Jurnal Scripta Teologi dan Pelayanan
ISSN 2086-5368 (Print)
ISSN 2722-8231 (Online)
Http://ejournal.stte.ac.id
STT Ebenhaezer
Tanjung Enim
STTE
Vol.1, No.1, pp. 1-20, 2020
Spiritualitas Hana Menurut 1 Samuel 1:1-28
Dan Implementasinya Bagi Wanita
Dian Agustina
Yenny Anita Pattinama
Febriaman Lalaziduhu Harefa
1
Pelayan Yasayan Misi Sinode Gereja Kristus Yesus, email :
agustinedhean@gmail.com
2
Dosen STT Ebanhezer Tanjung Enim,
email : febriaman.harefa.h24@gmail.com
INFO ARTIKEL
ABSTRAK
___________________
_______________________________________________________________
Sejarah Artikel:
Spiritualitas adalah hidup menurut roh. Dalam konteks hubungan
yang transenden, roh itu adalah Roh Allah sendiri. Spiritualitas
adalah hidup yang didasarkan pada pengaruh dan bimbingan Roh
Allah. Spiritualitas bertujuan untuk membuat manusia hidup
sesuai dengan cita-cita Allah atau tujuan Allah. Spiritualitas
merupakan peningkatan hidup beragama yang bersumber pada
religiositas. Dengan menghayati spiritualitas, manusia menjadi
orang spiritual, yaitu orang yang menghayati Allah dalam hidup
nyata sehari-hari sesuai dengan panggilan dan peran hidupnya.
Untuk menemukan jawabannya, maka dibuatlah sebuah penelitian
dengan menggunakan metode penelitian deskriptif bibliologis.
Hasilnya adalah kaum wanita Kristen akan tekun mencari Tuhan,
mengandalkan Tuhan, menjaga kekudusan hidup dan setia
menepati janji.
Diterima : 27-10-2020
Direvisi : 19-11-2020
Disetujui: 19-11-2020
Dipublikasi: 28-112020
___________________
Kata Kunci:
keyword one, keyword
two, keyword three.
_____________________
__
Keywords:
keyword one, keyword
two, keyword three.
_____________________
__
ABSTRACT
_______________________________________________________________
Spirituality is living according to the spirit. In the context of a
transcendent relationship, that spirit is the Spirit of God Himself.
Spirituality is a life based on the influence and guidance of the
Spirit of God. Spirituality aims to make human beings live
according to God's ideals or God's purposes. Spirituality is an
increase in religious life which is rooted in religiosity. By living
spirituality, humans become spiritual people, that is, people who
live God in real everyday life according to their vocation and role.
To find the answer, a study was made using descriptive
bibliological research methods. The result is that Christian women
1
Jurnal Scripta| Volume __, Nomor __, (Bulan, Tahun)
will diligently seek God, rely on God, keep their lives holy and
faithfully keep their promises.
PENDAHULUAN
Kehidupan rohani atau spiritualitas diartikan sebagai hidup saleh dan berbakti
kepada Allah (devount life) atau sebagai hidup batin, hidup rohani. Dalam arti
sebenarnya spiritualitas adalah hidup menurut roh. Dalam konteks hubungan yang
transenden, roh itu adalah Roh Allah sendiri. Spiritualitas adalah hidup yang
didasarkan pada pengaruh dan bimbingan Roh Allah. Spiritualitas bertujuan untuk
membuat manusia hidup sesuai dengan cita-cita Allah (tujuan Allah). Spiritualitas
merupakan peningkatan hidup beragama yang bersumber pada religiositas.
Dengan menghayati spiritualitas, manusia menjadi orang spiritual, yaitu orang yang
menghayati Allah dalam hidup nyata sehari-hari sesuai dengan panggilan dan
peran hidupnya. Menyerap seluruh nilai spiritual dan mengarahkan diri serta hidup
berdasarkan nilai-nilai spiritualitas dan menciptakan gaya hidup serta perilaku
menurut nilai-nilai spiritual itu. Kerohanian adalah suatu bagian yang perlu
dipelihara oleh setiap orang percaya, orang percaya yang senang memelihara
hubungan pribadinya dengan Tuhan adalah orang yang bertumbuh rohaninya.1
Dengan demikian orang yang mempunyai spiritualitas atau kerohanian yang baik
adalah orang yang sedang memberi diri untuk dibimbing oleh Roh Allah dengan
maksud mempermuliakan Allah. Sebab jikalau kamu tahu, bahwa Dia adalah benar,
kamu harus tahu juga, bahwa setiap orang, yang berbuat kebenaran, lahir dari
pada-Nya (1 Yoh. 2:29). Hidup benar dengan berbakti kepada Allah dan kesalehan
menunjukkan orang yang telah lahir baru.2
Dalam hubungan dengan kehiduapan rohani secara khusus hubungan pribadi
dengan Tuhan, doa memiliki peran untuk menyatakan kekosongan dari pihak yang
berdoa (manusia), dan kelimpahan pihak yang mendengarkan doa (Allah). Oleh
sebab itu doa merupakan kebutuhan setiap orang percaya yang membuktikan
ketidak berdayaan orang percaya tanpa adanya pertolongan dari Allah sebagai
pihak yang berkelimpahan atau pemberi, sumber dari segala sesuatu. Dalam
kehidupan berumah tangga setiap anggota memiliki peran masing-masing, seperti
pria yang berperan sebagai imam atau kepala keluarga dan wanita sebagai istri
yang tunduk kepada suami dan mengurus segala urusan rumah tangga. Oleh sebab
itu tetaplah perlu untuk mengutamakan kehidupan rohani sebagai yang utama
dalam hubungan pribadi dengan Tuhan. Larry Cristenson mengatakan
bahwa: ”kehidupan istri yang sesuai dengan peraturan Ilahi akan menarik suami
dan anak-anaknya kedalam keadaan hidup yang penuh tertib dan tentram”. 3
Melalui pernyataan ini membuktikan bahwa wanita, ibu atau seorang istri
membawa pengaruh besar bagi keluaraganya. Wanita atau ibu yang memiliki
spiritualitas atau kehidupan rohani yang baik dengan memelihara hubungan pribadi
dengan Tuhan mampu menghadapi setiap tekanan, pergumulan yang dihadapi
dengan cara yang tepat.
Pada masa kini tidak semua kaum wanita atau ibu memiliki spiritualitas yang
benar. Kurangnya memelihara hubungan pribadi dengan Tuhan dapat membawa
1
Agus M Hardjana, Religiositas, Agama, & Spiritualitas (Yogyakarta: Kanisius, 2009).64-65
Febriaman Lalaziduhu Harefa, “Spiritualitas Kristen Di Era Postmodern,” Manna Rafflesia 6, no. 1 (2019),
https://doi.org/.
3
Larry Christenson, Keluarga Kristen (Semarang: Yayasan Persekutuan Betania, 1970).29
2
2
pengaruh dalam kehidupan baik secara pribadi didalam lingkungan keluarga dan
orang lain dalam lingkungan sekitar. Sehingga kaum wanita atau ibu saat ini
selayaknya belajar dari salah satu tokoh wanita dalam Alkitab yang kisah hidupnya
dicatat dalam 1 Samuel 1:1-28 yaitu Hana sebagai seorang wanita yang memiliki
spiritualitas yang benar. Dimana saat ini ada banyak kaum wanita atau ibu yang
kurang memiliki spiritualitas yang benar.
METODE PENELITIAN
Penulisan karya ilmiah ini menggunakan metode penelitian deskriptif
bibliologis.
Metode penelitian deskriptif bibliologis adalah menggambarkan secara tepat
sifat-sifat suatu individu, keadaan, gejala dan kelompok tertentu, untuk
menentukan frekuensi adanya hubungan tertentu antar suatu gejala dan gejala
lain dalam masyarakat Metode penelitian deskriptif bibliologis bertujuan untuk
mengumpulkan data, gambaran, penegasan suatu konteks tulisan sistematika,
atau gejala serta menjawab pertanyaan sehubungan dengan status subyek
penelitian.4 Melalui beberapa pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahwa,
metode deskriptif adalah suatu metode yang bersifat menggambarkan apa
adanya dan memberikan penegasan pada subyek yang diteliti.
