Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                
PENGARUH DIVERSIFIKASI GEOGRAFIS, DIVERSIFIKASI INDUSTRI, KONSENTRASI KEPEMILIKAN PERUSAHAAN, DAN MASA PERIKATAN AUDIT TERHADAP MANAJEMEN LABA SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan Program Sarjana (S1) pada Program Sarjana Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro Disusun oleh: DEWI FATMAWATI NIM. C2C009151 FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG 2013 i PERSETUJUAN SKRIPSI Nama Penyusun : Dewi Fatmawati Nomor Induk Mahasiswa : C2C009151 Fakultas/Jurusan : Ekonomika dan Bisnis/Akuntansi Judul Skripsi : PENGARUH DIVERSIFIKASI GEOGRAFIS, DIVERSIFIKASI INDUSTRI, KONSENTRASI KEPEMILIKAN PERUSAHAAN, DAN MASA PERIKATAN AUDIT TERHADAP MANAJEMEN LABA Dosen Pembimbing : Prof. H. Arifin Sabeni, M.Com. (Hons), Ph.D, Akt. Semarang, 1 Maret 2013 Dosen Pembimbing, (Prof. H. Arifin Sabeni, M. Com. (Hons), Ph.D., Akt.) NIP 196009091987031023 ii PENGESAHAN KELULUSAN UJIAN Nama Mahasiswa : Dewi Fatmawati Nomor Induk Mahasiswa : C2C009151 Fakultas/Jurusan : Ekonomika dan Bisnis/Akuntansi Judul Skripsi : PENGARUH DIVERSIFIKASI GEOGRAFIS, DIVERSIFIKASI INDUSTRI, KONSENTRASI KEPEMILIKAN PERUSAHAAN, DAN MASA PERIKATAN AUDIT TERHADAP MANAJEMEN LABA Telah dinyatakan lulus ujian pada tanggal 20 Maret 2013 Tim Penguji 1. Prof. H. Arifin Sabeni, M.Com. (Hons), Ph.D., Akt. ( ) 2. Daljono, S.E., M.Si., Akt. ( ) 3. Dr. Hj. Zulaikha, M.Si., Akt. ( ) iii PERNYATAAN ORISINALITAS SKRIPSI Yang bertanda tangan di bawah ini saya, Dewi Fatmawati, menyatakan bahwa skripsi dengan judul: PENGARUH DIVERSIFIKASI GEOGRAFIS, DIVERSIFIKASI INDUSTRI, KONSENTRASI KEPEMILIKAN PERUSAHAAN, DAN MASA PERIKATAN AUDIT TERHADAP MANAJEMEN LABA, adalah hasil tulisan saya sendiri. Dengan ini saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat keseluruhan atau sebagian tulisan orang lain yang saya ambil dengan cara menyalin atau meniru dalam bentuk rangkaian kalimat atau simbol yang menunjukkan gagasan atau pendapat atau pemikiran dari penulis lain, yang saya akui seolah-olah sebagai tulisan saya sendiri, dan/atau tidak terdapat bagian atau keseluruhan tulisan yang saya salin, tiru, atau yang saya ambil dari tulisan orang lain tanpa memberikan pengakuan penulis aslinya. Apabila saya melakukan tindakan yang bertentangan dengan hal tersebut di atas, baik disengaja maupun tidak, dengan ini saya menyatakan menarik skripsi yang saya ajukan sebagai hasil tulisan saya sendiri ini. Bila kemudian terbukti bahwa saya melakukan tindakan menyalin atau meniru tulisan orang lain seolaholah hasil pemikiran saya sendiri, berarti gelar dan ijazah yang telah diberikan oleh universitas batal saya terima. Semarang, 1 Maret 2013 Yang membuat pernyataan, (Dewi Fatmawati) NIM : C2C009151 iv MOTTO DAN PERSEMBAHAN Datangnya kesulitan bersamaan dengan kemudahan. (HR. Tirmidzi) Sesungguhnya memperoleh ilmu hanya dengan belajar. (HR. Bukhari) Allahlah Pelindungmu, dan Dia-lah sebaik-baik Penolong. (QS. 'Āli `Imrān: 150) Saya mempersembahkan skripsi ini kepada:  Ayah dan ibu tercinta yang selalu memberikan dukungan dan berdoa untuk kebaikan saya serta kepada sanak saudara yang saya sayangi  Teman-teman dan berbagai pihak yang telah banyak membantu tersusunnya skripsi ini v ABSTRACT This study aims to examine and analyze the influence of geographic diversification, industrial diversification, firm ownership concentration, and audit tenure to earnings management in manufacturing companies. Discretionary accrual used as proxy for earnings management is counted by modified Jones model. Geographic and industrial diversification are measured by the number of firms’ geographic and industrial segments. Firm ownership concentration is measured by percentage of the shares ownership owned by the largest shareholder. Audit tenure is measured by amount of year of work relation between auditee and the last public accountant firm. This study is undertaken using documentary method and using data from annual reports, financial statements, and IDX. It uses multiple regression technique as method of analysis. There are 95 manufacturing companies listed on IDX in 2011 used as sample. The result of this study indicates that both geographic diversification and audit tenure have positive significant influence to earnings management. The more a company has geographic segments, the higher the company performs earnings management. The longer the audit tenure, the higher the company undertake earnings management as well. Whereas both industrial diversification and firm ownership concentration don’t have significant influence to earnings management. Keywords: earnings management, geographic diversification, industrial diversification, firm ownership concentration, audit tenure vi ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk menguji dan menganalisis pengaruh diversifikasi geografis, diversifikasi industri, konsentrasi kepemilikan perusahaan, dan masa perikatan audit terhadap manajemen laba pada perusahaan manufaktur. Manajemen laba diukur menggunakan proksi akrual diskresioner yang dihitung dengan model modifikasi Jones. Diversifikasi geografis dan industri diukur dengan jumlah segmen geografis dan industri perusahaan. Konsentrasi kepemilikan perusahaan diukur dengan persentase kepemilikan saham yang dimiliki oleh pemegang saham terbesar perusahaan. Masa perikatan audit diukur dengan jumlah tahun hubungan kerja antara perusahaan dengan KAP terakhir. Penelitian ini dilakukan dengan metode dokumentasi dan menggunakan data dari laporan tahunan, laporan keuangan, dan Bursa Efek Indonesia. Metode analisis yang dilakukan dalam penelitian ini adalah regresi berganda. Penelitian ini menggunakan data perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2011 sebanyak 95 sampel perusahaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel yang memiliki pengaruh signifikan terhadap manajemen laba adalah diversifikasi geografis dan masa perikatan audit. Semakin tinggi tingkat diversifikasi geografis perusahaan, semakin tinggi tingkat manajemen laba yang dilakukan oleh perusahaan. Semakin lama masa perikatan audit, semakin tinggi manajemen laba yang dilakukan oleh perusahaan. Variabel diversifikasi industri dan konsentrasi kepemilikan perusahaan tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap manajemen laba. Kata kunci: manajemen laba, diversifikasi geografis, diversifikasi industri, konsentrasi kepemilikan perusahaan, masa perikatan audit vii KATA PENGANTAR Alhamdulillahi robbil „alamin, puji syukur penulis panjatkan atas rahmat, taufiq, dan hidayah Allah SWT sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Pengaruh Diversifikasi Geografis, Diversifikasi Industri, Konsentrasi Kepemilikan Perusahaan, dan Masa Perikatan Audit terhadap Manajemen Laba”. Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk meyelesaikan program Sarjana (SI) pada Program Sarjana Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro. Selama proses penyusunan skripsi ini penulis mendapatkan bimbingan, arahan, bantuan, dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Bapak Prof. Dr. H. M. Nasir, M.Si., Akt. selaku Dekan Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro 2. Bapak Prof. Dr. H. Muchamad Syafruddin, M.Si., Akt. selaku Ketua Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro 3. Bapak Prof. H. Arifin Sabeni, M.Com. (Hons), Ph.D., Akt. selaku dosen pembimbing yang telah banyak memberikan motivasi, arahan, dan bimbingan serta konsultasi sehingga skripsi ini dapat selesai 4. Bapak Anis Chariri, S.E., M.Com., Ph.D., Akt. selaku dosen wali penulis yang telah memberi arahan dan nasihat selama ini viii 5. Seluruh dosen Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro yang telah membimbing dan memberikan ilmunya kepada penulis selama menempuh studi 6. Seluruh karyawan dan staf Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro yang telah banyak membantu penulis selama bergabung bersama civitas akademika Universitas Diponegoro 7. Bapakku Sasono dan ibuku Sri Sugimiyati tercinta yang telah memberikan doa dan dukungan. Terima kasih atas kesabarannya selama ini 8. Fitri, Nora, Arin, Dhila, Mayco, Taufik, dan Randy yang sudah berjuang bersama dari awal. Banyak kenangan tak terlupakan bersama kalian selama ini. Terima kasih telah menemani di kala suka dan duka 9. Teman-teman Akuntansi Undip 2009. Terima kasih telah memberi warna dalam hidupku. Senang dapat mengenal kalian semua 10. Teman-teman dan pihak lain yang tidak dapat penulis sebutkan satupersatu. Akhir kata semoga skripsi ini bermanfaat dan dapat digunakan sebagai tambahan informasi dan wacana bagi semua pihak yang membutuhkan. Semarang, 1 Maret 2013 Penulis ix DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL...........................................................................................i HALAMAN PERSETUJUAN SKRIPSI ............................................................ii PENGESAHAN KELULUSAN KELULUSAN UJIAN ...................................iii PERNYATAAN ORISINALITAS SRIPSI ........................................................iv MOTTO DAN PERSEMBAHAN ......................................................................v ABSTRACT ..........................................................................................................vi ABSTRAK ..........................................................................................................vii KATA PENGANTAR ........................................................................................viii DAFTAR ISI .......................................................................................................x DAFTAR TABEL ...............................................................................................xiv DAFTAR GAMBAR ..........................................................................................xv DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................xvi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah ................................................................1 1.2. Rumusan Masalah ..........................................................................9 1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian ......................................................10 1.3.1. Tujuan Penelitian ...............................................................10 1.3.2. Manfaat Penelitian .............................................................11 1.4. Sistematika Penulisan ....................................................................11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori ..............................................................................13 2.1.1. Teori