Daftar Isi
3.1 Sistem Arsitektur Perusahaan
3.2 Penjelasan dari sistem EA adalah sebagai berikut
3.2 Arsitektur Data (Data Architecture)
3.2.1 Komponen Penting dalam Arsitektur Data:
3.2.2 Manfaat Arsitektur Data yang Efektif:
3.3.3 Jenis-jenis Arsitektur Data
3.3.4. Memilih Arsitektur Data yang Tepat:
3.4 Arsitektur Aplikasi
3.4.1 Komponen Utama Arsitektur Aplikasi
3.5 Arsitektur Teknologi
3.6 Metodologi dan Kerangka Kerja
3.7 Siklus Hidup Pengembangan Sistem
3.8 Manajemen Proyek: Definisi, Tujuan, Tahapan, dan Elemen
3.9 Peran dan Tanggung Jawab Proyek
3.10 Arsitektur Entrepreneur Resource Planning
3.11 ERP dan Virtualisasi: Kombinasi Kuat untuk Efisiensi Bisnis
3.12 Organisasi dan pendekataan Implementasi ERP:
3.13 Komponen ERP
3.14 Contoh Implementasi ERP di Berbagai Bidang
3.15 Permasalahan Platform di ERP
3.16 Studi Kasus
Bab 3
Sistem Arsitektur Perusahaan
3.1 Sistem Arsitektur Perusahaan
Sistem Arsitektur Perusahaan, atau Enterprise Architecture (EA) dalam bahasa Inggris,
adalah kerangka kerja yang komprehensif untuk merancang, membangun, dan
mengelola struktur, proses, dan teknologi suatu organisasi. EA membantu organisasi
mencapai tujuan bisnisnya dengan menyelaraskan strategi, operasi, dan teknologi.
Komponen Utama
Sistem EA terdiri dari beberapa komponen utama, yaitu:
Arsitektur Bisnis: Mendefinisikan strategi, model bisnis, dan proses organisasi.
Arsitektur Data: Mengatur struktur dan pengelolaan data organisasi.
Arsitektur Aplikasi: Menentukan aplikasi dan sistem perangkat lunak yang
dibutuhkan organisasi.
4. Arsitektur Teknologi: Merinci infrastruktur teknologi yang mendukung
organisasi.
1.
2.
3.
Arsitektur
Bisnis
Arsitektur
Data
Arsitektur
Aplikasi
Arsitektur
Teknologi
Gambar 3.1 Komponen utama Sistem EA
3.1.1 Penjelasan dari sistem EA adalah sebagai berikut:
1. Arsitektur Bisnis
Arsitektur Bisnis adalah kerangka kerja untuk menerjemahkan strategi dan tujuan bisnis
ke dalam struktur, proses, dan teknologi yang diperlukan untuk mencapainya. Ini
membantu organisasi menyelaraskan berbagai aspeknya, seperti:
a)
b)
c)
Orang: Karyawan, pelanggan, dan mitra.
Proses: Cara kerja organisasi.
Informasi: Data dan pengetahuan yang digunakan organisasi.
d)
Teknologi: Sistem dan infrastruktur yang mendukung organisasi.
3.1.2 Manfaat Arsitektur Bisnis
Penerapan Arsitektur Bisnis yang efektif dapat memberikan banyak manfaat bagi
organisasi, termasuk:
Peningkatan efisiensi dan efektivitas: Arsitektur Bisnis membantu organisasi
menyelaraskan sumber daya dan prosesnya, sehingga meningkatkan efisiensi
dan efektivitas.
2. Pengurangan risiko: Arsitektur Bisnis membantu organisasi mengidentifikasi dan
mengelola risiko yang terkait dengan perubahan strategi, teknologi, dan operasi.
3. Peningkatan kelincahan: Arsitektur Bisnis membantu organisasi beradaptasi
dengan perubahan pasar dan teknologi dengan lebih cepat dan mudah.
4. Peningkatan pengambilan keputusan: Arsitektur Bisnis menyediakan informasi
yang dibutuhkan organisasi untuk membuat keputusan yang lebih tepat dan
terarah.
1.
3.1.3 Komponen Arsitektur Bisnis
Arsitektur Bisnis terdiri dari beberapa komponen utama, yaitu:
1.
2.
3.
4.
5.
Model Bisnis: Menjelaskan cara organisasi menghasilkan pendapatan dan
menciptakan nilai bagi pelanggannya.
Proses Bisnis: Menggambarkan langkah-langkah yang diambil organisasi untuk
menyelesaikan tugas dan mencapai tujuannya.
Arsitektur Data: Mengatur struktur dan pengelolaan data organisasi.
Arsitektur Aplikasi: Menentukan aplikasi dan sistem perangkat lunak yang
dibutuhkan organisasi.
Arsitektur Teknologi: Merinci infrastruktur teknologi yang mendukung
organisasi.
Proses
Bisnis
Arsitektur
teknologi
Model
Bisnis
Arsitektur
Data
Arsitektur
Aplikasi
Gambar 3.2 Komponen Arsitektur Bisnis
3.1.4 Penerapan Arsitektur Bisnis
Penerapan Arsitektur Bisnis adalah proses yang kompleks dan membutuhkan waktu.
Berikut adalah beberapa langkah kunci:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Mendefinisikan visi dan tujuan Arsitektur Bisnis
Melakukan analisis bisnis
Mengembangkan arsitektur target
Merumuskan rencana implementasi
Menerapkan arsitektur
Memantau dan mengevaluasi kinerja Arsitektur Bisnis
3.2 Arsitektur Data (Data Architecture)
Arsitektur data adalah sebuah kerangka kerja yang mengatur pengelolaan data (data
governance) dalam sebuah organisasi atau perusahaan. Ini seperti cetak biru yang
mendefinisikan bagaimana data akan dikumpulkan, disimpan, diatur, diintegrasikan,
dan digunakan.
3.2.1 Komponen Penting dalam Arsitektur Data:
1.
Standar dan Kebijakan: Mendefinisikan aturan dan prosedur untuk pengelolaan
data, termasuk format data, keamanan data, dan akses data.
Model Data: Menjelaskan struktur dan hubungan antara data yang berbeda dalam
organisasi.
3. Infrastruktur Data: Mencakup teknologi dan platform yang digunakan untuk
menyimpan, mengelola, dan memproses data. Ini bisa termasuk database, data
warehouse, dan data lake.
4. Proses
Data: Mendefinisikan langkah-langkah yang diperlukan untuk
mengumpulkan, membersihkan, mengintegrasikan, dan menganalisis data.
2.
3.2.2 Manfaat Arsitektur Data yang Efektif:
1.
2.
3.
4.
5.
Peningkatan Kualitas Data: Memastikan data yang digunakan organisasi
akurat, konsisten, dan lengkap.
Peningkatan Aksesibilitas Data: Membuat data lebih mudah diakses oleh
orang yang membutuhkannya untuk membuat keputusan.
Peningkatan Keamanan Data: Membantu melindungi data dari akses yang
tidak sah dan kebocoran data.
Peningkatan Analitik Data: Memungkinkan organisasi untuk menganalisis data
dengan lebih efektif untuk mendapatkan wawasan bisnis yang berharga.
Penghematan Biaya: Mencegah pemborosan sumber daya yang disebabkan
oleh data yang tidak akurat atau tidak dapat diakses.
3.3.3 Jenis-jenis Arsitektur Data:
Ada beberapa jenis arsitektur data yang berbeda, masing-masing dengan kelebihan
dan kekurangannya sendiri. Berikut beberapa contoh:
Arsitektur Data Terpusat (Centralized Data Architecture): Semua data
disimpan dalam satu lokasi terpusat. Jenis ini mudah dikelola tetapi mungkin tidak
sesuai untuk organisasi besar dengan volume data yang tinggi.
2. Arsitektur Data Terdistribusi (Distributed Data Architecture): Data disimpan
di beberapa lokasi yang berbeda. Jenis ini lebih fleksibel dan skalabel, tetapi juga
lebih kompleks untuk dikelola.
3. Data Lake Architecture: Semua data mentah disimpan dalam satu tempat,
terlepas dari apakah itu terstruktur atau tidak terstruktur. Jenis ini memungkinkan
analisis data yang fleksibel, tetapi data perlu dibersihkan dan diatur sebelum dapat
digunakan.
4. Data Warehouse Architecture: Data yang dikurasi dan terstruktur disimpan
dalam gudang data untuk tujuan pelaporan dan analisis. Jenis ini memudahkan
untuk menganalisis data historis, tetapi mungkin tidak cocok untuk data real-time.
1.
3
2
1
Arsitektur
Data
Terpusat
(Centralized
Data
Architecture
Arsitektur
Data
Terdistribusi
(Distributed
Data
Architecture
Data Lake
Architecture
4
Data Ware
house
Architecture
Gambar 3.3 Jenis-jenis Arsitektur Data:
3.3.4. Memilih Arsitektur Data yang Tepat:
Arsitektur data terbaik untuk sebuah organisasi akan tergantung pada kebutuhan bisnis
spesifiknya, seperti:
1.
2.
3.
4.
Ukuran dan kompleksitas organisasi
Volume dan jenis data yang dikumpulkan
Kebutuhan analitik data
Anggaran
3.4 Arsitektur Aplikasi
Arsitektur aplikasi adalah struktur dan desain keseluruhan dari sebuah aplikasi. Ini seperti
cetak biru yang mendefinisikan bagaimana aplikasi akan dibangun, diimplementasikan,
dan dipelihara. Arsitektur aplikasi yang baik akan membantu memastikan aplikasi:
1.
2.
3.
4.
Stabil: Dapat berjalan dengan lancar dan tanpa gangguan.
Skalabilitas: Dapat menangani peningkatan jumlah pengguna dan data.
Keamanan: Melindungi data pengguna dari akses yang tidak sah.
Pemeliharaan: Mudah diperbarui dan diperbaiki.
Gambar 3.4 Arsitektur Aplikasi
3.4.1 Komponen Utama Arsitektur Aplikasi:
Tiering: Membagi aplikasi menjadi beberapa tingkatan, seperti presentasi,
aplikasi, dan data. Ini membantu meningkatkan skalabilitas dan pemeliharaan.
2. Decoupling: Memisahkan komponen aplikasi sehingga mereka dapat diubah
atau diperbarui secara independen. Ini meningkatkan fleksibilitas dan
pemeliharaan.
3. Patterns: Menggunakan pola desain yang terbukti untuk meningkatkan stabilitas
dan skalabilitas aplikasi.
4. Technologies: Memilih teknologi yang tepat untuk membangun aplikasi, seperti
bahasa pemrograman, framework, dan database.
1.
Tiering:
Decoupling
Patterns
Technologies:
Gambar 3.5 Komponen Utama Arsitektur Aplikasi:
Penjelasan rinci mengenai Arsitektur Aplikasi sebagai berikut:
1.
Tiering
Tiering mengacu pada cara pengorganisasian aplikasi atau sistem ke dalam lapisan
horizontal. Setiap lapisan memiliki peran spesifik dan berinteraksi dengan lapisan di atas
dan di bawahnya. Pendekatan berlapis ini menawarkan beberapa keuntungan, termasuk:
1.
2.
3.
Skalabilitas yang Lebih Baik: Dengan memisahkan fungsi, setiap lapisan dapat
diubah skalanya secara independen. Jika lapisan presentasi (antarmuka
pengguna) mengalami lonjakan traffic, itu dapat ditingkatkan tanpa memengaruhi
lapisan database.
Pemeliharaan yang Ditingkatkan: Perubahan pada satu lapisan biasanya
memiliki dampak minimal pada lapisan lain, sehingga memudahkan pemeliharaan
dan pembaruan.
Keamanan yang Meningkat: Tindakan keamanan dapat diterapkan di setiap
lapisan, membatasi akses yang tidak sah ke data sensitif.
