Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                

PENGEMBANGAN BAHAN PEMBELAJARAN IPS TERPADU TEMA LINGKUNGAN

Abstrak Kurang tersedianya bahan pembelajaran IPS terpadu di kelas II SD/MI bisa menyebabkan tumpang tindih materi sehingga waktu pembelajaran kurang efektif. Sebagian besar guru di kelas II SD/MI belum menggunakan bahan pembelajaran IPS terpadu tema lingkungan. Tujuan penelitian ini adalah mencari kebutuhan guru terhadap bahan pembelajaran IPS terpadu tema lingkungan, karakteristik bahan pembelajaran, menyusun bahan pembelajaran IPS terpadu tema lingkungan, dan kepraktisan bahan pembelajaran IPS terpadu tema lingkungan. Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan. Desain penelitian ini terdiri dari 3 tahapan, yakni tahap studi pendahuluan,tahap studi pengembangan dan evaluasi. Subjek penelitian meliputi, analisis kebutuhan, validasi prototipe bahan pembelajaran dan uji coba produk. Subjek analisis kebutuhan terdiri dari 8 guru SD/MI dan 20 siswa yang dipilih secara purposive sampling. Spesifikasi produk yang dikembangkan adalah bahan pembelajaran. Uji coba desain dengan menggunakan Pretest-Posttest Control Group design. Guna menguji efektivitas dalam uji coba pelaksanaan dapat dilakukan pengujian dengan metode eksperimen. Hasil penelitian ini diantaranya kebutuhan bahan pembelajaran IPS terpadu tema lingkungan. Guru dan siswa membutuhkan bahan pembelajaran yang memiliki karakteristik terpadu, kontekstual dan hirarkis. Pengembangan bahan pembelajaran tersebut berdasarkan karakteristik yang diperoleh. Pengembangan draft bahan pembelajaran divalidasi oleh pakar. Hasil penilaian 2 pakar terhadap bahan pembelajaran IPS terpadu tema lingkungan dinyatakan valid, rata-rata skor dari 2 pakar mencapai 3,45 termasuk dalam kategori sangat baik. Saran dan masukan dari pakar digunakan untuk merevisi. Draft 2 tersebut kemudian diuji coba keefektifan dan kepraktisannya. Hasil analisis besarnya nilai peningkatan hasil belajar kelompok eksperimen adalah 0,6254 dan kelompok kontrol adalah 0,3032. Karena nilai gain kelompok eksperimen berada pada 0,3 ≤ g < 0,7, maka peningkatan hasil belajar kelompok eksperimen berkategori sedang. Hasil analisis uji perbedaan rata-rata data post-test antara kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol diperoleh nilai thitung = 8,214 dengan t tabel = t (0,95;86) = 1,664 yang berarti bahwa rata-rata hasil belajar pada kelompok eksperimen lebih besar dari kelompok kontrol. Saran pada penelitian ini, perlu dikembangkan lagi bahan pembelajaran yang dapat meningkatkan aspek afektif dan psikomotorik. Cakupan pengembangan bahan pembelajaran dapat diperluas, tidak hanya pada semester II. Kata kunci : Pengembangan bahan pembelajaran, IPS terpadu, Hasil belajar 1 Penulis adalah Dosen di UNISULA Semarang.

PENGEMBANGAN BAHAN PEMBELAJARAN IPS TERPADU TEMA LINGKUNGAN Erna Zumrotun1 Abstrak Kurang tersedianya bahan pembelajaran IPS terpadu di kelas II SD/MI bisa menyebabkan tumpang tindih materi sehingga waktu pembelajaran kurang efektif. Sebagian besar guru di kelas II SD/MI belum menggunakan bahan pembelajaran IPS terpadu tema lingkungan. Tujuan penelitian ini adalah mencari kebutuhan guru terhadap bahan pembelajaran IPS terpadu tema lingkungan, karakteristik bahan pembelajaran, menyusun bahan pembelajaran IPS terpadu tema lingkungan, dan kepraktisan bahan pembelajaran IPS terpadu tema lingkungan. Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan. Desain penelitian ini terdiri dari 3 tahapan, yakni tahap studi pendahuluan,tahap studi pengembangan dan evaluasi. Subjek penelitian meliputi, analisis kebutuhan, validasi prototipe bahan pembelajaran dan uji coba produk. Subjek analisis kebutuhan terdiri dari 8 guru SD/MI dan 20 siswa yang dipilih secara purposive sampling. Spesifikasi produk yang dikembangkan adalah bahan pembelajaran. Uji coba desain dengan menggunakan Pretest-Posttest Control Group design. Guna menguji efektivitas dalam uji coba pelaksanaan dapat dilakukan pengujian dengan metode eksperimen. Hasil penelitian ini diantaranya