PENGEMBANGAN BAHAN
PEMBELAJARAN IPS TERPADU
TEMA LINGKUNGAN
Erna Zumrotun1
Abstrak
Kurang tersedianya bahan pembelajaran IPS terpadu di kelas II SD/MI bisa
menyebabkan tumpang tindih materi sehingga waktu pembelajaran kurang efektif.
Sebagian besar guru di kelas II SD/MI belum menggunakan bahan pembelajaran IPS
terpadu tema lingkungan. Tujuan penelitian ini adalah mencari kebutuhan guru terhadap
bahan pembelajaran IPS terpadu tema lingkungan, karakteristik bahan pembelajaran,
menyusun bahan pembelajaran IPS terpadu tema lingkungan, dan kepraktisan bahan
pembelajaran IPS terpadu tema lingkungan.
Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan. Desain penelitian ini terdiri dari
3 tahapan, yakni tahap studi pendahuluan,tahap studi pengembangan dan evaluasi. Subjek
penelitian meliputi, analisis kebutuhan, validasi prototipe bahan pembelajaran dan uji
coba produk. Subjek analisis kebutuhan terdiri dari 8 guru SD/MI dan 20 siswa yang
dipilih secara purposive sampling. Spesifikasi produk yang dikembangkan adalah bahan
pembelajaran. Uji coba desain dengan menggunakan Pretest-Posttest Control Group design.
Guna menguji efektivitas dalam uji coba pelaksanaan dapat dilakukan pengujian dengan
metode eksperimen.
Hasil penelitian ini diantaranya kebutuhan bahan pembelajaran IPS terpadu
tema lingkungan. Guru dan siswa membutuhkan bahan pembelajaran yang memiliki
karakteristik terpadu, kontekstual dan hirarkis. Pengembangan bahan pembelajaran
tersebut berdasarkan karakteristik yang diperoleh. Pengembangan draft bahan
pembelajaran divalidasi oleh pakar. Hasil penilaian 2 pakar terhadap bahan pembelajaran
IPS terpadu tema lingkungan dinyatakan valid, rata-rata skor dari 2 pakar mencapai 3,45
termasuk dalam kategori sangat baik. Saran dan masukan dari pakar digunakan untuk
merevisi. Draft 2 tersebut kemudian diuji coba keefektifan dan kepraktisannya. Hasil
analisis besarnya nilai peningkatan hasil belajar kelompok eksperimen adalah 0,6254 dan
kelompok kontrol adalah 0,3032. Karena nilai gain kelompok eksperimen berada pada
0,3 ≤ g < 0,7, maka peningkatan hasil belajar kelompok eksperimen berkategori sedang.
Hasil analisis uji perbedaan rata-rata data post-test antara kelompok eksperimen dengan
kelompok kontrol diperoleh nilai thitung = 8,214 dengan ttabel = t(0,95;86) = 1,664 yang
berarti bahwa rata-rata hasil belajar pada kelompok eksperimen lebih besar dari kelompok
kontrol. Saran pada penelitian ini, perlu dikembangkan lagi bahan pembelajaran yang
dapat meningkatkan aspek afektif dan psikomotorik. Cakupan pengembangan bahan
pembelajaran dapat diperluas, tidak hanya pada semester II.
Kata kunci : Pengembangan bahan pembelajaran, IPS terpadu, Hasil belajar
1 Penulis adalah Dosen di UNISULA Semarang.
63
Erna Zumrotun
PENDAHULUAN
Peraturan Pemerintah (PP) nomor 19 Tahun 2005 Pasal 20, diisyaratkan bahwa
guru diharapkan mengembangkan materi pembelajaran. Melalui Peraturan Menteri
Pendidikan Nasional (Permendiknas) nomor 41 tahun 2007 tentang standar proses,
diantaranya mengatur tentang perencanaan proses pembelajaran yang mensyaratkan
bagi pendidik pada satuan pendidikan untuk mengembangkan Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP). Guru selanjutnya diharapkan mampu mengembangkan bahan
ajar dan mengimplementasikan dalam pembelajaran. Bahan pembelajaran merupakan
unsur yang penting bagi guru sebagai acuan dalam menyampaikan materi dalam
kegiatan pembelajaran.2
Pertemuan rutin tahunan HISPISI (Himpunan Sarjana Pendidikan Ilmu-Ilmu
Sosial Indonesia) telah mencoba merumuskan pengertian pendidikan IPS sebagai
penyederhanaan dari disiplin ilmu-ilmu sosial yang diorganisir, disajikan secara
ilmiah dan psikologis untuk mencapai tujuan pendidikan.3 Pengintegrasian IPS di
SD/MI memiliki misi yang penting dalam membangun masyarakat dan negara. IPS
tidak sekedar mata pelajaran yang disampaikan dalam bentuk penyederhanaan ilmuilmu sosial tetapi telah dimaknai sebagai suatu internalisasi nilai-nilai budaya bangsa,
pembinaan karakter bangsa, membina persatuan dan kesatuan bangsa. Selain itu IPS
memiliki nilai untuk menyiapkan siswa dalam menghadapi kehidupan dengan segala
tantangannya.
