Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                
KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat,hidayah,inayah,dan bimbingan-Nya sehingga kami dapat menyusun dan menyelesaikan makalah pada mata kuliah maternitas dengan judul “ Demografi” sesuai dengan waktu yang di tentukan. Adapun penyusunan makalah ini guna memenuhi kriteria ketuntasan nilai pada mata kuliah di akademi keperawatan Abulyatama.kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini tak lepas dari bimbingan dosen pembimbing pada mata kuliah untuk itu pada kesempatan ini kami menghaturkan rasa terima kasih kepada beliau. Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih terdapat banyak kekurangan sehingga kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat konstruktif bagi kesempurnaan makalah ini.Akhirnya kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua Aceh Besar, April 2015 Penyusun DAFTAR ISI KATA PENGANTAR i DAFTAR ISI ii BAB I PENDAHULUAN 1 Latar Belakang 1 Rumusan Masalah 1 Tujuan 1 BAB II PEMBAHASAN 2 Pengertian 2 Variabel Utama Demografi 2 Sumber Data Kependudukan 2 Dinamika Penduduk 3 Laju Pertumbuhan Penduduk 3 Ukuran-ukuran dasar demografi 4 Persebaran Penduduk Indonesia 5 Migrasi 6 Transmigrasi 7 Piramida Penduduk 8 Transisi Demografi 10 Faktor-Faktor Demografik yang mempengaruhi Laju Pertumbuhan Penduduk 12 Srategi pendekatan dan cara operasional program Pelayanan KB 19 BAB III PENUTUP 25 Kesimpulan 25 Saran 25 DAFTAR PUSTAKA 26 BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Dalam kamus umum Bahasa Indonesia edisi Balai Pustaka, Demografi berarti ilmu kependudukan: ilmu tentang susunan, dan pertumbuhan penduduk; ilmu yang memberikan uraian atau lukisan berupa statistik mengenai suatu bangsa dilihat dari sudut sosial politik. Demografi berasal dari kata demos, artinya rakyat atau penduduk dan graphien berarti mencitra, menulis, melukis atau gambaran tentang penduduk pada suatu Negara atau wilayah. Namun, inti persoalan yang dipelajari dalam demografi itu sendiri semuanya hampir sama, bahwa Demografi adalah ilmu pengetahuan yang secara kuantitatif dan kualitatif manganalisis penduduk mengenai jumlah, struktur, dan perkembangannya. Data yang diperoleh untuk keperluan demografi ini digunakan untuk menyusun perencanaan, dengan memberi gambaran penduduk atau masa yang akan datang dibandingkan dengan pada masa lampau. Data yang diperoleh juga digunakan untuk pembangunan disegala bidang seperti: bidang pendidikan dan bidang-bidang lain yang memerlukan data khusus demografi ini. Data demografi tentang jumlah penduduk menurut kelompok umur, jenis kelamin yang sangat diperlukan dalam kebijakan-kebijakan yang akan diambil oleh pemerintah pusat, dan daerah. Sumber data demografi yaitu: Hasil sensus (biasanya dilakukan oleh Badan Pusat Statistik sebagai keperluan-keperluan formal seperti: pemilu) Hasil survey mengenai penduduk, dilakukan dari tingkat satuan terkecil seperti RT. Rumusuan Masalah Apa yang dimaksud dengan Demografi ? Apa Saja Fakto-Faktor dan Teori Kependudukan ? Apa Saja Permasalahan Demografi atau Kependudukan ? Tujuan Mengetahui dan Memahami Arti Demografi Memahami Tentang Faktor-Faktor dan Teori Kependudukan Menetahu Tentang Apa Saja Permasalaha Penduduk BAB II PEMBAHASAN Pengertian Kependudukan atau demografi adalah ilmu yang mempelajari dinamika kependudukan  manusia. Demografi meliputi ukuran, struktur, dan distribusi penduduk, serta bagaimana jumlah penduduk berubah setiap waktu akibat kelahiran, kematian, migrasi, serta penuaan. Analisis kependudukan dapat merujuk masyarakat secara keseluruhan atau kelompok tertentu yang didasarkan kriteria seperti pendidikan,kewarganegaraan, agama, atau etnisitas tertentu. Demografi berasal dari Bahasa Yunani yaitu : Demos : Rakyat dan Grafein : Menulis. Jadi Demografi adalah Tulisan tulisan tentang rakyat/penduduk (ilmu kependudukan) Menurut Donald J Boque : Ilmu yang mempelajari secara statistik dan matematik tentang besar, komposisi dan distribusi penduduk beserta perubahannya sepanjang masa, melalui bekerjanya lima komponen demografi yaitukelahiran (fertilitas), kematian (mortalitas), perkawinan, migrasi dan mobilitas sosial. Variabel utama demografi: Kelahiran (natalitas) Kematian (death/mortalitas) Migrasi (perpindahan) Ketiga Variabel ini akan mempengaruhi keadaan dan komposisi penduduk (umur dan jenis kelamin) Sumber data kependudukan : Sensus Penduduk (SP). Indonesia telah melakukan sesus pada tahun ’71, ’80, ’90, dan 2000 (SP71, SP80, SP90, dan SP2000) Survey penduduk, yaitu diataranya : SUPAS (Survei Penduduk Antar Sensus) pada tahun 1985 dan 1995. Susenas (Survei Sosial Ekonomi Nasional) SKRT (Survei Kesehatan Rumah Tangga) SDKI (Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia) Registrasi Penduduk, misalnya : Akte Kelahiran, Akta Nikah, Pembuatan KTP. Seiring dengan waktu untuk mengetahui keadaan penduduk mengalami perubahan. Info kependudukan berkaitan dengan keakuratan data, data kependudukan yang tidak akurat menyebabkan informasi yang dihasilkan salah. Padahal data tersebut digunakan sebagai perencanaan pembangunan. Dinamika penduduk : Dinamika penduduk akan melahirkan push and pull theory, yaitu Pertumbuhan penduduk merupakan keseimbangan yang dinamis antara kekuatan-kekuatan yang menambah dan mengurangi Kekuatan menambah (dorong/push) : kelahiran, imigrasi Kekuatan mengurangi (tarik/pull) : kematian, emigrasi. Laju pertumbuhan penduduk Penduduk Indonesia dari tahun ke tahun selalu bertambah. Perubahan jumlah penduduk ini disebut sebagai pertumbuhan penduduk. Pertumbuhan penduduk adalah bertambah atau berkurangnya jumlah penduduk di suatu daerah atau negara dalam kurun waktu tertentu.Tingkat pertumbuhan penduduk di negara kita masih termasuk tinggi. Pengukuran laju pertumbuhan penduduk yaitu : Rate of natural increase (pertumbuhan penduduk alami) Pt = Po + ( B - D) + (Mi – Mo) Pertumbuhan Geometri Pt = Po. (1+r) n Pertumbuhan Eksponential Pt = Po. e r. n Keterangan : Pt : jumlah penduduk pada waktu sesudahnya (P=population) Po : jumlah penduduk pada waktu terdahulu (awal) B : kelahiran yang terjadi pada jangka waktu antara kedua kejadian tersebut (B=Birth) D : Jumlah kematian yang terjadi pada jangka (Death=mati) Mi : migrasi masuk pada jangka waktu yang sama (M=migration) Mo :migrasi keluar pada jangka waktu yang sama r : angka pertumbuhan penduduk (r=rate) n : lamanya waktu antara Po dengan Pt (n=number) e : angka eksponential = 2,71828 (e=eksponential/pangkat) Pertumbuhan penduduk di suatu daerah/negara disebabkan oleh faktor-faktor demografi : Angka kelahiran, fertilitas, natalitas/birth rate Angka kematian, mortalitas/death rate. Migrasi masuk (imigrasi) yaitu masuknya penduduk ke suatu daerah tempat tujuan (area of destination) Migrasi keluar (emigrasi) yaitu perpindahan penduduk keluar dari suatu daerah asal (area of origin) Ukuran-ukuran dasar demografi Rate Angka yang menunjukkan kemungkinan terjadinya suatu kejadian/penyakit tertentu dalam populasi dan waktu tertentu atau perbandingan antara kejadian dengan jumlah penduduk yang memiliki resiko kejadian tersebut. Digunakan untuk menyatakan dinamika dan kecepatan kejadian tertentu dalam masyarakat. Besarnya Rate = X x Konstanta (K) Contoh : Morbidity rate, Mortality rate, Natality rate) Rasio / Ratio                  Perbandingan antara nomerator dan denominator pada suatu waktu, atau perbandingan 2 bilangan yang tidak saling tergantung dan digunakan untuk menyatakan besarnya kejadian. Besarnya rasio = X Proporsi                  Perbandingan antara pembilang (Numerator) dengan penyebut (denominator) dimana Numerator termasuk/bagian dari denominator, dengan satuan %. Proporsi = X x 100 ( X+Y) Rata-rata           Yaitu ukuran nilai tengah yang diperoleh dengan cara menjumlahkan semua nilai pengamatan yang didapat kemudian dibagi banyaknya pengamatan yang ada. Frekuensi                  Yaitu ukuran yang menyatakan berapa kali aktivitas/suatu kegiatan dilaksanakan pada periode waktu tertentu. Cakupan                  Ukuran untuk menilai pencapaian hasil pelaksanaan dari suatu terget kegiatan yang ditentukan pada periode tertentu. Persebaran Penduduk Indonesia Beberapa daerah di Indonesia penduduknya masih sangat sedikit, atau masih kekurangan jumlah penduduk (under population). Contohnya di Papua, kepadatan penduduk rata-rata hanya 4 jiwa per kilometer persegi. Sementara pulau Jawa kepadatan penduduknya mencapai 945 jiwa per kilometer persegi. Pulau Jawa dan Madura dengan luas 132 ribu km2 berpenduduk 137 juta jiwa pada tahun 2010. Pulau-pulau lain di Indonesia, dengan luas berkali lipat dari pulau Jawa jika seluruh penduduknya dijumlahkan tidak dapat mencapai jumlah penduduk yang tinggal di pulau Jawa. Bagaimana dampak penduduk yang tidak merata tersebut? Kondisi persebaran penduduk yang tidak merata merupakan sebuah permasalahan tersendiri bagi pelaksanaan pembangunan, karena di daerah dengan penduduk yang padat berarti tersedia cukup banyak tenaga kerja. Namun pada daerah lain seperti di Kalimantan dan Papua, terjadi kekurangan tenaga kerja sebagai sumber daya manusia untuk melaksanakan pembangunan. Bagaimana mengatasi masalah tersebut? Salah satu cara untuk mengatasi masalah tersebut tentu dengan mendatangkan tenaga terampil dari daerah-daerah lain. Penduduk terpadat di Indonesia adalah Pulau Jawa. Mengapa demikian? Hal ini tidak lepas dari sejarah kehidupan masyarakat Indonesia. Pulau Jawa adalah daerah yang sangat subur dan telah lama berkembang pertanian tradisional. Pada masa lalu, masyarakat masih mengembangkan pola ekonomi tradisional berupa pertanian. Lokasi Pulau Jawa yang sebagian besar wilayahnya mudah terjangkau menjadi salah satu penyebab persebaran penduduk di Pulau Jawa terus terjadi. Pulau Jawa juga merupakan pusat perkembangan politik pada masa pengaruh Hindu, Buddha, Islam, dan masa penjajahan. Pusat pemerintahan Sarana dan prasarana di Pulau Jawa cukup lengkap. Pulau Jawa merupakan pusat kegiatan ekonomi Pulau Jawa tanahnya paling subur dan reliefnya datar Pulau Jawa merupakan pusat pendidikan Dampak persebaran penduduk yang tidak merata: Pembangunan nasional tidak dapat berjalan secara maksimal Membahayakan pertahanan nasional Indonesia Upaya mengatasi peserbaran penduduk yang tidak merata : Memindahan penduduk dari daerah yang padat ke daerah yang jarang penduduknya Memindahkan pusat-pusat kegiatan ekonomi ke luar Jawa Membangun sarana dan prasana yang memadai baik di bidang pendidikan, tranportasi, pertanian, perkebunan, dll. Migrasi Perpindahan penduduk dari suatu daerah ke daerah lain, yaitu : Urbanisasi Transmigrasi Migrasi internal, yaitu Perpindahan penduduk dari suatu daerah ke daerah lain dalam suatu negara. Perpindahan penduduk keluar dari suatu daerah asal disebut migrasi keluar/emigrasi ,sedangkan masuknya penduduk kesuatu daerah tujuan disebut migrasi masuk./imigrasi Migrasi ini ada 2 macam : Migrasi Bruto Jumlah migrasi masuk dan keluar dalam suatu daerah atau negara. Angka Migrasi Bruto Angka yang menunjukan banyaknya migran masuk dan migran keluar selama satu tahun di bagi penduduk pada pertengahan tahun (1 Juli) Rumus : jumlah migran masuk + migran keluar Jumlah penduduk pertengahan tahun X 1000 Migrasi Neto Merupakan selisih antara migrasi masuk dan migrasi keluar, migrasi neto posistif jika migrasi masuk lebih besar dari pada migrasi keluar, sedangkan migrasi neto negatif adalah sebaliknya. Angka Migrasi Neto Angka yang menunjukan selisih jumlah migran masuk dan migran keluar selama satu tahun di bagi penduduk pada pertengahan tahun . Rumus : jumlah migran masuk - migran keluar Jumlah penduduk pertengahan tahun X 1000 Migrasi semasa hidup Adalah penduduk yang tempat tinggal saat pencacahan berbeda dengan tempat  kelahirannya. Proyeksi penduduk Perhitungan jumlah penduduk di masa yang akan datang berdasarkan asumsi arah perkembangan fertilitas, mortalitas dan migrasi Diperlukan untuk perencanaan (beras, kesehatan, kesempatan kerja