BAB IV
GAMBARAN UMUM
Gambaran Umum Desa Seberaya
Sejarah Desa
Lokasi penelitian dilakukan di Seberaya. Dimana Seberaya adalah salah satu desa tertua di Tanah Karo yang juga disebut desa budaya/kuta adat. Kaitan Desa Seberaya dengan tembut-tembut seberaya terletak pada sejarah tembut-tembut itu sendiri. Desa Seberaya merupakan tempat kelahiran seni pertunjukan tradisional tembut-tembut seberaya. Lokasi ini dipilih karena adanya keprihatinan terhadap kondisi tembut-tembut saat ini. Desa Seberaya sudah berubah nama hingga tiga kali, yang pertama bernama sabaraya kemudian berganti nama menjadi serayaan dan kemudian berganti nama menjadi seberaya. Bila ditinjau dari segi bahasa, Serayaan artinya perkumpulan atau persadaan (persatuan), sedangkan Sabaraya asal katanya adalah raya yang artinya besar. Pendahulu/pendiri desa ini bermarga karo sekali dan seiringan dengan perkembangan jaman sekarang seberaya sudah merupakan marga yang heterogen. Seberaya salah satu desa dari Kecamatan Tiga Panah Kabupaten Karo, mempunyai jarak kurang lebih 85 km dari Airport Polonia Medan, dan 8 km dari kabupaten. Secara geografis seberaya sendiri berbatasan dengan Desa Kutabale, Ajimbelang, Bertah, Leparsamura Dan Kutajulu. Letak topografis tanahnya datar dan sedikit perbukitan, dengan lahan sebagian besar dimanfaatkan oleh masyarakat untuk lahan pertanian, sehingga sebagian besar masyarakat seberaya adalah petani.
Geografi, Topografi Dan Demografi Desa
Ditinjau dari segi geografi Desa Seberaya mempunyai luas 20 km2 dimana dari luas daerah tersebut berbatas:
Sebelah Utara Berbatasan Dengan Desa Ajimbelang
Sebelah Selatan Berbatasan Dengan Desa Kuta Bale Dan Tiga Panah
Sebelah Barat Berbatas Dengan Desa Lepar Samura
Sebelah Timur Berbatas Dengan Desa Kubucolia Dan Sukanalu
Apabila luas desa dibagi kepada fungsi dan peruntukannya adalah sebagai berikut:
Lahan pertanian :1.117 ha
Lahan permukiman :45 ha
lahan hutan :30ha
Informasi ini sangat diperlukan untuk melihat kondisi desa yang diperuntukan untuk kepentingan manajemen seni pertunjukan tradisional tembut-tembut. Besarnya potensi pertanian, hutan (alam) dan kebudayaan yang ada di desa ini dapat menjadi suatu potensi kreatif bagi manajemen ini kedepannya. Bila dilihat dari segi topografi Desa Seberaya kondisi tanahnya kebanyakan daerah datar, berlembah dan sedikit perbukitan dengan ketinggian dari permukaan laut 1200m s/d 1300 m. Dan curah hujan rata-rata 1000 mm s/d 1400 mm/tahun. Suhu rata-rata 170c s/d 240c. Dengan keadaan ini masyarakat kebanyakan menggunakan lahan tersebut sebagai lahan pertanian sebagai mata pencaharian masyarakat.
Dari segi demografi yaitu penduduk yang mem-publishkan Desa Seberaya bermarga depari. Salah satu tokoh yang terkenal seperti komponis Djaga Depari, seiring dengan perkembangan jaman di desa ini semakin bertambah penduduknya bahkan sampai tahun 2010 diperkirakan jumlah penduduk kurang lebih 2.896 dengan perincian sebagai berikut:
Laki-laki : 1.416 jiwa
Perempuan : 1.480 jiwa
Jumlah kk : 861 kk
Di desa ini terdapat 45 orang yang bermata pencaharian PNS, petani : 661 kk, dan wirausaha 56 kk. Di wilayah ini juga terdapat 6 Gereja, 1 Mesjid, 2 Sekolah Dasar, 1 Puskesmas dan 3 Balai Pengobatan.
Keadaan sosial
Kaitan keadaan sosial Masyarakat Seberaya dengan penelitian ini terfokus pada sistem sosial masyarakat itu sendiri. Dimana informasi ini menjadi penting untuk menemukan informan yan berkompeten bagi manajemen seni pertunjukan tradisional ini. Masyarakat Desa Seberaya merupakan masyarakat yang majemuk dan terdiri dari berbagai macam suku, agama dan adat, namun meskipun demikian adat istiadat karo masih terjaga hingga sekarang. Latar belakang tersebut didasari pada event tahun 1980-an. Dimana pada tahun tersebut dilakukan pemilihan 10 tokoh adat di seluruh Kabupaten Karo. Hasilnya, dari Desa Seberaya terpilih dua sekaligus tokoh adat yaitu Nempel Tarigan dan Segel Karo Sekali. Hal inilah yang membuat Desa Seberaya sangat disegani di dalam ranah komunikasi dan aktivitas adat dalam tingkat kabupaten. Dari keadaan sosial ini dapat terlihat bahwa Masyarakat Seberaya telah berbeda dari beberapa tahun yang lalu. Dimana percampuran dari berbagai macam suku, agama dan adat membuat masyarakat Desa Seberaya lebih terlihat dinamis dan fleksibel. Hal ini tentu akan memberikan pengaruh yang baik bagi tembut-tembut seberaya maupun pengelolaan pariwisata kedepannya.