Berikut adalah uraian tentang lapisan umum dalam arsitektur multi-tier:
1. Lapisan Presentasi: Juga dikenal sebagai lapisan antarmuka pengguna (UI),
lapisan ini berinteraksi langsung dengan pengguna. Lapisan ini menangani
bagaimana pengguna melihat dan berinteraksi dengan aplikasi, biasanya melalui
browser web atau aplikasi seluler.
2. Lapisan Logika Bisnis (atau Lapisan Aplikasi): Lapisan ini terletak di antara
lapisan presentasi dan data. Lapisan ini menangani logika aplikasi inti, memproses
permintaan pengguna, dan memanipulasi data yang diambil dari lapisan data.
3. Lapisan Data: Lapisan ini menyimpan dan mengelola data aplikasi. Lapisan ini
dapat mencakup database, gudang data, dan solusi penyimpanan data lainnya.
Lapisan Tambahan:
Lapisan Server Database: Dalam beberapa arsitektur, lapisan terpisah mungkin
didedikasikan untuk server database, yang selanjutnya mengisolasi manajemen
data dari logika aplikasi.
2. Lapisan Server Web: Untuk aplikasi web, lapisan server web khusus dapat
menangani traffic web dan komunikasi dengan lapisan aplikasi.
1.
Memilih Pendekatan Tiering yang Tepat:
Struktur tier ideal tergantung pada kompleksitas aplikasi dan kebutuhan spesifiknya.
Berikut adalah beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan:
Kompleksitas aplikasi: Aplikasi sederhana mungkin berfungsi dengan baik
dengan arsitektur dua tingkat (presentasi dan data), sedangkan sistem yang
kompleks mungkin mendapat manfaat dari struktur multi-tier yang lebih rumit.
2. Persyaratan kinerja: Untuk aplikasi yang membutuhkan kinerja tinggi, dedicated
tiers untuk server web atau server database dapat mengoptimalkan alokasi
sumber daya.
3. Kekhawatiran keamanan: Tiering memungkinkan penerapan langkah-langkah
keamanan di setiap lapisan, meningkatkan keamanan aplikasi secara
keseluruhan.
1.
Dengan mempertimbangkan faktor-faktor ini dengan cermat, Anda dapat merancang
arsitektur bertingkat yang memenuhi kebutuhan spesifik aplikasi Anda dan memastikan
kinerja, pemeliharaan, dan keamanan yang optimal.
2.
Decoupling
Decoupling dalam konteks arsitektur perangkat lunak mengacu pada praktik merancang
sistem dengan dependensi minimal antar komponen. Bayangkan blok bangunan –
semakin sedikit setiap blok bergantung pada spesifikasi blok lain, semakin mudah untuk
memodifikasi, mengganti, atau memutakhirkan komponen individual tanpa memengaruhi
seluruh sistem. Penggabungan longgar ini menawarkan beberapa keuntungan:
Modularitas yang Meningkat: Komponen menjadi unit independen dengan
antarmuka yang terdefinisi dengan baik. Modularitas ini menyederhanakan
pengembangan, pengujian, dan pemeliharaan.
2. Pemeliharaan yang Ditingkatkan: Perubahan pada satu komponen memiliki
dampak minimal pada komponen lain, sehingga pembaruan dan perbaikan bug
menjadi lebih mudah.
3. Skalabilitas yang Ditingkatkan: Komponen independen dapat ditingkatkan atau
diturunkan secara independen berdasarkan kebutuhan spesifik.
4. Fleksibilitas yang Lebih Besar: Komponen decoupled dapat dengan mudah
diintegrasikan dengan sistem lain atau digantikan dengan implementasi alternatif.
1.
Berikut adalah beberapa teknik umum yang digunakan untuk mencapai decoupling:
API (Application Programming Interfaces): API menyediakan cara standar bagi
komponen untuk berkomunikasi dan bertukar data, menyembunyikan detail
implementasi internal.
2. Loose Coupling vs. Tight Coupling: Tight coupling berarti komponen sangat
bergantung pada cara kerja internal satu sama lain. Loose coupling, di sisi lain,
mendorong komunikasi melalui antarmuka yang terdefinisi dengan baik.
3. Events: Komponen dapat menerbitkan atau berlangganan acara, memberi tahu
satu sama lain tentang perubahan tanpa memerlukan interaksi langsung.
4. Sistem Pesan: Komponen dapat mengirim dan menerima pesan secara asinkron,
memisahkannya dari waktu dan ketersediaan komponen lain.
1.
Manfaat Arsitektur Decoupled:
Pengembangan Lebih Cepat: Tim pengembangan dapat bekerja pada
komponen secara independen, mempercepat proses pengembangan secara
keseluruhan.
2. Risiko Berkurang: Perubahan pada satu komponen kecil kemungkinannya
menghasilkan konsekuensi yang tidak diinginkan di bagian lain sistem.
3. Kemampuan Pakai Ulang yang Ditingkatkan: Komponen decoupled dapat
digunakan kembali di berbagai aplikasi, mempromosikan penggunaan kembali
kode dan mengurangi waktu pengembangan.
1.
Memilih Pendekatan Decoupling yang Tepat:
Tingkat decoupling tergantung pada kebutuhan spesifik sistem. Berikut adalah
beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan:
Kompleksitas sistem: Sistem yang sangat kompleks mungkin mendapat
manfaat lebih dari decoupling agresif untuk mengelola dependensi.
2. Persyaratan kinerja: Tight coupling terkadang dapat menawarkan kinerja yang
lebih baik, tetapi ini perlu diimbangi dengan manfaat decoupling.
1.
3.
Struktur tim pengembangan: Arsitektur decoupled mungkin memerlukan lebih
banyak koordinasi antar tim pengembangan yang mengerjakan komponen
independen.
3 Patterns
Dalam dunia arsitektur perangkat lunak, pola (patterns) adalah solusi yang telah dicoba
dan teruji untuk masalah desain yang umum. Pikirkan pola sebagai cetak biru mini yang
dapat Anda gunakan untuk memecahkan masalah desain berulang dan membangun
sistem yang lebih baik.
Manfaat Menggunakan Pola:
Peningkatan Kualitas Perangkat Lunak: Pola membantu Anda membangun
perangkat lunak yang lebih stabil, skalabel, dan mudah dipelihara.
2. Peningkatan Komunikasi: Pola menyediakan kosakata bersama untuk desain
perangkat lunak, memudahkan komunikasi antara developer.
3. Pengurangan Waktu Pengembangan: Pola dapat membantu Anda menghemat
waktu dengan menyediakan solusi yang sudah jadi untuk masalah desain umum.
1.
Jenis-jenis Pola Arsitektur Perangkat Lunak:
Ada banyak jenis pola arsitektur perangkat lunak yang berbeda, masing-masing dengan
tujuan tertentu. Berikut beberapa contoh:
Pola Kreasional (Creational Patterns): Pola ini berfokus pada pembuatan
objek. Contoh: Singleton, Factory Method, Builder.
2. Pola Struktural (Structural Patterns): Pola ini berfokus pada bagaimana objek
dan kelas dikomposisi dan dihubungkan. Contoh: Adapter, Facade, Proxy.
3. Pola Perilaku (Behavioral Patterns): Pola ini berfokus pada bagaimana objek
berkomunikasi dan berinteraksi satu sama lain. Contoh: Observer, Strategy,
Command.
1.
Contoh Penggunaan Pola:
Misalnya, bayangkan Anda sedang mengembangkan aplikasi e-commerce. Anda
mungkin menggunakan pola Fasad (Facade) untuk menyediakan antarmuka terpadu ke
subsistem yang rumit, seperti subsistem pemesanan. Ini akan membuat kode Anda lebih
mudah dipahami dan dikelola.
Menemukan Pola yang Tepat:
Memilih pola yang tepat untuk situasi tertentu bisa jadi rumit. Ada banyak sumber daya
yang tersedia untuk membantu Anda mempelajari tentang pola dan kapan
menggunakannya.
Teknologi
Teknologi adalah penerapan pengetahuan ilmiah untuk tujuan praktis. Teknologi
mencakup berbagai macam alat, mesin, teknik, dan proses yang digunakan untuk
memecahkan masalah dan membuat hidup manusia lebih mudah. Teknologi terus
berkembang dengan pesat, dan inovasi baru bermunculan setiap harinya.
Berikut adalah beberapa contoh teknologi yang umum digunakan saat ini:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Teknologi Informasi (IT): IT adalah bidang yang berkaitan dengan komputer,
perangkat lunak, jaringan, dan data. Teknologi informasi digunakan untuk
menyimpan, mengelola, dan mengkomunikasikan informasi.
Komunikasi: Teknologi komunikasi memungkinkan kita untuk berkomunikasi
dengan orang lain dari jarak jauh. Ini termasuk telepon, email, pesan instan, dan
media sosial.
Komputasi Awan (Cloud Computing): Cloud computing adalah model
pengiriman layanan on-demand melalui internet. Ini memungkinkan pengguna
untuk mengakses sumber daya komputasi seperti server, penyimpanan, dan
perangkat lunak tanpa perlu mengelolanya sendiri.
Kecerdasan Buatan (AI): Kecerdasan buatan adalah cabang ilmu komputer yang
berfokus pada pembuatan mesin cerdas yang mampu berpikir dan bertindak
seperti manusia.
Internet of Things (IoT): IoT adalah jaringan perangkat fisik, kendaraan,
peralatan rumah tangga, dan lainnya yang tertanam dengan elektronik, perangkat
lunak, sensor, dan konektivitas yang memungkinkan mereka untuk
mengumpulkan dan saling bertukar data.
Big Data: Big data adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan volume
data yang sangat besar dan kompleks yang sulit diproses menggunakan metode
tradisional.
Robotika: Robotika adalah cabang teknik yang berkaitan dengan desain,
konstruksi, operasi, dan aplikasi robot. Robot adalah mesin yang dapat melakukan
tugas secara otomatis.
Blockchain: Blockchain adalah teknologi pengarsipan transaksi secara
terdistribusi yang aman, transparan, dan tidak dapat diubah.
Dampak Teknologi:
Teknologi memiliki dampak yang luas pada kehidupan kita. Ini telah mengubah cara kita
bekerja, belajar, berkomunikasi, dan bersosialisasi. Teknologi dapat membawa banyak
manfaat, seperti meningkatkan produktivitas, efisiensi, dan kualitas hidup. Namun,
teknologi juga memiliki beberapa tantangan, seperti pengangguran karena otomatisasi,
kecanduan media sosial, dan masalah keamanan siber.
Masa Depan Teknologi:
Masa depan teknologi diperkirakan akan diwarnai oleh inovasi-inovasi baru seperti
kecerdasan buatan yang semakin canggih, realitas virtual dan augmented reality yang
semakin imersif, dan bioteknologi yang dapat mengubah kesehatan dan pengobatan. Kita
perlu terus beradaptasi dan belajar untuk memanfaatkan teknologi dengan sebaikbaiknya.
Jenis-jenis Arsitektur Aplikasi:
Ada beberapa jenis arsitektur aplikasi yang berbeda, seperti:
Monolithic: Semua komponen aplikasi terintegrasi dalam satu unit. Ini adalah
jenis arsitektur yang paling sederhana, tetapi juga yang paling sulit untuk diubah
dan diperbarui.
2. Multi-tier: Membagi aplikasi menjadi beberapa tingkatan, seperti presentasi,
aplikasi, dan data. Ini membantu meningkatkan skalabilitas dan pemeliharaan.
3. Microservices: Membagi aplikasi menjadi layanan kecil yang independen. Ini
meningkatkan fleksibilitas dan skalabilitas, tetapi juga lebih kompleks untuk
diimplementasikan dan dikelola.
1.
Microservices:
Multi-tier:
Monolithic
Gambar 3.5 Jenis-jenis Arsitektur Aplikasi:
Memilih Arsitektur Aplikasi yang Tepat:
Arsitektur aplikasi terbaik untuk sebuah aplikasi akan tergantung pada
kebutuhan spesifik aplikasi tersebut, seperti:
1.
2.
3.
4.
