POLITEKNIK LP3I BANDUNG
SATUAN ACARA PENGAJARAN
(SAP)
MATA KULIAH
: AUDITING
KODE MATA KULIAH
:
KREDIT
: 2 SKS
SEMESTER
: 3 GANJIL
…………………………………...............………….............................
PENANGGUNG JAWAB
MATA KULIAH
:
PEMBUAT (REVISI)
: Budi Lesmana, S.E.,M.M
DESKRIPSI SINGKAT
: Mata kuliah ini bertujuan untuk memberikan pengetahuan dasar mengenai pengauditan serta
aplikasinya terhadap dunia kerja. Pembahasan mata kuliah ini meliputi : Auditing, Standar
Profesional Akuntan Publik (PSAP), Indonesian Institute of Auditing (IIA) dan Kode Etik Akuntan
Indonesia,Tujuan Audit dan Laporan Audit, Laporan Audit, Pengendalian Internal, Bukti Audit,
Resiko Audit, Rencana Pemeriksaan, Pemeriksaan Kas dan Setara Kas, Piutang, Surat
Berharga, Penghitungan Aktiva tetap, berwujud & tidak berwujud, persediaan barang Dagangan,
program Pemeriksaan, Prosedur Audit, Pemeriksaan dengan elektronik, kertas kerja
pemeriksaan
TUJUAN PEMBELAJARAN UMUM (TPU)
:
Mata Kuliah ini membahas bagaimana melakukan proses pemeriksaan yang meliputi tahapan perencanaan, proses pemeriksaan
sampai membuat laporan hasil pemeriksaan dengan membuat satu pernyataan atas hasil pemeriksaan.
MATERI
:
Auditing, Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) dan Kode Etik Akuntan Indonesia
Tujuan Audit dan Laporan Audit
Pengendalian Intern
Bukti Audit dan Tes Transaksi
Kertas Kerja Pemeriksaan
Rencana pemeriksaan, Program Pemeriksaan dan Prosedure Pemeriksaan
POLITEKNIK LP3I BANDUNG
SATUAN ACARA PENGAJARAN
(SAP)
MATA KULIAH
KODE MATA KULIAH
KREDIT
PERTEMUAN
: AUDITING
:
: 2 SKS
: 1
No.
TUJUAN PEMBELAJARAN
KHUSUS
POKOK BAHASAN DALAM
MATA PELAJARAN
SUB POKOK BAHASAN
1
2
3
4
1
Mahasiswa dapat menjelaskan
pengertian auditing, profesiprofesi dalam auditing
Pengertian auditing dan
profesi dalam dunia auditing
1)
2)
3)
4)
5)
6)
Pengertian Auditing
Perbedaan auditing dan akuntansi
Perlunya dilakukan audit
Jenis-jenis audit
Profesi akuntan di Indonesia dan
di Negara lain.
Peer Review
METODE
MEDIA
WAKTU
DAFTAR
PUSTAKA
5
6
7
8
Ceramah
Data
Primer dan
sekunder
1 kali
tatap
muka
Sukrisno Agoes:
buku 1,
PERTEMUAN 1
Alvin A Arrens
PERTEMUAN1
BUKU REFERENSI :
1) Auditing: Pemeriksaan Akuntan, buku 1& buku II, Edisi kedua: Sukrisno Agoes lembaga Penerbit FE-UI, Jakarta, 1999. ( buku wajib).
2) Auditing an integrated approach: Alvin A Arrens and James Loebeck, five Edition
3) Standar pemeriksaan Akuntan Publik
PERTEMUAN I
PENGERTIAN AUDITING
Auditing adalah proses pengumpulan dan pengevaluasian bukti-bukti tentang
informasi yang dapat diukur mengenai suatu entitas ekonomi untuk
menentukan dan melaporkan kesesuaian informasi yang dimaksud dengan
kriteria - kriteria yang telah ditetapkan yang dilakukan oleh seorang yang
kompeten dan independen .(disimpulkan dari beberapa sumber yang
penulis baca)
Beberapa keyword dari definisi tersebut di atas dapat diuraikan sebagai
berikut:
Entitas Ekonomi, adalah satuan usaha yang legal seperti PT,CV, Fa,
lembaga pemerintah, atau perusahaan perorangan .
