SUSUNAN DEWAN REDAKSI
JURNAL ILMIAH SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL (STITEKNAS) JAMBI
Diterbitkan oleh:
Lembaga Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat Stiteknas Jambi
Pelindung:
Ketua Sekolah Tinggi Teknologi Nasional Jambi
Penasehat:
Pembantu Ketua I
Pembantu Ketua II
Ketua Jurusan Teknik Mesin
Ketua Jurusan Teknik Industri
Penanggung Jawab:
Ir. Generousdi, M.T
(Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian Pada Masyarakat)
Pimpinan Redaksi
Zainal Abadi, S.Pd., M.Eng
Sekretaris Redaksi:
Adriyan, S.T.,M.T
Anggota Redaksi:
Marfizal, M.T
Novrianti,M.Si
Qory Handayani, M.Si
Sufiyanto,M.T
Heriyanto, S.E
Mitra Bestari (sebagai penelaah ahli substansi artikel):
Prof. Drs. H. Sutrisno, M.Sc., Ph.D (Universitas Jambi)
Ir. Generoudi, M.T (STITEKNAS Jambi)
Ristanto, S.Pd., M.Hum (Kantor Pusat Bahasa dan Kementerian Pendidikan
Nasional Jambi)
Alamat Redakasi/Penerbit:
Lembaga Penelitian dan Pengembangan pada Masyarakat Sekolah Tinggi Teknologi Jambi.
jl. Pattimura No. 100 kel. Rawasari Kec. Kota Baru Kota Jambi
Telp. 0741-62626 fax. 0741-62626
Website : http://www.stiteknas-jambi.ac.id
Email : info@stiteknas-jambi.ac.id
JURNAL ILMIAH
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL JAMBI
Volume 6 No. 2, Juni 2016
DAFTAR ISI
Penulis Utama
Generusdi,
Jatmiko Edi
Siswanto, dan
Halil
Zainal Abadi,
Lasro Tua
Sitohang, dan
Nurmansyah
M. Ficky
Aprianto, Zainal
Abadi, dan
Amalan Rambe
Jatmiko Edi
Siswanto,
Afrizal,
Muhamad Sidik
Zainal Abadi,
Lasro Tua
Sitohang, dan
Pandhu
Prasetyo
Generousdi, M.
Ficky Afrianto,
dan M.Ryo
Rizky Deninda
Marfizal, M.
Ficky Aprianto,
dan Trimo
Jatmiko Edi
Siswanto,
Afrizal, dan M.
Hendra
Judul
Analisis Pengaruh Material Burner Stainless Steel
dan Besi Terhadap Efisiensi Pembakaran Gas
LPG
Halaman
1-7
Analisis Perpindahan Panas Pada Proses
Pengeringan Lembaran Tisu di Tissue Machine
PT. Lontar Papyrus Pulp Paper Industry
8-17
Pemanfaatan Serbuk Gergaji Sebagai Bahan
Bakar Biomassa Menggunakan Sarana Alat
Masak Penghasil Panas Tinggi
18-34
Analisis Pengaruh Perubahan Beban Output
Terhadap Efisiensi Boiler di PTP. VI Bunut
Sungai Bahar II
35-42
Analisis Proses Dewatering pada Suction Press
Roll Tissue Machine di PT. Lontar Papyrus Pulp
And Paper Industry.
43-48
Perancangan Alat Uji Tarik Untuk Baja Karbon
Rendah AISI 1018
49-57
Analisis Performa Turbin Gas Sebelum dan
Sesudah Cleaning Compressor Pada Pembangkit
Listrik di PLTG Payo Selincah
Pengujian Alat Pemanas Air Tenaga Surya
Menggunakan Kolektor Surya Plat Datar
58-70
71-78
Jurnal Volume 6 No 2, No ISSN 2089-1873 (PDII-LIPI)
ANALISIS PENGARUH MATERIAL BURNER STAINLESS STEEL DAN
BESI TERHADAP EFISIENSI PEMBAKARAN GAS LPG
Generusdi, Jatmiko Edi Siswanto, dan Halil
Program Studi Teknik Mesin
Sekolah Tinggi Teknologi Nasional Jambi
Abstrak
Program konversi minyak tanah ke LPG merupakan program pemerintah yang mulai
dilaksanakan tahun 2007. Bahan bakar kompor LPG yang notabenenya merupakan bahan
bakar fosil yang sumber energinya tak terbarukan sehingga penggunaan bahan bakar kompor
tidak dapat selamanya bergantung pada bahan bakar tersebut. Dengan adanya hal tersebut
diatas perlu adanya penghematan konsumsi pemakaian gas LPG terhadap konsumen pemakai
kompor gas LPG, dengan demikian perlu adanya penganalisaan tentang system pembakaran
pada kompor gas Alat pembakar (burner) berperan sangat penting untuk mendapatkan
peningkatan efisiensi sebagai cara untuk penghematan pemakaian LPG. Burner yang di uji
adalah material dari besi dan stainless steel. Setelah melakukan pengujian temperatur dari
burner stainless steel lebih tinggi dari burner besi, pada pembakaran awal selama 20 menit
pemakaian bahan bakar burner stainless steel sebesar 55 gram, dan burner besi 71 gram terjadi
penghematan pada burner Stainless Steel sebesar 22.5%. Sedangkan pada pembakaran
lanjutan dengan perebusan air sebanyak 4 liter sampai temperature 90 0C , pada burner
Stainless Steel pemakaian bahan bakar sebesar 62 gram dan pada burner besi sebesar 78
gram, adanya penghematan bahan bakar sebesar 16 gram atau penghematan BBG sebesar 20
% Dari hasil pengujian burner Stainless Steel mempunyai efisiensi pembakaran (3,6%) lebih
besar dari pada efisiensi pembakaran burner besi (3%).
Kata kunci : Kompor LPG, Burner besi dan stainless stell, efisiensi.
PENDAHULUAN
Permasalahan krisis energi Bahan Bakar Minyak (BBM) dan Gas Bumi yang sedang
melanda Indonesia dan dunia saat ini seharusnya tidak terjadi pada Indonesia yang kaya akan
sumber daya alam. Bertambahnya jumlah
populasi penduduk dunia, menyebabkan
permintaan akan kebutuhan energi Bahan Bakar Minyak (BBM) dan Gas sebagai keperluan
semakin meningkat. Sebagai energi yang tidak dapat diperbarui, persediaan BBM dan Gas
akan semakin menipis apabila digunakan secara terus menerus. Harga bahan bakar (termasuk
LPG) diIndonesia dikaitkan dengan perkembangan harga bahan bakar minyak di luar negeri.
Sehingga harga bahan bakar fosil tersebut selalu berfluktuasi. Khusus untuk LPG kenaikan
harga jual terakhir yang cukup tinggi berimbas pada daya beli konsumen.
Program konversi minyak tanah ke LPG merupakan program pemerintah yang mulai
dilaksanakan tahun 2007. Akan tetapi, bahan bakar kompor LPG yang notabenenya
merupakan bahan bakar fosil yang sumber energinya tak terbarukan sehingga penggunaan
bahan bakar kompor tidak dapat selamanya begantung pada bahan bakar tersebut. Apalagi,
bahan bakar fosil tidak hanya digunakan untuk kebutuhan bahan bakar kompor saja.
1
Jurnal Volume 6 No 2, No ISSN 2089-1873 (PDII-LIPI)
Dengan adanya hal tersebut diatas perlu adanya penghematan konsumsi pemakaian gas
LPG terhadap konsumen pemakai kompor gas LPG, yang mana diharapkan dapat
memberikan penghematan yang sangat besar secara nasional. Dengan demikian perlu adanya
penganalisaan tentang system pembakaran pada kompor gas LPG. Alat pembakar (burner)
berperan sangat penting untuk mendapatkan peningkatan efisiensi sebagai cara untuk
penghematan pemakaian LPG.
Pembakaran adalah reaksi kimia yang cepat antara oksigen dan bahan yang dapat
terbakar, disertai timbulnya cahaya dan menghasilkan kalor. Pembakaran ada dua macam,
yaitu pembakaran spontan dan pembakaran sempurna. Pembakaran spontan adalah
pembakaran dimana bahan bakar mengalami oksidasi perlahan lahan sehingga kalor yang
dihasilkan tidak dilepaskan, akan tetapi dipakai untuk menaikkan suhu bahan bakar secara
pelan-pelan sampai mencapai suhu nyala. Pembakaran sempurna adalah pembakaran dimana
semua konstituen yang dapat terbakar di dalam bahan bakar membentuk gas CO₂, air H₂O,
dan gas SO₂, sehingga tak ada lagi bahan yang dapat terbakar tersisa.
Pada proses pembakaran selalu diusahakan untuk terjadinya pembakaran yang sempurna
dan karena itu ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi, yaitu :
Penguapan yang efisien dari bahan bakar.
Digunakan cukup udara.
Harus terjadi campuran yang homogen antara bahan bakar dan udara.
Temperatur pembakaran harus cukup tinggi.
Jika salah satu syarat ini tidak dipenuhi, maka tidak akan terjadi pembakaran sempurna.
METODOLOGI PENELITIAN
Data yang banyak digunakan dalam analisa ini merupakan data-data yang terdapat
dalam buku-buku referensi yang digunakan untuk memperoleh pengetahuan dan landasan
teori.
Bagian-bagian komponen alat :
1. Tabung gas LPG
5. Kabel penghantar
2. Timbangan digital
6. Panci alumunium
3. Thermocopel
7. Burner
4. Selang tabung gas
8. Kompor gas
Gambar 1. Skema Instalasi PengujianAlat
2
Jurnal Volume 6 No 2, No ISSN 2089-1873 (PDII-LIPI)
Prosedur dan Cara Kerja Pengujian
1. Periksa tungku pembakaran dari kotoran dan bersihkan
2. Pasangkan Burner besi
3. Siapkan Tabel isian data ( TerlampirForm.I )
4. Catat berat LPG awal ( ma)
5. Buka katupTabung LPG.
6. Nyalakan kompor burner pembakaran
7. Buka katup bahan bakar sampai api stabil
8. Catat waktu awal pembakaran ( ta)
9. Catat temperatur tungkur setiap interval 2 menit selama 20 menit
10. Matikan kompor burner pembakaran pada menit ke 20
11. Catat berat Gas LPG akhir ( mb)
12. Percobaan tahap.1 Selesai
Pengujian berikutnya :
1. Cek volume air ( 4 Liter ) dalam tempat perebusan ( panci)
2. Isi data berat awal gas LPG pada form.ke 2
3. Setelah berhenti 10 menit dari tahap1 pengujian tahap kedua dimulai
4. Pasang perebusan air diatas kompor
5. Catat waktu mulai pembakaran
6. Catat temperature awal burner
7. Catat temperature awal air
8. Nyalakan burner pembakaran
9. Atur katup bahan bakar sampai api stabil
10. Catat Temperatur burner dan temperatur air setiap interval 2 menit
11. Bila temperature air mencapai 80 0 C pedataan interval 1 menit
12. Bila temperature air 90 0 C matikan kompor dan tutup katup bahan bakar
13. Catat Waktu Akhir saat temperatur air 90 0C
14. Catat berat akhir LPG
15. Selesai
Dasar Perhitungan
Peforma tungku
(m
ηth =
ma
Ca
mb
cb
p
Γ
T1
T2
mf
CV
Kkal
.C + m .C )( T −T )
mf.Qv
�
= massa air (ml)
= panas jenis air (J/kg 0C)
= massa alumunium (gr)
= panas jenis alumunium (J/kg 0C)
= rapat jenis alumunium (kg/m3)
= berat jenis alumunium (m3/kg)
= temperatur awal air ( 0C)
= temperatur akhir air ( 0C)
= konsumsi bahan bakar (kg)
= nilai kalor gas (Kkal/Kg)
= kilo kalori (Joule)
Effisiensi pembakaran media besi
�. .
/ �℃ + ,
�.
/ �℃ (
��ℎ =
,
�.
.
� / �.
.
−
)
�
%
3
Jurnal Volume 6 No 2, No ISSN 2089-1873 (PDII-LIPI)
.
+
,
(
)
�
%
��ℎ =
��ℎ = ,
55�
%
= 3%
Catatan = lama waktu pembakaran 14 menit.
Effisiensi pembakaran media Stainless Steel
�. .
/ �℃ + ,
�.
/ �℃ ( − )
��ℎ =
�
,
.
�. .
+
,
� / �.
( )
.
�
%
��ℎ =
��ℎ = ,
�
%
= 3,6%
Catatan = lama waktu pembakaran 25 menit.
%
Spesific fuel consumption (SFC)
Spesific fuel consumption (SFC) adalah jumlah bahan bakar yang dibutuhkan dalam suatu
proses per satuan produksi.
�
Sfc =
Qp
gr
besi =
��
= 19,5 gr/ltr
��
Stainless Steel =
��
= 15.5 gr/ltr
Pada pengujian media burner besi mempunyai spesific fuel consumption (19,5 gr/liter air)
lebih tinggi dari media burner stainless steel (15,5 gr/liter air) dengan perebusan air sebanyak
4 liter sampai temperature 900C,atau penghematan sebesar 20 % .
�
Sfc =
Qt
gr
besi =
� ��
= 5,57 gr/menit
��
Stainless Steel =
� ��
= 2.58 gr/menit
Dari hasil perngujian media burner besi mempunyai laju aliran bahan bakar paling tinggi
(5,57 gr/s) jika dibanding dengan media burner Stainless Steel (2.58gr/s), atau penghematan
sebesar 53 % .
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengujian Burner Besi
Percobaan tanpa beban
Waktu
(t)
0
PENGUJIAN
TKR.10C TKR.20C TKR.30C
28
27
31
Tkr
0
C
28
4
Jurnal Volume 6 No 2, No ISSN 2089-1873 (PDII-LIPI)
2
4
6
8
10
12
14
16
18
20
BBG(gr)
545
563
601
626
639
645
648
661
670
674
60
367
381
399
410
435
459
464
473
509
514
65
333
417
451
465
481
491
497
506
521
535
87
415
453
484
500
518
531
536
546
567
574
71
Gambar 2. Temperatur tungku pada burner besi
Pada gambar grafik diatas waktu merupakan tahapan pada proses pengujian yang di
mulai dari tahapan ke 1 yang menunjukan waktu ke 0 dengan tahapan pencatatan 2 menit
hingga tahapan ke 10 yang menunjukan menit ke 20. Tkr 1 (warna biru) menunjukan
pengujian pertama dari waktu 0 sampai menit ke 20 yang menghasilkan suhu 6740C, Tkr 2
(warna merah) menunjukan pengujian pertama dari waktu 0 sampai menit ke 20 dengan
menghasilkan suhu 5140C, dan Tkr 3 (warna hijau) menunjukan pengujian pertama dari
waktu 0 sampai menit ke 20 yang menghasilkan suhu 5350C. Sedangkan Rata-rata (warna
ungu) merupakan temperatur dari Tkr 1, Tkar 2, dan Tkr 3, maka didapatkanlah suhu sebesar
5740C. Dari grafik tersebut diatas menunjukan makin lama burner dinyalakan makin besar
temperature tungku yang dinyatakan dalam derajat Celsius.
Pengujian Burner Steinless Steel
Percobaan tanpa beban
Waktu
PENGUJIAN
(t)
TKR.10C TKR.20C TKR.30C
0
2
4
6
30
485
525
543
31
462
532
567
31
486
517
590
Tkr
0
C
30
478
525
567
5
Jurnal Volume 6 No 2, No ISSN 2089-1873 (PDII-LIPI)
8
10
12
14
16
18
20
BBG(gr)
545
546
553
557
553
554
549
65
574
574
579
578
586
568
564
45
614
636
618
630
631
628
647
55
578
585
583
588
590
583
587
55
Gambar 3.Temperatur tungku pada burner steinless steel
Pada gambar grafik diatas waktu merupakan tahapan pada proses pengujian yang di
mulai dari tahapan ke 1 yang menunjukan waktu ke 0 dengan tahapan pencatatan 2 menit
hingga tahapan ke 10 yang menunjukan menit ke 20. Tkr 1 (warna hijau) menunjukan
pengujian pertama dari waktu 0 sampai menit ke 20 yang menghasilkan suhu 6470C, Tkr 2
(warna merah) menunjukan pengujian pertama dari waktu 0 sampai menit ke 20 dengan
menghasilkan suhu 5640C, dan Tkr 3 (warna biru) menunjukan pengujian pertama dari waktu
0 sampai menit ke 20 yang menghasilkan suhu 5490C. Sedangkan Rata-rata (warna ungu)
merupakan temperatur dari Tkr 1, Tkar 2, dan Tkr 3, maka didapatkanlah suhu sebesar 5870
C. Dari grafik tersebut diatas menunjukan makin lama burner dinyalakan makin besar
temperature tungku yang dinyatakan dalam derajat Celsius.
KESIMPULAN
Berdasarkan data hasil pengujian diatas maka dibuatlah kesimpulan.
1. Temperatur tungku dari burner Stainless Steel lebih tinggi dibandingkan dengan
temperatur tungku dari burner besi.
2. Dalam proses pembakaran awal selama 20 menit pada burner Stainless Steel pemakaian
bahan bakar sebesar 55 gram dan pada burner material besi sebesar 71 gram, terjadi
penghematan pada burner Stainless Steel sebesar 22.5%. Sedangkan pada pembakaran
lanjutan dengan perebusan air sebanyak 4 liter sampai temperature 90 0C , pada burner
Stainless Steel pemakaian bahan bakar sebesar 62 gram dan pada burner besi sebesar 78
gram, adanya penghematan bahan bakar sebesar 16 gram atau penghematan BBG sebesar
20 %.
6
Jurnal Volume 6 No 2, No ISSN 2089-1873 (PDII-LIPI)
3. Dari hasil pengujian burner Stainless Steel mempunyai efisiensi pembakaran (3,6%) lebih
besar dari pada efisiensi pembakaran burner besi (3%).
4. Dari pengujian media burner besi mempunyai pemakaian bahan bakar spesifik (19,5
gr/liter) lebih tinggi dari media burner Stainless Steel (15,5 gr/liter) dengan perebusan air
sebanyak 4 liter sampai temperatur 90 0C, atau penghematan sebesar 20%.
5. Pengaruh media terhadap laju pemakaian BBG, media besi mempunyai laju aliran bahan
bakar paling tinggi (5,57 gr/menit) jika dibandingkan dengan media burner Stainless Steel
(2,58 gr/menit), atau penghematan sebesar 53 %.
DAFTAR PUSTAKA
1. J. P. Holman, 1997, “Perpindahan Kalor”, Jakarta: Erlangga.
2. Resiana W. 2012. “Perancangan Dan Optimasi Kompor Gas-Biomassa Yang Beremisi
Gas Co Rendah Menggunakan Bahan Bakar Pelet Biomassa Dari Limbah Gas”.
3. Jatmiko, E. S. dan A. Pratoto. 2015. “Kaji Ekperimental Perfoma Tungku Perebusan
Dengan Media Pemijar dari Batu”.
4. Scribe,
Mardhyanto
,
26
November
2015,
https://id.scribd.com/doc/211577359/Mardhyanto-a-t-Aisi-304-2712100121
5. Scribe,
3
Desember
2015,
“Bahan
Bakar
Dan
Pembakaran”,
https://id.scribd.com/doc/170768607/Bahan-Bakar-Dan-Pembakaran
6. Studio Keramik Publishing, 15 Januari 2013, “Tungku Pembakaran Keramik”.
http://www.studiokeramik.org/search/label/Pembakaran
7
Jurnal Volume 6 No 2, No ISSN 2089-1873 (PDII-LIPI)
ANALISIS PERPINDAHAN PANAS PADA PROSES PENGERINGAN
LEMBARAN TISU DI TISSUE MACHINE PT. LONTAR PAPYRUS
PULP PAPER INDUSTRY
Zainal Abadi, Lasro Tua Sitohang, dan Nurmansyah
Program Studi Teknik Mesin
Sekolah Tinggi Teknologi Nasional Jambi,
Abstrak
Dalam proses pengeringan tisu dibutuhkan energi panas yang besar untuk mengurangi kadar
air dibawah 10 %. Adapun untuk mencapai tujuan tersebut maka dalam proses pengeringan
tisu pada Cylinder dryer dibutuhkan energi panas yang bersumber dari steam dan udara panas
yang dihembuskan dari burner. Pada perpindahan panas pada tissue machine terdapat dua
sistem perpindahan panas, yaitu perpindahan panas konduksi yang bersumber dari steam
terhadap yankee cylinder kemudian tisu yang berada dipermukaan yankee. Sedangkan untuk
perpindahan panas konveksi merupakan hasil dari pembakaran pada burner, yang kemudian
udara panasnya dihembuskan ke permukaan kertas melewati hood. Pada perpindahan panas
di tissu machine sering terjadi ketidakseimbangan panas yang dihasilkan, oleh karena itu
diadakan analisa untuk mengetahui laju perpindahan panas dan koefisien perpindahan panas
total terhadap waktu proses pengeringan. Pada perhitungan ini jenis tisu yang dikaji ialah tisu
toilet dengan 13 gsm. Adapun data-data yang diambil bersumber langsung dari temperatur
pada Cylinder dryer, yang mana waktu pengambilan data – data temperatur di bagi menjadi
3 bagian mengikuti shift yang ada dilapangan. Dari data yang didapat dari penelitian ini
menunjukkan bahwa terdapat perbedaan laju perpindahan panas yang terjadi, yang mana laju
perpindahan panas konduksi pada saat stabil shift pagi 210,62 W/m2 0C, shift sore 191,70
W/m2 0C, dan shift malam 166,47 W/m2 0C. Hal ini dipengaruhi pada temperatur yankee yang
bersumber dari steam dan temperatur disekitar proses pengeringan tisu.
Kata kunci: Cylinder dryer, perpindahan panas, yankee, temperatur,
PENDAHULUAN
Tisu merupakan kebutuhan sehari-hari masyarakat dunia, karena tisu merupakan benda
praktis dan mudah dibawa kemana-mana sekaligus menawarkan kebersihan dan kehigienisan.
Tisu memiliki banyak fungsi seperti kebutuhan rumah tangga, pembersih wajah, keperluan
makanan dan keperluan toilet, sesuai dengan jenis tisu yang digunakan. Adapun jenis-jenis
tisu antara lain tisu facial, tisu toilet, tisu napkin, dan tisu towel. Tren pertumbuhan ekonomi
dan pendidikan masyarakat kota besar menjadi faktor utama dalam peningkatan produksi tisu.
Tisu dibuat melalui proses yang hampir sama dengan proses pembuatan kertas, hanya saja
perbedaanya dari segi serat yang dipakai dan desain mesin yang digunakan.
Tisu dibuat dari suspensi serat, air dan chemical additives, yang kemudian air
dikeluarkan (dewatered) dengan metode vakum di forming section dan secara mekanis
melalui penekanan di suction press roll terhadap yankee untuk membentuk lembaran kertas
tisu basah (Paper web) setelah web terbentuk dilanjutkan pemanasan di dryer section untuk
mengurangi kadar air dibawah 10% (dryness lebih besar 90%) yang tidak dapat dilaksanakan
dengan metode vakum dan mekanis kembali. Salah satu industry yang bergerak dalam
8
pembuatan tisu adalah PT. Lontar Papyrus Pulp And Paper Industry yang menghasilkan 11
juta ton/tahun [1]
Pada PT. Lontar Papyrus Pulp And Paper industry terdapat 8 mesin tisu dan setiap
mesin tisu memiliki satu dryer section. Alat dryer section yang digunakan bertujuan untuk
mengeringkan lembaran tisu dengan cara penguapan (evaporation) sisa uap air (residual
moisture) di dalam paper web dengan cara kontak langsung dengan permukaan yankee
cylinder dryer yang sangat panas sehingga mencapai derajat kekeringan yang diharapkan.
Alat proses pengeringan pada mesin tisu ialah yankee cylinder dan panas konveksi dari
burner. Perpindahan panas dari steam ke paper web membutuhkan permukaan perpindahan
panas yang cukup besar. Selain itu, pengeringan paper web secara terus menerus pada paper
machine merupakan proses yang kompleks dari perpindahan panas dan massa yang
memungkinkan banyaknya panas yang terbuang dari mesin pengering silinder tersebut yang
menyebabkan ketidak seimbangan panas yang dihasilkan untuk proses pengeringan tisu, yang
berdampak pada proses produksi yang tidak lancar.
Perpindahan panas dapat dipahami dengan mudah dengan membayangkan bahwa
pemanasan berarti pengaktifan getaran molekul, dan pendinginan berarti pengurangan
gerakan molekul di dalam suatu bahan. Dengan demikian gerakan molekul-molekul bahan
yang lebih dingin.