Brewer mengatakan bahwa Ilmu sosial sangat penting dalam kurikulum
SD. Berdasarkan struktur KTSP, bahan kajian IPS meliputi kemampuan memahami
seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial.
Tingkat SD/MI IPS secara interdisipliner memadukan konsep-konsep ilmu sosial
seperti sejarah, geografi, sosiologi dan ekonomi. Salah satu tujuan dari pembelajaran
IPS adalah membina pengetahuan siswa tentang pengalaman dalam kehidupan
bermasyarakat pada masa lalu, sekarang dan di masa yang akan datang.
Pembelajaran terpadu merupakan paket proses pembelajaran yang
menghubungkan berbagai konsep dari berbagai ilmu. Depdiknas menyebutkan ciri-ciri
model pembelajaran terpadu, diantaranya: (1) berpusat pada anak; (2) memberikan
pengalaman langsung; (3)pemisahan antar bidang studi tidak begitu jelas; (4)
menyajikan konsep dari berbagai bidang studi dalam satu proses pembelajaran; (5)
hasil pembelajaran dapat berkembang sesuai minat dan kebutuhan.
Brinegar mengungkapkan bahwa keterpaduan kurikulum sebagai sarana
pendidikan mulai berkembang sejak tahun 1980an. Kurikulum terpadu mengaburkan
batas-batas mata pelajaran, lebih fokus pada tema dunia nyata, penerapan pengetahuan
dan keterampilan. KTSP menyebutkan bahwa pola pikir siswa pada usia 6-9 tahun
SD masih satu kesatuan (holistik), untuk itu dalam pembelajaran memerlukan bahan
2 Sungkono, Pengembangan dan Pemanfaatan Bahan Ajar Modul Dalam Proses Pembelajaran. Majalah Ilmiah
Pembelajaran nomor 1 volume 5 Mei. h. 50.
3 Yani, Ahmad. Modul Pembelajaran IPS. (Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Kementrian
Agama RI, 2009), h. 9.
Nur El-Islam, Volume 1, Nomor 1, April 2014
64
Pengembangan Bahan Pembelajaran IPS Terpadu Tema Lingkungan
pembelajaran terpadu agar sesuai dengan tahap perkembangan usia siswa. Kemampuan
berpikir siswa SD menurut teori Piaget berada pada tahap berpikir operasional konkrit.
Siswa mulai menunjukkan perilaku belajar yang memandang dunia secara objektif,
bergeser dari satu aspek situasi ke aspek lain secara reflektif, dan memandang unsurunsur secara serentak, mulai membentuk dan mempergunakan keterhubungan aturanaturan, prinsip ilmiah sederhana, dan mempergunakan hubungan sebab akibat.4 Adapun
bahna pembelajaran yang dipakai pada proses pembelajaran jarang menggunakan
bahan pembelajaran terpadu.
Pembelajaran terpadu dikemukakan oleh Fogarty terdapat sepuluh macam
pembelajaran terpadu, namun hanya tiga yang dikenal di Indonesia, yakni
pembelajaran keterhubungan (connected), pembelajaran jaring laba-laba (Spider
Webbed) dan pembelajaran terpadu (integrated). Agar proses pembelajaran terpadu
dapat dilaksanakan dengan baik, maka diperlukan bahan pembelajaran yang terpadu
pula. Pengembangan bahan pembelajaran ini menggunakan tipe pembelajaran terpadu
(integrated). Keunggukan tipe ini adalah mendorong siswa untuk melihat keterkaitan
dan hubungan timbal balik diantara disiplin, siswa termotivasi karena mereka melihat
koneksi disiplin ilmu.