kebutuhan bahan pembelajaran IPS terpadu tema lingkungan. Guru dan siswa membutuhkan bahan pembelajaran yang memiliki karakteristik terpadu, kontekstual dan hirarkis. Pengembangan bahan pembelajaran tersebut berdasarkan karakteristik yang diperoleh. Pengembangan draft bahan pembelajaran divalidasi oleh pakar. Hasil penilaian 2 pakar terhadap bahan pembelajaran IPS terpadu tema lingkungan dinyatakan valid, rata-rata skor dari 2 pakar mencapai 3,45 termasuk dalam kategori sangat baik. Saran dan masukan dari pakar digunakan untuk merevisi. Draft 2 tersebut kemudian diuji coba keefektifan dan kepraktisannya. Hasil analisis besarnya nilai peningkatan hasil belajar kelompok eksperimen adalah 0,6254 dan kelompok kontrol adalah 0,3032. Karena nilai gain kelompok eksperimen berada pada 0,3 ≤ g < 0,7, maka peningkatan hasil belajar kelompok eksperimen berkategori sedang. Hasil analisis uji perbedaan rata-rata data post-test antara kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol diperoleh nilai thitung = 8,214 dengan ttabel = t(0,95;86) = 1,664 yang berarti bahwa rata-rata hasil belajar pada kelompok eksperimen lebih besar dari kelompok kontrol. Saran pada penelitian ini, perlu dikembangkan lagi bahan pembelajaran yang dapat meningkatkan aspek afektif dan psikomotorik. Cakupan pengembangan bahan pembelajaran dapat diperluas, tidak hanya pada semester II. Kata kunci : Pengembangan bahan pembelajaran, IPS terpadu, Hasil belajar 1 Penulis adalah Dosen di UNISULA Semarang. 63 Erna Zumrotun PENDAHULUAN Peraturan Pemerintah (PP) nomor 19 Tahun 2005 Pasal 20, diisyaratkan bahwa guru diharapkan mengembangkan materi pembelajaran. Melalui Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) nomor 41 tahun 2007 tentang standar proses, diantaranya mengatur tentang perencanaan proses pembelajaran yang mensyaratkan bagi pendidik pada satuan pendidikan untuk mengembangkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Guru selanjutnya diharapkan mampu mengembangkan bahan ajar dan mengimplementasikan dalam pembelajaran. Bahan pembelajaran merupakan unsur yang penting bagi guru sebagai acuan dalam menyampaikan materi dalam kegiatan pembelajaran.2 Pertemuan rutin tahunan HISPISI (Himpunan Sarjana Pendidikan Ilmu-Ilmu Sosial Indonesia) telah mencoba merumuskan pengertian pendidikan IPS sebagai penyederhanaan dari disiplin ilmu-ilmu sosial yang diorganisir, disajikan secara ilmiah dan psikologis untuk mencapai tujuan pendidikan.3 Pengintegrasian IPS di SD/MI memiliki misi yang penting dalam membangun masyarakat dan negara. IPS tidak sekedar mata pelajaran yang disampaikan dalam bentuk penyederhanaan ilmuilmu sosial tetapi telah dimaknai sebagai suatu internalisasi nilai-nilai budaya bangsa, pembinaan karakter bangsa, membina persatuan dan kesatuan bangsa. Selain itu IPS memiliki nilai untuk menyiapkan siswa dalam menghadapi kehidupan dengan segala tantangannya. Brewer mengatakan bahwa Ilmu sosial sangat penting dalam kurikulum SD. Berdasarkan struktur KTSP, bahan kajian IPS meliputi kemampuan memahami seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial. Tingkat SD/MI IPS secara interdisipliner memadukan konsep-konsep ilmu sosial seperti sejarah, geografi, sosiologi dan ekonomi. Salah satu tujuan dari pembelajaran IPS adalah membina pengetahuan siswa tentang pengalaman dalam kehidupan bermasyarakat pada masa lalu, sekarang dan di masa yang akan datang. Pembelajaran terpadu merupakan paket proses pembelajaran yang menghubungkan berbagai konsep dari berbagai ilmu. Depdiknas menyebutkan ciri-ciri model pembelajaran terpadu, diantaranya: (1) berpusat pada anak; (2) memberikan pengalaman langsung; (3)pemisahan antar bidang studi tidak begitu jelas; (4) menyajikan konsep dari berbagai bidang studi dalam satu proses pembelajaran; (5) hasil pembelajaran dapat berkembang sesuai minat dan kebutuhan. Brinegar mengungkapkan bahwa keterpaduan kurikulum sebagai sarana pendidikan mulai berkembang sejak tahun 1980an. Kurikulum terpadu mengaburkan batas-batas mata pelajaran, lebih fokus pada tema dunia nyata, penerapan pengetahuan dan keterampilan. KTSP menyebutkan bahwa pola pikir siswa pada usia 6-9 tahun SD masih satu kesatuan (holistik), untuk itu dalam pembelajaran memerlukan bahan 2 Sungkono, Pengembangan dan Pemanfaatan Bahan Ajar Modul Dalam Proses Pembelajaran. Majalah Ilmiah Pembelajaran nomor 1 volume 5 Mei. h. 50. 