Keagenan ..................................................................13 2.1.2. Manajemen Laba ................................................................16 2.1.3. Diversifikasi Perusahaan ....................................................20 2.1.3.1.Diversifikasi Geografis ..........................................23 2.1.3.2.Diversifikasi Industri ..............................................23 x 2.1.4. Konsentrasi Kepemilikan Perusahaan ................................24 2.1.5. Masa Perikatan Audit .........................................................27 2.2. Penelitian Terdahulu ......................................................................28 2.3. Kerangka Pemikiran ......................................................................34 2.4. Hipotesis ........................................................................................36 2.4.1. Pengaruh Diversifikasi Geografis terhadap Manajemen Laba ............................................................................................36 2.4.2. Pengaruh Diversifikasi Industri terhadap Manajemen Laba ............................................................................................37 2.4.3. Pengaruh Konsentrasi Kepemilikan Perusahaan terhadap Manajemen Laba ................................................................38 2.4.4. Pengaruh Masa Perikatan Audit terhadap Manajemen Laba ............................................................................................40 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel .................42 3.1.1. Variabel Penelitian .............................................................42 3.1.2. Definisi Operasional Variabel ............................................42 3.1.2.1.Variabel Bebas (Independent Variable) .................42 3.1.2.2.Variabel Terikat (Dependent Variable)..................44 3.2. Penentuan Sampel ..........................................................................46 3.3. Jenis dan Sumber Data ...................................................................47 3.4. Metode Pengumpulan Data ............................................................47 3.5. Metode Analisis Data.....................................................................48 3.5.1. Analisis Statistik Deskriptif ...............................................48 3.5.2. Uji Asumsi Klasik ..............................................................48 3.5.2.1.Uji Multikolinearitas ..............................................48 3.5.2.2.Uji Heteroskedastisitas ...........................................49 3.5.2.3.Uji Normalitas ........................................................49 3.5.2.4.Uji Autokorelasi .....................................................49 3.5.3. Uji Hipotesis ......................................................................50 xi 3.5.3.1.Uji Koefisien Determinasi......................................51 3.5.3.2.Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F) .............51 3.5.3.3.Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t) ................................................................................52 BAB IV HASIL DAN ANALISIS 4.1. Deskripsi Objek Penelitian ............................................................53 4.2. Analisis Data ..................................................................................54 4.2.1. Analisis Statistik Deskriptif ...............................................54 4.2.2. Uji Asumsi Klasik ..............................................................57 4.2.2.1.Uji Multikolinearitas ..............................................57 4.2.2.2.Uji Heteroskedastisitas ...........................................57 4.2.2.3.Uji Normalitas ........................................................58 4.2.3. Uji Hipotesis ......................................................................59 4.2.3.1.Uji Koefisien Determinasi......................................59 4.2.3.2.Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F) .............60 4.2.3.3.Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t) ................................................................................61 4.3. Interpretasi .....................................................................................63 4.3.1. Pengaruh Diversifikasi Geografis terhadap Manajemen Laba ............................................................................................63 4.3.2. Pengaruh Diversifikasi Industri terhadap Manajemen Laba ............................................................................................65 4.3.3. Pengaruh Konsentrasi Kepemilikan Perusahaan terhadap Manajemen Laba ................................................................67 4.3.4. Pengaruh Masa Perikatan Audit terhadap Manajemen Laba ............................................................................................68 BAB V PENUTUP 5.1. Kesimpulan ....................................................................................71 5.2. Keterbatasan...................................................................................73 xii 5.3. Saran ..............................................................................................73 DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................74 LAMPIRAN ........................................................................................................78 xiii DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu ...........................................................................31 Tabel 4.1 Hasil Pemilihan Sampel ......................................................................53 Tabel 4.2 Statistik Deskriptif ..............................................................................54 Tabel 4.3 Hasil Uji Multikolinearitas .................................................................57 Tabel 4.4 Hasil Uji Heteroskedastisitas ..............................................................58 Tabel 4.5 Hasil Uji Normalitas ...........................................................................59 Tabel 4.6 Hasil Uji Koefisien Determinasi .........................................................60 Tabel 4.7 Hasil Uji Statistik F .............................................................................61 Tabel 4.8 Hasil Uji Statistik t ..............................................................................62 xiv DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran ........................................................................36 xv DAFTAR LAMPIRAN Lampiran A Daftar Nama Perusahaan Sampel ...................................................79 Lampiran B Perhitungan Akrual Diskresioner....................................................82 Lampiran C Perhitungan Nilai Akrual ................................................................85 Lampiran D Perhitungan Non Discretionary Accruals .......................................88 Lampiran E Perhitungan Akrual Total ................................................................91 Lampiran F Data Variabel Dependen dan Independen .......................................94 Lampiran G Hasil Uji Analisis Deskriptif ..........................................................97 Lampiran H Hasil Uji Asumsi Klasik .................................................................97 Lampiran I Hasil Uji Hipotesis ...........................................................................99 xvi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Laporan keuangan perusahaan dibuat dengan tujuan memberikan informasi yang berkaitan dengan posisi keuangan perusahaan, hasil usaha perusahaan, dan perubahan posisi keuangan perusahaan. Laporan keuangan juga menunjukkan pertanggungjawaban manajemen dalam mengelola perusahaan atas sumber daya alam yang dipercayakan kepada manajemen. Berdasarkan tujuan tersebut, diharapkan para pengguna laporan keuangan dapat menilai informasi yang disajikan sebagai dasar membuat keputusan ekonomi yang berhubungan dengan perusahaan tersebut (Ghozali & Chariri, 2007). Manajemen diberi kepercayaan oleh pemilik perusahaan atau pemegang saham untuk mengoperasikan perusahaan. Untuk mempertanggungjawabkan kepercayaan tersebut, manajemen melaporkan hasil kegiatan operasional perusahaan serta posisi keuangan perusahaan kepada pemilik perusahaan dan stakeholder lainnya dengan membuat laporan keuangan perusahaan (Permana, 2012). Manajemen tentunya berharap bahwa laporan keuangan yang dihasilkan dapat memberikan hasil yang baik bagi perusahaan dan para pengguna laporan keuangan dapat mengambil keputusan yang menguntungkan bagi perusahaan. 1 Peran laporan keuangan dalam menuntun pengguna laporan keuangan dalam membuat keputusan sangatlah besar, terutama bagi investor dan kreditor. Investor berkepentingan dengan risiko dan hasil dari investasi yang mereka lakukan pada perusahaan. Informasi pada laporan keuangan sangat mereka butuhkan untuk memutuskan apakah mereka akan membeli, menahan, atau bahkan menjual investasi tersebut. Kreditor menggunakan informasi akuntansi dalam laporan keuangan untuk memutuskan apakah pinjaman akan diberikan serta apakah pinjaman dapat dibayar oleh perusahaan pada waktu jatuh tempo (Ghozali & Chariri, 2007). Walaupun manajemen berperan sangat penting dalam relevansi dan keandalan laporan keuangan, manajemen seringkali memanipulasi angka-angka di dalam laporan keuangan sehingga menunjukkan seakan-akan perusahaan tersebut memiliki prestasi yang bagus dan kondisi yang baik walaupun sebenarnya perusahaan tersebut sedang tidak dalam kondisi yang bagus (Jensen & Meckling, 1976). Tindakan tersebut dilakukan supaya para pengguna laporan keuangan perusahaan tetap menaruh kepercayaan pada perusahaan tersebut dan para investor tetap mau berinvestasi. Penyimpangan dalam melakukan pelaporan keuangan yang dilakukan oleh manajemen salah satunya adalah mempengaruhi tingkat laba yang ditampilkan dalam laporan keuangan (Herawaty, 2008). Tindakan ini disebut manajemen laba (earnings management). Manajemen laba dinilai tidak menyalahi aturan dan prinsip-prinsip akuntansi berterima umum. Akan tetapi, praktik manajemen laba dapat mengikis kepercayaan investor terhadap kualitas pelaporan keuangan serta mengganggu 2 aliran modal dalam pasar modal (Jackson & Pitman, 2001). Selain itu, manajemen laba juga dapat mengurangi keandalan laba karena laba yang dilaporkan bias dan menyebabkan kesalahan dalam menggambarkan laba yang sebenarnya (Rusmin, 2010). Oleh sebab itu, praktik manajemen laba dinilai merugikan karena dapat menurunkan nilai laporan keuangan dan memberikan informasi yang tidak relevan dan andal untuk para pengguna laporan