Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                
METODE PEMBELAJARAN PENDIDIKAN ANAK USIA DINI (PAUD) MAKALAH Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah PAUD Semester GasalJurusan Psikologi Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya Disusun Oleh : Nurul Istiqomah – 1511505338 M. Irvan Al Fauzani, Ch. – 1511505339 Bram Kristian – 1511505341 Nur Laely Fajri – 1511505347 Lindri Putri Ningrum – 1511505362 PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SURABAYA Oktober 2016 METODE PEMBELAJARAN BCCT Pendekatan BBCT adalah pendekatan yang membahas inovasi Montessori di bidang pembelajaran anak untuk Pendidikan Anak Usia Dini. Di Indonesia pendekatan ini dikenal sebagai “pendekatan sentra dan saat lingkaran”. Pendekatan ini berusaha merangsang anak agar bermain secara aktif di sentra-sentra permainan. Jadi anak didiknya yang belajar aktif, bukan gurunya. Dengan kata lain pendekatan ini menghendaki anak menjadi “ subjek otonom “ yang bebas mengembangkan kemampuannya secara maksimal. Sementara guru lebih bersifat pasif karena tugas guru hanya sebatas memotivasi, memfasilitasi, mendampingi, dan memberi pijakan-pijakan. Pijakan dalam Pendektan BCCT Untuk merangsang perkembangan anak pada tahapan yang lebih yinggi, pendekatan ini menggunakan empat pijakan (A. Martuti, 2009) , yaitu : Pijakan lingkungan bermain (persiapan) Pada pijakan ini guru lebih aktif daripada anak didik. Sebab, pada pijakan ini guru harus mempersiapkan lingkungan bermain, sehingga sebelum anak masuk, area sudah tertata rapid an siap digunakan bermain. Persipan tersebut mencangkup pengelompokan usia anak dan klasifikasi tingkat perkembangan anak. Jadi, pijakan pertama lingkungan atau persiapan adalah anak dikelompokkan sedemikian rupa sehingga mempunyai taraf perkembangan yang relative sama. Yang tidak kalah pentinya adalah alat dan bahan yang akan digunakan anak untuk bermain. Tentu, sebelum datang ke lokasi bermain guru telah sibuk mempersiapkan perencanaan yang matang. Pijakan sebelum bermain Pada pijakan ini, ada beberapa kegiatan yang dilakukan bersama antar guru dan anak didik. Urutan kegiatan tersebut adalah sebagai berikut : Guru dan anak didik duduk bersama dengan posisi melingkar, kemudian guru memberi salam, menanyakan kabar anak didiknya dan mengabsen mereka Setelah itu, guru menunjuk salah satu anak untuk memimpin doa pembuka. Biasanya, menunjuk ini dilakukan secara bergilir, sesuai dengan nomor urut absen. Jadi yang bertugas memimpin doa bukan hanya ketua kelasnya saja. Selanjutnya, guru menjelaskan tema materi atau pelajaran pada hari itu dan mengaitkannya dalam kehidupan sehari-harinya. Supaya anak-anak dapt dengan mudah memahami materi tersebut guru menyertainya dengan membacakan sebuah cerita atau kisah tertentu yang ada hubungannya dengan tema tersebut. Guru mengadakan post tes dengan cara menanyakan ulang isi cerita yang baru saja disampaikan. Guru mengaitkan isi cerita tersebut dengan kegiatan bermain Guru memperkenalkan alat permainan edukatif yang akan dipergunakan dengan tempat yang sudah disiapkan Guru menyampaikan aturan bermain yang akan dilakukan. Setelah aturan permainan disepakati, maka penjelasan selanjutnya adalah cara penggunaan alat permainan edukatif, memberi instruksi kapan permainan dimulai dan diakhiri, serta mengembalikan alat permainan pada tempatnya Batsilah pijakan ini selama 15 menit. Setelah semua penjelasan di atas dapat dengan jelas oleh anak didik, barulah guru boleh menginstruksi bahwa permainan siap dimulai. Pijakan selama bermain Adapun rangkaian kegiatan pada pijakan ini adalah sebagai berikut : Guru membawa anak-anak pada lokasi atau tempat bermain yang telah dipersiapkan Guru memberi contoh pada anak yang belum mengetahui cara menggunakan alat perminan edukatif Mengajukan beberapa pertanyaan positif sebagai stimulasi Mencatat berbagai bentuk permainan anak Mengumpulkan hasil kerja dengan melengkapai nama dan tanggal Mencatat tahapan perkembangan yang dicapi Batasi kegiatan bermain ini selama 60 menit. Sebelum waktu habis (+/-) 5 menit, guru harus memberi instruksi bahwa permainan segera di akhiri. Pijakan setelah bermain Adapun rangkaian kegiatan pada pijakan ini adalah sebagai berikut : Setelah waktu bermai habis, guru memberi instruksi bahwa anak-anak harus membereskan alat-alat permainan edukatif yang digunakan Guru meminta anak didik untuk membersihkan, merapikan, dan mengembalikan semua alat permainan edukatif ke tempatnya semula Setelah pemberesan semua alat permainan edukatif selesai, mintaklah mereka duduk melingkar kembali pada pijakan kedua Kemudian, guru memberikan pertanyaan seputar hal-hal yang dilakukan anak didik ketika bermain. Berbagai