3 Yani, Ahmad. Modul Pembelajaran IPS. (Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Kementrian Agama RI, 2009), h. 9. Nur El-Islam, Volume 1, Nomor 1, April 2014 64 Pengembangan Bahan Pembelajaran IPS Terpadu Tema Lingkungan pembelajaran terpadu agar sesuai dengan tahap perkembangan usia siswa. Kemampuan berpikir siswa SD menurut teori Piaget berada pada tahap berpikir operasional konkrit. Siswa mulai menunjukkan perilaku belajar yang memandang dunia secara objektif, bergeser dari satu aspek situasi ke aspek lain secara reflektif, dan memandang unsurunsur secara serentak, mulai membentuk dan mempergunakan keterhubungan aturanaturan, prinsip ilmiah sederhana, dan mempergunakan hubungan sebab akibat.4 Adapun bahna pembelajaran yang dipakai pada proses pembelajaran jarang menggunakan bahan pembelajaran terpadu. Pembelajaran terpadu dikemukakan oleh Fogarty terdapat sepuluh macam pembelajaran terpadu, namun hanya tiga yang dikenal di Indonesia, yakni pembelajaran keterhubungan (connected), pembelajaran jaring laba-laba (Spider Webbed) dan pembelajaran terpadu (integrated). Agar proses pembelajaran terpadu dapat dilaksanakan dengan baik, maka diperlukan bahan pembelajaran yang terpadu pula. Pengembangan bahan pembelajaran ini menggunakan tipe pembelajaran terpadu (integrated). Keunggukan tipe ini adalah mendorong siswa untuk melihat keterkaitan dan hubungan timbal balik diantara disiplin, siswa termotivasi karena mereka melihat koneksi disiplin ilmu. Penggabungan beberapa kompetensi dasar dan indikator serta isi mata pelajaran melalui pembelajaran terpadu dapat menghemat waktu pembelajaran, karena tumpang tindih materi dapat dikurangi bahkan dihilangkan. Tujuan utama adalah membawa siswa agar mampu melihat hubungan-hubungan yang bermakna sebab materi pembelajaran lebih berperan sebagai sarana atau alat, bukan tujuan akhir. Melalui pendekatan terpadu, pembelajaran menjadi utuh sehingga siswa akan mendapat pengertian mengenai proses dan materi yang tidak terpisah. Adanya pemaduan antar mata pelajaran maka penguasaan konsep akan semakin baik dan meningkat. Pembelajaran terpadu akan lebih bermakna apabila bahan pembelajaranya dibuat sendiri oleh guru, karena guru kelas lebih mengetahui karakteristik dan kebutuhan siswa. Berdasarkan karakteristik siswa kelas II yakni pembelajaran yang beranjak dari hal-hal yang konkret menuju abstrak, maka tema lingkungan cocok dipakai dalam proses pembelajaran, dengan bahan pembelajaran tema lingkungan diharapkan siswa dapat menguasai kompetensi yang harus dikuasai sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai secara optimal. Kaitannya pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar, Terdapat dua jenis sumber belajar, yaitu sumber belajar yang dirancang (by design resources) dan sumber belajar yang dimanfaatkan (by utilities). Berbagai benda yang terdapat di lingkungan dapat dikategorikan ke dalam jenis sumber belajar yang dirancang (by design resources).5 Karakteristisk IPS di SD adalah dengan mempelajari kehidupan sehari-hari yang langsung dapat diamati dan dipahami siswa dan pengorganisasian materi yang dilakukan adalah mulai dari lingkungan yang terdekat sampai pada lingkungan yang 4 Sukayati dan Wulandari. Pembelajaran Tematik di SD.(Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional Direktorat jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga kependidikan, 2009), h.7 5 Rahadi, A. Pemanfaatan Lingkungan sebagai sumber Belajar. ((online). 