Syarat terjadinya perpindahan panas adalah adanya perbedaan suhu yang merupakan
gaya penggerak. Dalam hal ini kuantitas panas yang dipindahkan meningkat dengan
bertambahnya perbedaan suhu. Disamping itu, kuantitas panas yang dipindahkan per satuan
waktu meningkat, jika luas permukaan perpindahan panas semakin besar dan jika tahanan
terhadap panas semakin kecil.
TINJAUAN PUSTAKA
Perpindahan Panas
Perpindahan panas adalah bentuk kalor yang dapat berpindah dari benda yang bersuhu
tinggi ke benda yang bersuhu rendah. Sedangkan kalor ini merupakan suatu bentuk energi
atau dapat juga didefinisikan sebagai jumlah panas yang ada dalam suatu benda. Didalam
proses industri, banyakanya panas (Q) dihantarkan dari suatu tempat ke tempat lain pada
kondisi perbedaaan Suhu (Δt), jarak lintas aliran panas (x), luas penampang perpindahan
panas (A), jenis benda penghantar panas (k).
1. Konduksi
Kalor dari suatu bagian benda bertemperatur lebih tinggi akan mengalir melalui zat benda itu
ke bagian lainnya yang bertemperatur lebih rendah. Zat atau partikel zat dari benda yang
dilalui kalor ini sendiri tidak mengalir sehingga tenaga kalor berpindah dari satu partikel ke
partikel lain dan mencapai bagian yang dituju. Perpindahan kalor cara ini disebut konduksi;
arus panasnya adalah arus kalor konduksi dan zatnya itu mempunya sifat konduksi kalor.
Konduksi kalor ini bergantung pada zat yang dilaluinya dan juga pada distribusi temperatur
dari bagian benda. Berlangsungnya konduksi kalor melalui zat dapat diketahui oleh
perubahan temperatur yang terjadi.
Jadi pada konduksi kalor, tenaga kalor dipindahkan dari satu partikel zat ke partikel
disampingnya, berturut-turut sampai mencapai bagian lain zat yang bertemperatur lebih
rendah.
Persamaan umum laju konduksi untuk perpindahan kalor dengan cara konduksi dikenal
dengan hukum Fourier (Fourier’s Law) dimana “laju perpindahan kalor konduksi pada suatu
9
plat sebanding dengan beda dengan temperatur diantara dua sisi plat dan luasan perpindahan
kalor, tetapi berbanding terbalik dengan tebal” seperti yang dirumuskan berikut ini :
q=k.A(
��
��
)
....................................[2.1]
q merupakan laju perpindahan panas ( W/m0C ), k ialah konduktifitas thermal (W/m.0C), A
menunjukkan luas permukaan (m2) dan dx ialah tebal yankee cylinder (m)
2.
Konveksi
Konveksi adalah proses perpindahan panas dengan disertainya perpindahan partikel.
Konveksi terjadi pada fluida (zat yang dapat mengalir) seperti air dan udara. Konveksi dapat
terjadi secara alami ataupun dipaksa.
Konveksi alamiah misalnya saat memasak air terjadi gelembung udara hingga mendidih
dan menguap. Sedangkan konveksi paksa contohnya hair dryer yang memaksa udara panas
keluar yang diperoses melalui alat tersebut.
Konveksi kalor terjadi karena partikel zat yang bertemperatur lebih tinggi berpindah
tempat secara mengalir sehingga dengan sendirinya terjadi perpindahan kalor melalui
perpindahan massa. Aliran zat atau fluida, dapat berlangsung sendiri sebagai akibat
perbedaan akibat perbedaan massa jenis karena perbedaan temperatur, dan dapat juga sebagai
akibat paksaan melalui pompa kompresor, sehingga kita mengenal aliran zat atau fluida bebas
dan paksaan. Dimana konveksi kalor pada aliran bebas disebut konveksi bebas dan pada
aliran paksaan disebut konveksi paksaan.
Persamaan perindahan kalor konveksi dikenal sebagai hukum Newton untuk pendinginan
(Newton’s law of cooling) dimana untuk semua mekanisme transfer kalor, jika beda
temperatur antara benda dan sekitarnya adalah kecil, maka laju pendinginan sebuah benda
hampir sebanding dengan temperatur, yang dirumuskan sebagai berikut :
Q= ℎA(T2–T1) ........................[2]
Q ialah Laju perpindahan panas konveksi (W/m2 0C), h merupakan koefisien perpindahan
kalor konveksi (W/m2 .0C), A adalah luas permukaan perpindahan kalor (m2), T1 ialah
temperatur awal (0C), dan T2 merupakan temperatur akhir (0C).
Pengeringan
Pengeringan merupakan suatu cara untuk menurunkan kandungan air yang terdapat
didalam suatu bahan. Proses pengeringan diperoleh dengan cara penguapan air. Cara ini
dilakukan dengan menurunkan kelembaban udara dengan mengalirkan udara panas di
sekeliling bahan, sehingga tekanan uap air bahan lebih besar daripada tekanan uap air di
udara. Perbedaan tekanan ini menyebabkan terjadinya aliran uap dari bahan ke udara. faktorfaktor yang mempengaruhi penguapan adalah:
1. Laju pemanasan waktu energi (panas) dipindahkan pada bahan.
2. Jumlah panas yang dibutuhkan untuk menguapkan tiap puond (lb) air.
3. Suhu maksimum pada bahan.
4. Tekanan pada saat terjadinya penguapan.
5. Perubahan lain yang mungkin terjadi didalam bahan selama proses penguapan
berlangsung. [4]
10
Mesin pengering jenis cylinder / rotary
Proses pengeringan pada proses produksi tisu menggunakan cylinder dryer, proses
pengeringan ini adalah proses yang kompleks. Dimana proses pemanasannya bersumber dari
burner dan steam. Adapun jenis mesin pengering jenis cylinder dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1 Mesin pengering jenis cylinder
Adapun spesifikasi dari cylinder dryer pada mesin tisu ialah
1. No Machine
853
2. Design speed
2,000 m/min
3. Diameter
3,660 mm
4. Max pressure
10 bar
5. Cylinder volume 30 m3
6. Length
5,615 mm
7. Thickness
51.5 mm
Adapun bagian dalam dari cylinder dryer dapat dilihat dari Gambar 2
Gambar 2 bagian komponen yankee cylinder
11
METODOLOGI
Prosedur Penelitian
Adapun langkah – langkah dalam proses penelitian perpindahan panas pada tisu
mesin untuk pengeringan tisu adalah :
1. Gunakan Alat Pelindung Diri (APD) seperti kaca mata, ear muff/ear plug, kaca mata
safety dan masker.
2. Persiapan alat untuk pengambilan data secara langsung. Pengambilan data secara
langsung berupa data temperatur silinder temperatur tisu dan moisture tisu
3. Tentukan waktu sebelum melakukan penelitian dan catat pada tabel
4. Pada area dryer section tentukan titik panas yang memiliki temperatur yang signifikan
dan catat pada tabel sebagai T1 panas awal pengeringan dan pengeringan akhir sebagai
T2
5. Gunakan raytek dalam menentukan temperatur yang akan diambil dengan mengarahkan
sinar infra merah ke arah titik yang telah di tentukan.
6. Catat nilai dominan yang keluar dari raytek pada pengujian dan masukkan pada data
tabel temperatur awal T1 dan T2 untuk shift pagi pukul 08:00, 10:00, 12:00, 14:00. Untuk
shift sore pada pukul 16:00, 18:00, 20:00, 22:00. Dan pada shift malam pukul 00:00,
2:00, 4:00, 6:00.
7. Catat moisture pada tabel kolom (m) untuk data moisture dengan melihat monitor atau
display yang ada di area tissue machine sesuai waktu seperti langkah 6.
8. Catat kecepatan yankee pada tabel kolom (n) untuk kecepatan yankee dengan melihat
monitor atau display yang ada di area tissue machine sesuai waktu seperti langkah 6.
9. Catat temperatur yankee pada tabel kolom (Tyankee) untuk temperatur yankee dengan
melihat monitor atau display yang ada di area tissue machine sesuai waktu seperti
langkah 6.
10. Catat temperatur burner (Tburner) untuk temperatur burner dengan melihat monitor atau
display yang ada di area tissue machine sesuai waktu seperti langkah 6.
11. Catat temperatur ruangan (Truangan) untuk temperatur ruangan dengan melihat monitor
atau display yang ada di area tissue machine sesuai waktu seperti langkah 6.
Pengambilan Data.
Untuk memperoleh data yang dilakukan dalam penelitian pada proses perpindahan
panas pada proses pengeringan tisu dilaksanakan dengan melakukan pengamatan pada saat
proses produksi berlangsung. Untuk mengetahui pengaruh perpindahan panas terhadap waktu
maka penelitian ini di bagi menjadi 3 waktu sesuai shift group yang ada di tempat penelitian
diambil kemudian menganalisa pada proses produksi berjalan lancar dan pada saat proses
berjalan tidak lancar. Tisu yang diteliti adalah tisu toilet dengan BW 13,5 GSM, dan
Thickness 105 micron. Adapun waktu yang telah di tentukan yaitu :
1. Pukul 07 00 - 15 00 (shift pagi)
2. Pukul 15 00 - 23 00 (shift sore)
3. Pukul 23 00 - 07 00 (shift malam)
Penentuan titik temperatur yang diambil dapat dilihat pada gambar 3, dengan T1
merupakan temperatur awal saat pengeringan dan T2 merupakan temperatur akhir saat
pengeringan.
12
Gambar 3. Titik pengambilan data temperatur
Adapun tabel pengujian dapat dilihat pada tabel 3.2, 3.3, 3.4, dan 3.5
Pada setiap shift dibagi menjadi empat kali pengambilan data dengan selisih waktu 2
jam. Dengan mengambil nilai dominan yang keluar saat pengambilan data. Kemudian
mencari nilai temperatur rata – rata dari dari data pada setiap shift untuk nilai perbandingan
dalam satu hari. Pengambilan data temperatur juga dilakukan pada saat produksi tidak
berjalan dengan lancar untuk mengetahui perubahan temperatur yang terjadi pada saat proses
pengeringan tisu.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Dari data yang telah didapatkan kemudian dihitung laju perpindahan panasnya sesuai
dengan waktu pengambilan data dan perhitungan penyerapan panas dari yankee terhadap tisu.
setelah didapat rata-rata temperatur maka akan dihitung laju perpindahan panas terhadap
waktu secara konduksi pada dryer. Hasil perhitungan nilai laju perpindahan panas konduksi
pada waktu pagi, sore, dan malam saat stabil ialah : 210,62 W/m2 0C, 191,70 W/m2 0C, dan
166,47 W/m2 0C.
Tabel 1. Temperatur rata–rata shift pagi, shift siang, shift malam (stabil)
13
Gambar 4.4 grafik temperatur rata-rata shift pagi,sore, dan malam (stabil)
Gambar 4.5 grafik laju perpindahan panas konduksi total (stabil)
Sedangkan untuk nilai laju perpindahan panas konveksi waktu pagi,sore, dan malam disaat
stabil ialah : 66,69 W/m2 0C, 60,71 W/m2 0C, 52,71 W/m2 0C.
14
Gambar 4.6 Grafik laju perpindahan panas konveksi total (stabil)
Setelah didapat data dan perhitungan saat stabil, maka selanjutnya ialah data temperatur
pengeringan saat tidak stabil.
Tabel 2. Temperatur rata–rata shift pagi, shift siang, shift malam (tidak stabil)
Gambar 4.10 grafik temperatur rata-rata shift pagi,sore, dan malam (tidak stabil)
Setelah dilakukan perhitungan nilai laju perpindahan panas konduksi pada waktu pagi, sore,
dan malam saat tidak stabil ialah : 219,44 W/m2 0C, 243,41 W/m2 0C, dan 204,81 W/m2 0C.
Gambar 4.11 grafik laju perpindahan panas konduksi total (tidak stabil). Sedangkan untuk
nilai laju perpindahan panas konveksi waktu pagi,sore, dan malam disaat tidak stabil ialah :
69,49 W/m2 0C, 77,08 W/m2 0C, 64,85 W/m2 0C.
15
Gambar 4.12 grafik laju perpindahan panas konveksi total (tidak stabil)
KESIMPULAN
Berdasarkan dari data-data yang telah di ambil dan perhitungan pada penelitian
perpindahan panas pada proses pengeringan lembaran tisu di Tissue Machine PT. Lontar
Papyrus Pulp Paper Industry, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Sistem perpindahan panas yang terjadi pada pengeringan tisu di tissue machine ialah
perpindahan panas secara konduksi dan secara konveksi
2. Laju perpindahan panas yang tertinggi pada perpindahan panas konduksi dan konveksi
pada saat stabil ialah pada waktu shift pagi yaitu pukul dan laju perpindahan panas
terendah pada waktu shift malam yaitu pukul. Perpindahan panas konduksi tertinggi pada
saat stabil ialah 210,62 W/m2.0C terendah 166,47 W/m2.0C, pada perpindahan panas
konveksi tertinggi pada saat stabil ialah 66,69 W/m2.0C dan terendah 52,71 W/m2.0C.
3. Panas yang dihasilkan pada proses pengeringan tisu sangat berpengaruh pada moisture
yang dihasilkan, semakin tinggi panas yang terbentuk maka semakin rendah moisture
yang dihasilkan pada tisu. Moisture tisu tertinggi pada saat stabil ialah 3,57 % sedangkan
pada saat tidak stabil 4,2 %.
4. Yang paling dominan mempengaruhi laju perpindahan panas pada pengeringan tisu pada
tisue machine ialah temperatur pada yankee dan temperatur udara sekitar pada saat
pengeringan.
Perpindahan panas konduksi tertinggi pada saat stabil ialah 210,62 W/m2.0C terendah
166,47 W/m2.0C, pada perpindahan panas konveksi tertinggi pada saat stabil ialah 66,69
W/m2.0C dan terendah 52,71 W/m2.0C. Sedangkan Perpindahan panas konduksi tertinggi
pada saat tidak stabil ialah 243,4 W/m2.0C terendah 204,81 W/m2.0C, pada perpindahan
panas konveksi tertinggi pada saat tidak stabil ialah 77,08 W/m2.0C dan terendah 64,85
W/m2.0C
DAFTAR PUSTAKA
[1]
[2]
[3]
Hardian syahputra “Manfaat Tisu”Institut Teknologi dan Sains Bandung. 2013
Ach. Muhib Zainuri.”Simulasi Karakteristik Perpindahan Panas dan Massa Pada
Pengeringan Paper Web Di Dryer Section. Jurusan Teknik Mesin Institut Teknologi
Sepuluh november, Surabaya 2010
Fahmi Januar anugrah. “Menentukan Koefisien Perpindahan Panas Total (U) Dan
Heat Loss Setiap Section Main Dryer Unit Paper Machine 9”. Politeknik Negeri
Bandung, Bandung 2012
16
Dr. Ing anton irawan, ST., MT. “ Modul Pengeringan” Fakultas Teknik, Universitas
Sultan Ageng Tirtayasa, 2011.
[5] Puntanata S Siagian. “ Pengeringan pada produk (Tapel) dengan microwave,(pretreatment:kamar pendingin) Fakultas Teknik, Universitas Indonesia, 2008.
[6] Hendrik Rone Sumaraw “Perpindahan kalor”Fakultas Teknik, Universitas Negeri
Manado.
[7] Hardian syahputra “Manfaat Tisu”Institut Teknologi dan Sains Bandung. 2013
[8] Manual Book Tissue Machine
[9] Work Instruction (WI) Tissue Machine
[10]...http://omahkecil.blogspot.co.id/2012/05/aneka-jenis-tissue-dan-kegunaannya.html
[11] http://digilib.its.ac.id/public/ITS-Master-10326-Chapter1.pdf
[12] Dmitry keselman “Dynamic Simulation of yankee drying of paper”
[13] Sofyan ash shiddeqy “Perpindahan Panas FT_UH”.
[14] http://gaduhwahid.blogspot.co.id/2 016/04/proses-perpindahan-panas-konduksi.html
[4]
17
Jurnal Volume 6 No 2, No ISSN 2089-1873 (PDII-LIPI)
PEMANFAATAN SERBUK GERGAJI SEBAGAI BAHAN BAKAR
BIOMASSA MENGGUNAKAN SARANA ALAT MASAK PENGHASIL
PANAS TINGGI
M. Ficky Aprianto, Zainal Abadi, dan Amalan Rambe
Jurusan Teknik Mesin STITEKNAS Jambi
Jln.Kapten Pattimura No 100 Jambi Telp.(0741)669501
Email: alanrambe@yahoo.co.id
Abstrak
Sebuah kompor berbahan bakar serbuk gergaji yang belum dikenal oleh orang-orang
dikalangan masyarakat, maka perlu adanya unjuk pengenalan kompor ini langsung kepada
masyarakat. Khususnya pada masyaraka yang ekonominya menengah kebawah terutama
masyarat yang tinggal dipedesaan. Penelitian pemanfaatan serbuk gergaji ini sebagai pegganti
bahan minyak tanah yang semakin sulit didapatkan dan harganya sangat mahal. Untuk
rumusan masalah bertujuan untuk mengetahui temperatur serbuk gergaji, efisiensi kompor.
Adapun tujuan untuk mengetahui temperatur panas serbuk gergaji, nilai efisiensi kompor dan
dan lama waktu untuk mendidihkan 2 kg air. Rata – rata panas yang dihasilkan serbuk gergaji
sebesar 94 oC – 330 oC. Peningkatan suhu air yang dipanaskan sebesar 3,2 kj/kg , perubahan
suhu air 28 oC, kapasitas kalor 2 kg air sebesar 84000 J/oC, perpindahan panas konveksi dari
bahan bakar ke air yang dipanaskan sebesar 0,333 KW. Perhitungan efisiensi kompor dengan
metode WBT (Water Boiling Test), panas sensible sebesar 924 W, panas laten sebesar 340 W,
input energi panas sebesar 2426,96 W, efisiensi temal sebesar 48,91 %. Perhitungan efisiensi
dengan persamaan (Belonio,1985). Laju bahan bakar (FCR) sebesar 3,2 kg/jam, energi yang
dibutuhkan (Qn) sebesar 567,43 kkal/jam, efisiensi kompor sebesar 23,31 %. Rata – rata uji
pembakaran dalam kompor serbuk gergaji mencapai suhu maksimum 100 oC - 333 oC.
Kata kunci : kompor serbuk gergaji, temperatur serbuk gergaji, Efisiensi kompor.
PENDAHULUAN
Di antara masalah yang berkenan dengan energi nasional antara lain adanya
kecendrungan konsumsi energi fosil yang semakin besar, kecendrungan energi fosil tersebut
di sebabkan karena bertambahnya jumlah penduduk pada setiap tahunnya yang secara derastis
mengalami peningkatan. Seiring bertambahnya jumlah penduduk tersebut dan pemakaian
bahan bakar minyak dunia semakin meningkat, terutama pada penggunaan minyak tanah.
Energi fosil tersebut semakin sulit di dapatkan dan harga minyak dunia yang tidak menentu.
Sebagai contoh gas LPG yang hari kehari mengalami harga yang semakin mahal.
Untuk saat ini begitu sulit untuk mendapatkan bahan bakar jenis minyak tanah dan
bisa dikatakan bahan bakar minyak tanah ini sudah mulai langka. Oleh karena itu, perlu
adanya upaya – upaya lain. Di antaranya adalah penggunaan bahan bakar limbah kayu
(BBLK), untuk mengurangi subsidi, sekaligus memenuhi kebutuhan masyarakat bawah
berupa pengganti bahan bakar minyak tanah. Bahan bakar limbah kayu (BBLK) adalah bahan
bakar yang berasal dari kayu berupa serbuk gergaji dan dapat berupa limbah skam padi,
tempurung kelapa, tongkol jagung dan lain – lain. potongan kayu dan serpihan dapat dibuat
18
Jurnal Volume 6 No 2, No ISSN 2089-1873 (PDII-LIPI)
menjadi arang, briket arang atau karbon aktif sedang serbuk hasil gergajian kayu dapat
dimanfaatkan menjadi briket arang ataupun langsung dijadikan bahan bakar tungku serbuk
gergajian atau karbon aktif (Wijayanti, 2009).
Untuk mengurangi beban masyarakat khususnya dipedesaan yang masih sangat
tergantung dengan bahan bakar minyak tanah dibutuhkan energi berupa limbah yang bisa
diperbaharui murah dan mudah didapatkan disekitar mereka. Serbuk kayu digunakan sebagai
bahan bakar yang mudah didapatkan dan hargaya relatif murah sehingga menghemat biaya
operasonal.
TINJAUAN PUSTAKA
Pemanfaatan energi dari bebagai macam hasil dari limbah yang selama ini belum
dimanfaatkan secara optimal, padahal panas yang dihasilkan limbah – limbah tersebut cukup
tinggi.
Limbah Serbuk Kayu
Limbah serbuk kayu memiliki potensi yang cukup besar sebagai bahan baku briket
arang, bahan bakar tungku serbuk gergaji mengingat banyaknya industri kayu yang
menggunakan bahan baku dari berbagai jenis kayu. Limbah pengolahan kayu dapat berbentuk
serbuk gergaji, kulit kayu, potongan kayu, serpihan, dan sabetan kayu. Menurut Mustofa
(2001) dalam (Triono, 2006) komposisi pengolahan limbah kayu yang paling tersedia dalam
industri pengolahan kayu adalah limbah sabetan sekitar 25,9% dari 50,8% limbah
penggergajian kayu seluruhnya. Limbah serbuk gergaji kayu sekitar 10% dan potongan kayu
sekitar 14,3%. Menurut Hendra(1999) dalam (Triono, 2006) kayu yang terbaik untuk
pembuatan arang adalah kayu yang mempunyai berat jenis sedang (0,6-0,7) dengan kadar air
15-30% dan diameter 10-20 cm.
Sekam Padi
Padi merupakan produk utama pertanian di negara – negara agraris, termasuk
Indonesia. Menurut Dorlan, skam padi merupakan lapisan keras yang meliputi kariopsis,
terdiri dari belahan lemma dan palea yang saling bertautan, umumya ditemukan di areal
penggilingan padi. Dari proses penggilingan padi, biasanya diperoleh skam 20-30%, dedak 812%, dan beras giling 50-63,5% dari bobot awal gabah.
Sekam padi sering diartikan sebagai bahan buangan atau limbah penggilingan padi,
keberadaannya cendrung meningkat yang mengalami proses penghancuran secara alami dan
lambat, sehingga dapat mengganggu lingkungan juga kesehatan manusia, nilai kalori 1 kg
sekam padi sebesar 3.300 k.kalori.
Tongkol Jagung
Salah satu limbah pertanian yang cukup potensial untuk diolah menjadi bahan bakar
alternatif adalah tongkol jagung. Karena ketersediaannya yang melimpah namun belum
dimanfaatkan secara maksimal. Menurut data ATAP 2011, produksi jagung Jambi selatan
pada tahun 2011 sebanyak 1,42 ton pipilan kering, yang diperoleh dari luas panen 293,13 ribu
hektar dan tingkat produktivitas 47,80 kuintal per hektar.
Salah satu cara mengolah limbah pertanian menjadi bahan bakar alternatif adalah
dengan cara karbonisasi maka unsur – unsur pembentuk asap dan jelaga dapat diminimalkan,
sehingga gas buangnya lebih bersih. Dengan pembriketan maka kebutuhan ruang menjadi
kecil, kualitas pembakarannya lebih baik dan pemakaiannya lebih praktis (Untoro 2010).
19
Jurnal Volume 6 No 2, No ISSN 2089-1873 (PDII-LIPI)
Menurut (Untoro, 2010) hasil pengujian proximate analysis dan nilai kalor dapat
diketahui bahwa nilai kalor dari tongkol jagung mengalami kenaikan yang cukup signifikan
setelah dilakukan karbonisasi.
Bahan Bakar
Bahan bakar adalah istilah populer untuk menyalakan api. Bahan bakar dapat bersifat
alami (ditemukan langsung dari alam), tetapi juga bersifat buatan (di olah dengan teknologi
maju).
Sepanjang sejarah, berbagai jenis bahan bakar telah di gunakan sebagai bahan bakar
(bergantung pada ketersediaannya di suatu wilayah tertentu). Berikut ini adalah beberapa jenis
bahan bakar yang kita gunakan dalam sehari–hari : batu bara, gas alam, propane, methanol,
biomassa.
Biomassa
Biomassa adalah bahan organik yang dihasilkan melalui proses fotosintesis baik
berupa prodik maupun buangan. Contoh biomassa antara lain adalah tanaman, pepohonan
rumput, limbah pertanian, limbah hutan, tinja, dan kotoran ternak. Selain di gunakan untuk
tujuan primer serat, bahan pangan, pakan ternak, minyak nabati, bahan bangunan, dan
sebagainya.