keuangan, terutama untuk investor maupun kreditor. Manajemen laba biasanya dilakukan oleh manajemen untuk menaikkan tingkat laba (income-increasing earnings management) atau menurunkan tingkat laba (income-decreasing earnings management) yang ditampilkan dalam laporan keuangan dengan memilih dan menerapkan metode akuntansi tertentu (Watts & Zimmerman, 1986). Tujuan manajemen laba adalah meningkatkan kesejahteraan suatu pihak tertentu walaupun sebenarnya dalam jangka panjang tidak terdapat perbedaan laba kumulatif perusahaan dengan laba yang diidentifikasi sebagai keuntungan (Fischer & Rosenzweig, 1995). Tindakan manajemen laba pada laporan keuangan oleh manajemen ini biasanya dilakukan tanpa sepengetahuan pemilik perusahaan atau pemegang saham. Manajemen, yang dalam hal ini berperan sebagai agen, sebagai pihak yang mengelola perusahaan tentunya memahami seluk-beluk keadaan perusahaan, memiliki keahlian yang dibutuhkan untuk mengoperasikan perusahaan, dan memiliki informasi yang lengkap mengenai perusahaan dan prospek perusahaan ke depan. Hal ini menyebabkan pemilik perusahaan atau pemegang saham, dalam hal ini adalah prinsipal, tidak mengetahui bahwa manajemen telah melakukan 3 tindakan yang menyimpang terhadap informasi di dalam laporan keuangan karena prinsipal tidak memiliki informasi yang lengkap mengenai keadaan perusahaan (Lobo & Zhou, 2001). Keadaan ini, di mana informasi yang lengkap tidak diketahui oleh salah satu dari kedua belah pihak atau di mana suatu pihak tidak memberikan informasi yang utuh dan menguntungkan kepada salah satu pihak yang lain, dinamakan asimetri informasi (Verawati, 2012). Praktik-praktik manajemen laba dapat dipengaruhi oleh banyak faktor. Telah banyak penelitian mengenai manajemen laba yang melibatkan variabelvariabel independen yang bermacam-macam. Di sini peneliti hanya akan meneliti beberapa faktor saja, di antaranya adalah diversifikasi geografis, diversifikasi industri, konsentrasi kepemilikan perusahaan, serta audit tenure atau masa perikatan audit. Penelitian mengenai pengaruh diversifikasi geografis, diversifikasi industri, dan konsentrasi kepemilikan perusahaan terhadap manajemen laba masih sedikit dilakukan pada perusahaan di Indonesia. Sementara mengenai pengaruh masa perikatan audit terhadap manajemen laba masih terdapat pertentangan apakah berpengaruh positif atau negatif. Diversifikasi perusahaan memiliki pengaruh terhadap manajemen laba. Perusahaan besar dengan organisasi yang kompleks dan memiliki masalah keagenan umumnya terdiversifikasi di lebih dari satu negara dan/atau industri (El Mehdi & Seboui, 2011). Perusahaan yang terdiversifikasi umumnya lebih besar sehingga mempunyai struktur organisasi yang lebih kompleks (Bodnar et al., 1999), memiliki operasi yang kurang transparan, dan analisis yang dilakukan oleh investor maupun analis terhadap laporan keuangan perusahaan tersebut akan lebih 4 sulit (Rodríguez-Pérez & van Hemmen, 2010). Trueman dan Titman (1988) dalam Rusmin (2010) menyatakan bahwa perusahaan tersebut cenderung mempunyai konflik keagenan dan masalah asimetri informasi yang dinilai memberikan keadaan yang kondusif untuk kemungkinan terjadinya praktik-praktik manajemen laba. Perusahaan yang terdiversifikasi mempunyai masalah asimetri informasi yang lebih besar dibandingkan dengan perusahaan yang tidak terdiversifikasi (Rodríguez-Pérez & van Hemmen, 2010). Konflik kepentingan antara pemegang saham mayoritas dan minoritas juga dapat merupakan akar dari munculnya praktik manajemen laba (Ding et al., 2007). Konsentrasi kepemilikan merupakan penentu utama dari kos keagenan. Ketika kepemilikan saham tersebut tersebar (diffused/dispersed), masalah keagenan akan meningkat di antara pemegang saham dan manajer (Jensen & Meckling, 1976). Di sisi lain, ketika kepemilikan tersebut terkonsentrasi pada salah satu pemilik yang memiliki kendali efektif terhadap perusahaan (La Porta et al., 1999), masalah keagenan tersebut akan muncul di antara pemegang saham mayoritas dan pemegang saham minoritas. Adanya masalah keagenan ini cenderung menimbulkan adanya praktik manajemen laba. Manajemen laba juga dapat dipengaruhi oleh audit tenure. Audit tenure atau masa perikatan audit adalah lamanya masa auditor memberikan jasa audit kepada auditee (Shockley, 1981). Lys dan Watts (1994) dalam Lin dan Hwang (2010) menyebutkan bahwa masa perikatan audit yang panjang akan menyebabkan kemungkinan munculnya hubungan yang erat antara auditor dengan klien sehingga dikhawatirkan mengganggu 5 independensi auditor dalam melakukan audit, contohnya auditor tidak melaporkan adanya praktik manajemen laba yang ditemukan dalam laporan keuangan klien. Di sisi lain, beberapa peneliti berpendapat bahwa seiring masa perikatan audit meningkat, auditor tersebut akan semakin baik dalam menilai risiko kesalahan yang material dengan memperoleh pengalaman dan pengetahuan yang lebih baik pada operasi dan strategi bisnis klien juga pengendalian internal terhadap pelaporan keuangan (Lin & Hwang, 2010). Tingkat manajemen laba yang dilakukan di perusahaan-perusahaan Indonesia relatif tinggi. Leuz et al. (2003) menghitung skor agregat manajemen laba (the aggregate earnings management score) dari 31 negara dengan tahun pengamatan 1990-1999. Penelitian tersebut menunjukkan bahwa Indonesia memiliki tingkat manajemen laba yang paling tinggi dibandingkan negara-negara Asia lainnya seperti Thailand, Pakistan, dan Malaysia. Beberapa kasus mengenai manajemen laba di Indonesia terjadi pada beberapa perusahaan besar. Contoh yang paling terkenal adalah kasus manajemen laba pada perusahaan PT Kimia Farma, Tbk. dan PT Indofarma, Tbk. Pada kasus PT Kimia Farma, Tbk., Bapepam (Badan Pengawas Pasar Modal) memperoleh bukti setelah melakukan pemeriksaan bahwa terdapat kesalahan penyajian dalam laporan keuangan PT Kimia Farma, Tbk. berupa kesalahan dalam penilaian persediaan barang jadi dan kesalahan pencatatan penjualan. Kesalahan pencatatan tersebut mengakibatkan overstated laba pada laba bersih untuk tahun yang berakhir 31 Desember 2001 sebesar Rp32,7 miliar. 6 Untuk kasus PT Indofarma, Tbk., Bapepam telah melakukan pemeriksaan terhadap PT Indofarma Tbk. dan menemukan bukti bahwa nilai barang dalam proses dinilai lebih tinggi dari nilai yang seharusnya pada tahun buku 2001 sebesar Rp28,87 miliar. Akibat penyajian terlalu tinggi (overstated) persediaan sebesar Rp28,87 miliar, harga pokok penjualan disajikan terlalu rendah (understated) sebesar Rp28,8 miliar dan laba bersih disajikan terlalu tinggi dengan nilai yang sama (Badan Pengawas Pasar Modal, 2004). El Mehdi dan Seboui (2011) melakukan penelitian mengenai pengaruh diversifikasi perusahaan terhadap manajemen laba. Penelitian ini memberikan hasil bahwa diversifikasi industri dapat mengurangi manajemen laba, akan tetapi diversifikasi geografis dapat meningkatkan manajemen laba. Penelitian mengenai pengaruh diversifikasi perusahaan terhadap manajemen laba juga dilakukan oleh Verawati (2012). Akan tetapi, penelitian ini memiliki hasil yang berbeda dibandingkan penelitian sebelumnya. Hasil penelitian ini adalah diversifikasi geografis yang tinggi berdampak pada manajemen laba yang rendah dan diversifikasi industri tidak memberikan dampak signifikan terhadap manajemen laba. Penelitian mengenai pengaruh konsentrasi kepemilikan perusahaan terhadap manajemen laba yang dilakukan oleh Alves (2012) mengungkapkan bahwa akrual diskresioner sebagai proksi manajemen laba berhubungan negatif dengan konsentrasi kepemilikan. Verawati (2012) juga meneliti mengenai hal ini. Namun demikian, hasil yang diperoleh berbeda. Hasil penelitiannya adalah 7 semakin terkonsentrasi kepemilikan perusahaan, semakin besar manajemen laba perusahaan. Davis et al. (2000) melakukan penelitian mengenai hubungan masa perikatan audit dengan manajemen laba. Penelitian ini menggunakan akrual diskresioner sebagai proksi manajemen laba. Hasil penelitian ini adalah akrual diskresioner memiliki hubungan yang positif dengan masa perikatan audit. Namun, penelitian yang dilakukan oleh Lin dan Hwang (2010) memberikan hasil yang berbeda. Mereka melakukan penelitian mengenai hubungan kualitas audit dan tata kelola perusahaan terhadap manajemen laba. Dengan menggunakan masa perikatan audit sebagai salah satu proksi untuk menunjukkan kualitas audit, penelitian ini memberikan hasil bahwa masa perikatan audit berpengaruh negatif terhadap manajemen laba. Dari berbagai uraian sebelumnya, topik ini dipilih karena kekurangan penelitian yang dilakukan oleh El Mehdi dan Seboui (2011) dalam menunjukkan adanya manajemen laba dengan hanya menggunakan faktor diversifikasi perusahaan. Selain itu, penelitian yang dilakukan oleh El Mehdi dan Seboui (2011) dan Verawati (2012) mengenai pengaruh diversifikasi perusahaan terhadap manajemen laba mempunyai hasil yang berbeda. Dalam penelitian ini, penulis menambahkan dua variabel independen, yaitu konsentrasi kepemilikan perusahaan dan masa perikatan audit. Variabel konsentrasi kepemilikan perusahaan ditambahkan karena penelitian mengenai pengaruh konsentrasi kepemilikan perusahaan terhadap manajemen laba masih sedikit dilakukan pada perusahaan-perusahaan di Indonesia. Variabel masa perikatan audit ditambahkan 8 karena sampai sekarang masih terdapat pertentangan mengenai pengaruh masa perikatan audit terhadap praktik manajemen laba, yaitu apakah berpengaruh positif atau negatif terhadap praktik manajemen laba pada perusahaan. 