Metode penulisan karya ilmiah ini juga bersifat bibliologis, karena penelitian
ini adalah penelitian terhadap kitab suci yang didasarkan pada prinsip-prinsip
serta metode penafsiran yang alkitabiah dan bertanggung jawab, yakni
menggunakan analisa teks, dengan memperhatikan: sumber teks, bahasa asli
teks, arti teks, analisa konteks dan latar belakang teks, dan lainnya, guna
menemukan makna yang sesungguhnya dari teks kitab suci yang diteliti. 5 Maka,
penulis menjadikan Alkitab sebagai landasan teori untuk memecahkan masalah
yang terjadi dalam karya tulis ini.
HASIL DAN PEMBAHASAN
LATAR BELAKANG TEKS KITAB 1 SAMUEL 1:1-28
Pasal pertama kitab ini menceritakan sekilas satu keluarga dari Ramataim
Zofim, dari pegunungan Efraim yang bernama Elkana bin Yeroham bin Elihu bin
Tohu bin Zuf. Elkana berasal dari suku Lewi (1 Taw 6:33-38), dalam perjanjian
lama suku Lewi tidak memiliki tanah pusaka sendiri karena itu harus disediakan
tanah bagi orang Lewi untuk dapat di diami bagi mereka (Bil 35:2). Keluarga
Elkana telah lama tinggal diantara suku Efraim karena itu ia tinggal di pegunungan
Efraim.
Ayat kedua dari pasal pertama kitab 1 Samuel menyebutkan bahwa Elkana
mempunyai dua istri (1 Samuel 1:2). R. E. Harlow dalam bukunya juga
mengatakan bahwa: ”Elkana memiliki dua istri yang bernama Hana dan Penina,
Penina memiliki banyak anak sedangkan Hana tidak”.6 Dengan demikian Elkana
tidak menerapkan pola pernikahan yang bersifat monogami atau hanya memiliki
satu istri seperti yang Tuhan firmankan dalam kejadian 2:24.
Kebudayaan yang ada dalam perjanjian lama melegalkan seorang laki-laki
untuk memiliki lebih dari satu istri jika wanita yang dinikahi tidak dapat
4
Sumanto, Metode Penelitian Sosial Dan Pendidikan (Yogyakarta: Andi Offset, 1996).109
Subagio Andreas B, Pengantar Riset (Bandung: Yayasan Kalam Hidup, 2004).228-229
6
Harlow R.E, King David Studies In 1 Nd 2 Samuel (Scarborough: Everyday Publications, 1970).8
5
3
Jurnal Scripta| Volume __, Nomor __, (Bulan, Tahun)
memberikan keturunan atau mandul.7 Dalam Perjajian Lama poligami juga
dilakukan oleh Abram, Yakub, Gideon Daud dan Salomo. Hal ini tidak menyalahi
atauran Yahudi jika dengan alasan bahwa pernikahan pertama tidak menghasilkan
anak. Dengan demikian tidak ada kesalahan moral terkait pernikahan Elkana.
Latar Belakang Kitab 1 Samuel
Kitab 1 Samuel ditulis pada saat Israel mengalami kemerosotan moral dan
menjadi negara lemah di antara banyak bangsa-bangsa kafir yang tinggal di
sekelilingnya.
W. J. Dumbrell dalam buku berjudul Covenant & Creation An Old Testament
Covenantal Theology menjelaskan bahwa:
the social preassures operating at the and of the period of the judges
eventually led to kingship and to the transition from a basically patriarcal
type of society of the emergence of a monarchical state. thus the two
books of samuel bring to a time of great political and social change in
israel, in the course of which the convenant relationship was to be
modified by the addition of kingship.8
Pernyataan Drumbell menjelaskan tekanan yang terjadi pada akhir masa
para hakim mengantarkan pada sistem kekerajaan dengan suatu transisi
mengubah sistem pemerintahan menjadi bersifat monarki. Kedua kitab Samuel
berisi perbaikan bangsa Israel secara politik dan sosial. Ketidak teraturan bangsa
Israel pada masa para hakim hingga menjadi kerajaan yang teratur mapan
dipaparkan dari segi latar belakang dan motivasi rohani juga sebagai titik balik
yang kuat dalam perkembangan kerajaan Allah.9 Dengan demikian 1 Samuel
adalah kitab yang berisi pembaharuan besar bangsa Israel.
Sastro Soedirjo dalam bukunya menuliskan: ”kitab ini memperkenalkan
seorang tokoh yang sangat dihormati dalam sejarah Israel dan awal dari suatu
bab baru dalam sejarah umat pilihan Tuhan”.10 Pernyataan ini menjelaskan
Samuel sebagai tokoh utama yang memiliki peran besar bagi perkembangan
bangsa Israel dan mengawali perubahan bangsa Israel sebagai umat pilihan Allah.
Kitab 1 Samuel lebih banyak mengisahkan riwayat hidup tiga tokoh utama
yaitu, Samuel, Saul dan Daud.11 Samuel sebagai orang pilihan Allah yang menjadi
hakim sekaligus nabi terakhir bagi bangsa Israel, memimpin juga yang mengurapi
raja pertama bangsa Israel. Saul adalah raja pertama atas kehendak dan pilihan
bangsa Israel sendiri dan Daud adalah raja yang sah atas pemilihan Tuhan bagi
bangsa Israel.
7
Copan Paul, God a Moral Monster? Memahami Allah Perjanjian Lama (Malang: Literatur SAAT,
2016).178
8
Dumbrell W.J, Covenant & Creation An Old Testament Covenantal Theology (Batu: Perpustakaan-Institut
Injil Indonesia, 1984).132
9
L Thomas Holdcroft, Kitab-Kitab Sejarah (Malang: Gandum Mas, 1992).62
10
Soedirdjo Sastro, Menggali Isi Alkitab Jilid 1 Kejadian Sampai Dengan Ester (Jakarta: Badan Penerbit
Kristen Kwitang, 1967).143
11
Howard Jr David M, Kitab-Kitab Sejarah Dalam Perjanjian Lama (Malang: Gandum Mas,
2002).143,173
4
Penulis Kitab 1 Samuel
Kitab 1 Samuel merupakan salah satu kitab yang tidak diketahui dengan jelas
penulisnya. Menurut tradisi Yahudi dalam kitab Talmud mempercayai bahwa
Samuel ikut dalam penulisan kitab 1 Samuel sebelum kematiannya. 12
Kemungkinan tidak hanya Samuel sebagai penulis, nabi Natan dan Gad juga
termasuk penulis dari kitab ini (1 Tawarikh 29:29).13
L. Thomas Holdcroft menyatakan bahwa: ”Kitab ini berisi sebuah gambaran
yang demikian bersahaja, gamblang, dan terinci sampai memberikan kesimpulan
bahwa pengarangnya akrab dengan peristiwa-peristiwa yang terjadi fakta-fakta
geografisnya terinci secara cermat”.14 Melalui pernyataan-pernyataan dari
beberapa sumber dapat disimpulkan bahwa, Samuel sebagai orang yang menulis
kitab 1 Samuel sekalipun tidak secara keseluruhan. Karena jelas bahwa penulis
kitab ini haruslah orang yang mengetahui peristiwa yang terjadi dengan sangat
dekat.
Alamat Kitab 1 Samuel
Penulisan Kitab 1 dan 2 Samuel tidak dapat diketahui dengan pasti namun,
bagian awal kitab Samuel ditulis sekitar tahun 1000 SM.15 Banyak yang pendapat
bahwa Kitab ini ditulis dalam tahun-tahun terakhir kehidupan Samuel dalam
kepemimpinannya sebagai nabi dan hakim terakhir di Israel.16
Waktu dan Tempat Penulisan Kitab 1 Samuel
Terdapat perbedaan pendapat antara beberapa sumber mengenai waktu
dan tempat penulisan kitab 1 Samuel. Sehingga tidak dapat diketahui kepastian
waktu dan tempat penulisan kitab ini. L. Thomas Holdcroft dalam bukunya
mengatakan bahwa kitab 1 Samuel seharusnya ditulis pada waktu generasi yang
mengalami peristiwa-peristiwa secara langsung sedangkan 1 Samuel
mencangkup peristiwa lebih sedikit dari satu abad sejarah bangsa Israel.17 Jadi,
waktu dan tempat penulisan kitab 1samuel ini tidak diketahui pasti namun, waktu
yang digunakan dalam penulisan kitab ini lebih dari satu abad mulai dari akhir
masa para hakim hingga masa raja-raja.