dll). Transmigrasi Beberapa pulau besar di Indonesia seperti di Sumatra, Kalimantan, dan Papua dapat ditemukan beberapa daerah yang merupakan lokasi transmigrasi. Sebagai contoh apabila kamu tinggal di Kabupaten Lampung Selatan, kamu akan menemukan daerah yang memiliki bahasa berbeda-beda. Apabila kamu tinggal di dekat Kecamatan Tanjungsari dan Merbau Mataram, kamu menemukan masyarakat yang sebagian besar menggunakan Bahasa Jawa. Transmigrasi adalah perpindahan penduduk dari suatu daerah atau pulau yang berpenduduk padat ke daerah atau pulau yang berpenduduk jarang dalam rangka untuk kepentingan pembangunan nasional. Transmigrasi dapat berupa perpindahan penduduk dalam satu daerah, tetapi juga dapat dilakukan antar provinsi atau antar pulau. Transmigrasi dalam satu daerah misalnya penduduk di Garut Utara, Jawa Barat dipindahkan ke Garut Selatan yang penduduknya masih sangat jarang. Pada saat ini transmigrasi dalam satu daerah sangat jarang ditemukan di Pulau Jawa, karena hampir semua lokasi di Pulau Jawa sudah padat penduduknya. Transmigrasi dapat dilakukan atas kehendak sendiri maupun mengikuti program pemerintah. Tujuan pelaksanaan program transmigrasi di Indonesia : Pemerataan penduduk. Agar penduduk tidak memusat di suatu lokasi, maka mereka disebar ke berbagai daerah dan pulau. Transmigrasi juga secara tidak langsung turut membentuk persebaran sumber daya manusia, alam, budaya baru di lokasi kedatangan. Meningkatkan taraf hidup masyarakat. Lahan yang sempit di Pulau Jawa ketika diolah mungkin hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Suatu keluarga akan memperoleh lahan luas Masalah pengangguran juga terselesaikan Menanggulangi bencana alam. Sebagai contoh, penduduk di sekitar daerah rawan bencana seperti Gunung Merapi dan Gunung Sinabung dipindahkan ke daerah lain yang tidak berbahaya. Menjaga persatuan dan kesatuan bangsa   Dampak Positif Transmigrasi Memeratakan kepadatan penduduk. Meningkatkan hasil pertanian dan kesejahteraan masyarakat. Merangsang pembangunan di daerah baru. Memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa melalui pembauran antarsuku bangsa. Dampak Negatif Transmigrasi Berkurangnya areal hutan untuk lahan permukiman. Terganggunya habitat hewan liar di daerah tujuan transmigrasi. Pada beberapa kasus, pelaksanaan transmigrasi terkadang menimbulkan kecemburuan sosial antara penduduk asli dengan para pendatang. Piramida Penduduk Komposisi penduduk perlu diketahui untuk berbagai hal antara lain : Untuk mengetahui sumber daya manusia yang tersedia atas dasar usia maupun jenis kelamin Untuk mengambil kebijakan yang berhubungan dengan kependudukan Untuk studi komparatif antar daerah Untuk mengetahui proses demografi Komposisi umur dan jenis kelamin paling penting karena tidak hanya diketahui keadaan penduduk secara biologis, namun juga kondisi penduduk secara ekonomi dan sosial. Dengan mengetahui susunan penduduk menurut umur dan jenis kelamin, maka dapat diketahui kemungkinan bertambahnya penduduk di masa yang akan datang. Komposisi penduduk menurut umur dan jenis kelamin dapat disajikan dalam bentuk grafik yang disebut piramida penduduk, yaitu grafik batang dengan ketentuan sebagai berikut: Sumbu vertikal untuk interval usia Sumber horizontal untuk jumlah penduduk dalam persen Sebelah kiri untuk penduduk laki-laki, sebelah kanan untuk penduduk wanita. Dasar sumbu vertikal untuk kelompok usia termuda, semakin ke atas semakin tua Puncak piramida untuk penduduk tertua, biasanya dalam interval terbuka Komposisi penduduk menurut umur menggunakan interval 5 tahun yaitu : 0-4, 5-9, 10-14, 15-19, 20-24, 25-29, 30-34, 35- 39, 40- 44, 45-49, 50-54, 55-59, 60-64, 65-69, 70-74, 75+ Model Piramida Jenis Penduduk / Jenis Piramida CIRI MUDA TETAP TUA Angka Kelahiran Kasar (Crude Birth Rate) Tinggi Tidak Tinggi Menurun sangat pesat Angka Kematian Kasar (Crude Death Rate) Rendah Rendah Sangat kecil Bentuk Model Piramida penduduk Muda contohnya adalah Indonesia, India, Filipina, Brazili. Piramida penduduk Muda biasanya pada negara-negara berkembang. Model piramida penduduk Tetap contohnya : Belanda, Swedia, Australia.Model Piramida penduduk Tua contohnya adalah Jerman, Belgia, Swiss, Spanyol. Untuk menentukan kategori suatu penduduk, apakah termasuk tua atau muda dapat dipakai usia median ataupun persentase jumlah penduduk di beberapa kelompok usia sebagai berikut : Kriteria Penduduk Tua Penduduk Menengah Penduduk Muda Kelompok Umur 0 -14 th 30 % Diantara Tua dan Muda > 40% 15 – 64 th > 60% 55% 65 + th >10 % 5% Umur median > 30 th 20 th Sumber Nurdin, 1991 Berdasarkan piramida penduduk, kita dapat membuat perbandingan berbagai karakteristik penduduk menurut Dependency Ratio (Rasio Ketergantungan) dan Sex Ratio (Rasio jenis kelamin). Dependency Ratio Perbandingan antara penduduk usia tidak produktif terhadap yang produktif. d.r = ( P 0-14) + (P65+) x K (P15-64) Keterangan : d.r = dependency ratio p = jumlah populasi usia tertentu k = konstanta, biasanya kasus kontrol = 100 (%) Angka beban tanggungan Jateng (2003) adalah 51,61%. Sex Ratio Sex ratio digunakan untuk mengukur komposisi jenis kelamin. Sex Ratio =  penduduk laki-laki x 100  penduduk perempuan Rasio jenis kelamin untuk Jateng (2003) adalah 99 % TRANSISI DEMOGRAFI Transisi demografi adalah perubahan terhadap fertilitas dan mortilitas yang besar. Perubahan atau transisi tersebut dapat digambarkan sebagai berikut : Pada gambar diatas terlihat transisi penduduk ada posisi stabil pada tingkat kelahiran tinggi, menjadi turun ke stabil pada kelahiran dan kematian rendah. Pada keadaan I Tingkat kelahiran dan kematian tinggi antara 40 sampai 50. Keadaannya masih alami tingkat kelahiran tinggi/ tidak terkendali dan tingkat ekonomi yang rendah, sehingga kesehatan dan gizi lingkungan kurang mendukung. Akibatnya kelaparan dan kejadian penyakit tinggi sehingga tingkat kematian pun tinggi (kondisi pra intervensi/pembangunan). Pada keadaan II Angka kematian turun lebih dahulu akibat peningkatan