019
Immigration Realities, 2024
Epidemiologic Methods
Gaceta Sanitaria, 2013
ACS applied materials & interfaces, 2017
Journal of Anti-Corruption Law
Biology of the Cell, 1992
Journal of High Energy Physics, 2001
The Conversation Trust, 2020
The Journal of Immunology, 2007
Physical Review B, 1991