Penggabungan beberapa kompetensi dasar dan indikator serta isi mata pelajaran
melalui pembelajaran terpadu dapat menghemat waktu pembelajaran, karena tumpang
tindih materi dapat dikurangi bahkan dihilangkan. Tujuan utama adalah membawa
siswa agar mampu melihat hubungan-hubungan yang bermakna sebab materi
pembelajaran lebih berperan sebagai sarana atau alat, bukan tujuan akhir. Melalui
pendekatan terpadu, pembelajaran menjadi utuh sehingga siswa akan mendapat
pengertian mengenai proses dan materi yang tidak terpisah. Adanya pemaduan antar
mata pelajaran maka penguasaan konsep akan semakin baik dan meningkat.
Pembelajaran terpadu akan lebih bermakna apabila bahan pembelajaranya dibuat
sendiri oleh guru, karena guru kelas lebih mengetahui karakteristik dan kebutuhan
siswa. Berdasarkan karakteristik siswa kelas II yakni pembelajaran yang beranjak dari
hal-hal yang konkret menuju abstrak, maka tema lingkungan cocok dipakai dalam
proses pembelajaran, dengan bahan pembelajaran tema lingkungan diharapkan siswa
dapat menguasai kompetensi yang harus dikuasai sehingga tujuan pembelajaran dapat
tercapai secara optimal. Kaitannya pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar,
Terdapat dua jenis sumber belajar, yaitu sumber belajar yang dirancang (by design
resources) dan sumber belajar yang dimanfaatkan (by utilities). Berbagai benda yang
terdapat di lingkungan dapat dikategorikan ke dalam jenis sumber belajar yang
dirancang (by design resources).5
Karakteristisk IPS di SD adalah dengan mempelajari kehidupan sehari-hari
yang langsung dapat diamati dan dipahami siswa dan pengorganisasian materi yang
dilakukan adalah mulai dari lingkungan yang terdekat sampai pada lingkungan yang
4 Sukayati dan Wulandari. Pembelajaran Tematik di SD.(Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional Direktorat jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga kependidikan, 2009), h.7
5 Rahadi, A. Pemanfaatan Lingkungan sebagai sumber Belajar. ((online). 2010)
65
Nur El-Islam, Volume 1, Nomor 1, April 2014
Erna Zumrotun
terjauh, yaitu mulai dari lingkungan keluarga, sekolah, tetangga, masyaraka sekitar,
kabupaten, propinsi, Indonesia dan dunia. Fungsi mata pelajaran IPS di SD/MI untuk
mengembangkan sikap rasional tentang gejala-gejala sosial, serta wawasan tentang
perkembangan masyarakat Indonesia dan masyarakata dunia di masa lampau dan di
masa kini.
Proses pembelajaran IPS terpadu menempatkan IPS sebagai dasar pembelajaran
yang dikaitkan dengan mata pelajaran yang lain. Guna mewujudkan proses pembelajaran
yang terpadu maka diperlukan berbagai sarana pendukung. Bahan pembelajaran
merupakan salah satu penunjang yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran.
Bahan pembelajaran dapat dikembangkan oleh guru berdasarkan kebutuhan dan
kondisi lingkungan siswa.
Hernawan menyebutkan bahwa lingkungan yang ada disekitar siswa merupakan
salah satu media atau sumber pembelajaran yang dapat dioptimalkan untuk pencapaian
proses dan hasil pembelajaran yang berkualitas dan bermakna bagi siswa SD.
Pembelajaran yang memanfaatkan lingkungan tidak harus dilaksanakan di luar kelas.
Pembelajaran memanfaatkan lingkungan dapat dikemas dalam bahan pembelajaran
yang bertema lingkungan, penyususnan yang sistematis yang mengintegrasikan
berbagai mata pelajaran ke dalam sebuah tema lingkungan dapat digunakan.
Lingkungan sangat menentukan kepribadian dan tingkah laku manusia dalam
kehidupan sehari-hari.6 Hal-hal yang dipelajari siswa SD dalam kaitannya dengan
pemanfaatan lingkungan sosial sebagai media pembelajaran misalnya mengenal adat
istiadat dan kebiasaan penduduk setempat di mana sisiwa tinggal, mengenal jenisjenis mata pencaharian penduduk disekitar siswa tinggal, mengenal organisasi yang
ada disekitar masyarakat tempat tinggal dan sekolah, mengenal kehidupan beragama
yang ada di masyarakat, mengenal kebudayaan ternasuk kesenian, mengenal struktur
pemerintahan setempat, seperti RT, RW, Desa dan Kecamatan. Jenis-jenis lingkungan
tersebut dapat dimanfaatkan dalam proses pembelajaran melalui perencanaan bahan
pembelajaran yang sistematis. Perencanaan tersebut mengacu pada standar kompetensi
dan kompetensi dasar. Berdasarkan SK/KD kelas II SD/MI, wujud lingkungan yang
dipelajari yakni lingkungan keluarga inti, lingkungan keluarga luas, dan lingkungan
tetangga.