pertanyaan ini berguna untuk melatih daya ingat anak sekaligus mengasah kemampuan mengeluarkan ide dan gagasan dalam bentuk kata-kata. Sentra-sentra dalam BCCT Sentra dalam permainan ini adalah area atau zona bermain anak yang dilengkapi dengan seperangkat alat edukatif, perlengkapan tempat bermain di ruang terbuka (lapangan) maupun tempat tertutup (aula). Kedua area inilah yang menjadi sentra-sentra sebagai ajang kreasi keempat pijaka diatas. Dengan demikian anak diharapkan dapat mengembangkan semua aspek kecerdasan anak dalam sekali bermain, sedangkan keinginan anak untuk bermain tidak hanya satu jenis saja, maka setiap jenis permainan yang akan diperankan oleh anak harus dikemas menjadi sentra-sentra bermain yang sesuai pilihan anak. Dengan demikian, apapun jenis permainan yang dilakukan anak, tetap akan mengembangkan semua aspek kecerdasan anak, atau dalam bahasa Gardner disebut dengan istilah Multiple intelligence.Sentra dalam pendekatan BCCT akan mengakomodasikan semua kecerdasan tersebut ke dalam sebuah bentuk permainan. Berikut ini beberapa sentra yang jika dimainkan akan mengembangkan semua aspek kecerdasan anak. Sentra ibadah Keemasan sentra ini adalah spiritualisasi atau keagamaan.melalui sentra ini anak dapat dirangsang supaya semua kemampuannya tumbuh dan berkembang mengenai keagamaan. Walaupun sentra ini sangat baik, tetapi belum tentu semua anak mau bermain dengan sentra ini. Namun wlaupun begitu walaupun ia tidak bermain di sentra inin , ia akan mendapatkan nilai-nilai kecerdasan yang sama di sentra-sentra yang lain. Sentra bahasa Sentra ini akan mengemas berbagai perkembangan kecerdasan anak melalui kecerdasan bahasa atau kosa kata anak. Melalui kegiatan berbicara, mendengar, bernyanyi, menulis, dll. Sentra balok Sentra ini bertujuan untuk mengasa kecerdasan visual-spasial (kecerdasan ruang) anak. Sentra ini menyodorkan anak agar bermain berbagai bentuk balok, seperti kubus, dadu, geometri, dan lain sebagainya. Disamping itu anak juga sering diajak menonton film, menggambar dan berimajinasi. Sentra bermain peran Sentra ini bertujuan untuk mengasah kecerdasan interpersonal dan intrapersonal, serta menumbuhkan jiwa kompetitif pada anak. Biasanya sentra ini mengajak anak bermain peran seperti polisi-polisian, dokter-dokteran, monster-monsteran dll. Sentra seni music Sentra ini mengajak anak untuk bermain music dan seni tari, sehingga anak mempunyai kecerdasan musical yang tinggi. Berbagai permainan yag dilakuka di sentra ini adalah bertepuk tangan, memaikan alat music, membuat komposisi nada, dll. Sentra ketangkasan Sentra ini bertujuan untuk mengasah kemampuan olah tubuh atau ketangkasan anak. Biasanya sentra ini adalah lapangan atau tempat terbuka. Bisa juga dilakukan dialam bebas ketika karya wisata atau taman afsari. Yang biasanya dilakukan yaitu unsur melompat, meloncat, berlari maju, mundur, menyamping, berguling acrobat, dll. Sentra alam bebas Sentra alam bebas bertujuan untuk mencerdaskan naturalis anak dengan kata lain untuk menumbuhkan kepekaan dan kepeulian terhadap lingkungan dan alam sekitar. Berbagai bentuk alat edukatif harus dibuat benda-benda di alam bebas seperti daun, pelepah pisang, tanaman apotek hidup dll. Sentra puzzle Sentra ini menumbuhkan kecerdasan matematislogis, linguistic, vicual, intra, dan interpersonal anak. Prinsip-prinsip Dasar BCCT Keseluruhan proses pembelajaran berdasarkan pada teori dan pengalaman empiris. Setiap jenis permainan harus ditujukan untuk mengembangkan seluruh aspek kecerdasan anak atau Multiple Intelligence Lingkungan bermain, termasuk sentra dan pijakan harus mampu menstimulasi gerak aktif anak dan pemikiran kreatif mereka Menggunakan standar operasional yang baku dalam proses bermain atau pembelajaran. MODEL PEMBELAJARAN HIGH/SCOPE The High/Scope Educational Foundation (Yayasan Penelitian Pendidikan High/Scope) terus mengembangkan dan menerapkan model ini hingga sekarang, memasukkan hasil penelitian berkaitan dengan literasi, matematika, ilmu pengetahuan alam, perkembangan sosial, perkembangan kesehatan dan fisik, seni dan penggunaan komputer, dan membuat orang mengaplikasikan model tersebut kepada situasi dan populasi anak yang baru di seluruh dunia. Ribuan program pendidikan anak usia dini di seluruh Amerika Serikat dan negara-negara lainnya kini menggunakan model High/Scope. Model pendidikan anak usia dini High /Scope adalah kerangka terbuka mengenai teori-teori perkembangan dan praktik pendidikan yang berbasis pada perkembangan interaktif anak. Model ini digunakan dalam ribuan program pendidikan anak usia dini diseluruh Amerika Serikat dan negara-negara lain. Berdasarkan gagasan perkembangan anak Piaget (Piaget & Inhelder,1969) dan