Maksud dan Tujuan Kitab 1 Samuel
Maksud dan tujuan kitab Samuel berkaitan dengan kitab-kitab sejarah lainya
seperti Yosua, Hakim-hakim dan Raja-raja. Kitab ini bertujuan untuk memusatkan
perhatian pada permulaan kerajaan Israel.18 Maka, penulis kitab 1 Samuel
bertujuan untuk menceritakan sejarah dari kepemimpian Samuel sebagai hakim
terakhir Israel dan sejarah dari kepemimpinan raja pertama Israel, Saul dan
digantikan oleh Daud sebagai raja yang dipilih Allah.
12
Simanjuntak A, Tafsiran Alkitab Masa Kini 1 Kejadian-Ester (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1980).438
Stamp Donald C, Alkitab Penuntun Hidup Berkelimpahan (Malang: Gandum Mas, 2014).524
14
Holdcroft, Kitab-Kitab Sejarah.63
15
Everett H. Harrison Pfeiffer, Charles F., The Wycliffe Bible Commentary (Malang: Gandum Mas,
2007).737
16
Howard Clark Kee ; David G Burke; Steven W Berkening ; Errol F Rhodes, ed., Alkitab Edisi Studi
(Jakarta: Lembaga Alkitab Indonesia, 2010).441
17
Holdcroft, Kitab-Kitab Sejarah.63
18
Howard Clark Kee ; David G Burke; Steven W Berkening ; Errol F Rhodes, Alkitab Edisi Studi.439
13
5
Jurnal Scripta| Volume __, Nomor __, (Bulan, Tahun)
Tema Kitab 1 Samuel
Kitab 1 samuel pada dasarnya berisi laporan sejarah yang menekakan pada
kebutuhan dasar akan kerohanian sejati untuk menjamin kesejahteraan
jasmaniah. Penekanan utama kitab ini terletak pada status rohani dan para
pemimpin Israel.19 Dengan demikian 1 Samuel adalah kitab yang menjadi bagian
pertama dari perubahan sistem pemerintahan kerajaan sekaligus perubahan
rohani dari kepemimpinan para imam yang tidak menjaga kekudusan hidup
dalam Tuhan. Bangsa ini diperbaharui oleh pemimpin rohani pilihan Allah yang
telah disiapkan melalui ibu yang juga rohani.
Dalam kitab 1 Samuel terdapat tiga tokoh utama yang menjadi pusat
perhatian seperti Samuel, Saul dan Daud.20 Samuel sebagai hakim terakhir dan
nabi yang sangat berkuasa dalam hal-hal rohani. Keunggulan Samuel adalah
dalam kejujurannya dan kebiasaanya berdoa yang dijadikan sebagai suatu hak
istimewa dan kewajiaban. Kemudian Saul raja pilihan Israel yang secara
berangsur-angsur mengalami kemunduran sehingga ia ditolak Tuhan karena
ketidak sabaran, kebodohan dan ketidak-taatan pada Tuhan. Juga Daud orang
pilihan Tuhan yang bertahun-tahun mengalami kesulitan sebelum menjadi raja.
Namun, hal tersebut membuatnya menjadi orang yang semakin dewasa, rohani
dan semakin bergantung pada Tuhan.
Keabsahan Teks Kitab 1 Samuel
Kitab Samuel diterima oleh para ahli kitab Ibrani sebagai suatu kitab. Pengarang
septuaginta (LXX) mengakui kitab Samuel dan raja-raja sebagai suatu hikayat
kerajaan yang lengkap dalam 4 kitab. Sejak abad ke 16 susunan kitab Samuel
dalam bahasa Ibrani dibagi menjadi dua bagian, 1 dan 2 Samuel. Maka, kitab ini
telah disahkan melalui kanonisasi dan dibagi menjadi dua bagian sebagai kitab 1
dan 2 Samuel.
ANALISIS KONTEKS KITAB 1 SAMUEL 1:1-28
Untuk memahami suatu teks Alkitab dengan baik maka perlu
memperhatikan konteks ayat yang ingin ditafsirkan. Kata ’konteks’ berarti
bersama-sama atau bagian yang berada di sekitar ayat atau ayat-ayat yang ingin
ditafsirkan, menunjuk kepada seluruh isi kitab atau seluruh bagian Alkitab. 21
Bagian-bagian ayat atau kitab yang dianggap berhubungn dengan ayat atau teks
yang sedang ditafsir.
Dengan demikian peneliti akan memaparkan konteks dekat dan konteks
jauh dari kitab 1 Samuel 1:1-28, sebagai berikut:
Konteks Dekat
Konteks dekat adalah konteks yang masih berkaitan dengan ayat sebelum,
sesudah atau ayat yang ingin ditafsir. Konteks dekat digunakan dengan tujuan
untuk membantu penafsir dalam memastikan, bagian Alkitab yang ingin ditafsir
19
Holdcroft, Kitab-Kitab Sejarah.62
Green Denis, Pengenalan Perjanjian Baru (Malang: Gandum Mas, 1984).93
21
Douglas Stuart Fee, Gordon D., Hermeeutik: Prinsip Dan Metode Penafsiran Alkitab (Malang: Gandum
Mas, 2009).13
20
6
sebagai unit yang utuh.22 Dengan demikian tafsiran yang diambil adalah melalui
bagian-bagian dari perikop dan ayat sebelum dan sesudah teks yang akan ditafsir.
Dalam ayat 2 ”orang ini mempunyai dua istri...Hana dan yang lain bernama
Penina...” menggambarkan bagaimana keadaaan rumah tangga Elkana.
Disebutkan bahwa Hana bukanlah istri satu-satunya dengan adanya kehadiran
Penina sebagai istri ke dua. Maka, dapat diketahui bahwa permasalahan keluarga
ini terletak pada Hana tidak memiliki anak sama sekali sedangkan Penina yang
memiliki banyak anak.
Keadaan rohani keluarga ini dapat diketahui pada ayat 3 menjelaskan ”dari
tahun ke tahun pergi meninggalkan kotanya untuk sujud menyembah dan
mempersembahkan korban kepada TUHAN...”. melalui ayat ini dapat terlihat
bahwa menyembah Tuhan dan memberikan persembahan korban kepada Tuhan
merupakan kegiatan yang biasa dilakukan setiap tahunnya oleh keluarga Elkana.
Berdasarkan konteks ayat 3 ini Robert Jamieson dalam bukunya mengatakan
bahwa ”and his piety in maintaining a regular attendance on the divine
ordinauces is the more worthy of notice. Believed and acted on the belief, that
the ordinances were effectual means of salvation.”23 Pernyatan Robert Jamieson
ini menjelaskan bahwa kebiasaan Elkana beserta keluarga setiap tahunnya ke Silo
merupakan bukti kesalehan dalam mempertahankan kehadiran secara teratur
dalam kegiatan peribadatan yang semestinya perlu diperhatikan. Percaya dan
bertindak berdasarkan keyakinan merupakan cara yang lebih efektif untuk
mendapatkan keselamatan.
Dengan demikian keaktifan dalam mengikuti kegiatan kerohanian secara
rutin dapat menjadi salah satu bukti dari spiritualitas dalam diri seseorang,
sekalipun tidak semua orang yang aktif dalam kegiatan kerohanian dapat
dikatakan sebagai orang yang rohani. Keyakinan atau iman dalam diri
seseoranglah yang akan membawa orang tersebut bertindak dengan penuh iman
dan keyakinan. Maka, Elkana beserta keluarga termasuk Hana memiliki kebiasaan
yang sesungguhnya mengacu pada ciri dari orang yang memiliki spiritualitas.
Selanjutnya ayat 5 memberikan menjelaskan dari penyebab kemandulan
Hana. ”...sebab TUHAN telah menutup kandungnnya”, menjadi suatu pernyataan
yang jelas bahwa Tuhan dengan sengaja tidak memberikan anak kepada Hana.
Seperti kisah Sara dalam Kejadian 16, Tuhan dengan sengaja tidak memberikan
anak sebab Tuhan mempunyai rencana tersendiri bagi Sara dan Abraham.
Demikian juga dengan kemandulan Hana sebagai tindakan langsung dari Allah
dengan menghadirkan masalah untuk menyatakan kuasaNya dan melatih iman
Hana melalui masalahnya. Hana juga sedang dipersiapkan Allah untuk
mempersiapkan kelahiran Samuel yang nantinya akan menjadi pemimpin rohani
bagi bangsa Israel.
