TELAAH KITAB RASAIL AL-NUR OLEH SAID NURSI
Ahmad Nabil Amira, Tasnim Abdul Rahmanb,
nabiller2002@gmail.coma,tasnimrahman@unisza.edu.myb
a
International Institute of Islamic Thought and Civilization, Kuala Lumpur;
Universiti Sultan Zainal Abidin (UniSZA), Kampus Gong Badak, Terengganu;
b
ABSTRAK
ARTICLE INFO
Received: 13th November 2023
Revised: 7th December 2023
Accepted: 20th December 2023
Published: 31th December 2023
Permalink/DOI
https://doi.org/10.51190/jazirah.v4i
2.119
Copyright © 2023, Jazirah: Jurnal
Peradaban & Kebudayaan.
All right reserved
Print ISSN: 2716-4454,
Online ISSN: 2774-3144
Online ISSN: XXXX-XXXX
Artikel ini meninjau secara ringkas kitab Risalah al-Nur karangan Said Nursi. Ia bertujuan
melihat latar belakang sejarahnya dan pengaruhnya dalam tradisi pemikiran dan intelektual
Islam yang berkembang di bawah pemerintahan Turki moden. Ini ditilik dari tafsiran dan
ajaran-ajaran moral dan spiritualnya yang memberikan pandangan yang dinamik dan rasional
tentang kosmologi al-Qur’an, nilai-nilai moraliti dan konteks sosio-historisnya, dan
sumbangannya terhadap perkembangan pemikiran dan peradaban manusia. Penelitian ini
bersifat kualitatif dengan menerapkan metode kajian historis bersifat dokumentasi dan analisis
kandungan. Dapatan kajian menunjukkan keutamaan kitab tafsir Risalah al-Nur oleh Said
Nursi ini dalam merumuskan fungsi al-Qur’an dan hadith dan hubungannya dengan
pemahaman wahyu dan sejarahnya serta pembentukan hukum dan falsafahnya. Ini
dimanifestasikan secara empirik dan ilmiah melalui perbandingan dan analogi yang
memberikan pembuktian yang mendasar tentang dalil-dalil kemukjizatannya dan
pengaruhnya dalam memperkuat keyakinan tauhid dan psikologi keagamaan umat. Dalam
konteks penafsiran dan signifikasi sejarahnya, diskursus yang dibawakan dalam kitab Risalah
al-Nur ini mendasari pandangan hidup dan nilai yang digariskan oleh al-Qur’an dan hadith dan
kebenarannya yang didukung oleh hukum-hakam sains serta kontekstualisasinya dalam
kehidupan moden.
KATA KUNCI
Risalah al-Nur, Said Nursi, falsafah, metafora, sains.
ABSTRACT
This paper discusses Said Nursi’s Qur’anic interpretation, Risalah al-Nur and its historical
background and foundational role in Islamic intellectual history and its religious tradition
under the repressive secular modern Turkish Republic administration. It looks into the
cultural impact of its moral-spiritual teaching and its historical significance in developing and
fulfilling the fundamental role of Qur’anic revelation in delivering and justifying the principal
of ethics and morality, and its cosmological values in guiding the formation of higher ethicallegal and civilizational framework. The study is based on library research using historical and
qualitative approaches and documentation technique. The finding shows that the Risalah alNur has set forth through empirical and scientific method, the conclusive truth of the Qur’an
and hadith paradigm, by way of similitude and comparison, which provide basic proof of the
postulates of its inimitability and miraculousness, that was vital in strengthening the belief
of tawhid and in reinforcing the religious and spiritual consciousness of the people. In the
context of its interpretation and historical significance, the discourse presented in the Risalah
al-Nur emphatically upheld the teaching of the Qur’an and hadith and contextualize its
transcendental ideals, philosophy and values to modern life.
KEYWORDS
Risalah al-Nur, Said Nursi, philosophy, science, metaphor.