1.2 Rumusan Masalah Penelitian mengenai pengaruh diversifikasi geografis dan diversifikasi industri pernah dilakukan oleh El Mehdi dan Seboui (2011) dan Verawati (2012). Namun demikian, hasil yang ditunjukkan kedua penelitian tersebut berbeda. Hasil penelitian El Mehdi dan Seboui (2011) menunjukkan bahwa diversifikasi geografis dapat mempertinggi manajemen laba pada perusahaan, sedangkan diversifikasi industri dapat menurunkannya. Hasil penelitian Verawati (2012) menunjukkan hasil yang berbeda, yaitu diversifikasi geografis dapat meningkatkan manajemen laba perusahaan, sedangkan diversifikasi industri tidak berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba. Penelitian mengenai pengaruh konsentrasi kepemilikan perusahaan terhadap manajemen laba juga memberikan hasil yang berbeda. Penelitian Alves (2012) memberikan hasil bahwa manajemen laba berhubungan negatif dengan konsentrasi kepemilikan perusahaan. Penelitian Verawati (2012) memberikan hasil yang berbeda, yaitu semakin terkonsentrasi kepemilikan perusahaan, maka manajemen laba akan semakin tinggi. Perbedaaan hasil penelitian juga terdapat pada penelitian mengenai pengaruh masa perikatan audit terhadap manajemen laba. Penelitian Lin dan Hwang (2010) memberikan hasil bahwa masa perikatan audit mempunyai 9 hubungan negatif terhadap manajemen laba. Sedangkan penelitian Davis et al. (2000) memberikan hasil bahwa masa perikatan audit tidak berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba. Dengan adanya perbedaan hasil penelitian atau research gap tersebut, penelitian ini dilakukan untuk menganalisis lebih lanjut mengenai pengaruh diversifikasi geografis, diversifikasi industri, konsentrasi kepemilikan perusahaan, dan masa perikatan audit terhadap manajemen laba. Oleh sebab itu, permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Apakah pengaruh diversifikasi geografis terhadap manajemen laba? 2. Apakah pengaruh diversifikasi industri terhadap manajemen laba? 3. Apakah pengaruh konsentrasi kepemilikan perusahaan terhadap manajemen laba? 4. Apakah pengaruh masa perikatan audit terhadap manajemen laba? 1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian Sesuai dengan rumusan masalah yang telah dijabarkan sebelumnya, tujuan penelitian ini adalah: 1. Untuk menguji dan menganalisis pengaruh diversifikasi geografis terhadap manajemen laba. 2. Untuk menguji dan menganalisis pengaruh diversifikasi industri terhadap manajemen laba. 10 3. Untuk menguji dan menganalisis pengaruh konsentrasi kepemilikan perusahaan terhadap manajemen laba. 4. Untuk menguji dan menganalisis pengaruh masa perikatan audit terhadap manajemen laba. 1.3.2 Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan mampu berkontribusi untuk pengguna laporan keuangan sebagai bahan pertimbangan dalam proses pengambilan keputusan sehingga keputusan yang dihasilkan lebih tepat dan bermanfaat. Bagi akademisi dan dunia pendidikan, khususnya di bidang akuntansi, penelitian ini diharapkan dapat memberikan bukti empiris mengenai pengaruh diversifikasi geografis, diversifikasi industri, konsentrasi kepemilikan perusahaan, serta masa perikatan audit terhadap manajemen laba dan wawasan baru mengenai studi tentang manajemen laba yang dapat mendorong mahasiswa lain untuk melakukan penelitian sebagai penyempurnaan penelitian ini. 1.4 Sistematika Penulisan Sistematika penulisan dalam proposal penelitian ini terbagi dalam tiga bab dengan uraian sebagai berikut: BAB I: PENDAHULUAN Bab ini membahas mengenai latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan. 11 BAB II: TINJAUAN PUSTAKA Bab ini membahas mengenai landasan teori, penelitian terdahulu yang digunakan sebagai acuan dasar teori, konsep dan hipotesis, serta kerangka pemikiran. BAB III: METODE PENELITIAN Bab ini membahas mengenai metode penelitian yang menguraikan variabel penelitian dan definisi operasional variabel, populasi dan penentuan sampel, jenis dan sumber data yang digunakan, metode pengumpulan data, dan metode analisis data. BAB IV: HASIL DAN PEMBAHASAN Bab ini membahas mengenai deskripsi objek penelitian, analisis data, interpretasi hasil, dan argumentasi terhadap hasil penelitian. Sebelum dilakukan analisis data, terlebih dahulu dilakukan uji asumsi klasik yang meliputi uji heteroskedastisitas, multikolinearitas, dan normalitas. Setelah semua uji tersebut terpenuhi, baru dilakukan uji hipotesis. BAB V: PENUTUP Bab ini membahas mengenai kesimpulan dari penelitian yang menjawab seluruh pertanyaan penelitian, keterbatasan penelitian, serta saran yang nantinya dapat dijadikan acuan dalam melakukan penelitian selanjutnya. 12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Keagenan Teori keagenan menjelaskan bahwa organisasi merupakan jaringan hubungan kontraktual antara manajer atau agen dengan pemilik, kreditor, dan pihak-pihak lain atau yang disebut prinsipal. Adanya pemisahan kepemilikan oleh prinsipal dengan pengendalian oleh agen dalam sebuah organisasi cenderung menimbulkan konflik keagenen di antara prinsipal dan agen (Herawaty, 2008). Kepemilikan dalam hubungannya dengan perusahaan berarti dana yang dimiliki oleh pemilik, sedangkan pengendalian adalah pengelolaan perusahaan oleh manajer. Teori keagenan mengasumsikan agen sebagai individu yang rasional, memiliki kepentingan pribadi (self-interest) sehingga memiliki kemungkinan untuk mengorbankan kepentingan orang lain, dan memaksimumkan kepentingan pribadinya. Di dalam sebuah organisasi, teori keagenan menjelaskan munculnya ketidakseimbangan informasi (information asymmetry) dan konflik kepentingan (conflict of interest). Kedua hal tersebut muncul dikarenakan manajemen mempunyai keahlian dan mengetahui seluk-beluk perusahaan dan menyebabkan agency problem. 13 Agency problem atau masalah keagenan ada dua macam (Ali et al., 2007), yaitu masalah keagenan Tipe I dan Tipe II. Masalah keagenan Tipe I adalah masalah keagenan yang tidak terlalu parah yang muncul karena pemisahan antara kepemilikan dan manajemen dan terjadi di antara pemegang saham dan manajemen (Jensen & Meckling, 1976). Masalah keagenan Tipe II adalah masalah keagenan yang lebih parah yang muncul di antara pemegang saham mayoritas dan minoritas (Shleifer & Vishny, 1997). Sampai saat ini telah diketahui ada lima macam hubungan keagenan, yaitu: 1. Manajer vs pemegang saham (Jensen & Meckling, 1976), yaitu pemegang saham menginginkan kenaikan keuntungan, tetapi manajer memiliki kepentingannya sendiri. 2. Manajer vs pemegang utang, yaitu manajer mengutak-atik laporan keuangan agar terlihat bagus sehingga diberi pinjaman. 3. Manajer vs pemerintah, yaitu perusahaan yang besar cenderung diawasi oleh pemerintah. 4. Pemegang saham vs pemegang utang, yaitu manajer diasumsikan bertindak atas nama pemegang saham sehingga manajer bertindak sebagai agen dan pemegang utang sebagai prinsipal (Jensen & Meckling, 1976). 5. Pemegang saham mayoritas vs pemegang saham minoritas, yaitu pemegang saham mayoritas cenderung mementingkan kepentingannya sendiri dengan mengorbankan minoritas (Ding et al., 2007). 14 kepentingan pemegang saham Ada dua macam konflik kepentingan: 1. Moral hazard Tindakan agen yang tidak sesuai etika dan mementingkan diri sendiri biasanya tidak diketahui oleh prinsipal. Selain itu, kontrak keagenan didasarkan pada imperfect, yaitu prinsipal tidak mengetahui seluk-beluk perusahaan (Smith, 2011). Informasi yang berkaitan dengan tindakan agen juga biasanya tidak diketahui oleh prinsipal. 2. Adverse selection Agen memiliki informasi yang lebih lengkap ketika kontrak dengan prinsipal belum dibuat (pre-contracting private information) dan informasi yang lengkap baru diungkapkan setelah kontrak dijalankan sebelum keputusan dibuat (superior post contracting but pre-decision private information) (Smith, 2011). Prinsipal tidak mampu mengontrol apakah agen bertindak untuk kepentingan prinsipal atau kepentingan agen itu sendiri. Adanya masalah keagenan menyebabkan munculnya agency cost atau kos keagenan. Macam kos keagenan ada tiga (Jensen & Meckling, 1976), yaitu: 1. Kos monitoring yang dikeluarkan oleh prinsipal, yaitu biaya-biaya untuk memonitor perilaku para agen, contohnya adalah mengaudit laporan keuangan. 2. Kos bonding yang dikeluarkan oleh agen, yaitu biaya-biaya untuk menjamin bahwa agen tidak akan melakukan tindakan tertentu yang 15 akan merugikan prinsipal, contohnya adalah mempersiapkan laporan keuangan. 3. Kerugian residual, yaitu jumlah kerugian yang dialami oleh prinsipal yang dikarenakan penyimpangan perilaku dan terlalu mahal untuk menghilangkan semua perilaku oportunistik. 2.1.2 Manajemen Laba Manajemen laba didefinisikan sebagai campur tangan yang disengaja dalam proses pelaporan keuangan eksternal dengan maksud memperoleh keuntungan pribadi (Schipper, 1989). Sedangkan menurut Abdelghany (2005), manajemen laba adalah manipulasi pendapatan yang dilakukan untuk memenuhi target yang telah ditetapkan oleh manajemen. Hal-hal yang mendorong manajemen laba adalah (Abdelghany, 2005): 1. Memenuhi harapan para analis Tekanan untuk memenuhi harapan pendapatan sangat kuat dan mungkin menjadi katalis utama dalam mengarahkan manajer untuk terlibat dalam praktik-praktik manajemen laba yang menghasilkan praktik-praktik pengakuan pendapatan yang diragukan dan curang. 2. Menghindari pelanggaran perjanjian utang dan meminimalkan biaya politik Beberapa perusahaan memiliki insentif untuk menghindari melanggar perjanjian utang berbasis laba. Jika dilanggar, pemberi pinjaman mungkin dapat menaikkan suku bunga atas utang atau 16 meminta pembayaran segera. Akibatnya, beberapa perusahaan dapat menggunakan teknik manajemen laba untuk meningkatkan laba untuk menghindari pelanggaran perjanjian tersebut. Di sisi lain, beberapa perusahaan lain memiliki insentif untuk menurunkan laba untuk meminimalkan biaya politik sehingga tidak terlihat terlalu menguntungkan (Ortega & Grant, 2003). 3. Melancarkan laba menuju tren jangka panjang yang berkelanjutan Perusahaan yang memiliki volatilitas dalam aliran laba yang tinggi mengakibatkan nilai sahamnya hilang dibandingkan dengan perusahaan lain yang memiliki pola pendapatan yang lebih stabil. Akibatnya, perusahaan memiliki insentif untuk mengatur laba untuk membantu mencapai aliran laba yang halus dan berkembang (Ortega & Grant, 2003). 4. Memenuhi persyaratan rencana bonus Ketika laba berada di bawah level minimum yang diperlukan untuk mendapatkan bonus, maka laba diatur agar naik sehingga laba minimum dicapai dan bonus diperoleh. Sebaliknya, bila laba berada di atas tingkat maksimum di mana tidak ada bonus tambahan yang dibayar, maka laba diatur menurun. Laba tambahan yang tidak akan menghasilkan bonus tambahan pada periode saat ini disimpan untuk digunakan demi mendapatkan bonus pada periode mendatang. 17 5. Perubahan manajemen Manajemen laba biasanya terjadi pada sekitar waktu perubahan manajemen. CEO dari perusahaan dengan indikator kinerja yang buruk akan mencoba untuk meningkatkan laba yang dilaporkan untuk mencegah atau menunda dipecat. Di sisi lain, CEO yang baru akan mencoba mengalihkan sebagian dari pendapatan ke tahun-tahun ke depan sekitar waktu ketika kinerjanya akan dievaluasi dan diukur, dan menyalahkan laba yang rendah pada awal kontraknya pada tindakan CEO sebelumnya. Manajemen laba yang sering dilakukan oleh perusahaan adalah (Abdelghany, 2005): 1. Big Bath, berarti biaya diakui menggunakan satu kali biaya restrukturisasi. Pilihan ini menyebabkan perusahaan memikul biaya yang besar pada kos untuk tahun ini tetapi akan menghasilkan laba besar pada tahun depan. 2. Penyalahgunaan materialitas, berarti dengan memanipulasi laba melalui prinsip materialitas. Prinsip materialitas sangat luas, fleksibel, dan tidak ada rentang spesifik mengenai bagaimana material transaksi ini. 3. Cookie Jar atau cadangan cookie jar, juga dikenal sebagai cadangan rainy day atau cadangan kontinjensi, berarti dalam periode kondisi keuangan yang baik, cadangan kontinjensi dapat mengurangi laba 18 dengan mengakui cadangan lebih tinggi, mengakui biaya lebih tinggi, dan satu kali penghapusan. Pada periode kondisi keuangan yang buruk, cadangan kontinjensi dapat digunakan untuk meningkatkan laba dengan memutarbalikkan akrual dan cadangan untuk mengurangi biaya periode sekarang (Kokoszka, 2003). 