Ada beberapa alasan yang melatarbelakangi pengembangan pembelajaran terpadu,
antara lain: 1) siswa kelas I-III SD/MI berada pada rentangan usia dini yang masih
melihat segala sesuatu sebagai satu keutuhan (holistik) sehingga pembelajarannya
masih bergantung kepada objek-objek konkrit dan pengalaman yang dialaminya; 2)
Pelaksanaan kegiatan pembelajaran di kelas I–III SD/MI yang terpisah untuk setiap
mata pelajaran akan menyebabkan kurang mengembangkan anak untuk berpikir
holistik; dan 3) terdapat permasalahan pada kelas awal (I-III) antara lain adalah
tingginya angka mengulang kelas; 4) guru jarang menggunakan materi yang terpadu.
6 Harish, Bala. 2011. Influence of Environment and Nature on Education. Journal International Institute for
ScienceTechnology and Education. School of English, Bhai Gurdas Institute of Engg. & Tech.. Volume 2 No 9
Hal 15.
Nur El-Islam, Volume 1, Nomor 1, April 2014
66
Pengembangan Bahan Pembelajaran IPS Terpadu Tema Lingkungan
Keadaan sebenarnya belum sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Piaget
mengenai tahap perkembangan kognitif dan amanat dari KTSP tentang pembelajaran
pada kelas II SD/MI. Bahan pembelajaran yang digunakan masih terpisah. Bahan
pembelajaran fragmanted untuk setiap mata pelajaran dapat menghambat perkembangan
siswa secara holistic. Sunal menyimpulkan bahwa buku-buku teks IPS yang telah ditulis
oleh para ahli, tidak menyajikan proses pembelajaran IPS yang dituntut oleh apa yang
seharusnya dilakukan guru dan apa yang diinginkan siswa. Berdasarkan observasi
beberapa guru menggunakan buku IPS yang tidak terpadu dengan pembelajaran
lainnya. Sumber belajar yang digunakan diantaranya buku berjudul IPS untuk SD/MI
kelas 2 karangan Kuswanto dan Suharjanto, buku yang kedua IPS untuk SD/MI kelas
2 karangan Tri Jaya dan A. Dakir, buku yang ketiga berjudul Super Ilmu Pengetahuan
Sosial untuk Sekolah Dasar Kelas 2 karangan basuki, dan LKS Eksis IPS untuk SD/
MI kelas II. Beberapa buku yang sudah disebutkan memuat materi pembelajaran yang
terpisah dari mata pelajaran lainnya.
Salah satu inovasi yang dapat dilakukan yaitu dilakukan penelitian dan
pengembangan bahan pembelajaran IPS terpadu tema lingkungan pada siswa kelas II
SD/MI. Tujuann penelitian untuk mengembangkan bahan pembelajaran yang efektif
dan praktis digunakan. Pengembangan dimulai dari studi pendahuluan, draft yang
tersusun akan dinilai oleh pakar. Saran dan masukan dari pakar akan digunakan untuk
merevisi. Draft yang telah direvisi dapat digunakan untuk mengetahui keefektifan dan
kepraktisan dari produk yang dihasilkan.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian dan pengembangan (R&D/
Research and Development). Desain penelitian pengembangannya yaitu: (1) tahap studi
pendahuluan; (2) tahap pengembangan; (3) tahap evaluasi. Guna menguji produk
yang dihasilkan dengan penelitian eksperimen menggunakan pre-test and post test control
group. Teknik analisis data yang digunakan untuk menganalisis data yang diperoleh
dalam penelitian ini adalah analisis statistik deskriptif dan analisis infrensial. Analisis
deskriptif untuk menggambarkan data dalam bentuk persentase, rata-rata,dan standar
deviasi.
Subjek penelitian ini meliputi (1) analisis kebutuhan, (2) validasi prototipe, dan
(3) uji coba produk. Subjek aanalisis kebutuhan melibatkan 8 guru SD/MI dan 20
orang siswa yang dipilih secara purposive sampling. Draft bahan pembelajaran divalidasi
oleh 2 pakar sebelum digunakan pada uji coba selanjutnya. Untuk uji coba digunakan
kelas II A SDN 3 Menganti dan kelas II A MI Miftahul Huda Dongos Kedung Jepara.