Pengumpulan dan pengevaluasian bukti .
Bukti-bukti merupakan segala sesuatu yang merupakan informasi yang
digunakan auditor seperti pernyataan lisan dari auditee , komunikasi
tertulis dan pengamatan .
Orang yang kompeten dan independen maksudnya adalah orang yang
mempunyai kemampuan dan sikap mental yang independen .
Pelaporan sebagai alat penyampaian temuan-temuan kepada auditee .
Oleh sePERTEMUAN itu Auditing merupakan salah satu bentuk atestasi.
Atestasi, pengertian umumnya, merupakan suatu komunikasi dari seorang
expert mengenai kesimpulan tentang reabilitas dari pernyataan seseorang.
Dalam pengertian lebih sempit atestasi merupakan “komunikasi tertulis yang
menjelaskan suatu kesimpulan mengenai reabilitas dari asersi tertulis yang
merupakan tanggung jawabdari pihak lainnya”. Seorang akuntan public
dalam kapasitasnya sebagai seorang auditor memberikan atestasi mengenai
kewajaran dari laporan keuangan sebuah entitas.
Akuntansi berfungsi menyajikan informasi kuantitatif untuk pengambilan
keputusan . Sementara dalam auditing, aturan-aturan akuntansi menjadi
kriteria untuk membandingkan kesesuaian informasi. Dengan demikian,
akuntansi dan auditing berbeda dalam esensinya.
Sehingga akhir-akhir ini akuntan publik mulai melakukan jenis jasa assurance
lainnya. Committee Assurance Service dari AICPA mendefinisikan assurance
services sebagai berikut : “Jasa seorang professional yang independen yang
meningkatkan kualitas informasi untuk para pengambil keputusan” yang
ternyata assurance services memiliki ruang lingkup yang lebih luas
disbanding auditing atau atestasi.
Gambar 1.1
Hubungan antara Assurance, Attestation dan Auditing
Assurance Services
Attestation
Auditing
Ada beberapa hal yang penting perlu diperhatikan lebih lanjut, yaitu ;
Pertama ; yang diperiksa adalah laporang keuangan yang telah disusun oleh
pihak manajemen beserta catatan-catatan dari pembukuan dan bukti-bukti
pendukungnya. Laporan keuangan yang harus diperiksa terdiri dari Neraca,
Laporan Laba Rugi, Laporan Perubahan Ekuitas, dan Laporan Arus Kas.
Catatan-catatan pembukuan terdiri dari buku harian (buku kas/Bank, buku
penjualan/pembelian, Buku serba-serbi) buku besar, sub buku besar (piutang,
utang, kartu persediaan, aktiva tetap).
Kedua ; Pemeriksaan dilakukan secara kritis dan sistematis, dalam
melakukan pemeriksaannya, akuntan public berpedoman pada Standar
Profesional Akuntan Publik, mentaati kode etik IAI dan aturan etika IAI serta
memenuhi Standar Pengendalian Mutu
Ketiga ; Pemeriksaan dilakukan oleh pihak yang independent yaitu akuntan
public yang tidak memiliki hubungan, kepentingan tertentu dengan dewan
direksi baik itu sebagai pemegang saham ataupun hubungan relasi lainnya,
auditor harus bersifat objective tidak memihak kepada siapapun dan
melaporkan apa adanya.
Keempat ; tujuan dari pemeriksaan akuntan adalah untuk dapat memberikan
pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan yang diperiksa.