praktik pengajaran yang berasal dari teori pembelajaran sosial Vygotsky (1934-1962), model High/Scope memandang anak-anak sebagai pembelajar aktif yang paling baik belajar melalui kegiatan yang mereka rencanakan, laksanakan, dan reflesikan sendiri. Orang dewasa mengatur bidang minat dalam lingkungan pembelajaran yaitu mempertahankan rutinitas harian yang mengizinkan anak-anak merencanakan dan meneruskan kegiatan mereka sendiri, mengikuti kegiatan anak-anak dan membantu mereka merenungkan berbagai hal serta memberikan bahasa melalui percakapan  dan pengamatan. Orang dewasa juga mendorong anak-anak meraih petunjuk perkembangan utama dan membantu dan membantu mereka belajar mengambil keputusan, memecahkan masalah serta secara umum terlibat dalam kegiatan yang meningkatkan perkembangan kecerdasan, sosial, dan fisik. Penelitian empiris sistematis selama berpuluh-puluh tahun menunjukkan bahwa model High/Scope berhasil meningkatkan kesempatan hidup anak-anak yang turut serta dalam program tersebut. Sementara model High/Scope berkembang antusiasme nasional pada model pendidikan anak usia dini juga bermunculan. Pemerintah federal menjaga antusiasme ini dengan menaruh minat aktif pada pendidikan anak usia dini sebagai sarana untuk membantu anak-anak miskin menghindari kegagalan bersekolah dan akibatnya yang tragis. War on Poverty(Perang terhadap kemiskinan) dan Economic Opportunity Act (Undang-Undang Kesempatan Ekonomi) tahun 1964 oleh Presiden Lyndon Johnshon mengawali peranan federal dalam pendidikan anak usia dini melalui proyek Head Start Nasional, yang sejak saat itu terus berkembang selama bertahun-tahun. Pada akhir tahun 2007, pusat pelatihan High/Scope dan institut nasional berlisensi beroperasi di Kanada, Inggris Raya, Indonesia, Irlandia, Korea, Meksiko, Singapura, Belanda dan Afrika Selatan. Buku-buku teks dasar dan instrument penilaiannya diterjemahkan ke dalam bahasa Arab, Cina, Belanda, Finlandia, Perancis, Korea, Norwegia, Spanyol, Turki dan Indonesia. Usaha ini membantu menyebarkan contoh pendidikan yang demokratis dalam pelaksanaannya bisa disesuaikan dengan budaya, bahasa lokal dan terbuka untuk digunakan di manapun oleh orang dewasa yang penuh pemikiran. Penelitian prasekolah High/Scope perry (Schweinhart dkk., 2005) dan Penelitian banding kurikulum prasekolah High/Scope (Schweinhart & Weikart, 1997) menunjukkan bahwa model anak usia dini High/Scope memiliki  manfaat penting dalam berkelanjutan karena membantu perkembangan hal-hal berikut ini: Memberdayakan anak dengan membiarkan mereka memulai dan melaksanakan kegiatan pembelajaran mereka dan mengambil keputusan secara mandiri.Memberdayakan orang tua dengan melibatkan mereka dalam hubungan yang berkelanjutan sebagai mitra penuh dengan guru dalam mendukung perkembangan anak-anak mereka. Memberdayakan guru dengan memberi mereka contoh efektif yang di dukung oleh pelatihan dan pengawasan yang sistematis, beserta perangkat pengamatan untuk menilai perkembangan anak-anak. Oleh karena itu, semoga program saat ini bisa ditiru sepenuhnya. Selanjutnya, tidak ada alasan untuk berpikir bahwa hubungan antara model pendidikan dan pencapaian anak yang dimulai pada tahun 1960an berbeda dengan saat sekarang ini. High/Scope memiliki komponen penting, yaitu : Anak sebagai pembelajar aktif yang menggunakan sebagian besar waktunya di dalam learning center yang beragam. Merencanakan-melakukan-mengulang (plan – do – review). Guru membantu anak untuk memilih apa yang akan mereka lakukan setiap hari, melaksanakan rencana mereka dan mengulang kembali yang telah mereka pelajari. Pengalaman kunci (key experience). Pengal aman-pengalaman penting anak dipakai untuk pembelajaran . Penggunaan catatan anekdot untuk mencatat kemajuan yang diperoleh anak. Asesmen yang digunakan High/scope yaitu system Child Observation Record(COR) untuk memantau kemajuan perkembangan anak. Hal-hal yang diobservasi oleh guru yaitu: Inisiatif (cara anak mengekspresikan pilihannya). Hubungan sosial (cara berhubungan dengan teman). Representasi kreatif (membangun, berpura-pura). Musik dan gerakan (memiliki inisiatif gerakan saat mendengarkan tempo lagu). Bahasa dan literatur (menghitung objek, menjabarkan jarak waktu). Model Pembelajaran Montessori Model pembelajaran montessori di gagas oleh seorang dokter wanita pertama di Italia, Mari Montessori. Montessori lahir di Chiaravalle, sebuah provinsi kecil di Ancona, Italia pada tahun 1870. Dia bekerja di sebuah klinik psikiatri Universitas Roma yang menyebabkan dia sering berinteraksi langsung dengan cacat mental. Ia tertarik untuk mencari solusi pendidikan untuk masalah-masalah seperti ketulian, kelumpuhan keterlambatan mental. Pemikiran Montessori yang