Instrumen pengumpul data yang digunakan diantaranya angket kebutuhan,
panduan wawancara, rubri penilaian pakar dan tes hasil belajar. Penelitian ini
menggunakan pendekatan kuantitatif dan data kualitatif. Data kuantitatif dan
kualitatif tersebut digunakan secara terpadu dan saling mendukung. Data yang berupa
kualitatif yaitu angket kebutuhan yang digunakan untuk mengkaji kebutuhan bagi guru
pembimbing tentang bahan pembelajaran IPS terpadu tema lingkungan. Sementara
67
Nur El-Islam, Volume 1, Nomor 1, April 2014
Erna Zumrotun
itu, data kuantitatif yaitu angket yang digunakan untuk mengetahui validitas bahan
pembelajaran.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Kebutuhan pengembangan bahan pembelajaran IPS terpadu tema lingkungan
pada siswa kelas II SD/MI diperoleh dari persepsi guru dan siswa, serta kajian teoretis
dan praktis mengenai bahan pembelajaran IPS terpadu tema lingkungan. Karakteristik
bahan pembelajaran IPS terpadu tema lingkungan yakni, bahan pembelajaran yang
terpadu, bahan pembelajaran kontekstual, dan bahan pembelajaran yang hirarkis.
Buku yang digunakan dalam proses pembelajaran terpaku pada buku paket
yang terkadang belum sesuai dengan lingkungan siswa. Guru membutuhkan bahan
pembelajaran terpadu agar penyampaian materi tidak tumpang tindih dan waktu
pembelajaran dapat efektif. Bahan pembelajaran terpadu sangat dibutuhkan untuk
mendukung proses pembelajaran terpadu di kelas II SD/MI. Berikut ini persepsi
kebutuhan guru terhadap bahan pembelajaran.
1. Bahan pembelajaran yang terpadu.
Guru yang dijadikan responden 75% rata-rata sudah mengajar di kelas II lebih dari
10 tahun, sedangkan 25% mengajar selama 1-5 tahun. Sehingga dapat ditarik simpulan
bahwa guru sudah memahami karakteristik siswa kelas II. Selain itu, jenjang pendidikan
terakhir yang ditempuh 100% telah lulus sarjana. Guru sudah memiliki kemampuan
untuk melaksanakan proses pembelajaran terpadu di kelas II. Berdasarakan dimensi
1-3 guru sudah memahami pembelajaran terpadu namun masih mengalami kendala
dalam penerapannya. Sebanyak 75% responden menggunakan bahan pembelajaran
parsial saat mengajar. Kendala tersebut yakni kurang tersedianya bahan pembelajaran
terpadu yang mendukung proses pembelajaran.
Dimensi materi pembelajaran terpadu yang disajikan ke dalam 22 butir pernyataan
menunjukkan bahwa, responden setuju apabila KD yang ditetapkan memiliki keterkatian
apabila disatukan dalam 1 tema. Harapannya agar materi pembelajaran tidak tumpang
tindih.
2. Bahan pembelajaran yang kontekstual
Responden cenderung menginginkan bahan pembelajaran yang sesuai dengan
karakteristik siswa kelas II. Bahan pembelajaran diharapkan menyajikan materi yang
berhubungan dengan kehidupan sehari-hari siswa. Misalnya bahan pembelajaran
tema keluarga menggunakan cerita sederhana berkaitan dengan kejadian-kejadian
yang sering dialami oleh siswa dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu, bahan ajar
yang tersedia rata-rata menceritakan tentang kota, belum banyak dijumpai bahan
pembelajaran yang menceritakan tentang desa. Pembelajaran akan lebih bermakna jika
siswa mengalami langsung apa yang dipelajarinya dengan mengaktifkan lebih banyak
indera dari pada hanya mendengarkan guru saat menjelaskan. Teori Piaget (Aiken,
1988: 228) menyatakan bahwa seorang anak dapat menjadi tahu dan memahami
lingkungannya melalui jalan berinteraksi dan beradaptasi dengan lingkungan tersebut.
Nur El-Islam, Volume 1, Nomor 1, April 2014
68
Pengembangan Bahan Pembelajaran IPS Terpadu Tema Lingkungan
Jadi, bahan pembelajaran yang dimulai dari lingkungan terdekat siswa dapat membantu
siswa untuk memahami materi yang ruang lingkupnya lebih luas.