4. Round-tripping, back-to-back dan swap, round-tripping adalah praktik menjual aset yang tidak terpakai kepada perusahaan lain dengan perjanjian untuk membeli kembali aset yang sama atau serupa pada tingkat harga yang sama. Back-to-back adalah proses yang sama dengan round-tripping tetapi dengan keterlambatan waktu yang singkat. Kedua transaksi tidak dijadwalkan untuk terjadi pada waktu yang persis sama. Swap terjadi ketika dua perusahaan menjual aset yang hampir identik kepada satu sama lainnya untuk mengakui pendapatan. 5. Waktu pemakaian standar akuntansi wajib, pemakaian standar akuntansi sebelum waktunya yang meningkatkan laba dapat memberikan kesan bahwa perusahaan perlu menemukan pendapatan dari manapun yang memungkinkan. Pemakaian yang sebelum waktunya dapat menurunkan persepsi kualitas laba pada investor. 6. Perubahan akuntansi sukarela, dilakukan dengan mengubah kebijakan akuntansi yang digunakan oleh perusahaan. Karena perusahaan tidak dapat membuat tipe perubahan akuntansi yang sama terlalu sering, 19 maka perusahaan mungkin membuat beberapa tipe perubahan akuntansi yang berbeda secara bersama-sama atau sendiri-sendiri selama beberapa periode. 7. Akuntansi konservatif, dilakukan dengan memilih metode akuntansi yang menjaga nilai aset tercatat relatif rendah. 8. Menggunakan derivatif, manajer dapat memanipulasi laba melalui lindung nilai pengadaan instrumen selama periode waktu khusus guna mengalihkan laba atau rugi yang belum direalisasi dari laporan laba komprehensif ke laporan laba rugi. Manajemen laba biasanya diukur dengan akrual diskresioner. Jumlah akrual diskresioner positif menunjukkan menunjukkan bahwa perusahaan melakukan manipulasi laba dengan pola penaikan laba. Sedangkan, jumlah negatif akrual diskresioner menunjukkan menunjukkan manipulasi laba dengan pola penurunan laba (Murhadi, 2009). 2.1.3 Diversifikasi Perusahaan Manajer yang melakukan diversifikasi biasanya berusaha untuk meningkatkan kompensasi (Jensen & Murphy, 1990), kekuasaan, dan martabat mereka (Jensen, 1986), mengamankan posisi mereka dalam perusahaan melalui investasi spesifikasi manajer (Shleifer & Vishny, 1989), dan mengurangi risiko investasi pribadi mereka dengan mengurangi risiko perusahaan (Amihud & Lev, 1981). 20 Ada dua hipotesis yang dapat menjelaskan hubungan antara diversifikasi perusahaan dan manajemen laba, yaitu hipotesis konflik agensi dan hipotesis volatilitas laba. 1. Hipotesis konflik agensi Hipotesis ini menunjukkan bahwa perusahaan yang terdiversifikasi memberikan kondisi yang lebih menguntungkan bagi manajemen laba. Hipotesis ini didasarkan pada penelitian yang menyimpulkan bahwa diversifikasi dapat memperkuat asimetri informasi, menyebabkan keragaman budaya, dan menyebabkan misalokasi investasi (El Mehdi & Seboui, 2011). a. Asimetri informasi Beberapa literatur menunjukkan bahwa diversifikasi adalah contoh terkemuka dari hubungan keagenan antara pemegang saham dan manajer. Oleh karena itu, perusahaan yang terdiversifikasi dapat terkena masalah informasi asimetris yang lebih besar dari perusahaan yang terfokus. Sumber perbedaan asimetri adalah perusahaan terdiversifikasi kurang transparan dibandingkan perusahaan yang terfokus (Rodríguez-Pérez & van Hemmen, 2010). b. Misalokasi investasi Berbagai penelitian menunjukkan bahwa diversifikasi dikaitkan dengan penurunan substansial dalam nilai perusahaan (Tong, 2011). Tema yang mendasari adalah bahwa perusahaan- 21 perusahaan terdiversifikasi cenderung salah mengalokasikan dana investasi mereka dengan mensubsidi silang divisi yang berkinerja buruk (El Mehdi & Seboui, 2011). c. Keragaman budaya Budaya berkaitan dengan nilai-nilai inti organisasi. Oleh sebab itu, nilai-nilai merupakan faktor penting untuk organisasi dan mendukung sikap, keputusan, dan perilaku. Jumlah organisasi yang sukses terus mengalami peningkatan. Hal ini disebabkan oleh keberhasilan, paling tidak sebagian besar dari perusahaanperusahaan tersebut, untuk manajemen budaya yang efektif. Prinsip-prinsip hormat, transparansi integritas, dan keunggulan dapat dijadikan sebagai dasar nilai karyawan oleh perusahaan (Arnold & de Lange, 2004). 2. Hipotesis volatilitas laba Hipotesis ini didasarkan pada penelitian yang menunjukkan bahwa diversifikasi perusahaan diharapkan dapat menghasilkan variabilitas laba yang lebih rendah karena laba yang dihasilkan dari berbagai unit perusahaan lebih sedikit dari perusahaan yang terkolerasi sempurna. Dapat disimpulkan bahwa manajemen laba melalui akrual sangat terbatas karena akrual cenderung dihapuskan. Volatilitas laba dipengaruhi secara terbalik oleh diversifikasi perusahaan karena laba perusahaan yang terdiversifikasi dari unit 22 operasionalnya yang berbeda-beda akan lebih sedikit dari perusahaan yang terkorelasi sempurna satu sama lain (El Mehdi & Seboui, 2011). Perusahaan biasanya terdiversifikasi menjadi diversifikasi geografis dan diversifikasi industri. 2.1.3.1 Diversifikasi Geografis Perusahaan yang terdiversifikasi geografis biasa disebut perusahaan multinasional. Menurut IAI (2001) dalam Verawati (2012), diversifikasi geografis atau segmen geografis adalah komponen perusahaan yang dapat dibedakan dalam menghasilkan produk atau jasa pada lingkungan atau wilayah ekonomi tertentu dan komponen tersebut memiliki risiko dan imbalan yang berbeda dengan risiko dan imbalan pada komponen yang beroperasi pada lingkungan atau wilayah ekonomi lain. Selanjutnya operasi dalam lingkungan atau wilayah ekonomi dengan risiko dan imbalan yang berbeda secara signifikan tidak boleh dikelompokkan ke dalam segmen geografis yang sama. Faktor-faktor yang dipertimbangkan dalam mengidentifikasi segmen geografis mencakup kondisi ekonomi dan politik, hubungan antar operasi dalam wilayah geografis, kedekatan geografis operasi, dan risiko mata uang (Verawati, 2012). 2.1.3.2 Diversifikasi Industri IAI (2001) dalam Verawati (2012) menyatakan bahwa segmen operasi atau usaha (diversifikasi produk) adalah komponen perusahaan yang dapat dibedakan dalam menghasilkan produk atau jasa, baik produk atau jasa individual maupun kelompok produk atau jasa terkait, dan komponen itu memiliki risiko dan 23 imbalan yang berbeda dengan risiko dan imbalan segmen lain. Produk atau jasa yang memiliki karakteristik risiko dan imbalan yang berbeda secara signifikan tidak boleh dikelompokkan ke dalam segmen usaha yang sama. Faktor-faktor yang dipertimbangkan dalam menentukan apakah produk termasuk dalam segmen usaha yang sama atau tidak meliputi karakteristik produk, karakteristik proses produksi, golongan pelanggan, metode pendistribusian produk, dan karakteristik iklim regulasi (Verawati, 2012). Perusahaan yang terdiversifikasi secara industri dapat dibagi menjadi dua, yaitu (Anthony & Govindarajan, 2011): 1. Perusahaan dengan diversifikasi yang berhubungan, adalah perusahaan yang beroperasi dalam sejumlah industri dan bisnisnya saling berhubungan satu sama lain melalui sinergi operasi. 2. Perusahaan dengan diversifikasi yang tidak berhubungan atau biasa disebut dengan konglomerasi, adalah perusahaan yang beroperasi dalam sejumlah industri yang berbeda. 2.1.4 Konsentrasi Kepemilikan Perusahaan Konsentrasi kepemilikan perusahaan umumnya dibedakan menjadi dua, yaitu tingkat konsentrasi yang rendah dan tingkat konsentrasi yang tinggi. Tingkat konsentrasi kepemilikan rendah adalah keadaan di mana saham perusahaan tersebar di banyak pemilik. Sedangkan pada tingkat konsentrasi tinggi, saham perusahaan hanya terkonsentrasi pada beberapa pemilik saja (Ding et al., 2007). Tingkat konsentrasi kepemilikan yang rendah atau kepemilikan saham tersebar 24 biasanya terdapat di negara-negara Anglo-Saxon seperti Inggris Raya dan Amerika Serikat. Sedangkan tingkat konsentrasi kepemilikan yang tinggi atau terkonsentrasi hanya pada beberapa pemilik saja biasanya terdapat pada negaranegara berkembang (La Porta et al., 1999). Berkaitan dengan masalah keagenan, jika kepemilikan saham tersebar di banyak pemegang saham, maka pengawasan yang dapat dilakukan oleh pemegang saham hanya sedikit atau bahkan tidak ada pemegang saham yang mau mengontrol perilaku manajemen. Sebaliknya, jika kepemilikan saham terkonsentrasi pada beberapa pemegang saham saja, maka akan ada pemegang saham mayoritas dan pemegang saham minoritas. Hal ini menyebabkan pemegang saham mayoritas akan memiliki kendali mutlak terhadap perusahaan sehingga pemegang saham mayoritas akan melakukan tindakan yang menguntungkan pemegang saham mayoritas dan merugikan pemegang saham minoritas (Feliana, 2007). Terkait dengan konsentrasi kepemilikan saham, terdapat dua hipotesis, yaitu hipotesis entrenchment dan hipotesis alignment (Ding et al., 2007). 1. Hipotesis entrenchment Menurut hipotesis ini, masalah keagenan ada di antara pemegang saham mayoritas dan pemegang saham minoritas. Pemegang saham minoritas menghadapi risiko dirampas haknya oleh pemegang saham mayoritas (La Porta et al., 1999). Investor besar dapat menunjukkan kepentingannya sendiri tanpa perlu sepakat 25 dengan kepentingan investor-investor lain atau dengan manajer dan karyawan (Shleifer & Vishny, 1997). Aktivitas oportunistik dari pemilik mayoritas ini akan membahayakan kesehatan perusahaan. Akan tetapi, karena pemilik tersebut juga mengontrol persiapan laporan keuangan, di mana laporan keuangan tersebut merupakan sarana utama untuk mengkomunikasikan informasi keuangan perusahaan, mereka akan berusaha menyembunyikan keadaan ekonomi yang sebenarnya dengan menaikkan laba yang dilaporkan (Leuz et al., 2003). 2. Hipotesis alignment Hipotesis ini menyatakan bahwa konsentrasi kepemilikan akan menurunkan konflik kepentingan (Ding et al., 2007). Pemegang saham besar memiliki kepentingan dalam maksimalisasi laba dan kendali terhadap aset perusahaan yang cukup agar kepentingannya tersebut dihormati (Shleifer & Vishny, 1997). Akibatnya, kepentingan pemilik mayoritas ini dapat selaras dengan lebih baik dengan kepentingan perusahaan ketika konsentrasi kepemilikan tinggi (Shleifer & Vishny, 1986). Kepemilikan yang terkonsentrasi tinggi juga dapat bertindak sebagai sinyal untuk membangun reputasi bagi pemilik mayoritas karena mereka mengetahui tindakan perampasan hak pada pemilik minoritas akan menyebabkan diskon pada harga saham dan akibatnya akan mengurangi kekayaan mereka (Gomes, 2000). Hal ini akan mendorong 26 pemilik mayoritas untuk meminimalkan laba akuntansi guna melindungi masa depan perusahaan dan masa depan mereka sendiri (Ding et al., 2007). 