124
Jazirah: Jurnal Peradaban dan Kebudayaan,
No. (2), 2023, hlm. 124-135
Vol. 4
Ahmad Nabil Amira, Tasnim Abdul Rahman
125
Jazirah: Jurnal Peradaban dan Kebudayaan,
No. (2), 2023, hlm. 124-135
Vol. 4
Ahmad Nabil Amira, Tasnim Abdul Rahman
PENDAHULUAN
Artikel ini membahas struktur asas pemikiran Badiuzzaman Said Nursi dalam
karyanya Risalah al-Nur. Koleksi tulisan Risalah al-Nur ini terhimpun dalam 130
risalah yang termuat dalam empat buku induk, iaitu Al-Kalimat (kalimah-kalimah)
[33 risalah], Al-Maktubat (surat-surat) [33 risalah], Al-Lama‘at (kilauan) [33 risalah]
dan As-Syua‘at (sinar) [15 risalah]. Terdapat juga risalah-risalah lain berupa Maktub
(surat) dalam 17 buah. Ia disusun dalam bentuk tafsir tematik terhadap al-Qur’an,
yang kandungannya rencam, berupa naratif dan peninjauan metaforik tentang
kalam, tasawuf, tarbiyah nafsu, dan pedoman akhlak. Ia ditulis untuk menyeru
manusia di zamannya untuk beriman kepada Allah, yang menjadi sarana dakwahnya
dalam mengajak manusia untuk memperhatikan keajaiban alam dan mencerna
tanda-tanda kewujudan Tuhan dari pertimbangan fikiran yang sihat. Dari segi ini,
pendekatannya terbangun dari asas-asas tasawuf, iaitu al-‘ajz (kelemahan), al-faqr
(kefakiran), al-syafaqah (belas kasihan), dan al-tafkir (berfikir).1 Risalah ini lahir
sebagai manifesto penentangannya terhadap faham sekularisme dan ateisme yang
dipaksakan oleh pemerintah. Ia merupakan catatan-catatan yang dibuat dalam
pengasingannya di penjara sebagai reaksi terhadap serangan-serangan ideologi
sekular bagi menghakis nilai dan menghapuskan kepercayaan agama dan
kesedarannya sejak jatuhnya kepimpinan daulah kekhalifahan Uthmaniyah.
Justeru kajian ini bermaksud untuk meninjau latar belakang kitab Risalah alNur, dalil-dalil dan penghujahannya yang rasional, sistematik dan konsepsual, dan
kepentingan karangan-karangannya yang lain dalam ilmu tafsir, hadith, akhlak dan
tasawuf dalam membentuk pemahaman yang mendasar tentang teologi al-Qur'an
dan hadith dan nilai-nilai keagamaan berdasarkan keterangan-keterangan sejarah
yang saintifik dan empirikal. Ia melihat peranan yang dimainkan oleh kitab Risalah
al-Nur ini dalam mengembangkan pemahaman asas tentang al-Qur'an dan hadith dan
struktur hukumnya berdasarkan penalaran akliah tentang konsep-konsep saintifik,
dan keteraturan hukum alam dan sunan ilahiyah berasaskan kekuatan nalar dan
takwil, analogi dan perbandingan yang kreatif.
Sharifah Norshah Bani Syed Bidin dan Ahmed S.A. al-Qodsi, “Pemikiran Tasawwuf Badi'uzzaman Sa'id
Nursi dalam Dakwah,” Journal of Personalized Learning 3, no. 1, 2020, hlm. 24.
1
126
Jazirah: Jurnal Peradaban dan Kebudayaan,
No. (2), 2023, hlm. 124-135
Pembahasan
ini
Vol. 4
berbentuk
Ahmad Nabil Amira, Tasnim Abdul Rahman
kajian
kepustakaan
berasaskan
kaedah
dokumenter bercorak kualitatif. Sumber-sumber data dan materi diperoleh dari
bahan-bahan primer dan sekunder yang terkait. Ini dianalisis melalui proses dalam
tahapan heuristik, kritik, interpretasi, dan historiografi sejarah, berpandukan
falsafah hermeneutika Hans G. Gadamer2, teori hermeneutika Khaled Abou el-Fadl3
serta epistemologi Qur’an (double movement) Fazlur Rahman4 sebagai kayu ukur
pembatas dalam pemerhatian. Data dicerakinkan dan dianalisis dengan metode
induktif (istiqra'), deduktif (istinbat), historis serta komparatif bagi menghasilkan
penemuan dan kesimpulan akhir yang akurat.