Energi biomassa dapat menjadi sumber energi alternatif penggantian bahan bakar fosil
(minyak bumi) karena beberapa sifatnya yang menguntungkan yaitu, dapat dimanfaatkan
secara lestari karena sifatnya yang dapat di perbaharui, relative tidak mengandung unsur
sulfur sehingga tidak menyebabkan polusi udara dan juga tidak dapat meningkatkan efisiensi
pemanfaatan sumber daya hutan dan pertanian.
Pemanfaatan dan Pengolahan Limbah Kayu Oleh Industri
Pada umumnya oleh perusaan industri, limbah tersebut di olah lagi menggunakan
teknologi terapan mengkonvensi limbah industri pengolahan kayu menjadi arang serbuk,
briket arang–arang aktif, arang kompos dan soil conditioning.
Arang Serbuk dan Arang Bongkah
Teknologi yang di gunakan dalam proses pembuatan arang dari serbuk kayu – kayu ini
adalah dengan menggunakan drum atau kaleng yang di modifikasi dan di lengkapi dengan
lubang udara sekeliling badan drum dan cerobong asap di bagian tengah badan drum atau
kaleng.
Arang Aktif
Arang aktif adalah arang yang di olah lebih lanjut pada suhu tinggi sehingga pori–
porinya terbuka dan adapat di gunakan sebagai bahan absorben.Proses yang di gunakan
sebagain besar menggunakan cara kimia dimana bahan baku di rendam dalam larutan CaC12,
MgC12, ZnC12 selanjutnya di panaskan dengan jalan di bakar pada suhu 500 0C.
Soil Conditioning
Penggunaan arang baik yang berasal dari limbah ekspolitasi maupun yang berasal dari
industri pengolahan kayu untuk soil conditioning, merupakan salah satu alternatif
pemanfaatan arang selain sebagai sumber energy. Secara morpologis arang memiliki pori
yang efektif untuk mengikat dan menyimpan harta tanah.
20
Jurnal Volume 6 No 2, No ISSN 2089-1873 (PDII-LIPI)
Kompos dan Arang Kompos
Serbuk kayu merupakan salah satu jenis limbah industri pengolahan kayu–kayuan.
Alternatif pemanfaatan dapat di jadikan kompos pupuk tanaman.
Kompor
Kompor adalah alat masak yang menghasilkan panas tinggi. Biasanya kompor di
temukan di dapur dan bahan bakrnya dapat di bedakan menjadi tiga jenis, yaitu cair, padat,
dan gas. Pada dasarnya jenis kompor yang banyak di gunakan oleh masyarakat adalah kompor
minyak tanah dan kompor gas. Meskipun demikian, masih ada jenis lain yang dapat di
gunakan sebagai alat memasak. Apalagi, kondisi saat ini dimana harga bahan bakar untuk
kompor minyak dan gas semakin mahal dan lama kelamaan jenis bahan bakar ini semakin
langka, dan sulit di dapat. Di karenakan sumur – sumur pengeboran minyak mengalami
kekeringan, sebagai contoh saat sekarang ini sangat sulit untuk mendapatkan minyak tanah.
Maka mulai saat ini perlu di perhatikan kembali mengenai jenis kompor dengan alat alternatif
bahan bakar tanpa minyak dan gas.
Kompor Serbuk Gergaji
Kompor adalah sebagai suatu metode yang digunakan untuk memenuhi keperluan
memasak dengan berbagai macam masakan. Hasil yang didapatkan dari pengujian kompor
alternatif sangat penting untuk rekayasa teknik dan desain produk karena menghasilkan data
titik didih bahan yang dimasak. Pengujian kompor alternatif digunakan untuk mendidihkan air
atau suatu masakan terhadap temperatur suhu yang dihasilkan bahan bakar kompor serbuk
gergaji. Pada pengujian kompor alternatif serbuk gergaji, benda atau bahan yang diuji diberi
panas temperatur suhu yang dihasilkan oleh bahan bakar serbuk gergaji tersebut, bersamaan
dengan itu perlu dilakukan pengamatan terhadap titik kematangan suatu benda atau bahan
yang diuji.
Pengujian kompor adalah dasar dari pengujian perpindahan panas yang dipergunakan
pada suatu bahan atau benda. Dimana, bahan yang diuji dilakukan dengan cara dipanaskan
sehingga bahan atau benda uji mengalami kematangan hingga akhirnya dapat dikonsumsi.
Pengujian kompor alternatif berbahan bakar serbuk gergaji sangatlah sederhana, murah dan
praktis dibandingkan dengan pengujian alat yang lain. Hal – hal yang perlu diperhatikan pada
saat pengujian, agar pengujian menghasilkan nilai yang valid adalah bentuk dan dimensi
berdasarkan bahan atau benda yang diuji
Serbuk kayu adalah sisa – sisa atau limbah penggergajian dari pengolahan kayu yang
banyak terdapat di pengolahan kayu. Selama ini limbah serbuk kayu banyak menimbulkan
masalah dalam penanganannya yang selama ini di biarkan membusuk di tumpuk dan dibakar
yang semuanya berdampak negatif terhadap lingkungan sehingga penananggulangannya perlu
di pikirkan.
Salah satu yang dapat jalan ditempuh adalah memanfaatkannya menjadi produk yang
bernilai tambah dengan teknologi yang aflikatif dan kerakyatan sehingga hasilnya mudah di
sosialisasikan kepada masyarakat. Serbuk gergaji bahan bakar kompor dapat di lihat pada
Gambar 1.
21
Jurnal Volume 6 No 2, No ISSN 2089-1873 (PDII-LIPI)
Gambar 2.6 Serbuk Gergaji
Faktor – Faktor Utama Dalam Pembuatan Kompor Serbuk Gergaji
Pemilihan material
Dalam setiap perencanaan dan pembuatan pemilihan komponen material merupakan faktor
utama yang harus diperhatikan.
1. Efisiensi Bahan
Dengan memegang prinsip ekonomi dan berlandaskan pada perhitungan-perhitungan yang
memadai, maka di harapkan biaya produksi pada tiap-tiap unit sekecil mungkin.
2. Bahan Mudah Didapat
Dalam perencanaan suatu produk, apakah bahan yang digunakan mudah di dapat atau tidak.
Kekuatan Bahan
Dalam hal ini untuk menentukan bahan yang akan digunakan haruslah mengetahui
dasar kekuatan bahan serta sumber pengadaannya, mengingat pengecekan dan penyesuaian
suatu produk kembali kepada kekuatan bahan yang akan digunakan.
Pengukuran dan pemotongan material
Setelah di lakukan pemilihan spesimen tentunya akan di lanjutkan dengan pengukuran
material. Karena pengukuran dan pemotongan material sangat di butuhkan untuk pembuatan
alat.
1. Pemotongan menggunakan gerinda
Mesin gerinda merupakan mesin yang berfungsi untuk menggerinda benda kerja. Awalnya
mesin gerinda hanya ditujukan untuk benda kerja berupa logam yang keras seperti besi dan
stainless steel.
Proses Pembuatan Kompor Serbuk Gergaji
Proses pembuatan adalah proses perakitan benda kerja menjadi kerangka alat, proses ini di
lakukan dengan cara pengelasan.
Perpindahan Kalor
Perpindahan kalor (Head transfer) adalah ilmu untuk mengetahui perpindahan energi yang
terjadi karena adanya perbedaan suhu diantara benda atau material. Dari termodinamika telah
kita ketahui telah kita ketahui bahwa energi bahwa energy yang pindah dinamakan kalor atau
bahang atau panas (head). Ilmu perpindahan kalor tidak hanya mencoba menjelaskan
bagaimana energy kalor itu berpindah dari suatu benda ke benda lain, tetapi keyataan bahwa
disini yang menjadi sasaran analisis ialah masalah laju perpindahan, inilah yang membedakan
ilmu perpindahan kalor dari ilmu termodinamika.
Dasar Perpindahan panas
Perpindahanan panas pada dasarnya adalah ilmu yang untuk meramalkan perpindahan energi
yang terjadi karena adanya perbedaan suhu di antara benda atau material. Hal ini disebabkan
karena pada waktu proses perpindahan itu berlangsung, sistem tidak ada dalam keadaan
22
Jurnal Volume 6 No 2, No ISSN 2089-1873 (PDII-LIPI)
seimbang. Ilmu perpindahan panas melengkapi hukum pertama dan kedua thermodinamika,
yaitu dengan memberikan beberapa kaidah percobaan yang dapat dimanfaatkan untuk
menentukan perpindahan energi.
1. Perpindahan Panas Konduksi (Hantaran)
Perpindahan panas konduksi (hantaran) adalah perpindahan energi yangterjadi pada bagian
q
∆T
yang bersuhu tinggi ke bagian yang bersuhu rendah didalam medium padat. ~
∆x
A
Maka dimasukkan konstanta proporsionalitas (proportionnality constant)atau tetapan ke
sebandingan, maka:
∆�
Q =− �
∆�
Dimana :
Q
= Laju perpinadahan panas (W)
A
= Luas penampang (m )
∆T
= Perbedaan temperatur (oC)
∆X
= Perubahan energi dalam (oC)
k
= Konduktivitas termal dinding (W/m·K)
Dimana q ialah laju perpindahan panas dan ∆T/∆X merupakan gradien suhu kearah
perpindahan kalor
2. Perpindahan Panas Koveksi (Aliran)
Perpindahan panas konveksi merupakan perpindahan kalor (panas) yang disertai dengan
berpindahnya zat perantara. �� = h.A.(�� -�∞ )
Dimana :
��
= Laju perpindahan panas konveksi (Btu/h)
h
= Koefisien perpindahan panas (W/m2·oC)
A
= Luas permukaan ( m²)
��
= Temperature dinding(oC)
�∞
= Temperatur fluida (oC)
3. Perpindahan Panas Radiasi
Radiasi dapat diartikan sebagai energi yang dipancarkan dalam bentuk sinaran atau radiasi
elektromagnektik.
Qpancaran =� AT4
Di mana � ialah konstanta proporsional dan disebut konstanta Stefan-Boltzmann dengan nilai
5,669 x 10-8 W/m2.K4. persamaan tersebut disebut dengan hukum Stefan-Boltzmann tentang
radiasi termal, berlaku hanya untuk benda hitam.
Perhitungan Efisiensi Kompor
Dalam perhitungan efisiensi tungku / kompor serbuk gergaji harus mengetahui jumlah
energy yang dibutuhkan untuk memasak dengan menggunakan rumus, (Belonio, 1985)
.�.∆�
Qn =
�
Dimana :
Qn = energi yang dibutuhkan (kcal/jam)
Mf = massa makanan yang dimasak (kcal/kg)
C = energi spsifik(kcal/kg)
T = waktu pemasakan (jam)
∆� = perubahan suhu (oC)
Pemasan energi mengacu pada jumlah energy yang diperlukan, dala istlah bahan
bakar, energi yang harus dimasukkan kedalam kompor. Hal ini dapat dihitung menggunakan
rumus berikut, (Belonio, 1985)
23
Jurnal Volume 6 No 2, No ISSN 2089-1873 (PDII-LIPI)
����
FCR=
)
�� ��
Dimana :
FCR = fuel consubtion rate ( FCR) laju bahan bakar yang dibutuhkan (kcal/jam)
Massa = bahan bakar (kg)
Waktu = waktu yang dibutuhkan dalam memasak (jam)
�=
�� .�
Dimana :
� = efisiensi (%)
Qn = energi yang dibutuhkan (kcal)
FCR = Fuel Consubtion Rate ( FCR) laju bahan bakar yang dibutuhkan (kcal/jam)
Hvf = Head Value Fuel (Hvf) nilai kalor bahan bakar (kcal/kg)
Perhitungan kalor
Perhitungan kalor ini meliputi :
Untuk menaikkan suhu kalor yang diserap air, banyaknya kalor yang diserap air,
perubahan suhu air, kapasitas kalor air, jumlah kalor untuk memanaskan air.
a. persamaan suhu kalor yang diserap air
Q = m.c. ∆�
dimana :
Q = kalor (J/kg)
m = massa air (kg)
C = kalor jenis air (J/kg oC)
∆� = Perubahan suhu kalor yang dserap air (oC)
b. Persamaan untuk menghitung perubahan suhu air
Q = m. c. T2-T1
dimana :
m = massa air (kg)
C = kalor jenis air (J/kg oC)
T1 = temperature awal air (oC)
T2 = perubahan suhu air (oC)
c. Menghitung kapasitas kalor air
C = m. c
dimana :
C = massa jenis air (j/kg oC)
m = massa air (kg)
d. Perhitungan jumlah kalor untuk memanaskan air
Q = m. c. ∆�
dimana :
Q = banyaknya kalor (J/kg)
m = massa air (kg)
C = Kalor jenis air (J/kg oC)
∆� = perubahan suhu air (oC)
Pemakaian Kompor Serbuk Gergaji
Setelah selesai pada pembuatan kompornya, selanjutnya kita bisa menggunakan
kompor alternatif serbuk gergaji ini. Pertama – tama kita letakkan media untuk pembuatan
rongga pada kompor dapat kita gunakan botol sirup atau bambu, kayu yang berdiameter
kurang lebih dari 5 cm. cara pembuatan rongganya letakkan kayu tersebut tepat pada sisi
24
Jurnal Volume 6 No 2, No ISSN 2089-1873 (PDII-LIPI)
tengah – tengah kaleng roti tersebut, lalu setelah itu langkah yang kedua masukkan serbuk
gergaji sampai memenuhi kaleng roti kompak (Kalau tidak kompak cara pemasukannya
serbuk tersebut akan cepat habis, dan serbuk gergajinya akan runtuh). Setelah kaleng kompor
tersebut terisi penuh dengan serbuk gergaji, lalu padatkan serbuk gergaji sampai benar – benar
padat. Untuk memadatkan serbuk kayu tersebut dapat di gunakan kayu sebagai untuk
memadatkan agar serbuk gergaji dalam kompor tersebut tidak runtuh, setelah padat dan
selanjutnya cabut kayu pembentuk rongga dengan pelan – pelan dan hati – hati untuk
menghindari terjadinya keruntuhan pada serbuk gergaji tersebut. Setelah semuanya selesai
dan kompor alternatif ini sudah siap pakai untuk kebutuhan memasak. Bahan baku lainnya
lainnya untuk pembuatan kompor dapat juga berupa skam padi, abu gosok. Tetapi masih lebih
bagus dengan menggunakan serbuk gergaji.
METODOLOGI
Waktu dan Tempat Pelaksanaan
penelitian telah dilaksanakan dilaboratorium Stiteknas jambi, dengan waktu terhitung
sejak Januari s/d Juni 2016 yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan dan keterampilan
mahasiswa terhadap hasil yang diperoleh pada saat berjalannya penelitian kompor serbuk
gergaji.
Metode Pembuatan Kompor Serbuk Gergaji
Proses pembuatan alat kompor alternatif bahan bakar serbuk gergajiini meliputi hal –
hal sebagai berikut :
1.
Penyediaan material
Material yang akan disediakan harus sesuai dengan bahan yang akan digunakan.
2.
Pengukuran dan pemotongan material dengan ukuran yang telah ditentukan.
3.
Pembuatan,
Proses pembuatan adalah proses prakitan benda kerangka kerja menjadi alat, proses ini
dilakukan dengan cara pengelasan.
4.
Penandaan lubang
Penandaan lubang yang akan dibor dan digrinda disesuaikan dengan ukuran yang telah
direncanakan, hal ini dilakukn untuk mempermudah proses pengeboran, proses ini meliputi :
a. Penandaan lubang untuk pembuangan asap
b. Penandaan lubang untuk pembakaran bahan bakar
c. Penandaan lubang untuk pengeluaran api dari hasil pembakaran
5.
Pengeboran
Pengebora dilakukan pada bagian – bagian yang diberi tanda
6.
Penggrindaan
Proses penggrindaan ini dilakukan untuk membuat lubang dan sekaligus untuk
merapikan hasil lasan yang tidak rapi dan untuk merapikan pinggiran – pinggiran sisi kompor
yang tajam agar terhindar dari kecelakaan.
Rancangan Kompor Serbuk Gergaji
Dalam pembuatan kompor serbuk gergaji ini dengan desain yang sangat sederhana,
untuk lebih jelasnya desain kompor alternatif serbuk gergaji dapat dilihat pada Gambar 3.1.
25
Jurnal Volume 6 No 2, No ISSN 2089-1873 (PDII-LIPI)
Keterangan :
1. Tempat dudukan panci
2. Lubang keluarnya api kompor
3. Dingding kompor
4. Saringan kompor diameter 10
5. Ruang bakar kompor cm
6. Pintu pembakaran
Gambar 3.1 Kompor serbuk gergaji
Fungsi Komponen – Komponen Alat Kompor
Fungsi komponen – komponen pada alat kompor alternatif bahan bakar serbuk gergaji
adalah sebagai berikut :
1.
Besi behel sebagai kerangka kompor
Besi ini dipasang dengan berbentuk lingkaran sebagai tempat dudukan dingding
kompor.
2.
Plat besi
Plat besi ini digunakan untuk dingding kompor dan sebagai tempat bahan bakar
kompor. Dirasa didngding ini cukup kuat untuk menahan bahan bakar serbuk gergaji pada
saat pengujian.
3.
Saringan kompor ukuran 12 cm
Saringan ini digunakan untuk penyebaran api kompor agar berbentuk lingkaran.
Saringan kompor ini dengan diameter 12 cm dapat di lihat pada Gambar 3.2.
Gambar 3.2 Saringan kompor ukuran 12 cm
26
Jurnal Volume 6 No 2, No ISSN 2089-1873 (PDII-LIPI)
4.
Saringan kompor ukuran 14 cm
Berfungsi untuk menyebarkan api kompor dan untuk menstabilkan api kompor agar
tetap terarah kesaringan kompor yang ukuran 12 cm. Saringan kompor diameter 14 cm dapat
di lihat pada Gambar 3.3.
Gambar 3.3 Saringan kompor ukuran 14 cm
5.
Serbuk gergajian
Serbuk gergajian ini digunakan untuk bahan bahan kompor dan berfungsi sebagai
bahan utama dalam pembuatan alat ini. Serbuk gergaji bahan bakar kompor dapatdi lihat pada
Gambar 3.5.
Gambar 3.4 Serbuk gergaji
6.
Kayu persegi panjang 30 cm
Kayu ini digunakan untuk pembentukan saluran api yang keluar dari kompor. Jenis
kayu yang digunakan dapat di lihat pada Gambar 3.6.
Gambar 3.5 Kayu broti ukuran 30 cm
7.
Kayu broti panjang 15 cm
Kayu ini digunakan untuk pembentukan lubang pembakaran pembakaran bahan bakar
kompor. Kayu broti ukuran 15 cm dapat di lihat pada Gambar 3.6.
Gambar 3.6 Kayu broti ukuran 15 cm
27
Jurnal Volume 6 No 2, No ISSN 2089-1873 (PDII-LIPI)
8.
Air
Air di gunakan sebagai bahan yang akan digunakan dalam bentuk pengujian dan
dianalisa kalor yang terkandung didalam 2 kg air tersebut untuk mengetahui berapa lama
waktu yang dibutuhkan untuk mendidihkan air 2 kg.
9.
Stopwatch
Stopwatch berfungsi sebagai pengukur berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk
mendidihkan air dengan banyak 2 kg setiap dalam pengujian yang dilakukan.
10.
Thermometer
Thermometer ini digunakan untuk mengetahui tinggi rendahnya panas suhu yang
dihasilkan kompor untuk memasak air, dan untuk mengetahui suhu air yang direbus.
Termometer dapat di lihat pada Gambar 3.8.
Gambar 3.7 Digital thermometer
11.
Timbangan
Digunakan untuk menimbang berat bahan bakar serbuk gergaji yang digunakan, dan
juga untuk menimbang berat air yang dipanaskan dan berat arang serbuk geragaji.
Metode Pengujian
Dalam perancangan dan pembuata kompor berbahan bakar serbuk gergaji ini yang
digunakan atau yang akan diuji adalah bahan serbuk gergaji. Adapun hal – hal yan perlu
diperhatikan dalam metode pengujian adalah sebagai berikut :
1.
Prosedur Pengujian
Hal–hal yang harus perlu diperhatikan sebelum melakukan uji coba alat kompor
serbuk gergaji agar tidak terjadi hal – hal yang tidak diinginkan dan agar didapat data yang
abstrak adalah sebagai berikut :
a. Persiapan alat – alat kompor berbahan bakar serbuk gergaji
Mempersiapkan alat kompor alternatif bahan bakar serbuk gergaji dan peralatan yang
dianggap perlu dan mendukung untuk dilakukannya pengujian. Agar pada waktu saat
pengujian dapat berjalan dengan baik.
b. Perlengkapan
Perlengkapan yang dibutuhkan sebelum pengoprasian alat kompor ini harus sudah
berada pada tempat pelaksanaan pengujian, supaya tidak memperlambat waktu proses
pengujian.
2.
Pengoperasian
Sebelum melakukan pengoprasian alat kompor ini ada baiknya penguji dibekali
tentang cara kerja alat kompor, dan langkah ini sangatlah penting sebagai sarana pendukung
dalam proses pengambilan data.
a. Pengujia spesimen
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui kemampuan suatu bahan terhadap
pengujian panasyang dihasilkan dari pembakaran serbuk gergaji. Pengujian ini
dimaksudkan untuk mengetahui panas yang dihasilkan dan perubahan temperatur
suhu.
28
Jurnal Volume 6 No 2, No ISSN 2089-1873 (PDII-LIPI)
b. Pengolahan data
Pengambilan data dilakukan untuk mendapatkan hasil yang diperlukan pada saat
berjalannya proses pengujian, serta ulangi beberapakali proses pengujian agar
mendapatkan hasil yang sesuai.
3.
Cara kerja alat kompor serbuk gergaji
Cara kerja alat kompor ini direncanakan sangat sederhana sekali, ketika bahan bakar
kompor serbuk gergaji dimasukkan kedalam kompor, kemudian buatlah lubang berbentuk
lingkaran pada spesimen serbuk gergaji. Tujuan pembuatan lobang tersebut adalah sebagai
permulaan untuk menyalakan api dan seklaigus sebagai lubang keluarnya api untuk
digunakan sebagai keperluan memasak, setelah komponen terpasang dan sudah dibentuk
lubangnya/rongga lalu kemudian pasanglah saringan kompor dan dan tempatkan pada posisi
yang telah ditetapkan. Lalu kemudian pasanglah penutup kompor dan kunci tutup kompor
tersebut dengan menggunakan baut sekrup / baut cacing agar penutup kompor tersebut tidak
goyang – goyang. Kemudian nyalakanlah api kompor dengan menggunakan potongan –
potongan kertas kecil dan bakarlah kertas tersebut lalu kemudian masukkan kedalam ruang
bakar kompor, dan selanjutnya kompor sudah siap digunakan untuk keperluan memasak.
Langkah kerja alat kompor ini adalah sebagai berikut :
1. Persiapkan alat – alat kompor dan bahan bakar serbuk gergaji
2. Persiapkan bahan yang akan diuji
3. Pasang bahan – bahan kompor
4. Pengoprasian kompor
5. Selanjutnya pengambilan data
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Perhitungan Kalor
1. perubahan suhu air
Diketahui :
Massa air = 200 gram
Suhu awal air = T1 = 29 oC
Kalor jenis air = 4200 kj/kg
Q = m.c.(T2 – T1)
Dimana :
Q = kalor (kj/kg)
m = massa awal air (kg)
c = kalor jenis air ( kj/kg)
∆� = perubahan suhu kalor yang diserap air
Ditanya = ∆� …?
Jawab :
41015 kal/kg = 200 gram. 4200 J/kg. T2 – 29 oC
41015 = 200. 4200. T2 – 29
41015 = 200. T2 – 29
41015 = 200. 71
41015 + 14204 = 200 T2
18,3055 = 2000 T2
,
T2 =
T2 = 0,091 oC
∆� = ,
−
℃
29
Jurnal Volume 6 No 2, No ISSN 2089-1873 (PDII-LIPI)
∆� =
℃
1. Kapasitas kalor 2 kg air
Diketahui :
Kalor jenis air (c) = 4200 kj/kg oC
Massa air (m) = 2 kg
C = m.c
Dimana :
m = massa air (kg)
c = kalor jenis air (kj/kg oC
Ditanya = C…?
Jawab :
C = 2 kg. 4200 kj/kg oC
C = 2. 4200
C = 8400 J/oC
Grafik massa serbuk dengan temperatur air. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
Gerafik 4.1.
temperatur air ̊C
150
96 97 99 100101103
100
60
36 38 46
50
0
0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 06 0,7 0,8 0,9 1,0
kg kg kg kg kg kg kg kg kg kg
Berat serbuk
Gambar 4.1 Grafik Perbandingan massa serbuk gergaji vs temperatur air
Grafik Massa Serbuk vs Waktu Pembakaran
Perbandingan atara massa serbuk gergaji vs waktu pembakaran serbuk gergaji dengan
massa serbuk yang bervariasi. Untuk lebih jelasnaya dapat dilihat pada Grafik 4.3.dihasilkan.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Grafik 4.3.