Kompleksitas aplikasi
Jumlah pengguna
Jenis data yang digunakan
Anggaran
3.5 Arsitektur Teknologi
Arsitektur teknologi adalah kerangka kerja yang mendasari sistem teknologi suatu
organisasi. Ini seperti cetak biru yang mendefinisikan bagaimana berbagai komponen
teknologi, seperti perangkat keras, perangkat lunak, jaringan, dan data, akan
diintegrasikan dan diimplementasikan untuk mencapai tujuan bisnis.
Komponen Utama Arsitektur Teknologi:
Teknologi Infrastruktur: Mencakup perangkat keras, perangkat lunak, dan
jaringan yang digunakan untuk menjalankan sistem teknologi.
2. Aplikasi: Mencakup perangkat lunak yang digunakan untuk menyelesaikan
tugas-tugas bisnis.
3. Data: Mencakup semua informasi yang disimpan dan digunakan oleh organisasi.
1.
4.
Keamanan: Mencakup langkah-langkah yang diambil untuk melindungi sistem
teknologi dari akses yang tidak sah dan serangan.
3.5.1 Manfaat Arsitektur Teknologi yang Efektif:
1.
2.
3.
4.
5.
Peningkatan efisiensi: Membantu organisasi menggunakan sumber daya
teknologinya dengan lebih efisien.
Peningkatan skalabilitas: Membantu organisasi untuk tumbuh dan berkembang
tanpa harus merombak sistem teknologinya.
Peningkatan keamanan: Membantu melindungi organisasi dari serangan siber
dan kehilangan data.
Peningkatan kepatuhan: Membantu organisasi untuk mematuhi peraturan dan
undang-undang yang berlaku.
Peningkatan pengambilan keputusan: Memberikan informasi yang dibutuhkan
organisasi untuk membuat keputusan yang lebih tepat tentang teknologi.
3.5.2 Jenis-jenis Arsitektur Teknologi:
Ada beberapa jenis arsitektur teknologi yang berbeda, seperti:
Arsitektur Terpusat: Semua komponen teknologi dikendalikan dari satu lokasi
pusat. Ini adalah jenis arsitektur yang paling sederhana, tetapi juga yang paling
kaku dan sulit untuk diubah.
2. Arsitektur Terdistribusi: Komponen teknologi tersebar di beberapa lokasi. Ini
adalah jenis arsitektur yang lebih fleksibel dan skalabel, tetapi juga lebih kompleks
untuk dikelola.
3. Cloud Computing: Komponen teknologi dihosting di cloud. Ini adalah jenis
arsitektur yang paling fleksibel dan skalabel, tetapi juga yang paling mahal.
1.
Arsitektur Terpusat
Arsitektur
Terdistribusi
Cloud Computing
Gambar 3.6 Jenis-jenis Arsitektur Teknologi:
Memilih Arsitektur Teknologi yang Tepat:
Arsitektur teknologi terbaik untuk sebuah organisasi akan tergantung pada kebutuhan
spesifiknya, seperti:
1.
2.
3.
4.
Ukuran dan kompleksitas organisasi
Anggaran
Keterampilan dan keahlian staf TI
Kebutuhan keamanan
Manfaat Sistem EA
Penerapan Sistem EA yang efektif dapat memberikan banyak manfaat bagi organisasi,
termasuk:
Peningkatan efisiensi dan efektivitas: EA membantu organisasi
menyelaraskan sumber daya dan prosesnya, sehingga meningkatkan efisiensi
dan efektivitas.
2. Pengurangan risiko: EA membantu organisasi mengidentifikasi dan mengelola
risiko yang terkait dengan perubahan strategi, teknologi, dan operasi.
3. Peningkatan kelincahan: EA membantu organisasi beradaptasi dengan
perubahan pasar dan teknologi dengan lebih cepat dan mudah.
1.
4.
Peningkatan pengambilan keputusan: EA menyediakan informasi yang
dibutuhkan organisasi untuk membuat keputusan yang lebih tepat dan terarah.
3.6 Metodologi dan Kerangka Kerja
Ada berbagai metodologi dan kerangka kerja yang dapat digunakan untuk menerapkan
Sistem EA, seperti:
1.
2.
3.
4.
Zachman Framework
The Open Group Architecture Framework (TOGAF)
Gartner's Business Architecture Framework
The Federal Enterprise Architecture (FEA)
The Open Group
Architecture Framework
(TOGAF)
Gartner's Business
Architecture Framework
Metodologi dan
Kerangka Kerja
Zachman Framework
The Federal Enterprise
Architecture (FEA)
Gambar 3.7 Metodologi dan Kerangka Kerja
Penjelasan Kerangka Kerja sebagai berikut:
1. Kerangka Kerja Zachman (Zachman Framework)
Kerangka Kerja Zachman adalah kerangka kerja arsitektur perusahaan yang
menyediakan cara terstruktur untuk mengklasifikasikan dan mendeskripsikan arsitektur
suatu organisasi. Ini pada dasarnya adalah cetak biru yang membantu organisasi
mendefinisikan tujuan, proses, kebutuhan informasi, sistem, dan teknologinya.
Berikut adalah rincian aspek-aspek kunci dari Kerangka Kerja Zachman:
Struktur:
Kerangka kerja ini adalah matriks dua dimensi dengan enam kolom yang mewakili
sudut pandang (perspektif) pemangku kepentingan dalam organisasi dan lima baris
yang mewakili pertanyaan mendasar tentang arsitektur organisasi.
1. Kolom (Perspektif):
a. Siapa: Mengidentifikasi pemangku kepentingan yang terlibat (misalnya,
pemilik, eksekutif, manajer bisnis)
b. Apa: Mendefinisikan fungsi dan proses bisnis inti
c. Bagaimana: Menjelaskan aturan, kebijakan, dan prosedur bisnis
d. Di mana: Menentukan lokasi fisik proses dan data
e. Kapan: Mewakili aspek waktu, termasuk garis waktu dan sekuensing
f. Mengapa: Menjelaskan alasan dan tujuan di balik arsitektur
2. Baris (Pertanyaan):
a. Data: Mendefinisikan jenis data yang dibutuhkan organisasi untuk
berfungsi.
b. Fungsi: Menjelaskan fungsi dan kegiatan bisnis inti.
c. Jaringan: Mengidentifikasi komunikasi dan aliran informasi antar fungsi.
d. Orang: Mendefinisikan peran dan tanggung jawab orang yang terlibat.
e. Waktu: Mewakili kerangka waktu yang terkait dengan proses dan data.
o
Lokasi: Menentukan lokasi fisik proses, data, dan orang.
Manfaat Menggunakan Kerangka Kerja Zachman:
Komunikasi yang Lebih Baik: Kerangka kerja menyediakan bahasa yang sama
bagi pemangku kepentingan dengan berbagai perspektif untuk membahas
arsitektur organisasi.
2. Pengambilan Keputusan yang Ditingkatkan: Dengan memberikan pandangan
komprehensif tentang arsitektur, kerangka kerja dapat membantu organisasi
membuat keputusan yang lebih baik tentang investasi TI dan proses bisnis.
3. Peningkatan Efisiensi: Kerangka kerja dapat membantu mengidentifikasi
redundansi dan inefisiensi dalam arsitektur organisasi.
4. Kepatuhan yang Lebih Baik: Kerangka kerja dapat membantu organisasi
mematuhi peraturan dan standar industri.
1.
Tantangan Menggunakan Kerangka Kerja Zachman:
Kompleksitas: Kerangka kerja bisa rumit untuk dipahami dan diimplementasikan,
terutama untuk organisasi besar.
2. Kurang Detail: Kerangka kerja itu sendiri tidak memberikan solusi spesifik,
melainkan berfungsi sebagai kerangka kerja tingkat tinggi.
3. Pemeliharaan Berkelanjutan: Kerangka kerja perlu dipelihara dan diperbarui
seiring dengan berkembangnya kebutuhan organisasi.
1.
Siapa yang Harus Menggunakan Kerangka Kerja Zachman?
Kerangka Kerja Zachman dapat bermanfaat bagi berbagai pemangku kepentingan
dalam suatu organisasi, termasuk:
1.
2.
3.
4.
5.
Arsitek perusahaan
Analis bisnis
Profesional TI
Manajer proyek
Eksekutif
Dengan memahami Kerangka Kerja Zachman, individu-individu ini dapat memperoleh
wawasan berharga tentang arsitektur organisasi dan membuat keputusan yang tepat
tentang cara meningkatkannya.
2. The Open Group Architecture Framework (TOGAF)
TOGAF adalah kerangka kerja standar yang banyak digunakan untuk mengembangkan
arsitektur perusahaan (EA). Ini menyediakan pendekatan komprehensif untuk
mendesain, merencanakan, menerapkan, dan mengatur arsitektur teknologi informasi
(TI) suatu perusahaan. TOGAF dianggap sebagai salah satu kerangka kerja EA paling
terkemuka dan tepercaya, digunakan oleh organisasi terkemuka di seluruh dunia.
Komponen Utama TOGAF:
Administrasi Arsitektur: Mendefinisikan struktur organisasi, peran, dan
tanggung jawab untuk tata kelola arsitektur yang efektif.
2. Metodologi Pengembangan Arsitektur (ADM): Menyediakan proses langkah
demi langkah untuk mengembangkan, memelihara, dan menggunakan arsitektur
perusahaan. ADM terdiri dari fase-fase yang berulang dan terintegrasi, seperti
definisi visi bisnis, pengembangan arsitektur bisnis, arsitektur sistem informasi,
arsitektur teknologi, dan implementasi.
3. Arsitektur Referensi: Menyediakan model konseptual yang menggambarkan
komponen utama dari arsitektur perusahaan, termasuk bisnis, data, aplikasi, dan
teknologi.
1.
4.
Standar dan Katalog: Menyediakan seperangkat standar dan panduan untuk
memastikan konsistensi dan keterulangan dalam pengembangan dan
penggunaan arsitektur perusahaan.
Manfaat Menggunakan TOGAF:
Peningkatan Efisiensi: TOGAF membantu organisasi merampingkan operasi TI
dan mengurangi biaya dengan menyediakan pendekatan terstruktur untuk
perencanaan dan implementasi sistem.
2. Peningkatan Kelincahan Bisnis: TOGAF membantu organisasi beradaptasi
dengan perubahan bisnis yang cepat dengan menyediakan kerangka kerja untuk
merancang sistem yang fleksibel dan dapat diskalakan.
3. Peningkatan Komunikasi dan Kolaborasi: TOGAF menyediakan bahasa
bersama untuk semua pemangku kepentingan yang terlibat dalam pengembangan
dan penggunaan arsitektur perusahaan, sehingga memudahkan komunikasi dan
kolaborasi.
4. Pengambilan Keputusan yang Lebih Baik: TOGAF membantu organisasi
membuat keputusan TI yang lebih baik dengan menyediakan kerangka kerja untuk
menilai dampak dari keputusan tersebut pada arsitektur perusahaan secara
keseluruhan.
1.
Tantangan Menggunakan TOGAF:
Kompleksitas: TOGAF bisa menjadi kerangka kerja yang rumit untuk dipelajari
dan diimplementasikan, terutama untuk organisasi kecil.
2. Biaya: Mendapatkan sertifikasi TOGAF dan menyewa konsultan TOGAF bisa jadi
mahal.
3. Ketergantungan pada Keterampilan: Penerapan TOGAF secara efektif
memerlukan personel yang terampil dan berpengalaman dalam arsitektur
perusahaan.
1.
3 Kerangka Kerja Arsitektur Bisnis Gartner (Gartner Business Architecture
Framework)
Kerangka Kerja Arsitektur Bisnis Gartner (Gartner Business Architecture Framework)
adalah pendekatan berbasis prinsip yang berfokus pada penyelarasan strategi bisnis
dengan kemampuan bisnis. Ini membantu organisasi merancang dan mengelola model
operasi mereka untuk mencapai tujuan bisnis yang diinginkan.
Komponen Utama:
1.
2.
3.
4.
5.
Model Bisnis: Mendefinisikan proposisi nilai organisasi, pelanggan target, aliran
nilai, dan model pendapatan.