METODE
Kajian ini berbentuk penelitian kepustakaan berasaskan kaedah dokumenter
bercorak kualitatif. Sumber-sumber data dan materi diperoleh dari bahan-bahan
primer dan sekunder yang terkait. Ini dianalisis melalui proses dalam tahapan
heuristik, kritik, interpretasi, dan historiografi sejarah, berpandukan falsafah
hermeneutika Hans G. Gadamer5, teori hermeneutika Khaled Abou el-Fadl6 serta
epistemologi Qur’an (double movement) Fazlur Rahman7 sebagai kayu ukur
pembatas dalam pemerhatian. Data dicerakinkan dan dianalisis dengan metode
induktif (istiqra'), deduktif (istinbat), historis serta komparatif bagi menghasilkan
penemuan dan kesimpulan akhir yang akurat.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kerelevenan Kitab Rasa’il al-Nur karya Badi‘uzzaman Said Nursi ini terlihat
jelas dalam konteks semasa, khususnya dalam memahami cara-cara penaakulan
Gadamer, Hans G., 1976, Philosophical hermeneutics, D. E. Linge (tr.) (Berkeley, Los Angeles:
University of California Press, hlm. 1.
3
El-Fadl, Khaled Abou, 2003, Atas Nama Tuhan: dari Fikih Otoriter ke Fikih Otoritatif (Jakarta:
Serambi, 1.
4
Fazlur Rahman, 1982, Islam and Modernity: Transformation of an Intellectual Tradition (Chicago:
University of Chicago Press, hlm. 3.
5
Gadamer, Hans G., 1976, Philosophical hermeneutics, D. E. Linge (tr.). Berkeley, Los Angeles:
University of California Press.
6
El-Fadl, Khaled Abou, 2003, Atas Nama Tuhan: dari Fikih Otoriter ke Fikih Otoritatif. Jakarta:
Serambi.
7
Fazlur Rahman,1982, Islam and Modernity: Transformation of an Intellectual Tradition. Chicago:
University of Chicago Press.
2
127
Jazirah: Jurnal Peradaban dan Kebudayaan,
No. (2), 2023, hlm. 124-135
Vol. 4
Ahmad Nabil Amira, Tasnim Abdul Rahman
kitab suci al-Qur’an dengan penjelasan yang saintifik dan rasional. Kaedah
penalarannya ini menjadi fokus yang disajikan dalam penelitian ini untuk melihat
kekuatan analogi dan metafora yang digunakan dan kontribusinya bagi sejarah dan
Peradaban.
Pada konteks teoretis, perdebatan sejarah tentang pengaruh al-Qur’an dan
hadith dalam kehidupan dapat ditinjau dari perbahasannya dalam kitab Rasa’il alNur oleh Badi'uzzaman Said Nursi (1877-1960) yang memperlihatkan kesan-kesan
kesejarahan dan implikasi moral yang mendalam yang digarap yang mencakupi
intisari-intisari penting yang dinukil dari isi Kitab Rasail terhadap pesan-pesan wahyu
dan implikasinya historisnya. Kitab Rasa’il al-Nur yang ditulis oleh Nursi ini
menitipkan pemikiran dan falsafahnya yang luar biasa dalam merungkai tema-tema
yang luas dalam al-Qur'an terkait ajaran-ajarannya tentang akidah, ibadah, syariat,
sains dan tauhid. Ia ditulis dalam upayanya menangkis penyerbuan paham-paham
sekular yang ditimbulkan rejim penguasa yang ingin menghapuskan pengaruh Islam
dari Turki - yang menyaksikan pertembungan yang dahsyat antara pengaruh Nursi
yang kuat dengan tindasan dan pembantaian pemerintah. Kupasan-kupasannya
sendiri banyak dihubungkan dengan pengalaman-pengalamannya sendiri sepanjang
menyeberangi daerah-daerah terpencil di Turki dan semasa mendekam dalam
tahanan rejim yang bobrok. Antara persoalan yang digarapnya adalah tentang
kewujudan dan ketauhidan Tuhan, manifestasi Nama-Nama Ilahi dan sifat-sifat
penciptaan, kebangkitan dan hari akhirat, kenabian, kemukjizatan al-Qur'an,
malaikat, kekekalan ruh manusia, qadar, serta persoalan tentang sifat sebenar
manusia dan alam, dan keperluan manusia untuk menyembah Tuhan. Setiap perkara
ini dihuraikan dengan perbandingan dan alegori, dan ditunjukkan dengan hujah yang
beralasan dan pembuktian yang logis.
Karya ini menjawab dengan cemerlang serangan yang dilancarkan terhadap
al-Qur'an atas nama sains dan falsafah, dan memperlihatkan kerasionalan keimanan
pada Tuhan dan kemustahilan yang logis dari penafian. Ia turut menunjukkan bahawa
kebahagian manusia dan keselamatannya di dunia dan di akhirat hanya terletak pada
keimanan pada Tuhan dan pengetahuan tentang Tuhan. Selain tafsirannya pada
tema-tema yang mendalam tentang sifat sabar, qana‘ah, rida, istiqamah, dan
iktikad tauhid serta perspektifnya tentang perhubungan antara agama dan dakwah,
128
Jazirah: Jurnal Peradaban dan Kebudayaan,
No. (2), 2023, hlm. 124-135
Vol. 4
Ahmad Nabil Amira, Tasnim Abdul Rahman
wanita, peradaban, prinsip wasatiyah dan sebagainya yang memancarkan kekuatan
refleksinya dalam menanggapi ayat-ayat suci dan menerobosi dan menyikapi intisari
penting dari maqasid syariah.