berkaitan dengan anak cacat mental akhirnya ditindaklanjuti dengan pendirian Casai dei Bambini atau Children’s House di daerah-daerah kumuh di Roma tahun 1907. Maria Montessori meyakini bahwa dalam tahun-tahun awal seorang anak mempunyai “sensitive periode” (masa peka). Potensi ini akan mati dan tidak akan muncul lagi apabila tidak diberikan kesempatan untuk berkembang, tepat pada waktunya. Montessori memberikan panduan periode sensitif atau masa peka ini dalam sembilan tahapan pada tabel berikut: TAHAP USIA PERKEMBANGAN 1 Lahir-3 tahun Absorbed mind,perkenalan dan pengalaman sensoris 2 1,5-3 tahun Perkembangan bahasa 3 1,5-4 tahun Perkembangan dan koordinasi anatara mata dan otot-ototnya serta perhatian pada benda-benda kecil 4 2-4 tahun Perkembangan dan penyempurnaan gerakan, perhatian besar pada hal-hal yang nyata, dan mulai menyadari urutan waktu dan ruang 5 2,5-6 tahun Penyempurnaan penggunaan panca indera 6 3-6 tahun Peka terhadap pengaruh orang dewasa 7 3,5-4,5 tahun Mulai mencorat coret 8 4-4,5 tahun Indera peraba mulai berkembang 9 4,5-5,5 tahun Mulai tumbuh minat baca Langkah pembelajaran dalam metode initerdiri dari tiga langkah, yaitu: Langkah menunjukkan. Seorang guru menunjukkan kertas berwarna merah sambil mengatakan ini merah. Langkah mengenal. Guru meletakkan beberapa kertas berwarna dan meminta anak untuk mengambil warna merah. Langkah mengingat. Guru mengambil salah satu kertas dari beberapa kertas yang telah diacak dan bertanya kepada mereka “ini warna apa?”. Montessori menyatakan,”penting bagi guru untuk memandu anak tanpa membuat anak terlalu merasakan kehadirannya, sehingga guru selalu siap memberikan bantuan yang diinginkan , tetapi tidak menjadi penghalang antara anak dan pengalamannya”. Berikut adalah peranan guru dalam program Montessori: Menghormati anak dan pembelajarannya. Membuat anak sebagai pusat pembelajaran. Mendorong pembelajaran anak. Mengamati anak. Mempersiapkan lingkungan pembelajaran. Memperkenalkan materi pembelajaran dan mendemonstrasikan pelajaran Dalam lingkungan yang siap, materi dan aktivitas tertentu mendukung tiga area dasar keterlibatan anak, yaitu: kehidupan praktis atau pendidikan motorik, materi sensorik untuk pelatihan indera, dan materi akademik untuk pengajaran menulis, membaca dan matematika. Kehidupan praktis Lingkungan yang siap menekankan aktivitas motorik dasar sehari hari misalnya melepas dan memakai sepatu sendiri. Aktivitas seperti ini membuat anak tidak tergantung pada orang dewasa dan mengembangkan konsentrasi. Penganut Montessori yakin bahwa semakin anak tenggelam dalam aktivitas, mereka secara bertahap memperpanjang rentang konsentrasi. Seiring mereka mengikuti rangkaian tindakan yang teratur, mereka belajar memperhatikan hal-hal yng detail. Pengajaran verbal guru diupayakan seminimal mungkin. Penekanan pada proses pengajaran adalah pada menunjukkan cara – memberi contoh dan memperhatikan. Aktivitas kehidupan praktis diajarkan melalui empat tipe latihan yang berbeda, yaitu kepedulian orang melibatkan beberapa aktivitas, kepedulian lingkungan, hubungan sosial, serta analisis dan kontrol gerakan. Materi sensorik Inti program Montessori adalah rangkaian khusus materi pembelajaran yang membantu anak belajar dan yang mendukung gagasan Montessori mengenai cara terbaik memfasilitasi pemelajaran anak. Banyak materi ini di rancang untuk melatih dan menggunakan indera guna mendukung pembelajaran. Fungsi materi sensorik adalah membantu membuat anak lebih mengenali kapasitas tubuh untuk meneerima , menafsirkan, dan menggunakan rangsangan. Kedua , materi sensorik membantu mempertajam kekuatan anak untuk mengamati dan membedakan secara visual. Keterampilan ini berfungsi sebagai dasar bagi kesiapan membaca awal umum. Ketiga, materi sensorik meningkatkan kemampuan anak untuk berfikir, sebagai proses yang bergantung pada kemampuan membedakan, mengklasifikasikan, dan mengatur. Anak secara konstan menghadapi keputusan mengenai materi sensorik. Aktivitas sensorik bertujuan untuk mempersiapkan anak untuk menyambut periode sensitif yaitu menulis dan membaca. Materi pelatihan dan pengembangan indera memiliki karakteristik kontrol kesalahan, pemisahan kualitas tunggal, keterlibatan aktif serta daya tarik. Materi akademik untuk menulis, membaca dan matematika Materi montessori adalah akademik yang dirancang khusus untuk mendorong kemampuan menulis, membaca dan matematika. Mmontessori berkata bahwa anak ”masuk secara spontan” ke menulis dan membaca. Ia mengantisipasi paktik saat ini seperti pendekatan kontemporer keseluruhan bahasa dalam memadukan menulis dan membaca serta mmpertahankan bahwa melalui menulis anak belajar membaca. Montessori yakin bahwa banyak anak