2010) 65 Nur El-Islam, Volume 1, Nomor 1, April 2014 Erna Zumrotun terjauh, yaitu mulai dari lingkungan keluarga, sekolah, tetangga, masyaraka sekitar, kabupaten, propinsi, Indonesia dan dunia. Fungsi mata pelajaran IPS di SD/MI untuk mengembangkan sikap rasional tentang gejala-gejala sosial, serta wawasan tentang perkembangan masyarakat Indonesia dan masyarakata dunia di masa lampau dan di masa kini. Proses pembelajaran IPS terpadu menempatkan IPS sebagai dasar pembelajaran yang dikaitkan dengan mata pelajaran yang lain. Guna mewujudkan proses pembelajaran yang terpadu maka diperlukan berbagai sarana pendukung. Bahan pembelajaran merupakan salah satu penunjang yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran. Bahan pembelajaran dapat dikembangkan oleh guru berdasarkan kebutuhan dan kondisi lingkungan siswa. Hernawan menyebutkan bahwa lingkungan yang ada disekitar siswa merupakan salah satu media atau sumber pembelajaran yang dapat dioptimalkan untuk pencapaian proses dan hasil pembelajaran yang berkualitas dan bermakna bagi siswa SD. Pembelajaran yang memanfaatkan lingkungan tidak harus dilaksanakan di luar kelas. Pembelajaran memanfaatkan lingkungan dapat dikemas dalam bahan pembelajaran yang bertema lingkungan, penyususnan yang sistematis yang mengintegrasikan berbagai mata pelajaran ke dalam sebuah tema lingkungan dapat digunakan. Lingkungan sangat menentukan kepribadian dan tingkah laku manusia dalam kehidupan sehari-hari.6 Hal-hal yang dipelajari siswa SD dalam kaitannya dengan pemanfaatan lingkungan sosial sebagai media pembelajaran misalnya mengenal adat istiadat dan kebiasaan penduduk setempat di mana sisiwa tinggal, mengenal jenisjenis mata pencaharian penduduk disekitar siswa tinggal, mengenal organisasi yang ada disekitar masyarakat tempat tinggal dan sekolah, mengenal kehidupan beragama yang ada di masyarakat, mengenal kebudayaan ternasuk kesenian, mengenal struktur pemerintahan setempat, seperti RT, RW, Desa dan Kecamatan. Jenis-jenis lingkungan tersebut dapat dimanfaatkan dalam proses pembelajaran melalui perencanaan bahan pembelajaran yang sistematis. Perencanaan tersebut mengacu pada standar kompetensi dan kompetensi dasar. Berdasarkan SK/KD kelas II SD/MI, wujud lingkungan yang dipelajari yakni lingkungan keluarga inti, lingkungan keluarga luas, dan lingkungan tetangga. Ada beberapa alasan yang melatarbelakangi pengembangan pembelajaran terpadu, antara lain: 1) siswa kelas I-III SD/MI berada pada rentangan usia dini yang masih melihat segala sesuatu sebagai satu keutuhan (holistik) sehingga pembelajarannya masih bergantung kepada objek-objek konkrit dan pengalaman yang dialaminya; 2) Pelaksanaan kegiatan pembelajaran di kelas I–III SD/MI yang terpisah untuk setiap mata pelajaran akan menyebabkan kurang mengembangkan anak untuk berpikir holistik; dan 3) terdapat permasalahan pada kelas awal (I-III) antara lain adalah tingginya angka mengulang kelas; 4) guru jarang menggunakan materi yang terpadu. 6 Harish, Bala. 2011. Influence of Environment and Nature on Education. Journal International Institute for ScienceTechnology and Education. School of English, Bhai Gurdas Institute of Engg. & Tech.. Volume 2 No 9 Hal 15. Nur El-Islam, Volume 1, Nomor 1, April 2014 66 Pengembangan Bahan Pembelajaran IPS Terpadu Tema Lingkungan Keadaan sebenarnya belum sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Piaget mengenai tahap perkembangan kognitif dan amanat dari KTSP tentang pembelajaran pada kelas II SD/MI. Bahan pembelajaran yang digunakan masih terpisah. Bahan pembelajaran fragmanted untuk setiap mata pelajaran dapat menghambat perkembangan siswa secara holistic. Sunal menyimpulkan bahwa buku-buku teks IPS yang telah ditulis oleh para ahli, tidak menyajikan proses pembelajaran IPS yang dituntut oleh apa yang seharusnya dilakukan guru dan apa yang diinginkan siswa. Berdasarkan observasi beberapa guru menggunakan buku IPS yang tidak terpadu dengan pembelajaran lainnya. Sumber belajar yang digunakan diantaranya buku berjudul IPS untuk SD/MI kelas 2 karangan Kuswanto dan Suharjanto, buku yang kedua IPS untuk SD/MI kelas 2 karangan Tri Jaya dan A. Dakir, buku yang ketiga berjudul Super Ilmu Pengetahuan Sosial untuk Sekolah Dasar Kelas 2 karangan basuki, dan LKS Eksis IPS untuk SD/ MI kelas II. Beberapa buku yang sudah disebutkan memuat materi pembelajaran yang terpisah dari mata pelajaran lainnya. Salah satu inovasi yang dapat dilakukan yaitu dilakukan penelitian dan pengembangan bahan pembelajaran IPS terpadu tema lingkungan pada siswa kelas II SD/MI. Tujuann penelitian untuk mengembangkan bahan pembelajaran yang efektif dan praktis digunakan. Pengembangan dimulai dari studi pendahuluan, draft yang tersusun akan dinilai oleh pakar. Saran dan masukan dari pakar akan digunakan untuk merevisi. Draft yang telah direvisi dapat digunakan untuk mengetahui keefektifan dan kepraktisan dari produk yang dihasilkan. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian dan pengembangan (R&D/ Research and Development). Desain penelitian pengembangannya yaitu: (1) tahap studi pendahuluan; (2) tahap pengembangan; (3) tahap evaluasi. Guna menguji produk yang dihasilkan dengan penelitian eksperimen menggunakan pre-test and post test control group. Teknik analisis data yang digunakan untuk menganalisis data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah analisis statistik deskriptif dan analisis infrensial. Analisis deskriptif untuk menggambarkan data dalam bentuk persentase, rata-rata,dan standar deviasi. Subjek penelitian ini meliputi (1) analisis kebutuhan, (2) validasi prototipe, dan (3) uji coba produk. Subjek aanalisis kebutuhan melibatkan 8 guru SD/MI dan 20 orang siswa yang dipilih secara purposive sampling. Draft bahan pembelajaran divalidasi oleh 2 pakar sebelum digunakan pada uji coba selanjutnya. Untuk uji coba digunakan kelas II A SDN 3 Menganti dan kelas II A MI Miftahul Huda Dongos Kedung Jepara. Instrumen pengumpul data yang digunakan diantaranya angket kebutuhan, panduan wawancara, rubri penilaian pakar dan tes hasil belajar. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dan data kualitatif. Data kuantitatif dan kualitatif tersebut digunakan secara terpadu dan saling mendukung. Data yang berupa kualitatif yaitu angket kebutuhan yang digunakan untuk mengkaji kebutuhan bagi guru pembimbing tentang bahan pembelajaran IPS terpadu tema lingkungan. Sementara 67 Nur El-Islam, Volume 1, Nomor 1, April 2014 Erna Zumrotun itu, data kuantitatif yaitu angket yang digunakan untuk mengetahui validitas bahan pembelajaran. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Kebutuhan pengembangan bahan pembelajaran IPS terpadu tema lingkungan pada siswa kelas II SD/MI diperoleh dari persepsi guru dan siswa, serta kajian teoretis dan praktis mengenai bahan pembelajaran IPS terpadu tema lingkungan. Karakteristik bahan pembelajaran IPS terpadu tema lingkungan yakni, bahan pembelajaran yang terpadu, bahan pembelajaran kontekstual, dan bahan pembelajaran yang hirarkis. Buku yang digunakan dalam proses pembelajaran terpaku pada buku paket yang terkadang belum sesuai dengan lingkungan siswa. Guru membutuhkan bahan pembelajaran terpadu agar penyampaian materi tidak tumpang tindih dan waktu pembelajaran dapat efektif. Bahan pembelajaran terpadu sangat dibutuhkan untuk mendukung proses pembelajaran terpadu di kelas II SD/MI. Berikut ini persepsi kebutuhan guru terhadap bahan pembelajaran. 1. Bahan pembelajaran yang terpadu. Guru yang dijadikan responden 75% rata-rata sudah mengajar di kelas II lebih dari 10 tahun, sedangkan 25% mengajar selama 1-5 tahun. Sehingga dapat ditarik simpulan bahwa guru sudah memahami karakteristik siswa kelas II. Selain itu, jenjang pendidikan terakhir yang ditempuh 100% telah lulus sarjana. Guru sudah memiliki kemampuan untuk melaksanakan proses pembelajaran terpadu di kelas II. Berdasarakan dimensi 1-3 guru sudah memahami pembelajaran terpadu namun masih mengalami kendala dalam penerapannya. Sebanyak 75% responden menggunakan bahan pembelajaran parsial saat mengajar. Kendala tersebut yakni kurang tersedianya bahan pembelajaran terpadu yang mendukung proses pembelajaran. Dimensi materi pembelajaran terpadu yang disajikan ke dalam 22 butir pernyataan menunjukkan bahwa, responden setuju apabila KD yang ditetapkan memiliki keterkatian apabila disatukan dalam 1 tema. Harapannya agar materi pembelajaran tidak tumpang tindih. 