Terdapat kata ’kandungan’ pada ayat 5 yang dalam bahasa Ibrani disebut
dengan rekhem Atau womb. Kandungan menunjuk pada tempat atau waktu
permulaan hidup, asal usul dari suatu kehidupan baru. Adanya kehidupan baru
yang dimulai dalam kandungan merupakan perbuatan Allah. Kandungan menjadi
salah satu bukti pemeliharaan Allah yang berkuasa penuh untuk membuka atau
menutup kandungan seorang wanita. Dengan demikian kemandulan juga
22
Susanto Hasan, Hermeneutik: Prinsip Dan Metode Penafsiran Alkitab (Malang: Literatur SAAT,
1986).299
23
Jamieson Robert, A Commentary Old New Testament (MiChigan: Grand Rapids, 1993).135
7
Jurnal Scripta| Volume __, Nomor __, (Bulan, Tahun)
merupakan tindakan Allah yang dengan sengaja dilakukan kepada Hana. Namun
kamandulan Hana bukan berarti tidak beralasan, sebab melalui Hana Allah akan
menyatakan rancangan yang besar bagi kemajuan bangsa Israel.
Lukas 23:29”...berbahagialah perempuan mandul...” ayat ini menjadi suatu
penghiburan dan bukti bahwa kelahiran seorang anak bukan berasal dari usaha
manusia sendiri tapi bersadarkan kehendak Tuhan. Anak adalah anugerah dari
Tuhan, pemberian yang berharga dari Tuhan dan tidak dapat dipaksakan atas
kehendak manusia sendiri.
Kata yang sama juga diulangi pada ayat 6 ”...TUHAN telah menutup
kandungannya” ayat ini kembali memberikan penekanan kepada tindakan Allah
dan memberikan penekanan kepada keadaan diri Hana. Allah berkuasa untuk
membuka maupun menutup kandungan wanita dan Allah mengizinkan Hana
mengalami kemandulan.
Kenyataan tidak dapat memperoleh anak dari Hana tidak membuat kasih
Elkana menjadi berkurang. Ini dibuktikan diayat 8 ketika Hana menagis dan tidak
mau makan Elkana menghibur hati Hana dengan berkata ”...bukankah aku jauh
lebih berharga dari pada sepuluh anak laki-laki”. Ayat ini tidak hanya berisi
penghiburan bagi Hana tapi juga menjelaskan bahwa sesungguhnya Elkana
mengasihi Hana dengan penuh ketulusan. Dengan kesadaran bahwa anak tidak
menjadi satu-satunya tujuan pernikahan karena anak berasal dari Allah, sebagai
pemberian dari Allah dan anak harus dijaga dengan baik sebagai tanggung jawab
dalam menjaga pemberian dari Allah.
Kemandulan yang menjadi akar masalah Hana dimadu dan menerima
perkataan menyakitkan dari Penina dalam ayat 6, kemandulan juga yang
membuat Hana tetap setia untuk pergi ke rumah Tuhan setiap tahunnya di Silo
pada ayat 7. Tekanan dan kepedihan hati Hana mengantarkan pada doa yang
sungguh-sungguh kepada Tuhan, membuat Hana semakin bergantung pada
Tuhan dan membuat Hana berani mengabdikan anaknya setelah ia menerima
jawaban doa dari Tuhan.
Hana sebagai wanita mandul pilihan Allah yang dipersiapkan menjadi ibu
dari seorang pemimpin spiritual yang dihormati bangsa Israel. Sebelum kelahiran
Samuel Allah terlebih dahulu membimbing Hana dalam masalah dan tekanan
yang berat sebagai seorang wanita. Melalui masalah dan tekanan yang dialami
maka, dapat diketahui bahwa Hana memiliki ketabahan, kesetiaan dan
kerendahan hati yang menjadi ciri dari spiritualitas.
Dengan demikian yang menjadi konteks dekat dari teks ini adalah bahwa
Hana mengalami tekanan hidup yang membuktikan spiritualitas sebagai seorang
wanita yang mampu menjaga hidup dengan tetap bergantung pada Tuhan
ditengah keadaan bangsa Israel yang sedang lemah dalam hal kerohanian pada
masa itu.
Konteks Jauh
Konteks jauh adalah konteks yang didapatkan dari penelitian seluruh bagian
kitab yang bersangkutan dengan teks yang akan dibahas. Konteks yang
menjelaskan atau menyelidiki konteks yang jauh atau luas dari pada konteks
8
dekat.24 Konteks jauh memiliki cangkupan yang jauh lebih luas dari pada konteks
dekat.
Dalam Perjanjian Baru Allah kembali memilih wanita yang memiliki
spiritualitas sejati seperti Maria ibu Yesus dalam Lukas 1:26-37, wanita yang
dipilih Allah untuk mengandung bayi Roh Kudus. Pemilihan Allah terhadap Maria
dilatar belakangi oleh spiritualitas Maria yang ditunjukkan pada Lukas 1:38.
Ucapan Maria yang mengatakan ”sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan;
jadilah padaku...” Sebagai bukti bahwa Maria memiliki pengenalan yang benar
akan Tuhan sehingga ia menyerahkan hidup sepenuhnya kepada Tuhan dan
memiliki kerendahan hati dalam menerima pernyataan Roh Kudus.
Maria dan Hana hampir memiliki kesamaan dalam menghadapi masalah
sebagai wanita. Pada masa Hana dalam Perjanjian Lama disebut aib bagi seorang
wanita yang tidak mempunyai anak dan pada masa Maria dalam Perjanjian Baru
disebut aib bagi seorang wanita yang telah bertunangan mengandung sebelum
pernikahannya. Kedua wanita ini tidak memaksakan kehendak diri sendiri pada
Tuhan melainkan memberikan diri sepenuhnya dengan tetap bergantung dan
berpengharapan pada Tuhan. Maria dan Hana sama-sama bergantung pada
Tuhan. Bahkan nyanyian syukur Maria dalam Lukas 1:46-56 sama dengan nyayian
syukur Hana dalam 1 Samuel 2:1-10.25
Wanita pilihan Allah lainnya adalah Elisabet istri Zakharia dalam Lukas 1:524. Hidup menurut segala perintah dan ketetapan Tuhan dengan tidak bercacat
menjadi suatu ciri dari kehidupan rohani yang benar. Zakharia dan Elisabet adalah
salah satu contoh keluarga yang tidak mempunyai anak namun hidup benar
dihadapan Allah. Sehingga Allah menjawab doa Zakharia dan Elisabet. Lukas
1:25 ”inilah suatu perbuatan Tuhan bagiku, dan sekarang Ia berkenan
menghapuskan aibku di depan orang”. Kemandulan Elisabet bukan menjadi
penyebab ia hidup benar dihadapan Tuhan melainkan karena ia hidup benar
dihadapan Tuhan ia diperkenankan Tuhan untuk mandul dan kuasa Tuhan
dinyatakan.
Berdasarkan kisah wanita dalam Alkitab, Spiritualitas wanita dapat terlihat
ketika ada masalah dan tekanan hidup yang terjadi. Dengan demikian spiritualitas
wanita dibuktikan melalui sikap dalam menanggapi masalah dan sikap dalam
menghadapi masalah yang dialami. Roma 8:28 mengatakan ”...Allah turut bekerja
dalam segala sesuatu untuk mendatangan kebaikan bagi mereka yang mengasihi
Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah”. Allah
memilih wanita yang tepat untuk menjadi alatNya seperti Hana, Maria dan
Elisabet. Melalui wanita ini Allah menyatakan rencanaNya bagi bangsa Israel dan
bagi seluruh orang yang mau menerima jalan keselamatan.
Dengan demikian yang menjadi konteks pada teks ini dilihat dari keadaan
wanita yang melihat masalah dan tekanan hidup sebagai sisi untuk tetap
bergantung dan berpengharapan pada Tuhan. Mengubah kesedihan dengan
bertindak berdasarkan keyakinan menjadi bukti dari spiritualitas yang hidup
dalam diri seorang wanita.
24
25
Hasan, Hermeneutik: Prinsip Dan Metode Penafsiran Alkitab.300
Fleming Don, Brige Bible Directory (Brisbane: Bridgeway Publications, 1990).166
9
Jurnal Scripta| Volume __, Nomor __, (Bulan, Tahun)
PRIBADI HANA DALAM KITAB 1 SAMUEL 1:1-28
Hana atau anugerah,26 belas kasihan,27 Tuhan memberi kasih karunia. Nama
Hana hanya disebutkan dalam pasal pertama kitab 1 Samuel sebagai salah
seorang dari istri Elkana (1 Samuel 1:2). Latar belakang dan asal usul Hana tidak
dijelaskan dalam Alkitab. Kitab 1 Samuel menceritakan Hana mulai dari pasal
pertama hingga pasal kedua ayat yang kesepuluh. Dalam kisah hidup Hana, ia
adalah wanita yang tidak mempunyai anak karena Tuhan menutup kandungannya
terdapat dalam 1 Samuel 1: 5b dan 6b.
