KEPERAWATAN KEBUTUHAN KEAMANAN
MAKALAH DAN KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
“URTIKARIA”
DOSEN PEMBIMBING : MULYADI S.Kep,Ns. M.Kes
Disusun oleh:
Dimas Anggar K (470114058)
Mubassyaroh (470114077)
Heny Opralawati (470114068)
Nindy Sukma H (470114080)
Indah Puji L (470114071) Frudita Nur Padilah (47014067)
Liyana wati (470114074)
AKADEMI KEPERAWATAN Dr. SOEDONO MADIUN
TAHUN AJARAN 2015/2016
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kelancaran dalam menyelesaikan makalah yang berjudul “URTIKARIA”. Terima kasih kepada dosen mata kuliah Keperawatan Kebutuhan Keamanan yang telah membimbing kami.
Saya berharap makalah ini dapat bermanfaat untuk kita semua dalam memahami Sistemic Lupus Erhytematosus dan asuhan keperawatannya. Kami sadar makalah ini belum sempurna, maka dari itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran dari pembaca agar makalah ini menjadi sempurna.
Madiun, 22 November 2015
Penyusun
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ii
Daftar Isi iii
BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang 1
Rumusan Masalah 1
Tujuan Penulisan 2
BAB II PEMBAHASAN
Definisi 3
Epidemiologi 3
Etiologi 4
Klasifikasi 6
Patofisiologis 7
Pathway 8
Manifestasi klinis 9
Pemeriksaan Penunjang 10
Penatalaksanaan 12
Komplikasi 14
Pencegahan 15
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN
Pengkajian 16
Analisa data 18
Diagnosa keperawatan 19
Intervensi 19
Evaluasi 21
BAB IV PENUTUP
Kesimpulan 22
Saran 22
Daftar Pustaka 23
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Urtikaria adalah penyakit kulit yang sering di jumpai. Urtikaria ialah reaksi di kulit akibat bermacam-macam sebab, biasanya ditandai dengan edema (bengkak) setempat yang cepat timbul dan menghilang perlahan-lahan, berwarna pucat dan kemerahan, meninggi di permukaan kulit serta disertai keluhan gatal, rasa tersengat atau tertusuk. Di Indonesia, urtikaria dikenal dengan nama lain biduran atau kaligata.
Berdasarkan waktunya urtikaria dapat berlangsung singkat (akut), lama (kronis), dan berulang. Sedangkan berdasarkan angka kejadiannya, disebutkan bahwa sekitar 15-20% populasi mengalami urtikaria dalam masa hidupnya.
1.2 Tujuan
Tujuan umum
Setelah dilakukan pembahasan tentang urtikaeia diharapkan teman- teman dapat memahami tentang urtikaria.
Tujuan khusus
Setelah dilakukan pembahasan tentang urtikaria diharapkan teman- teman memahami tentang :
Teori penyakit pielonefritis dan dapat menjelaskan :
Pengertian
Epidemiologi
Etiologi
Klasifikasi
Manifestasi Klinis
Pencegahan
Patofisiologis
Pathway
Komplikasi
Pemeriksaan penunjang
Penatalaksanaan medis dan keperawatan
Konsep asuhan keperawatan pada pasien dengan pielonefritis :
Menjelaskan pengkajian
Menyebutkan diagnosa keperawatan
Menyebutkan intervensi keperawatan
Menyebutkan implementasi keperawatan
Menyebutkan evaluasi
BAB II
PEMBAHASAN
2.1.1 Pengertian
Urtikaria adalah erupsi pada kulit yang berbatas tegas dan menimbul (bentol), berwarna merah, memutih bila ditekan, dan disertai rasa gatal. Urtikaria dapat berlangsung secara akut, kronik, atau berulang (Klinik Pediatric, 2009).
Urtikaria(biduran) merupakan suatu reaksi pada kulit yang timbul mendadak (akut) karena pengeluaran histamin yang mengakibatkan pelebaran pembuluh darah dan kebocoran dari pembuluh darah. Secara imunologik, dari data yang ada sejak tahun 1987, urtikaria merupakan salah satu manifestasi keluhan alergi pada kulit yang paling sering dikemukakan oleh penderita, keadaan ini juga didukung oleh penelitian ahli yang lain (Hodijah, 2009).
Urtikaria (Kaligata) adalah suatu reaksi alergi yang ditandai oleh bilur-bilur berwarna merah dengan berbagai ukuran di permukaan kulit (Medicastore, 2009).