2. Bahan pembelajaran yang kontekstual Responden cenderung menginginkan bahan pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik siswa kelas II. Bahan pembelajaran diharapkan menyajikan materi yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari siswa. Misalnya bahan pembelajaran tema keluarga menggunakan cerita sederhana berkaitan dengan kejadian-kejadian yang sering dialami oleh siswa dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu, bahan ajar yang tersedia rata-rata menceritakan tentang kota, belum banyak dijumpai bahan pembelajaran yang menceritakan tentang desa. Pembelajaran akan lebih bermakna jika siswa mengalami langsung apa yang dipelajarinya dengan mengaktifkan lebih banyak indera dari pada hanya mendengarkan guru saat menjelaskan. Teori Piaget (Aiken, 1988: 228) menyatakan bahwa seorang anak dapat menjadi tahu dan memahami lingkungannya melalui jalan berinteraksi dan beradaptasi dengan lingkungan tersebut. Nur El-Islam, Volume 1, Nomor 1, April 2014 68 Pengembangan Bahan Pembelajaran IPS Terpadu Tema Lingkungan Jadi, bahan pembelajaran yang dimulai dari lingkungan terdekat siswa dapat membantu siswa untuk memahami materi yang ruang lingkupnya lebih luas. 3. Bahan pembelajaran yang hierarkis Guru membutuhkan bahan pembelajaran yang hierarkis yakni bahan pembelajaran yang dimulai dari materi yang sederhana ke materi yang lebih kompleks. Sehubungan dengan itu maka perlu diperhatikan mengenai urutan logis, keterkaitan antar materi setiap mata pelajaran, dan cakupan keluasan serta kedalaman materi. Bahasa yang digunakan dalam bahan pembelajaran sesuai dengan perkembangan siswa yakni sederhana dan komunikatif. Pengembangan bahan pembelajaran yang dikembangkan berdasarkan karakteristik dan prinsip. Bahan pembelajaran IPS terpadu tema lingkungan memuat kompetensi baca, tulis dan hitung. Materi disertai dengan gambar ilustrasi yang relevan dengan isi pesan. Selain itu, bahan pembelajaran dilengkapi juga dengan latihan guna mengingat kembali materi yang dipelajari. Pribadi (2009:18) mengemukakan bahwa tujuan pembelajaran dicantumkan dalam bahan ajar dengan tujuan memotivasi siswa dalam melakukan proses belajar dalam upaya mencapai kompetensi yang diharapkan, sedangkan latihan yang dilakukan dalam berbagai konteks dapat memperbaiki tingkat daya ingat dan retensi. Latihan dapat memperbaiki kemampuan siswa untuk mengaplikasikan pengetahuan dan ketrampilan yang baru dipelajari. Draft bahan pembelajaran divalidasi oleh 2 pakar bahan pembelajaran SD dan materi IPS SD. Tes kognitif dilakukan setelah divalidasi oleh pakar, selanjutnya dilakukan uji empiris, tingkat kesukaran, daya beda, dan reliabilitas soal. Ujicoba secara empiris yang dilakukan terhadap siswa kelas III SDN 3 Menganti tahun pembelajaran 2012/2013 sebanyak 32 siswa yang telah mendapatkan pembelajaran. Ujicoba ini dilakukan untuk memperoleh data butir soal yang sudah teruji validitas butir soal, tingkat kesukaran, daya pembeda, dan reliabilitas soal. Jumlah soal yang diuji cobakan sebanyak 30 butir soal pilihan ganda dan analisis dilakukan dengan menggunakan program excel. Hasil ujicoba bahan pembelajaran dilaksanakan pada siswa kelas II SD dan siswa kelas II MI dengan skala kecil dan skala besar. Ujicoba kelompok kecil berjumlah 10 orang, sedangkan ujicoba kelompok besar berjumlah 20 siswa dari kelas II MI miftahul Huda dan 23 siswa kelas II A SDN 3 Menganti sebagai kelompok eksperimen dan 21 siswa kelas II B SDN 3 Menganti dan 24 siswa kelas II B MI Miftahul Huda sebagai kelompok kontrol. Setelah dilakukan validasi bahan pembelajaran dan instrumen penelitian oleh pakar serta kemudian dilakukan revisi, tahap selanjutnya adalah uji coba pada kelompok kecil/terbatas. Uji coba pada kelompok kecil dilakukan terhadap 10 siswa di SDN 3 Menganti, untuk uji coba kelompok kecil, kelas yang diambil bukan kelas eksperimen maupun kelas kontrol. 10 siswa tersebut ditentukan dengan pertimbangan pemilihan siswa yang kritis, aktif dan memiliki nilai yang cukup dari segi kognitif. Uji coba kelompok kecil ini diperlukan untuk mengamati kendala-kendala dan kekurangan-kekurangan yang mungkin masih akan terjadi dalam rancangan penelitian. 