Don Fleming memberikan menjelasan mengenai Hana dalam bukunya
dengan mengatakan bahwa:
As one of the two wives of Elkanah, Hannah lived in a household where
there was unhappiness and tension. In her Hannah cried to God for a
son, promising that if God answered her prayer she would give her son
back to God to serve him to life. When Samuel was two or thee years
old, Hannah took him to the tabernacle and dedicated him to God for
life. Features in her thanksgiving prayer reappear in the thanksgiving
prayer of Mary the mother of Jesus (1 Sam 1:1-10; Luc 1:46-55).28
Melalui pernyataan ini Don Fleming menjelaskan bahwa Hana bukanlah istri
tunggal Elkana, sesungguhnya Hana hidup tidak bahagia dan tertekan. Karena itu
Hana menangis dihadapan Tuhan mengharapkan seorang anak laki-laki dan
berjanji untuk menyerahkan anak itu kembali jika Tuhan menjawab doa
permohonan Hana. Ketika doa Hana dijawab Tuhan dan ia melahirkan Samuel.
Samuelpun dibawa ke bait suci ketika berusia dua atau tiga tahun untuk melayani
Tuhan seumur hidup. Setelah itu Hana menaikkan doa ucapan syukur kepada
Tuhan atas perbuatan Tuhan dalam dirinya sama seperti yang dilakukan Maria ibu
Yesus.
Dengan demikian, dari gambaran keadaan hidup Hana yang tidak bahagia
dan tertekan tidak membuatnya berhenti bergantung pada Tuhan. Kesungguhan
doa Hana membuat Tuhan menghadiahi Samuel kepada Hana. Namun
pemberian ini dijadikan Hana sebagai persembahan syukur dengan
mendedikasikan Samuel menjadi pelayan Tuhan di bait suci seumur hidup.
Pelajaran dari kehidupan Hana tidak hanya dapat dilihat karena ia adalah
wanita mandul. Sisi lain yang dapat dilihat dari Hana adalah bagaiman keadaan
spiritulitasnya ketika menghadapi masalah dan tekanan hidup pada saat itu. 1
Samuel 1:1-28 menceritakan kisah Hana dengan singkat dan mengandung
makna hidup yang dalam, seperti ketika Hana harus mengahadapi Penina.
Beberapa bagian ayat dalam 1 Samuel 1:1-28 dapat menjelaskan keadaan
spiritual Hana termasuk juga kepribadian atau sikap yang dimiliki oleh Hana.
Demikian melalui 1 Samuel 1:1-28 dan pasal 2 :1-10 ditemukan beberapa
kepribadian yang dimiliki oleh Hana seperti; tabah, rendah hati dan setia.
Tabah
Tabah menjadi salah sastu kepribadian yang dimiliki oleh Hana. Ketabahan
hati Hana dapat diketahui melalui 1 Samuel 1:2”orang ini mempunyai dua istri:
26
Pfeiffer, Charles F., The Wycliffe Bible Commentary.740
Haag Herbert, Kamus Alkitab (Ende: Nusa Indah, 1980).152
28
Don, Brige Bible Directory.166
27
10
yang seorang bernama Hana dan yang lain bernama Penina; Penina mempunyai
anak, tetapi Hana tidak”. Tabah atau kesabaran yang dapat dilihat dari ayat ini
adalah pertama, Hana harus menerima keadaan bahwa bukan hanya dirinya satusatunya wanita yang dinikahi oleh suaminya. Kedua, keberadaan wanita lain selain
dirinya menjadi begitu sangat menyakitkan ketika ia tahu bahwa madunya atau
Penina memiliki anak dan menjadi kebalikan dari keadaan yang dialami oleh Hana
selama pernikahannya. Perasaan-perasaan yang menyakiti hati Hana terkandung
dalam ayat ini dan ia tetap tabah dalam pengertian sabar menanggapi situasi
hidup yang dialami.
Ketabahan hati Hana dapat dilihat juga dari 1 Samuel 1: 6a dan 7b”tetapi
madunya selalu menyakiti hatinya supaya ia gusar” dan ”Penina menyakiti hati
Hana, sehingga ia menangis dan tidak mau makan”. Kedua ayat ini dapat menjadi
patokan bahwa yang diperbuat Penina kepada Hana tidak hanya dilakukan satu
atau dua kali melainkan berkali-kali terjadi. Melalui perkataan-perkataan bahkan
mungkin perlakuan Penina yang selalu menyakiti hati Hana. Inilah yang
membentuk pribadi Hana menjadi seorang wanita yang semakin tabah, sabar juga
memiliki penguasaan diri terkhusus dalam menghindari pertengakaran dan
perselisihan yang dibuktikan secara praktik dari bagaimana Hana menyikapi
perlakuan Penina terhadapnya.
Ketabahan hati Hana ditunjukkan melalui sikap yang tidak menuntut Penina
untuk menghargai Hana sebagai istri pertama Elkana dan pelajaran yang dapat
diambil dari ketabahan hati Hana adalah dengan melihat situasi sama yang terjadi
pada Sara dalam Kejadian 16:5. Sara tidak menerima perlakuan Hagar dengan
mengadukan perlakukan Hagar kepada Abram, sikap yang berbeda diambil oleh
Hana adalah dengan diam dan tidak memberitahukan kepada siapapun. Sehingga
wajar jika Hana menangis karena ia menyimpan semua masalah yang membuat
hati begitu sedih dan tertekan sendirian tanpa meminta pembelaan kepada
siapapun. Ia menjalani hidup dengan keyakinan adanya pemeliharaan Tuhan bagi
orang yang mengalami kesusahan.
Rendah Hati
Rendah hati menjadi salah satu kepribadian yang dimiliki oleh Hana.
Kerendahan hati Hana dapat dilihat melalui ayat yang menjelaskan bagaimana
Hana begitu sangat bersukacita ketia ia menyadari bahwa Tuhan memperhatikan
sengsaranya yang terdapat dalam pujiannya pada 1 Samuel 2:1a dan 3”hatiku
bersukaria karena TUHAN, tanduk kekuatanku ditinggikan oleh TUHAN”
dan ”janganlah kamu selalu berkata sombong, janganlah caci maki keluar dari
mulutmu. Karena TUHAN itu Allah yang maha tahu, dan oleh Dia perbuatanperbuatan diuji”. Kedua ayat ini menjadi salah satu bentuk pujian Hana karena
Allah membalaskan perbuatan orang-orang yang telah mencemooh dan
mempermalukannya. Dari kedua bagian ayat ini juga menyatakan bahwa Hana
sesungguhnya hanya menantikan pertolongan, pembelaan dan pembalasan dari
Allah. Kerendahan hati Hana ditunjukkan dengan menantikan pembalasan dari
Tuhan dan sikap tidak angkuh atau tinggi hati atas pertolongan yang diberikan
Tuhan, melainkan Hana menaikkan pujian ketika Tuhan membalas perbuatan
orang-orang yang mencemoohnya.
Dari masalah hidup yang dialami Hana maka, pelajaran yang dapat diambil
adalah untuk tidak merendahkan orang lain seperti yang dilakukan Penina
11
Jurnal Scripta| Volume __, Nomor __, (Bulan, Tahun)
terhadap Hana. Bahkan ketika Allah menjawab doa Hana dan membuat orangorang yang mencemooh Hana menjadi malu, Hana tidak menyombongkan diri.
Karena ia begitu menyadari bahwa semua terjadi atas perkenanan juga sebagai
perbuatan Tuhan bukan atas dasar perbuatan Hana sendiri.
Amsal 29:23 juga berbicara mengenai orang yang rendah hati, sebab Allah
sendiri tidak menyukai orang yang sombong dan angkuh tetapi orang yang
rendah hati dikasihi Allah. Terdapat dalam Amsal 29:23 yang
mengatakan ”keangkuhan merendahkan orang, tetapi orang yang rendah hati
menerima pujian”. Amsal 18:12 juga mengatakan ”tinggi hati mendahului
kehancuran tetapi, kerendahan hati mendahului kehormatan”. Dua bagian ayat
yang terdapat dalam Amsal ini dapat dijadikan perbandingan antara perkataan
Amsal dan praktik yang diterapkan oleh Hana bahwa keangkuhan dan tinggi hati
tidaklah menunjukkan pribadi seseorang yang memiliki spiritualitas.