Keadaan ekonomi
Keberadaan ekonomi Masyarakat Seberaya bisa dikategorikan dari perkembangan suku yang terjadi di desa ini. Dalam tataran perkembangan ekonomi (jika dibandingkan dengan desa yang lain dalam lingkup kecamatan), Desa Seberaya adalah salah satu desa yang terkaya di Kecamatan Tiga Panah, namun bagaimanapun kayanya Desa Seberaya, tetap saja ada sekelompok orang yang kurang mampu. Salah satunya adalah penjaga tembut-tembut seberaya. Gambaran keadaan ekonomi Masyarakat Seberaya ditujukan untuk mendeskripsikan karakter dari masyarakat Desa Seberaya itu sendiri. Dimana dapat dilihat bahwa karakter pengelolaan ekonomi masyarakat Desa Seberaya dapat dikatakan baik. Karakter pengelolaan ekonomi yang baik mengandung peluang bagi seni pertunjukan tradisional tembut-tembut untuk beraktifitas kembali setelah 11 tahun vakum dipertunjukan di tempat kelahirannya sendiri.
Sejarah Tembut-Tembut Seberaya
Pirei Sembiring Depari lahir antara tahun 1856-1886 di keluarga yang mempunyai jiwa seni. Dia terlahir sebagai seorang seniman dan seorang pandai besi yang berbakat. Pada tahun 1918 hiasannya terhadap tumbuk lada (senjata tradisional Batak Karo, mempunyai maksud yang sama dengan keris dari Jawa) dikenal sangat unik/istimewa oleh pemerintahan Belanda. Dari latar belakang tersebut, Belanda membawanya ikut ke Betawi untuk berpartisipasi pada ajang kejuaraan pahat nasional. Pertandingan tersebut diraihnya dengan mendapat juara 2 nasional sebagai pemahat dengan ukiran terbaik setelah Bali. Ia mendapat uang dan medali sebagai hadiah. Sepulang dari Betawi, Pirei Sembiring Depari menciptakan seni pertunjukkan tembut-tembut dengan awal maksud hanyalah sebagai hiburan masyarakat semata. Proyeksi seni pada tembut-tembut ini menjadi incaran dari pemerintah kolonial Belanda pada saat itu. Idris Sembiring Depari dan Hemat Sembiring Depari sebagai generasi ke 3 keturunan pertembut-tembut mengatakan bahwa pemerintah kolonial Belanda telah membawa tembut-tembut seberaya buatan pertama ke negara Netherland.
Pirei kemudian membuat kembali tembut-tembut yang baru dengan daya artisitik dan magis yang lebih kuat dari sebelumnya yaitu pembuatan topeng dari kayu yang tersambar oleh petir. Setelah pembuatan topeng tersebut selesai, masyarakat seberaya menggunakannya untuk sebagai tarian hiburan semata. Ternyata prosesi pengenalan tersebut menjadi awal kesakralan dari pementasan tembut-tembut. Tahun 1950-an hal-hal yang bersifat mistis/magis mulai merasuki ranah seni pertunjukkan tembut-tembut semenjak ia digunakan sebagai pelaku prosesi upacara pemanggilan hujan akibat kemarau yang panjang di Desa Seberaya. Dwikora Sembiring Depari sebagai generasi ke 4 keturunan pertembut-tembut mengatakan bahwa rupa tembut-tembut dan nilai magis yang melekat padanya membuat masyarakat karo pada umumnya sangat takut terhadap tari topeng ini.
Kata tembut-tembut berasal dari kata tembut atau nembut-nembuti yang berarti menakut-nakuti, hal ini mempunyai arti yang sama dengan gundala-gundala. Hingga saat ini masyarakat karo masih sangat dibingungkan dengan pemahaman ke dua hal tersebut yaitu tembut-tembut dan gundala-gundala. Berdasarkan hasil percakapan Dwikora dengan generasi ke 2 sebelumnya, perbedaan masing-masing ini terdapat pada makna yang terkandung di dalamnya. Kata gundala-gundala berasal dari orang-orangan sawah yang berfungsi untuk menakut-nakuti burung. Orang-orangan sawah ini umumnya digerakkan oleh petani dari rumah kecil/sapo yang ada di ladang (orang-orang sawah yang digerakkan). Hal ini berbeda dengan tembut-tembut, makna tembut-tembut yang terkandung di dalamnya mengandung arti menakut-nakuti namun dapat bergerak dan berpindah-pindah untuk menakut-nakuti orang yang mempunyai niat jahat. Dari penjelasan ini, maka jelaslah bahwa cerita yang dibawakan oleh tembut-tembut seberaya memiliki latar belakang kisah dari penciptanya yaitu Pirei Sembiring Depari. Kisah tembut-tembut seberaya dilatar belakangi berdasarkan pengalaman dari kakek Pirei yang melintasi ladang padi ketika hendak berpetualang dan melihat bagaimana rukunnya kehidupan suku di Seberaya yang terdiri dari keluarga-keluarga yang ingin agar ladang padi-nya membuahkan hasil yang besar namun banyak burung-burung yang mengganggu proses pertanian tersebut. Awal inspirasi kakek pirei membuat tembut-tembut tersebut berasal dari pengalaman ini. Hingga saat ini, cerita dan pengalaman baru pun mengisi celah budaya dalam ranah tarian topeng sakral ini. Karena apa yang dibawakan oleh tembut-tembut merupakan sebuah sejarah lisan, maka perlu banyak hal yang harus digali dan diluruskan kejadiaanya agar tidak melenceng jauh dari sejarah yang ada.