Said Nursi merupakan pemikir Islam moden yang berhasil membarengkan
antara al-Qur'an dan sains. Dalam penulisannya beliau membawakan argumentasinya
berasaskan representasinya terhadap alam ini sebagai objek pembacaan - Book of
universe - di mana untuk mencapai pemahaman yang lengkap terhadap Buku ini tak
lain melalui tafakkur (reflective thought) sebagai pengembangan saintifik untuk
mencapai pengetahuan yang benar yang sejajar dengan al-Qur'an.
Tafakkur ini dibangunkan atas kesatuan akal yang rasional dan kesucian hati
sufisme untuk membentuk proses pembacaan terhadap alam ini sebagai sudut
pandang spiritual-saintifik. Dapatlah disimpulkan bahawa Rasa’il al-Nur merupakan
satu metodologi yang baru dalam pengembangan al-Qur'an berasaskan sistem
pemikiran yang rasional, logik dan reflektif. Dalam Rasa’il al-Nur banyak gambaran
tentang pekerjaan Tuhan dalam alam dilihat melalui pemandangan sains, dan
mencerminkan pengetahuan Nursi tentangnya. Tafsirnya menunjukkan tiada
percanggahan atau konflik antara agama dan sains. Selain itu, semua perkara yang
dibincangkan dalam Rasa’il al-Nur ini diajukan sebagai hujah yang beralasan dan
dibuktikan mengikut logika. Semua kebenaran yang terpenting tentang keimanan
dibuktikan sehingga orang-orang yang tidak beriman dapat melihat keperluannya.
Dan demikian pula, diilhamkan oleh al-Qur'an, malah kebenaran yang paling dalam
dan tak terjangkau dapat dicapai melalui perbandingan, yang membawanya hampir
kepada pemahaman seperti teleskop, sehingga ia mudah dimengerti oleh orangorang biasa dan kalangan yang tanpa pengetahuan sebelumnya tentang persoalan
ini.
Karyanya menjelaskan segala hal dari sudut pandang hikmah kebijaksanaan;
yakni, ia menguraikan tujuan segala sesuatu. Ia mempertimbangkan benda-benda
dari sudut pandang Nama Tuhan Yang Maha Bijaksana. Ketika di Barla, Nursi
menyusun tretis tentang Hari Kebangkitan dan bahagian-bahagian yang mengikutinya
bersama dalam bentuk koleksi dan menamakannya Sozler (The Words). The Words
diikuti oleh Mektubat (Surat-Surat), koleksi tiga puluh pucuk surat yang berbezabeza panjangnya daripada Nursi kepada murid-muridnya. Dan ini diikuti dengan
129
Jazirah: Jurnal Peradaban dan Kebudayaan,
No. (2), 2023, hlm. 124-135
Vol. 4
Ahmad Nabil Amira, Tasnim Abdul Rahman
Lem'alar (Koleksi The Flesh) dan Sualar (The Rays) yang dirampungkan pada 1949. 8
Bersama dengan ini adalah tiga koleksi dari Surat-Surat Tambahan, bagi masingmasing dari tempat pembuangan Nursi yang utama, Barla Lahikasi, Kastamonu
Lahikasi, dan Emirdag Lahikasi. Cara Rasa’il al-Nur ditulis dan disebarkan adalah
unik, sepertimana karya itu sendiri. Nursi akan mendiktekan dengan pantas kepada
tukang catat, yang akan menuliskan bahagian tersebut dengan kepantasan yang
sama; penulisan yang sebenar adalah sangat pantas.