3. Bahan pembelajaran yang hierarkis
Guru membutuhkan bahan pembelajaran yang hierarkis yakni bahan pembelajaran
yang dimulai dari materi yang sederhana ke materi yang lebih kompleks. Sehubungan
dengan itu maka perlu diperhatikan mengenai urutan logis, keterkaitan antar materi
setiap mata pelajaran, dan cakupan keluasan serta kedalaman materi. Bahasa yang
digunakan dalam bahan pembelajaran sesuai dengan perkembangan siswa yakni
sederhana dan komunikatif.
Pengembangan bahan pembelajaran yang dikembangkan berdasarkan karakteristik
dan prinsip. Bahan pembelajaran IPS terpadu tema lingkungan memuat kompetensi baca,
tulis dan hitung. Materi disertai dengan gambar ilustrasi yang relevan dengan isi pesan.
Selain itu, bahan pembelajaran dilengkapi juga dengan latihan guna mengingat kembali
materi yang dipelajari. Pribadi (2009:18) mengemukakan bahwa tujuan pembelajaran
dicantumkan dalam bahan ajar dengan tujuan memotivasi siswa dalam melakukan
proses belajar dalam upaya mencapai kompetensi yang diharapkan, sedangkan latihan
yang dilakukan dalam berbagai konteks dapat memperbaiki tingkat daya ingat dan
retensi. Latihan dapat memperbaiki kemampuan siswa untuk mengaplikasikan
pengetahuan dan ketrampilan yang baru dipelajari.
Draft bahan pembelajaran divalidasi oleh 2 pakar bahan pembelajaran SD
dan materi IPS SD. Tes kognitif dilakukan setelah divalidasi oleh pakar, selanjutnya
dilakukan uji empiris, tingkat kesukaran, daya beda, dan reliabilitas soal. Ujicoba secara
empiris yang dilakukan terhadap siswa kelas III SDN 3 Menganti tahun pembelajaran
2012/2013 sebanyak 32 siswa yang telah mendapatkan pembelajaran. Ujicoba ini
dilakukan untuk memperoleh data butir soal yang sudah teruji validitas butir soal,
tingkat kesukaran, daya pembeda, dan reliabilitas soal. Jumlah soal yang diuji cobakan
sebanyak 30 butir soal pilihan ganda dan analisis dilakukan dengan menggunakan
program excel.
Hasil ujicoba bahan pembelajaran dilaksanakan pada siswa kelas II SD dan siswa
kelas II MI dengan skala kecil dan skala besar. Ujicoba kelompok kecil berjumlah 10
orang, sedangkan ujicoba kelompok besar berjumlah 20 siswa dari kelas II MI miftahul
Huda dan 23 siswa kelas II A SDN 3 Menganti sebagai kelompok eksperimen dan 21
siswa kelas II B SDN 3 Menganti dan 24 siswa kelas II B MI Miftahul Huda sebagai
kelompok kontrol. Setelah dilakukan validasi bahan pembelajaran dan instrumen
penelitian oleh pakar serta kemudian dilakukan revisi, tahap selanjutnya adalah uji
coba pada kelompok kecil/terbatas. Uji coba pada kelompok kecil dilakukan terhadap
10 siswa di SDN 3 Menganti, untuk uji coba kelompok kecil, kelas yang diambil
bukan kelas eksperimen maupun kelas kontrol. 10 siswa tersebut ditentukan dengan
pertimbangan pemilihan siswa yang kritis, aktif dan memiliki nilai yang cukup dari segi
kognitif. Uji coba kelompok kecil ini diperlukan untuk mengamati kendala-kendala dan
kekurangan-kekurangan yang mungkin masih akan terjadi dalam rancangan penelitian.
69
Nur El-Islam, Volume 1, Nomor 1, April 2014
Erna Zumrotun
Uji coba kelompok kecil dilakukan untuk menganalisis proses pembelajaran
pada tiap RPP. Setelah dilakukan uji kelompok kecil selanjutnya siswa diminta untuk
memberikan respons pada pelakanaan pembelajaran dengan menggunakan bahan
pembelajaran. Saran, masukan dan penilaian dari siswa dan teman sejawat pada uji
coba kelompok kecil digunakan untuk memperbaiki produk dan persiapan pelaksanaan
pembelajaran pada ujicoba kelompok besar.