3
4
6 10
27
20 23
15 17
33
0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6 0,7 0,8 0,9 1,0
kg kg kg kg kg kg kg kg kg kg
massa serbuk gergaji
Gambar 4.3 Grafik massa serbuk gergaji dengan waktu pembakaran
Massa Serbuk Vs Temperatur Akhir air
Grafik massa serbuk gergaji dengan temperatur akhir air yang dihasilkan. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada Grafik 4.6.
30
Jurnal Volume 6 No 2, No ISSN 2089-1873 (PDII-LIPI)
temperatur air ̊C
150
96 97 99 100 101 103
100
50
60
36 38 46
0
0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 06 0,7 0,8 0,9 1,0
kg kg kg kg kg kg kg kg kg kg
---- Massa serbuk
Gambar 4.6 Grafik massa serbuk vs temperatur akhir air
Penghitungan Efisiensi Dengan Metode WBT (Water Boiling Test)
Pada penelitian ini dilakukan variasi bahan isi kompor yang digunakan sebagai bahan
bakar serbuk gergajian kayu. Bahan isi yang bisa digunakan berupa serbuk gergaji yang
dibantu dengan potongan – potongan kertaas kecil sebagai pemancing apinya. Penelitian ini
pengaruh efisiensi ketika bahan bakar divariasikan, roses untuk mendidihkan air dilakukan
selama 10-15 menit ketika api mulai stabil. Pada proses untuk mendidihkan air, api pada bahn
bakar serbuk gergaji kayu merambat dengan cepat melalui lubang utama pada saringan
kompor, kemudian api tersebut akan mengenai dasar panci yang berisi air sehingga air yang
ada didalam panci tersebut mendidih dengan cara proses perpindahan panas konveksi. Api
merambat pada dinding panci sehingga massa air akan semakin berkurang dari pada saat air
sebelum dipanaskan. Proses pembakaran limbah serbuk gergaji ini sangat bergantung pada
keringnya serbuk gergaji yang digunakan. Sehingga apabila serbuk gergaji mulai habis maka
dengan sendirinya apipun mulai mengecil dan akan padam.
Kemudian air yang ada didalam panci tersebut akan menerima panas sehingga suhu air
mengalami peningkatan. Apabila kalor yang diterima oleh air semakin banyak maka air akan
mengalami perubahan fasa yaitu uap air. Uap tersebutterkurung didalam panci dan akan
menyebabkan proses mendidihnya air semakin cepat.
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap kompor serbuk gergaji dengan
judul (Pemanfaatan Serbuk Gergaji Sebagai Bahan Bakar Biomassa Menggunakan Sarana
Alat Masak Penghasil Panas Tinggi) yangmenggunakan alat pengukurr panas thermometer,
maka didapat hasil perhitungan meliputi : Panas sensible, panas laten, input energi panas,
efisiensi termal.
Diketahui :
a. Laju massa air yang diuapkan (We) = 0,15 kg/s
b. Laju kenaikan temperature air (∆�) = , ℃
c. Laju kebutuhan bahan bakar (WF) = 0,00064 kg/s
d. Panas laten air (Hfg)
= 2.268.000 J/kg
e. Panas jenis air (Cp)
= 4200 kj/kg oC
f. Nilai kalor bahan bakar / LHV
= 41015 j/kg
Efisiensi Kompor Serbuk Gergaji
Data Kompor serbuk gergaji :
a. Massa awal air
= 2,0 kg
b. Massa akhir air
= 1,85 kg
c. Waktu pemasakan = 660 (s) = 11 minit = 0,18 jam
d. Titik didih
= 96 oC
a. Panas sensible
SH = m. Cp.∆�
SH = 2,0 kg. 4200 kj/kg oC. 0,11 oC/s
31
Jurnal Volume 6 No 2, No ISSN 2089-1873 (PDII-LIPI)
= 924 W
b. Panas laten
LH =WE. Hfg
LH = 0,15 kg/s. 2.268.000 J/kg kg/s
LH = 340,2 W
c. Input energi panas
Qin = LHV. Wf
Qin = 41015 j/kg. 0,00064 kg/s
= 2624,96 W
d. Efisiensi termal
�−��
TE =
�
%
�
TE =
�+
,
TE = 48,91 %
�
�
�
%
Perhitungan Efisiensi dengan rumus (Belonio, 1985)
Data kompor serbuk gergaji :
a.Waktu pemasakan (t) = 900 (s) = 15 (minit) = 0,25 (jam)
b. Massa serbuk terpakai = 80 gram
= 0,8 kg
c. Energi spesifik air (c) = 4200 kkal/kg
= 0,999 kkal/kg
d.Perubahan suhu (∆�) =
℃
e. Nilai kalor bahan bakar serbuk gergaji = 41015 kkal/kg
a. Laju bahan bakar yang digunakan (Fuel Consubtion Rate) FCR
����
FCR =
FCR =
�� ��
, �
,
�
FCR = 3.2 kg/jam
b. Energi yang dibutuhkan (Qn)
.�.∆�
Qn =
Qn =
,
�
�. ,
,
���
��
�
.
℃
Qn = 567,43 kkal/jam
c. Efisiensi kompor (%)
�
�=
�
%
�� . ���
�
5 ,
�
�=
�
�
,
.
5
�
�
�= , %
%
Berdasarkan perhiungan diatas nilai efisiensi tersebut dapat dikatan sudah memenuhi
standard bila dibandingkan dengan pengujian kompor pemanfaatan biomassa yang lain. Hasil
tersebut didapat berdasarkan data pengujian yang telah dilakukan, dengan mengukur panas
yang dihasilkan serbuk gergaji dan lama waktu mendidihnya air dengan jumlah berat air yang
sama yaitu 2 kg air.
32
Jurnal Volume 6 No 2, No ISSN 2089-1873 (PDII-LIPI)
KESIMPULAN
Temperatur pembakaran serbuk gergaji diatas 100oC - 300oC, temperatur pembakaran
serbuk gergaji berubah setelah dilakukan perbedaan massa serbuk gergaji yang akan dibakar
sehingga menyebabkan temperatur pembakaran berubah pula.
Kalor yang dibutuhkan untuk menaikkan suhu air sebanyak 2 kg adalah sebesar 3,2
kj/kg, jadi energi kalor yang diperlukan untuk menaikkan suhu airnya sebesar 3,2 kj/kg.
Laju bahan bakar yang digunakan dengan perhitungan sebesar 3,2 kg/jam. Pans
sensibel dengan menggunakan metode water biling test (WBT) sebesar 924 W.
Jumlah efisiensi pada kompor serbuk gergaji dengan menggunakan metode water
biling test (WBT) sebesar 48,91 %. Sedangkan efisiensi kompor serbuk gergaji dengan
menggunakan persamaan (Belonio, 1985), didapatkan nilai efisiensi kompor serbuk gergaji
sebesar 23,31 %.
DAFTAR PUSTAKA
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
Alfia dkk. 2008, Pengembangan Tungku Skam Dari Kaleng Bekas Sebagai Alternatif
Tungku Rumah Tangga Anti BBM Dengan Bahan Bakar Terbarukan, Institut
Pertanian. Bogor.
Armando, dkk. 2005. Membuat Kompor Tanpa BBM. Penebar Swadaya. Jakarta.
Belonio. 1985. Rice Huso gas store handbook Approriate Technology Centre.
Departemen Agricultural Engineering and Environmenta Management. Collage of
Agricultura Central Philipine University Iloilo City. Philipine.
Frank Kreith Arko Prijono. 1994. Prinsip – prinsip Perpindahan Panas edisi Ke 3
Jakarta Timur.
Febrianto. 1999. Pirolisis Serbuk Gergaji Secara Batch. Laporan Penelitian Proses
Kimia, Jurusan TeknikKimia, Universitas Gadjah Mada,Yogyakarta.
Gustan Pari, 2002, Teknologi Alternatif Pemanfaatan Limbah Industri Pengolahan
Kayu, Institut Pertanian Bogor.
Hosan, D. P. Dan Arif E, 2010, Pemanfaatan Limbah Buah Pinus dan Tongkol
Jagung Sebagai Sumber Bahan Bakar Alternatif. Prosiding Seminar Nasional Ritekra
2010 Universitas Atma Jaya, Jakarta.
Johannes, H. 1991, Menghemat Kayu Bakar dan Arang Kayu Untuk Memasak
di
Pedesaan Dengan Briket Bioarang, UGM-Press, Yogyakarta.
J.P. Holman, 1987. Heat Transfer, 6th,ed, McGraw-Hill Book Company.
J.P Holman E. Jasjfi, 1995. Perpindahan Kalor, ed Ke-6, Jakarta Timur.
Lesson Mechanical, (2012). http://mechanicalhttp.blogspot.com/2012/03/prinsipprinsip - pembakaran.html.
Mindawati, N. 2005, Dampak Kenaikan Harga Bahan Bakar Minyak (BBM)
Terhadap Kerusakan Hutan dan Alternatif Penanggulangannya. Warta
Pusat
Litbang Hutan dan Konservasi Alam. Vol. 2(4) : 3-5.
Muhammad Nur. 2004. Efisiensi Biaya Pembakaran Batu Bata Dengan
Menggunakan Bahan Bakar Kayu Dengan Skam, Universtas Negri
Malang.
M. Rifki, dkk, 2008. Optimasi Efisiensi Tungku Sekam dengan Ventilasi Lubang
Utama pada Badan Kompor. Prosiding SeminaNasional Sains II, FMIPA IPB Bogor.
Halaman 155 – 161, Oktober.
Maulana. R. 2008. Optimasi efisiensi Tungku Sekam dengan Variasi Lubang pada
Badan Kompor. Institut Pertanian Bogor. Skripsi. Bogor.
33
Jurnal Volume 6 No 2, No ISSN 2089-1873 (PDII-LIPI)
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
26.
27.
28.
29.
Pari, G., 2002, Industri Pengolahan Kayu Teknologi Alternatif Pemanfaatan
Limbah (Makalah Filsafah Sains), Institut Pertanian Bogor.
Pratoto A. 2010. Rancang Bangun Tungku Gasifier Pemanfaatan Kelapa
Sawitsebagai Sumber Energi. JurusanTeknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas
Padang. Padang.
Prawiroamodjo, dkk, 2005. Membuat Kompor tanpa BBM. Penebar Swadaya.
Jakarta.
Raldi Artono Koestoer. 2002. Perpindahan Kalor, Salemba Teknika. Jakarta.
Rafael Mado dan Nasriddin. 2008. Modifikasi Kompor Serbuk Kayu Untuk
meningkatkan Efektifitas Panas Api Kompor, Politeknik Negeri Kupang.
Rachmat Ridwan. 2006. Kompor Sekam Segar. Tablot Sinar Tani. Jakarta.
Sudradjat dan Salim, 1994, Petunjuk Teknis Pembuatan Arang Aktif. Badan
Penelitian dan Pengembangan Kehutanan. Bogor.
Suranto Y. 2006. Bahan Ajar Kuliah Energi Biomassa. Fakulitas Kehutanan
UGM. Yogyakarta.
Triono A, 2006. Karakteristik Briket Arang Dari Campuran Serbuk Gergajian
Kayu Afrika dan Sengon Dengan Peanambahan Tempurung Kelapa
(Skripsi).Departemen Hasil Hutan Fakultas Kehutanan, IPB, 2006.
Untoro. 2010. Peningkatan Kualitas Pembakaran Biomassa Limbah Tongkol
Jagung Sebagai Bahan Bakar Alternatif Dengan Proses Pembakaran Dan
Pembriketan. Jurnal Rekayasa Proses Vol.4, No, 1, 2010.
Umrih Touwil, 2012. Analisis efisiensi energi bahan bakar sekam padi dan kayu
sengon pada proses sterilisasi media tumbuh jamur tiram putih [Skripsi]. Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Institut Pertanian
Bogor.
Wibowo. 2009, Biomassa dan Masalahnya, http://budhisholeh.Wordepress.com. (20
Juli 2009)
Wijayanti S. D, 2009. Karaktristik Briket Arang Dari Serbuk Gergaji Dengan
Penambahan Arang Cangkang Kelapa Sawit. Jurusan Teknologi Hasil
Hutan,
Universitas Sumatera Utara, Medan.
Warta Penelitian Pengembangan Pertanian. 2006. Giliran Sekam untuk Bahan
Bakar Alternatif.
34
Jurnal Volume 6 No 2, No ISSN 2089-1873 (PDII-LIPI)
ANALISIS PENGARUH PERUBAHAN BEBAN OUTPUT TERHADAP
EFISIENSI BOILER DI PTP. VI BUNUT SUNGAI BAHAR II
Jatmiko Edi Siswanto, Afrizal, Muhamad Sidik
Jurusan Teknik Mesin
Sekolah Tinggi Teknologi Nasional (STITEKNAS) Jambi
Abstrak
Seiring dengan perkembangan zaman pertumbuhan industri – industri di Indonesia
sangat pesat, dengan beraneka ragam industri antara lain pabrik karet, pabrik kayu, pabrik
makanan dan minuman, pabrik industri khusus dan pabrik kelapa sawit. PT.Perkebunan
nusantara VI (persero) adalah salah satu industri yang bergerak dalam bidang pengolahan
kelapa sawit, Perusahaan yang terkenal dengan pengolahan kelapa sawit hingga menjadi
minyak proses perebusan dilakukan untuk memudahka pemimpilan berondolan dari
tandannya,menghentikan perkembangan asam lemak bebas (free faty acid) dan akan
menyebabkan tbs melunak sehingga proses ekstraksi minyak menjadi lebih gampang. Proses
perebusan membutuhkan uap dari steam, Steam di peroleh dengan memanaskan bejana yang
berisi air dengan bahan bakar. Umumnya boiler memakai bahan bakar cair, gas,dan padat.
Steam berfungsi sebagai pengering di perusahaan ini, digunakanlah boiler sebagai producer
uap mendukung proses produksi. Boiler atau ketel uap merupakan bejana tertutup yang
digunakan untuk menghasilkan uap, melalui proses konversi energi. Untuk mengetahui
efisiensi boiler setelah di analisa maka dilakukan perhitungan dengan menambil parameter
yang dibutuhkan dari pembahasan didapatlah hasil effisiensi tertinggi ketel adlah 83,56% dan
terendahnya adalah 75,25% dapat diambil sedikit kesimpulan bahwa efisiensi nilai kalor
dengan bahan bakar 13% pada beban 1000 Kw lebih tinggi sehingga efisiensi pada beban ini
lebih tinggi dengan nilai 83,56%.nilai kalor dengan bahan bakar 10% pada beban 750 Kw
lebih kecil sehingga efisiensi pada beban ini hanya 75,25%.
Kata Kunci: Boiler, efisiensi boiler, metode input output
PENDAHULUAN
Seiring dengan perkembangan zaman pertumbuhan industri – industri di Indonesia
sangat pesat, dengan beraneka ragam industri antara lain pabrik karet, pabrik kayu, pabrik
makanan dan minuman, pabrik industri khusus dan pabrik kelapa sawit. PT.Perkebunan
nusantara VI (persero) adalah salah satu industri yang bergerak dalam bidang pengolahan
kelapa sawit. Di perusahaan ini proses pengolahan kelapa sawit dimulai dari tahap perebusan
buah sawit, yang berupa Tandan buah segar (TBS) buah sawit dari perkebunan yang baru di
panen. Perusahaan yang terkenal dengan pengolahan kelapa sawit hingga menjadi minyak
kelapa sawit mentah ini, dalam proses perebusan TBS dipanaskan dengan Uap yang
dihasilkan boiler pada temperatur 135oC.
Proses perebusan dilakukan untuk memudahkan pemimpilan berondolan dari
tandannya, menghentikan perkembangan asam lemak bebas (free faty acid) dan akan
menyebabkan TBS melunak sehingga proses ekstraksi minyak menjadi lebih gampang. Proses
perebusan membutuhkan uap dari steam, Steam di peroleh dengan memanaskan bejana yang
berisi air dengan bahan bakar. Umumnya boiler memakai bahan bakar cair, gas,dan padat.
35
Jurnal Volume 6 No 2, No ISSN 2089-1873 (PDII-LIPI)
Steam berfungsi sebagai pengering Di perusahaan ini, digunakanlah boiler sebagai producer
uap untuk mendukung proses produksi. Boiler atau ketel uap merupakan bejana tertutup yang
digunakan untuk menghasilkan uap, melalui proses konversi energi. Pada umumnya, uap yang
dihasilkan dari boiler dapat digunakan sebagai pembangkit energi utama atau sebagai
pendukung proses produksi. Uap sebagai pembangkit energi utama, biasanya dimanfaatkan
pada pembangkit tenaga listrik. Sedangkan sebagai pendukung proses produksi, uap
digunakan untuk pengering atau pemanas. Di PT. Perkebunan Nusantara VI (persero) uap
yang dihasilkan boiler digunakan untuk proses pengkondisian kandungan air pada buah
sawit, serta sebagai penyedia air panas.
Proses pengkondisian kelembaban buah sawit dari hasil perebusan, uap yang dihasilkan
oleh boiler ditampung dalam sebuah header untuk di distribusikan ke setiap Unit yang
membutuhkan uap. uap yang dikonsumsi sesuai dengan proses yang sedang berlangsung.
Setelah uap tersebut selesai digunakan, kemudian dikirim ke unit condensate untuk mengubah
fasa uap menjadi air. tahapan selanjutnya adalah mengirim air hasil kondensasi tersebut ke
unit deaerator untuk mengurangi kandungan udara dalam air. Air dari sinilah yang digunakan
sebagai feed water pada boiler.
Bahan bakar yang digunakan untuk menghasilkan uap berupa fiber dan cangkang.Dari
penjelasan diatas, penggunaan uap sebagai pendukung proses produksi serta sebagai
pembangkit tenaga listrik.
KAJIAN PUSTAKA
Pada pabrik kelapa sawit terdapat banyak jenis boiler dengan berbagai bentuk dan
ukuran. Karena didalam sebuah pabrik penolahan minyak sawit boiler sama halnya dengan
jantung pada manusia. Boiler adalah salah satu peralatan dari yang berperan sangat penting
dalam proses bekerjanya pengolahan minyak kelapa sawit (crude palm oil)funsinya untuk
menghasilkan steam (uap).
Siklus Rankine adalah siklus teoritis yang mendasari siklus kerja dari suatu pembangkit
daya uap. Siklus Rankine berbeda dengan siklus-siklus udara ditinjau dari fluida kerjanya
yang mengalami perubahan fase selama siklus pada saat evaporasi dan kondensasi, oleh
karena itu fluida kerja untuk siklus Rankine harus merupakan uap. Siklus Rankine ideal tidak
melibatkan beberapa masalah irreversibilitas internal. Irreversibilitas internal dihasilkan dari
gesekanfluida,throttling,danpencampuran,yang paling penting adalah irreversibilitas dalam
turbin dan pompa dan kerugian-kerugian tekanan dalam penukar-penukar panas, pipa-pipa,
bengkokan-bengkokan, dan katup-katup.Temperatur air sedikit meningkat selama proses
kompresi isentropik karena ada penurunan kecil dari volume jenis air, air masuk boiler
sebagai cairan kompresi pada kondisi 2 dan meninggalkan boiler sebagai uap kering pada
kondisi 3.
Gambar .Siklus rankine
36
Jurnal Volume 6 No 2, No ISSN 2089-1873 (PDII-LIPI)
Boiler pada dasarnya penukar kalor yang besar dimana sumber panas dari pembakaran
gas, reaktor nuklir atau sumber yang lain ditransfer secara esensial ke air pada tekanan
konstan. Uap superheater pada kondisi ke 3 masuk ke turbin yang mana uap diexpansikan
secara isentropik dan menghasilkan kerja oleh putaran poros yang dihubungkan pada
generator lisrik. Temperatur dan tekanan uap jatuh selama proses ini mencapai titik 4, dimana
uap masuk ke kondensor dan pada kondisi ini uap biasanya merupakan campuran cairan-uap
jenuh dengan kualitas tinggi. Uap dikondensasikan pada tekanan konstan di dalam kondensor
yang merupakan alat penukar kalor mengeluarkan panas ke medium pendingin.Uap panas
lanjut dari ketel memasuki turbin, setelah melalui beberapa tingkatan sudu turbin, sebagian
uap diekstraksikan ke deaerator, sedangkan sisanya masuk ke kondensor dan dikondensasikan
didalam kondensor. Selanjutnya air dari kondensor dipompakan ke deaerator juga. Di dalam
deaerator, uap yang berasal dari turbin yang berupa uap basah bercampur dengan air yang
berasal dari kondensor. Kemudian dari deaerator dipompakan kembali ke ketel, dari ketel ini
air yang sudah menjadi uap kering dialirkan kembali lewat turbin. Tujuan uap diekstraksikan
ke deaerator adalah untuk membuang gas-gas yang tidak terkondensasi sehingga pemanasan
pada ketel dapat berlangsung efektif, mencegah korosi pada ketel, dan meningkatkan efisiensi
siklus.Untuk mempermudah penganalisaan siklus termodinamika ini, proses-proses tersebut
di atas disederhanakan dalam bentuk diagram dapat dilihat seperti pada gambar 2.6 sebagai
berikut.
Gambar Diagram T-S siklus Rankine.
Proses Kerja boiler
Boiler adalah bejana tertutup dimana panas pembakaran dialirkan ke air sampai
terbentuk air panas atau steam. Air panas atau steam pada tekanan tertentu kemudian
digunakan untuk mengalirkan panas ke suatu proses. Air adalah media yang berguna dan
murah untuk mengalirkan panas ke suatu proses. Sistem boiler terdiri dari: sistem air umpan,
sistem steam dan sistem bahan bakar. Sistem air umpan menyediakan air untuk boiler secara
otomatis sesuai dengan kebutuhan steam.Sistem steam mengumpulkan dan mengontrol
produksi steam dalam boiler. Steam dialirkan melalui sistem pemipaan ke titik pengguna.
Sistem bahan bakar adalah semua peralatan yang digunakan untuk menyediakan bahan bakar
untuk menghasilkan panas yang dibutuhkan. Peralatan yang diperlukan pada sistem bahan
bakar tergantung pada jenis bahan bakar yang digunakan pada sistem. Air yang disuplai ke
boiler untuk dirubah menjadi steam disebut air umpan.
Dua sumber air umpan adalah kondensat atau steam yang mengembun yang kembali
dari proses dan air makeup (air baku yang sudah diolah) yang harus diumpankan dari luar
ruang boiler. Untuk mendapatkan efisiensi boiler yang lebih tinggi, digunakan economizer
37
Jurnal Volume 6 No 2, No ISSN 2089-1873 (PDII-LIPI)
untuk memanaskan awal air umpan menggunakan limbah panas pada gas buang.
Kompenennya terdiri dari :
1. Furnane (ruang bakar)
Sebagai tempat pembakaran bahan bakar (fiber dan cangkang) untuk menghasilkan gas panas.
Yang memiliki lantai (fire gratee) berupa susunan roster yang dibuka tutup dengan pneumatic
zatau model fixed gratee mempunyai lubang-lubang (deashing nozeel) atau tempat lewatnya
udara pembakaran dari forced draft fan (Fd fan). Lubang tidak boleh tumpat agar pembakaran
dapat sempurna yang dilengkapi “firing door” pada bagian depan yang berfungsi sebagai .
2.Tube Super Heater
Berfungsi untuk meningkatkan temperatur uap kering (satured steam) sampai temperatur uap
superheat (280o C – 300oC).Tube superheater berisi uap yang berassal dri drum atas lalu
dipanaskan gas panas selanjutnya di distribusikan ke header uap untuk seterusnya digunakan
oleh turbin. Biasanya berbelok-belok yang mana ujung awal dihubungkan dengan uap drum
atas sedang ujungnya berhubungan dengan Header steam
3. Drum Atas(Upper Drum)
Fungsi dari drum atas adalah menampung air umpan untuk di distribusikan ke pipa air
oembangkit Steam, menampung uap dari pipa pembangkit dan setelah uap dan titik air
dipisahkan pada drum selanjutnya uap dialirkan ke header uap untuk di distribusikan ke
turbin.Material drum : Biasanya terbuat dari low carbon steel dengan campuran (crome,
vanadium,molybdeum)untuk menghindari elongation yang berlebihan.
4.Header Air Umpan
Merupakan bejana baja berbentuk silinder dipasang di sekeliling dapur dan dibawah fire grade
pada dinding depan boiler.Befungsi untuk menampung air umpan dan selanjutnya di
distribusikan ke pipa air pembangkit uap (water wall).