Nursi tidak memiliki buku sebagai acuan dan penulisan karya-karya agama
tentunya diharamkan. Mereka semuanya ditulis kerana itu di pergunungan dan di
luar bandar. Salinan-salinan tulisan tangan kemudiannya dibuat, ini secara
sembunyi-sembunyi disalin di rumah ‘murid-murid’ Rasa’il al-Nur, sebagaimana
mereka dipanggil, dan diedarkan dari kampung ke kampung, dan kemudiannya dari
kota ke kota, sehingga ia tersiar di seluruh Turki. Hanya pada tahun 1946 muridmurid Rasa’il al-Nur berupaya memperoleh mesin pendua, ketika baru pada tahun
1956 di mana berbagai bahagian dicetak di atas mesin pencetak moden dalam tulisan
Latin, yang baru. Bilangan yang diberikan bagi salinan-salinan tulisan tangan adalah
600,000. Dapatlah dilihat dari angka di atas bagaimana Gerakan Rasa’il al-Nur
tersebar di Turki, meski dengan segala usaha untuk menghentikannya. Setelah 1950,
period yang dipanggil Nursi ‘Said Ketiga’, terdapat peningkatan yang besar dalam
jumlah murid, terutamanya di kalangan anak-anak muda dan mereka yang telah
menempuh sistem pendidikan sekular Republik. Pada masa yang sama pelajarpelajar di luar Turki bertambah.
Kondisi yang memungkinkan lahirnya Rasa’il al-Nur ini juga tidak dapat
dilepaskan dari pergerakan yang dipimpinnya dengan persiapan mental dan tenaga
kader yang tersusun. Dalam membendung arus sekularisasi di Turki, Nursi
menekankan pada energi keimanan dan nilai etika. Ajaran-ajaran Islam tetap ia
sebarkan meski di pengasingan dan penjara, hingga akhirnya pemerintahan Mustafa
Kemal diambil alih di bawah partai demokrat, dan tulisan Risalah Nur diajar kembali.
8
Bediuzzaman Said Nursi, 2008, Risale-i Nur Collection, Sukran Vahide (tr.), Istanbul: Sozler
Publications A.S, hlm. 3.
130
Jazirah: Jurnal Peradaban dan Kebudayaan,
No. (2), 2023, hlm. 124-135
9
Vol. 4
Ahmad Nabil Amira, Tasnim Abdul Rahman
Dalam upayanya ini, Nursi cenderung kepada perlawanan kultural melalui tulisan
dan ceramah, dengan menggerakkan masyarakat supaya tidak tergerus dengan
budaya Barat dan pendirian halaqah yang telah menjadi gerakan Nurcu.
Menurut Serif Mardin dalam bukunya Religion and social change in modern
Turkey: the case of Bediuzzaman Said Nursi, yang ditulisnya untuk memahami
mengapa sebahagian kelompok dari masyarakat Turki telah ditarik kepada ajaranajaran Nursi tentang signifikasi al-Qur’an dalam dunia moden, ia menjelaskan
bahawa apa yang Nursi cuba lakukan adalah untuk membangunkan idiom yang baru
yang diambil daripada diskusi sedia ada dan menjadikan massa sebahagian daripada
penafsiran yang terus-menerus ini terhadap nilai-nilai komunal. 10
Gerakan Nursi adalah didasarkan pada semangat persaudaraan Muslim. Ia
hendak membuktikan keunggulan Alquran dan peradaban yang dibawanya dapat
memberikan kepuasan dan kebahagiaan hidup hakiki,11 dengan melancarkan jihad
moral untuk menghancurkan pengaruh ateis yang merosak moral umat.12 Kandasnya
politik Kemal adalah kerana kebijakannya yang tanpa pertimbangan yang matang
dalam mencontoh kemajuan Barat. 13 Nursi memberikan kritik terhadap penafsiran
sekularisme yang difahami sepotong dan tidak utuh, sehingga menyudutkan umat
Islam. Anjurannya sesuai dengan isi kandungan Alquran dan hadis, dimana Risalah
al-Nur menjelaskan hakikat iman untuk meningkatkan kesedaran umat beragama.
Kandungan Risalah al-Nur, secara jelas melawan budaya Barat dan tidak
membenarkan doktrin filsafat materialistik dan naturalistik. Dalam penjelasannya,
ia memilih mengedepankan metode tafakkur yang menekankan penggunaan majaz
dan perbandingan untuk menjelaskan suatu masalah. 14
The Words (Sozler) adalah jilid pertama dari Rasa’il al-Nur dan terdiri dari
tiga puluh tiga bahagian yang tersendiri atau 'Words', yang menghuraikan dan
9
Vahide, Sukran, 2007, Biografi Intelektual Badiuzzaman Said Nursi: Transformasi Dinasti Usmani
menjadi Republik Turki, Sugeng Haryanto, Sukono (terj.), Jakarta: Anatolia, hlm. xviii.