69 Nur El-Islam, Volume 1, Nomor 1, April 2014 Erna Zumrotun Uji coba kelompok kecil dilakukan untuk menganalisis proses pembelajaran pada tiap RPP. Setelah dilakukan uji kelompok kecil selanjutnya siswa diminta untuk memberikan respons pada pelakanaan pembelajaran dengan menggunakan bahan pembelajaran. Saran, masukan dan penilaian dari siswa dan teman sejawat pada uji coba kelompok kecil digunakan untuk memperbaiki produk dan persiapan pelaksanaan pembelajaran pada ujicoba kelompok besar. KKM yang ditetapkan dalam pembelajaran IPS yakni 68. Hasil belajar kognitif pada kelompok kecil mengalami peningkatan pada kriteria sedang, terbukti dari gain ternormalisasi sebesar 0,53. Rata-rata sebelum pembelajaran mencapai 61,60 dan mengalami peningkatan menjadi 82. Siswa yang tuntas belajar sebelum pembelajaran dilaksanakan terdapat 6 siswa, setelah penggunaan bahan pembelajaran IPS terpadu tema lingkungan kesepuluh siswa dinyatakan tuntas 100%. Berdasarkan data tersebut terlihat bahwa penggunaan bahan pembelajaran IPS terpadu tema lingkungan dalam pembelajaran terpadu di kelas II berdampak positif terhadap peningkatan dan ketuntasan belajar kognitif. Hasil uji paired sample t-test diperoleh nilai thitung = 5,92 > ttabel (1,83), yang berarti bahwa ada peningkatan hasil belajar yang signifikan setelah mengikuti pembelajaran dengan bahan pembelajaran IPS terpadu tema lingkungan. Penelitian yang dilakukan di 2 sekolah yang berbeda mewakili sekolah–sekolah yang berada di Kabupaten Jepara. Ujicoba dilakukan pada materi kelas II semester dua. Hasil analisis uji perbedaan rata-rata data pre-test pada kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol diperoleh nilai thitung = 1,150 dengan nilai Sig. = 0,253. Karena nilai Sig.≥ 0,05 maka Ho diterima, sehingga disimpulkan bahwa kemampuan awal siswa antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol adalah sama. Hasil analisis besarnya nilai peningkatan hasil belajar kelompok eksperimen adalah 0,6254 dan kelompok kontrol adalah 0,3032. Karena nilai gain kelompok eksperimen berada pada 0,3 ≤ g < 0,7, maka peningkatan hasil belajar kelompok eksperimen berkategori sedang. Ketuntasan klasikal kelompok eksperimen mencapai 95,4%. Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan bahwa bahan pembelajaran efektif digunakan dalam proses pembelajaran kelas II SD/MI. Rata-rata respons guru yang diberikan mencapai 90,27%. Respons positif terhadap bahan pembelajaran diberikan karena bahan pembelajaran yang dikembangkan sesuai dengan perkembanga siswa kelas II, mudah digunakan dan dapat menunjang pembelajaran terpadu. Adapun rata-rata respons siswa mencapai 89,15%. Berarti siswa merespons positif terhadap bahan pembelajaran. Berdasarkan data tersebut bahan pembelajaran praktis digunakan. Bahan pembelajaran yang bersifat terpadu sangat penting dikarenakan proses pembelajaran di kelas II berdasarkan kurikulum KTSP harus dilaksanakan secara terpadu. Keterpaduan bahan pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik siswa kelas II SD/MI dapat mendukung proses pembelajaran. Siswa kelas II memerlukan pembelajaran terpadu karena pembelajaran terpadu adalah pembelajaran yang pembelajaran secara terorganisir melintasi garis materi pelajaran, menyatukan berbagai aspek dalam interaksi dengan bidang studi lain dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan dan hasil dari program. Pembalajaran terpadu memandang belajar dan Nur El-Islam, Volume 1, Nomor 1, April 2014 70 Pengembangan Bahan Pembelajaran IPS Terpadu Tema Lingkungan mengajar dengan cara yang menyeluruh dan mencerminkan dalam isu-isu di dunia nyata (Shoemaker, 1989: 5). Bahan pembelajaran yang bersifat terpadu dapat meminimalisir waktu yang dibutuhkan saat proses belajar mengajar. Hal ini dikarenakan bahan pembelajaran terpadu dapat menghilangkan atau mengurangi tumpang tindih materi. Materi yang sama namun dipelajari pada mata pelajaran yang berbeda dapat mengakibatkan siswa jenuh. Gnanakan (2013:6) mengemukakan