KKM yang ditetapkan dalam pembelajaran IPS yakni 68. Hasil belajar kognitif
pada kelompok kecil mengalami peningkatan pada kriteria sedang, terbukti dari gain
ternormalisasi sebesar 0,53. Rata-rata sebelum pembelajaran mencapai 61,60 dan
mengalami peningkatan menjadi 82. Siswa yang tuntas belajar sebelum pembelajaran
dilaksanakan terdapat 6 siswa, setelah penggunaan bahan pembelajaran IPS terpadu
tema lingkungan kesepuluh siswa dinyatakan tuntas 100%. Berdasarkan data tersebut
terlihat bahwa penggunaan bahan pembelajaran IPS terpadu tema lingkungan dalam
pembelajaran terpadu di kelas II berdampak positif terhadap peningkatan dan
ketuntasan belajar kognitif. Hasil uji paired sample t-test diperoleh nilai thitung = 5,92 >
ttabel (1,83), yang berarti bahwa ada peningkatan hasil belajar yang signifikan setelah
mengikuti pembelajaran dengan bahan pembelajaran IPS terpadu tema lingkungan.
Penelitian yang dilakukan di 2 sekolah yang berbeda mewakili sekolah–sekolah
yang berada di Kabupaten Jepara. Ujicoba dilakukan pada materi kelas II semester dua.
Hasil analisis uji perbedaan rata-rata data pre-test pada kelompok eksperimen dengan
kelompok kontrol diperoleh nilai thitung = 1,150 dengan nilai Sig. = 0,253. Karena nilai
Sig.≥ 0,05 maka Ho diterima, sehingga disimpulkan bahwa kemampuan awal siswa
antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol adalah sama. Hasil analisis besarnya nilai
peningkatan hasil belajar kelompok eksperimen adalah 0,6254 dan kelompok kontrol
adalah 0,3032. Karena nilai gain kelompok eksperimen berada pada 0,3 ≤ g < 0,7,
maka peningkatan hasil belajar kelompok eksperimen berkategori sedang. Ketuntasan
klasikal kelompok eksperimen mencapai 95,4%. Berdasarkan data tersebut dapat
disimpulkan bahwa bahan pembelajaran efektif digunakan dalam proses pembelajaran
kelas II SD/MI.
Rata-rata respons guru yang diberikan mencapai 90,27%. Respons positif terhadap
bahan pembelajaran diberikan karena bahan pembelajaran yang dikembangkan
sesuai dengan perkembanga siswa kelas II, mudah digunakan dan dapat menunjang
pembelajaran terpadu. Adapun rata-rata respons siswa mencapai 89,15%. Berarti siswa
merespons positif terhadap bahan pembelajaran. Berdasarkan data tersebut bahan
pembelajaran praktis digunakan.
Bahan pembelajaran yang bersifat terpadu sangat penting dikarenakan proses
pembelajaran di kelas II berdasarkan kurikulum KTSP harus dilaksanakan secara
terpadu. Keterpaduan bahan pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik siswa
kelas II SD/MI dapat mendukung proses pembelajaran. Siswa kelas II memerlukan
pembelajaran terpadu karena pembelajaran terpadu adalah pembelajaran yang
pembelajaran secara terorganisir melintasi garis materi pelajaran, menyatukan berbagai
aspek dalam interaksi dengan bidang studi lain dalam rangka mencapai tujuan yang
telah ditetapkan dan hasil dari program. Pembalajaran terpadu memandang belajar dan
Nur El-Islam, Volume 1, Nomor 1, April 2014
70
Pengembangan Bahan Pembelajaran IPS Terpadu Tema Lingkungan
mengajar dengan cara yang menyeluruh dan mencerminkan dalam isu-isu di dunia
nyata (Shoemaker, 1989: 5).
Bahan pembelajaran yang bersifat terpadu dapat meminimalisir waktu yang
dibutuhkan saat proses belajar mengajar. Hal ini dikarenakan bahan pembelajaran
terpadu dapat menghilangkan atau mengurangi tumpang tindih materi. Materi yang
sama namun dipelajari pada mata pelajaran yang berbeda dapat mengakibatkan
siswa jenuh. Gnanakan (2013:6) mengemukakan bahwa pembelajaran terpadu
mengintegrasikan pengetahuan dan konsep kehidupan nyata, siswa dapat belajar lebih
baik jika siwa secara langsung menghubungkan materi yang dipelajari dengan situasi
yang ada di lingkungannya. Dari bahan pembelajaran konstekstual siswa tidak hanya
belajar lebih baik tetapi juga siswa dapat mengingat lebih lama. Namun, penelitian
pengembangan ini masih terdapat kekurangan, diantaranya hanya digunakan 2 kelas
untuk uji coba, tidak menutup kemungkinan hasilnya akan berbeda jika kelas yang
digunakan lebih banyak. Produk yang dikembangkan hanya mencakup semester 2.