10
Mardin, Serif, 1991, Religion and Social Change in Modern Turkey: the Case of Bediuzzaman Said
Nursi, New York: State University of New York Press, hlm. 1.
11
Vahide, Sukran, 2007, Biografi Intelektual Badiuzzaman Said Nursi: Transformasi Dinasti Usmani
menjadi Republik Turki, Sugeng Haryanto, Sukono (terj.), Jakarta: Anatolia, hlm. 208.
12
Ibid, hlm. 346.
13
Ibid, hlm. 189.
14
Syauqi, Muhammad Labib, “Mengenal Risalah Nur Karya Said Nursi dan Metodologi Penafsirannya”,
Maghza, Vol. 2, No. 1, Jan-Juni 2017, hlm. 109.
131
Jazirah: Jurnal Peradaban dan Kebudayaan,
No. (2), 2023, hlm. 124-135
Vol. 4
Ahmad Nabil Amira, Tasnim Abdul Rahman
membuktikan dasar-dasar Keimanan, termasuk keutamaan dan kelebihannya yang
tak terhitung.
Termasuk di sini adalah penguraian tentang Nama-Nama dan Sifat Tuhan
dalam ciptaan, kebangkitan semula orang yang telah mati dan hari Akhirat, Kenabian
dan Mikraj, Kemukjizatan al-Qur'an, malaikat, keabadian ruh manusia, Ketentuan
Ilahi (takdir atau nasib), berserta dengan perbincangan yang meyakinkan tentang
sifat sebenar manusia dan alam. Hikmah di sebalik waktu yang ditentukan dari
sembahyang lima waktu, dan keperluan manusia yang fundamental dan semulajadi
untuk menyembah Allah.
The Letters (Mektubat), jilid kedua dari Rasa’il al-Nur memperlihatkan
hubungan yang istimewa antara Nursi dan murid-muridnya. Dalam Koleksi ini, Nursi
menjawab sejumlah pertanyaan yang banyak sekali dan beraneka ragam yang
dilontarkan oleh murid-muridnya. Contohnya, bagaimana kematian menjadi satu
kurnia; di mana letaknya neraka, bagaimana cinta metaforik bagi individu atau dunia
ini dapat diterjemahkan kepada cinta yang sebenar, penjelasan tentang di mana
Perhimpunan Mahsyar dan Perhitungan Akhir akan terjadi, surat takziah atas
kematian seorang anak, pembuktian tentang kenabian Nabi Muhammad (saw), dan
sebagainya. Koleksi ini merangkumi Sembilan Belas Surat yang terkenal yang
menggambarkan lebih dari tiga ratus mukjizat Nabi Muhammad (saw). Meskipun
surat ini mengandungi banyak hadith dan lebih dari seratus muka surat panjangnya
berdasarkan tradisi dan riwayat, ia ditulis sepenuhnya di luar kepala tanpa merujuk
kepada mana-mana kitab “dalam beberapa hari dengan bekerja dua atau tiga jam
setiap hari, selama dua belas jam.”
The Letters juga menerangkan tentang kehidupan Nursi sendiri selama
bertahun-tahun dalam pengasingan dan kondisi sepanjang tahun-tahun terawal
Republik Turki. Koleksi The Flashes (Lem'alar) bermula dengan dua potong doa yang
perih - doa Nabi Yunus (as) menunjukkan kerelevenannya bagi semua orang hari ini;
dan doa yang terkenal dari Nabi Ayub (as) memberikan penawar yang hakiki bagi
semua yang tertimpa musibah.
Koleksi The Rays (Sualar) memuatkan sejumlah bahagian yang utama dari
Risale-i Nur. Antaranya ialah: Petanda yang Agung, yang menggambarkan kesaksian
yang diartikulasikan oleh segenap alam ciptaan kepada Keperluan Kewujudan dan
132
Jazirah: Jurnal Peradaban dan Kebudayaan,
No. (2), 2023, hlm. 124-135
Vol. 4
Ahmad Nabil Amira, Tasnim Abdul Rahman
Kesatuan Allah, adalah ekspresi dari pemikiran reflektif yang menjadi landasan asas
dari cara-gaya Rasa’il al-Nur.
Rasa’il al-Nur merupakan koleksi tafsir al-Qur'an yang dihasilkan oleh Said
Nursi antara 1910 dan 1950an. Tafsirnya tidak menurut urutan ayat sebagaimana
dilakukan dalam tafsir-tafsir klasik, tatkala ia mengulas dan menafsirkan maknamaknanya. Sebaliknya ia berbentuk tafsir tematik yang menangani keraguan yang
melingkari doktrin dan prinsip-prinsip asas Islam. Koleksi ini terdiri daripada empat
belas kitab. Tujuan pokoknya adalah untuk membawa kebangkitan agama di Turki.