Setia
Bentuk dari kesetiaan Hana kepada Tuhan ditunjukkan melalui kemauan
untuk tetap pergi ke rumah Tuhan pada 1 Samuel 1: 7a ”demikianlah terjadi dari
tahun ke tahun; setiap kali Hana pergi ke rumah TUHAN”. Sebagai ayat yang
menjadi bukti bahwa Hana tidak meninggalkan Tuhan selama ia mengalami
masalah dan tekanan hidup. Bertahun-tahun Hana menghadapi pergumulan
hidupnya bertahun-tahun juga Hana lewati dengan tetap datang ke rumah Tuhan.
Setia dalam diri Hana juga menyangkut dalam hal perkataan dan perbuataan
ketika ia berdoa meminta seorang anak kepada Tuhan ia menepati janji untuk
menyerhakan anak itu kembali bagi Tuhan. Doa Hana terdapat dalam 1 Samuel
1:11b”maka aku akan memberikan ia kepada TUHAN untuk seumur hidupnya
dan pisau cukur tidak akan menyentuh kepalanya”. Ayat ini menjadi ayat yang
berisi permohonan Hana dan janji yang disampaikan sendiri oleh Hana.
Pembuktian dari perkataan Hana ini diwujudkan dalam 1 Samuel 1:28 ”maka aku
pun menyerahkannya kepada TUHAN; seumur hidup terserahlah ia kiranya
kepada TUHAN...”. Melalui bagian ayat-ayat ini dapat diketahui bahwa kesetiaan
Hana dibuktikan pada tindakan yang tidak ingkar janji.
Hana menyatakan kepatuhan, ketaatan dan pengabdian diri kepada Tuhan.
Kesetiaan Hana tidak hanya ketika ia dalam masalah yang membuatnya terus
mencari Tuhan tetapi juga setia dalam perkataan yang dibuktikan ketika ia
menyerahkan anak yang dinantikannya kepada imam Ely. Hana memberikan
teladan bagi wanita yang putus asa tidak hanya dalam pengharapan juga dalam
perkataan sebagai bukti pengabdian diri sejati kepada Tuhan.
MAKNA TEOLOGIS
Setelah menyelesaikan exegese bagian-bagian ayat yang menyatakan
spiritualitas Hana dalam kitab 1 Samuel 1:1-28. Maka, peneliti mendapatkan
makna teologis yang dapat digunakan untuk memperbaharui spiritualitas
terkhusus bagi kaum wanita seperti: setia mencari Tuhan, bergantung pada
Tuhan, menjaga kekudusan hidup, konsisten menepati janji.
Setia Mencari Tuhan
Setia merupakan bukti kesungguhan, ketaatan dan pengabdian diri
sesseorang kepada Tuhan. Pada 1 Samuel 1:7 Hana memiliki kesungguhan hati
12
untuk mengenal Tuhan secara pribadi ketika ia memilih pergi ke rumah Tuhan.
Karena Hana sangat menyadari bahwa kesungguhan hati akan membawanya
untuk dapat menerima belas kasihan dari Tuhan.
Setiap wanita harus setia kepada Tuhan, yang berarti dilakukan secara terus
menerus, suatu proses menyatakan perbuatan atau tindakan. Penting bagi wanita
untuk mengenal Tuhan dengan sungguh-sungguh, mencari Tuhan, mengikut
Tuhan dengan sungguh-sungguh tidak hanya untuk sementara waktu tetapi terus
menerus setia pada Tuhan. Karena seperti Hana ia semakin setia padaTuhan
disaat masalah dan tekanan hidup semakin menekan batin dan Tuhan sendiri
memihak kepada Hana dengan memberikan apa yang menjadi permohonan doa
Hana. Hal inilah yang menjadi bukti dari kesetiaan Hana yaitu dengan tiada
berhenti mengharapkan belas kasihan dari Tuhan.
Setiap orang akan diuji dalam hal kesetiaannya kepada Allah.29 Allah adalah
setia sehingga Allah menghendaki setiap orang untuk memiliki kesetiaan dalam
diri. Allah melihat kesetiaan melalui masalah, pergumulan, tekanan hidup dan halhal lain yang dianggap sebagai situasi sulit untuk dihadapi secara pribadi. Melalui
situasi sulit inilah Allah sedang memfokuskan perhatian dan melihat kemana
orang percaya mencari pertolongan dan bagaimana sikap dalam mengahadapi
masalahnya.
Bergantung Pada Tuhan
Dalam 1 Samuel 1:10 menunjukkan bahwa Tuhanlah yang menghantarkan
Hana untuk berdoa dalam kepedihan hati di bait suci. Pada ayat ini Tuhan melihat
betapa Hana menggantungkan diri sepenuhnya kepada Tuhan. Ada keputusasaan dalam diri Hana namun masih mau berharap pada Tuhan. Bahkan dalam
doa Hana berjanji akam menyerahkan kembali apa yang ia minta jika doanya
dijawab Tuhan. Tetapi Hana membuktikan bahwa kasih pada Tuhan jauh lebih
beharga dari pemberian yang ia terima melalui doa.
Pada 1 Samuel 1:11 ”jika sungguh-sungguh Engkau memperhatikan
sengsara hambamu ini” artinya Hana benar-benar meletakkan pengharapan
sepenuhnya pada Tuhan. Arti dari ucapan Hana ini bahwa ia mempunyai
keyakinan Tuhan tahu apa yang sedang ia alami. Melalui ini wanita juga dapat
mengambil pelajaran bahwa masalah tidak jauh lebih besar dari Tuhan yang selalu
tahu apa yang sedang dialami setiap orang. Selalu melibatkan Tuhan dalam setiap
masalah mungkin lebih sulit dilakukan, dari pada menyelesaikan masalah dengan
cara sendiri. Tetapi usaha yang demikian bukanlah jalan keluar terbaik karena
jalan keluar terbaik hanya ada pada Tuhan sekalipun tidak terjadi dengan mudah.
Doa adalah cara mengundang kuasa Tuhan kedalam kehidupan pribadi. 30
Maka, melalui doa setiap orang percaya termasuk wanita belajar memahami
maksud Tuhan dan hidup semakin berpengharapan dengan bergantung
sepenuhnya pada kuasa Tuhan.
Menjaga Kekudusan Hidup
Pada masa Hana bangsa Israel telah banyak terpengaruh oleh kehidupan
bangsa asing yang tidak mengenal Tuhan. Meskipun demikian Hana tidak
29
30
Colbaugh Wildon, Kehidupan Kristen Yang Praktis (Malang: Gandum Mas, 1984).97
Omartian Stromie, Kuasa Doa Seorang Istri (Batam: Interaksara, 2000).11
13
Jurnal Scripta| Volume __, Nomor __, (Bulan, Tahun)
membiarkan diri terpengaruh kebiasaan bangsa yang tidak mengenal Tuhan,
sebagai contoh ia tidak meminum anggur.
Hana juga menjawab tuduhan imam Eli terhadap dirinya dengan sopan dan
dalam kondisi yang begitu sangat terpuruk Hana masih mampu menunjukkan
penguasaan diri yang baik. Tentu membutuhkan banyak waktu untuk melatih
penguasaan diri bagi Hana. Ada kemungkinan bahwa Hana telah terbiasa
menerima perlakuan yang kurang sopan sehingga membuat ia lebih dapat
menguasai diri dengan baik.
Kekudusan atau kesucian hidup memiliki tujuan agar Tuhan dapat
memerintah didalam kehidupan orang percaya sepenuhnya.31 Memelihara
kesucian hidup penting bagi setiap orang karena dengan demikian sama dengan
memberikan diri supaya Tuhan lebih mudah menyatakan kehendakNya dalam
kehidupan bahkan dalam pergumulan.
Tuhan mengharapkan setiap orang termasuk wanita dapat menjaga
kekudusan hidup. Maksudnya bukan hanya mengenai minuman keras atau
anggur. Kekudusan hidup juga meliputi kesucian hati, pikiran dan tindakan yang
seharusnya dimiliki wanita. Jadi, menjaga kekudusan hidup dalam Tuhan adalah
kepatuhan dalam menjaga hidup sesuai dengan apa yang Tuhan harapkan dalam
diri setiap wanita seperti Hana.