Dwikora menjelaskan secara detail, bahwa sebelumnya di Desa Seberaya, marga Sembiring Depari merupakan kaum minoritas karena simateki taneh/raja yang di Desa Seberaya adalah bermarga Karo Sekali (Raja Urung Karo Sekali). Dugaan yang terjadi adalah bagaimana bisa orang yang bukan berasal dari desa tersebut memiliki tapak dan ladang di desa seberaya saat ini?. Perkiraan yang dangkal terhadap kisah ini adalah mungkin karena kakek Pirei Sembiring Depari sangat pintar bergaul, bersahabat dan berteman dengan siapa saja sehingga tumbuh niat dari seseorang untuk memberikan tanah dan tapaknya secara ikhlas sebagai rumah dan ladang kepada pirei, atau dapat dikatakan bahwa pada saat itu, pasti kakek Pirei telah melakukan suatu jasa yang besar terhadap raja atau orang yang ada di sekitarnya, sehingga dari jasanya tersebut dia mendapat tanah untuk rumah dan ladang untuk bertani.
Rangkaian cerita inilah yang membawanya pada makna tembut-tembut itu sendiri, bahwa sebagai penjaga desa, Pirei Sembiring Depari mempunyai tugas untuk mengawal, menjaga Desa Seberaya dari orang-orang yang mempunyai niat jahat pada Desa Seberaya. Dengan kata lain, Pirei Sembiring Depari adalah tembut-tembut itu sendiri. Dari uraian tersebut maka tersimpulkanlah kata tembut-tembut yang berasal dari seberaya. Oleh sebab itu hingga saat ini, seluruh keturunan dari Kakek Pirei Sembiring di juluki keturunan pertembut-tembut seberaya bukan pergundala-gundala seberaya seperti yang diasumsikan selama ini.
Tinjauan Umum Kepariwisataan Karo
Pemilihan sub judul ini merupakan sebuah insiasi dari pernyataan Pitana (2009:14). Dimana Pitana mengatakan bahwa setiap ilmu memiliki objek material dan objek formal, objek formal inilah yang membedakan satu ilmu dengan ilmu lainnya, secara ontologi kajian ilmu pariwisata adalah masyarakat. Dengan demikian fenomena pariwisata dapat terbagi menjadi 3 fokus: (1) pergerakan wisatawan (korelasi pernyataan ini terhadap penelitian adalah bahwa Kabupaten Karo terutama Desa Seberaya layak diteliti karena memiliki unsur pergerakan wisatawan (dapat dilihat pada tabel kunjungan wisatawan). Interaksi ini tergambarkan pada length of stay wisatawan yang berkunjung (berdasarkan data Tour Operator length of stay wisatawan secara holistik adalah 2,3 hari) dan dukungan data lainnya yang terdapat pada asal wisatawan (di dominasi wisatawan domestik dan di susul wisatawan internasional); (2) Aktifitas Masyarakat yang memfasilitasi pergerakan wisatawan (fenomena ini dapat terlihat dari penduduk yang bekerja secara langsung maupun tidak langsung terhadap pelayanan wisatawan di Kabupaten Karo baik sebagai guide, tour operator, karyawan hotel, pedagang buah-buahan dan lain sebagainya). (3) implikasi atau akibat-akibat pertemuan antara pergerakan wisatawan dan aktivitas masyarakat.