Koleksi ini termasuk analisis tentang sumber-sumber Islam dan penafsiran semula
teks bagi “mentaliti” di zaman Nursi. Meskipun demikian, ia bukan sepenuhnya
tafsir, kerana ia memasukkan perenungan dan butiran tentang kehidupan dan
penafsiran Said Nursi sendiri. Renungan dan butiran dari kehidupan dan
penafsirannya
ini
membantu
pembaca
untuk
mempelajari
bagaimana
mempraktikkan aktiviti seharian atas norma-norma al-Qur'an dan memasang alQur'an kepada situasi dan emosi kehidupan seseorang yang berbolak-balik. Dengan
penulisan ini, Said Nursi membuka jalan yang baru, langsung kepada hakikat dan
pengetahuan tentang Tuhan yang dia gambarkan sebagai jalan raya al-Qur'an dan
jalan para sahabat Nabi (saw) melalui “warisan kenabian”, yang memperoleh bagi
mereka yang mengikutinya “kepercayaan yang benar dan pasti”. Nursi tidak
menisbahkan penulisan itu kepada dirinya, sebaliknya mengklaim bahawa ia “lahir
dari al-Qur'an sendiri” seperti “sinaran yang memancar dari kebenaran [nya].”
Justeru, ketimbang dari menjadi komentar al-Qur'an yang menguraikan semua
ayat-ayatnya mengajukan asbab dari penurunannya dan makna yang tampak dari
perkataan dan kalimahnya, Rasa’il al-Nur adalah apa yang dikenal sebagai manevi
tefsir, atau komentar yang menguraikan makna dari kebenaran al-Qur'an. Kerana
terdapat pelbagai macam komentar. Ayat-ayat yang paling banyak diuraikan dalam
Rasa’il al-Nur adalah yang terkait dengan kebenaran keimanan, seperti Nama-Nama
Ilahi dan sifat dan pekerjaan Tuhan dalam alam semesta, kewujudan dan Kesatuan
Tuhan, kebangkitan, kenabian, Ketentuan Ilahi atau takdir, dan kewajipan manusia
dalam beribadah. Nursi menjelaskan bagaimana al-Qur'an menyapa semua manusia
di setiap zaman mengikut tahap pemahaman dan pertumbuhan mereka.
133
Jazirah: Jurnal Peradaban dan Kebudayaan,
No. (2), 2023, hlm. 124-135
Vol. 4
Ahmad Nabil Amira, Tasnim Abdul Rahman
Rasa’il al-Nur menjelaskan bahawa al-Qur'an mempunyai wajah yang melihat
pada setiap zaman, dan wajahnya turut melihat pada zaman ini, mengajak manusia
untuk memperhatikan alam dan merenungkan pekerjaan Tuhan di dalamnya;
mengikuti metode ini, Nursi mengklaim bukti dan penjelasan bagi kebenaran
keimanan. Dia menyamakan alam dengan buku, dan melihatnya dengan cara yang
ditunjukkan oleh al-Qur'an, yaitu, 'membaca'nya bagi maknanya, mempelajari NamaNama dan sifat Tuhan dan kebenaran keimanan yang lain. Tujuan buku itu adalah
untuk menggambarkan Pengarang dan Pembuatnya, kejadian menjadi bukti dan
tanda kepada Penciptanya. Justeru, unsur penting dalam cara gaya Rasa’il al-Nur
adalah renungan atau kontemplasi (tafakkur), 'membaca' Buku Alam bagi
meningkatkan pengetahuan tentang Tuhan dan memperoleh 'kepercayaan yang
benar dan pasti" dalam semua kebenaran keimanan. Nursi memperlihatkan dasardasar Islam, seperti Kesatuan Tuhan, yang dicapai dengan cara ini adalah satusatunya penjelasan yang rasional dan logik tentang alam, dan membuat
perbandingan dengan falsafah Naturalis dan Materialis yang telah menggunakan
penemuan sains tentang alam untuk menafikan kebenaran, menunjukkan konsep
atas mana ia bersandar, seperti hukum kausal dan Tabii, sebagai tidak rasional dan
secara logiknya tak masuk akal. Malah, jauh dari menyanggahi mereka, dalam
menyingkapkan orde dan perjalanan alam, sains memperluas dan memperdalam
pengetahuan tentang kebenaran keimanan. 15
KESIMPULAN
Ringkasnya yang didapatkan dari inti perbincangan ini, ialah suatu rumusan
terkait intisari dan pemahaman berhubung dimensi historisitas dari ajaran-ajaran
al-Qur’an dan hadith berdasarkan kitab Rasa’il al-Nur oleh Said Nursi. Ia
memperlihatkan kepentingan sejarah serta fungsinya yang signifikan dalam
kehidupan yang membentuk kefahamannya berdasarkan keterangan-keterangan teks
al-Qur'an dan hadith dan penjelasannya yang fundamental yang diusung dalam tafsir
Nursi. Ia memberikan penafsiran yang menyeluruh yang diangkat dari tradisi
Vahide, Sukran, 2005, Islam in Modern Turkey: an Intellectual Biography of Bediuzzaman Said
Nursi, New York: State University of New York Press, hlm. 4.