siap menulis pada usia 4 tahun. Fitur-fitur lain dari sistem Montessori adalah kelompok usia yang beragam. Manfaat dari kelompok anak dengan beragam usia adalah anak dapat belajar dari yang lain dan saling membantu, beragam mater tersedia untuk semua usia, dan anak-anak yang lebih besar menjadi contoh dan teman bekerja sama bagi anak-anak yang lebih kecil. Di kelas Montessori anak-anak bebasbelajar pada tingkat kemampuan dan prestasi mereka sendiri. Mereka memutuskan untuk ikut serta dalam kegiatan yang mana dan mengerjakan dengan tingkatan mereka sendiri. MODEL PEMBELAJARAN REGGIO EMILIA Nama Reggio Emilia diambil dari nama sebuah kota kecil dibagian utara Italia. Tujuan pembelajaran dari Reggio Emilia adalah: Mempromosikan studi, penelitian, eksperimen dalam pembelajaran dengan konteks pembelajaran yang aktif, konstruktif, dan kreatif. Mengomunikasikan kekuatan ide dan hak anak, potensi, dan sumber-sumber yang sering kali terabaikan. Meningkatkan profesionalisme guru, mendukung suatu kesadaran yang tinggi terhadap nilai-nilai kerja sama dan kebermaknaan hubungan antara anak dan keluarganya. Peranan guru dalam pendidikan dengan pendekatan Reggio Emilia, yaitu: Mengatur kelas dan benda-benda yang ada dikelas agar menjadi tempat yang menyenangkan. Membantu bagi anak dalam pengalaman belajar anak. Mendorong anak agar mengeluarkan ide, cara pemecahan masalah dan konflik. Pandangan model pembelajaran Reggio Emilia terhadap suatu proyekpembelajaran yaitu: Proyek dapat diperkenalkan oleh guru melalui hal-hal yang menjadi minat anak. Misalnya: gedung-gedung tinggi, bentuk bangunan. Memunculkan ide-ide yang diberikan anak atau dari minat anak. Proyek dapat diprovokasi oleh guru untuk membantu perkembangan anak. Metode Reggio Emilia Kepercayaan-kepercayaantentanganakdancaraanakbelajar Hubunganberfokuspadasetiapanakdandilandaskandalamhubungannyadengankeluarga, anak-anaklain,guru, lingkungansekolah, komunitas, danmasyarakatluas. Waktuparaguru di Reggio Emilamenyakinibahwawaktutidaklahdiaturoleh jam dinding, dankelangsungan proses belajartidakbolehdiinterupsiolehharidantanggal. Peran orang dewasaorang-orang dewasamemilikiperanbesardalamkehidupananakkesejahteraananakberhubungandengankesejahteraaan orang tuadan guru. Gurumengamatidanmendengarkanapa yang dikatakananakuntukmengetahuicaramembuatrencanaataumeneruskantugasanak. Guru adalahrekanteman bekerjasamaanakdalam proses penelitiandanpembelajaran yang berkelanjutan. Atelieristaadalahguru yang terlatihdalambidangseni visual, yang bekerjaberdampingandengan guru lain dananak di TK, danmengadakankunjungankepusat-pusatbayi – balita. Keluargaadalahkomponenpentingdalamproses Reggio danmerekadiikutsertakandalamkomitepenasehat yang menyelenggarakansetiapsekolah. Lingkungan program tersebutadalahlingkungandimana orang dewasamenuangkanpemikirantentangkualitasdankekuataninstruktifruang. RuangFisik untukmenyambutsiapapun yang memasukinyamendorongterjadinyainteraksi, komunikasi, danhubungan. Pusat-pusatdansekolahRegioditataindahdetailnyadiperhatikan, warna cat dinding, bentuk furniture, pengaturanobjekdalamrakdanmeja. Lingkungannya personal danpenuhdenganhasilkaryaanakdimana-manaterdapatlukisan, gambaran, patungkertas, konstruksikabel. Atelieradalahkamarkerjakhususatau studio, yang adadandigunakanolehsemuaanakdan guru disekolah. Studio iniberisiberagamalatdanbahandanjugacatatanproyekdankegiatan yang lalu. METODE PEMBELAJARAN BANK STREET Sejarah Pendekatan Bank Street Salah satu perusahaan pendidikan mandiri yang dirancang untuk memberi cara baru dan peraturan sosial baru adalah Bureau of Education Experiments (Biro Eksperimen Pendidikan). Didirikan pada tahun 1916 oleh Lucy Sprague Mitcell, Caroline Pratt, dan Harriet Johnson, biro ini kemudian mendirikan Bank Street College of Education. Sekolah ini dirancang sebagai arena belajar anak – anak serta untuk merencanakan praktik pengajaran yang membantu pertumbuhan dan perkembangan. Mitchell menggabungkan karier skala penuh dengan kehidupan yang aktif, ia adalah pelopor sesuatu yang oleh Joyce Antler (1981, 1987), disebut sebagai “feminisme” (pejuang kaum wanita) sebagai proses kehidupan. Pada 1930 Cooperative School for Teacher (Sekolah koperasi untuk guru) didirikan untuk menyiapkan guru bekerja dengan cara – cara baru ini dan membantu guru belajar sebagaimana yang dilakukan anak – anak : dengan eksperimen aktif. Pendekatan ini sesuai dengan apa yang kini dikenal sebagai constructivism (konstruktifisme). Dua konsep lingkup yang luas adalah inti bagi pendekatan perkembangan interaksi yang terus berkembang yaitu progresivisme dan kesehatan mental. Prinsip – prinsip Dasar Pendekatan Bank Street Beberapa prinsip umum tentang perkembangan