bahwa pembelajaran terpadu mengintegrasikan pengetahuan dan konsep kehidupan nyata, siswa dapat belajar lebih baik jika siwa secara langsung menghubungkan materi yang dipelajari dengan situasi yang ada di lingkungannya. Dari bahan pembelajaran konstekstual siswa tidak hanya belajar lebih baik tetapi juga siswa dapat mengingat lebih lama. Namun, penelitian pengembangan ini masih terdapat kekurangan, diantaranya hanya digunakan 2 kelas untuk uji coba, tidak menutup kemungkinan hasilnya akan berbeda jika kelas yang digunakan lebih banyak. Produk yang dikembangkan hanya mencakup semester 2. Masih terdapat celah untuk dilakukan kembali pengembangan. KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil analisis data seperti yang telah disajikan pada Bab IV, penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut. 1) guru dan siswa kelas II membutuhkan bahan pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik materi dan karakteritik siswa kelas II; 2) karakteritik bahan pembelajaran terpadu yang dibutuhkan meliputi keterpaduan antarmateri, bahan pembelajaran kontekstual dan bahan pembeajaran hirarkis; 3) pengembangan bahan pembelajaran yang dikembangkan sesuai dengan karakteristik siswa. Pengembangan disusun berdasarkan karakteristik dan prinsip-prinsip yang ditemukan dalam penelitian awal. Penilaian bahan pembelajaran IPS terpadu tema lingkungan oleh pakar digolongkan sangat baik. Berdasarkan uji coba produk secara eksperimen diantaranya terjadi peningkatan hasil belajar pada kelompok eksperimen, ketuntasan klasikal kelompok eksperimen mencapai indikator ditetapkan. Hasil belajar kelompok eksperimen lebih tinggi dari pada kelompok kontrol. SARAN Penelitian dan pengembangan bahan pembelajaran IPS terpadu tema lingkungan hanya meningkatkan aspek kognitif, perlu dikembangkan lagi untuk meningkatkan aspek afektif dan psikomotorik dan cakupan pengembangan bahan pembelajaran dapat diperluas, tidak terbatas pada tema lingkungan.[] 71 Nur El-Islam, Volume 1, Nomor 1, April 2014 Erna Zumrotun DAFTAR PUSTAKA Borg, W.R., dan Gall, M.D. 1983. Educational Reseach an Introductioni. NewYork: Longman Brewer, Ernest Andrew. 2006. “Keep Social Studies in Elementary School”. Gale Education, Religion and Humanities Lite Package. Web. 23 September 2012. MLA 7 th Edition. Brinegar, Kathleen dan Bishop, A. Penny. 2011. “Student Learning and Engagment In The Context of Curriculum Integration”. Middle Grades Reseach Journal. Vol. 6, No.4. Departemen Pendidikan Nasional. 2006. KTSP. Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional Depdiknas. 2008. Panduan Pengembangan Bahan Ajar. Direktorat Pendidikan D a s a r dan Menengah. Jakarta. Fogarty, R. (1991). How to Integrate the Curricula. Pallatine Illionis: IRI Skylight Publising Inc. Gnanakan, Ken. 2013. “The Integrated Learning Experience”. William Carey International Development Journal. Vol. 2. Issue 1. Harish, Bala. 2011. Influence of Environment and Nature on Education. Journal International Institute for Science Technology and Education. School of English, Bhai Gurdas Institute of Engg. & Tech.. Volume 2 No 9 Hal 15. Pribadi, B. A. 2009. Model Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta: Dian Rakyat. Rahadi, A. 2010. Pemanfaatan Lingkungan sebagai sumber Belajar. (online). Shoemaker, Betty Jean Eklund. 1989. “Integrativve Education: A Curriculum for the Twenty-First Century”. OSSC Bulletin 33,2(October 1989),5. Sukayati dan Wulandari. 2009. Pembelajaran Tematik di SD. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional Direktorat jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga kependidikan. Sunal, C. Marry, E. 1990. Social Studies and the Elementary School/Middle School Student. Fort Worth: Harcount Brace Jovaovich Collage Publisher. Sungkono. 2009. “Pengembangan dan Pemanfaatan Bahan Ajar Modul Dalam Proses Pembelajaran”. Majalah Ilmiah Pembelajaran nomor 1 volume 5 Mei. Yani, Ahmad. 2009. Modul Pembelajaran IPS. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Kementrian Agama RI. Nur El-Islam, Volume 1, Nomor 1, April 2014 72