pembangunan dan teknologi, misalnya dibidang kesehatan, lingkungan, perumahan dan lain-lain. Kondisi ekonomi makin membaik akibat pembangunan dan pendapatan penduduk meningkat sehingga kesehatan semakin baik. Akibatnya tingkat kelahiran tetap tinggi (makin sehat) tetapi angka kematian menurun (akibat kesehatan dan lain- lain). Pada kondisi ini akan terasa tingginya laju pertumbuhan penduduk alami, seperti dialami indonesia pada periode tahun 1970 sampai 1980 dengan angka pertumbuhan 2,32 % per tahun. Pada keadaan III Terjadi perubahan akibat pembangunan dan juga upaya pengendalian penduduk, maka sikap terhadap fertilitas berubah menjadi cenderung punya anak sedikit, maka turunnya tingkat kematian juga diikuti turunnya tingkat kelahiran sehingga pertumbuhan penduduk menjadi tidak tinggi lagi. Keadaan tersebut dapat dilihat pada pertumbuhan penduduk indonesia periode 1980 sampai 1990 yang turun menjadi 1,85 %. Pada keadaan IV Bila penurunan tingkat kelahiran dan kematian berlangsung terus menerus, maka akan mengakibatkan pertumbuhan yang stabil pada tingkat yang rendah indonesia sedang menuju/mengharap tercapainya kondisi ini yaitu penduduk bertambah sangat rendah atau tanpa pertumbuhan. Demikian lah gambaran transisi demografi yang dapat dipercepat dengan peningkatan pembangunan terutama bidang ekonomi, kesehatan, pendidikan, dan kb. Menurut blacker (1947) ada 5 phase dalam teori transisi demografi, dimana khususnya phase 2 dan 3 adalah phase transisi. Tahap-tahap dalam transisi demografi Tahap stasioner tinggi Tingkat kelahiran: tinggi Tingkat kematian: tinggi Pertumbuhan alami: nol/sangat rendah Contoh: eropa abad 14 Tahap awal perkembangan Tingkat kelahiran: tinggi (ada budaya pro natalis) Tingkat kematian: lambat menurun Pertumbuhan alami: lambat Contoh: india sebelum pd ii Tahap akhir perkembangan Tingkat kelahiran: menurun Tingkat kematian: menurun lebih cepat dari tingkat kelahiran Pertumbuhan alami: cepat Contoh: australia, selandia baru tahun ‘30an Tahap stasioner rendah Tingkat kelahiran: rendah Tingkat kematian: rendah Pertumbuhan alami: nol/sangat rendah Contoh: perancis sebelum pd ii Tahap menurun Tingkat kelahiran: rendah Tingkat kematian: lebih tinggi dari tingkat kelahiran Pertumbuhan alami: negatif Contoh: jerman timur & barat tahun ‘75 Ada beberapa masalah dalam mengaplikasikan teori transisi demografi bagi negara-negara berkembang. Bila di eropa, penurunan mortalitas lebih dikarenakan pembangunan sosio ekonomi, namun penurunan mortalitas dan fertilitas di negara-negara berkembang lebih karena pengaruh faktor-faktor lain seperti: peningkatan pemakaian kontrasepsi, peningkatan perhatian pemerintah, modernisasi, pembangunan dll. Faktor-Faktor Demografik Yang Mempengaruhi Laju Pertumbuhan Penduduk Angka Kelahiran (Fertilitas) Fertilitas dalam pengertian demografi adalah kemampuan seorang wanita secara riil untuk melahirkan yang diwujudkan dalam jumlah bayi yang senyatanya dilahirkan. Tinggi rendahnya kelahiran erat hubungannya dan tergantung Pada struktur umur, banyaknya kelahiran, banyaknya perkawinan, penggunaan alat kontrasepsi, aborsi, tingkat pendidikan, status pekerjaan, serta pembangunan. Berikut ini faktor pendorong dan faktor penghambat kelahiran. faktor pendorong kelahiran (pronatalitas) anggapan bahwa banyak anak banyak rezeki. sifat alami manusia yang ingin melanjutkan keturunan. pernikahan usia dini (usia muda). adanya anggapan bahwa anak laki-laki lebih tinggi nilainya, jika dibandingkan dengan anak perempuan, sehingga bagi keluarga yang belum memiliki anak laki-laki akan berusaha untuk mempunyai anak laki-laki. adanya penilaian yang tinggi terhadap anak, sehingga bagi keluarga yang belum memiliki anak akan berupaya bagaimana supaya memiliki anak. Faktor penghambat kelahiran (antinatalitas) adanya program keluarga berencana (kb). kemajuan di bidang iptek dan obat-obatan. adanya peraturan pemerintah tentang pembatasan tunjungan anak bagi pns. adanya uu perkawinan yang membatasi dan mengatur usia pernikahan. penundaan usia pernikahan karena alasan ekonomi, pendidikan dan karir. adanya perasaan malu bila memiliki banyak anak Angka Kematian (Mortalitas) Angka kematian dibedakan menjadi tiga macam yaitu angka kematian kasar, angka kematian khusus, dan angka kematian bayi. Tinggi rendahnya angka kematian penduduk dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu faktor pendorong dan faktor penghambat. faktor pendorong kematian (promortalitas) adanya wabah penyakit seperti demam berdarah, flu burung dan sebagainya. adanya bencana alam seperti gempa bumi, tsunami, banjir dan sebagainya. kesehatan serta pemenuhan gizi penduduk yang rendah. adanya peperangan, kecelakaan, dan sebagainya. tingkat pencemaran yang tinggi sehingga lingkungan tidak sehat. faktor penghambat kematian (antimortalitas) tingkat kesehatan dan pemenuhan gizi masyarakat yang sudah baik. negara dalam keadaan aman dan tidak terjadi peperangan. adanya kemajuan iptek di bidang kedokteran sehingga berbagai macam penyakit dapat diobati. adanya pemahaman agama yang kuat oleh masyarakat sehingga tidak melakukan tindakan bunuh diri atau membunuh orang lain, karena ajaran agama melarang hal tersebut. Migrasi Migrasi merupakan salah satu faktor yang memengaruhi angka pertumbuhan penduduk. Migrasi adalah perpindahan penduduk. Orang dikatakan telah melakukan migrasi apabila orang tersebut telah melewati batas administrasi wilayah lain. Jenis-jenis migrasi: transmigrasi (perpindahan dari satu daerah (pulau) untuk menetap ke daerah lain di dalam wilayah republik indonesia). urbanisasi (perpindahan penduduk dari desa ke kota besar) emigrasi (perpindahan penduduk dari dalam negeri kemudian menetap di luar negeri). Imigrasi (kebalikan dari emigrasi) Re-emigrasi (kembali ke tempat asal) migrasi keluar adalah keluarnya penduduk dari suatu wilayah menuju wilayah lain dan bertujuan untuk menetap di wilayah yang didatangi. migrasi masuk adalah masuknya penduduk dari wilayah lain ke suatu wilayah dengan