Richardson and Fluker (2004:5) menyatakan bahwa setiap definisi pariwisata selalu mengemukakan unsur-unsur dasar seperti:
A Dynamic Element (adanya unsur travel (perjalanan) yaitu pergerakan manusia dari satu tempat ke tempat yang lain) seperti ini:
No
Wisatawan
2006
2007
2008
2009
2010
1
Belanda
1.134
480
698
737
732
2
Malaysia
2.891
2.319
1.918
1898
2.208
3
Taiwan
81
487
410
448
177
4
Singapura
170
937
845
1078
954
5
India
14
65
149
84
95
6
Jerman
70
330
294
624
313
7
Australia
18
55
88
63
109
8
Italia
2
28
112
18
-
9
Inggris
23
95
78
70
17
10
Cina
-
121
177
104
55
11
Perancis
23
330
162
393
261
12
Jepang
15
54
42
13
-
13
Swiss
10
52
20
214
83
14
Spanyol
19
29
36
43
19
15
Amerika
-
90
17
106
97
16
Thailand
32
114
63
223
213
17
Swedia
8
17
285
23
25
18
Pakistan
-
6
49
-
-
19
Belgia
49
15
30
67
8
20
Turki
-
29
-
-
-
21
Denmark
21
30
45
10
-
22
Korea
24
451
23
153
212
23
Arab Saudi
-
14
-
18
46
24
Brazil
-
13
-
-
-
25
Kamerun
-
5
-
-
-
26
Brunei Darussalam
-
20
-
14
63
27
Filipina
6
-
-
-
8
28
Hongkong
5
-
-
-
-
29
Polandia
31
-
-
-
-
30
Rusia
10
-
-
-
-
31
New Zealand
1
-
-
-
-
32
Norwegia
5
-
-
-
-
33
Austria
56
-
-
-
3
34
Israel
6
-
-
-
-
35
Kanada
-
-
-
-
48
36
Myanmar
-
-
-
-
50
Tabel 4.1 Kunjungan Wisatawan Internasional Ke Kabupaten Karo
No
Tahun
Jumlah Kunjungan Wisatawan Domestik Dan Nusantara (Orang)
Pertumbuhan (%)
1
2007
402.165
-
2
2008
412.358
2,471
3
2009
441.132
6,622
4
2010
407.898
-8,147
5
2011
423.710
3,731
Rata-Rata Pertumbuhan
4,577
Tabel 4.2 Jumlah Kunjungan Wisatawan dalam kurun waktu 5 tahun. Data diolah dari Dinas Pariwisata Kabupaten
A Static element, adaya unsur tinggal sementara di tempat yang bukan merupakan tempat tinggal biasanya (mengenai length of stay tourist)
A Consequential Element, adanya akibat dari pergerakan tersebut meliputi dampak ekonomi, sosial dan fisik
Analisa Tourism International System, maka studi kasus tembut-tembut seberaya dapat dicerminkan sebagai berikut:
Transit Route Region
Returning Travelers
Departing Travelers
Traveler
generating Region
Tourist-
Destination Region
Gambar 4.1 Tourism International System, Leiper (1990:4-8)
Menurut Leiper (1990) Tourism International System ini mengandung 3 elemen, yang apabila dirangkaikan dengan penelitian ini maka akan terbentuk penjelasan sebagai berikut:
Elemen Wisatawan
Elemen ini menjadi sebuah kontrol atau tolak ukur dari suatu tempat yang ingin disebut sebagai destinasi wisata. Tanpa adanya wisatawan maka tak kan ada destinasi wisata dan tak ada pariwisata. Dengan kata lain, setidaknya sebuah destinasi wisata yang ingin dikembangkan menjadi daya tarik wisata paling tidak harus memiliki riwayat kunjungan wisatawan sebelumnya (lihat tabel kunjungan wisatawan)
Elemen Geografis
Elemen ini mengandung tiga elemen dasar yaitu tourist generating region (elemen asal dari wisatawan telah diutarakan pada bab empat). Elemen berikut-nya adalah tourist destination region (elemen ini memiliki sektor terbanyak karena memfasilitasi kedatangan dari wisatawan. Adanya sektor-sektor dalam elemen tourist destination region seperti: harus adanya tourist information centre di lokasi wisata.
Gambar 4.2 Tourist Information Centre di Kota Berastagi Kabupaten Karo
adanya sektor daya tarik wisata (hal ini mencangkup daya tarik wisata budaya, even budaya dan taman budaya) dalam kasus ini terhubung pada atraksi budaya seni tradisional tembut-tembut seberaya. Adanya sektor yang memperlancar pergerakan sistem pariwisata seperti toko oleh-oleh, money changer dan bank. Adanya sektor akomodasi, restoran, sektor pengkoordinasi/regulator yang mencangkup peran pemerintah seperti adanya Dinas Pariwisata Dan Ekonomi Kreatif. Terdapatnya transit route region (ini mencangkup pengadaan sektor perhubungan yang mencangkup perusahaan penerbangan (Bandara Polonia-Medan).
Gambar 4.3 Elemen Transit Route Region Yaitu Bandara Polonia-Medan
Elemen Industri Pariwisata (mencangkup perusahaan yang menyediakan fasilitas pariwisata seperti akomodasi, tour operator dan lain sebagainya).