dan interaksi anak – anak dengan lingkungan sosial dan fisik adalah hal dasar bagi pemahaman metode Bank Street. Ciri istimewa dalam pendekatan ini adalah bahwa pertumbuhan fungsi kognitif tidak dapat dipisahkan dari pertumbuhan proses antarpribadi. Prinsip dasar lainnya adalah bahwa anak terlibat secara aktif dengan lingkungan bersifat bawaan pada motivasi manusia. Secara umum, arah pertumbuhan mencakup gerakan dari yang paling sederhana ke arah yang lebih rumit. Gagasan yang sama dengan sejumlah pendekatan yang lain ialah pentingnya pemahaman akan diri sebagai manusia yang unik dan mandiri. Pertumbuhan dan pendewasaan selalu melibatkan konflik, baik konflik dengan diri sendtiri ataupun dengan yang lain. Sifat dasar interaksi dengan figur penting dalam kehidupan anak dan tuntutan budaya akan menemukan bagaimana konflik diatasi. Pendidikan dari Bank Street mendorong perkembangan anak secara keseluruhan untuk dapat bertanggungjawab dengan dirinya sendiri, keluarga, masyarakat; mengembangkan potensi dan motivasi untuk meningkatkan kemampuan, mengembangkan rasa untuk terlibat dalam komunikasi sosial dan kepedulian dengan lingkungan, serta mendorong kreativitas. Prinsip – prinsip dasar Bank Street dapat dirangkum menjadi berikut : Perkembangan berawal dari simple menuju kompleks Sifat individual terjadi secara kontinyu Peningkatan perkembangan memerlukan waktu yang lama dan hal – hal baru yang dipelajari Anak memiliki motivasi dalam dirinya untuk secara aktif terlibat dengan lingkungan Percaya diri anak terbentuk dari pengalaman orang lain dan objek dalam berintraksi Pertumbuhan dan perkembangan melibatkan konflik antara individu dan orang lain. Kurikulum dan Kegiatan Pendekatan Bank Street Metode pembelajaran di Bank Street menggunakan filosofi desain pendidikan yang didasarkan pada pengalaman , disiplin diri, dan kolaboratif. Fiolosofi ini menggabungkan antara teori perkembangan dan praktik pengajaran yang didasarkan pada tahapan perkembangan anak didik. Misi sekolah Bank Street yaitu meningkatkan mutu pendidikan anak dan gurunya dengan mengaplikasikan proses pendidikan dengan pengetahuan yang sesuai mengenai konsep belajar dan bertumbuh, dean dengan menghubungkan pengajaran serta pembelajaran menjadi lebih bermakna di dunia sekitar mereka. Dengan demikian, pembelajaran tidak hanya bersifat individual tetapi juga menyangkut komunitas termasuk keluarga, sekolah, dan komunitas yang lebih besar bagi anak dan orang dewasa dengan seluruh keberagamannya untuk berinteraksi dan belajar. Bank Street memandang bahwa pendidikan merupakan kesempatan untuk membangun komunitas yang lebih baik. Untuk belajar dari pengalaman, anak – anak harus terlibat langsung dan aktif dengan lingkungan sosial dan fisik dan ditawari beragam kesempatan untuk melihat, menyentuh, menyimak, mencium, dan merasakan dunia mereka. Secara eksplisit atau implicit, teori atau filosofi pendidikan apapun mengandung pandangan pembelajaran, pertimbangan hubungan antara pembelajaran dan pengajaran, dan pernyataan tentang pengetahuan apa yang paling tepat untuk diketahui. Pembelajar Sejak lahir anak dianggap sebagai makhluk yang ingiiin tahu yang terlibat secara aktif dalam interaksi dengan lingkungan sosial dan fisik mereka, dan yang melalui eksperimen serta eksplorasi, berusaha dengan giat untuk mengenali makna dunia tempat mereka tinggal. Dalam pertemuan mereka dengan lingkungan sosial dan fisik, anak – anak merespon dengan keseluruhan diri mereka. (Lucy Sprague Mitchell, 1951). Pengetahuan dan Pengalaman Dalam pendekatan Bank Street, penelitian – penilitan sosial adalah inti atau pusat kurikulum. Penelitian sosial adalah tentang hubungan antara dan diantaranya banyak orang dan lingkungan mereka. Yang mendasar pada pendekatan ini adalah sekolah memberikan kesempatan terus – menerus bagi anak – anak untuk merasakan kehidupan demokratis. Yang penting adalah apa dan bagaimana dalam pembelajaran harus saling terkait. Apa yang dipelajari tentang dunia tidak terpisah dari bagaimana pengetahuan itu diperoleh dan digunakan. Guru Pengajaran adalah hal yang rumit dan menuntut, tentunya memerlukan pengetahuan, keterampilan, dang pengaturan. Guru harus banyak mengetahui tentang isi studi sosial bukan untuk memberikan informasi pada anak – anak tapi sebagai pedoman dalam mengajukan pertanyaan yang bermakna; untuk merencanakan ksempatan pengalaman anak – anak ; untuk mengetahui sumber daya yang tersedia; dan untuk menilai perkembangan studi tersebut. Lingkungan Pembelajaran Kelas Bank Street atau perkembangan interaksi adalah lingkungan yang dinamis yang menerima peran serta aktif, kerjasama, dan kemandirian, dan keragaman dalam ekspresidan komunikasi. Permainan seperti