tujuan menetap di wilayah tujuan. Migrasi keluar adalah orang yang melakukan migrasi ditinjau dari daerah asalnya, sedangkan migrasi masuk adalah orang yang melakukan migrasi ditinjau dari daerah tujuannya. Angka Kematian Bayi (AKB) Masa bayi merupakan masa keemasan seorang anak manuasia, calon generasi dari sebuah negara. Bayi merupakan investasi masa depan bangsa. Kelak ia akan menjadi penerus perjuangan bangsa dalam mewujudkan kemajuan dan cita-cita bangsa. Maka dari itu, masa bayi yang merupakan masa awal kehidupan seorang calon penerus bangsa, haruslah mendapatkan perhatian yang serius. Kurangnya perhatian terhadap masa-masa keemasan anak, terutama pada awal-awal masa kehidupannya yakni masa bayi, kerap kali menimbulkan masalah. Pengasuhan dan perlakuan yang kurang baik sebagai wujud kurangnya perhatian terhadap pentingnya kesehatan bayi dapat menyebabkan gangguan kesehatan pada bayi bahkan yang sangat fatal ialah kematian bayi. Hal ini kerap kali tercermin salah satunya melalui pelayanan kesehatan yang kurang maksimal pada ibu dan bayi. Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia masih tinggi. Data Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2004 menyatakan AKB di Indonesia ialah 35 per 1.000 kelahiran hidup. Kemudian pada SDKI tahun 2007 AKB di Indonesia menjadi 34 per 1.000 kelahiran hidup. Walaupun ini masih dalam kriteria rendah, namun AKB di Indonesia masih menjadi masalah kesehatan di Indonesia, khususnya berkenaan dengan kesehatan ibu dan anak. Data AKB menurut World Health Organization (WHO) ialah sebesar 35 per 1.000 kelahiran hidup untuk tahun 2012. Pada tahun 1990 silam, AKB secara global sebesar 63 per 1.000 kelahiran hidup. Menurut laporan WHO pada tahun 2000, Angka Kematian Bayi (AKB) di dunia 54 per 1000 kelahiran hidup kemudian tahun 2006 menjadi 49 per 1000 kelahiran hidup (Wijaya, 2010). Dari data tersebut, AKB dunia menduduki kriteria sedang. Kedua data AKB tersebut dapat kita bandingkan dengan targetan MDGs untuk AKB, yakni 23 per 1.000 kelahiran hidup pada tahun 2015. Indonesia masih harus bekerja keras untuk mewujudkan targetan MDGs tersebut dalam kurun waktu kurang lebih 2 tahun yang tersisa. Begitu juga dengan dunia, yang dengan perbedaan yang semakin beragam terutama dalam hal kebijakan dan pelayanan kesehatan serta kultur sosial dan ekonomi, juga harus berjuang bersama guna mewujudkan target MDGs untuk menurunkan AKB menjadi 23 per 1.000 kelahiran hidup pada tahun 2015. Melihat fenomena ini, sebenarnya sulit rasanya untuk menyatakan bahwa pelayanan kesehatan untuk ibu dan bayi di Indonesia sudah baik. Masih banyak yang harus dibenahi, terutama dalam sistem baik perencanaan, implementasi, maupun evaluasi. Disamping itu, praktik monitoring terhadap pelaksanaannya di lapangan juga sudah seharusnya mendapat perhatian. Hal itu guna menyelaraskan konsep kebijakan di bagian top dan bottom agar dapat berjalan seirama sesuai rencana bersama. Angka Kematian Bayi menjadi sesuatu yang penting untuk dicegah karena masih merupakan masalah di bidang kesehatan. Seperti yang telah saya sampaikan pada bagian awal tulisan ini, bayi merupakan tahap awal perjalanan hidup seorang manusia penerus perjuangan bangsa. Bayi merupakan investasi sumber daya manusia (SDM) untuk masa yang akan datang. Kualitas kehidupan bayi secara tidak langsung akan menjadi estimasi kualitas kehidupan bangsa di masa yang akan datang. Selain itu, AKB turut menjadi salah satu indikator dalam menilai tingkat kesejahteraan dan derajat kesehatan suatu bangsa. Setiap keluarga mendamba kehadiran dan kelahiran bayi yang akan meneruskan silsilah keluarga. Oleh karena itu, masalah AKB ini sudah barang tentu bukan hanya menjadi permasalahn bangsa, negara, ataupun dunia saja, melainkan juga menjadi permasalahan keluarga. Maka dari itu, upaya penurunan AKB ini juga merupakan tanggung jawab keluarga sebagai lingkup organisasi yang pertama. Membangun kesadaran keluarga dalam memelihara dan memperhatikan kesehatan bayi sejak sedini mungkin merupakan upaya pertama yang kemudian akan memudahkan pengorganisasian program-program ataupun kebijakan pemerintah dalam menurunkan AKB, khususnya dalam rangka pencapaian target MDGs pada 2015. Oleh karena masih tingginya AKB di Indonesia dan di dunia merupakan masalah dan tanggung jawab kita bersama, maka sudah seharusnya kita berupaya bersama dalam menyelesaikan masalah ini. Mari memulai langkah pertama dari lingkup yang paling kecil. Tanamkan pemahaman dan kesadaran dalam diri pribadi bahwa permasalahan ini layak untuk mendapat tempat dalam porsi pikir kita semua, lanjutkan untuk bertindak di tingkat keluarga. Jika setiap keluarga menyadari hal ini dan turut andil dan ambil bagian dalam upaya penurunan AKB dengan penuh komitmen, pencapaian target MDGs untuk menurunkan AKB menjadi 23 per 1.000 kelahiran hidup bukanlah merupakan suatu kemustahilan. Angka Kematian Ibu Melahirkan (AKI) Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu indikator untuk melihat derajat kesehatan perempuan. Angka kematian ibu juga merupakan salah satu target yang telah ditentukan dalam tujuan pembangunan millenium yaitu tujuan ke 5 yaitu meningkatkan kesehatan ibu dimana target yang akan dicapai sampai tahun 2015 adalah mengurangi sampai ¾ resiko jumlah kematian ibu. Dari hasil survei yang dilakukan AKI telah menunjukkan penurunan dari waktu ke waktu, namun demikian upaya untuk mewujudkan target tujuan pembangunan millenium masih membutuhkan komitmen dan usaha keras yang terus menerus. Masalah kematian Ibu bukanlah masalah si Ibu sendiri akan tetapi merupakan masalah internasional. Setiap Negara seharusnya memilki tanggungjawab untuk menanggulangi dan mencegah bertambahnya kematian ibu di masa kehamilan hingga persalinannya. Tentunya kesadaran dan kepedulian masyarakat terhadap masalah ini menjadi sangat penting di samping juga perhatian terhadap isu-isu reproduksi. Kondisi Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia kenyataan masih tinggi dibanding