5. Ekonomiser
Berfungsi untuk menaikan temperatur air umpan dengan memanfaatkan sisa gas panas
yang dialirkan melalui exchanger dan air umpan boiler dialirkan melalui peralatan ini
6. HeaderUap
Header uap berfungsi sebagai penampung uap dari pada pembangkit uap dan
selanjutnya mendistribusikan ke drum uap (drum atas ).Biasanya berbentuk bejana
silinder,tetapi ada juga yang berbentuk persegi empat
HASIL DAN PEMBAHASAN
Perhitungan Efisiensi Boiler Pada beban 1000 (Kw)
- Fiber 13% persentase bahan bakar dari 45 ton
- 13% x 45 ton = 5800 kg
Komposisi yang terkandung dalam bahan bakar fiber
Dimana komposisi yang terkandung sudah ketetapan.
Water
= 39,8 % x 5800 kg
= 2308 kg
NOS
= 55,6 % x 5800 kg
= 3224 kg
OIL
= 4,56 % x 5800 kg
= 269 kg
Heating Value
NOS
= 3850 Kcal/Kg
OIL
= 8800 Kcal/Kg
Heat Evaporation Water = 600 Kcal/kg
Q
ṁ
(∆ )
ηb =
=
x 100%
Q
ṁ
(N. )
38
Jurnal Volume 6 No 2, No ISSN 2089-1873 (PDII-LIPI)
N. = (N
XN
e
(
v l e)+(
)+(
x
l x
ṁ
�
l e
)–(
v l e )–(w e xw e
�
e
v l e)
)
=
N.O fiber = 2309 Kcal/Kg
Qin
= ṁbb X N.O
= 5800kg/jam X 2309kcal/kg = 13.392,200Kcal/kg
Qin
= 56.070463kj/kg
h1
P = 19 bar
Enthalpy = 2967.57 kj/kg
Tu
= 276 ̊ C
→ Dapat di cari dengan cara interpolasi dengan menggunakan tabel Properties of superheated
steam.
.
− . w
x T1 – Tbawah)
h1
=(
T.
, −
−T.
,
w
=
x
− 5 +
, = 5
−5
−
=
,5kj/kg
h2
ta = 87 ̊ C
Enthalpy = 364.352 kj/kg
→ Dapat di cari dengan cara interpolasi menggunakan tabel Properties of saturated water
steam.
.
− . w
x T1 – Tbawah)
h2
=(
T.
,
−T. w
−
.
=
x
− 5 + 55, 5 =366.108-1,666
−
= 364.352 kj/kg
Qout = (ṁuap x ∆h )
= 18000 kg uap/jam x 2.603,218 kj/kg (h1- h2) = , 5 ,
Qout = , 5 ,
kj/kg
Q
ηb =
x 100%
Q
ηb
,
,
=
=
.
= 83,56 %
,5
. x
kj/kg
%
2. Perhitungan
Efisiensi Boiler Pada beban 950 (kw)
- Fiber 12 % persentase bahan bakar
- 12 % x 45 ton = 5400 kg
Komposisi yang terkandung dalam bahan bakar fiber
Water
= 39,8 % x 5400 kg
= 2149 kg
NOS
= 55,6 % x 5400 kg
= 3002 kg
OIL
= 4,56 % x 5400 kg
= 251 kg
Heating Value
NOS
= 3850 Kcal/Kg
OIL
= 8800 Kcal/Kg
Heat Evaporation Water = 600 Kcal/kg
ṁ
(∆ )
Q
=
x 100%
ηb =
Q
ṁ
(N. )
N. O = (Nos bb X Nos heat value) + ( Oil x oil heat value )– (water xwater heat value )
ṁbb
39
Jurnal Volume 6 No 2, No ISSN 2089-1873 (PDII-LIPI)
(
)+(
x
�
)–(
�
)
=
N.O fiber = 2310 Kcal/Kg
Qin
= ṁbb X N.O
= 5400kg/jam X 2310kcal/kg = 12.474,000 kcal/kg
Qin
= 52.2266143.1 kj/kg
h1
P = 18 bar
Enthalpy = 2966.21 kj/kg
tu
= 274 ̊ C
h2 ta = 85 ̊ C
Enthalpy = 355.946 kj/kg
Qout
= (ṁuap x ∆h )
= 16.500 kg uap /jam x 2.610.246 kj/kg (h1-h2) =
,
Qout
= ,
, 5 kj/kg
Q
x 100%
ηb
=
=
ηb
Q
,
,
,
= 82,46 %
,
.
,5 x
, 5 kj/kg
%
Perhitungan efisiensi Pada Beban 850 (Kw)
- Fiber 11% persentase bahan bakar
- 11 % x 45 ton = 4900 kg
Komposisi yang terkandung dalam bahan bakar fiber
Water
= 39,8 % x 4900 kg
= 1950 kg
NOS
= 55,6 % x 4900 kg
= 2724 kg
OIL
= 4,56 % x 4900 kg
= 227 kg
Heating Value
NOS
= 3850 Kcal/Kg
OIL
= 8800 Kcal/Kg
Heat Evaporation Water = 600 Kcal/kg
Q
ṁ
(∆ )
ηb =
=
x 100%
Q
ṁ
(N. )
N. O = (Nos bb X Nos heat value) + ( Oil. bb x oil heat value )– (water. bb water heat value )
ṁbb
=
(
x
5 )+(
�
)– (
�
N.O fiber = 2307 Kcal/Kg
Qin
= ṁbb X N.O
= 4900kg/jam x 2307 kcal /kg = 11,304,3000 kcal/kg
Qin
= 47328843,1 kj/kg
h1 P = 17 bar
Enthalpy = 2964.91 kj/kg
tu
= 272 ̊ C
h2 ta = 83 ̊ C
Enthalpy = 347.544 kj/kg
Qout
= (ṁuap x ∆h)
= 14.000 kg uap/jam x 2,617.366 kj/kg (h1-h2) = ,
Qout
= ,
,
kj/kg
Q
ηb
=
x 100%
Q
=
ηb
,
,
= 77,42 %
,
=
,
5x
5 )
,
kj/kg
%
40
Jurnal Volume 6 No 2, No ISSN 2089-1873 (PDII-LIPI)
Perhitungan efisiensi Pada Beban 750 ( Kw)
- Fiber 10 % persentase bahan bakar
- 10 % x 45 ton = 4500 kg
Komposisi yang terkandung dalam bahan bakar fiber
Water
= 39,8 % x 4500 kg
= 1791 kg
NOS
= 55,6 % x 4500 kg
= 2502 kg
OIL
= 4,56 % x 4500 kg
= 209 kg
Heating Value NOS
= 3850 Kcal/Kg
OIL
= 8800 Kcal/Kg
Heat Evaporation Water = 600 Kcal/kg
Q
ṁ
(∆ )
ηb =
=
x 100%
ṁ
Q
(N. )
N. O = (Nos bb X Nos heat value) + ( Oil. bb x oil heat value )– (water. bb water heat value )
ṁbb
(
)+(
)–(
)
x
�
�
N.O
=
.
N.O fiber = 2132 Kcal/Kg
Qin
= ṁbb X N.O
= 4.500kg/jam x 2132kcal/kg = 9,594,000 kcal/kg
Qin
= 40168159,1 kj/kg
h1
P = 16 bar
Enthalpy = 2963.65 kj/kg
tu
= 270 ̊ C
h2
ta = 80 ̊ C
Enthalpy = 334.949 kj/kg
Qout = (ṁuap x ∆h)
= 11,500 kg uap/jam x 2,628.701 kj/kg (h1-h2) = .
,
kj/kg
Qout = .
,
kj/kg
Q
ηb
=
x
%
Q
.
,
.
= 5, 5
Efisiensi (%)
=
ηb = 75,25 %
x
86.00%
84.00%
82.00%
80.00%
78.00%
76.00%
74.00%
72.00%
70.00%
%
83.56%
82.46%
77.42%
75.25%
750 kw 850 kw 950 kw 1000
kw
Beban Unit Boiler
Grafik perbandingan efisiensi pada masing-masing beban
Dari grafik diatas dapat di ketahui, bahwa efisiensi terendah boiler terdapat pada
beban 750 Kw dengan nilai 75,25% ini dikarekan persentase bahan bakar boiler pada beban
750 Kw adalah 10% dari 45ton kapasitas. Maka nilai kalor dengan bahan bakar 10% pada
beban 750 kw lebih kecil sehingga efisiensi pada beban ini hanya 75,25%. Sedangkan
efisiensi tertinggi boiler adalah terdapat pada beban 1000 Kw dengan nilai 83,56% ini
dikarenakan persentase bahan bakar boiler pada beban 1000 Kw adalah 13% dari 45ton
41
Jurnal Volume 6 No 2, No ISSN 2089-1873 (PDII-LIPI)
kapasitas. Maka nilai kalor dengan bahan bakar 13% pada beban 1000 Kw lebih tinggi
sehingga efisiensi pada beban ini lebih tinggi dengan nilai 83,56%
KESIMPULAN
Bahwa efisiensi terendah boiler terdapat pada beban 750 Kw dengan nilai 75,25% ini
dikarekan persentase bahan bakar boiler pada beban 750 kw adalah 10% dari 45ton kapasitas.
Maka nilai kalor dengan bahan bakar 10% pada beban 750 Kw lebih kecil sehingga efisiensi
pada beban ini hanya 75,25%.
Sedangkan efisiensi tertinggi boiler adalah terdapat pada beban 1000 Kw dengan nilai
83,56% ini dikarenakan persentase bahan bakar boiler pada beban 1,7MW adalah 13% dari
45ton kapasitas. Maka nilai kalor dengan bahan bakar 13% pada beban 1000 Kw lebih tinggi
sehingga efisiensi pada beban ini lebih tinggi dengan nilai 83,56%.
DAFTAR PUSTAKA
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
Ir.M.Sitorus,.Proses Pengolahan Air Umpan Ketel.,2002.Medan
Putra Is Dewata. 11 Januari 2011. Analisa Teknis Evaluasi Kinerja Boiler Type
ihifwsr Single Drum Akibat Kehilangan Panas dipltu pt. PJB unit
Pembangkit gresik. Jurusan Teknik Sistem Perkapalan– Fakultas Teknologi.
Budiarjo,IMade Kartika D, Budiars(Penerjemah), 1989. Buku Teks Termodinamika
Terpakai, Teknik Uap Dan Panas.Universitas Indonesia.
Asmudi. 12 Januar 2010. Analisa Unjuk Kerja Boiler Terhadap Penurunan Daya Pada
Pltu PT. Indonesia Power Ubp Perak. Fakultas Teknologi Kelautan, ITS Surabaya.
Ir. Syamsir A. Muin, Pesawat-pesawat konversi 1(KetelUap) 1988).
PT. Super Andalas Stell, Petunjuk Pengoperasian boiler, Takuma water tube boiler, oil
palm Wastes Firing Boiler
Bandi parapak. 15 Maret 2010 Perekayasaan Ketel Uap Utilitas Pabrik Elemen Bakar
Nuklir Tipe PWR 1000Mwe, Tangerang Selatan.
Helmon Sihombing. Mekanisme proses Pembakaran di dalam Boiler. Fakultas Teknik,
Universitas Sumatera Utara, Medan 2010.
https://nurefendi82.files.wordpress.com/2014/06/ad.jpg
https://nurefendi82.wordpress.com/page/2
https://www.google.com/search
https://plus.google.com/112686658163088710759/posts
https://www.nasionalisme.co/ekspor-cangkang-sawit
https://valvejual.wordpress.com
42
Jurnal Volume 6 No 2, No ISSN 2089-1873 (PDII-LIPI)
ANALISIS PROSES DEWATERING PADA SUCTION PRESS ROLL TISSUE
MACHINE DI PT. LONTAR PAPYRUS PULP AND PAPER INDUSTRY.
Zainal Abadi, Lasro Tua Sitohang, dan Pandhu Prasetyo
Program Studi Teknik Mesin
Sekolah Tinggi Teknologi Nasional Jambi.
Abstrak
Tissue Machine adalah sebuah rangkaian mesin yang digunakan untuk proses pembentukan
fiber menjadi tissue. Salah satu bagian dalam tissue machine adalah suction press roll yang
mempunyai fungsi sebagai dewatering pada saat proses produksi berlangsung. Proses
dewatering adalah proses pelepasan kadar air pada fiber yang terjadi karena pressure suction
press roll ke yankee dryer sehingga sisa air yang ada pada fiber dihisap oleh vacuum suction
press roll. Proses dewatering sangat mempengaruhi proses produksi tissue yang dihasilkan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persentase kadar air yang terdapat pada fiber sebelum
melewati suction press roll dan yang sudah melewati suction press roll sehingga dapat diketahui
pressure suction pres roll ke yankee dryer yang baik pada saat proses produksi berlangsung.
Untuk mendapatkan hasil data yang diperlukan dilakukan beberapa kondisi speed pada tissue
machine yaitu speed 1000 mpm / 87 rpm, 1100 mpm / 95 rpm dan 1200 mpm / 104 rpm dengan
pressure suction press roll ke yankee dryer 80 Bar, 85 Bar dan 90 Bar. dari pengujian tersebut
diambil data rata – rata kemudian data tersebut diolah dan digambarkan dalam bentuk tabel dan
grafik. Dari hasil data tersebut disimpulkan bahwa semakin tinggi pressure suction press roll ke
yankee dryer maka semakin rendah moisture / kadar air yang dihasilkan sedangkan semakin
rendah presssure suction press roll ke yankee dryer maka semakin tinggi moisture / kadar air
yang dihasilkan.
Kata Kunci: Tissue Machine, Suction Press Roll dan Dewatering.
PENDAHULUAN
Didalam proses produksi tissue ada beberapa bagian – bagian dalam mesin tissue untuk
mendukung kegiatan proses produksi tissue salah satunya adalah Suction Press Roll (SPR).
Suction Press Roll merupakan salah satu bagian dalam mesin tissue yang berbentuk roll. Suction
Press Roll tidak hanya merupakan sebuah roll yang membantu menghantarkan fibre pulp melalui
felt menuju ke yankee dryer tetapi juga berfungsi sebagai Proses dewatering tissue atau pelepasan
kadar air.
Proses dewatering adalah proses dimana fibre atau bubur pulp terjadi pengurangan /
pelepasan kadar air yang dilakukan oleh Suction Press Roll dengan tekanan / pressure suction
press roll ke yankee dryer. ada 3 tekanan / pressure yang digunakan pada saat proses produksi
berlangsung. Proses dewatering sangat membantu dalam proses pengeringan, mengurangi
konsumsi/pemakaian energi gas dalam proses produksi dan dapat membantu dalam kelancaran
43
Jurnal Volume 6 No 2, No ISSN 2089-1873 (PDII-LIPI)
proses produksi berlangsung. Namun pada saat proses produksi berlangsung jumbo tissue yang
dihasilkan atau sedang diproduksi menjadi lembab karena kadar air yang terkandung dalam
jumbo tissue masih tinggi, ini disebabkan oleh tekanan / pressure suction press roll yang tidak
baik sehingga proses dewatering pada fibre tidak berjalan dengan baik dan kurang dapat
membantu pada saat proses pengeringan tissue sehingga konsumsi / pemakaian energi gas
menjadi bertambah dan proses produksi tissue menjadi kurang lancar.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui berapa persen kandungan air sebelum dan sesudah
suction press roll, mengetahui pressure suction press roll yang baik saat proses produksi
berlangsung dan mengetahui perbandingan moisture sebelum dan sesudah suction press roll.
METODOLOGI ANALISA
Penelitian ini dilakukan di PT. Lontar Papyrus Pulp and Paper Industry kecamatan Tebing
Tinggi kabupaten Tanjung Jabung Barat Provinsi Jambi tepatnya di :
Departemen
: Tissue Departemen 5.1
Seksi
: Tissue Machine 5.1
Unit
: Tissue Machine
Pelaksanaan Penelitian berlangsung dari tanggal 18 Juli sampai dengan 23 Juli 2016.
Bahan Penelitian
1. Sample Fibre
Sample fibre digunakan untuk melihat kadar air yang terkandung dalam fibre tersebut,
sample fibre yang diambil yaitu sample fibre yang menempel di felt sebelum ke suction press roll
dan sample fibre yang menempel di yankee setelah di press oleh suction press roll.
Alat Penelitian
1. Blade Roll
Blade Roll dgunakan untuk mengambil sample fibre yang menempel di yankee dryer untuk
dilakukan pengecekan moisturenya sehingga dapat diketahui berapa besar kandungan air yang
masih ada di fibre tersebut.
2. Timbangan
Timbangan digunakan untuk menimbang berat sample fibre yang telah diambil. Berat yang
akan ditimbang adalah berat basah yaitu pada saat sample fibre baru selesai diambil dan berat
kering yaitu berat saat sample fibre telah selesai dimasukkan kedalam oven.
3. Oven
Oven digunakan untuk tempat pengeringan sample basah yang telah diambil samplenya pada
sample fibre.
4. Desikator
Desikator digunakan untuk menstabilkan suhu sample fibre yang telah dimasukkan ke dalam
oven.
Prosedur Penelitian
Pengecekan moisture
Tujuan dilakukannnya proses pengecekan moisture pada sample fibre adalah untuk
mengetahui kelembapan yang terdapat pada fibre sehingga dapat dilihat dari hasil moisture yang
didapat apakah moisture terlalu tinggi atau terlalu rendah yang bertujuan untuk membantu dalam
44
Jurnal Volume 6 No 2, No ISSN 2089-1873 (PDII-LIPI)
mengurangi kadar air pada bahan sebelum dikeringkan di yankee dryer. Adapun prosedur yang
dilakukan pada pengecekan moisture adalah sebagai berikut :
A. Pengecekan pada pressure suction press roll 80 Bar
1. Pastikan alat dan bahan yang digunakan dapat berfungsi dengan baik dan bahan yang
digunakan untuk penelitian juga dalam kondisi yang baik.
2. Pastikan proses telah berjalan dengan lancar sampai speed 1000 mpm / 87 rpm.
3. Setelah itu atur set point pressure yang ada di ruangan distibution control system (DCS)
untuk suction press roll di 80 bar.
4. Ambil sample fibre yang menempel di felt dengan tangan dan sample fiber di yankee
dryer dengan menggunakan blade roll .
5. Timbang berat bahan sample yang sudah diambil tadi menggunakan timbangan kemudian
di catat ke dalam tabel pengujian.
6. Setelah itu, masukkan bahan sample tadi kedalam oven dengan suhu 103ºC selama ± 1
jam.
7. Setelah 1 jam bahan sample yang sedang di oven dikeluarkan dan kemudian dimasukkan
ke dalam desikator ± selama 20 menit.
8. Setelah 20 menit, bahan sample yang sudah di oven tadi ditimbang kembali kemudian
berat sample kering tadi dicatat dan dimasukkan kedalam tabel pengujian.
9. Lakukan pengujian selanjutnya dari no 2 sampai no 8 untuk pengujian berikutnya pada
pressure suction press roll 80 Bar dengan speed 1100 mpm / 95 rpm dan speed 1200 mpm
/ 104 rpm.
10. Kemudian data yang sudah didapat pada tabel formulir pengujian dianalisa untuk
mengetahui nilai moisture sebelum dan sesudah suction press roll yang didapat.
B. Pengecekan pada pressure suction press roll 85 Bar
Pengecekan pada pressure suction press roll 85 Bar mengikuti pada no 1 – 10 seperti di atas.
C. Pengecekan pada pressure suction press roll 90 Bar
Seperti pengecekan di B, untuk pengecekan suction press roll 90 Bar.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambar 1 dapat kita lihat bahwa pada speed 87 rpm dengan pressure suction press roll 80
Bar menghasilkan moisture sebesar 93.3 %, speed 87 rpm dengan pressure suction press roll 85
Bar menghasilkan moisture sebesar 92.7 %,dan speed 87 rpm dengan pressure suction press roll
90 Bar menghasilkan moisture sebesar 92 %. Kemudian speed 95 rpm dengan pressure suction
press roll 80 Bar menghasilkan moisture sebesar 92.7 %, speed 95 rpm dengan pressure suction
press roll 85 Bar menghasilkan moisture sebesar 92.3%, dan speed 95 rpm dengan pressure 90
Bar menghasilkan moisture sebesar 91.3 %. Dan speed 104 rpm dengan pressure suction press
roll 80 Bar menghasilkan moisture sebesar 92 %, speed 104 rpm dengan pressure 85 Bar
menghasilkan moisture sebesar 91.7 % dan speed 104 rpm dengan pressure suction press roll 90
Bar menghasilkan moisture sebesar 91 %. Dari penjelasan gambar 4.1 di atas maka dapat
disimpulkan bahwa nilai moisture / kadar air yang masih terkandung pada fibre sebelum
melewati suction press roll masih tinggi yaitu 91% - 93%.
45
Jurnal Volume 6 No 2, No ISSN 2089-1873 (PDII-LIPI)
M
o
i
s
t
u
r
e
93.5
93
92.5
92
91.5
91
90.5
90
89.5
93.3
92.7
92.7
92
92.3
92
Speed (rpm)
91.3
91.7
87
91
95
80
85
90
104
Pressure Suction Press Roll (Bar)
Gambar 1. Grafik Nilai Moisture Sebelum Suction Press Roll
M
o
i
s
t
u
r
e
60
50
48.7
46.7
50
40
30
45
42
40.1
39.3
39.7
Speed
87
38.7
95
20
10
104
0
80
85
90
Pressure Suction Press Roll (Bar)
Gambar 2 Grafik Nilai Moisture Sesudah Suction Press Roll
Gambar 2 dapat kita lihat bahwa pada speed 87 rpm dengan pressure suction press roll 80
Bar menghasilkan moisture sebesar 50 %, speed 87 rpm dengan pressure suction press roll 85
Bar menghasilkan moisture sebesar 48.7 % %,dan speed 87 rpm dengan pressure suction press
roll 90 Bar menghasilkan moisture sebesar 46.7 %. Kemudian speed 95 rpm dengan pressure
suction press roll 80 Bar menghasilkan moisture sebesar 45 %, speed 95 rpm dengan pressure
suction press roll 85 Bar menghasilkan moisture sebesar 42 %, dan speed 95 rpm dengan
pressure 90 Bar menghasilkan moisture sebesar 39.7 %.
Dan speed 104 rpm dengan pressure suction press roll 80 Bar menghasilkan moisture
sebesar 40.1 %, speed 104 rpm dengan pressure 85 Bar menghasilkan moisture sebesar 39.3 %
dan speed 104 rpm dengan pressure suction press roll 90 Bar menghasilkan moisture sebesar
38.7 %. Dari penjelasan grafik gambar 4.2 di atas maka dapat disimpulkan bahwa semakin
rendah pressure suction press roll maka moisture akan semakin tinggi sedangkan semakin
tingginya pressure suction press roll maka moisturenya akan semakin rendah sehingga pressure
suction press roll ke yankee dryer yang baik terhadapdewatering pada saat proses produksi
berlangsung yaitu pada pressure suction press roll ke yankee dryer sebesar 90 Bar.
46
Jurnal Volume 6 No 2, No ISSN 2089-1873 (PDII-LIPI)
(
M
o
i
s
t
u
r
e
80
92.6
92.2
91.4
Moisture
60
40
M1
45
20
43.3
41.7
M2
0
80
85
90
)
%
100
Pressure SPR (Bar)
Gambar 3 Nilai rata – rata moisture sebelum dan sesudah melewati suction press roll pada
pressure suction press roll 80 Bar, 85 Bar dan 90 Bar.
Gambar 3 dapat kita lihat bahwa perbandingan kandungan air / moisture dengan pressure
suction press roll ke yankee dryer 80 Bar sebelum melewati suction press roll moisturenya
92.6% setelah melewati suction press roll moisturenya 45%, pada pressure suction press roll 85
Bar sebelum melewati suction press roll moisturenya sebesar 92.2% setelah melewati suction
press roll moisturenya 43.3% kemudian pada pressure suction press roll 90 Bar sebelum
melewati suction press roll moisturenya 91.4% setelah melewati suction press roll moisturenya
41.7%. Dari penjelasan grafik gambar 4.3 di atas maka dapat disimpulkan bahwa moisture pada
saat sebelum melewati suction press roll masih tinggi dikarenakan belum adanya hisapan untuk
membantu mengurangi dewatering pada fiber dan untuk moisture sesudah melewati suction press
roll kadar air / moisturenya rata – rata 43.3% ini berbeda 48% dengan kadar air / moisture
sebelum melewati suction press roll ini disebabkan pengaruh tekanan suction press roll ke
yankee dryer dan putaran speed machine dikarenakan tekanan yang tinggi oleh suction press roll
ke yankee dryer akan membuat fiber semakin kering dan air yang ada pada bahan fiber tadi akan
menguap.