Gambar 4.4 Elemen Industri Pariwisata (Hotel Grand Mutiara di Berastagi)
Menurut Richardson Dan Fluker (1994:71) terdapat 10 klasifikasi sumber daya minat khusus dengan 43 unsur didalamnya namun terkait dalam penelitian ini maka yang menjadi target wisata adalah Active adventure (yang mencangkup trekking), nature and wildlife (seperti birdwatching, agrotourism and nature tourism), soft adventure (backpacking, bicycle touring and walking tours), history/culture (art festival, art architecture, agriculture), hobby (videography tours), spiritual (mythology). Kabupaten Karo adalah salah satu daerah tujuan wisata yang ada di Sumatera Utara yang dikenal sebagai dataran tinggi dengan pemandangan alam pegunungan yang udara sejuknya, serta hasil pertanian tanaman hortikulturanya. Tanah karo si malem demikian masyarakat menyebutnya, menggambarkan kesejukan dan kedamaian yang ditawarkan tanah karo. Kabupaten Karo kaya akan potensi atau sumber daya wisata dan keberadaan Kabupaten Karo sebagai daerah tujuan wisata sudah dikenal sejak masa Pemerintahan Belanda menguasai pulau Sumatera Utara sebagai salah satu daerah jajahannya. Perkembangan kepariwisataan tanah karo selanjutnya terus berlangsung hingga saat ini dan daerah ini cukup banyak pengunjungnya baik dari dalam maupun luar negeri. Berastagi adalah objek wisata andalan Kabupaten Karo yang menyuguhkan pemandangan alam yang indah serta beberapa bangunan peninggalan bangsa Belanda dengan arsitektur bangunannya yang khas. Berbagai fasilitas kepariwisataan terpusat di Berastagi. Prasarana wisata yang mencangkup tempat penginapan, usaha-usaha makanan, biro perjalanan, usaha penyewaan kendaraan, tempat informasi (tourism information centre), kantor pariwisata setempat, tempat-tempat rekreasi serta lapangan oleh raga, telah dibangun dengan sangat memadai. Saat ini tercatat ada 10 hotel berbintang (kelas 1-4), 43 hotel kelas melati, sejumlah villa, bungalow, cottage dan tempat-tempat penginapan sederhana dan 12 restoran yang menyediakan baik makanan Indonesia, China maupun Eropa. Berikut adalah daftar hotel berbintang yang telah di bangun di Kabupaten Karo:
Tabel 4.3
Nama-Nama Hotel Dan Penginapan Di Kabupaten Karo
Nama – Nama Hotel Kabupaten Karo
Hotel Bintang Lima
Hotel Mutiara
Hotel Bintang Empat
Sinabung Hotel, Sibayak Hotel, Green Garden, Mickey Holliday
Hotel Bintang Dua
Bukit Kubu Hotel, Berastagi Cottage, Danau Toba Cottage
Hotel Melati Tiga
Rudang Hotel / Horizon, G.M. Panggabean, Dien Karona, Binsata Hotel, Enasti Hotel, Bangkit Nan Jaya, Hotel Pelindung Atas, Pelindung Bawah, Hotel Pelawi
Losmen / R. Penginapan, Pesanggrahan
Losmen Sibayak, Losmen Merpati, Losmen Ts. Lingga, Guest House Sibanyak Multi, Wisma Sibayak, Wisma Sunrise View, Wisma Dieng, Wisma Green House, Wisma Alam Indah, Wisma Kabu Colia, Wisma Della Vista, Wisma Ingan Malem, Wisma Bib, Wisma West House Thatita, Wisma Singasina, Bungalow Karonhill, Bungalow Miranda, Bungalow Latensia, Bungalow Kaliaga, Bungalow Sagan, Bungalow Bukit Bamboo, Penginapan Saphora, Penginapan Villa Rose, Villa Sigantung Sira, Kabanjahe, Penginapan Mandiri, Penginapan Arihta, Penginapan Karya, Losmen Segar, Losmen Lestari
Sumber data: Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Kabupaten Karo
Prasarana umum yang mencangkup sistem penyediaan air bersih, listrik, sistem pembuangan limbah, hubungan telekomunikasi, jaringan jalan dan sebagainya telah dibangun dengan sangat memadai. begitu pula halnya berbagai fasilitas yang dapat memnuhi kebutuhan pokok masyarakat seperti rumah sakit, apotek, bank, pusat perbelanjaan, salon kecantikan, toko makanan, dan kantor-kantor pemerintah juga warung, toko-toko, pompa bensin dan sebagainya bisa ditemui atau didapatkan di Berastagi. Berastagi sebagai pusat kepariwisataan Kabupaten Karo dapat dicapai dalam waktu kurang lebih 1,5 hingga 2 jam perjalanan dari Bandara Polonia, Medan melalui jalan yang sangat memadai (aspal hot mix) dan badan jalan yang cukup besar sehingga bisa dilalui oleh bus ukuran besar. Perjalanan menuju Berastagi cukup menyenangkan karena keindahan alam pegunungan dan hutan Bukit Barisan menjadi pemandangan yang bisa dinikmati di sepanjang perjalanan. Beberapa objek wisata seperti Sembahe, alam perkemahan Sibolangit, serta Taman Hutan Raya (TAHURA) akan dilalui sebelum tiba di Berastagi.
Wisatawan yang mengunjungi Berastagi umumnya adalah para keluarga yang ingin berlibur dan menghabiskan waktunya di akhir pekan atau di hari-hari libur umum. tidak mengherankan jika disetiap akhir pekan, Berastagi senantiasa ramai dikunjungi oleh wisatawan mancanegara, terlebih wisatawan nusantara, begitupun pada hari-hari libur pendek tempat ini selalu penih oleh wisatawan. Para wisatawan yang berlibur ke Berastagi umumnya menghabiskan waktunya dengan melakukan kegiatan-kegiatan seperti menunggang kuda, mengelilingi kota Berastagi dengan mengendarai delman atau sekedar duduk-dudk di taman sambil menikmati jagung rebus dan melihat hijaunya pemandangan alam pegunungan dan pertanian yang indah di udara yang segar dan sejuk. Bagi para tamu hotel berbintang mereka umumnya menghabiskan waktu liburannya di areal hotel dengan melakukan kegiatan oleh raga seperti berenang, bermain tenis dan golf. Pada akhir liburan, sebelum kembali ke daerah asalnya, biasanya para pengunjung membeli hasil pertanian masyarakat setempat, seperti buah-buahan, sayur ataupun bungan di Los Ijuk, sebuah pasar yang teah dibangun khusus bagi para pedagang yang menjual hasil pertanian masyarakat karo. Di pasar ini juga bisa ditemukan toko-toko yang menjual barang-barang kerajinan setempat sebagai cendera mata.