Kemampuan Bisnis: Mengidentifikasi kemampuan inti yang dibutuhkan
organisasi untuk memberikan nilai kepada pelanggannya. Kemampuan ini dapat
berupa proses bisnis, fungsi organisasi, atau kumpulan keterampilan dan
pengetahuan.
Arsitektur Informasi: Menjelaskan bagaimana informasi mengalir melalui
organisasi untuk mendukung kemampuan bisnis.
Arsitektur Aplikasi: Mendefinisikan aplikasi dan sistem TI yang diperlukan untuk
mendukung kemampuan bisnis.
Arsitektur Teknologi: Menentukan infrastruktur teknologi yang mendasari
operasi organisasi.
Manfaat Menggunakan Kerangka Kerja Arsitektur Bisnis Gartner:
Peningkatan Kejelasan Strategi: Membantu organisasi menerjemahkan strategi
bisnis menjadi rencana aksi yang jelas.
2. Peningkatan Efisiensi Operasi: Membantu organisasi mengidentifikasi dan
menghilangkan duplikasi dalam proses bisnis.
3. Peningkatan Kelincahan Bisnis: Membantu organisasi beradaptasi dengan
perubahan pasar dengan cepat dengan memungkinkan mereka untuk dengan
cepat menyesuaikan kemampuan bisnis mereka.
4. Pengambilan Keputusan TI yang Lebih Baik: Membantu organisasi membuat
keputusan TI yang selaras dengan strategi bisnis secara keseluruhan.
1.
Perbedaan antara Kerangka Kerja Arsitektur Bisnis Gartner dan TOGAF:
Fokus: TOGAF memiliki pandangan yang lebih luas tentang arsitektur
perusahaan, mencakup aspek bisnis, TI, dan teknologi. Kerangka Kerja Arsitektur
Bisnis Gartner lebih fokus pada aspek bisnis dari arsitektur perusahaan.
2. Kompleksitas: TOGAF adalah kerangka kerja yang lebih kompleks dan rinci.
Kerangka Kerja Arsitektur Bisnis Gartner lebih sederhana dan mudah diterapkan.
1.
4. Arsitektur Perusahaan Federal (FEA)
Arsitektur Perusahaan Federal (FEA) adalah kerangka kerja yang dirancang khusus
untuk sistem dan infrastruktur teknologi informasi (TI) pemerintah federal Amerika
Serikat. Ini bertujuan untuk mencapai integrasi, efisiensi, dan keamanan yang lebih baik
di semua badan federal.
Berikut adalah rincian aspek-aspek kunci FEA:
1. Tujuan: Untuk menciptakan pendekatan standar bagi badan federal untuk
merancang, mengembangkan, dan mengelola sistem TI mereka. Ini
mempromosikan interoperabilitas, menyederhanakan berbagi data, dan
memastikan lingkungan TI yang lebih aman dan hemat biaya bagi pemerintah.
2. Komponen: FEA mencakup beberapa komponen kunci, termasuk:
a. Model Referensi Bisnis (BRM): Mendefinisikan fungsi dan proses bisnis
inti yang umum di semua badan pemerintah.
b. Arsitektur Data: Mendefinisikan bagaimana data distandarisasi, dikelola,
dan dibagikan antar badan.
c. Arsitektur
Aplikasi: Mendefinisikan
prinsip
untuk
memilih,
mengembangkan, dan menyebarkan aplikasi TI.
d. Arsitektur Infrastruktur Teknologi: Mendefinisikan standar untuk
perangkat keras, perangkat lunak, dan infrastruktur jaringan yang
digunakan oleh badan federal.
3. Manfaat: Implementasi FEA menawarkan beberapa keuntungan:
a. Peningkatan Efisiensi: Merampingkan operasi TI dan mengurangi
redundansi antar badan.
b. Keamanan yang Ditingkatkan: Menstandarisasi praktik keamanan dan
mengurangi kerentanan.
c. Interoperabilitas yang Meningkat: Mempermudah badan untuk berbagi
data dan berkolaborasi.
d. Biaya yang Dikurangi: Mempromosikan penghematan biaya melalui skala
ekonomi dan pengadaan standar.
4. Tantangan: Implementasi FEA juga menghadirkan beberapa tantangan:
a. Kompleksitas: Pemerintah federal sangat luas dan beragam, sehingga
sulit untuk menerapkan pendekatan standar di semua badan.
b. Sistem Warisan: Banyak badan mengandalkan sistem TI yang sudah
usang yang dapat sulit diintegrasikan dengan teknologi baru.
c. Pendanaan: Implementasi dan pemeliharaan FEA membutuhkan
pendanaan dan sumber daya yang berkelanjutan.
Kerangka FEA vs. Kerangka Lainnya:
FEA membangun dan terintegrasi dengan kerangka kerja arsitektur perusahaan lain
yang mapan, seperti TOGAF (The Open Group Architecture Framework). Namun, FEA
secara khusus membahas kebutuhan dan tantangan unik dari pemerintah federal AS.
Secara keseluruhan, Arsitektur Perusahaan Federal adalah inisiatif penting yang
bertujuan untuk memodernisasi dan meningkatkan infrastruktur TI pemerintah AS.
Dengan mempromosikan standarisasi, kolaborasi, dan keamanan, FEA berusaha untuk
menciptakan pemerintahan yang lebih efisien dan efektif untuk semua.
Penerapan Sistem EA
Penerapan Sistem EA adalah proses yang kompleks dan membutuhkan waktu. Berikut
adalah beberapa langkah kunci:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Mendefinisikan visi dan tujuan EA
Melakukan analisis
Mengembangkan arsitektur target
Merumuskan rencana implementasi
Menerapkan arsitektur
Memantau dan mengevaluasi kinerja EA
3.7 Siklus Hidup Pengembangan Sistem
Siklus hidup pengembangan sistem (SDLC) adalah metodologi yang digunakan untuk
mengembangkan, memelihara, dan mengganti sistem informasi. SDLC terdiri dari
beberapa tahap yang berurutan, dan setiap tahap memiliki tujuan dan hasil yang
spesifik.
Berikut adalah beberapa tahap umum dalam SDLC:
1. Perencanaan:
Analisis Kebutuhan: Tahap ini melibatkan identifikasi kebutuhan dan
persyaratan sistem baru.
2. Studi Kelayakan: Menilai kelayakan dan potensi manfaat dari sistem baru.
3. Perencanaan Sistem: Menetapkan tujuan, ruang lingkup, dan metodologi
pengembangan sistem.
1.
2. Desain:
Desain Arsitektur: Menentukan arsitektur keseluruhan sistem, termasuk
perangkat keras, perangkat lunak, dan jaringan.
2. Desain Antarmuka: Merancang antarmuka pengguna dan sistem.
3. Desain Basis Data: Merancang struktur dan isi database sistem.
1.
3. Pengembangan:
Pemrograman: Mengembangkan kode program untuk sistem.
Pengujian: Melakukan pengujian untuk memastikan sistem berfungsi dengan
baik dan memenuhi semua persyaratan.
3. Dokumentasi: Mendokumentasikan semua aspek sistem untuk referensi dan
pemeliharaan di masa depan.
1.
2.
4. Implementasi:
1.
2.
3.
Instalasi: Memasang dan mengkonfigurasi sistem baru.
Migrasi Data: Memindahkan data dari sistem lama ke sistem baru.
Pelatihan: Melatih pengguna dalam penggunaan sistem baru.
5. Pemeliharaan:
Perbaikan Bug: Memperbaiki bug dan masalah yang ditemukan dalam sistem.
Peningkatan: Meningkatkan sistem dengan menambahkan fitur baru atau
meningkatkan fungsionalitas yang ada.
3. Dukungan Pengguna: Memberikan dukungan kepada pengguna dalam
penggunaan sistem.
1.
2.
Model SDLC:
Ada beberapa model SDLC yang berbeda, seperti waterfall, agile, dan spiral. Setiap
model memiliki kelebihan dan kekurangannya sendiri, dan model yang paling tepat
untuk suatu proyek tergantung pada kebutuhan dan kompleksitas proyek tersebut.
Waterfall
Agile
Spiral
Gambar 3.8 Model SDLC:
Waterfall Model
Waterfall adalah model pengembangan sistem yang klasik dan banyak digunakan. Dalam
model ini, siklus hidup pengembangan sistem (SDLC) dibagi menjadi fase-fase yang
berurutan dan linier, seperti air terjun yang mengalir ke bawah. Fase-fase tersebut harus
diselesaikan secara lengkap sebelum berpindah ke fase berikutnya.
Fase-fase dalam Model Waterfall:
1. Perencanaan: Fase ini melibatkan identifikasi kebutuhan bisnis, studi kelayakan,
dan perencanaan proyek secara menyeluruh.
2. Analisis Kebutuhan: Fase ini berfokus pada pemahaman kebutuhan pengguna
dan persyaratan sistem secara rinci.
3. Desain: Fase ini melibatkan desain arsitektur sistem, antarmuka pengguna, dan
basis data.
4. Pengembangan: Kode program untuk sistem dikembangkan dan diuji dalam
fase ini.
5. Implementasi: Sistem baru diinstal, dikonfigurasi, dan data dimigrasikan dari
sistem lama.
6. Pemeliharaan: Fase ini berfokus pada perbaikan bug, peningkatan sistem, dan
dukungan pengguna setelah sistem diluncurkan.
Keuntungan Model Waterfall:
Struktur dan Organisasi: Model Waterfall menyediakan pendekatan yang
terstruktur dan terorganisir untuk pengembangan sistem.
2. Mudah Dipahami: Kesederhanaan model ini membuatnya mudah dipahami oleh
semua pemangku kepentingan.
3. Dokumentasi yang Baik: Model Waterfall menekankan dokumentasi yang baik
pada setiap tahap, yang dapat berguna untuk pemeliharaan di masa mendatang.
4. Prediktabilitas: Karena sifatnya yang linier, jadwal dan anggaran proyek dapat
diprediksi dengan lebih mudah dalam model Waterfall.
1.
Kekurangan Model Waterfall:
Kurang Fleksibel: Model Waterfall kurang fleksibel terhadap perubahan
persyaratan. Jika kebutuhan berubah setelah fase awal, sulit dan mahal untuk
membuat modifikasi.
2. Berisiko di Fase Akhir: Karena pengujian pengguna yang komprehensif
biasanya dilakukan di akhir fase pengembangan, masalah yang signifikan
mungkin terdeteksi terlambat dan mahal untuk diperbaiki.
1.
3.
Tidak Ideal untuk Proyek yang Kompleks: Model Waterfall mungkin tidak cocok
untuk proyek yang kompleks dan cepat berubah.
Agile methodology
Agile adalah pendekatan iteratif dan bertahap untuk pengembangan perangkat lunak
yang berfokus pada kolaborasi berkelanjutan, umpan balik pengguna, dan pengiriman
nilai lebih cepat. Berbeda dengan model waterfall yang linier dan bertahap, Agile
memprioritaskan fleksibilitas dan kemampuan beradaptasi terhadap perubahan.
Prinsip Agile:
Manifesto Agile Software Development mendefinisikan 12 prinsip inti yang mendasari
pendekatan Agile:
Individu dan interaksi lebih penting daripada proses dan alat.
Software yang bekerja lebih penting daripada dokumentasi yang
komprehensif.
3. Kolaborasi dengan pelanggan lebih penting daripada negosiasi kontrak.
4. Menanggapi perubahan lebih penting daripada mengikuti rencana.
1.
2.
Metodologi Agile yang Umum Digunakan:
Scrum: Metodologi Agile yang populer yang menggunakan sprint (iterasi
pengembangan pendek) dan tim scrum lintas fungsi yang terdiri dari product
owner, scrum master, dan tim pengembangan.
2. Kanban: Sistem manajemen visual yang berfokus pada peningkatan aliran kerja
dan membatasi pekerjaan yang sedang berlangsung (work in progress).