KESIMPULAN
Berdasarkan kesimpulan yang didapat dari pengujian moisture pada suction press roll
dengan menggunakan pressure 80 Bar, 85 Bar dan 90 Bar dengan speed yang digunakan yaitu
1000 mpm / 87 rpm, 1100 mpm / 95 rpm, 1200 mpm / 104 rpm dapat ditarik beberapa
kesimpulan yaitu :
1. Moisture pada saat fiber belum melewati suction press roll kadar airnya adalah 92.8%
sedangkan setelah melewati suction press roll moisturenya sebesar 47.5%
2. Pressure suction press roll yang baik digunakan pada saat proses produksi yaitu pada
pressure 90 Bar dengan speed 1200 mpm / 104 rpm, karena pada saat pressure suction press
roll 90 Bar dan speed 1200 mpm / 104 rpm setelah fibre melewati suction press roll kadar air
/ moisture hanya tinggal 47.5 % sehingga kerja yankee dryer pada saat proses pengeringan
dapat berjalan dengan lebih ringan dan dapat menghemat konsumsi energi gas untuk proses
pengeringan yang terjadi di yankee dryer.
3.
Pada saat fibre sebelum melewati suction press roll kadar air / moisturenya masih tinggi
sehingga perbandingan moisture sebelum dan sesudah melewati suction press roll perbedaan
moisturenya adalah 50%, ini menjadikan kerja suction press roll untuk menekan / press ke
47
Jurnal Volume 6 No 2, No ISSN 2089-1873 (PDII-LIPI)
yankee jadi tambah berat dan hisapan vacuum suction press roll juga menjadi lebih berat
dikarenakan tidak adanya hisapan air sebelum melewati suction press roll.
DAFTAR PUSTAKA
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
Sigit Suseno. 2002. Bahan Training Tissue Machine Unit. Jambi. PT.LPPPI
Suhardi, Basuki. 2002. Bahan Training Chlorine Plant. Jambi. PT.LPPPI
Benjamin A. Thorp, 1991. Pulp and paper manufacture, volume 7 paper machine
operations. Kanada. Paper industry TAPPI
Rezk, kamal.2013. Modelling of water removal during a paper vacuum dewatering
process using a Level-Set method. Journal Chemical Engineering science 101.543 – 553.
Djokosetyardjo, M.J. 2003. Ketel Uap. Jakarta. Pradnya Paramita
Wikipedia. Pengertian proses. https://id.wikipedia.org/wiki/Proses (di akses tanggal 20
februari 2016)
Sugiyono.2009.Metode Penelitian Bisnis.Bandung:Alffabeta
Voith, press fabric training. 2011. Voith , Perawang
Hermawan Nanang.”Perancangan Mesin Roll Pipa Untuk Kebutuhan Laboratorium
Teknik Produksi”. Jurusan Teknik Mesin.Fakultas Teknik Universitas Pasundan
Bandung.2014
Sepfitrah. “Analisa Proses Pengerolan Kertas”. Jurusan Teknik Mesin Universitas Pasir
Pengaraian.Riau.2014
Anonimous, Instruction Manual of Disc Filter Paper Machine 5 PT Kertas
Leces(Persero), Dorr-Oliver, French, tanpa tahun
Gerard, L, Production Stability on Paper Machines and Pulp and White WaterCircuit,
TAPPI Journal Vol. 78, No. 10, p. 256-257
Gottsching, Lothar, and Heikki Pakinen, Paper Making Science Technology:
RecycledFiber and Deinking, Fapet Oy, TAPPI, USA, 2000
Amanto.H Dan Daryanto.1999.IlmuBahan. Jakarta :PT.Bumi Aksara
Ahmad Mustaqim.”Perencanaan Alat/Mesin Pengerol Pipa”,Program Studi Teknik
Mesin.Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta tahun 2012.
48
Jurnal Volume 6 No 2, No ISSN 2089-1873 (PDII-LIPI)
PERANCANGAN ALAT UJI TARIK UNTUK BAJA KARBON
RENDAH AISI 1018
Generousdi, M. Ficky Afrianto, dan M.Ryo Rizky Deninda.
Program Studi Teknik Mesin
Sekolah Tinggi Teknologi Nasional Jambi Indonesia
Email: Ryorizky48@gmail.com
Abstrak
Dalam melakukan perancangan sebuah alat dibutuhkan sketsa gambar dan perhitungan
kekuatan bahan serta gaya-gaya yang bekerja pada setiap komponen- komponen agar
perancangan sebuah alat harus dapat bekerja sebagaimana yang diharapkan. Salah satu
yang penting dari perancangan adalah mengetahui sifat mekanik dari material yang akan
digunakan. Sifat mekanik terdiri dari keuletan, kekerasan, kekuatan, dan ketangguhan.
Dalam hal ini alat yang akan dirancang adalah alat uji tarik. Perancangan alat uji tarik yang
akan dibuat harus mengetahui gaya-gaya yang bekerja dalam perancangan kerangka,
tegangan yang terjadi pada spesimen dan kekuatan pengelasan kerangka. Dari hasil
perhitungan kerangka didapatkan gaya yang bekerja pada batang F2 menghasilkan gaya
sebesar 7456,56 N, sedangkan gaya yang bekerja pada batang F3 didapatkan hasil sebesar
7456,53 N dan tegangan yang terjadi pada spesimen alat uji tarik sebesar 298.258800
N/m2. Untuk kekuatan pengelasan kerangka mendapatkan hasil sebesar 37.500 Kg/cm2,
tegangan yang terjadi pada kekuatan pengelasan sebesar sebesar 37.500 Kg/cm2.
Kata kunci:Perancangan alat uji tarik dan kekuatan kerangka.
PENDAHULUAN
Seiring dengan perkembangannya teknologi yang semakin maju, diharapkan dapat
membantu dan mempermudah manusia dalam berbagai aspek kehidupan, salah satunya
transportasi, seiring dengan transportasi tersebut banyak dibangun jembatan – jembatan
yang semakin modern yang panjangnya mencapai ratusan meter. Dalam pembuatan suatu
kontruksi diperlukan material dengan spesifikasi dan sifat- sifat yang khusus pada setiap
bagiannya. Sebagai contoh dalam pembuatan kontruksi sebuah jembatan. Salah satu cara
untuk mengetahui besaran sifat mekanik dari logam adalah dengan uji tarik. Sifat mekanik
yang dapat diketahui adalah kekuatan dan elastisitas dari logam tersebut. Uji tarik adalah
metode yang digunakan untuk menguji kekuatan suatu bahan / material dengan cara
memberikan beban gaya yang sesumbu. Pengujian uji tarik digunakan untuk mengukur
ketahanan suatu material terhadap gaya statis yang diberikan secara lambat. Dan hasil dari
pengujian uji tarik sangat penting untuk rekayasa teknik dan desain produk karena
menghasilkan data kekuatan material.
49
Jurnal Volume 6 No 2, No ISSN 2089-1873 (PDII-LIPI)
TEORI DASAR
Pengujian tarik yaitu pengujian yang bertujuan untuk mendapatkan gambaran tentang
sifat-sifat dan keadaan dari suatu logam. Pengujian tarik dilakukan dengan penambahan
beban secara perlahan-lahan, kemudian akan terjadi pertambahan panjang yang sebanding
dengan gaya yang bekerja. Kesebandingan ini terus berlanjut sampai bahan sampai titik
propotionality limit. Setelah itu pertambahan panjang yang terjadi sebagai akibat
penambahan beban tidak lagi berbanding lurus, pertambahan beban yang sama akan
menghasilkan penambahan panjang yang lebih besar dan suatu saat terjadi penambahan
panjang tanpa ada penambahan beban, batang uji bertambah panjang dengan sendirinya.
Hal ini dikatakan batang uji mengalami yield (luluh). Keadaan ini hanya berlangsung
sesaat dan setelah itu akan naik lagi.
Komponen Alat Uji Tarik
Adapun peralatan atau komponen-komponen pada mekanisme mesin uji tarik sistem
hidrolik, dapat dibagi menjadi beberapa komponen utama yaitu sebagai berikut :
1. Rangka alat uji tarik
2. Pencekam (penjepit)
3. Penarik
4. Hidrolik (dongkrak)
Pada saat dilakukan kerja suatu mesin uji tarik tidak terjadi kegagalan dalam
konstruksi, maka perlu memakai kerangka. Kerangka alat uji tarik harus dapat benar-benar
dapat mengatasi gaya-gaya yang terjadi pada saat uji tarik dilakukan, dalam hal ini
berhubungan dengan dimensi dan model kerangka. Fungsi dan lingkungan kerja mesin
dapat digunakan sebagai acuan untuk pemilihan jenis material yang akan dipilih. Hal ini
bertujuan agar tidak terjadi kerusakkan atau kegagalan pada saat mesin dioperasikan [1].
Pada saat uji tarik dilakukan, kerangka mesin uji tarik merupakan bagian yang akan
mengalami pembebanan, karena distrib-usi gaya-gaya dari mekanisme pencekam dan gaya
pada hidrolik akan diteruskan ke kerangka. Pemilihan jenis material kerangka, berdasarkan
kapasitas dari mesin uji tarik yang dirancang. Kekuatan kerangka harus lebih besar dari
beban yang akan terjadi pada saat proses uji tarik dilakukan.
Dengan penentuan dimensi dan jenis material kerangka akan didapatkan kekuatan
yang baik. Material kerangka harus memiliki rigiditas yang tinggi, karena apabila terjadi
deformasi pada saat dilakukan uji tarik, maka besar deformasi ini akan mempengaruhi
hasil pengukuran uji tarik. Dengan adanya deformasi ini, maka hasil uji tarik akan
dilakukan penyesuain data, sehingga akan mempengaruhi ketelitian dari mesin uji tarik
tersebut. Semakin kecil koreksi yang dilakukan pada data hasil percobaan, maka semakin
baik mesin uji tarik tersebut.
50
Jurnal Volume 6 No 2, No ISSN 2089-1873 (PDII-LIPI)
Keterangan Gambar :
1. Hidrolik
2. Pressure gauge
3. Crossbar gerak
4. Batang penggerak
5. Bossing
6. Spesimen
7. Pencekam
8. Pelat penyangga atas
9. Dial indicator
10. Crossbar tetap
11. Batang tetap
12. Crossbar bawah.
Gambar 1. Kerangka Uji Tarik.
Diagram Benda Bebas
Dalam memecahkan persoalan kesetimbangan benda tegar, sangatlah penting untuk
meninjau semua gaya yang beraksi pada benda; juga sama pentingnya untuk tidak
memasukkan setiap gaya yang tidak langsung diterapkan pada benda. Melupakan suatu
gaya atau menambah gaya ekstra akan merusak syarat kesetimbangan. Jadi, langkah
pertama dalam pemecahan soal ialah penggambaran suatu diagram benda-bebas dari
benda tegar yang sedang ditinjau.
ƩFx = 0 ƩFy = 0
ƩMA = 0 ..............F.P.Beer, Mechanics for engineers STATICS, 3rd,1976 Hal: 80
ƩMA = 0 ; Persamaan ini dapat dipecahkan untuk mencari besar B.
ƩFx = 0 dan ƩFy = 0 ; persamaan ini dapat dipecahkan untuk mencari komponen Ax dan
Ay, berturutan.
Gaya Kopel Sepanjang gaya yang sejajar sama besar dan berlawanan arah yang
bekerja pada suatu batang (benda), akan menimbulkan kopel (momen) pada batang
tersebut.
M = F x r .................P.Beer, Mechanics for engineers STATICS, 3rd,1976 Hal: 80
F = Gaya
51
Jurnal Volume 6 No 2, No ISSN 2089-1873 (PDII-LIPI)
r = Jarak antar gaya
Adapun gambar dari diagram benda-bebas untuk alat uji tarik dapat dilihat pada Gambar
2.2 :
Gambar 2.2 Diagram Benda Bebas Alat Uji Tarik.
Keterangan Gambar :
F1
= Tekanan Dongkrak/Hidrolik
= Tiang Crossbar Sebelah Kiri
F,
= Tiang Crossbar Sebelah Kanan
F,
Sp
= Spesimen
W1
= Tiang Kerangka
Tabel 2.6 Klasifikasi Baja Karbon
52
Jurnal Volume 6 No 2, No ISSN 2089-1873 (PDII-LIPI)
METODOLOGI PERANCANGAN
3.1
Desain Alat Uji Tarik
Keterangan Gambar :
1. Baut penahan rangka uji tarik
2. Pressure gauge
3. Tiang Rangka Tetap
4. hidrolik/dongkrak
5. Spesimen uji tarik
6. Pencekam specimen
7. Crossbar rangka gerak
8. Tiang rangka gerak
9. Dial indicator
10. Crossbar rangka tetap
11. Meja
Gambar 3.1. Skema Alat Uji Tarik
3) spesimen
Spesimen berfungsi sebagai bahan pengujian. spesimen alat uji tarik ini
menggunakan standar ASTM.
Gambar 3.6 Spesimen
53
Jurnal Volume 6 No 2, No ISSN 2089-1873 (PDII-LIPI)
Diagram alir
HASIL DAN PEMBAHASAN
Dalam perencanan kerangka pada alat uji tarik menggunakan perhitungan diagram
benda bebas (DBB), adapun perhitungan kerangka pada alat uji tarik sebagai berikut :
Diketahui :
Pressure guage
= 25x105 N/m2
D (dongkrak)
= 46 mm = 4,6 cm
D (spesimen)
= 8 mm = 0,008 m
�
Luas penampang kepala dongkrak (A) = � 0,046 m2 = 0,00166 m2
Gaya yang bekerja pada dongkrak (F1) = 25x105 N/m2 / 0,00166 m2 = 15060,24 N
Beban Crossbar (W1)
= 15kg x 9,81 m/s2 = 147,15 N
Ditanya :
Gaya yang bekerja pada batang (F2)
= (N)
Gaya yang bekerja pada batang (F3)
= (N)
Tegangan yang bekerja pada spesimen (�SP ) = (N)
Penyelesaian:
54
Jurnal Volume 6 No 2, No ISSN 2089-1873 (PDII-LIPI)
Ʃ MF = 0
= (W1 x L1) – (F1 x L2) – (F3 x L3) = 0
= (147,15 N x 0,15m) – (15060,24 N x 0,15m) – (F3 0,30m) = 0
= (22,07Nm) – (2259,03Nm) – (F3 0,30m) = 0
F3
= 7456,53 N (kebawah)
Ʃ Fy = 0
= (F2) – (W1) + (F1) – (F3) = 0
= F2 – 147,15 N – 15060,24 N + 7453,53 N = 0
F2 = 7456,56 N
�
,
A = x d2 =
x 0,008 m2 = 0,00005 m2
Ʃ Fv = 0
= F2’ – W1’ – SP + F3’ = 0
= 7456,56 N – 147,15 N – SP + 7456,53 N = 0
SP = 14912,94 N
�SP = 14912,94 N/ A
= 14912,94 N/ 0,00005 m2
= 298.258800 N/m2
Batang kerangka tetep
P = 20000 kg x 9,81 m/s2 = 196.200 N,
σt = 50 N/mm2
�
A = d2 karena bentuknya lingkaran
σt =
�
�
atau P = σt A maka
55
Jurnal Volume 6 No 2, No ISSN 2089-1873 (PDII-LIPI)
196.200 N = 50 N/mm2 x 0,758 x 2 d2
.
2d2 =
= 5176,78
Jadi
,
2
d =
d =√ 5
Dan
,
= 2588,39
,
= 50,87mm, dibulatkan 51 mm.
Batang kerangka gerak
P = 20000 kg x 9,81 m/s2 = 196.200 N,
σt = 85 N/mm2
�
A = d2 karena bentuknya lingkaran
σt =
Jadi
�
�
atau P = σt A maka
196.200 N = 85 N/mm2 x 0,758 x 2d2
.
= 3045,16
2d2 =
2
d =
,
d =√ 5
Dan
,
= 1522,58
,5 = 39,02 mm, dibulatkan 39 mm.
Perhitungan Kekuatan Pengelasan pada Alat Uji Tarik
Selain dalam perencanan kerangka pada alat uji tarik ada juga perhitungan
kekuatan pengelasan didalam pengelasan, adapun perhitungan kekuatan pengelasan pada
alat uji tarik sebagai berikut :
Diketahui :
Gaya yang bekerja pada dongkrak (F) = 15060,24 N
Tinggi plat yang akan dilas (L)
= 110 mm
Tebal plat ( t )
= 4 mm
Ditanya :
Kekuatan pengelasan ( ��)
Penyelesaian :
�� =
�� =
�
� .�
,
mm .
=
(N/mm2)
N
mm
�� = 34,22 N/mm2
KESIMPULAN
Kesimpulan yang dibuat berdasarkan perancangan yang diperoleh dari analisa dan
perhitungan alat uji tarik, dapat disimpulkan diantaranya :
1. Perancangan alat uji tarik ini dimulai dari memperhitungkan gaya-gaya yang akan
bekerja didalam komponen, serta dimensi komponen dari alat uji tarik.
56
Jurnal Volume 6 No 2, No ISSN 2089-1873 (PDII-LIPI)
2. Dari hasil perhitungan yang telah didapatkan untuk kekuatan kerangka pada alat uji
tarik yang menggunakan diagram benda bebas mendapatkan hasil :
a. Gaya yang bekerja pada batang F2 didapatkan hasil sebesar 7456,56 N,
b. Gaya yang bekerja pada batang F3 didapatkan hasil sebesar 7456,53 N,
c. Tegangan spesimen (�SP ) yang terjadi pada spesimen alat uji tarik
sebesar
2
298.258800 N/m .
3. Dari hasil perhitungan yang telah didapatkan untuk kekuatan pengelasan kerangka
pada alat uji tarik mendapatkan hasil 34,22 N/mm2. Jadi, las cukup kuat menahan gaya
yang bekerja tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
Askeland, 1985 BAB II KAJIAN PUSTAKA Klasifikasi Material, dan Dalil dkk,
1999
Diamir Dahlan. Elemen Mesin. 2012. Penerbit: Citra Harta Prima Jakarta
Dieter, 1993 Mekanika Kekuatan Material Edisi1st,cetakan pertama
Dr.Ir. Akhmad Herman Yuwono, M.Phil, Eng. Pengujian Merusak (Destructive
Testing) :
G.E.dieter jilid 1 tahun 1987, Mekanika kekuatan material,
MECHANICAL PROPERTIES OF 1018 STEEL IN TENSION
Ferdinand P.Beer/ E.Russell Johnston, Jr. Mekanika Untuk Insinyiur, STATIKA
edisi ketiga, tahun 1976.
Syafda Agung Pratama PERANCANGAN, PEMBUATAN ALAT UJI TARIK DAN
ANALISA SPESIMEN BAJA S30C. STITEKNAS JAMBI 2014
Slamet Muliadi,sikripsi, Universitas Indonesia, 2012
Serasih.wordpress.com diakses pada tanggal 20 Maret 2016
The testimg and inspecting of engineering material, George Earl Troxel.
57
Jurnal Volume 6 No 2, No ISSN 2089-1873 (PDII-LIPI)
ANALISIS PERFORMA TURBIN GAS SEBELUM DAN SESUDAH
CLEANING COMPRESSOR PADA PEMBANGKIT LISTRIK DI PLTG
PAYO SELINCAH
Marfizal, M. Ficky Aprianto, dan Trimo
Program Studi Teknik Mesin
Sekolah Tinggi Teknologi Nasional STITEKNAS Jambi
Jln.kapten Pattimura No 100 Jambi Telp.(0741)669501
Abstrak
Sebuah Mesin Pembangkit Listrik yang sudah digunakan terlalu lama, maka unjuk kerja
mesin tersebut akan turun. Untuk mendapatkan unjuk kerja agar tetap terjaga kehandalan dari
sebuah mesin, sebagai contoh adalah sistem turbin gas, tidak harus dengan mengembalikan
kondisi mesin seperti semula seperti dengan mengganti komponen dari turbin gas yang lama
dengan yang baru. Performa dan daya kompresor turbin yang dihasilkan mengalami
penurunan maka salah satu cara untuk mendapatkan unjuk kerja yang tetap optimal yang
dihasilkan dari turbin gas adalah dengan perawatan yang dilakukan terhadap kompresor aksial
dengan metode Cleaning.
Untuk mengetahui daya, effisiensi kompresor dan turbin setelah pembersihan maka
dilakukan perhitungan dengan membandingkan antara sebelum dan sesudah Cleaning dan
juga perhitungan karakteristik aliran yang terjadi pada turbin. Dari pembahasan didapatlah
hasil daya kompresor turbin, setelah dilakukan cleaning rata-rata daya kompresor naik 0,8302
kj/kg, daya turbin rata-rata naik 5,8516 kj/kg sedangkan effisiensi kompresor rata-rata naik
0,6% dan effisiensi turbin rata-rata naik 0,18%. dapat diambil sedikit kesimpulan bahwa
setelah cleaning kompresor, daya, effisiensi kompresor dan turbin mengalami peningkatan
atau perubahan. Dilihat dari grafik daya dan effisiensi, performa kompresor dan turbin
meningkat setelah dilakukan cleaning kompresor. Begitu pula daya mesin turbin meningkat
dengan cara pengoptimalan kompresor.
Kata Kunci: Cleaning Compressor, Daya, Efisiensi, Siklus Turbin Gas.
PENDAHULUAN
Sejalan dengan berlangsungnya waktu, sumber daya manusia yang terus bertambah ini
akan menyebabkan suatu peristiwa kebutuhan sumber daya alam yang semakin meningkat.
Salah satu dari kebutuhan yang sangat penting di dunia ini adalah sumber energi listrik, Di
mana pada jaman modern ini bisa dikatakan bahwa segala sesuatu selalu berhubungan dengan
yang namanya listrik. Tidak dapat dipungkiri bahwa semakin sulitnya menyalurkan energi
listrik ini dalam jumlah banyak, terbukti adanya jadwal pemadaman listrik secara bergilir
untuk beberapa wilayah guna mengurangi pemakaian listrik. Oleh karena itu meningkatkan
efisiensi pembangkit-pembangkit yang sudah ada perlu dilakukan untuk dapat memenuhi
kebutuhan listrik yang meningkat. Peningkatan efisiensi energi dapat mengurangi jumlah
energi yang terbuang sehingga dapat mengurangi biaya yang dikeluarkan [1].
PT PLN (Persero) Sektor Pembangkitan Jambi merupakan salah satu sektor
pembangkitan andalan di Pembangkitan Sumatera Bagian Selatan (KITSBS). Semula
58
Jurnal Volume 6 No 2, No ISSN 2089-1873 (PDII-LIPI)
pembangkitan Jambi merupakan unit dari Sektor Pembangkitan Keramasan dan pada akhirnya
pada tanggal 15 Januari 2009 berdasarkan Surat Keputusan Direksi PT. PLN [Persero] NO.
267.K/DIR/2008 secara resmi ditetapkan sebagai Sektor Pambangkitan saat itu oleh Direktur
utama PT. PLN [Persero] Bapak Fahmi Mochtar dan Gubernur Jambi Bapak Zulkipli Nurdin.
Beberapa unit pembangkit yang dimiliki Sektor Pembangkitan Jambi yaitu : PLTD Payo
Selincah, PLTG Batang Hari, PLTMG Sei Gelam.
Pusat Listrik Tenaga Gas Batang Hari merupakan pembangkit yang mulanya beroperasi
di Pauh limo Padang dan kemudian direlokasi ke Jambi pada tahun 1997 secara cash program
untuk menanggulangi kekurangan energi listrik pada masa itu. Dan pada tahun 1998 PLTG
Batang Hari yang lokasinya sama dengan PLTD Payo Selincah diresmikan oleh Gubernur
Jambi saat itu Bapak Ir. Abdul Rahman Sayuti. PLTG Batang Hari mempunyai 2 unit
pembangkit dengan daya terpasang 2 X 30 MW.
PLTG Payo Selincah berkapasitas 2x30, pada PLTG salah satu komponen yang paling
penting adalah kompresor, perlu diketahui bahwa beban pada PLTG 60% ditentukan oleh
kompresor. Begitu performa turbin gas bisa menurun dikarenakan endapan kotoran atau
deposit pada blade kompresor selama beroperasi. Indikasi penurunan output power secara
berangsur-angsur dan disertai peningkatan konsumsi bahan bakar.
Permasalahan tersebut adalah hasil langsung dari kotornya flow kompresor, kotornya
kompresor mengakibatkan penurunan arus udara, efisiensi kompresor turun, dan rasio
tekanan kompresor juga turun. Kombinasi parameter tersebut penyebab menurunnya performa
kompresor.
Sehingga agar beban yang dihasilkan pada PLTG tetap pada beban maksimal maka
kinerja dari kompresor harus selalu terjaga, salah satu caranya yaitu dengan melakukan
pembersihan kompresor [Cleaning compressor]. Cleaning compressor ini dilakukan agar
dapat mengembalikan performa turbin saat terindikasi adanya penurunan beban 4-6% ataupun
penurunan tekanan ±2psi pada control room.