2.1.5 Masa Perikatan Audit Masa perikatan audit adalah lamanya masa auditor memberikan jasa audit kepada klien (Shockley, 1981). Hubungan masa perikatan yang lama antara personel audit atau KAP dan klien dapat menimbulkan kekhawatiran tentang ancaman kedekatan dan kepentingan pribadi yang dapat mengganggu independensi auditor (International Ethics Standards Board for Accountants (IESBA), 2009). Pendapat yang diberikan oleh auditor yang kehilangan independensinya dianggap tidak mempunyai nilai (Meutia, 2004). Ada dua mekanisme untuk mengatasi masalah mengenai lama masa perikatan audit ini. Mekanisme pertama adalah intervensi peraturan dalam proses pengendalian kualitas KAP. Salah satu contohnya adalah rotasi wajib partner audit. Mekanisme lainnya adalah profesi audit itu sendiri karena KAP memiliki insentif pasar dan ekonomi untuk mempertahankan reputasi mereka sendiri (DeAngelo, 1981). Rotasi partner audit sukarela dalam sebuah KAP sering disarankan oleh badan akuntansi profesional untuk menjadi perlindungan untuk mengurangi kompromi potensi independensi auditor (International Ethics Standards Board for Accountants (IESBA), 2009). Berbagai bentuk rotasi auditor memiliki dampak yang berbeda pada dua komponen kualitas audit. Sehubungan dengan rotasi partner audit dalam KAP, rotasi KAP memiliki potensi yang lebih besar untuk mengurangi kedekatan antara 27 auditor dan klien, sehingga meningkatkan independensi auditor ke tingkat yang lebih besar. Namun, rotasi KAP dapat mengakibatkan hilangnya pengetahuan spesifikasi klien, sehingga mengurangi kompetensi auditor dibandingkan dengan rotasi partner audit (Johnson & Lys, 1990). Ketentuan mengenai masa perikatan audit di Indonesia diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 17/PMK.01/2008 tentang Jasa Akuntan Publik Pasal 3 Ayat (1). Pasal tersebut menyebutkan bahwa KAP dibatasi hanya dapat memberikan jasa audit umum selama 6 tahun buku berturut-turut atas laporan keuangan dari suatu entitas dan Akuntan Publik dibatasi hanya dapat memberikan jasa audit umum selama 3 tahun buku berturutturut atas laporan keuangan dari suatu entitas. 2.2 Penelitian Terdahulu Penulis menemukan penelitian-penelitian terdahulu mengenai pengaruh diversifikasi geografis, diversifikasi industri, konsentrasi kepemilikan perusahaan, dan masa perikatan audit terhadap manajemen laba secara terpisah, yaitu: 1. Davis, Soo, dan Trompeter (2000) Davis et al. (2000) melakukan penelitian yang bertujuan meneliti hubungan antara lama masa perikatan audit dan tingkat manajemen laba perusahaan. Di dalam penelitian ini dilakukan pengujian untuk menguji hubungan antara lama masa perikatan audit dengan besar akrual diskresioner absolut dan kesalahan perkiraan. Dalam penelitian ini digunakan sampel sebanyak 855 perusahaan 28 selama periode 1981-1998. Hasil penelitian ini adalah adanya hubungan positif antara masa perikatan audit dan akrual diskresioner dan hubungan negatif antara masa perikatan audit dan kesalahan perkiraan analis absolut. 2. Lin dan Hwang (2010) Penelitian Lin dan Hwang (2010) membahas mengenai pengaruh kualitas audit dan tata kelola perusahaan terhadap manajemen laba. Masa perikatan auditor, ukuran auditor, spesialisasi auditor, dan independensi auditor merupakan proksi kualitas audit. Penelitian ini menggunakan 48 studi mengenai manajemen laba untuk dianalisis menggunakan meta-analisis. Masa perikatan audit, ukuran auditor, dan spesialisasi memiliki hubungan negatif dengan manajemen laba. Spesialisasi auditor memiliki hubungan positif terhadap manajemen laba. 3. El Mehdi dan Seboui (2011) Penelitian yang dilakukan El Mehdi dan Seboui (2011) bertujuan untuk memahami apakah diversifikasi perusahaan memberikan lingkungan yang menguntungkan untuk manajemen laba atau malah mengurangi fenomena manajemen laba. Data diambil dari Edgarscan dan Yahoo Finance. Sampel yang didapat yaitu sebanyak 9.888 perusahaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perusahaan terdiversifikasi memiliki masalah manajemen laba yang agak lebih besar daripada perusahaan yang berdiri sendiri. Hasil selanjutnya 29 adalah diversifikasi sedangkan geografis diversifikasi meningkatkan industri manajemen menurunkannya. Selain laba itu, diversifikasi industri dan geografis dikombinasikan dapat memperkuat fenomena manajemen laba. 4. Alves (2012) Penelitian Alves (2012) bertujuan untuk menganalisis apakah struktur kepemilikan perusahaan, yang diukur dengan tiga variabel, yaitu kepemilikan manajerial, konsentrasi kepemilikan, dan kepemilikan institusional, meningkatkan atau menurunkan manajemen laba. Dalam penelitian ini digunakan sampel 34 perusahaan nonfinansial yang terdaftar di Portugal untuk periode 2002-2007. Hasil dari penelitian ini adalah akrual diskresioner yang merupakan proksi untuk manajemen laba berhubungan negatif dengan kepemilikan manajerial dan konsentrasi kepemilikan. Selain itu, kepemilikan manajerial dan konsentrasi kepemilikan meningkatkan kualitas laba tahunan dengan mengurangi tingkat manajemen laba. 5. Verawati (2012) Penelitian Verawati (2012) ini bertujuan untuk menguji pengaruh diversifikasi operasi, diversifikasi geografis, leverage, dan struktur kepemilikan terhadap manajemen laba pada perusahaan manufaktur. Penelitian ini menggunakan data perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2009-2010 sebanyak 72 sampel perusahaan. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa 30 semakin besar tingkat diversifikasi geografis, semakin rendah manajemen laba perusahaan. Semakin terkonsentrasi struktur kepemilikan perusahaan, semakin besar pula manajemen laba perusahaan. Variabel diversifikasi operasi, kepemilikan asing, dan kepemilikan manajerial tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap manajemen laba. Diversifikasi operasi tidak berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba karena perusahaan terdiversifikasi tidak mengalami asimetri informasi yang lebih parah. Kepemilikan asing juga tidak berpengaruh signifikan karena jarak geografis dan ketidaktahuan kondisi lokal membuat pemegang saham asing kurang berpengaruh dalam pemantauan. Kepemilikan manajerial tidak memiliki pengaruh yang signifikan karena proporsi kepemilikan manajerial tidak dapat menyelaraskan kepentingan antara pemegang saham dengan manajer sehingga besar kecilnya kepemilikan manajerial juga tidak mempengaruhi manajer dalam melakukan manajemen laba. Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu No. Nama Peneliti Judul dan Tahun Penelitian Penelitian 1. Davis, Soo, Auditor dan Trompeter Tenure, (2000) Auditor Independence and Earnings Management Desain Penelitian (Variable dan Metode Penelitian) Variabel dependen: akrual diskresioner Variabel independen: masa perikatan audit, opini audit, ukuran KAP 31 Hasil Penelitian Masa perikatan audit memiliki hubungan positif terhadap akrual diskresioner No. Nama Peneliti dan Tahun Penelitian Judul Penelitian 2. Lin dan Hwang (2010) Audit Quality, Corporate Governance, and Earnings Management: A MetaAnalysis 3. El Mehdi dan Seboui (2011) Corporate Diversification and Earnings Management 4. Alves (2012) Ownership Desain Penelitian (Variable dan Metode Penelitian) Variabel kontrol: nilai absolut akrual total, arus kas dari aktivitas operasi, perubahan KAP Desain penelitian: regresi berganda Variabel dependen: manajemen laba Variabel independen: masa perikatan, ukuran, spesialisasi, dan independensi auditor, independensi, keahlian, kepemilikan saham, dan kursi independen dewan direksi, adanya komite audit, independensi, pertemuan, ukuran, keahlian, dan kepemilikan saham komite audit Desain penelitian: meta-analisis Variabel dependen: akrual diskresioner Variabel independen: diversifikasi perusahaan Variabel kontrol: rasio nilai pasar terhadap nilai buku, arus kas bebas, volatilitas arus kas operasi, risiko, beban modal, beban penelitian dan pengembangan, ukuran perusahaan, rasio utang Desain penelitian: regresi cross-sectional Variabel dependen: 32 Hasil Penelitian Masa perikatan auditor memiliki hubungan negatif terhadap manajemen laba Diversifikasi geografis berpengaruh positif, sedangkan diversifikasi industri berpengaruh negatif terhadap manejemen laba Akrual No. Nama Peneliti dan Tahun Penelitian Judul Penelitian Desain Penelitian (Variable dan Metode Penelitian) Structure and akrual diskresioner Earnings Variabel independen: Management: kepemilikan Evidence from manajerial dan Portugal institusi, konsentrasi kepemilikan Variabel kontrol: ukuran perusahaan, kinerja perusahaan, leverage, ukuran dewan, arus kas dari aktivitas operasi Desain penelitian: regresi OLS 5. Verawati Pengaruh Variabel dependen: (2012) Diversifikasi manajemen laba Operasi, Variabel independen: Diversifikasi diversifikasi operasi, Geografis, diversifikasi Leverage dan geografis, leverage, Struktur kepemilikan Kepemilikan terkonsentrasi, terhadap kepemilikan asing, Manajemen kepemilikan Laba institusional, kepemilikan manajerial Desain penelitian: regresi berganda Sumber: Penelitian terdahulu yang diringkas, 2012 Hasil Penelitian diskresioner mempunyai hubungan negatif dengan konsentrasi kepemilikan Diversifikasi geografis berpengaruh negatif dan kepemilikan terkonsentrasi berpengaruh positif terhadap manajemen laba. Diversifikasi operasi tidak berpengaruh signifikan Penelitian El Mehdi dan Seboui (2011) memberikan hasil bahwa diversifikasi geografis berpengaruh positif terhadap manajemen laba, sedangkan diversifikasi industri berpengaruh negatif terhadap manajemen laba. Namun, penelitian Verawati (2012) memberikan hasil bahwa diversifikasi geografis berpengaruh negatif terhadap manajemen laba, sedangkan diversifikasi operasi tidak berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba. 33 Penelitian Alves (2012) memberikan hasil bahwa manajemen laba berhubungan negatif dengan konsentrasi kepemilikan. Sedangkan hasil penelitian Verawati (2012) adalah semakin terkonsentrasi struktur perusahaan, semakin besar manajemen laba perusahaan. Penelitian Davis et al. (2000) memberikan hasil bahwa akrual diskresioner sebagai proksi untuk manajemen laba mempunyai hubungan positif dengan masa perikatan audit. Penelitian Lin dan Hwang (2010) memberikan hasil yang berbeda, yaitu masa perikatan audit berpengaruh negatif terhadap manajemen laba. Penelitian ini mengacu pada penelitian El Mehdi dan Seboui (2011) dengan menambahkan beberapa variabel independen dari penelitian-penelitian lain sebelumnya. Penambahan variabel dilakukan karena dengan variabel diversifikasi perusahaan saja dirasa belum cukup untuk mengidentifikasi manajemen laba pada perusahaan. Variabel independen pada penelitian El Mehdi dan Seboui (2011) adalah diversifikasi perusahaan. Pada penelitian ini, variabel diversifikasi perusahaan dibagi menjadi dua, yaitu diversifikasi geografis dan diversifikasi industri seperti pada penelitian Verawati (2012). Metode pengukuran variabel diversifikasi perusahaan pada penelitian El Mehdi dan Seboui (2011) menggunakan variabel dummy sedangkan metode pengukuran diversifikasi geografis dan industri pada penelitian ini sama dengan penelitian Verawati (2012), yaitu sesuai dengan jumlah diversifikasi yang dimiliki oleh masing-masing perusahaan. 