3. Lean: Menerapkan prinsip lean manufacturing ke pengembangan perangkat
lunak, dengan fokus pada pengurangan pemborosan dan peningkatan nilai.
1.
Scrum
Kanban
Lean
Gambar 3.9 Metodologi Agile
Manfaat Agile:
1.
2.
3.
4.
Peningkatan Fleksibilitas: Agile memungkinkan tim untuk beradaptasi dengan
perubahan dengan cepat dan menanggapi kebutuhan baru yang muncul selama
proyek.
Peningkatan Kualitas Perangkat Lunak: Dengan iterasi dan umpan balik
pengguna yang terus-menerus, Agile membantu memastikan perangkat lunak
memenuhi kebutuhan pengguna dan berkualitas tinggi.
Peningkatan Kepuasan Pelanggan: Agile memprioritaskan kolaborasi dengan
pelanggan, yang mengarah pada perangkat lunak yang lebih sesuai dengan
kebutuhan mereka dan meningkatkan kepuasan pelanggan.
Peningkatan Produktivitas: Agile mendorong tim untuk fokus pada pengiriman
nilai secara bertahap, yang dapat meningkatkan produktivitas dan efisiensi.
Tantangan Agile:
Memerlukan Tim yang Mandiri: Agile memerlukan tim yang dapat mengatur
sendiri dan bekerja secara efektif tanpa pengawasan ketat.
2. Dokumentasi yang Sedikit: Fokus pada iterasi dan pengiriman cepat dapat
menyebabkan kurangnya dokumentasi yang komprehensif.
3. Tidak Cocok untuk Semua Proyek: Agile mungkin tidak cocok untuk proyek
dengan persyaratan yang sangat ketat atau proyek yang membutuhkan
perencanaan jangka panjang yang terperinci.
1.
Scrum: Kerangka Kerja Agile untuk Pengembangan Perangkat Lunak
Scrum adalah metodologi Agile yang populer untuk pengembangan perangkat lunak. Ini
adalah pendekatan iteratif dan bertahap yang berfokus pada pengiriman nilai bisnis
dengan cepat dan sering. Scrum menekankan kolaborasi tim yang erat, umpan balik
pengguna secara terus-menerus, dan pengelolaan proyek yang fleksibel.
Prinsip Dasar Scrum:
Sprints: Scrum menggunakan iterasi pendek yang disebut sprint, biasanya
berlangsung 1-4 minggu. Setiap sprint berfokus pada pengiriman sejumlah kecil
fitur perangkat lunak yang dapat dikerjakan.
2. Tim Scrum: Tim Scrum terdiri dari tiga peran utama:
1.
a. Product Owner: Mewakili kepentingan pemangku kepentingan dan
mengelola product backlog, yang berisi daftar prioritas fitur yang akan
dikembangkan.
b. Scrum Master: Fasilitator yang memastikan tim mengikuti proses Scrum
dan mengatasi hambatan yang menghalangi kemajuan tim.
c. Tim Pengembang: Tim yang terdiri dari programmer, tester, dan
profesional lainnya yang mengerjakan pengembangan perangkat lunak.
2. Artefak Scrum: Scrum menggunakan tiga artefak utama untuk mengelola
proyek:
a. Product Backlog: Daftar prioritas fitur yang ingin dikembangkan.
b. Sprint Backlog: Subset dari product backlog yang dipilih untuk dikerjakan
dalam sprint tertentu.
c. Increments: Perangkat lunak yang dapat dijalankan yang dikembangkan
dan diuji selama setiap sprint.
Kegiatan Scrum:
Scrum menggunakan beberapa kegiatan event untuk menjaga tim tetap fokus dan
selaras:
Sprint Planning: Perencanaan sprint, di mana tim memilih item dari product
backlog untuk dikerjakan di sprint berikutnya.
2. Daily Scrum: Pertemuan singkat dan harian di mana anggota tim membahas
kemajuan mereka, mengidentifikasi hambatan, dan merencanakan pekerjaan
untuk hari itu.
3. Sprint Review: Tinjauan sprint, di mana tim mempresentasikan pekerjaan yang
telah mereka selesaikan di sprint kepada pemangku kepentingan dan menerima
umpan balik.
4. Sprint Retrospective: Rapat retrospektif sprint, di mana tim mendiskusikan apa
yang berjalan dengan baik dan apa yang dapat ditingkatkan dalam sprint
berikutnya.
1.
Manfaat Scrum:
Peningkatan Fleksibilitas: Scrum memungkinkan tim untuk beradaptasi dengan
perubahan dengan cepat dan menanggapi kebutuhan baru yang muncul selama
proyek.
2. Peningkatan Kualitas Perangkat Lunak: Dengan iterasi dan umpan balik
pengguna yang terus-menerus, Scrum membantu memastikan perangkat lunak
memenuhi kebutuhan pengguna dan berkualitas tinggi.
3. Peningkatan Produktivitas: Scrum mendorong tim untuk fokus pada
penyelesaian pekerjaan dalam sprint, yang dapat meningkatkan produktivitas dan
efisiensi.
4. Transparansi dan Peningkatan Komunikasi: Upacara Scrum seperti Daily
Scrum dan Sprint Review meningkatkan komunikasi dan transparansi dalam tim
dan dengan para pemangku kepentingan.
1.
Tantangan Scrum:
1.
Memerlukan Tim yang Mandiri: Scrum memerlukan tim yang mampu mengatur
sendiri dan bekerja secara efektif tanpa pengawasan ketat.
Product Owner yang Kuat: Kesuksesan Scrum bergantung pada Product Owner
yang kuat yang dapat mengelola product backlog secara efektif dan
memprioritaskan fitur.
3. Perubahan Budaya Organisasi: Scrum mungkin memerlukan perubahan
budaya organisasi untuk mendukung pendekatan yang lebih fleksibel dan
kolaboratif.
2.
Kanban: Metode Agile untuk Manajemen Alur Kerja
Kanban adalah metode Agile populer yang berfokus pada peningkatan aliran kerja
(workflow) dan membatasi pekerjaan yang sedang berlangsung (Work in Progress WIP). Berbeda dengan Scrum yang menggunakan sprint dengan durasi tertentu,
Kanban menggunakan pendekatan yang lebih fleksibel dan berkelanjutan.
Prinsip Dasar Kanban:
Papan Kanban: Kanban menggunakan papan visual yang dibagi menjadi
beberapa kolom, yang mewakili tahapan berbeda dalam alur kerja. Misalnya,
kolom pada papan Kanban bisa berupa "To Do", "In Progress", "Done".
2. Kartu Kanban: Tugas atau item pekerjaan divisualisasikan pada kartu Kanban,
yang berisi informasi tentang tugas tersebut.
3. Batasan WIP: Kanban membatasi jumlah pekerjaan yang dapat dilakukan pada
setiap tahap alur kerja secara bersamaan. Ini membantu mencegah tim kewalahan
dan memastikan aliran kerja yang lancar.
1.
Kegiatan Kanban:
Meskipun Kanban tidak memiliki formal seperti Scrum, beberapa praktik umum
digunakan untuk menjaga papan Kanban tetap mutakhir dan aliran kerja tetap lancar:
Pertemuan Kanban: Tim dapat mengadakan pertemuan rutin untuk membahas
kemajuan pekerjaan, mengidentifikasi hambatan, dan menyesuaikan WIP limit jika
diperlukan.
2. Analisis Papan: Tim dapat secara berkala menganalisis papan Kanban untuk
mengidentifikasi kemacetan dan mencari cara untuk mengoptimalkan aliran kerja.
1.
Manfaat Kanban:
Peningkatan Visibilitas: Papan Kanban memberikan gambaran yang jelas
tentang status pekerjaan dan membantu mengidentifikasi kemacetan dengan
mudah.
2. Peningkatan Efisiensi: Dengan membatasi WIP, Kanban membantu tim fokus
pada menyelesaikan pekerjaan yang sedang berlangsung dan mengurangi
pemborosan waktu.
3. Fleksibel dan Mudah Diadaptasi: Kanban adalah pendekatan yang fleksibel dan
dapat disesuaikan dengan berbagai jenis pekerjaan dan tim.
1.
4.
Integrasi Mudah dengan Proses yang Ada: Kanban dapat dengan mudah
diintegrasikan dengan proses yang ada dan tidak memerlukan perubahan besar
pada budaya organisasi.
Tantangan Kanban:
Memerlukan Disiplin Tim: Kanban mengharuskan tim untuk disiplin dalam
mematuhi batasan WIP dan terus memperbarui papan Kanban.
2. Kurangnya Struktur untuk Beberapa Tim: Dibandingkan dengan Scrum,
Kanban mungkin kurang terstruktur untuk tim yang membutuhkan lebih banyak
arahan dan perencanaan.
3. Fokus pada Proses, Bukan Hasil: Terlalu fokus pada papan Kanban dan aliran
kerja dapat mengalihkan perhatian dari hasil akhir.
1.
Lean Methodology dalam Pengembangan Perangkat Lunak
Lean, yang terinspirasi dari pendekatan manufaktur lean manufacturing Toyota, adalah
filosofi pengembangan perangkat lunak yang berfokus pada penghapusan pemborosan
dan peningkatan nilai untuk pelanggan. Ini mempromosikan pengiriman perangkat lunak
yang berkelanjutan dan iteratif, dengan fokus pada memenuhi kebutuhan pelanggan
yang paling penting terlebih dahulu.
Prinsip Lean dalam Pengembangan Perangkat Lunak:
1.
2.
3.
4.
5.
Mengidentifikasi Nilai: Langkah pertama adalah mengidentifikasi nilai yang ingin
disampaikan kepada pelanggan. Apa yang membuat perangkat lunak ini
bermanfaat bagi pengguna?
Menetapkan Proses yang Membuang Sedikitnya Waktu: Fokus pada
penghapusan aktivitas yang tidak menambah nilai bagi pelanggan. Ini dapat
mencakup dokumentasi yang berlebihan, rapat yang tidak perlu, atau fitur yang
jarang digunakan.
Membangun Kualitas Sejak Awal: Menerapkan praktik pengembangan
perangkat lunak berkualitas tinggi untuk menghindari bug dan pengerjaan ulang di
kemudian hari.
Cepat Belajar dan Beradaptasi: terus menerima umpan balik dari pelanggan dan
beradaptasi dengan kebutuhan mereka yang berubah. Mengembangkan
perangkat lunak secara bertahap memungkinkan integrasi umpan balik dengan
cepat.
Menghormati Karyawan: Memberdayakan tim pengembangan dan menciptakan
lingkungan kerja yang mendukung kolaborasi dan inovasi.
Teknik Lean dalam Pengembangan Perangkat Lunak:
1.
Minimun Viable Product (MVP): Mengembangkan versi dasar perangkat lunak
yang berfungsi (MVP) dengan cepat untuk mendapatkan umpan balik pengguna
awal dan memvalidasi ide.
Build-Measure-Learn (BML) Cycle: Menerapkan siklus build-measure-learn
secara iteratif. Dalam setiap iterasi, tim membangun fitur baru, mengukur
efektivitasnya, dan belajar dari umpan balik pengguna untuk menentukan langkah
selanjutnya.
3. Kanban: Menerapkan pendekatan Kanban untuk mengelola alur kerja
pengembangan dan membatasi pekerjaan yang sedang berlangsung (WIP).
4. Continuous Integration dan Continuous Delivery (CI/CD): Menerapkan praktik
CI/CD untuk mengotomatiskan pengujian dan pengiriman perangkat lunak,
memungkinkan pengiriman yang lebih cepat dan lebih sering.
2.
Manfaat Lean dalam Pengembangan Perangkat Lunak:
Peningkatan Kepuasan Pelanggan: Fokus pada nilai pelanggan membantu
memastikan perangkat lunak memenuhi kebutuhan pengguna dan memberikan
pengalaman yang memuaskan.
2. Peningkatan Efisiensi: Penghapusan pemborosan dan otomatisasi proses
pengembangan dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas tim.