Jika dilihat dari material pembersih yang digunakan ada dua jenis cara yang digunakan
saat melakukan cleaning compressor, yaitu cleaning dengan menggunakan material liquid
[cairan] dan menggunakan material solid compound [senyawa padat], inert [bubuk polishing].
Dalam proses pembersihan kompresor tidak dianjurkan untuk menggunakan inert karena
bersifat korosif. Oleh karena itu proses pembersihan kompresor yang direkomendasikan ialah
solid compound organik karena dapat terbakar habis pada ruang bakar, Ada dua jenis solid
compound yang digunakan yaitu : beras dan kulit kacang. Pada PLTG Batang hari 2×30 MW
cara cleaning compressor yang digunakan adalah dengan menggunakan material solid
compound yaitu beras, material beras ini dipilih karena cukup murah dan mudah untuk
didapat serta hasilnya sama dengan menggunakan cairan sebagai bahan pembersihnya.
Penggunaan bahan bakar kimia untuk membersikan kompresor ketika pada blade terjadi
kontaminasi basah seperti hidrokarbon, sehingga tidak dapat dibersikan secara efektif dengan
kulit kacang, beras, atau corboblast. Oleh karena itu pembersihan dengan menggunakan bahan
kimia harus men-stopkan unit [2].
KAJIAN PUSTAKA
Dalam pembangkit listrik terdapat banyak sekali jenis kompresor, dengan berbagai
bentuk dan ukuran. Karena didalam pembangkit listrik kompresor sama halnya dengan
jantung pada manusia.
Seperti halnya dalam suatu pembangkit listrik atau perusahaan lainnya, yang terdapat
pada pembangkit listrik, kompresor adalah salah satu bagian dari peralatan yang berperan
59
Jurnal Volume 6 No 2, No ISSN 2089-1873 (PDII-LIPI)
sangat penting dalam proses bekerjanya pembangkit fungsinya untuk proses pembakaran
bahan bakar.
Siklus Pada Turbin Gas
Di pembangkit listrik terdapat macam siklus yang digunakan pada turbin gas, berikut ini
siklus yang digunakan pada turbin gas :
Siklus Stirling
Sebuah mesin udara panas telah dikembangkan pada tahun 1845 oleh Stirling. Terdiri
dari dua proses volume konstan 2-3 dan 4-1, serta dua proses temperatur konstan [isotermis]
1-2, 3-4, masing-masing pada temperatur T1dan T2.
Siklus Ericsson
Siklus Ericsson mulanya diusulkan oleh seorang Swedia yang bernama John Ericsson.
Terdiri dari dua proses tekanan konstan 2-3 dan 4-1 dan dua proses temperatur konstan 1-2
dan 3-4. Secara termodinamik, siklus tersebut adalah reversibel akibat cara kerja dari
generatornya selama kedua proses tekanan konstan. Udara panas pada temperatur T2 dialirkan
melalui suatu sumber pemanas dan ditekan paksa ke dalam silinder motor yang kemudian
diekspansikan secara isotermis seperti terlihat pada proses 3-4.
Siklus Brayton
a. Siklus brayton ideal
Pada sistem turbin gas siklus terbuka dimana fluida kerja [udara] dikompresikan dari udara
tekanan atmosfir, kemudian mengalami proses pembakaran diruang bakar, berekspansi di
Turbin dan akhirnya keluar lagi ke atmosfir dengan tekanan kostan.
b. Siklus tertutup [closed cycle]
Sistem kerja turbin gas dengan siklus tertutup dapat dilihat pada Gambar 2.4, prosesnya
hampir sama dengan siklus terbuka. Namun gas bekas yang keluar dari turbin dimasukkan
kembali ke kompressor untuk di kompresikan kembali, tetapi sebelum mendekati kompressor
gas bekas tersebut mengalami pendinginan hingga temperatur awal memasuki kompressor
pada sebuah alat penukar kalor.
Gambar Proses Siklus Brayton ideal 6.
1. Proses 1-2 [kompresi isentropic].
Udara atmosfer masuk ke dalam sistem turbin gas melalui sisi inlet kompresor. Oleh
kompresor udara dikompresikan sampai tekanan tertentu diikuti dengan volume ruang
yang menyempit. Proses ini tidak diikuti dengan perubahan entropi, sehingga disebut
proses isentropik. Proses ini ditunjukan denagan angka 1-2.
Kerja yang dibutuhkan kompresor.
60
Jurnal Volume 6 No 2, No ISSN 2089-1873 (PDII-LIPI)
�̇� = ṁ��� � [T2 – T1]
= [ℎ − ℎ ]………………… [2.9]
Dimana :
�̇� = kerja kompresor
ṁ� = laju alir massa udara [kg/s]
TI = Temperatur udara ambient [K]
T2 = Temperatur udara kompresi [K]
h1 = entalpi udara spesifik masuk kompresor [kJ/kg]
h2 = entalpi udara spesifik keluar kompresor [kJ/kg]
2. Proses 2-3. [Pembakaran isobaric].
Udara terkompresi masuk ke ruang bakar. Bahan bakar diinjeksikan kedalam ruang bakar,
dan diikuti dengan proses pembakaran bahan bakar tersebut. Energi panas hasil
pembakaran diserap oleh udara [qin], meningkatkan temperatur udara, dan menambah
volume udara. Proses ini tidak mengalami kenaikan tekanan udara, karena udara hasil
proses pembakaran berekspansi ke sisi turbin. Karena tekanan yang konstan inilah maka
proses ini disebut isobarik.
Pemasukan dan pembakaran bahan bakar dengan udara pada tekanan konstan [P = c].
Kalor yang dihasilkan :
��̇ = ṁ��� � + ṁ ×[T3 – T2]
= [h − h ]
�� = panas masuk
ṁ = laju alir massa bahan bakar [kg/s]
T3 = Temperatur gas keluar ruang bakar [K]
h3 = entalpi gas keluar ruang bakar [kJ/kg]
3. Proses 3-4 [ekspansi isentropic].
Udara bertekanan yang telah menyerap panas hasil pembakaran berekspansi melewati
turbin untuk mengkonversikan energi panas udara menjadi kinetik. Energi tersebut
dikonversikan turbin untuk memutar generator, sehingga dihasilkan energi listrik.
�̇ � = ṁ��� � + ṁ × [T3 – T4]
= [ℎ − ℎ ]
̇
�� = kerja turbin
T4 = Temperatur gas keluar turbin [K]
ℎ = entalpi spesifik gas keluar turbin ideal [kj/kg].
4. Proses 4-1. Proses pelepasan panas [exhaust].
Selanjutnya adalah pelepasan udara kembali ke atmosfer. Pada siklus Brayton ideal, udara
yang keluar dari turbin, masih menyisahkan sejumlah energi panas. Panas ini diserap oleh
udara bebas, sehingga secara siklus udara tersebut siap untuk kembali masuk ke tahap 1-2
Pembuangan kalor pada tekanan konstan [P = c]. Kalor yang dilepas :
̇ = ṁ��� � + ṁ × [T4 – T1]
� ��
= [ℎ − ℎ ]
� �� = panas keluar [7].
b. Siklus Brayton Aktual
Pada proses siklus brayton aktual selalu memperhitungkan kerugian dan penyimpangan
yang terjadi baik dikompressor, ruang bakar maupun turbin.
Adanya kerugian dan penyimpangan terjadi akibat dari proses berikut :
1. Proses kompresi didalam kompresor tidak berlangsung secara isentropis akibat gesekan
fluida kerja.
2. Proses ekspansi didalam turbin tidak berlangsung secara isentropis akibat fluida kerja.
3. Terjadi penurunan tekanan pada ruang bakar dan turbin.
61
Jurnal Volume 6 No 2, No ISSN 2089-1873 (PDII-LIPI)
4. Panas jenis dari fluida kerja akan bervariasi akibat perubahan temperatur.
5. Pada proses pembakaran adalah bukan gas sempurna.
Proses siklus brayton aktul dapat dilihat pada Gambar 2.6 diagram T-S dengan
memperlihatkan kerugian dan penyimpangan yang terjadi.
Gambar Diagram T-S Proses Siklus Brayton Aktual
Dari diagram diatas dapat dilihat bahwa:
a. kompresi berlangsung tidak secara isentropis menurut garis 1-2, sedangkan pada proses
ideal pada garis 1-2s.
b. Proses ekspansi tidak dapat berlangsung secara isentropis dengan mengikuti garis 3-4,
sedangkan proses ideal adalah mengikuti garis ideal 3-4s.
c. Penurunan tekanan terjadi di ruang bakar dari P2-P3.
Demikian proses kompresi dan ekspansi dengan gesekan fluida mengakibatkan entalpi
mengalami peningkatan dalam proses adiabatik. Entalpi adalah jumlah energi yang dimiliki
sistem pada tekanan tetap. Entalpi dapat dicari dengan persamaan :
ℎ
−ℎ ���ℎ
� � − � ���ℎ ] + ℎ ���ℎ .
Entalpi [h]1 = [ � �
Entalpi [h2] = [
�� � −� ���ℎ
ℎ� � −ℎ ���ℎ
�� −�
�� � −� ���ℎ
ℎ� � −ℎ ���ℎ
Entalpi [h2’] = [
� � � −�
���ℎ
���ℎ ]
� � ′− �
+ℎ
���ℎ .
���ℎ ]
+ℎ
���ℎ .
dimana, h2' = entalpi udara pada sisi keluar untuk kompresi isentropik.
Dimana harga-harga diatas dapat dicari dengan menggunakan tabel gas ideal properties
of air dan efisiensi kompresor jika menggunakan data entalpi dapat dicari dengan
menggunakan persamaan sebagai berikut : [9]
ƞc =
ƞt =
ℎ ′− ℎ
ℎ −ℎ
ℎ −ℎ
ℎ ′−ℎ
�100%
�100%
Proses Kerja Pembangkit Listrik Tenaga Gas [PLTG]
Pembangkit Listrik Tenaga Gas [PLTG] merupakan sebuah pembangkit energi listrik
yang menggunakan peralatan/mesin turbin gas sebagai penggerak generatornya. Turbin gas
dirancang dan dibuat dengan prinsip kerja yang sederhana dimana energi panas yang
dihasilkan dari proses pembakaran bahan bakar diubah menjadi energi mekanik dan
selanjutnya diubah menjadi energi listrik.
62
Jurnal Volume 6 No 2, No ISSN 2089-1873 (PDII-LIPI)
Udara dengan tekanan atmosfir dihisap masuk ke dalam kompresor melalui air inlet,
sehingga menghasilkan udara yang bertekanan sampai 250 Psi, lalu udara masuk ke dalam
ruang bakar dengan tekanan dicampur dengan bahan bakar [gas] dan di bakar dalam ruang
bakar dengan temperatur 1000-1500ᴼF. Gas hasil pembakaran yang merupakan energi termal
dengan temperature dan tekanan yang tinggi.
Dari energi panas yang dihasilkan inilah kemudian akan dimanfaatkan untuk memutar
turbin dimana didalam sudu-sudu gerak dan sudu-sudu diam turbin, gas panas tersebut
temperature dan tekanan mengalami penurunan dan proses ini biasa disebut dengan proses
ekspansi. Selanjutnya energi mekanis yang dihasilkan oleh turbin digunakan untuk memutar
generator hingga menghasilkan energi listrik [11].
Bagian-Bagian Utama PLTG
Komponen-komponen utama Pembangkit Listrik Tenaga Gas yaitu terdiri dari
Kompresor, Ruang bakar, Turbin.
Kompresor
Kompresor adalah suatu mesin fluida yang berfungsi untuk merubah energi
kinetik menjadi energi tekan dengan prinsip kerjanya memindahkan fluida kompresi dari
tekanan rendah ke tekanan lebih tinggi untuk menghasilkan udara bertekanan dapat
dilakukan dengan dua cara, yaitu :
1. Menurunkan volume ruang tertutup.
2. Memberikan tambahan energi dengan sudu-sudu putar ke fluida.
Ruang Bakar, [Combustion Chamber]
Pada bagian ini terjadi proses pembakaran antara bahan bakar dengan fluida, kerja yang
berupa udara bertekanan tinggi dan bersuhu tinggi. Hasil pembakaran ini berupa energi panas
yang diubah menjadi energi kinetik dengan mengarahkan udara panas tersebut ke transition
pieces yang juga berfungsi sebagai nozzle. Fungsi dari keseluruhan sistem adalah untuk
mensuplai energi panas ke turbin. Sistem pembakaran ini terdiri dari komponen-komponen
berikut yang jumlahnya bervariasi tergantung besar frame dan penggunaan turbin gas.
Komponen-komponen itu adalah :
1. Combustion Chamber, berfungsi sebagai tempat terjadinya pencampuran antara udara yang
telah dikompresi dengan bahan bakar yang masuk.
2. Combustion Liners, terdapat di dalam combustion chamber yang berfungsi sebagai tempat
berlangsungnya pembakaran.
3. Fuel Nozzle, berfungsi sebagai tempat masuknya bahan bakar ke dalam combustion liner.
4. Ignitors [Spark Plug], berfungsi untuk memercikkan bunga api ke dalam combustion
chamber sehingga campuran bahan bakar dan udara dapat terbakar.
5. Transition Fieces, berfungsi untuk mengarahkan dan membentuk aliran gas panas agar
sesuai dengan ukuran nozzle dan sudu-sudu turbin gas.
6. Cross Fire Tubes, berfungsi untuk meratakan nyala api pada semua combustion chamber.
7. Flame Detector, merupakan alat yang dipasang untuk mendeteksi proses pembakaran
terjadi.
Turbin merupakan tempat terjadinya konversi energi kinetik menjadi energi mekanik, energi
yang dihasilkan oleh turbin digunakan untuk memutar generator hingga menghasilkan energi
listrik. Komponen-komponen pada turbin adalah sebagai berikut :
1. Turbin Rotor Case
2. First Stage Nozzle, yang berfungsi untuk mengarahkan gas panas ke first stage turbine
wheel.
63
Jurnal Volume 6 No 2, No ISSN 2089-1873 (PDII-LIPI)
3. First Stage Turbine Wheel, berfungsi untuk mengkonversikan energi kinetik dari aliran
udara yang berkecepatan tinggi menjadi energi mekanik berupa putaran rotor.
4. Second Stage Nozzle dan Diafragma, berfungsi untuk mengatur aliran gas panas ke second
stage turbine wheel, sedangkan diafragma berfungsi untuk memisahkan kedua turbin
wheel.
5. Second Stage Turbine, berfungsi untuk memanfaatkan energi kinetik yang masih cukup
besar dari first stage turbine untuk menghasilkan kecepatan putar rotor yang lebih besar.
Exhaus
Exhaus adalah bagian akhir turbin gas yang berfungsi sebagai saluran pembuangan gas
panas sisa yang keluar dari turbin gas. Exhaust terdiri dari beberapa bagian yaitu :
1. Exhaust Frame Assembly, dan
2. Exhaust gas keluar dari turbin gas melalui exhaust diffuser pada exhaust frame assembly,
lalu mengalir ke exhaust plenum dan kemudian didifusikan dan dibuang ke atmosfir
melalui exhaust stack, sebelum dibuang ke atmosfir gas panas sisa tersebut diukur dengan
exhaust thermocouple dimana hasil pengukuran ini digunakan juga untuk data
pengontrolan temperatur dan proteksi temperatur trip. Pada exhaust area terdapat 18 buah
termokopel yaitu, 12 buah untuk temperatur kontrol dan 6 buah untuk temperatur trip [12].
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada Tabel Sebelum Cleaning Compressor didapat data pada beban 27 MW. Maka dari
data tersebut dapat dicari nilai entalpi [h] sebagai berikut;
Entalpi h1
h1
T1 = 91,2 °F atau sama dengan 305,88 K, h1 dapat dicari dengan cara menggunakan
tabel gas ideal properties of air.
ℎ
−ℎ ���ℎ
h1= [ � �
]× [� − � ���ℎ ] + ℎ ���ℎ
�
−�
� �
,
���ℎ
kJ/k −
=[
k−
= 306,103 kj/kg
,
k
kJ/k
]×[
5,
k−
5 k] +305,22 kJ/kg
Entalpi h2
h2
T2 = 691 °F atau sama dengan 639,11 K, h2 dapat dicari dengan cara interpolasi
menggunakan tabel gas ideal properties of air.
ℎ
−ℎ ���ℎ
]×[� − � ���ℎ ] + ℎ ���ℎ
ℎ =[ ��
,
�� � −� ���ℎ
kJ/k −
=[
k−
= 648,277 kj/kg
,
k
kJ/k
]× [
,
k−
k] +638,63kJ/kg
T1=305,88 K
�
dapat dicari dengan cara interpolasi menggunakan tabel gas
ideal properties of air.
�
−� ���ℎ
]×[� − � ���ℎ ] + � ���ℎ
� =[ � �
,
�� � −� ���ℎ
− ,
=[
k−
= 1,4837
k
]×[
5,
k−
5 k] +1,4686
64
Jurnal Volume 6 No 2, No ISSN 2089-1873 (PDII-LIPI)
=
� ʹ=
,
�
�
���
, ���
�
=�
=
ʹ
,
� ʹ
,
= 0,104 Psi =
=
,
,
���
� ʹ
= 14,26
ℎ ʹ
� ʹ = 14,26 ℎ ʹ dapat dicari dengan cara interpolasi menggunakan tabel gas ideal
properties of air.
ℎ
−ℎ ���ℎ
ℎ ʹ= [ � �
] × [ � ʹ − � ���ℎ ] + ℎ ���ℎ
=[
,
� � � −�
kJ/k −
,
���ℎ
−
,
= 584,615 kj/kg.
,
kJ/k
] ×[
,
−
,5 ] + 575,79 kJ/kg
Karena nilai enthalpi T3 tidak diketahui maka dicari terlebih dahulu menggunakan
rumus adiabatik:
�
T3 =
T3 =
[
�−
]
�
�
× �4
, ���
,
, −
,
���
×
℉
= ,55 [ , ] ×
℉
=
℉
= 1226,3 k
Entalpi h3
h3
T3 = 1748 °F atau sama dengan 1226,3 K, h3 dapat dicari dengan cara interpolasi
− w
]×
menggunakan tabel gas ideal properties of air.
h3= [
T
−T w
[� − � � �ℎ] + ℎ � �ℎ
, kJ/k −
, kJ/k
=[
]×[
, k−
k] +1301,31 kJ/kg
k−
k
= 1308,750 kj/kg
Entalpi h4
h4
T4 = 919 °F atau sama dengan 765,7 K, h4 dapat dicari dengan cara interpolasi
− w
menggunakan tabel gas ideal properties of air.
h4 = [
]×
T
−T w
[� − � � �ℎ] + ℎ � �ℎ
,
kJ/k −
=[
k−
= 784,407 kj/kg
,
k
kJ/k
]× [
5, k −
k] + 778,18 kJ/kg
T4 = 765,7 K
�
dapat dicari dengan cara interpolasi menggunakan tabel gas
ideal properties of air.
�
−� ���ℎ
] ×[� − � ���ℎ ] + � ���ℎ
� =[ � �
�� � −� ���ℎ
65
Jurnal Volume 6 No 2, No ISSN 2089-1873 (PDII-LIPI)
,
−
,
=[
k−
= 40,43
k
]×[
5, k −
k] + 39,27
Dengan di interpolasi maka di dapatlah nilai Pr4 = 40,43. Maka nilai Pr ʹ dapat di cari
nilai Pr4 dengan cara dibawah ini:
�
�
�
� ʹ= � = =
� ʹ
,
=
���
, ���
=
�
� ʹ
= 0,104 Psi =
=
,
,
���
,
,
� ʹ
= 388,7
ℎ ʹ
� ʹ = 388,7 ℎ ʹ dapat dicari dengan cara interpolasi
menggunakan tabel gas ideal properties of air.
ℎ
−ℎ ���ℎ
ℎ ʹ= [ � �
]× [ � ʹ − � ���ℎ ] + ℎ ���ℎ
� � � −�
=[
,
kJ/k −
, −
���ℎ
,
= 1457,050 kj/kg.
,
kJ/k
]× [
, −
5, ] + 1443,60 kJ/kg
Grafik Perbandingan
Perbandingan grafik tujuannya untuk mengetahui naik turunnya daya, effisiensi
kompresor dan turbin dari peroses cleaning kompresor.
Grafik Daya
Grafik Perbandingan Daya Kompresor, Turbin Sebelum Cleaning dan Sesudah
Cleaning, dapat dilihat pada Grafik 4.1 dan Grafik 4.2.
350
348.268 kj/kg
347.785 kj/kg
345
340
348.447 kj/kg
348.51 kj/kg
342.174 kj/kg
342.174 kj/kg
D
a 335
y
a 330
333.235 kj/kg
Sebelum
334.579 kj/kg
332.839 kj/kg
Sesudah
330.278 kj/kg
325
320
27
28
29
30
Load Engine (MW)
31
Grafik Perbandingan Daya Kompresor Sebelum Cleaning dan Sesudah Cleaning.
66
Jurnal Volume 6 No 2, No ISSN 2089-1873 (PDII-LIPI)
Analisa grafik : Dapat dianalisa pada Grafik Perbandingan sebelum dan sesudah
Cleaning Compressor. Bahwa pada Load Engine 27 MW sebelum cleaning daya kompresor
342,174 kj/kg sesudah dilakukan cleaning dayanya 342,174 kj/kg tidak mengalami kenaikan.
Pada Load Engine 28 MW sebelum cleaning daya kompresor 330,278 kj/kg sesudah
dilakukan cleaning dayanya 333,235 kj/kg naik 2,957, Pada Load Engine 29 MW sebelum
dilakukan cleaning daya kompresor 332,839 kj/kg sesudah dilakukan cleaning dayanya
334,579 kj/kg naik 1,74 Pada Load Engine 30 MW sebelum cleaning daya kompresor
348,268 kj/kg sesudah dilakukan cleaning dayanya 347,785 kj/kg turun [-0,483], Pada Load
Engine 31 MW sebelum cleaning daya kompresor 348,51 kj/kg sesudah dilakukan cleaning
dayanya 348,447 kj/kg turun [-0,063], Sehingga dapat dirata-ratakan daya kompresor
0,8302%.
600
589.594 kj/kg
580
575.12 kj/kg
560
571.507 kj/kg
D 540
a
y 520
a
572.45 kj/kg
583.432 kj/kg
588.366 kj/kg
580.658 kj/kg
565.529 kj/kg
529.197 kj/kg
Sebelum
Sesudah
524.343 kj/kg
500
480
27
28
29
30
31
Load Engine (MW)
Grafik Perbandingan Daya Turbin Sebelum Cleaning dan Sesudah Cleaning.
Analisa grafik : Dapat dianalisa pada Grafik Perbandingan sebelum dan sesudah
Cleaning Compressor. Bahwa pada Load Engine 27 MW sebelum cleaning daya turbin
524,343 kj/kg setelah dilakukan cleaning 529,197 kj/kg naik 4,854. Pada Load Engine 28 MW
sebelum cleaning daya turbin 571,507 kj/kg setelah dilakukan cleaning 575,12 kj/kg naik
3,6130. Pada Load Engine 29 MW sebelum dilakukan cleaning daya turbin 565,529 kj/kg
setelah dilakukan 572,45 kj/kg naik 6,921. Pada Load Engine 30 MW sebelum dilakukan
cleaning daya turbin 583,432 kj/kg setelah dilakukan cleaning 589,594 kj/kg naik 6,162. Pada
Load Engine 31 MW sebelum cleaning daya turbin 580,658 kj/kg setelah dilakukan cleaning
588,366 kj/kg naik 7,708. Sehingga dapat dirata-ratakan daya turbin 5,8516, kenaikan yang
siknifikan atau kenaikan yang tinggi terjadi pada load engine 31 MW yaitu sebesar 7,708.
Grafik Effisiensi
Grafik Perbandingan Effisiensi Kompresor, Turbin Sebelum Cleaning dan Sesudah
Cleaning, dapat dilihat pada Grafik 4.1 dan Grafik 4.2.
67
Jurnal Volume 6 No 2, No ISSN 2089-1873 (PDII-LIPI)
82.5
82
E
f
f
i
s
i
e
n
s
i
81.87 %
82.02 %
81.66 %
81.79 %
81.5
81.39 %
81.51 %
81.61 %
81.10 %
81
80.5
80.28 %
80
Sebelum
Sesudah
80.09 %
79.5
79
27
28
29
30
31
Load Engine (MW)
Grafik Perbandingan Effisiensi Kompresor Sebelum Cleaning dan Sesudah Cleaning.