Konsisten Menepati Janji
Dalam 1 Samuel 1:28 kata menyerahkan membuktikan janji yang pernah di
sampaikan Hana mengenai kelahiran anaknya. Hana tidak melupakan janji pada
Tuhan dan menunjukkan bahwa Hana seorang wanita yang berintegritas dengan
melakukan tindakan sesuai dengan apa yang diucapkan. Kekonsistenan Hana
dalam ucapan yang dibuktikan melalui tindakan ini seharusnya dapat diteladani
oleh setiap orang percaya secara khusus juga bagi wanita. Jadi, wanita dapat
melakukan hal sama seperti yang Hana lakukan dengan terlebih dahulu didasari
pada kesungguhan hidup di dalam Tuhan.
Melalui perkataanlah seseorang dapat dipercaya, jika dalam perkataan
sudah tidak dapat dipercaya maka bagaimana dapat memberikan teladan hidup
sebagai orang percaya bahkan sebagai seorang wanita kristen. Perkataan yang
hidup adalah perkataan yang diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Terlebih
lagi dalam keadaan menghadapi masalah ataupun tekanan hidup sangatlah
penting pengendalian diri dalam hal menjaga perkataan baik dihadapan Tuhan
maupun sesama manusia.
HAKIKAT SPIRITUALITAS KAUM WANITA KRISTEN
Hakikat adalah kebenaran, kenyataan atau yang sebenarnya.32 Dengan
demikian yang menjadi kebenaran, kenyataan atau yang sebenarnya dan
sesungguhnya dalam spiritualitas yaitu: tekun mencari Tuhan, mengandalkan
Tuhan, menjaga kekudusan hidup dan setia menepati janji.
Tekun Mencari Tuhan
Hidup tekun mencari Tuhan menjadi penentu untuk memenuhi kualifikasi
sebagai anggota sejati komunitas iman. Dalam upaya pencarian akan Tuhan perlu
31
32
Wildon, Kehidupan Kristen Yang Praktis.108
W.J.S Poerwardaminta, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1976).339
14
untuk menyisihkan setiap hasrat, perasaan, kerinduan dan kebutuhan lain yang
dapat mengganggu upaya dalam memiliki hubungan yang dekat dengan Tuhan.
Karena Allah sendiri telah menyediakan waktu bagi setiap orang untuk mengenalNya (2 Taw 15:2).33 Jadi, segala sesuatu yang menjadi penghambat dalam proses
pengenalan dan usaha dalam mencari Tuhan harus disingkirkan. Oleh karena itu
setiap orang diberikan kebebasan untuk dapat semakin tekun mencari Tuhan.
Ketekunan dalam mencari Tuhan ini merupakan sikap yang dimiliki oleh para
tokoh Alkitab. Dalam kitab 1 Samuel menceritakan kisah hidup seorang yang
bernama Hana. Dari kisah hidup Hana memberikan pelajaran agar setiap wanita
tetap tekun mencari Tuhan dalam keadaan dan situasi apapun. Dengan demikian
setiap wanita atau kaum wanita semakin mengalami pembaharuan kerohanian
dan menjadi wanita yang memiliki spiritualitas dalam Tuhan.
Mengandalkan Tuhan
Hidup mengandalkan Tuhan adalah kehidupan yang menjadikan Tuhan
sebagai satu-satunya sumber pengharapan yang dapat dipercaya sepenuhnya.
Ketika kaum wanita mengandalkan Tuhan, itu sama halnya sedang menantikan
jawaban sesuai waktunya Tuhan. Luis Palau memberikan penjelasan dengan
mengatakan: ”apabila kita secara sadar bergantung kepada Allah sebagai sumber
akhir kekuatan dan tenaga kita, kita pun diperbaharui dan didayagunakan
kembali. Kita tidak perlu khawatir tentang kekurangan energi karena sumbersumber Allah tidak ada habisnya.”34 Maka, bergantung kepada Allah merupakan
bentuk penyerahan seluruh kekuatan dan tenaga yang dialihkan kepada Tuhan
tanpa ada lagi rasa kuatir.
Menjaga Kekudusan Hidup
Pengudusan adalah sebuah langkah penting menuju pembaharuan yang
radikal. Artinya pengudusan membawa orang percaya untuk mengalami
pembaharuan rohani yang terjadi secara bertahap. Pengudusan hidup dalam diri
orang percaya akan terus baerlangsung, bertumbuh bersama dengan
pengetahuan akan Tuhan yang semakin meningkat.35 Jadi, pengudusan akan terus
terjadi bersamaan dengan pengetahuan akan Tuhan yang semakin meningkat
dalam hidup orang percaya.
Hidup Setia Menepati Janji
Kaum wanita perlu belajar untuk dapat setia dalam menepati janji juga
dalam perkataan. Karena kesetiaan merupakan wujud pemahaman bahwa Allah
sajalah yang menjadi penuntun dan penguasa atas segala kemakmuran dan
kesusahan. Jadi, kesetiaan membuktikan tuntunan Allah sepenuhnya dari segala
aspek kehidupan.
Dalam kehidupan kaum wanita yang siap untuk semakin mengalami
kedewasaan rohani sikap dan perilaku menjadi suatu hal yang penting untuk
diperhatikan. Kimberley mengatakan dalma bukunya ”sikap dan perilaku menjadi
33
Kaisar Walter C, Lawatan Yang Memulihkan (Yogyakarta: Andi, 2004).103
Palau Luis, Katakan Iya! Memperbaharui Kerinduan Rohani Saudara (Jakarta: BPK Gunung Mulia,
1994).157
35
Packer J.L, God’s Plans For You Rencana Allah Bagi Kehidupan Anda (Surabaya: Momentum,
2004).160
34
15
Jurnal Scripta| Volume __, Nomor __, (Bulan, Tahun)
cerminan dari apa yang sesungguhnya dirasakan hati”36 jadi, jika hati tidak
sungguh-sungguh maka yang diperbuat juga tidak menajadi berkat. Sikap dan
perilaku kaum wanita yang demikian tidak menunjukkan diri telah hidup dalam
Tuhan. Bukan hanya sikap dan perilaku saja yang diperhatikan tetapi
memperhatikan setiap perkataan juga penting dilakukan oleh kaum wanita
UPAYA PENERAPAN SPIRITUALITAS KAUM WANITA KRISTEN
Peneliti menjelaskan beberapa tindakan yang dapat dilakukan oleh kaum wanita
sebagai upaya pelaksanaan penerapan spiritualitas Hana dalam meningkatkan
kerohanian.
Memiliki Hubungan Pribadi Dengan Tuhan
Memiliki hubungan pribadi dengan Tuhan berarti memiliki hubungan yang
bersifat khusus dan istimewa. Hubungan yang khusus dan istimewa ini jika
dimiliki oleh kaum wanita maka, kaum wanita akan senantiasa memiliki kerinduan
untuk terus dekat dengan Tuhan. Hubungan yang akrab dengan Tuhan akan
menimbulkan ketenangan hati. Ketenangan hati yang sifatnya tidak pasif, bukan
untuk melarikan diri dari tantangan melainkan ketenangan yang diberikan untuk
tetap berjuang dalam Tuhan.37 Jadi, ketika memiliki hubungan pribadi dengan
Tuhan maka, sudah ada ketenangan yang Tuhan siapkan untuk tetap berjuang
dalam menghadapi masalah hidup.
Hubungan pribadi dengan Tuhan dapat dimulai dengan kebiasaan seperti
berdoa, membaca firman Tuhan dan menaikkan pujian bagi Tuhan. Kegiatan ini
harus didasari dengan ketulusan hati dan kerinduan sepenuhnya kepada Tuhan.
Sehingga dalam kehidupan sehari-hari kaum wanita tidak merasa dirugikan ketika
memberikan waktu untuk Tuhan.
Meyakini Kuasa Tuhan
Bagi kaum wanita yang telah hidup di dalam Tuhan pasti akan sepenuhnya
yakin pada kuasa Tuhan. Keyakinan ini seharusnya tidak tergoyahkan oleh apapun
termasuk masalah- masalah hidup yang dialami. Meyakini kuasa Tuhan berarti
menyadari bahwa Tuhan berotoritas sepenuhnya dalam kehidupan. Melalui
keyakinan ini, kaum wanita tidak lagi harus merasa kuat kuatir yang berlebihan
maupun rasa takut yang berlebihan. Juga tidak mengambil tindakan untuk
mengandalkan manusia atau diri sendiri ketika diperhadapkan dengan masalah.
Seperti dalam Amsal 3:5 yang mengatakan : percayalah kepada TUHAN
dengan segenap hatimu, dan jangan bersandar kepada pengertianmu sendiri.