34 2.3 Kerangka Pemikiran Manajemen laba merupakan kasus yang sering terjadi di perusahaan. Manajemen sebagai agen melakukan manajemen laba karena ketidaktahuan pemilik perusahaan atau prinsipal. Selain itu, beberapa hal lain juga memicu terjadinya manajemen laba, yaitu diversifikasi geografis, diversifikasi industri, konsentrasi kepemilikan perusahaan, serta masa perikatan audit. Perusahaan yang terdiversifikasi dapat memberikan kesempatan manajemen untuk melakukan manajemen laba. Hal ini dikarenakan perusahaan yang terdiversifikasi lebih sulit diawasi oleh prinsipal karena struktur perusahaan yang kompleks. Perusahaan yang terdiversifikasi geografis menyebabkan kemungkinan terjadinya manajemen laba karena perusahaan multinasional tersebut letaknya jauh sehingga prinsipal sulit memantau kegiatan manajemen. Sebaliknya, perusahaan yang terdiversifikasi industri menurunkan terjadinya manajemen laba karena laba yang dihasilkan oleh perusahaan terdiversifikasi industri lebih sedikit daripada perusahaan yang berdiri sendiri (El Mehdi & Seboui, 2011). Konsentrasi kepemilikan juga mempengaruhi manajemen laba. Menurut penelitian Claessens et al. (2000), kepemilikan perusahaan di Indonesia sebagian besar merupakan kepemilikan terkonsentrasi. Pemegang saham mayoritas di sini bertindak sebagai pemilik sebenarnya dari perusahaan. Hal ini menyebabkan pemegang saham mayoritas dapat mengontrol perusahaan secara mutlak dan 35 melakukan tindakan yang menguntungkan pemegang saham mayoritas, salah satunya adalah manajemen laba. Beberapa peneliti berpendapat masa perikatan audit berpengaruh positif terhadap manajemen laba. Artinya, semakin lama masa perikatan audit, semakin tinggi pula kemungkinan adanya manajemen laba. Hal ini disebabkan karena hubungan yang lama antara auditor dan klien dikhawatirkan akan menurunkan independensi auditor (Al-Thuneibat et al., 2011) sehingga auditor tidak akan objektif dalam melakukan audit dan melakukan tindakan yang menguntungkan klien, seperti tidak melaporkan adanya manajemen laba dalam laporan keuangan perusahaan. Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Diversifikasi Geografis H1 (+) H2 (-) Diversifikasi Industri Konsentrasi Kepemilikan Perusahaan Masa Perikatan Audit H3 (+) Manajemen Laba H4 (+) 2.4 Hipotesis 2.4.1 Pengaruh Diversifikasi Geografis terhadap Manajemen Laba Menurut hipotesis konflik keagenan, kemampuan manajer untuk memutarbalikkan informasi dan memanipulasi laba tergantung pada tingkat 36 kompleksitas perusahaan (El Mehdi & Seboui, 2011). Perusahaan terdiversifikasi memiliki organisasi perusahaan yang kompleks dan menimbulkan masalah keagenan yang tinggi. Perusahaan yang terdiversifikasi memberikan kondisi yang lebih menguntungkan untuk manajemen laba. Hal ini dikarenakan masalah pada perusahaan terdiversifikasi adalah mereka mempunyai banyak anak perusahaan sehingga menyulitkan pemegang saham untuk mengawasi kinerja manajer. Penelitian El Mehdi dan Seboui (2011) memberikan hasil yaitu diversifikasi geografis dapat menimbulkan praktik manajemen laba dengan metode peningkatan laba pada perusahaan. Hasil ini sesuai dengan hipotesis konflik keagenan. Pada perusahaan terdiversifikasi geografis, masing-masing anak perusahaan terletak di berbagai negara sehingga menyebabkan pemilik perusahaan kesulitan mengawasi perilaku agen atau manajemen (El Mehdi & Seboui, 2011). Hal ini menyebabkan munculnya konflik keagenan yang akan berujung pada kemungkinan adanya manajemen laba. Perusahaan yang terdiversifikasi geografis memiliki anak-anak perusahaan yang berada di luar negeri. Hal ini dapat meningkatkan asimetri informasi serta masalah atau konflik keagenan. Manajer pada anak-anak perusahaan di luar negeri dapat melakukan praktik manajemen laba tanpa diketahui oleh pemilik perusahaan karena minimnya pengawasan. Berdasarkan penjelasan dan penelitian tersebut, maka hipotesis yang diajukan adalah: H1: Diversifikasi geografis berpengaruh positif terhadap manajemen laba. 37 2.4.2 Pengaruh Diversifikasi Industri terhadap Manajemen Laba Hipotesis volatilitas laba menyatakan bahwa diversifikasi perusahaan dapat menghasilkan variabilitas laba yang lebih rendah karena laba yang dihasilkan dari berbagai unit perusahaan lebih sedikit dari perusahaan terfokus. Ketika akrual dalam segmen operasi yang berbeda dikelola pada tingkat perusahaan keseluruhan, manajer memiliki fleksibilitas untuk menerapkan akrual di seluruh segmen bisnis. Oleh karena akrual dalam berbagai divisi lebih sedikit dari perusahaan yang terkorelasi sempurna, akrual tersebut cenderung dibatalkan. Oleh karena itu, total akrual yang dihasilkan pada tingkat perusahaan secara keseluruhan kurang stabil, sehingga mengarah ke tingkat akrual abnormal yang lebih rendah (El Mehdi & Seboui, 2011). El Mehdi dan Seboui (2011) melakukan penelitian yang memberikan hasil bahwa perusahaan yang terdiversifikasi industri dapat mengurangi manajemen laba. Hasil ini sesuai dengan hipotesis volatilitas laba. Hipotesis volatilitas laba mengasumsikan bahwa terdapat hubungan yang terbalik antara manajemen laba dan diversifikasi perusahaan. Dapat disimpulkan bahwa manajemen laba akan berkurang pada perusahaan terdiversifikasi industri. Perusahaan yang terdiversifikasi industri beroperasi pada segmen-segmen bisnis yang berbeda. Hal ini menyebabkan para manajer di anak-anak perusahaan kesulitan untuk memanipulasi laba melalui akrual karena akrual yang dihasilkan dari unit-unit usaha yang berbeda cenderung dihapuskan. Oleh karena itu, perusahaan yang terdiversifikasi industri dapat mengurangi manajemen laba (El Mehdi & Seboui, 2011). 38 Berdasarkan penjelasan dan penelitian tersebut, hipotesis yang diajukan adalah: H2: Diversifikasi industri berpengaruh negatif terhadap manajemen laba. 2.4.3 Pengaruh Konsentrasi Kepemilikan Perusahaan terhadap Manajemen Laba Efek entrenchment mengasumsikan bahwa pemegang saham mayoritas akan melakukan tindakan yang menguntungkan pemegang saham mayoritas dan mengesampingkan kepentingan atau merugikan pemegang saham minoritas. Pemegang saham besar bertindak sebagai pemilik mutlak perusahaan yang dapat secara efektif mengendalikan perusahaan serta mempengaruhi keputusan manajemen melalui hak votingnya yang tinggi yang diperoleh dari persentase kepemilikan saham yang besar. Pemegang saham mayoritas tersebut cenderung lebih mementingkan kepentingannya sendiri daripada kepentingan perusahaan. Penelitian Verawati (2012) memberikan hasil bahwa semakin terkonsentrasi kepemilikan perusahaan, maka semakin besar manajemen laba perusahaan. Hasil penelitian tersebut sesuai dengan fakta bahwa perusahaan di Indonesia sebagian besar kepemilikan sahamnya terkonsentrasi pada beberapa pemegang saham sehingga menyebabkan timbulnya konflik kepentingan antara pemegang saham mayoritas dan pemegang saham minoritas. Keadaan ini akan menuntun pemegang saham mayoritas untuk mempengaruhi kinerja manajemen dalam membuat laporan keuangan perusahaan agar terlihat baik, salah satunya melalui manajemen laba. 39 Kepemilikan saham yang terkonsentrasi tidak menyebabkan kos keagenan yang tinggi, akan tetapi menyebabkan konflik kepentingan antara pemegang saham mayoritas dan pemegang saham minoritas. Pemegang saham minoritas seperti tidak memiliki andil dalam memberikan keputusan dalam operasi perusahaan karena kuasa pemegang saham mayoritas yang besar dalam setiap keputusan perusahaan. Pemegang saham mayoritas bertindak sebagai pemilik mutlak perusahaan. Harapan dari keadaan ini adalah pemegang saham mayoritas akan mementingkan kepentingan perusahaan. Akan tetapi, sebaliknya, keadaan ini dapat menyebabkan pemegang saham mayoritas melakukan apapun demi kepentingannya sendiri termasuk mengatur laba perusahaan agar memberikan keuntungan bagi dirinya. Berdasarkan penjelasan dan penelitian tersebut, hipotesis yang diajukan adalah: H3: Konsentrasi kepemilikan perusahaan berpengaruh positif terhadap manajemen laba. 2.4.4 Pengaruh Masa Perikatan Audit terhadap Manajemen Laba Masa perikatan audit yang panjang akan menyebabkan kemungkinan munculnya hubungan erat antara auditor dengan klien sehingga dikhawatirkan mengganggu independensi auditor (International Ethics Standards Board for Accountants (IESBA), 2009). Jika independensi auditor terganggu, maka auditor tidak akan melakukan audit secara objektif, tetapi akan melakukan tindakan- 40 tindakan yang dinilai akan menguntungkan klien, seperti tidak akan melaporkan adanya manajemen laba. Penelitian Davis et al. (2000) memberikan hasil bahwa ada hubungan positif antara masa perikatan audit dan akrual diskresioner mutlak. Hasil tersebut konsisten dengan pernyataan bahwa manajemen mendapatkan fleksibilitas pelaporan yang lebih besar dan mampu memenuhi perkiraan laba dengan lebih mudah seiring dengan meningkatnya masa perikatan audit. Auditor dituntut untuk bekerja secara independen terhadap kliennya dan tidak boleh terpengaruh oleh hubungan apapun yang dapat menyebabkan lunturnya independensi tersebut. Namun, seiring lamanya auditor memiliki hubungan dengan klien, dikhawatirkan akan meneyebabkan auditor tidak objektif dalam melakukan pemeriksaan terhadap laporan keuangan klien sehingga akan melakukan tindakan-tindakan yang tidak merugikan klien, seperti tidak akan melaporkan adanya manajemen laba dalam perusahaan klien. Berdasarkan penjelasan dan penelitian tersebut, hipotesis yang diajukan adalah: H4: Masa perikatan audit berpengaruh positif terhadap manajemen laba. 41 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel 3.1.1 Variabel Penelitian Variabel dependen penelitian ini adalah manajemen laba. Variabel independennya adalah diversifikasi geografis, diversifikasi industri, konsentrasi kepemilikan perusahaan, dan masa perikatan audit. 3.1.2 Definisi Operasional Variabel Definisi operasional variabel adalah definisi yang diberikan pada suatu variabel dengan memberikan arti untuk mengukur variabel tersebut. Masingmasing variabel dapat didefinisikan secara operasional sebagai berikut: 3.1.2.1 Variabel Bebas (Independent Variable) 1. Diversifikasi geografis Diversifikasi geografis merupakan jumlah negara di mana perusahaan beroperasi dan dilaporkan dalam laporan tahunannya. Diversifikasi geografis dilambangkan dengan GEODIV. Jika perusahaan hanya beroperasi dalam satu negara, maka akan diberi nilai 1. Sedangkan, jika beroperasi di beberapa negara, maka akan diberi nilai sesuai jumlah negara tersebut. 