Negara tetangga seperti Malaysia dan singapura serta menunjukkan peningkatan. Berdasarkan SDKI tahun 1992 mencapai 390/100.000 kelahiran hidup, selanjutnya angka tersebut dapat ditekan terus sampai dengan 228 pada tahun 2007, sedangkan pada tahun 2012 mulai naik sampai dengan angka 359 per 100.000 kelahiran hidup. Untuk mencapai angka yang ditargetkan oleh Millennium Development Goal (MDGs) menjadi 102/100.000 pada tahun 2015 memerlukan kerja keras dari seluruh komponen bangsa. Kematian ibu tentu akan berdampak kepada yang di tinggalkan terutama para ibu yang memilki anak balita. Anak balita memerlukan perlindungan, perawatan dan pengasuhan yang intensif untuk mencapai perkembangan maksimal si anak sehingga anak menjadi sehat dan cerdas, dan itu pada umunya ibu memilki peran yang begitu besar. Banyak ahli menyetujui bahwa kecerdesan seseorang dipengaruhi oleh genetic, namun factor lingkungan juga ikut serta andil dalam memacu kecerdasan seseorang. Study yang dilakukan Hart dan Risley menyimpulkan bahwa: orang tua yang lebih sering berkomunikasi dengan anak skor IQ anak semakin tinggi** Anak dipandang dari sudut agama islam sebagai hiburan, perhiasan, sekaligus sebagai jalan untuk melanjutkan keturunan seseorang, dan Islam menyuruh manusia untuk mempunyai keturunan, sekaligus menegaskan agar keturunannya menjadi baik dan sholeh. Anak memiliki 10 hak yang harus dipenuhi al: hak untuk hidup, pendidikan, keamanan, perilaku adil, pengasuan sampai dengan perawatan (Abd. Al-rahim Umran). Tujuan ini akan sulit dicapai ketika anak di asuh oleh seorang diri ayah. Faktor Penyebab Kematian Ibu Pada dasarnya kematian ibu dapat disebabkan oleh 2 faktor, yakni penyebab langsung dan penyebab tidak langsung: Penyebab langsung: Penyebab kematian ibu secara langsung sangat berkaitan dengan medis, berhubungan dengan komplikasi obstetric selama masa kehamilan, persalinan dan masa nifas (post partum). Berbagai hasil penelitian diketemukan bahwa penyebab kematian ibu terbanyak akibat dari pendarahan. Beberapa penyebab kematian ibu adalah Pendarahan, Eklamsia, Partus lama, Komplikasi aborsi, dan Infeksi. Penyebab tidak langsung: Factor penyebab tidak langsung kematian ibu diakibatkan oleh penyakit yang diderita oleh si ibu, atau penyakit yang timbul selama kehamilan dan tidak ada kaitannya dengan penyebab langsung obstetric, tapi penyakit tersebut diperberat oleh efek fisiologik kehamilan. Beberapa penyebab kematian ibu tidak langsung adalah: pertama, status perempuan dalam keluarga. Perempuan pada status orang ke dua (konco wingking) biasanya tidak akan sanggup mengeluarkan keluhan-keluhan yang berkaitan dengan timbulnya rasa sakit/kelainan yang ada di dalam diri sehubungan dengan kehamilannya, yang akan menyebabkan terhadap keterlambatan dalam penangan medis. Ke dua, keberadaan anak. Keberadaan anak yang satu dengan yang lain terlalu dekat akan menimbulkan perawatan/perhatian anak tidak maksimal, yang hal ini akan mengurangi perhatian terhadap diri seorang ibu dengan kehamilannya. Ke tiga, social budaya. Social budaya yang memarginalkan perempuan akan mempersulit perempuan (ibu) dalam mengambil inisiatif untuk melakukan tindakan, yang akan berakibat pada keterlambatan penangan medis. Ke empat, pendidikan. Pendidikan yang rendah berdampak terhadap pengetahuan yang rendah terhadap hal ikhwal kehamilan dan persalinan. Ke lima, social ekonomi. Penghasilan yang rendah tentu akan berakibat pada banyak hal, seperti pemenuhan gizi ibu hamil, perawatan ibu hamil dan persalinan dll. Ke enam, geografis daerah. Letak klinik yang jauh dan sulit terjangkau akan berakibat terhadap keterlambat pertolongan pelayanan kesehatan ibu hamil/bersalin. (dr. Rosdiana Romli Spog) Upaya penurunan kematian ibu: Sejak otonomi daerah, dukungan pemerintah daerah pada program KB memang jauh menurun. Oleh sebab itu wajar saja, lanjut Agung, jika angka kematian ibu melonjak. “Pemakaian metode KB (Keluarga Berencana) jangka panjang hanya sebesar 10,6 persen. Upaya ditempuh melalui MPS (Making Pregnancy Safer). Ada tiga pesan kunci dalam MPS yang perlu diperhatikan: Setiap persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan yang terlatih Setiap komplikasi obstetric dan neonatal mendapat pelayanan yang adekuat (memadai). Setiap wanita usia subur mempunyai akses terhadap pencegahan kehamilan yang tidak diinginkan dan penanganan komplikasi keguguran. Untuk menekan angka kematian ibu yang disebabkan secara langsung (medis), pemerintah berupaya untuk mendekatkan pelayanan ibu yang berkualitas kepada masyarakat. Adapun upaya yang telah dan sedang ditempuh adalah: Penerapan kebijakan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan antara lain berupa penyediaan fasilitas pertolonga persalinan pada polindes, poliklinik kesehatan desa, puskesmas pembantu serta meningkatkan kemitraan bidan dan dukun bayi. Pelatihan bagi petugas kesehatan dalam rangka meningkatkan ketrampilan dan kualitas pelayanan kesehatan bekerjasama dengan LSM antara lain Organisasi Profesi IBI, PKBI, IDI P2KS, dan P2KP. Penyediaan pelayanan kegawatdaruratan obstetric yang berkualitas, sesuai standart dan kompetensinya, antara lain di Polikilinik Kesehatan Desa oleh Bidan, Puskesmas Pembantu, Puskesmas PONED (Pelayanan Obstetri Neonatal Emergency Dasar) dan rumah sakit PONEK (Pelayanan Obstertrik Neonatal Emergency Kualitas) 24 jam. Mencegah terjadinya kehamilan yang tidak diinginkan melalui pelayanan keluarga berencana (KB) dan penanganan komplikasi keguguran serta memberikan pelayanan aborsi yang aman sesuai peraturan yang berlaku. (Untung Praptohardjo dkk) Dari sisi si Ibu, maka upaya menghindari kematian ibu adalah dengan komitmen yang tinggi untuk dapat menghindari 4 terlalu, yakni: Terlalu Muda melahirkan, yakni menghindari hamil/melahirkan dibawah usia 20 th. Terlalu Tua usia melahirkan, yakni menghindari hamil/melahirkan di atas usia 35 th. Terlalu Dekat jarak kelahiran, yakni menghindari jarak kelahiran anak yang satu dengan yang lain di bawah 