Secara garis besar, pembangunan dan perkembangan kepariwisataan Kabupaten Karo sebagai salah satu destinasi wisata di Sumatera Utara sudah cukup dikenal dan dinikmati oleh wisatawan mancanegara dan wisatawan nusantara. Gambaran ini dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 4.4
Sebaran Daya Tarik Wisata di Kabupaten Karo
No.
JENIS DAN NAMA OBYEK WISATA
LOKASI OBYEK WISATA
Desa
Kecamatan
A.
WISATA ALAM
1.
Air Terjun Sikulikap
Doulu
Berastagi
2.
Panaroma Doulu
Doulu
Berastagi
3.
Lau Debuk-Debuk
Semangat Gunung
Merdeka
4.
Taman Mejuah-juah Berastagi
Gundaling-II
Berastagi
5.
Bukit Gundaling
Gundaling-I
Berastagi
6.
Deleng Kutu
Gurusinga
Berastagi
7.
Tahura
Dolat Rakyat
Dolat Rakyat
8.
Air Panas Alam Semangat Gunung
Semangat Gunung
Merdeka
9.
Gunung Sibayak
Jaranguda
Merdeka
10.
Danau Lau Kawar
Kuta Gugung
Naman Teran
11.
Gunung Sinabung
Sigarang-garang
Naman Teran
12.
Uruk Tuhan
Bekerah
Naman Teran
13.
Gua Liang Dahar
Lau Buluh
Kutabuluh
14.
Air Terjun Blingking
Mburidi (DAS Lau Biang)
Kutabuluh
16.
Air Terjun Sipiso-Piso
Pangambaten
Merek
17.
Gunung Sipiso-Piso
Situnggaling
Merek
18.
Tongging Sikodon-kodon
Tongging
Merek
20.
Taman Simalem
Tongging
Merek
21.
Gua Ling-ling Gara
Kuta Pengkih
Mardingding
22.
Padang Penggembala Nodi
Mbal-mbal Petarum
Laubaleng
23.
Gunung Barus
Basam
Barusjahe
24.
Gua Raci
Basam
Barusjahe
B.
AGROWISATA
Menyebar di Setiap Kecamatan
1.
Agrowisata Tanaman Pangan dan Perkebunan (Hamparan Padi, Kopi dll)
2.
Agrowisata Buah-Buahan (Hamparan Kebun Jeruk, Marquisa dll)
3.
Agrowisata Sayur-Sayuran (Hamparan tanaman Kol, Wortel dll)
4.
Agro Wisata Tanaman Bunga-Bungaan
C.
WISATA KULINER / BELANJA
1.
Pasar Tradisional Berastagi
Kota Berastagi
2.
Pasar Buah Berastagi
Kota Berastagi
3.
Pasar Bunga Berastagi
Kota Berastagi dan di sepanjang Jalur Jalan Menuju Berastagi dan Kabanjahe.
4.
Pasar Buah Dokan
Dokan
Merek
D.
WISATA BUDAYA
1.
Desa Budaya Peceren
Peceren /Sempa Jaya
Berastagi
2.
Desa Budaya Lingga
Lingga
Simpang Empat
3.
Desa Budaya Dokan
Dokan
Merek
4.
Pakaian Adat ( Uis Karo )
Di Kabupaten Karo
5.
Benda Budaya dan Situs
Di Kabupaten Karo
E.
PENINGGALAN SEJARAH
1.
Puntungan Meriam Putri Hijau
Sukanalu
Tiga Panah
2.
Legenda (Cerita Rakyat)
Menyebar di seluruh Kecamatan
F.
WISATA MINAT KHUSUS
1.
Arung Jeram / Rafting
Aliran DAS Lau Biang (Mulai dari Desa Limang - Perbesi - Bintang Meriah)
2.
Gantole dan Paralayang
Tongging
3.
Lintas Alam / Tracking
Route Perjalanan Berastagi & Bandar Baru melalui Gunung Barus, dimulai dari Desa Basam (6 Km dari Berastagi).
Route Perjalanan Berastagi-Bukit Lawang.
Route perjalanan Berastagi ke Semangat Gunung (Pemandian Air Panas) dimulai dari Desa Lau Gumba.
4.
Hiking
Gunung Sibayak dan Sinabung
G.
ATRAKSI WISATA
Menyebar di seluruh kecamatan
1.
Hari Kemerdekaan
2.
Tari Ndurung
3.
Ndikar Dance
4.
Tari Baka
5.
Tari Tongkat
6.
Erpangir Ku Lau
7.
Upacara Perumah Begu
8.
Erdemu Bayu
9.
Ngampaken Tulan-Tulan
10.