Laporan keuangan yang wajar adalah yang disusun berdasarkan prinsip
akuntansi yang berlaku umum (di Indonesia : Prinsip akuntansi yang berlaku
umum di Indonesia yang dikodefikasi dalam Standar Akuntansi Keuangan)
Auditing dan Asersi Manajemen
Asersi adalah representasi manajemen mengenai kewajaran laporan
keuangan Auditing Standards Board (ASB), suatu badan yang dibentuk
AICPA untuk memformulasikan standar auditing dan interpretasinya,
mengklasifikasinya asersi laporan keuangan sebagai berikut ;
1. Existence atau Occurance adalah standard yang dibuat untuk
meyakinkan keberadaan dari semua harta, utang dan ekuitas yg
tercantum dalam neraca betul-betul ada dan apakah semua transaksi
yang terangkum dalam laba rugi betul-betul terjadi.
2. Completeness ; apakah ada harta, utang dan ekuitas yang dihilangkan
dari laporan keuanga
3. Right and Obligations adalah hak dan pengakuan dari harta yang
tercantum dalam neraca adalah milik perusahaan ?, apakah kewajiban
perusahaan merupakan kewajiban perusahaan pertanggal neraca ?
4. Valuation atau allocation adalah standar penilaian atas harta, utang
dan ekuitas berdasarkan nilai yang tepat dan sesuai dengan prinsip
akuntansi yang berlaku.
5. Presentation and disclosure, berkaitan dengan pengujian dari laporan
keuangan yang disajikan apakah sudah tereflesikan kondisi keuangan
yang sesungguhnya.
Perbedaan Auditing dan Akuntansi
Akuntansi dalam pengerjaannya mempunyai sifat konstruktif karena disusun
mulai dari bukti-bukti pembukuan, buku harian, buku besar dan sub buku
besar, neraca saldo sampai pada laporan keuangan.
Auditing mempunyai sifat analitis, karena akuntan public memulai
pemeriksaannya dari angka-angka dalam laporan keuangan lalu dicocokan
dengan neraca saldo (trial balance), buku besar (General Ledger), buku
harian dan buku khusus sampai pada bukti-bukti transaksi
Gambar 1.2
Perbedaan Auditing dan Accounting
Transaksi yg
mempunyai
nilai uang
Bukti
Pembukuan
Special
Journal
SubLedger
General
Journal
Ledger
Trial
Balance
Worksheet
Financial
Report
Accounting
Auditing
Jenis Audit
Audit Atas Laporan Keuangan/Financial Audit adalah audit yang
bertujuan untuk menentukan kesesuaian informasi terukur yang akan
diverifikasi dengan kriteria tertentu sepeti GAAP atau Standar
Akuntansi yang berlaku umum ( PSAK).
Audit Operasional adalah penelaahan bagian dari prosedur atau
metode operasi suatu organisasi untuk menilai efisiensi dan
efektifitasnya Hasilnya berupa rekomendasi perbaikan operasi.
Audit Ketaatan adalah audit atas ketaatan auditee terhadap prosedur
atau aturan tertentu yang telah ditetapkan baik aturan yang ditetapkan
perusahaan maupun aturan yang ditetapkan oleh atau dengan pihak
luar seperti pemerintah , bank , kreditor atau pihak lainnya. Audit atas
laporan keuangan pada hakekatnya adalah audit ketaatan terhadap
prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum.
Jenis Auditor
Kantor Akuntan Publik Terdaftar, yaitu auditor yang mempunyai
tanggung jawab atas kinerja audit laporan keuangan bagi semua
perusahaan publik, perusahaan-perusahaan besar dan beberapa
perusahaan kecil dan organisasi nirlaba.
Auditor Pemerintah, yaitu auditor yang mempunyai tanggung jawab
mengevaluasi efisiensi, efektifitas, dan keekonomisan dari
program/proyek pemerintah. Di Indonesia ada beberapa lembaga yaitu
BPKP, BEPEKA, serta Itjen pada departemen-departemen pemerintah
.
Auditor Pajak, yaitu auditor yang bertanggung jawab melaksanakan
pemeriksaan atas tercapainya penerimaan negara dari sektor
perpajakan dan penegakan hukum dalam pelaksanaan perpajakan. Di
Amerika ada Internal Revenue Service ( IRS ), sementara di Indonesia
dilaksanakan oleh KPP dan Karikpa sebagai tenaga teknis
pemeriksaan pajak dari Direktorat Jenderal Pajak ( DJP ).