3 th. Terlalu Banyak melahirkan, yakni menghindari melahirkan lebih dari 3 anak. Dan juga para ibu beserta keluarga dapat mengantisipasi jangan sampai terjadi 3 TERLAMBAT, yaitu : Terlambat mengambil keputusan untuk menentukan pilihan dimana tempat pelayanan persalinan akan dilakukan. Terlambat mengantar ke tempat persalinan. Terlambat mendapat penanganan persalinan. Dari uraian tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa untuk menekan angka kematian ibu (AKI) perlu adanya upaya yang serius dari berbagai kalangan, baik dari pemerintah, tenaga medis dan masyarakat. Semua pihak agar dapat memahami berbagai penyebab kematian ibu. Berpedoman kepada 4 terlalu dan 3 terlambat akan sangat berarti dalam menghindari kematian ibu dalam melahirkan. Strategi Pendekatan dan Cara Operasional Program Pelayanan KB Strategi pendekatan dalam program keluarga berencana antara lain : Pendekatan kemasyarakatan (community approach). Diarahkan untuk meningkatkan dan menggalakkan peran serta masyarakat (kepedulian) yang dibina dan dikembangkan secara berkelanjutan. Pendekatan koordinasi aktif (active coordinative approach) Mengkoordinasikan berbagai pelaksanaan program KB dan pembangunan keluarga sejahtera sehingga dapat saling menunjang dan mempunyai kekuatan yang sinergik dalam mencapai tujuan dengan menerapkan kemitraan sejajar. Pendekatan integrative (integrative approach) Memadukan pelaksanaan kegiatan pembangunan agar dapat mendorong  dan  menggerakkan potensi yang dimiliki oleh semua masyarakat sehingga dapat menguntungkan dan memberi manfaat pada semua pihak. Pendekatan kualitas (quality approach) Meningkatkan kualitas pelayanan baik dari segi pemberi pelayanan (provider) dan penerima pelayanan (klien) sesuai dengan situasi dan kondisi. Pendekatan kemandirian (self rellant approach) Memberikan peluang kepada sektor pembangunan lainnya dan masyarakat yang telah mampu untuk segera mengambil alih peran dan tanggung jawab dalam pelaksanaan program KB nasional. Pendekatan tiga dimensi ( three dimension approach) Strategi tiga dimensi program KB sebagai pendekatan program KB nasional, dimana program tersebut atas dasar survey pasangan usia subur di Indonesia terhadap ajakan KIE yang terbagi menjadi tiga kelompok, yaitu : 15% PUS langsung merespon “ya” untuk ber-KB 15-55% PUS merespon ragu-ragu“ untuk ber-KB 30 % PUS merespon "tidak“ untuk ber-KB Strategi tiga dimensi dibagi dalam tiga tahap pengelolaan program KB sebagai berikut : Tahap perluasan jangkauan Pola tahap ini penggarapan program lebih difokuskan lebih kepada sasaran : Coverage wilayah Penggarapan wilayah adalah penggarapan program KB lebih diutamakan pada penggarapan wilayah potensial, seperti wilayah Jawa, Bali dengan kondisi jumlah penduduk dan laju pertumbuhan yang besar Coverage khalayak Mengarah kepada upaya menjadi akseptor KB sebanyak-banyaknya. Pada tahap ini pendekatan pelayanan KB didasarkan pada pendekatan klinik Tahap pelembagaan Tahap ini untuk mengantisipasi keberhasilan pada tahap potensi yaitu tahap perluasan jangkauan. Tahap coverage wilayah diperluas jangkauan propinsi luar Jawa Bali. Tahap ini inkator kuantitatif kesertaan ber-KB pada kisaran 45-65 % dengan prioritas pelayanan kontrasepsi dengan metode jangka panjang, dengan memanfaatkan momentum-momentum besar Tahap pembudayaan program KB Pada tahap coverage wilayah diperluas jangkauan propinsi seluruh Indonesia. Sedangkan tahap coverage khalayak diperluas jangkauan sisa PUS yang menolak, oleh sebab itu pendekatan program KB dilengkapi dengan pendekatan Takesra dan Kukesra Adapun kegiatan / cara operasional pelayanan KB adalah sebagai berikut : Pelayanan komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) Pelayanan komunikasi, informasi dan edukasi dilakukan dengan memberikan penerangan konseling, advokasi, penerangan kelompok (penyuluhan) dan penerangan massa melalui media cetak, elektronik. Dengan penerangan, motivasi diharapkan meningkat sehingga terjadi peningkatan pengetahuan, perubahan sikap dan perilaku masyarakat dalam berKB, melalui pendewasaan usia perkawinan, pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga, peningkatan kesejahteraan keluarga sehingga tercapai Norma Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera (NKKBS) Pelayanan kontrasepsi dan pengayoman peserta KB Dikembangkan program reproduksi keluarga sejahtera. Para wanita baik sebagai calon ibu atau ibu, merupakan anggota keluarga yang paling rentan mempunyai potensi yang besar untuk mendapatkan KIE dan pelayanan KB yang tepat dan benar dalam mempertahankan fungsi reproduksi. Reproduksi sehat sejahtera adalah suatu keadaan sehat baik fisk, mental dan kesejahteraan sosial secara utuh pada semua hal yang berhubungan dengan sistem dan fungsi serta proses reproduksi. Bukan hanya kondisi yang bebas dari penyakit dan kecacatan serta dibentuk berdasarkan perkawinan yang sah, mampu memenuhi kebutuhan hidup spiritual dan material, bertaqwa kepada Tuhan YME, memiliki hubungan yang serasi, selaras dan seimbang antar anggota dan antara keluarga  dengan lingkungan. Dalam mencapai sasaran reproduksi sehat, dikembangkan 2 gerakan yaitu: pengembangan gerakan KB yang makin mandiri dan gerakan keluarga sehat sejahtera dan gerakan keluarga sadar HIV/AIDS. Pengayoman, melalui program ASKABI (Asuransi Keluarga Berencana Indonesia), tujuan agar merasa aman dan terlindung apabila terjadi komplikasi dan kegagalan. Peran serta masyarakat dan institusi pemerintah PSM ditonjolkan (pendekatan masyarakat) serta kerjasama institusi pemerintah (Dinas Kesehatan, BKKBN, Depag, RS, Puskesmas). Pendidikan KB Melalui jalur pendidikan (sekolah) dan pelatihan, baik petugas KB, bidan, dokter  berupa pelatihan konseling dan keterampilan. Dampak Program KB terhadap Pencegahan Kelahiran Untuk Ibu, dengan jalan mengatur jumlah dan jarak kelahiran maka manfaatnya : Perbaikan kesehatan badan karena tercegahnya kehamilan yang berulang kali dalam jangka waktu yang terlalu pendek Peningkatan kesehatan mental dan sosial yang dimungkinkan oleh adanya waktu yang cuku untuk mengasuh anak, beristirahat dan menikmati waktu luang serta melakukan kegiatan lainnya 2.      