Pesta Tahunan
Sumber : Hasil Identifikasi dari Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya Kabupaten Karo
Kelengkapan fasilitas pariwisata juga cukup memadai. Para wisatawan yang berkunjung ke daerah Sumatera Utara, baik yang melalui jalur penerbangan di Bandara Polonia, jalur pelayaran di Pelabuhan Laut Belawan dan Teluk Nibung, maupun yang melalui jalan darat dari Pekan Baru atau Sumatera Barat, biasanya akan memasukkan Kabupaten Karo sebagai salah satu daftar daerah tujuan wisata yang akan dikunjungi, selain ke Parapat (Danau Toba) dan Gunung Leuser (Bukit Lawang). Rangkaian perjalanan wisata ke daerah tujuan wisata biasanya akan dimulai dari medan ke Berastagi yang kemudian dilanjutkan ke parapat via Simarjarunjung. Parapat dikenal dengan keindahan Danau Toba dan Pulau Samosir yang menjadi tempat bersejarah asal suku batak, lalu ke Siantar dan Bukit Lawang hingga daerah hutan lindung terbesar dari pusat rehabilitasi orang utan, kemudian kembali ke Medan. Biro Perjalanan Wisata di tanah karo sangatlah minim, yang paling terkenal adalah Biro Perjalan Wisata (BPW) Sibayak yang memberikan trip keliling Kabupaten Karo. Biro perjalanan wisata (BPW) ini juga merangkap/memiliki bisnis restoran dan penginapan (losmen). Secara umum kebanyakan BPW berlokasi di Medan. Dengan kata lain, sifat wirausaha masyarakat lokal Karo dalam manajemen bisnis pariwisata masih terhitung sangat minim padahal potensi wisatawan dan prospek bisnis pariwisata kedepannya kian cemerlang.
Untuk kembali menggairahkan dan meningkatkan kepariwisataannya, berbagai upaya tentu perlu dilakukan. Upaya pengembangan berbagai objek wisata sebagai upaya diversifikasi telah dilakukan oleh pihak pemerintah daerah kabupaten karo. Beberapa objek wisata dengan memanfaatkan potensi atau sumber daya wisata yang ada, dibangun dan dikembangkan, akan tetapi sebagian besar objek wisata tersebut masih mengutamakan pemanfaatan potensi alam. Objek wisata yang memanfaatkan sumber daya budaya sebagai daya tariknya masih terbatas dan sumber daya manusia sebagai pokok dari sektor kepariwisataan bahkan hampir belum disentuh. Keterlibatan masyarakat setempat di sektor pariwisata masih minim. Rencana pengembangan pariwisata yang selama ini dilaksanakan masih cenderung bersifat strategi pembangunan fisik semata. Pemanfaatan dan pemberdayaan berbagai sumber daya wisata yang ada belum dilakukan secara optimal dan bisa jadi hal ini terkait dengan keterbatasan kemampuan pihak-pihak yang terkait. Untuk itu, berbagai upaya yang serius perlu untuk segera dilakukan. Sumber-sumber daya wisata yang belum disentuh dan dimanfaatkan perlu lebih di gali dan di berdayakan sehingga dapat lebih menggairahkan dan meningkatkan kualitas kepariwisataan tanah karo.
Sumber daya budaya yang selama ini kurang dimanfaatkan dalam pembangunan kepariwisataan Kabupaten Karo sudah saatnya untuk digali dan lebih di berdayakan. Sektor budaya dapat menjadi sektor yang andal, mengapa?, karena dalam pelaksanaannya sudah pasti mengikut sertakan masyarakat lokal. Partisipasi ini tentu dapat merangsang minat usaha masyarakat setempat namun tetap berwawasan pariwisata budaya dalam rangkulan sustainable tourism development.
Telisik Pada Peraturan Pemerintah
Tujuan dari “telisik peraturan pemerintah” adalah untuk melihat kebijakan pemerintah yang mengarah pada tingkat diferensiasi produk. Pemerintah daerah Kabupaten Karo telah membaca ruang strategis pemasukan Pendapatan Asli Daerah. Hal ini terlihat dari bentuk strategi, visi, misi, program-program perencanaan hingga rencana kegiatan. Seluruh hal tersebut akan dijabarkan pada sub bab ini. Adapun visi, misi dan fokus kegiatan dari Pemerintah Kabupaten yang tertuang dalam bentuk Peraturan Daerah Kabupaten Karo yang dilimpahkan kepada berbagai departemen (lihat Lampiran IV)
Seluruh rencana divisi di atas terhubung pada Unit Pemerintah Kabupaten yaitu Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Kabupaten Karo. Menurut Vellas dan Becherel (2008:58) Proses Perencanaan Strategis tergambar pada diagram berikut:
Misi
Analisis Eksternal
Analisis Internal
Strategi dan Program
Pengawasan Dan Evaluasi
Gambar 4.5 Proses Perencanaan Strategis
Dengan visi, misi, program hingga kegiatan pokok pelaksanaan, terindikasi bahwa Pariwisata menjadi bagian terpenting dalam pengelolaan dan pengembangan Kabupaten Karo. Bila ditelisik, alur proses perencanaan strategis Kabupaten Karo setiap misi mengandung 4 pandangan (Vellas dan Becherel 2008:60) yaitu tujuan, strategi, nilai-nilai dan standar prilaku. Vellas dan Becherel menyatakan bahwa pernyataan misi merupakan tahapan proses strategis yang terpenting.