puzzle, manipulative (berbagai benda untuk bermain dengan bentuk benda seperti segitiga, kubus, lingkaran, dsb.)Ada juga kegiatan bercocok tanam, memasak, menganyam. Alokasi ruang memberikan tempat yang cukup untuk permainan sandiwara, menyusun balok, dan pertemuan kelompok kecil. Keluwesan jadwal memberikan waktu tambahan bagi anak – anak untuk menggali potensi secara aktif, untuk berjalan – jalan, untuk terlibat dalam perluasan ide dan minat, dan bekerja sama. Keluwesan terdapat dalam konteks familiar seperti rutinitas waktu, makan camilan, makan siang, bererita, istirahat, dan waktu khusus, dan waktu di luar ruangan. Merasakan dan Menggabungkan Pengetahuan Dalam status sosial, sejarah, dan kisah kehidupan manusia dipandang dari perspektif bidang pngetahuan yang berbeda. Seperti yang ditulis Dewey dalam diskusi geografi, salah satu disiplin ilmu dalam studi sosial berbalik menimbulkan pertanyaan dan gagasan pada banyak orang. Dalam studi sosial banyak ditawarkan kesempatan untuk bertanya, memecahkan masalah, dan memahami lingkungan sosial dan fisik dalam interaksi kita yang terdapat bentuk spiral pembelajaran dan pemahaman diri dan duniayang terus berkembang, misalnya minat dan penggalian anak – anak usia 5 – 8 tahun tentang sejarah penduduk asli di daerah tempat tinggal mereka. Keluarga Guru harus menyadari beragam makna keluarga bagi anak – anak dalam kelas dan tidak membuat anggapan mengenai susunan keluarga atau nilai – nilai yang dianut. Misalnya, nilai keluarga bisa berbenturann dengan nilai – nilai sekolah dan budaya yang lebih luas. (Delpit(Delpit(Delpit, 206; Ramsey, 2004; Wasow, 2000). Masyarakat Perlahan minat anak – anak pada dunia luar selain keluarga mulai meluas. Saat guru memberikan, menyusun, dan mengarahkan rasa ingin tahu dan minat anak – anak dan memulai studi tentang hidup masyarakat. Dalam pembahasan berikutnya, anak – anak memiliki kesempatan untuk berpikir dan mengungkapkan gagasan mereka, informasi mereka dan kekeliruan informasi. Penilaian Sejumlah penilaian yang dilekatkan dengan kurikulum memberikan guru sarana yang penting untuk mengetahui bagaimana anak – anak belajar dan tumbuh. Bank Street sudah lama menyokong berbagai pendekatan pada penilaian, berdasarkan pemahaman, bagaiman anak yang sedang tumbuh memahamai dunianya dan memberikan sejumlah kesempatana bagi siswa untuk mewakili pemahaman tersebut. Sebaliknya, kebijakan federal saat ini mendeifnisikan hasil yang diharapkan dari siswa dalam bentuk nilai tes, khususnya kemampuan untuk membaca dan menulis dan matematika, yang mendorong gerakan reformasi sekolah menempatkan penilaian di gari depan perubahan pendidikan untuk meraih standard prestasi akademik yang lebih tinggi. Sebuah penekanan yang dikemukakan oleh Zimiles (1987) bahwa tidak ada penilaian yang siap dilaksanakan yang mengukur semua atribut pembelajar ini dengan pantas. Guru kelas didesak untuk menyokong anak – anak dalam dua cara, yaitu : 1. Dengan memeriksa kualitas piranti penilaian dan mengajukan pertanyaan yang sesuai mengenai pelaksanaan. 2. Dengan memprsiapkan anak – anak untuk mengerjakan tes tanpa mengorbankan kurikulum yang kaya dengan kesempatan untuk pembelajaran akademik, sosial, emosional, dan fisik. Dalam penilaian digunakan data untuk analisis yang meliputi : cakupan penuh kegiatan harian kelas, interaksi, dan hasil karya (misalnya : bermai, membaca, memechakan soal matematika, bekerja dengan materi, dan berinteraksi dengan yang lain). Selain itu, pengujian dan penilaian seksama portofolio hasil karya anak – anak sepanjang waktu menampilkan kisah penting pertumbuhan melalui karya seni, tulisan, penghitungan, dan perakitan. Fokus Utama dalam Pendekatan Bank Street Perkembangan bukan sesuatu yang terjadi pada anak – anak melainkan hasil dari interaksi anak di dunia sosial dan fisik. Dalam pandangan anak, perhatian diberikan pada pengembangan : Kompetensi Bagaimana individu menggunakan keterampilan dan pengetahuannya dalam kehidupan. Individualitas Menekankan fungsi kemandirian, kemampuan untuk membuat pilihan, mengambil inisiatif, risiko kegagalan, dan menerima bantuan tanpa kehilangan kebebasan. Sosialisasi Ada dua tingkat, tingkat pertama berhubungan dengan kontrol dan memikir ulang, adaptasi, dan internalisasi perilaku; tingkat kedua mengacu kepada perkembangan hubungan dengan orang lain yang ditandai dengan kepedulian, kejujuran, tanggungjawab, dan kerjasama. Peran Guru dalam Pendekatan Bank Street Ruang kelas adalah situasi belajar dimana guru menjadi mata rantai antara dunia minat dan pengalaman pribadi anak. Guru harus mengetahui banyak tentang isu studi sosial bukan untuk member informasi tersebut pada anak, tetapi dijadikan pedoman dalam