15
134
Jazirah: Jurnal Peradaban dan Kebudayaan,
No. (2), 2023, hlm. 124-135
Vol. 4
Ahmad Nabil Amira, Tasnim Abdul Rahman
intelektual Islam dan dilacak dari sumber-sumber klasik dan tradisi spekulatifnya
dalam mazhab kalam yang berasal daripada upaya penafsiran dan penakwilan yang
mencorakkan tradisi akliah dan pengalaman sejarahnya.
Karya Nursi mengilhamkan kesedaran tentang tanggungjawab moral yang
dipegang dalam mengisbatkan nilai dan pemahaman tauhid yang perenial dan
universal - keyakinan yang dibentuk berdasarkan pandangan dan semangat al-Qur’an
dan hadith tentang realiti dan falsafah hidup yang mendasar. Lebih jauh ia
mencorakkan bingkai kerja yang ideal tentang ide ketuhanan dan metafizik serta
nilai-nilai sejarah yang bermakna yang justru menumbuhkan keinsafan terhadap
tanggungjawab sosio-etika, budaya, intelektual, dan moral. Ini turut dimaknai oleh
pemahaman sejarah ke atas al-Quran dan hadis, yang menuntut upaya
kontekstualisasi terhadap konstruksi hukum dan syariatnya.
Refleksi
tentang
efek
historisitas
Alquran
dan
Hadith
dan
nilai
keuniversalannya yang bermakna ini dapat menjadi argumentasi yang ampuh untuk
menangkis serangan kelompok sekuler yang khawatir tentang kemungkinan
keterpakaian Kitab Suci/Agama dan keandalannya untuk menjadi solusi atas masalah
kehidupan.
DAFTAR PUSTAKA
Bediuzzaman Said Nursi. (2008). Risale-i Nur Collection, Sukran Vahide (tr.).
Istanbul: Sozler Publications A.S.
El-Fadl, Khaled Abou. (2003). Atas nama Tuhan: dari fikih otoriter ke fikih
otoritatif. Jakarta: Serambi.
Gadamer, Hans G. (1976). Philosophical hermeneutics, D. E. Linge (tr.). Berkeley,
Los Angeles: University of California Press.
Mardin, Serif. (1991). Religion and social change in modern Turkey: the case of
Bediuzzaman Said Nursi. New York: State University of New York Press.
Rahman, F. (1982). Islam and modernity: transformation of an intellectual
tradition. Chicago: University of Chicago Press.
135
Jazirah: Jurnal Peradaban dan Kebudayaan,
No. (2), 2023, hlm. 124-135
Vol. 4
Ahmad Nabil Amira, Tasnim Abdul Rahman
Sharifah Norshah Bani Syed Bidin dan Ahmed S.A. al-Qodsi. (2020). “Pemikiran
Tasawwuf Badi'uzzaman Sa'id Nursi dalam Dakwah,” Journal of Personalized
Learning 3, no. (1), 24-30.
Syauqi, Muhammad Labib. (2017). Mengenal Risalah Nur karya Said Nursi dan
metodologi penafsirannya. Maghza, Vol. 2, No. 1 (Jan-Juni), 109-124.
Vahide, Sukran (2005). Islam in modern Turkey: an intellectual biography of
Bediuzzaman Said Nursi. New York: State University of New York Press.
Vahide, Sukran (2007). Biografi intelektual Badiuzzaman Said Nursi: transformasi
dinasti Usmani menjadi republik Turki, Sugeng Haryanto, Sukono (terj.).
Jakarta: Anatolia.
136