Untuk anak-anak yang dilahirkan, manfaatnya : Anak dapat tumbuh secara wajar karena ibu yang mengandungnya dalam keadaan sehat Sesudah lahir, anak mendapat perhatian, pemeliharaan dan makanan yang cukup karena kehadiran anak tersebut memang diinginkan dan direncanakan 3.      Untuk anak-anak yang lain, manfaatnya : Memberi kesempatan kepada anak agar perkembangan fisiknya lebih baik karena setiap anak memperoleh makanan yang cukup dari sumber yang tersedia dalam keluarga Perkembangan mental dan sosialnya lebih sempurna karena pemeliharaan yang lebih baik dan lebih banyak waktu yang dapat diberikan oleh ibu untuk setiap anak Perencanaan kesempatan pendidikan yang lebih baik karena sumber-sumber pendapatan keluarga tidak habis untuk mempertahankan hidup semata-mata 4.      Untuk ayah, memberikan kesempatan kepadanya agar dapat : Memperbaiki kesehatan fisiknya Memperbaiki kesehatan mental dan sosial karena kecemasan berkurang serta lebih banyak waktu terluang untuk keluarganya 5.      Untuk seluruh keluarga, manfaatnya : Kesehatan fisik, mental dan sosial setiap anggota keluarga tergantung dari kesehatan seluruh keluarga. Setiap anggota keluarga mempunyai kesempatan yang lebih banyak untuk memperoleh pendidikan Hak-hak  konsumen KB Hak atas informasi Hak untuk mengetahui segala manfaat dan keterbatasan pilihan metode perencanaan keluarga. Hak akses. Yaitu hak untuk memperoleh pelayanan tanpa membedakan jenis kelamin, agama dan kepercayaan, suku, status sosial, status perkawinan dan lokasi. Hak pilihan. Hak untuk memutuskan secara bebas tanpa paksaan dalam memilih dan menerapkan metode KB. Hak keamanan Yaitu hak untuk memperoleh pelayanan yang aman dan efektif. Hak privasi Setiap konsumen KB berhak untuk mendapatkan privasi atau bebas dari gangguan atau campur tangan orang lain dalam konseling dan pelayanan KB. Hak kerahasiaan Hak untuk mendapatkan jaminan bahwa informasi pribadi yang diberikan akan dirahasiakan. Hak harkat Yaitu hak untuk mendapatkan pelayanan secara manusiawi, penuh penghargaan dan perhatian. Hak kenyamanan Setiap konsumen KB berhak untuk memperoleh kenyamanan dalam pelayanan. Hak berpendapat Hak untuk menyatakan pendapat secara bebas terhadap pelayanan yang ditawarkan. Hak keberlangsungan Yaitu hak untuk mendapatkan jaminan ketersediaan metode KB secara lengkap dan pelayanan yang berkesinambungan selama diperlukan. Hak ganti rugi Hak untuk mendapatkan ganti rugi apabila terjadi pelanggaran terhadap hak konsumen. Macam Metode Kontrasepsi yang Ada Dalam Program KB Di Indonesia Metode Kontrasepsi Sederhana Metode kontrasepsi sederhana ini terdiri dari 2 yaitu metode kontrasepsi sederhana tanpa alat dan metode kontrasepsi dengan alat. Metode kontrasepsi tanpa alat antara lain : Metode Amenorhoe Laktasi (MAL), Coitus Interuptus, metode Kalender, Metode Lendir Serviks (MOB), Metode Suhu Basal Badan, dan Simptotermal yaitu perpaduan antara suhu basal dan lendir servik. Sedangkan metode kontrasepsi sederhana dengan alat yaitu kondom, diafragma, dan spermisida. Metode Kontrasepsi Hormonal Metode kontrasepsi hormonal pada dasarnya dibagi menjadi 2 yaitu kombinasi (mengandung hormon progesteron dan estrogen sintetik) dan yang hanya berisi progesteron saja. Kontrasepsi hormonal kombinasi terdapat pada pil dan suntikan/injeksi. Sedangkan kontrasepsi hormon yang berisi progesteron terdapat pada pil, suntik dan implant. Metode Kontrasepsi dengan Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) Metode kontrasepsi ini secara garis besar dibagi menjadi 2 yaitu AKDR yang mengandung hormon (sintetik progesteron) dan yang tidak mengandung hormon. Metode Kontrasepsi Mantap Metode kontrasepsi mantap terdiri dari 2 macam yaitu Metode Operatif Wanita (MOW) dan Metode Operatif Pria (MOP). MOW sering dikenal dengan tubektomi karena prinsip metode ini adalah memotong atau mengikat saluran tuba/tuba falopii sehingga mencegah pertemuan antara ovum dan sperma. Sedangkan MOP sering dikenal dengan Vasektomi yaitu memotong atau mengikat saluran vas deferens sehingga cairan sperma tidak diejakulasikan.  Metode Kontrasepsi Darurat Metode kontrasepsi yang dipakai dalam kondisi darurat ada 2 macam yaitu pil dan AKDR. BAB III PENUTUP Kesimpulan Jumlah penduduk pada suatu negara selalu mengalami perubahan yang disebabkan oleh faktor kelahiran, kematian dan migrasi atau perpindahan penduduk. Pertumbuhan penduduk tidak sama pada berbagai tempat, begitu pula tiap daerah, provinsi, kota yang ada di Indonesia. Semakin besar jumlah penduduk, maka semakin besar jumlah sekolah, guru, sarana prasarana yang harus disediakan oleh pemerintah untuk memenuhi kebutuhan pendidikan tersebut. Keterkaitan erat antara demografi dengan pendidikan sangat berperan penting, karena dengan ketersediaan data demografi baik dari sensus, survei maupun pencatatan kejadian-kejadian penting akan di jadikan dasar atau pedoman dalam perencanaan pembangunan bidang pendidikan.Faktor-faktor demografi, diantaranya melalui sensus penduduk, survei ini dapat memberikan gambaran yang lebih jelas untuk membantu dalam perumusan kebijakan misalnya menentukan besar anggaran untuk bidang pendidikan. Saran Hendaknya Pemerintah ikut bertanggung jawab atas bertambahnya penduduk yang relatif cepat.begitu pula membatasi kelahiran untuk meminimalisir keadaan yang sering terjadi diantaranya kematian ibu atau bayi saat proses melahirkan.berikan masukan-masukan dan dorongan pentingnya memelihara kesehatan dan bekerja sama antara masyarakat dan pemerintah. DAFTAR PUSTAKA Purwanto, 1994. Satatistik untuk Keperawatan.Jakarta : EGC. Ali, 2001. Pengantar Metode Satatistik untuk Keperawatan. Depok : Yayasan Bunga Raflesia. Ali, 2001. Dasar-dasar Demografi. Depok : Raflesia Press. Arum, Dyah Noviawati Setya, dkk. 2009. Panduan Lengkap Pelayanan KB Terkini. Yogyakarta: Nuha Medika. 29 4