Analisa grafik : Dapat dianalisa pada Grafik Perbandingan sebelum dan sesudah
Cleaning Compressor. Bahwa pada Load Engine 27 MW sebelum cleaning effisiensi
kompresor 81,39% sesudah dilakukan cleaning effisiensinya 81,87% naik 0,48%, Pada Load
Engine 28 MW sebelum cleaning effisiensi kompresor 81,79% sesudah dilakukan cleaning
effisiensinya 82,02% naik 0,23%, Pada Load Engine 29 MW sebelum dilakukan cleaning
effisiensi kompresor 81,61% sesudah dilakukan cleaning effisiensinya 81,66% naik 0,05%,
Pada Load Engine 30 MW sebelum cleaning effisiensi kompresor 80,28% sesudah dilakukan
cleaning effisiensinya 81,51% naik 1,23%, Pada Load Engine 31 MW sebelum cleaning
effisiensi kompresor 80,09% sesudah dilakukan cleaning effisiensinya 81,10% naik 1,01%,
Sehingga dapat dirata-ratakan effisiensi kompresor 0,6%. Kenaikan yang siknifikan atau
kenaikan yang tinggi terjadi pada load engine 30 MW yaitu sebesar 1,23%.
83
81.77 %
82
E
f
f
i
s
i
en
s
i
%
81.49 %
81.54 %
81
81.29 %
81.57 %
81.55 %
81.66 %
81.64 %
80
Sebelum
79
78.38 %
78
Sesudah
77.95 %
77
76
27
28
29
30
31
Load Engine (MW)
Grafik Perbandingan Effisiensi Turbin Sebelum Cleaning dan Sesudah Cleaning.
68
Jurnal Volume 6 No 2, No ISSN 2089-1873 (PDII-LIPI)
Analisa grafik : Dapat dianalisa pada Grafik Perbandingan sebelum dan sesudah Cleaning
Compressor. Bahwa pada Load Engine 27 MW sebelum cleaning effisiensi turbin 77,95%
setelah dilakukan cleaning 78,38% naik 0,43. Pada Load Engine 28 MW sebelum cleaning
effisiensi turbin 81,54% setelah dilakukan cleaning 81,77% naik 0,23%. Pada Load Engine 29
MW sebelum dilakukan cleaning effisiensi turbin 81,29 setelah dilakukan 81,49 naik 0,2. Pada
Load Engine 30 MW sebelum dilakukan cleaning effisiensi turbin 81,55% setelah dilakukan
cleaning 81,57% naik 0,02. Pada Load Engine 31 MW sebelum cleaning effisiensi turbin
81,64% setelah dilakukan cleaning 81,66% naik 0,02%. Sehingga dapat dirata-ratakan efisiensi
naik turbin 0,18, kenaikan yang siknifikan atau kenaikan yang tinggi terjadi pada beban 27
MW sebesar 0,43%.
KESIMPULAN
1. Setelah dianalisa dapat membandingkan daya kompresor, setiap beban mengalami
peningkatan yang berbeda-beda, peningkatan daya tertinggi pada beban 28 mw sebesar
2,957 kj/kg, dapat dirata-ratakan daya kompresor dari beban 27 sampai 31 mw naik
0,8302 kj/kg, daya kompresor berubah setelah dilakukan cleaning sehingga daya turbin
mengalami perubahan pula.
2. Pada setiap beban daya turbin mengalami perubahan, beban 27 sampai 31 mw dapat dirata
rata-rata naik 5,8516 kj/kg, kenaikan yang siknifikan atau kenaikan yang tinggi terjadi
pada beban 31 mw yaitu sebesar 7,708 kj/kg. Daya turbin mengalami peningkatan setelah
dilakukan cleaning kompresor.
3. Pada perbandingan effisiensi kompresor sebelum dan sesudah cleaning, dari beban 27
sampai 31 mw rata-rata effisiensi kompresor naik 0,6%. Kenaikan yang siknifikan atau
kenaikan yang tinggi terjadi pada beban 30 mw yaitu sebesar 1,23%.Effisiensi kompresor
mengalami peningkatan setelah dilakukan cleaning.
4. Dari beban 27 sampai 31 mw dirata-ratakan effisiensi turbin naik 0,18%, kenaikan yang
siknifikan atau kenaikan yang tinggi terjadi pada beban 27 mw sebesar 0,43%. Dapat
dinyatakan bahwa cleaning kompresor mampu meningkatkan effisiensi turbin.
DAFTAR PUSTAKA
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Harwinda Paksi Eka Andhika Radous dan Kadarisman (2012). Analisis Kesetimbangan
Energi Pada Pembangkit Listrik Tenaga Gas. Studi Kasus Pada PLTG Unit 1 PT
Indonesia Power Unit Bisnis Pembangkitan Pesanggaran Denpasar, Bali. Institut
Teknologi Sepuluh Nopember (ITS).
PT. PLN (Persero), (2015). Sektor Pengendalian Pembangkitan Jambi. Pembangkit
Listrik Tenaga Gas (PLTG) Payo Selincah. Pembangkitan Sumatera Bagian Selatan.
Saputra Eko Yon, 20014, kanjian Unjuk Kerja Pembangkit Listrik Tenaga Gas G4 PT
Indonrsia Power Unit Bisnis Pembangkitan Bali, Universitas Udayana Denpasar.
Budiarjo, I Made Kartika D, Budiarso (Penerjemah), 1989. Buku Teks Termodinamika
Terpakai, Teknik Uap Dan Panas. Universitas Indonesia.
Turbin Gas (2009), Universitas Sumatera Utara.
https://arya1984.wordpress.com/2010/02/13/thermodinamika-turbin-gas.
Boby Himawan P.P. Pengaruh Cleaning Kompresor Terhadap Unjuk Kerja Turbin Gas
di GTG Unit Pabrik I PT. Petrokimia Gresik. Program Studi D3 Jurusan Teknik Mesin
Fakultas Teknologi Surabaya 10 November 2010.
69
Jurnal Volume 6 No 2, No ISSN 2089-1873 (PDII-LIPI)
8.
Dolok Martin O.D.S. 2009. “Rancangan Ruang Bakar Turbin Gas Pada Sebuah
Pembangkit Listrik Dengan Daya 21 MW”. Skripsi. 1-111.
70
Jurnal Volume 6 No 2, No ISSN 2089-1873 (PDII-LIPI)
PENGUJIAN ALAT PEMANAS AIR TENAGA SURYA
MENGGUNAKAN KOLEKTOR SURYA PLAT DATAR
Jatmiko Edi Siswanto, Afrizal, dan M. Hendra
Program Studi Teknik Mesin
Sekolah Tinggi Teknologi Nasional Jambi Indonesia
Email: hendrapasaribu30@yahoo.co.id
Abstrak
Energi surya adalah sumber energi terbarukan yang paling penting (energi angin pada
dasarnya juga berasal dari energi surya), dan hanya energi panas bumi dan pasang surut yang
tidak memperoleh energi mereka dari planet. Melihat potensi panas yang dihasilkan dari
matahari untuk memanaskan air, diperlukan suatu perangkat yang dapat mengumpulkan
energi matahari yang sampai ke permukaan bumi dan mengubahnya kembali menjadi energi
kalor. Perpindahan kalor secara radiasi adalah perpindahan kalor dalam bentuk gelombang
elektromagnetik.Matahari memiliki suhu lebih tinggi (sekitar 6000 Kelvin), sedangkan bumi
memiliki suhu yang lebih rendah.Adanya perbedaan suhu antara matahari dan bumi
menyebabkan kalor berpindah dari matahari (suhu lebih tinggi) menuju bumi (suhu lebih
rendah). Perpindahan panas secara radiasi adalah proses dimana panas mengalir dari benda
yang bertemperatur tinggi ke benda yang bertemperatur rendah bila benda-benda itu terpisah
dalam ruang, gerakan panas radiasi di dalam ruang mirip perambatan cahaya dan dapat
diuraikan dengan teori gelombang, bilamana gelombang radiasi menjumpai benda yang lain
maka energinya diserap didekat permukaan benda tersebut. Berdasarkan pengujian alat
pemanas air tenaga surya menggunakan kolektor surya plat datar, pengujian alat pada saat
melakukan pengujian harus memperhatikan panas pada waktu pengujian, agar temperatur
yang didapat bisa sempurna.Temperatur keluar yang didapat pada pengujian ini yaitu
pengujian pertama sebesar 39,65 0C dengan laju perpindahan panas sebesar 325,57 J/s.0C,
pengujian kedua sebesar 42,61 0C dengan laju perpindahan panas sebesar 355,625 J/s.0C dan
pengujian ketiga sebesar 45,59 0C dengan laju perpindahan panas sebesar 385,678 J/s.0C
Kata Kunci: Perpindahan Secara Radiasi dan Kolektor Surya
PENDAHULUAN
Energi radiasi dari matahari merupakan salah satu bentuk energi alternatif yang dapat
dimanfaatkan untuk berbagai keperluan guna menggantikan energi yang dihasilkan oleh
minyak bumi. Salah satu bentuk pemanfaatan dari energi radiasi matahari adalah untuk
memanaskan air. Indonesia sebagai salah satu negara yang sangat strategis untuk melakukan
berbagai hal dengan kekayaan alamnya yang agraris dan terletak pada garis katulistiwa
sehingga bumi indonesia mendapatkan energi matahari sepanjang tahun sehingga dapat
dikatakan bahwa energi matahari merupakan energi yang tidak terhabiskan hal ini sangatlah
penting untuk melakukan berbagai hal dalam bentuk yang baru sehingga dapat digunakan
oleh masyarakat indonesia secara khusus dan masyarakat internasional secara umum.
Perangkat ini disebut dengan kolektor suya ada beberapa macam jenis tipe kolektor surya
yang tentunya untuk berbagai keperluan sesuai dengan kebutuhan. Salah satu tipe kolektor
yang paling sering digunakan adalah kolektor surya plat datar. Untuk mendapatkan hasil
pemanasan yang lebih maksimal plat kolektor tersebut dicat dengan warna hitam yang
berfungsi untuk menyerap radiasi surya yang dipancarkan oleh matahari. Untuk menjaga agar
tidak terjadi kerugian panas secara radiasi dan konveksi ke atmosfer, maka digunakan kaca
71
Jurnal Volume 6 No 2, No ISSN 2089-1873 (PDII-LIPI)
pelindung sehingga mengurangi terjadinya efek rumah kaca [1]. Keunggulan utama energi
surya dibanding bentuk energi dari bahan bakar fosil adalah penggunaannya yang aman, tidak
menimbulkan polusi dalam pengoperasiannya, dapat digunakan secara langsung maupun tidak
langsung dan tidak akan pernah habis karena energi surya merupakan sumber energi
sepanjang masa. Dengan realita tersebut tentunya banyak peluang untuk memanfaatkan energi
tersebut menjadi sumber tenaga suatu alat dan ada kemungkinan dapat dijadikan komoditas
ekspor yang tentunya sangatlah menguntungkan bagi pelaku usaha dan negara sebagai sumber
penghasilan devisa. [2]
KAJIAN PUSTAKA
Energi surya memiliki potensi besar dan banyak teknologi surya yang berkembang
dengan sangat cepat. Namun, meskipun pertumbuhan industri energi surya global berlangsung
dengan cepat, masih dibutuhkan banyak waktu sebelum energi surya menjadi pesaing yang
nyata untuk bahan bakar fosil sebagai sumber energi utama. Hal ini karena sektor energi surya
masih kalah dalam hal paritas biaya dibandingkan bahan bakar fosil. Energi surya adalah
sumber energi terbarukan yang paling penting (energi angin pada dasarnya juga berasal dari
energi surya), dan hanya energi panas bumi dan pasang surut yang tidak memperoleh energi
mereka dari planet. Banyak orang menggunakan istilah energi surya dan tenaga surya sebagai
sinonim meskipun hal ini mengandung kesalahan karena tenaga surya mengacu pada konversi
sinar matahari menjadi energi listrik
Perpindahan Panas
Perpindah panas adalah suatu proses yang dinamis, yaitu panas dipindahkan secara
spontan dari satu kondisi ke kondisi lain yang suhunya lebih rendah. Kecepatan pindah panas
ini akan bergantung pada perbedaan suhu antara kedua kondisi benda. Semakin besar
perbedaan, maka semakin besar kecepatan pindah panasnya [3].
Perpindahan panas dapat didefenisikan sebagai berpindahnya energi dari suatu daerah
kedaerah lainnya sebagai akibat dari bedanya temperatur antara daerah-daerah tersebut [4].
Perpindahan Panas Secara Konduksi
Perpindahan panas secara konduksi adalah proses dimana panas mengalir dari daerah
yang bertemperatur lebih tinggi ke daerah yang bertemperatur lebih rendah didalam suatu
medium (padat) atau diantara medium-medium yang berlainan yang bersinggungan secara
langsung. Dalam alirananas konduksi, perpindahan energi terjadi karena hubungan molekul
secara langsung.[4]
Perpindahan Panas Secara Konveksi
Perpindahan panas secara konveksi dipengaruhi oleh bentuk aliran fluida yang membawa
atau memindahkan panas tersebut dari temperatur tinggi ke temperatur yang lebih rendah,
perpindahan panas ini juga tidak terlepas dari adanya kalor yang berpindah dari permukaan
zat padat dengan fluida [4].
Perpindahan Panas Secara Radiasi
Perpindahan kalor secara radiasi adalah perpindahan kalor dalam bentuk gelombang
elektromagnetik. Contoh perpindahan kalor secara radiasi adalah hangatnya tubuh anda ketika
berada di dekat tungku api dan perpindahan kalor dari matahari menuju bumi.
72
Jurnal Volume 6 No 2, No ISSN 2089-1873 (PDII-LIPI)
Kolektor Surya
Efek dari perubahan sudut datang sinar matahari dapat diukur dengan cara mengubah
sudut dari permukaan kolektor surya pada sudut optimum. Untuk mengetahui pengaruh sudut
datang sinar matahari ini, maka variabel-variabel pengukuran yang lain haruslah sama.
Pemanas air menggunakan kolektor surya merupakan penggunaan energi alternatif yang
hemat biaya dan ramah lingkungan, pada pemanas air menggunakan kolektor surya ini adalah
pemanfaatan energi matahari yang menjalani ruang dengan kecepatan cahaya. Prinsip
kolektor surya ini dapat digambarkan sebagai berikut [5] :
Gambar 1. Sirkulasi Aliran Fluida Pada Plat Datar
Gambar 2. Kolektor Plat Datar
Kolektor pelat tidak melibatkan proses yang mengkonsentrasikan sinar matahari. Mereka
memiliki daerah resapan panas yang besar dan ini artinya menyebabkan kehilangan panas
yang besar pula. Hal ini pula yang membatasi kemampuannya sehingga suhu air yang keluar
dari kolektor ini kurang dari 80˚ C. Kolektor ini dapat menyerap energi langsung maupun
sebaran radiasi matahari. Biasanya, kolektor surya pelat datar terdiri dari pelat absorber,
saluran aliran, pelat penutup, dan isolasi weather-proof. Pelat absorber terbuat dari tembaga,
baja atau plastik. Permukaan atas pelat absorber, yang terkena sinar matahari, dicat hitam
sehingga memiliki kapasitas penyerapan radiasi surya yang tinggi.
Bahan kaca yang digunakan sebagai penutup harus memiliki transmitansi radiasi surya
yang tinggi (0,3-2,0 μm) dan transmisi radiasi gelombang panjang yang rendah (≥ 2,0 μm).
Kaca paling sering digunakan sebagai pelat penutup, namun, bahan plastik juga telah
digunakan. Penutup plastik memiliki transmitansi radiasi surya yang tinggi, juga transparan
terhadap radiasi gelombang panjang, namun mereka memiliki masa pakai yang rendah.
73
Jurnal Volume 6 No 2, No ISSN 2089-1873 (PDII-LIPI)
METODOLOGI PENELITIAN
Alat Uji
Gambar Alat Uji Pemanas Air Tenaga Surya Dengan Menggunakan Kolektor Surya Plat
Datar seperti terlihat pada gambar 3.1 dibawah ini :
Keterangan gambar :
1. Termometer T1 (Tfilm)
2. Termometer T2
3. Termometer T3
4. Pipa PVC ½ inchi
5. Tangki penampung fluida
6. Flow meter
7. Pompa air
8. Pipa Tembaga (D = 0,7 cm)
9. Cover kolektor
Gambar 3. Skema Sistem Alat Uji Kolektor Surya Plat Datar
Cara kerja alat
Adapun cara kerja alat pemanas air tenaga surya sebagai berikut :
1) Hidupkan pompa air, biarkan pompa menyedot air dari dalam tangki, biarkan air
mengalir melalui water meter menuju kolektor.
2) Setelah air masuk ke dalam kolektor, air bersirkulasi di dalam kolektor,
3) Lalu biarkan air di dalam kolektor mengalir sampai masuk ke dalam tangki.
Prosedur Pengujian Alat Pemanas Air Tenaga Surya
Pada pengujian alat pemanas air tenaga surya yang dibuat, langkah-langkah pengujian
alat meliputi :
1) Pastikan semua kondisi peralatan dalam keadaan baik antara lain : Pompa air, Air di
dalam tangki sebanyak 10 liter dan termometer air raksa, serta kabel untuk
menyambung arus listrik.
74
Jurnal Volume 6 No 2, No ISSN 2089-1873 (PDII-LIPI)
2) Setelah peralatan sudah dipastikan dalam kondisi baik, biarkan alat menyerap panas
selama 15 menit di bawah sinar matahari.
3) Hidupkan mesin pompa air di menit ke 16, biarkan air bersirkulasi selama 45 menit.
4) Setelah 45 menit berlalu matikan mesin dan catat Flow meter, T1, T2, T3,. pengujian
selesai.
5) Ulangi langkah pengujian dari no 2 – 4 sebanyak 2 kali percobaan lagi untuk
mendapatkan data ke 2 dan ke 3 dengan memvariasikan lama penyerapan kolektor
nya selama 20 menit dan 25 menit sebelum air di sirkulasikan.
Beda Temperatur Rata-Rata (LMTD)
∆ ��− ∆ ��
∆ �in =
∆ ��
∆ ��
Laju Aliran Panas (Q)
Q = m .Cp. (∆ �� − ∆ ��)
0
Koefisien Perpindahan Panas (h)
� ��
h=
�
Temperatur Air Keluar (Tout)
ℎ��
Tout = (TS-TI ) exp − ̇
��
Tabel 1. Pengambilan Data
Pengujian
( Hari )
T1
( C)
T2
( C)
T3
( C)
Lama Waktu Penyerapan
( menit )
Hari 1
60
46
43
15 menit
Hari 2
60
47
45
20 menit
Hari 3
65
48
46
25 menit
Pengujian
( Hari )
0
0
0
Tabel 2. Hasil Perhitungan
Koefisien
Lama Waktu
Laju aliran
perpindahan
Penyerapan panas (Q) ( j/s )
panas (h)
(w/m2k)
Temperatur
output
Te (0C)
Hari 1
15 menit
1.838,76
10.462,5
42,91
Hari 2
20 menit
919,4
15.775
44,97
Hari 3
25 menit
1.840,52
19.045,1
45,9
75
Laju Aliran Panas (J/s)
Jurnal Volume 6 No 2, No ISSN 2089-1873 (PDII-LIPI)
2,000.00
1,800.00
1,600.00
1,400.00
1,200.00
1,000.00
800.00
600.00
400.00
200.00
0.00
1,840.52
1,838.76
919.4
0
10
20
Waktu Penyerapan
30
Gambar 4. Grafik Hubungan Antara Waktu Penyerapan dan Laju Aliran Panas
Pada grafik diatas didapatkan laju aliran panas pada pengujian pertama menggunakan
waktu pemanasan selama 15 menit sebesar 1.838,76 J/s. Pada pengujian kedua menggunakan
pemanasan selama 20 menit sebesar 919,4 J/s, dan pada pengujian ketiga menggunakan waktu
pemanasan selama 25 menit sebesar 1.840,52 J/s. Perbedaan yang terjadi pada laju aliran
panas ini disebabkan oleh suhu dan lama penyinaran yang terjadi pada kolektor pada hari
pengujian berlangsung.
20,000.00
19,045.10
18,000.00
Koefisien Perpindahan Panas
16,000.00
15,775
14,000.00
12,000.00
10,000.00
10,462.50
8,000.00
6,000.00
4,000.00
2,000.00
0.00
0
10
Waktu Penyerapan
20
30
Gambar 5. Grafik Hubungan Antara Waktu Penyerapan dan Koefisien Perpindahan Panas
Pada grafik diatas didapatkan koefisien perpindahan panas pada pengujian pertama
menggunakan waktu pemanasan selama 15 menit sebesar 10.462,50 W/m2.K. Pada pengujian
kedua menggunakan pemanasan selama 20 menit sebesar 15.775 W/m2.K, dan pada pengujian
ketiga menggunakan waktu pemanasan selama 25 menit sebesar 19.045,10 W/m2.K.
Perbedaan yang terjadi pada koefisien perpindahan ini disebabkan oleh temperatur input, sifat
propertis air dari temperatur input, bilangan renault dan nusselt pada data perhitungan.
76
Jurnal Volume 6 No 2, No ISSN 2089-1873 (PDII-LIPI)
46.50
45.90
Temperatur Output
46.00
45.50
45.00
44.97
44.50
44.00
43.50
43.00
42.91
42.50
0
10
20
Waktu Penyerapan
30
Gambar 6. Grafik Hubungan Antara Waktu Penyerapan dan Temperatur Output
Pada grafik diatas didapatkan temperatur output pada pengujian pertama menggunakan
waktu pemanasan selama 15 menit sebesar 42,91 0C. Pada pengujian kedua menggunakan
pemanasan selama 20 menit sebesar 44,97 0C dan pada pengujian ketiga menggunakan waktu
pemanasan selama 25 menit sebesar 45,90 0C. Perbedaan yang terjadi pada koefisien
perpindahan ini disebabkan oleh temperatur input, sifat propertis air dari temperatur input,
bilangan renault, nusselt pada data perhitungan. Perbedaan temperatur output itu juga
dibedakan oleh suhu pada saaat pengujian, lama penyinaran dan faktor cuaca pada saat
pengujian.Temperatur output yang didapatkan pada pengujian pemanas air tenaga surya bisa
digunakan untuk mandi, karena suhu tersebut masih dalam suhu normal dan tidak terlalu
panas.
KESIMPULAN
Pada pengujian alat pemanas air tenaga surya, dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai
berikut :
1) Alat pemanas air tenaga surya memanfaatkan energi matahari sebagai sumber utama
pemanasan pada kotak kolektor. Tanpa adanya energi matahari atau kurangnya energi
pada saat pengujian berlangsung tidak akan mendapatkan suhu kolektor yang
maksimal.
2) Pada pengujian pemanas air tenaga surya didapatkan temperatur output tidak terlalu
panas dan bisa digunakan untuk keperluan sehari-hari, contohnya mandi. Temperatur
output yang didapatkan pada saat pengujian yaitu :
- Pada penyerapan panas selama 15 menit diperoleh temperatur sebesar 42,91 0C
- Pada penyerapan panas selama 20 menit diperoleh temperatur sebesar 44,97 0C
- Pada penyerapan panas selama 25 menit diperoleh temperatur sebesar 45,9 0C
3) Paada pengujian pemanas air tenaga surya didapatkan laju aliran panas (Q), sebesar :
- Pada penyerapan panas selama 15 menit diperoleh laju perpindahan panas
sebesar 1.838,76 J/s
- Pada penyerapan panas selama 20 menit diperoleh laju perpindahan panas
sebesar 919,4 J/s
- Pada penyerapan panas selama 25 menit diperoleh laju perpindahan panas
sebesar 1.840,52 J/s
77
Jurnal Volume 6 No 2, No ISSN 2089-1873 (PDII-LIPI)
4) Pada saat melakukan pengujian atau penyinaran pada kolektor lebih baik bak
penampungan tidak ikut terkena penyinaran agar suhu pada kolektor (Tfilm) atau T1
lebih sempurna, karena pada saat pengujian bak penampungan ikut terkena
penyinaran, kalor yang diserap oleh bak penampungan akan mempengaruhi suhu air
yang ada di dalam bak penampungan dan mengakibatkan suhu pada kolektor tidak
sempurna.
DAFTAR PUSTAKA
[1].
[2].
[3].
[4].
[5].
Jurnal.Nesten Marbun. ’’Rancang Bangun Sebuah Pemanas Air Tenaga Surya
Dengan Menggunakan Kolektor Surya Plat Datar’’, Universitas Sumatra Utara.
Medan. 2009.
Vollanda. ’’Perencanaan Dan Pembuatan Pemanas Air Menggunakan Kolektor
Surya’’, Universitas Bung Hatta. Padang. 2005.
https://www.scribd.com/doc/106238650/Pengertian-Perpindahan-Panas.
J.P. Holman. ’’Perpindahan Kalor’’. 4nd Edition Erlangga. Jakarta. 1997.
Zainudin. ’’Solar Technik Universitas Andalas Padang’’. Agustus 1989
78