Melalui ayat ini kaum wanita dapat semakin meyakini dan mengandalkan Tuhan
dengan segenap hati bukan pada pengertian sendiri. Jadi, kaum wanita yang
meyakini kuasa Tuhan akan tetap hidup teguh dan bertumbuh dalam
pengharapan dan iman kepada Tuhan.
Memiliki Kerinduan Bersekutu Dengan Umat Tuhan
Bersekutu dengan umat Tuhan artinya ada dalam pertemuan bersama-sama
orang percaya. Maka, kaum wanita perlu membiasakan diri senantiasa memiliki
kerinduan dalam pertemuan dengan sesama orang percaya seperti dalam ibadah,
36
37
Woodhouse Kimberley, Kehidupan Yang Berarti (Jakarta: Anggota IKAPI, 2014).9
Brownlee Malcolm, Tugas Manusia Dalam Dunia Milik Tuhan (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1993).22
16
kebaktian dan lainnya. Kebaktian memberikan kesempatan untuk melepaskan diri
dari kesibukan dan mengalihkan perhatian pada yang lebih penting. Kebaktian
bertujuan untuk mengutamakan Tuhan bukan untuk mengutamakan masalah.
Sehingga melalui kebaktian dapat melihat kehidupan dari perspektif baru yang
lebih terang dan lebih tenang.38 Jadi, kebaktian bertujuan untuk dapat dengan
sungguh memusatkan diri pada Tuhan bukan pada masalah-masalah yang sedang
dialami. Kebaktian membantu untuk dapat bersikap lebih tenang dalam
mengahadapi masalah dengan cara mengikuti persekutuan bersama dengan
umat Tuhan. Dalam kebaktian juga membantu melihat kehidupan dengan sudut
pandang lain yang lebih baik dan terang.
Tuhan menghendaki pertumbuhan yang terjadi tidak hanya secara pribadi
tetapi juga secara kolektif atau bersama-sama dalam persekutuan dengan Kristus
dan saling memperhatikan atara satu dengan yang lain. Sehingga persekutuan
dalam Kristus menjadi sempurna (Kis 2:42-47).39 Jadi, kehendak Tuhan adalah
agar setiap umat-Nya dapat bersekutu bersama-sama dengan penuh kasih dalam
Tuhan.
SIMPULAN
Spiritualiatas merupakan hal yang terpenting bagi setiap orang termasuk
bagi kehidupan kaum wanita. Setiap orang termasuk kaum wanita dapat saja
mengaku sebagai orang rohani yang memiliki kedekatan dengan Tuhan. Akan
tetapi pada kenyataanya masih ada kaum wanita yang hidup tidak sesuai dengan
kehendak Tuhan. Dengan demikian kaum wanita perlu memiliki spiritualitas
dengan mengalami pembaharuan rohani sesuai dengan kehendak Tuhan.
Namun, spiritualitas dalam diri kaum wanita sering terkendala karena pengaruh
masalah dan pergumulan hidup yang dialami kaum wanita. Seharusnya kehadiran
masalah dan pergumulan hidup dapat membentuk spiritualitas kaum wanita
menjadi semakin baik dalam pengenalan dan hubungan dengan Allah. Karena itu
Kaum wanita perlu mengambil satu teladan hidup dari tokoh Alkitab yang
memiliki spiritualitas termasuk ketika sedang diperhadapkan dengan masalah
dan tekanan hidup.
Kaum wanita cenderung mudah tenggelam dalam situasi hidup yang sulit.
Oleh sebab itu, peneliti mengamati satu tokoh dalam Alkitab yang tetap teguh
dalam menghadapi masalah dan tekanan hidup yaitu, Hana dalam kitab 1Samuel
1:1-28. Spiritualitas Hana dalam kitab 1 Samuel muncul ditengah permasalahan
dan tekanan batin yang dialami oleh Hana. Dimana Tuhan menutup kandungan
Hana dan secara bersamaan madunya selalu menyakiti hati Hana. Dalam situasi
sulit Hana menunjukkan spiritualitasnya melalui hal seperti: setia pada Tuhan,
bergantung pada Tuhan, menjaga kekudusan hidup dan konsisten dalam
menepati janji.
38
39
Malcolm.21
Daun Paul, Kristen Yang Bertumbuh (Manado: Yayasan Daun Famil, 2001).45
17
Jurnal Scripta| Volume __, Nomor __, (Bulan, Tahun)
DAFTAR PUSTAKA
A, Simanjuntak. Tafsiran Alkitab Masa Kini 1 Kejadian-Ester. Jakarta: BPK
Gunung Mulia, 1980.
C, Kaisar Walter. Lawatan Yang Memulihkan. Yogyakarta: Andi, 2004.
C, Stamp Donald. Alkitab Penuntun Hidup Berkelimpahan. Malang: Gandum
Mas, 2014.
Christenson, Larry. Keluarga Kristen. Semarang: Yayasan Persekutuan Betania,
1970.
Denis, Green. Pengenalan Perjanjian Baru. Malang: Gandum Mas, 1984.
Don, Fleming. Brige Bible Directory. Brisbane: Bridgeway Publications, 1990.
Fee, Gordon D., Douglas Stuart. Hermeeutik: Prinsip Dan Metode Penafsiran
Alkitab. Malang: Gandum Mas, 2009.
Hardjana, Agus M. Religiositas, Agama, & Spiritualitas. Yogyakarta: Kanisius,
2009.
Harefa, Febriaman Lalaziduhu. “Spiritualitas Kristen Di Era Postmodern.” Manna
Rafflesia 6, no. 1 (2019). https://doi.org/As the times progress from
modern to post-modern, the principle of life also begins to change in
accordance with the times, so does human spirituality, how do Christian
attitudes judge the age and face this age? What kind of spirituality should
be applied by believers? Considering the knowledge of Christian Spirituality
in the Postmodern Era is very important, it is therefore necessary to
provide an understanding of the insights of Christian spirituality, so that
believers can wisely support thi.
Hasan, Susanto. Hermeneutik: Prinsip Dan Metode Penafsiran Alkitab. Malang:
Literatur SAAT, 1986.
Herbert, Haag. Kamus Alkitab. Ende: Nusa Indah, 1980.
Holdcroft, L Thomas. Kitab-Kitab Sejarah. Malang: Gandum Mas, 1992.
Howard Clark Kee ; David G Burke; Steven W Berkening ; Errol F Rhodes, ed.
Alkitab Edisi Studi. Jakarta: Lembaga Alkitab Indonesia, 2010.
J.L, Packer. God’s Plans For You Rencana Allah Bagi Kehidupan Anda. Surabaya:
Momentum, 2004.
Kimberley, Woodhouse. Kehidupan Yang Berarti. Jakarta: Anggota IKAPI, 2014.
Luis, Palau. Katakan Iya! Memperbaharui Kerinduan Rohani Saudara. Jakarta:
BPK Gunung Mulia, 1994.
M, Howard Jr David. Kitab-Kitab Sejarah Dalam Perjanjian Lama. Malang:
Gandum Mas, 2002.
Malcolm, Brownlee. Tugas Manusia Dalam Dunia Milik Tuhan. Jakarta: BPK
Gunung Mulia, 1993.
Paul, Copan. God a Moral Monster? Memahami Allah Perjanjian Lama. Malang:
Literatur SAAT, 2016.
Paul, Daun. Kristen Yang Bertumbuh. Manado: Yayasan Daun Famil, 2001.
Pfeiffer, Charles F., Everett H. Harrison. The Wycliffe Bible Commentary.
Malang: Gandum Mas, 2007.
Poerwardaminta, W.J.S. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka,
1976.
R.E, Harlow. King David Studies In 1 Nd 2 Samuel. Scarborough: Everyday
Publications, 1970.
Robert, Jamieson. A Commentary Old New Testament. MiChigan: Grand
18
Rapids, 1993.
Sastro, Soedirdjo. Menggali Isi Alkitab Jilid 1 Kejadian Sampai Dengan Ester.
Jakarta: Badan Penerbit Kristen Kwitang, 1967.
Stromie, Omartian. Kuasa Doa Seorang Istri. Batam: Interaksara, 2000.
Subagio Andreas B. Pengantar Riset. Bandung: Yayasan Kalam Hidup, 2004.
Sumanto. Metode Penelitian Sosial Dan Pendidikan. Yogyakarta: Andi Offset,
1996.
W.J, Dumbrell. Covenant & Creation An Old Testament Covenantal Theology.
Batu: Perpustakaan-Institut Injil Indonesia, 1984.
Wildon, Colbaugh. Kehidupan Kristen Yang Praktis. Malang: Gandum Mas,
1984.
19