42 2. Diversifikasi industri Diversifikasi industri merupakan jumlah industri yang dijalankan oleh perusahaan dan dilaporkan pada informasi segmen pada catatan atas laporan keuangan perusahaan. Jika perusahaan hanya beroperasi pada satu industri, maka akan diberi nilai 1. Sedangkan, jika perusahaan beroperasi pada beberapa industri, maka akan diberi nilai sesuai jumlah industri tersebut. Diversifikasi industri diberi simbol INDDIV. 3. Konsentrasi kepemilikan perusahaan Konsentrasi kepemilikan perusahaan merupakan persebaran kepemilikan saham oleh para pemegang saham perusahaan. Konsentrasi kepemilikan diberi nilai sesuai dengan persentase saham yang dimiliki pemegang saham yang terbesar. Konsentrasi kepemilikan perusahaan dilambangkan dengan KKP. 4. Masa perikatan audit Masa perikatan audit adalah lama hubungan suatu KAP dengan klien dalam suatu proses audit. Masa perikatan audit yang dimaksud adalah jumlah tahun KAP terakhir mengaudit perusahaan tersebut. Masa perikatan audit, yang ditunjukkan dengan simbol ATENURE, dinilai dengan angka tahun KAP terakhir melakukan audit untuk perusahan tertentu. 43 3.1.2.2 Variabel Terikat (Dependent Variable) Variabel terikat penelitian ini adalah manajemen laba. Manajemen laba diwujudkan dengan akrual diskresioner. Akrual diskresioner dihitung menggunakan model Jones yang dimodifikasi. Model ini digunakan karena dianggap dapat memberikan hasil yang paling baik dalam mendeteksi manajemen laba dan memberikan hasil yang kuat (Dechow et al., 1995; Bartov et al., 2000). Berikut adalah cara menghitung akrual diskresioner: 1. Menghitung akrual diskresioner: (3.1) Keterangan: DACt = akrual diskresioner perusahaan pada periode t TACt = akrual diskresioner total perusahaan dalam periode t TAt-1 = aset total perusahaan pada akhir periode t – 1 NDAt = non discretionary accruals perusahaan pada periode t 2. Menghitung nilai akrual yang diestimasi dengan persamaan regresi Ordinary Least Square (OLS): ( ) ( Keterangan: 1, 2, 3 = koefisien regresi 44 ) ( ) (3.2) ∆REVt = perubahan pendapatan perusahaan antara periode t – 1 dan t PPEt = aset tetap perusahaan (gross property, plant, and equipment) pada periode t  = koefisien eror 3. Menghitung nilai non discretionary accruals menggunakan koefisien regresi pada persamaan (3.2): ( ) ( ) ( ) (3.3) Keterangan: ∆RECt = perubahan pada piutang perusahaan antara periode t – 1 dan t 4. Menghitung akrual total: (3.4) Keterangan: NIt = laba bersih setelah pajak perusahaan dalam periode t CFOt = arus kas operasi perusahaan dalam periode t Sulistyanto (2008) dalam Verawati (2012) menyatakan bahwa DAC dapat bernilai nol, positif, atau negatif. Nilai nol menunjukkan bahwa manajemen laba dilakukan dengan pola perataan laba (income-smoothing), nilai positif menunjukkan manajemen laba dilakukan dengan pola penaikan laba (incomeincreasing), dan nilai negatif menunjukkan adanya manajemen laba dengan pola penurunan laba (income-decreasing). DAC yang bernilai positif maupun negatif 45 tersebut memiliki arti yang sama, yaitu untuk menyembunyikan kinerja yang buruk atau menyimpan laba tahun ini untuk digunakan di masa yang akan datang (Gul et al., 2003). Oleh karena itu, dalam penelitian ini digunakan nilai absolute dari DAC (ABSDAC) sebagai proksi untuk manajemen laba. 3.2 Penentuan Sampel Populasi penelitian ini adalah seluruh perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada periode tahun 2011. Perusahaan manufaktur adalah perusahaan yang kegiatannya mengolah bahan baku menjadi barang jadi. Perusahaan manufaktur dipilih karena perusahaan manufaktur merupakan perusahaan yang memiliki operasi yang kompleks sehingga dapat dicurigai selama proses yang kompleks tersebut, manajemen dapat melakukan manajemen laba. Perusahaan manufaktur memiliki struktur laporan keuangan yang lengkap dan rinci karena sifat kegiatan usahanya tersebut. Laporan keuangan perusahaan manufaktur juga jarang mengalami perubahan yang dikarenakan perubahan regulasi. Perusahaan-perusahaan manufaktur juga merupakan perusahaan yang mayoritas sehingga diharapkan dapat mewakili populasi perusahaan di Indonesia secara keseluruhan. Tahun 2011 dipilih sebagai tahun penelitian karena tahun 2011 merupakan periode yang paling baru sehingga dapat lebih menggambarkan keadaan perusahaan-perusahaan saat ini. Proses penentuan sampel perusahaan ini adalah dengan teknik purposive sampling di mana perusahaan yang dijadikan sampel harus memenuhi berbagai kriteria sebagai berikut: 46 1. Menerbitkan laporan tahunan (annual report) dan laporan keuangan (financial statement) pada tahun 2011 2. Perusahaan tidak melakukan IPO pada tahun 2011 3. Menyajikan angka pada laporan keuangan dengan mata uang rupiah 4. Memiliki data yang dibutuhkan dalam penelitian ini Setelah dilakukan purposive sampling sesuai kriteria di atas, didapatkan jumlah sampel untuk penelitian ini sebanyak 98 perusahaan manufaktur. 3.3 Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif. Sedangkan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data sekunder yang terdiri dari laporan tahunan dan laporan keuangan perusahaan serta informasi lain yang dibutuhkan yang diperoleh dari situs BEI, yaitu www.idx.co.id, dan situs perusahaan terkait. 3.4 Metode Pengumpulan Data Data sekunder yang diperlukan dalam penelitian ini diperoleh melalui metode dokumentasi. Metode dokumentasi dilakukan dengan cara mengumpulkan laporan tahunan dan data lain yang diperlukan sesuai dengan penjelasan sebelumnya. Data pendukung lainnya diperoleh dengan metode studi pustaka dari jurnal-jurnal ilmiah serta literatur yang memuat pembahasan yang berkaitan dengan penelitian ini. 47 3.5 Metode Analisis Data Metode analisis yang digunakan adalah dengan model analisis regresi linier berganda dengan menggunakan software SPSS 16. Gujarati (2003) dalam Ghozali (2006) menjelaskan bahwa analisis regresi adalah studi mengenai ketergantungan variabel dependen dengan satu atau lebih variabel independen. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah statistik deskriptif, uji asumsi klasik, dan uji hipotesis. 3.5.1 Analisis Statistik Deskriptif Statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi suatu data yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, varian, maksimum, minimum, sum, range, kurtosis, dan skewness (kemencengan distribusi). Skewness mengukur kemencengan dari data dan kurtosis mengukur puncak dari distribusi data. Data yang terdistribusi secara normal mempunyai nilai skewness dan kurtosis mendekati nol (Ghozali, 2006). 3.5.2 Uji Asumsi Klasik Uji asumsi klasik bertujuan untuk mengetahui kelayakan penggunaan model regresi pada penelitian ini. 3.5.2.1 Uji Multikolinearitas Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah pada model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel independen. Multikolinearitas 48 dapat dilihat dari nilai tolerance dan VIF (variance inflation factor). Jika nilai tolerance >0,1 dan VIF <10, maka tidak terjadi multikolinearitas. 3.5.2.2 Uji Heteroskedastisitas Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Model regresi yang baik adalah yang homoskedastisitas, yaitu variance residual dari satu pengamatan ke pengamatan lain tetap. Cara mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas salah satunya adalah dengan uji korelasi Rank Spearman. 3.5.2.3 Uji Normalitas Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Uji statistik yang dapat digunakan untuk menguji normalitas residual adalah uji statistik nonparametrik Kolmogorov-Smirnov (K-S). 3.5.2.4 Uji Autokorelasi Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada problem autokorelasi. Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lainnya. Pada penelitian ini tidak dilakukan 49 uji autokorelasi karena data yang digunakan adalah data crossection, yaitu tahun 2011 saja. 3.5.3 Uji Hipotesis Variabel independen dalam penelitian ini berjumlah lebih dari satu. Oleh sebab itu, uji hipotesis penelitian ini menggunakan analisis regresi berganda. Selain itu, analisis ini dapat menentukan hubungan antara variabel dependen, yaitu manajemen laba, dan variabel-variabel independennya. Model regresi yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: (3.5) Keterangan: ABSDAC = nilai akrual diskresioner absolut = konstanta 1, 2, 3, 4 = koefisien regresi GEODIV = diversifikasi geografis INDDIV = diversifikasi industri KKP = konsentrasi kepemilikan perusahaan ATENURE = masa perikatan audit 50  = koefisien eror Selanjutnya untuk mengetahui pengaruh antara variabel-variabel independen dengan tingkat manajemen laba akan dilakukan pengujian-pengujian hipotesis penelitian terhadap variabel-variabel dengan pengujian yang akan dibahas selanjutnya. 3.5.3.1 Uji Koefisien Determinasi Koefisien determinasi digunakan untuk mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen (Ghozali, 2006). Nilai R2 berkisar antara nol sampai satu, apabila R2 = 0 berarti tidak ada hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen, sedangkan R2 = 1 berarti ada suatu hubungan yang sempurna. Untuk regresi dengan variabel bebas lebih dari 2, digunakan adjusted R2 sebagai koefisien determinasi. 3.5.3.2 Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F) Uji statistik F digunakan untuk mengetahui apakah semua variabel independen yang dimasukan ke dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama atau simultan terhadap variabel dependen (Ghozali, 2006). Pengujian dilakukan dengan menggunakan tingkat signifikansi 0,05 (α = 5%). Penolakan atau penerimaan hipotesis adalah berdasarkan kriteria berikut: 1. Jika nilai signifikansi 0,05, maka hipotesis dapat diterima. Artinya, variabel GEODIV, INDDIV, KKP, dan ATENURE secara bersamasama berpengaruh terhadap manajemen laba. 51 2. Jika nilai signifikansi >0,05, maka hipotesis ditolak. Artinya, variabel GEODIV, INDDIV, KKP, dan ATENURE secara bersama-sama tidak berpengaruh terhadap manajemen laba. 3.5.3.3 Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t) Uji statistik t menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel bebas secara individual dapat menjelaskan variasi variabel terikat (Ghozali, 2006). Pengujian dilakukan dengan menggunakan tingkat signifikansi 0,05 (α = 5%). Penolakan atau penerimaan hipotesis dilakukan berdasarkan kriteria berikut: 1. Jika nilai signifikansi 0,05, maka hipotesis dapat diterima. Artinya, secara parsial variabel GEODIV, INDDIV, KKP, dan ATENURE berpengaruh terhadap manajemen laba. 2. Jika nilai signifikansi >0,05, maka hipotesis ditolak. Artinya, secara parsial variabel GEODIV, INDDIV, KKP, dan ATENURE tidak berpengaruh terhadap manajemen laba. 52