mengajukan pertanyaan yang bermakna, untuk merencanakan kesempatan pengalaman anak, untuk menilai perkembangan studi tersebut. Guru memahami perkembangan anak Guru memiliki potensi dasar pengetahuan Guru memilih dan menyusun materi – materi untuk siswa Guru mengetahui anak secara individual Guru sebagai fasilitator KELEBIHAN DAN KELEMAHAN MASING – MASING METODE PAUD No. Metode Kelebihan Kelemahan 1. BCCT Kurikulumnya diarahkan untuk membangun pengetahuan anak (to construct knowledge) yang digali sendiri melalui berbagai pengalaman main di sentra – sentra kegiatan, sehingga mendorong kreativitas anak. Pendidik lebih berperan sebagai perancang, pendukung, dan penilai kegiatan anak dengan mengkondisikan setaiap anak untu berperan aktif. Pembelajarannya bersifat individual, sehingga rencana, dukungan, dan penilaiannya disesuaikan dengan tingkat perkembangan, dan kebutuhan setiap anak. Kegiatan pembelajaran terinci dengan jelas mulai dari penataan lingkungan main sampai pada pemberian pijakan – pijakan sebelum, selama, sesudah main sehingga dapat dijadikan panduan pendidik pemula. Setiap anak memperoleh dukungan untuk aktif kreatif, dan berani mengambil keputusan sendiri tanpa harus takut akan kesalahan. Fleksibel, dapat dilakukan secara bertahap sesuai dengan kondisi setempat. Memerlukan banyak ruangan yang luas, dan membutuhkan sarana yang memadai. Penerapnnya sedikit lebih sulit apabila dibandingkan dengan penerapana metode konvensional. 2. High Scope Membantu guru dalam berkontribusi banyak pada perkembangan anak. Anak dituntut untuk memilih pembelajaran apa yang akan mereka pelajari. Membentuk anak untuk menjadi pembelajar yang aktif. Memiliki manfaat dalam jangka panjang bila diterapkan kepada anak – anak yang hidup dalam kemiskinan. Membentuk kemandirian anak dalam mengambil keputusan dan memecahkan masalah. Membentuk anak agar lebih siap untuk memasuki sekolah dasar. Tidak hanya mencetak anak yang berhasil dalam bidang akademik, namun juga memiliki skill termasuk emotional skill dan social skill. Kerjasama yang erat antara orangtua dan anak sehingga memaksimalkan perhatian yang mendukung tumbuh kembang anak. Anak dan guru adalah mitra kerja dalam artian tidak ada pendidikan moral dalam menghargai guru. Guru harus kratif menciptakan suasana yang dapt mendorong siswa untuk aktif. 3. Montessori Konsep pendekatan Montessori dapt diberikan pada anak dari berbagai macam latar belakang dan kondisi yang beragam. Berhasil menghasilkan konsep dan material / alat pendidikan yang sistematis dan operasional sesuai dengan tahapan perkembangan dan kemampuan anak. Memiliki laboratorium sekolah dan system penyelenggaran yang terkontrol terhadap seluruh system pendidikan. Mengeluarkan panduan – panduan tentang system pembelajaran di sekolah. Menggabungkan anak dari berbagai usia yang berbeda akan membentuk sikap menghargai, menghormati, imitasi sikap, dan saling membantu. Terlalu bersifat perorangan, sehingga memerlukan rasio perbandingan antara guru dan murid yang kecil Memerlukan media pembelajaran yang sangat beragam serta harga material yang sangat mahal sulit terjangkau oleh sekolah – sekolah umum. Pelatihan penyelenggaraan konsep pendidikan ini sangat mahal. Menyulitkan guru dalam menilai perkembangan anak yang tiap usia berbeda tahapan perkembangannya. 4. Reggio Emilia Anak dilatih untuk bekerja mengamati sesuatu berdasarkan rencana belajar dan waktu yang telah disusun. Kurikulum yang dibuat berdasarkan kebutuhan anak. Anak dapat bebas menyalurkan imajinasinya melalui kreatifitas anak yang didukung penuh oleh pendekatan ini. Dibutuhkan banyak bahan dan perngkapa untuk mendukung keatttifiiitttaaas anak, tttidak hanya guru yang dibuthkan pada pendekatan ini kreatif lagi terlatih. Dibutuhkan gedung yang luas untuk pendekatan ini, dikarenakan banyaknya sentra maupun area yang diperlukan pada pembelajarannya 5. Bank Street Pendekatan pembelajaran dilakukan melalui hal– hal yang paling disukai anak. Anak bebas memilih permainan yang diinginkan. Anak–anak didorong belajar dengan cara mereka. Bermain sebagai cara pembelajaran yang terbaik. Tidak tampak adanya keterlibatan orang tua. Guru dituntut untuk menguasai topic dan mendapat pelatihan Perlu adanya perhatian terhadap rasio guru dan anak. Memerlukan sarana dan prasarana serta fasilitas pendidikan yang memadai. Daftar Pustaka Indrijati, Herdina. Dkk. 2016. Psikologi Perkembangan dan Pendidikan Anak Usia Dini : Sebuah Bunga Rampai. Jakarta: Prenada Media Group Roopnarine, J. Dkk. 2004. Pendidikan Anak Usia Dini. Amerika: Kencana Suyadi, M.Pd.I. 2010.PsikologiBelajar PAUD. Yogyakarta: PEDAGOGIA http://www.scribd.com/doc/41293336/Developmental-Interaction-Approach-Assignment