Internal Auditor, yaitu auditor yang bekerja di suatu perusahaan untuk
melaksanakan audit bagi kepentingan manajemen perusahaan.
Sebagai contoh di BUMN-BUMN di Indonesia ada unit SPI yang
menangani hal tersebut.
Kebutuhan akan Auditing
Jasa auditing yang digunakan di kalangan pengusaha, pemerintah, dan lainlain pada hakikatnya adalah untuk mengurangi risiko informasi antara dua
pihak yang berkepentingan. Dalam hal ini adalah manajemen sebagai
pembuat laporan dan user sebagai pemakai laporan. Hal ini karena semakin
kompleksnya kondisi masyarakat yang memungkinkan para pengambil
keputusan akan memperoleh informasi yang tidak dapat dipercaya dan tidak
dapat diandalkan yang secara umum disePERTEMUANkan oleh 4 hal yaitu:
Hubungan yang tidak dekat (Jauhnya sumber informasi) antara
penerima dan pemberi informasi .
Sikap memihak/bias dan motif lain yang melatarbelakangi pemberian
informasi.
Data yang berlebihan
Transaksi pertukaran yang kompleks
Untuk menanggulangi risiko informasi tersebut ada tiga cara yang dapat
dilaksanakan :
Verifikasi Informasi oleh pihak pemakai/pengguna informasi
Pengguna informasi menanggung risiko informasi secara bersamasama dengan manajemen
Dilakukan audit atas Laporan Keuangan .
PIHAK-PIHAK YANG BERINTERAKSI DENGAN AUDITOR
1. Manajemen
Dalam konteks audit, yang dimaksud manajemen meliputi pejabat
pimpinan, kontroler, dan para personil kinci perusahaan. Selama audit
berlangsung, auditor sangat sering berhubungan atau berinteraksi dengan
manajemen. Untuk mendapatkan bukti yang diperlukan dalam suatu audit,
auditor sering kali meminta data perusahaan yang bersifat rahasia. Data
seperti ini, tentu disimpan oleh para manajemen tersebut. Oleh karena itu,
sangatlah penting bagi auditor untuk menjalin hubungan baik dengan
manajemen atas dasar saling percaya dan saling menghormati (tanpa
mengurangi professional skepticism).
2. Dewan Komisaris dan Komite Audit
Dewan Komisaris dan Komite Audit bertindak sebagai penengah antara
auditor dan manajemen. Fungsi dewan dan komite ini yang berhubungan
langsung dengan akuntan publik adalah:
a. Menunjuk kantor akuntan publik yang akan diberi penugasan audit.
b. Mendiskusikan lingkup audit dengan auditor
c. Mengundang auditor untuk mendiskusikan masalah-masalah yang
timbul selama audit berlangsung
d. Mereview laporan keuangan dan laporan auditor dengan auditor
menjelang selesainya penugasan audit.
3. Auditor Intern
Akuntan publik biasanya menjalin kerja sama dengan auditor intern pada
perusahaan klien, karena akuntan publik mempunyai kepentingan
langsung dengan pekerjaan auditor intern yang merupakan bagian dari
pelaksanaan sistem pengendalian intern klien. Di samping itu, auditor
intern akan memberi bantuan langsung kepada akuntan publik dalam
pelaksanaan audit atas laporan keuangan. Pekerjaan auditor intern
merupakan pelengkap bagi akuntan publik.
4. Pemegang Saham
Para pemegang saham mengandalkan pada laporan keuangan yang telah
diaudit untuk mendapatkan keyakinan bahwa manajemen telah
melaksanakan tanggung jawabnya dengan baik. Oleh karena itu, auditor
memiliki tanggung jawab yang penting terhadap mereka sebagai pemakai
utama laporan auditor.