3. Peningkatan Kualitas Perangkat Lunak: Dengan membangun kualitas sejak
awal dan menerapkan praktik lean, tim dapat mengurangi bug dan meningkatkan
kualitas perangkat lunak secara keseluruhan.
4. Responsif terhadap Perubahan: Pendekatan iteratif dan pembelajaran
berkelanjutan memungkinkan tim untuk beradaptasi dengan perubahan
kebutuhan dan teknologi baru dengan cepat.
1.
Tantangan Lean dalam Pengembangan Perangkat Lunak:
Memerlukan Perubahan Budaya Organisasi: Menerapkan Lean mungkin
memerlukan perubahan budaya organisasi untuk mendukung kolaborasi,
pembelajaran berkelanjutan, dan eksperimentasi.
2. Sulit Mengukur Nilai: Mengukur nilai perangkat lunak secara objektif bisa jadi
sulit. Apa yang dianggap bernilai oleh satu pihak pemangku kepentingan
mungkin tidak dianggap bernilai oleh pihak lain.
3. Membutuhkan Disiplin Tim: Menerapkan praktik lean secara efektif
memerlukan tim yang disiplin dan berkomitmen untuk penghapusan pemborosan
dan peningkatan nilai.
1.
Model Spiral
Model spiral adalah model pengembangan perangkat lunak iteratif yang menggabungkan
aspek-aspek dari model waterfall dan model prototyping. Ia dirancang untuk memberikan
pendekatan yang fleksibel dan terkontrol untuk pengembangan perangkat lunak,
terutama dalam proyek dengan risiko tinggi dan ketidakpastian yang besar.
Karakteristik Model Spiral:
Iterasi: Proyek dibagi menjadi iterasi berulang, di mana setiap iterasi berfokus
pada identifikasi dan mitigasi risiko.
2. Fokus pada Risiko: Setiap iterasi dimulai dengan fase identifikasi dan analisis
risiko. Risiko proyek dievaluasi dan tindakan mitigasi diterapkan untuk
mengurangi dampaknya.
3. Prototyping: Prototipe dapat dikembangkan di iterasi awal untuk membantu
memvisualisasikan dan menguji fungsionalitas sistem dan mengidentifikasi
potensi masalah lebih awal.
4. Spiral Keluar: Proyek dapat diakhiri setiap saat jika risiko dianggap terlalu tinggi
atau persyaratan proyek berubah secara signifikan.
1.
Fase-fase dalam Model Spiral:
1. Perencanaan: Fase ini melibatkan identifikasi tujuan proyek, penetapan anggaran
dan jadwal, dan pemilihan pendekatan pengembangan.
2. Analisis Risiko: Risiko proyek diidentifikasi dan dianalisis dalam fase ini.
3. Rekayasa dan Pengembangan: Pengembangan sistem dilakukan secara iteratif,
dengan fokus pada mitigasi risiko yang diidentifikasi.
4. Evaluasi dan Tinjauan: Hasil dari setiap iterasi dievaluasi dan ditinjau untuk
memastikan keselarasan dengan persyaratan dan untuk mengidentifikasi
kebutuhan untuk iterasi lebih lanjut.
Keuntungan Model Spiral:
•
•
•
Fokus pada Manajemen Risiko: Model spiral menekankan identifikasi dan
mitigasi risiko secara proaktif, yang dapat membantu mencegah masalah di
kemudian hari dan meningkatkan peluang keberhasilan proyek.
Iterasi dan Fleksibilitas: Pendekatan iteratif memungkinkan adaptasi terhadap
perubahan persyaratan dan teknologi baru.
Pengembangan
Bertahap: Prototipe
dan
iterasi
awal
membantu
memvisualisasikan sistem dan mengidentifikasi masalah lebih awal dalam proses
pengembangan.
Kekurangan Model Spiral:
Kompleksitas: Model spiral bisa lebih kompleks untuk diterapkan dibandingkan
dengan model waterfall yang lebih linier.
2. Tergantung Keahlian: Keberhasilan model spiral sangat bergantung pada
keahlian tim dalam mengidentifikasi dan mengelola risiko.
3. Potensi Iterasi Tanpa Akhir: Proses iterasi berkelanjutan dapat berlanjut tanpa
akhir jika tidak ada kriteria yang jelas untuk keluar dari spiral.
1.
3.8 Manajemen Proyek: Definisi, Tujuan, Tahapan, dan Elemen
Manajemen proyek adalah seni dan ilmu untuk merencanakan, mengorganisir, dan
mengelola sumber daya untuk mencapai tujuan proyek tertentu. Ini melibatkan berbagai
aktivitas, seperti:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Menentukan ruang lingkup proyek: Apa yang akan dilakukan dan apa yang
tidak.
Membuat jadwal proyek: Kapan setiap tugas akan diselesaikan.
Menetapkan anggaran proyek: Berapa banyak uang yang akan dihabiskan.
Mengidentifikasi dan mengelola risiko: Apa yang bisa salah dan bagaimana
cara mengatasinya.
Membangun dan memotivasi tim proyek: Siapa yang akan melakukan apa.
Memantau dan mengendalikan kemajuan proyek: Apakah proyek berjalan
sesuai rencana.
Menyelesaikan proyek: Menutup semua tugas dan memastikan bahwa semua
orang puas dengan hasilnya.
Tujuan Manajemen Proyek:
Mencapai tujuan proyek: Menyelesaikan proyek tepat waktu, sesuai anggaran,
dan dengan kualitas yang sesuai.
2. Mengoptimalkan penggunaan sumber daya: Menghemat waktu, uang, dan
tenaga.
3. Mengelola risiko: Mengurangi kemungkinan terjadinya masalah dan memastikan
bahwa proyek tetap pada jalurnya.
4. Meningkatkan komunikasi dan kolaborasi: Memastikan bahwa semua orang
yang terlibat dalam proyek mengetahui apa yang diharapkan dari mereka dan
bekerja sama secara efektif.
1.
Tahapan Manajemen Proyek:
1.
2.
3.
4.
5.
Inisiasi: Mendefinisikan proyek dan mendapatkan persetujuan untuk
melanjutkannya.
Perencanaan: Mengembangkan rencana proyek yang terperinci.
Eksekusi: Melaksanakan rencana proyek.
Monitoring dan Pengendalian: Memantau kemajuan proyek dan membuat
penyesuaian yang diperlukan.
Penutupan: Menyelesaikan proyek dan meninjau hasilnya.
Elemen Penting Manajemen Proyek:
1.
2.
3.
4.
Ruang lingkup: Apa yang akan dilakukan dan apa yang tidak.
Waktu: Kapan setiap tugas akan diselesaikan.
Biaya: Berapa banyak uang yang akan dihabiskan.
Kualitas: Standar kualitas yang harus dipenuhi.
Sumber daya: Orang, peralatan, dan bahan yang dibutuhkan untuk
menyelesaikan proyek.
6. Risiko: Apa yang bisa salah dan bagaimana cara mengatasinya.
7. Komunikasi: Bagaimana informasi akan dibagikan antara anggota tim proyek.
8. Keterampilan kepemimpinan: Bagaimana proyek akan dipimpin dan dimotivasi.
5.
3.9 Peran dan Tanggung Jawab Proyek
Peran dan tanggung jawab dalam proyek dapat bervariasi tergantung pada jenis dan
kompleksitas proyek. Namun, secara umum, terdapat beberapa peran kunci yang selalu
ada dalam setiap proyek:
1. Project Manager (PM):
1.
2.
3.
4.
5.
Memimpin dan mengelola proyek dari awal hingga akhir.
Mendefinisikan ruang lingkup proyek, jadwal, anggaran, dan rencana.
Memantau kemajuan proyek dan memastikannya sesuai dengan rencana.
Mengidentifikasi dan mengatasi risiko proyek.
Berkomunikasi dengan stakeholders dan memastikan mereka puas dengan
kemajuan proyek.
2. Tim Proyek:
1.
2.
3.
4.
Melaksanakan tugas dan tanggung jawab yang diberikan oleh PM.
Bekerja sama dengan anggota tim lain untuk mencapai tujuan proyek.
Mengkomunikasikan kemajuan pekerjaan mereka kepada PM.
Mengidentifikasi dan menyelesaikan masalah yang dihadapi dalam proyek.
3. Stakeholders:
1.
2.
3.
4.
Individu atau kelompok yang memiliki kepentingan dalam proyek.
Menyediakan sumber daya dan dukungan untuk proyek.
Membuat keputusan tentang proyek.
Menilai hasil proyek.
Tanggung Jawab Utama dalam Proyek:
Perencanaan: Mendefinisikan tujuan proyek, ruang lingkup, jadwal, anggaran,
dan rencana.
2. Eksekusi: Melaksanakan tugas dan tanggung jawab yang telah direncanakan.
3. Monitoring dan Pengendalian: Memantau kemajuan proyek dan
memastikannya sesuai dengan rencana.
4. Penutupan: Menyelesaikan proyek dan memastikan semua stakeholders puas
dengan hasilnya.
1.
3.10 Arsitektur Entrepreneur Resource Planning
Apa itu Arsitektur ERP?
Arsitektur ERP, atau Enterprise Resource Planning architecture dalam bahasa
Indonesia, mengacu pada desain dan struktur keseluruhan sistem ERP. Ini pada
dasarnya adalah cetak biru yang memandu bagaimana sistem ERP akan dibangun dan
diimplementasikan dalam sebuah perusahaan.
Bagaimana Arsitektur ERP Berkaitan dengan Pengusaha?
Bahkan untuk startup dan bisnis kecil, sistem ERP dengan arsitektur yang terdefinisi
dengan baik dapat bermanfaat. Berikut ini alasannya:
Operasional yang Disederhanakan: Mengotomatisasi tugas dan
mengintegrasikan data di seluruh departemen menghemat waktu dan sumber
daya berharga bagi pengusaha.
2. Visibilitas yang Lebih Baik: Dengan data real-time tentang segala hal mulai
dari keuangan hingga inventaris, pengusaha dapat membuat keputusan yang
tepat tentang bisnis mereka.
3. Skalabilitas: Sistem ERP yang dirancang dengan baik dapat berkembang
bersama bisnis, mengakomodasi ekspansi di masa depan.
1.
Jenis-jenis Arsitektur ERP
Ada beberapa jenis arsitektur ERP, masing-masing dengan kelebihan dan
kekurangannya sendiri. Berikut adalah beberapa yang umum:
Satu Tingkat: Ini adalah arsitektur yang lebih sederhana di mana semua
komponen berada di satu server. Ini hemat biaya tetapi mungkin tidak dapat
diukur untuk bisnis yang lebih besar.
2. Dua Tingkat: Ini memisahkan antarmuka pengguna (klien) dari database
(server), menawarkan kinerja dan skalabilitas yang lebih baik.
3. Tiga Tingkat: Ini menambahkan lapisan tengah (server aplikasi) untuk
menangani logika bisnis, yang mengarah pada fleksibilitas dan keamanan yang
lebih tinggi.
4. Berbasis Cloud: Ini menghilangkan kebutuhan untuk perangkat keras dan
perangkat lunak di tempat, menjadikannya pilihan yang baik untuk startup atau
bisnis dengan sumber daya IT terbatas.
1.
Memilih Arsitektur ERP yang Tepat
Arsitektur ERP ideal untuk seorang pengusaha akan tergantung pada kebutuhan
spesifik bisnis mereka. Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan meliputi:
1.
Ukuran dan kompleksitas perusahaan
2.
3.
4.
Anggaran
Keahlian IT
Persyaratan skalabilitas
Direkomendasikan bagi pengusaha untuk berkonsultasi dengan spesialis ERP untuk
menentukan pendekatan arsitektural terbaik untuk bisnis mereka.
3.1 1 ERP dan Virtualisasi: Kombinasi Kuat untuk Efisiensi Bisnis
ERP (Enterprise Resource Planning) dan virtualisasi adalah teknologi yang saling
melengkapi yang dapat memberikan keuntungan signifikan bagi bisnis. Mari kita lihat
apa itu dan bagaimana mereka bekerja sama:
ERP (Enterprise Resource Planning)
ERP adalah perangkat lunak yang mengintegrasikan dan mengotomatiskan proses
bisnis utama di seluruh perusahaan. Ini mencakup area seperti keuangan, akuntansi,
manufaktur, sumber daya manusia, rantai pasokan, dan lainnya.