Secara umum, urtikaria dibagi menjadi bentuk akut dan kronis. Hal tersebut didasarkan pada durasi penyakit dan ada atau tidaknya stimulan, bukan dari bercak tunggal. Disebut akut apabila serangan berlangsung kurang dari 6 minggu, dan kronik apabila serangan berlangsung lebih dari 6 minggu. Rata- rata 30% urtikaria akut berkembang menjadi urtikaria kronis (Kanani et al., 2011).
2.1.2 Epidemiologi
Umur, jenis kelamin, bangsa/ras, kebersihan, keturunan, dan lingkungan dapat menjadi agen predisposisi bagi urtikaria. Distribusi usia paling sering adalah 0-9 tahun dan 30-40 tahun. Paling sering episode akut pada anak- anak adalah karena reaksi atau efek samping dari makanan atau karena penyakit-penyakit virus. Sedangkan urtikaria kronik adalah urtikaria idiopatik atau urtikaria yang disebabkan karena autoimun (Soter and Kapla, 2003).
2.1.3 Etiologi
Hampir 80% penyebab dari urtikaria tidak diketahui. Namun diduga penyebabnya bermacam- macam, diantaranya adalah sebagai berikut :
Obat
Bermacam- macam obat dapat menumbulakan urtikaria, baik secara imunologik maupun non-imunologik. Obat sistemik (penisilin, sulfonamid, analgesik dan diuretik) menimbulkan urtikaria secara imunologik. Sedangkan obat yang secara non-imunologik langsung merangsang sel mast untuk melepaskan histamin, misalnya kodein, opium dan zat kontras (Aisah, 2005).
Makanan
Makanan yang sering menimbulkan urtikaria adalah telur, ikan, kacang, udang, coklat, tomat, keju, bawang dan semangka. Terdapat dua macam zat makanan yang diketahui dapat menyebabkan atau memprovokasi urtikaria yaitu tartrazine yang ditemukan dalam minuman dan permen berwarna kuning dan jingga, dan natrium benzoat yang digunakan secara luas sebagai bahan pengawet (MacKie, 1997).
Gigitan dan sengatan serangga
Gigitan dan sengatan serangga dapat menimbulkan urtikaria setempat, hal ini lebih banyak diperantarai oleh IgE (tipe I) dan tipe seluler (Tipe II) (Aisah, 2005).
Inhalan
Inhalan berupa serbuk sari bunga, spora jamur, debu, bulu binatang dan aerosol, umumnya lebih mudah menimbulkan urtikaria alergik (Tipe I) (Aisah, 2005).
Kontaktan
Lesi terbentuk hanya terbentuk di daerah kontak dengan air liur anjing atau rambut, atau di bibir setelah mencerna makanan berprotein terutama pada pasien atopik (MacKie, 1997).
Trauma Fisik
Trauma fisik dapat diakibatkan oleh faktor dingin, faktor panas, faktor tekanan, dan emosi menyebabkan urtikaria fisik, baik secara imunologik maupun non-imunologik. Dapat timbul urtikaria setelah goresan dengan benda tumpul beberapa menit sampai beberapa jam kemudian. Fenomena ini disebut dermografisme atau fenomena Darier (Aisah, 2005).
Infeksi dan Infestasi
Bermacam-macam infeksi dapat menimbulkan urtikaria, misalnya infeksi bakteri, virus, jamur maupun infestasi parasit (Aisah, 2005).
Penyakit Sistemik
Beberapa autoimun dan penyakit kolagen; misalnya retikulosis, karsinoma, dan dysproteinemias (Aisah, 2005).
2.1.4 Klasifikasi
URTIKARIA AKUT
Urtikaria akut hanya berlansung selama beberapa jam atau beberapa hari. Yang sering terjadi penyebabnya adalah:
Adanya kontak dengan tumbuhan ( misalnya jelatang ), bulu binatang/makanan.
Akibat pencernaan makanan, terutama kacang-kacangan, kerangan-kerangan dan strowberi.
Akibat memakan obat misalnya aspirin dan penisilin.
URTIKARIA KRONIS
Biasanya berlangsung beberapa minggu, beberapa bulan, atau beberapa tahun. pada bentuk urtikaria ini jarang didapatkan adanya faktor penyebab tunggal.
URTIKARIA PIGMENTOSA
Yaitu suatu erupsi pada kulit berupa hiperpigmentasi yang berlangsung sementara, kadang-kadang disertai pembengkakan dan rasa gatal.
URTIKARIA SISTEMIK ( PRURIGO SISTEMIK )
Adalah suatu bentuk prurigo yang sering kali terjadi pada bayi kelainan khas berupa urtikaria popular yaitu urtikaria yang berbentuk popular-popular yang berwarna kemerahan.