KETERBATASAN AUDIT LAPORAN KEUANGAN
1. Keterbatasan yang melekat pada laporan keuangan (adanya berbagai
metode, adanya pertimbangan tertentu dalam suatu kejadian atau
transaksi, dan lain-lain)
2. Keterbatasan dalam pelaksanaan audit (misalnya: sampling bukti)
sehingga dalam standar hanya mengatakan “ ….bukti yang cukup …”
bukan bukti yang menjamin 100% benar, dan pendapat yang diberikan
oleh akuntan publik adalah “wajar” bukan absolut benar (namun akhirakhir ini berkembang wacana dalam akuntansi adanya “true and fair
value”).
Aktivitas Kantor Akuntan Publik
Kantor Akuntan Publik terutama melaksanakan empat jenis jasa, yaitu :
Atestasi, di mana KAP mengeluarkan laporan tertulis yang
menyatakan kesimpulan atas keandalan pernyataan tertulis yang telah
dibuat dan ditanggungjawabi pihak lain.Terdapat tiga jenis atestasi
yaitu : audit laporan keuangan historis , review/penelaahan laporan
keuangan historis dan jasa atestasi lainnya .
Jasa Perpajakan berupa SPT PPh, PBB, PPN , perencanaan
perpajakan dan jasa perpajakan lainnya.
Konsultasi Manajemen yaitu dalam peningkatan aktivitas operasi .
Jasa Akuntansi dan Pembukuan .
Ketiga jasa terakhir sering disebut sebaga jasa non assurance.
AICPA
American Institute of Certified Public Accountants (AICPA) atau di Indonesia
IAI mempunyai tiga fungsi utama yaitu :
1. Penetapan Standar dan Aturan, ada empat bidang utama dalam
auditing yang perlu dibuat standar aturannya yaitu ; Standar Audit ,
Standar Kompilasi dan Penelaahan Laporan Keuangan , Standar
Atestasi Lainnya, Kode Etik Profesi .
2. Penelitian dan Publikasi. Kegiatan ini menghasilkan jurnal -jurnal
seperti jurnal berkala , jurnal akuntansi dan lain-lain.
3. Pelaksanaan Ujian Sertifikasi Akuntan Publik/USAP
4. Pendidikan lanjutan .
Terdapat tiga persyaratan utama untuk menjadi akuntan public bersertifikat
yaitu persyaratan pendidikan, persyaratan ujian akuntan dan persyaratan
pengalaman.
Standar Auditing yang berlaku umum/GAAS
GAAS merupakan pedoman bagi auditor dalam menjalankan tanggung jawab
profesionalnya. Terdiri dari sepuluh standar yang terdiri dari tiga bagian besar
(Standar Umum, Standar Pekerjaan Lapangan dan Standar Pelaporan), yaitu
:
A. Standar Umum, merupakan kualifikasi dan perilaku umum yang terdiri dari
:
Keahlian dan pelatihan teknis yang cukup .
Independensi dalam sikap mental .
Kemahiran profesional yang cermat dan seksama .
B. Standar Pekerjaan Lapangan, meliputi :
Perencanaan dan supervisi yang pantas .
Pemahaman yang cukup tentang struktur pengendalian intern.
Bahan bukti kompeten yang cukup .
C. Standar Pelaporan, pelaporan hasil audit yang meliputi :
Apakah laporan keuangan disusun berdasarkan standar akuntansi
yang berlaku umum.
Keadaan dimana standar akuntansi tidak diikuti secara konsisten .
Kecukupan pengungkapan informasi .
Pernyataan pendapat terhadap laporan keuangan secara keseluruhan
.
Gambar 1.3
Diagram Standar Auditing
Standar Auditing
Standar Umum
Keahlian dan pelatihan
teknis yang memadai
Independensi dalam
sikap mental
Penggunaan kemahiran
professional dengan
cermat dan seksama
Standar Pekerjaan Lapaangan
Perencanaan dan supervisi audit
Pemahaman yang memadai atas
pengendalian intern
Bukti audit kompeten yang cukup
Standar Pelaporan
Pernyataan ttg kesesuaian lap keu dgn prinsip
akuntansi yg berlaku
umum
Pernyataan mengenai
ketidakkonsistenan
penerapan prinsip
akuntansi yg berlaku
umum
Pengungkapan informatif
dlm lap keu.