Dengan ERP, perusahaan dapat:
1.
2.
3.
4.
5.
Meningkatkan efisiensi dan produktivitas
Mendapatkan pandangan yang lebih baik tentang operasi mereka
Meningkatkan akurasi data
Meningkatkan layanan pelanggan
Membuat keputusan bisnis yang lebih baik
Virtualisasi
Virtualisasi adalah teknologi yang memungkinkan Anda membuat simulasi perangkat
keras komputer. Ini berarti Anda dapat menjalankan beberapa sistem operasi dan aplikasi
pada satu server fisik.
Virtualisasi menawarkan beberapa keuntungan, termasuk:
Peningkatan penggunaan sumber daya: Anda dapat menjalankan lebih banyak
aplikasi pada lebih sedikit server, yang menghemat uang dan ruang.
2. Skalabilitas yang lebih baik: Anda dapat dengan mudah menambahkan atau
menghapus server virtual sesuai kebutuhan.
3. Peningkatan keandalan: Jika terjadi masalah dengan server fisik, Anda dapat
dengan cepat memindahkan server virtual ke server lain.
4. Peningkatan keamanan: Anda dapat dengan mudah membuat lingkungan yang
terisolasi untuk aplikasi yang berbeda.
1.
ERP dan Virtualisasi Bekerja Sama
ERP dan virtualisasi dapat bekerja sama untuk memberikan keuntungan yang lebih besar
daripada yang bisa mereka capai sendiri. Misalnya:
Mengurangi biaya infrastruktur: Dengan menggunakan virtualisasi, Anda dapat
menjalankan ERP Anda pada lebih sedikit server fisik, yang dapat menghemat
biaya hardware dan software.
2. Meningkatkan kelincahan bisnis: Virtualisasi memudahkan untuk menskalakan
lingkungan ERP Anda sesuai dengan kebutuhan bisnis Anda.
3. Meningkatkan keandalan ERP: Virtualisasi dapat membantu memastikan bahwa
ERP Anda selalu tersedia, bahkan jika terjadi masalah dengan server fisik.
4. Meningkatkan keamanan ERP: Virtualisasi memungkinkan Anda untuk
membuat lingkungan yang terisolasi untuk ERP Anda, yang dapat membantu
melindungi data Anda dari serangan.
1.
Persyaratan Basis Data untuk ERP (Enterprise Resource Planning)
Sistem ERP bergantung pada basis data yang kuat dan handal untuk menyimpan dan
mengelola informasi penting perusahaan. Berikut adalah beberapa persyaratan penting
untuk basis data ERP:
Integrasi Data:
Terpusat: Basis data ERP harus terpusat untuk menghilangkan duplikasi data
dan memastikan konsistensi informasi di seluruh departemen.
2. Real-time: Perubahan data di satu modul ERP harus segera tercermin di modul
lain yang terkait. Ini memungkinkan pengambilan keputusan yang akurat dan tepat
waktu.
1.
Performa:
Skalabilitas: Basis data harus dapat menskalakan dengan mudah untuk
mengakomodasi pertumbuhan data dan pengguna seiring dengan
berkembangnya bisnis.
2. Kinerja Tinggi: Basis data harus dapat menangani volume transaksi yang tinggi
dan kueri kompleks dengan cepat dan efisien.
3. Ketersediaan Tinggi: Sistem tidak boleh mengalami downtime yang signifikan.
Basis data harus memiliki mekanisme untuk pemulihan bencana dan failover untuk
memastikan aksesibilitas data yang berkelanjutan.
1.
Keamanan:
Kontrol Akses: Hanya pengguna yang diberi otorisasi yang seharusnya dapat
mengakses dan memodifikasi data sensitif.
2. Enkripsi Data: Data penting harus dienkripsi baik saat disimpan maupun saat
transit untuk melindungi dari kebocoran dan akses tidak sah.
3. Audit Trail: Sistem harus melacak semua aktivitas pengguna untuk memastikan
akuntabilitas dan membantu dalam investigasi jika diperlukan.
1.
Struktur Data:
Normalisasi: Struktur tabel basis data harus dirancang dengan baik untuk
meminimalkan redundansi data dan memastikan integritas data.
2. Fleksibel: Basis data harus cukup fleksibel untuk mengakomodasi perubahan
bisnis masa depan dan integrasi dengan sistem lain.
1.
Dukungan DBMS:
Kompatibel: Basis data harus kompatibel dengan sistem manajemen basis data
(DBMS) yang digunakan oleh perangkat lunak ERP Anda. Pilihan umum termasuk
Oracle, Microsoft SQL Server, dan IBM DB2.
2. Fitur ERP-Specific: DBMS pilihan Anda harus memiliki fitur yang secara khusus
mendukung kebutuhan ERP, seperti pemrosesan transaksi online (OLTP) dan
pelaporan.
1.
Selain persyaratan di atas, penting untuk mempertimbangkan faktor-faktor
berikut saat memilih basis data untuk ERP:
Biaya: Harga lisensi perangkat lunak dan keahlian yang dibutuhkan untuk
mengelola basis data.
2. Kemudahan Penggunaan: Kemudahan administrasi dan kueri data.
3. Dukungan Vendor: Ketersediaan layanan dukungan teknis dari vendor basis
data.
1.
3.12 Organisasi dan pendekataan Implementasi ERP:
Implementasi ERP yang sukses membutuhkan struktur organisasi yang jelas dan
terdefinisi dengan baik. Berikut adalah beberapa peran kunci dalam tim implementasi
ERP:
Sponsor Eksekutif: Pemimpin senior yang bertanggung jawab atas proyek dan
memberikan dukungan dan arahan.
2. Tim Implementasi: Terdiri dari anggota dari berbagai departemen yang akan
bertanggung jawab untuk mengimplementasikan dan mengkonfigurasi sistem
ERP.
1.
Tim Konsultan: Terdiri dari pakar ERP yang akan membantu perusahaan dalam
proses implementasi dan memberikan pelatihan kepada pengguna.
4. Tim Pengguna: Terdiri dari karyawan yang akan menggunakan sistem ERP
dalam pekerjaan sehari-hari.
3.
Pendekatan Implementasi ERP:
Ada beberapa pendekatan yang dapat digunakan untuk mengimplementasikan ERP,
dan pilihan terbaik tergantung pada kebutuhan dan kompleksitas organisasi. Berikut
adalah beberapa pendekatan yang umum:
Big Bang: Implementasi semua modul ERP secara bersamaan pada satu waktu.
Pendekatan ini cepat dan efisien, tetapi berisiko tinggi dan membutuhkan banyak
persiapan.
2. Phased: Implementasi ERP secara bertahap, dengan modul-modul tertentu
diimplementasikan satu per satu. Pendekatan ini lebih terkontrol dan berisiko lebih
rendah, tetapi membutuhkan waktu lebih lama.
3. Parallel: Implementasi ERP secara paralel dengan sistem lama. Pendekatan ini
memungkinkan perusahaan untuk terus beroperasi dengan sistem lama selama
sistem ERP baru diimplementasikan.
1.
Faktor-faktor yang Perlu Dipertimbangkan:
Saat memilih pendekatan implementasi ERP, penting untuk mempertimbangkan faktorfaktor berikut:
Ukuran dan kompleksitas organisasi: Organisasi yang lebih besar dan
kompleks mungkin memerlukan pendekatan bertahap atau paralel.
2. Anggaran dan sumber daya: Implementasi ERP bisa mahal dan membutuhkan
banyak sumber daya.
3. Toleransi risiko: Pendekatan Big Bang berisiko tinggi, sedangkan pendekatan
bertahap dan paralel berisiko lebih rendah.
4. Kebutuhan bisnis: Beberapa organisasi mungkin memerlukan implementasi
yang cepat, sedangkan yang lain mungkin lebih memilih pendekatan yang lebih
terkontrol.
1.
3.13 Komponen ERP
Komponen ERP (Enterprise Resource Planning) adalah modul-modul terintegrasi yang
bekerja sama untuk menyediakan pandangan menyeluruh tentang aktivitas bisnis Anda.
Modul-modul ini saling bertukar data secara otomatis, sehingga Anda memiliki informasi
yang akurat dan real-time untuk membuat keputusan bisnis yang lebih baik. Berikut
adalah beberapa komponen inti dari sistem ERP:
1. Komponen Keuangan dan Akuntansi:
Mengelola aktivitas keuangan utama seperti hutang, piutang, buku besar, dan
aset tetap.
2. Memproses transaksi keuangan seperti faktur pembelian dan penjualan, arus
kas, dan penggajian.
3. Menyediakan pelaporan keuangan untuk melacak kinerja bisnis dan membuat
keputusan keuangan yang strategis.
1.
2. Manajemen Rantai Pasokan (SCM):
Mengelola arus barang dan jasa dari pemasok hingga pelanggan.
Termasuk perkiraan permintaan, perencanaan persediaan, pembelian,
manajemen gudang, dan pengiriman.
3. Memastikan bahwa Anda memiliki persediaan yang cukup untuk memenuhi
permintaan pelanggan tanpa menyimpan terlalu banyak barang.
1.
2.
3. Manajemen Produksi:
Merencanakan dan mengelola aktivitas produksi, termasuk penjadwalan
produksi, kontrol kualitas, dan manajemen lantai pabrik.
2. Melacak bahan baku, tenaga kerja, dan biaya produksi lainnya.
3. Memastikan bahwa produk diproduksi secara efisien dan tepat waktu.
1.
4. Manajemen Hubungan Pelanggan (CRM):
Mengelola interaksi dengan pelanggan, termasuk prospek, penjualan, layanan
pelanggan, dan pemasaran.
2. Melacak informasi pelanggan seperti riwayat pembelian, preferensi, dan masalah
yang pernah dialami.
3. Membantu Anda membangun hubungan yang lebih baik dengan pelanggan dan
meningkatkan penjualan.
1.
5. Manajemen Sumber Daya Manusia (SDM):
•
•
•
Mengelola siklus hidup karyawan, termasuk perekrutan, orientasi, pelatihan,
penggajian, dan tunjangan.
Melacak informasi karyawan seperti keterampilan, pengalaman, dan kinerja.
Membantu Anda mengelola tenaga kerja Anda secara lebih efektif.
Komponen Tambahan:
Selain komponen inti tersebut, sistem ERP juga dapat mencakup modul tambahan
untuk berbagai fungsi bisnis lainnya, seperti:
1.
Manajemen Aset: Melacak dan memelihara aset tetap perusahaan.
Business Intelligence (BI): Menyediakan analitik dan pelaporan untuk
membantu Anda memahami data bisnis Anda dan membuat keputusan yang lebih
baik.
3. E-commerce: Memungkinkan Anda untuk menjual produk dan layanan secara
online.
4. Manajemen Proyek: Membantu Anda merencanakan, mengelola, dan melacak
proyek.
2.
3.14 Contoh Implementasi ERP di Berbagai Bidang
Sistem ERP (Enterprise Resource Planning) menawarkan manfaat luas dan dapat
disesuaikan dengan kebutuhan berbagai industri. Berikut beberapa contoh penerapan
ERP yang sukses lintas bidang:
1. Manufaktur: Indofood, Indonesia
1. Tantangan: Sebagai produsen makanan dan minuman terkemuka, Indofood
membutuhkan sistem untuk mengelola produksi yang kompleks, persediaan, dan
distribusi di berbagai lini produk.
2. Solusi: Indofood mengimplementasikan sistem ERP SAP R/3.
3. Manfaat: Sistem ERP membantu Indofood dalam hal:
a. Meningkatkan perencanaan produksi dan persediaan
b. Mengoptimalkan alur material
c. Menjamin kualitas produk
d. Meningkatkan efisiensi distribusi
2. Retail: Telkomsel, Indonesia
1. Tantangan: Telkomsel, penyedia layanan seluler terbesar di Indonesia,
membutuhkan sistem untuk mengelola basis pelanggan yang besar, jaringan
distribusi yang luas, dan inventaris yang kompleks.