Berdasarkan penyebabnya, urtikaria dapat dibedakan menjadi:
Heat rash yaitu urtikaria yang disebabkan panas
Urtikaria idiopatik yaitu urtikaria yang belum jelas penyebabnya atau sulit dideteksi
Pressure urtikaria yaitu urtikaria yang disebabkan rangsangan tekanan
Contak urtikaria yaitu urtikaria yang disebabkan oleh alergi
Aquagenic urtikaria yaitu urtikaria yang disebabkan oleh rangsangan air
Solar urtikaria yaitu urtikaria yang disebabkan sengatan sinar matahari
Vaskulitik urtikaria
Cholirgening urtikaria yaitu urtikaria yang disebabkan panas, latihan berat dan stress
2.1.5 Manifestasi Klinik
Timbulnya bintik-bintik merah atau lebih pucat pada kulit. Bintik-bintik merah ini dapat mengalami edema sehingga tampak seperti benjolan.
Sering disertai rasa gatal yang hebat dan suhu yang panas pada sekitar benjolan tersebut.
Terjadi angioderma, dimana edema luas ke dalam jaringan subkutan, terutama di sekitar mata, bibir dan di dalam orofaring.
Adanya pembengkakan dapat menghawatirkan, kadang-kadang bisa menutupi mata secara keseluruhan dan mengganggu jalan udara untuk pernafasan.
2.1.6 Pencegahan
Tindakan penghindaran akan berhasil bila penyebab/pencetus terjadinya alergi diketahui. Salah satu cara untuk mengetahui pencetus alergi ialah dengan melakukan uji kulit (tes alergi). Sayangnya, penderita terkadang alergi terhadap banyak hal, dan ini tentu sungguh membutuhkan ketelatenan penderita untuk mengidentifikasinya.
2.1.7 Patofisiologi
Urtikaria timbul akibat masuknya antigen ke area kulit yang spesifik dan menimbulkan reaksi setempat yang mirip reaksi anafilaksis. Histamin yang dilepaskan setempat akan menimbulkan (1) vasodilatasi yang menyebabkan timbulnya red flare (kemerahan) dan (2) peningkatan permeabilitas kapiler setempat sehingga dalam beberapa menit kemudian akanterjadi pembengkakan setempat yang berbatas jelas (Guyton, 2008).
Urtikaria terjadi karena vasodilatasi disertai permeabilitas kapiler yang meningkat, sehingga terjadi transudasi cairan yang mengakibatkan pengumpulan cairan lokal. Sehingga secara klinis tampak edema lokal disertai eritem. Vasodilatasi dan peningkatan permeabilitaskapiler dapat terjadi akibat pelepasan mediator misalnya histamine, kinin, serotonin, slowreacting substance of anafilacsis (SRSA) dan prostaglandin oleh sel mast dan atau basofil (Asta Qauliyah, 2007). Sel mast merupakan sel yang berperan dalam pelepasan mediator vasoaktif seperti histaminyaitu agen utama dalam urtikaria. Mediator lain seperti leukotrin dan prostaglandin jugamempunyai kontribusi baik dalam respon cepat maupun lambat dengan adanya kebocorancairan dalam jaringan (Hodijah, 2009).
2.1.8 Komplikasi
Lesi-lesi urtikaria bisa sembuh tanpa komplikasi. Namun pasien dengan gatal yang hebat bisa menyebabkan purpura dan excoriasi yang bisa menjadi infeksi sekunder. Penggunaan antihistamin bisa menyebabkan somnolens dan bibir kering. Pasien dengan keadaan penyakit yang berat bisa mempengaruhi kualitas hidup. Dapat pula terjadi angioedema.
2.1.9 Pemeriksaan Penunjang
Beberapa pemeriksaan penunjang diperlukan untuk membuktikan penyebab urtikaria :
Pemeriksaan darah, air seni dan tinja rutin untuk menilai ada tidaknya infeksi yang tersembunyi atau kelainan pada organ dalam.
Pemeriksaan imunologis seperti pemeriksaan kadar IgE, eosinofil dan komplemen.
Test kulit, walaupun terbatas kegunaannya dapat dipergunakan untuk membantu diagnosis. Uji gores dan uji tusuk dapat dipergunakan untuk mencari alergen.
Tes eliminasi makanan dengan cara menghentikan semua makanan yang dicurigai untuk beberapa waktu, lalu mencobanya kembali satu per satu.
2.1.10 Penatalaksanaan Medis dan Keperawatan
13