Masih terdapat celah untuk dilakukan kembali pengembangan.
KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil analisis data seperti yang telah disajikan pada Bab IV, penelitian
ini dapat disimpulkan sebagai berikut. 1) guru dan siswa kelas II membutuhkan bahan
pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik materi dan karakteritik siswa kelas II;
2) karakteritik bahan pembelajaran terpadu yang dibutuhkan meliputi keterpaduan
antarmateri, bahan pembelajaran kontekstual dan bahan pembeajaran hirarkis; 3)
pengembangan bahan pembelajaran yang dikembangkan sesuai dengan karakteristik
siswa. Pengembangan disusun berdasarkan karakteristik dan prinsip-prinsip yang
ditemukan dalam penelitian awal. Penilaian bahan pembelajaran IPS terpadu tema
lingkungan oleh pakar digolongkan sangat baik. Berdasarkan uji coba produk secara
eksperimen diantaranya terjadi peningkatan hasil belajar pada kelompok eksperimen,
ketuntasan klasikal kelompok eksperimen mencapai indikator ditetapkan. Hasil belajar
kelompok eksperimen lebih tinggi dari pada kelompok kontrol.
SARAN
Penelitian dan pengembangan bahan pembelajaran IPS terpadu tema lingkungan
hanya meningkatkan aspek kognitif, perlu dikembangkan lagi untuk meningkatkan
aspek afektif dan psikomotorik dan cakupan pengembangan bahan pembelajaran dapat
diperluas, tidak terbatas pada tema lingkungan.[]
71
Nur El-Islam, Volume 1, Nomor 1, April 2014
Erna Zumrotun
DAFTAR PUSTAKA
Borg, W.R., dan Gall, M.D. 1983. Educational Reseach an Introductioni. NewYork:
Longman
Brewer, Ernest Andrew. 2006. “Keep Social Studies in Elementary School”. Gale
Education, Religion and Humanities Lite Package. Web. 23 September 2012.
MLA 7 th Edition.
Brinegar, Kathleen dan Bishop, A. Penny. 2011. “Student Learning and Engagment In
The Context of Curriculum Integration”. Middle Grades Reseach Journal. Vol.
6, No.4.
Departemen Pendidikan Nasional. 2006. KTSP. Jakarta : Departemen Pendidikan
Nasional
Depdiknas. 2008. Panduan Pengembangan Bahan Ajar. Direktorat Pendidikan D a s a r
dan Menengah. Jakarta.
Fogarty, R. (1991). How to Integrate the Curricula. Pallatine Illionis: IRI Skylight Publising
Inc.
Gnanakan, Ken. 2013. “The Integrated Learning Experience”. William Carey International
Development Journal. Vol. 2. Issue 1.
Harish, Bala. 2011. Influence of Environment and Nature on Education. Journal
International Institute for Science Technology and Education. School of
English, Bhai Gurdas Institute of Engg. & Tech.. Volume 2 No 9 Hal 15.
Pribadi, B. A. 2009. Model Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta: Dian Rakyat.
Rahadi, A. 2010. Pemanfaatan Lingkungan sebagai sumber Belajar. (online).
Shoemaker, Betty Jean Eklund. 1989. “Integrativve Education: A Curriculum for the
Twenty-First Century”. OSSC Bulletin 33,2(October 1989),5.
Sukayati dan Wulandari. 2009. Pembelajaran Tematik di SD. Jakarta: Departemen
Pendidikan Nasional Direktorat jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan
Tenaga kependidikan.
Sunal, C. Marry, E. 1990. Social Studies and the Elementary School/Middle
School
Student. Fort Worth: Harcount Brace Jovaovich Collage Publisher.
Sungkono. 2009. “Pengembangan dan Pemanfaatan Bahan Ajar Modul Dalam Proses
Pembelajaran”. Majalah Ilmiah Pembelajaran nomor 1 volume 5 Mei.
Yani, Ahmad. 2009. Modul Pembelajaran IPS. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan
Islam Kementrian Agama RI.
Nur El-Islam, Volume 1, Nomor 1, April 2014
72