Pernyataan pendapat atas
lap keu secara
keseluruhan
Pengendalian Mutu/Quality Control
Pengendalian mutu adalah prosedur yang digunakan KAP untuk membantu
mentaati standar secara konsisten dalam setiap kontrak kerja yang
mengikatnya.
Komite standar pengendalian mutu menetapkan sembilan elemen
pengendalian mutu yaitu :
Independensi
Penugasan para auditor, dalam hal ini harus memiliki kemampuan dan
pelatihan teknis yang memadai
Konsultansi , auditor harus meminta petunjuk dari ahli bila menemui
kesulitan dalam pelaksanaan auditing
Supervisi
Pengangkatan Auditor
Pengembangan professional
Promosi
Penerimaan dan Pemeliharaan hubungan dengan klien
Inspeksi, diperlukan untuk penunjang delapan unsur diatas .
Terdapat syarat-syarat yang harus dipenuhi Kantor Akuntan Publik ( tiga
persyaratan pertama juga berlaku bagi KAP yang tidak menjadi anggota
forum) yang ditetapkan AICPA dengan divisinya yaitu SEC dan Kantor
Akuntan Publik atau di Indonesia Forum IAI - SAP yaitu :
Ketaatan pada standar pengendalian mutu .
Penelaahan sejawat ( peer review ) , harus dari KAP lain yang
memenuhi persyaratan
Pendidikan lanjutan
Rotasi partner
Penelaahan oleh partner lain
Larangan pemberian atas jasa tertentu
Pelaporan ketidaksepakatan
Pelaporan jasa konsultasi manajemen.
Contoh Engagement letter ;
Kepada
[Pihak yang Mengadakan Perikatan]
Saudara telah meminta kami untuk mengaudit neraca …………(selanjutnya
disebut"Perusahaan") tanggal……………….., dan laporan laba rugi, laporan
perubahan ekuitas dan laporan arus kas untuk tahun yang berakhir pada tanggal
tersebut. Surat ini menegaskan penerimaan kami dan pemahaman kami atas
perikatan ini. Audit kami akan kami laksanakan dengan tujuan untuk menyatakan
pendapat kami atas laporan keuangan tersebut.
Kami akan melaksanakan audit berdasarkan standar auditing yang ditetapkan
Ikatan Akuntan Indonesia. Standar tersebut mengharuskan kami merencanakan
dan melaksanakan audit agar memperoleh keyakinan memadai bahwa laporan
keuangan bebas dari salah saji material. Suatu audit meliputi pemeriksaan, atas
dasar pengujian, bukti-bukti yang mendukung jumlah-jumlah dan pengungkapan
dalam laporan keuangan. Audit juga akan meliputi penilaian atas prinsip
akuntansi yang digunakan dan estimasisignifikan yang dibuat oleh manajemen,
serta penilaian atas penyajian laporan keuangan secara keseluruhan sesuai dengan
ketentuan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) yang dikeluarkan
oleh Ikatan Akuntan Indonesia. Pendapat kami atas laporankeuangan tersebut
adalah tergantung dari hasil penerapan prosedur-prosedur audit yang akan kami
laksanakan, oleh karena itu, kami tidak memberikan jaminan bahwa kami dapat
memberikan pendapat wajar tanpa pengecualian atas laporan keuangan tersebut di
atas.
Sebagai bagian dari proses audit, kami akan melakukan permintaan keterangan
dari manajemen tentang pernyataan manajemen yang disajikan dalam laporan
keuangan. Kami juga akan meminta pernyataan tertulis clien manajemen yang
menjelaskan bahwa penyajian laporan keuangan adalah tanggung jawab
manajemen dan penegasan tertulis lainnya untuk mengkonfirmasi beberapa
pernyataan yang dibuat oleh manajemen kepada kami selama proses audit kami.