2. Solusi: Telkomsel menerapkan modul-modul ERP seperti keuangan, akuntansi,
manajemen pelanggan (CRM), dan manajemen rantai pasokan (SCM).
3. Manfaat: Implementasi ERP membawa keuntungan bagi Telkomsel, termasuk:
a. Peningkatan akurasi data pelanggan
b. Pengelolaan persediaan yang lebih baik
c. Analitik dan pelaporan yang lebih baik untuk pengambilan keputusan
d. Peningkatan layanan pelanggan
3. E-commerce: Amazon
1. Tantangan: Sebagai raksasa e-commerce global, Amazon membutuhkan sistem
yang dapat menangani volume transaksi yang tinggi, mengelola persediaan di
banyak gudang, dan memberikan pengalaman pelanggan yang luar biasa.
2. Solusi: Amazon mengembangkan sistem ERP mereka sendiri yang sangat
disesuaikan.
3. Manfaat: Sistem ERP khusus Amazon memungkinkan mereka untuk:
a. Menyesuaikan operasi mereka dengan cepat sesuai permintaan
b. Memberikan pengalaman pelanggan yang mulus di seluruh platform
mereka
c. Mengoptimalkan penetapan harga dan promosi
d. Menganalisis data pelanggan untuk personalisasi
4. Organisasi Non-Profit: Palang Merah Amerika
1. Tantangan: Palang Merah Amerika membutuhkan sistem untuk mengelola
donasi, relawan, dan persediaan bantuan bencana secara lebih efisien.
2. Solusi: Palang Merah menerapkan sistem ERP yang disesuaikan dengan
kebutuhan organisasi non-profit.
3. Manfaat: Sistem ERP membantu Palang Merah Amerika dalam hal:
a. Peningkatan efisiensi operasional
b. Pengalokasian sumber daya yang lebih baik
c. Pelaporan yang lebih baik untuk transparansi kepada donatur
d. Koordinasi yang lebih baik antar cabang
3.15 Permasalahan Platform di ERP
Sistem ERP (Enterprise Resource Planning) memang menawarkan banyak keuntungan,
namun tentu saja ada permasalahan yang perlu dipertimbangkan dalam platform ERP.
Berikut beberapa permasalahan yang bisa muncul saat implementasi atau penggunaan
ERP:
1. Kompleksitas dan Biaya:
Sistem ERP bisa sangat kompleks untuk diimplementasikan dan digunakan. Ini
membutuhkan perencanaan yang matang, sumber daya yang cukup, dan
keahlian khusus untuk konfigurasi dan pelatihan pengguna.
2. Biaya lisensi perangkat lunak, konsultasi implementasi, dan kustomisasi bisa
sangat tinggi, terutama untuk perusahaan besar.
1.
2. Integrasi Data:
Mengintegrasikan data dari berbagai sistem yang sudah ada bisa menjadi tantangan
besar. Data yang tidak konsisten dan berkualitas rendah dapat menyebabkan
masalah dalam sistem ERP.
3. Resistensi Pengguna:
Perubahan cara bekerja dapat menimbulkan resistensi dari pengguna. Pelatihan dan
pendampingan yang tepat diperlukan untuk membantu pengguna beradaptasi
dengan sistem ERP yang baru.
4. Ketidaksesuaian:
Sistem ERP perlu disesuaikan dengan kebutuhan bisnis yang spesifik. Namun,
kustomisasi yang berlebihan dapat menyebabkan masalah kompatibilitas dan
meningkatkan biaya maintenance.
5. Keamanan Data:
Sistem ERP biasanya menyimpan data sensitif perusahaan. Keamanan sistem perlu
dijaga ketat untuk mencegah kebocoran data dan serangan siber.
6. Pemeliharaan dan Dukungan:
Sistem ERP membutuhkan pemeliharaan dan dukungan berkelanjutan agar tetap
berfungsi dengan baik. Biaya untuk pemeliharaan dan dukungan ini perlu
dipertimbangkan.
3.16 Studi Kasus
1.Studi Kasus Strategi Implementasi ERP di PT Telkom Indonesia
Latar Belakang:
PT Telkom Indonesia adalah perusahaan telekomunikasi terbesar di Indonesia dengan
lebih dari 250.000 karyawan. Pada tahun 2011, Telkom memutuskan untuk
mengimplementasikan sistem ERP SAP S/4HANA untuk meningkatkan efisiensi dan
efektivitas operasinya.
Strategi Implementasi ERP:
Telkom menggunakan strategi "phased approach" untuk implementasi ERP, yang
berarti bahwa sistem ERP diimplementasikan secara bertahap di beberapa divisi
terlebih dahulu, kemudian baru di seluruh perusahaan. Berikut adalah beberapa strategi
kunci yang mereka terapkan:
Pembentukan tim proyek: Tim proyek dibentuk untuk memimpin implementasi
ERP. Tim ini terdiri dari anggota dari berbagai departemen di Telkom dan dari
SAP.
2. Analisis dan desain: Tim proyek melakukan analisis mendalam terhadap
kebutuhan bisnis Telkom dan merancang solusi ERP yang sesuai.
3. Implementasi: Sistem ERP diimplementasikan secara bertahap di beberapa
divisi terlebih dahulu, yaitu Divisi Telkomsel, Divisi Data Center, dan Divisi
Metranet.
4. Pengujian dan migrasi data: Sistem ERP diuji secara menyeluruh dan data dari
sistem lama dimigrasikan ke sistem baru.
1.
Pelatihan dan edukasi: Karyawan dilatih secara menyeluruh tentang cara
menggunakan sistem ERP yang baru.
6. Manajemen perubahan: Tim proyek membantu karyawan beradaptasi dengan
perubahan proses bisnis dan sistem baru.
5.
Hasil Implementasi ERP:
Implementasi ERP di Telkom menghasilkan beberapa manfaat, seperti:
Integrasi data: Data Telkom terintegrasi dalam satu sistem, sehingga mudah
untuk mendapatkan informasi yang akurat dan terkini dari seluruh divisi.
2. Proses bisnis yang lebih efisien: Proses manual digantikan dengan proses
otomatis dalam sistem ERP, sehingga meningkatkan efisiensi dan mengurangi
kesalahan.
3. Peningkatan visibilitas: Sistem ERP memberikan visibilitas ke seluruh operasi
Telkom, sehingga membantu manajemen dalam membuat keputusan yang lebih
tepat.
4. Peningkatan kinerja: Implementasi ERP membantu Telkom meningkatkan
kinerja keuangan, operasional, dan customer service.
1.
Tantangan Implementasi ERP:
Implementasi ERP di Telkom bukan tanpa tantangan. Berikut adalah beberapa
tantangan yang dihadapi:
Kompleksitas: Implementasi ERP adalah proyek yang kompleks yang
membutuhkan banyak waktu dan sumber daya.
2. Perubahan budaya: Implementasi ERP membutuhkan perubahan cara kerja
karyawan, yang dapat menimbulkan resistensi.
3. Biaya: Implementasi ERP bisa mahal, terutama untuk perusahaan besar seperti
Telkom.
1.
2. Studi Kasus Strategi Implementasi ERP di Perusahaan The North Face
Latar Belakang:
The North Face adalah perusahaan multinasional yang bergerak di bidang pakaian dan
peralatan outdoor. Pada tahun 2000, The North Face mengalami kesulitan dalam
mengelola rantai pasokannya yang kompleks dan global. Perusahaan ini memiliki banyak
gudang di berbagai negara, dan data persediaannya tidak terintegrasi. Hal ini
menyebabkan masalah seperti overstock, out-of-stock, dan inefisiensi dalam pengiriman.
Strategi Implementasi ERP:
The North Face memilih untuk mengimplementasikan sistem ERP SAP R/3 untuk
mengatasi masalah-masalah tersebut. Berikut adalah beberapa strategi kunci yang
mereka terapkan:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Pembentukan tim proyek: Tim proyek dibentuk untuk memimpin implementasi
ERP. Tim ini terdiri dari anggota dari berbagai departemen di The North Face dan
dari SAP.
Analisis dan desain: Tim proyek melakukan analisis mendalam terhadap
kebutuhan bisnis The North Face dan merancang solusi ERP yang sesuai.
Implementasi: Sistem ERP diimplementasikan secara bertahap di beberapa
divisi terlebih dahulu, kemudian baru di seluruh perusahaan.
Pengujian dan migrasi data: Sistem ERP diuji secara menyeluruh dan data dari
sistem lama dimigrasikan ke sistem baru.
Pelatihan dan edukasi: Karyawan dilatih secara menyeluruh tentang cara
menggunakan sistem ERP yang baru.
Manajemen perubahan: Tim proyek membantu karyawan beradaptasi dengan
perubahan proses bisnis dan sistem baru.
Hasil Implementasi ERP:
Implementasi ERP di The North Face menghasilkan beberapa manfaat, seperti:
Peningkatan visibilitas: Sistem ERP memberikan visibilitas real-time ke seluruh
rantai pasokan The North Face, sehingga perusahaan dapat melacak persediaan
dan pengiriman secara lebih efektif.
2. Peningkatan efisiensi: Sistem ERP mengotomatiskan banyak proses manual,
sehingga meningkatkan efisiensi dan mengurangi biaya.
3. Peningkatan layanan pelanggan: Sistem ERP membantu The North Face
meningkatkan layanan pelanggan dengan menyediakan informasi yang akurat
dan terkini tentang produk dan ketersediaan.
4. Peningkatan pengambilan keputusan: Sistem ERP menyediakan data yang
akurat dan real-time untuk membantu The North Face membuat keputusan bisnis
yang lebih baik.
1.
Faktor Keberhasilan:
Implementasi ERP di The North Face dianggap sukses karena beberapa faktor, yaitu:
Dukungan dari manajemen puncak: Manajemen puncak The North Face
berkomitmen penuh untuk implementasi ERP dan memberikan sumber daya yang
diperlukan.
2. Komunikasi yang efektif: Tim proyek secara aktif berkomunikasi dengan seluruh
karyawan tentang manfaat dan perubahan yang akan terjadi dengan implementasi
ERP.
3. Pelatihan yang komprehensif: Karyawan dilatih secara menyeluruh tentang cara
menggunakan sistem ERP yang baru.
1.
4.
Manajemen perubahan yang baik: Tim proyek membantu karyawan beradaptasi
dengan perubahan proses bisnis dan sistem baru.
Pertanyaan
Daftar Pertanyaan
1. Jelaskan Manfaat Arsitektur Data yang Efektif?
2. Jelaskan Jenis-jenis Arsitektur Data?
3. Jelaskan Memilih Arsitektur Data yang Tepat?
4. JelaskanArsitektur Aplikasi?
5. Jelaskan Komponen Utama Arsitektur Aplikasi?
6. Jelaskan Sistem Arsitektur Perusahaan?
7. Jelaskan Arsitektur Data (Data Architecture?
8. Jelaskan Komponen Penting dalam Arsitektur Data?
9. Jelaskan Arsitektur Teknologi?
10. Jelaskan Metodologi dan Kerangka Kerja?
11. Jelaskan Siklus Hidup Pengembangan? Sistem?
12. Jelaskan Manajemen Proyek: Definisi, Tujuan, Tahapan, dan Elemen?
13. Jelaskan Peran dan Tanggung Jawab Proyek?
14. Jelaskan Arsitektur Entrepreneur Resource Planning?
15. Jelaskan Permasalahan Platform di ERP?
16. Jelaskan Studi Kasus?
17. Jelaskan ERP dan Virtualisasi: Kombinasi Kuat untuk Efisiensi Bisnis?
18. Jelaskan Organisasi dan pendekataan Implementasi ERP?
19. Jelaskan Komponen ERP?
20. Jelaskan Contoh Implementasi ERP di Berbagai Bidang?