Maka dari itu, dalam menyelenggarakan dan melaksanakan tugas Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Kabupaten Karo menyelenggarakan fungsi sebagai berikut (lihat Lampiran V). Tujuan tersebut bersambut dalam Peluang Investasi Sektor Pariwisata yang beberapa bulan terakhir gencar di kumandangkan seperti:
Peluang usaha pengembangan objek wisata Lau Debuk-Debuk dan Semangat Gunung.
Peluang usaha pengembangan objek wisata Gunung Sibayak, dengan sarana jalan aspal, jalan setapak dan lahan hutan lindung.
Peluang usaha Perhotelan Bintang Lima Terpadu (lahan 5 Ha milik Pemdakab. Karo di Berastagi)
Peluang usaha pengembangan objek wisata Air Terjun Sipiso-piso, antara lain: Hotel berbintang, Restoran, Cable Car, Terbang Layang.
Peluang usaha pengembangan objek wisata Tongging - Danau Toba antara lain: Olahraga air, Restoran, Hotel (melati), Pengadaan Kapal Pesiar.
Peluang usaha pengembangan Tahura Bukit Barisan (Lahan Pemda 10 Hektar, Lokasi di kawasan Tahura, dekat Berastagi 2,5 Km dipinggir jalan raya Medan – Berastagi)
Peluang usaha pengembangan Danau Lau Kawar (Danau 200 hektar, Lokasi di kawasan hutan wisata 417 hektar, Lahan masyarakat 100 hektar, Pemda 3 Hektar).
Tradisi Berkesenian Dalam Masyarakat Seberaya
Tradisi berkesenian dalam masyarakat seberaya sudah tidak perlu diragukan lagi. Selain tembut-tembut seberaya (seni pertunjukan tradisional) yang telah menjadi legenda dalam membawa nama Seberaya di kancah seni tradisional karo, ada juga Alm. Djaga Depari yang sempat menjadi bahasan dalam Kompasiana (Forum Kompas) di rubrik sosok. Tradisi berkesenian dalam sub bab ini akan membahas beberapa orang yang telah menjadi panutan atas karya seni yang diciptakannya, yaitu:
Alm. Djaga Depari, Ia adalah seorang Komponis asal Tanah Karo yang dilahirkan pada, 5 Januari 1922 di Desa Seberaya, Kecamatan Tiga Panah, Kabupaten Karo, meninggal pada usia 41 tahun, tepatnya pada 15 Juli 1963. Djaga Depari dinobatkan menjadi seorang komponis nasional berkat tulisan-tulisan beliau yang tertuang dalam lagu yang bernafaskan perjuangan rakyat karo untuk menekan kependudukan bangsa asing di bumi karo. Komponis Djaga Depari bukanlah seorang akademisi dibidang musik. Namun kepiawaiannya dalam menggesek dawai biola menjadikannya seorang perumus note-note lagu Karo yang memiliki kesenduan yang mengena ditelinga warga Karo. Salah satu Lagu ciptaan Djaga Depari yang pernah populer secara nasional (pada tahun 2000-an) yaitu lagu yang berjudul Piso Surit, lagu ini pernah di aransemen ulang oleh Mega Sihombing dan Vicky Sianipar (dapat dilihat pada youtube.com) dan beberapa kali pada tahun 2010 di kumandangkan serentak di seluruh bandara internasional di Indonesia. penghargaan yang diperoleh Alm.Djaga Depari adalah Piagam Anugerah Seni dari Presiden RI (2 Mei 1979) dan Piagam Anugerah Seni dari Gubernur Sumatera Utara (13 Juli 1979).
Terumpung Sembiring Depari, komponis penganak (pencipta note-note tanda ketuk pada pemukul gendang karo) yang dahulunya tercipta di Desa Seberaya. Ia merupakan keturunan langsung (anak pertama) dari pembuat tembut-tembut seberaya.
Idris Sembiring Depari, Anak dari (Terumpung Sembiring Depari) merupakan cucu pembuat tembut-tembut seberaya. Ia merupakan komponis pencipta lagu terkenal di Kabupaten Karo, salah satu karya nya yang terkenal adalah lagu yang berjudul Bunga Ncole. Ia merupakan teman sejawat dari Alm Djaga Depari. Idris mengatakan bahwa ada beberapa karya dari Alm Djaga Depari yang mereka ciptakan bersama pada waktu lampau.
Dan masih banyak lagi masyarakat yang memiliki kompetensi dalam bidang seni di Desa ini, tercatat bahwa pengiring musik tradisional yang terbanyak adalah berasal dari Desa Seberaya.
Bukti ini menyatakan bahwa potensi seni budaya tradisional memiliki tempat dengan peran yang penting dalam kehidupan masyarakat seberaya, namun potensi seni tradisional yang besar akan dapat kalah dalam wawasan modernisasi dewasa ini apabila pemberdayaan budaya tersebut tidak serta merta di daya gunakan. Pariwisata budaya dapat menjadi sebuah bentuk pemberdayaan kembali kreatifitas mayarakat seni budaya tradisional dalam himpitan ideologi modern dan simpel dewasa ini.
21
33