Tanggapan manajemen atas permintaan keterangan kami dan pemerolehan
pernyataan tertulis dari manajemen diwajibkan oleh standar auditing sebagai
bagian dari bukti audit yang akan kamiandalkan sebagai dasar dalam memberikan
pendapat atas laporan keuangan. Karena pentingnya surat pernyataan manajemen
tersebut, Perusahaan setuju untuk membebaskan dan mengganti rugi
kepada……………(nama KAP yang bersangkutan) dan stafnya atas segala
tuntutan, kewajiban, dan biaya-biaya yang akan dikeluarkan sebagai akibat dari
kesalahan pernyataan manajemen berkaitan dengan jasa audit yang kami berikan
sesuai dengan perikatan ini.
Audit kami mengandung risiko bawaan bahwa bila terdapat kekeliruan dan
ketidakberesan material, termasuk kecurangan atau pemalsuan, mungkin tidak
akan terdeteksi. Namun, bila kami menemukan adanya hal-hal tersebut dalam
audit kami,informasi tersebut akan kami sampaikan kepada Saudara.
Sebagai tambahan laporan audit kami atas laporan keuangan, kami akan
menyampaikan surat terpisah tentang kelemahan signifikan pengendalian intern
yang kami temukan dalam audit yang kami lakukan.
Kami mengingatkan Saudara bahwa tanggung jawab atas penyusunan laporan
keuangan, termasuk pengungkapan memadai merupakan tanggung jawab
manajemen perusahaan. Tanggung jawab ini mencakup pula penyelenggaraan
catatan akuntansi dan pengendalian intern memadai, pemilihan dan penerapan
kebijakan akuntansi, dan penjagaan keamanan aktiva perusahaan..Sebagai bagian
dari proses audit, kami akan meminta penegasan tertulis dari Saudara tentang
representasi yang Saudara buat untuk kami dalam rangka audit yang kami
laksanakan.
Kami mengharapkan kerja sama penuh dari staf Saudara dan kami yakin bahwa
mereka akan menyediakan catatan, dokumentasi, dan informasi lain yang kami
perlukan dalam rangka audit kami. Berdasarkan diskusi tentang operasi
perusahaan dan perencanaan audit kami, fee audit kami perkirakan sebesar Rp
…………. Ditambah direct out of pocket expenses dan Pajak Pertambahan Nilai.
Fee tersebut kami hitung berdasarkan waktu yang diperlukan oleh staf yang kami
tugasi untuk melaksanakan audit ini dan tarif per jam staf yang kami tugasi, yang
bervariasi sesuai dengan tingkat tanggung jawab yang dipikul dan pengalaman
serta keahlian yang diperlukan. Jumlah tersebut akan kami tagih sesuai dengan
kemajuan pekerjaan kami.
Surat perikatan audit ini akan efektif berlaku untuk tahun-tahun yang akan datang
kecuali jika dihentikan, diubah, atau diganti.
Silakan menandatangani dan mengembalikan copy surat perikatan audit terlampir
yang menunjukkan kesepakatan Saudara atas pengaturan tentang audit atas
laporan keuangan tersebut di atas.
Terima kasih atas kesempatan yang Saudara berikan kepada kami untuk
menyediakan jasa audit bagi Saudara.
PT KXT
Kantor Akuntan Publik
Soal Latihan PERTEMUAN I
1.
2.
3.
4.
Mengapa laporan keuangan perlu diaudit?
Syarat-syarat apa saja yang perlu dimiliki oleh seorang auditor?
Jelaskan standar audit dan sebutkan apa saja!
Akuntan Publik (auditor) bertanggung jawab atas opini yang diberikannya
dan alas laporan keuangan yang tercantum dalam audit report ?
5. Menurut Standar Akuntansi Keuangan, laporan keuangan yang lengkap
terdiri dari Neraca, Laporan Laba Rugi, Laporan Perubahan Ekuitas dan
Catatan Atas Laporan Keuangan ?
6. Independent auditing dilakukan untuk memeriksa kebenaran dari laporan
keuangan klien beserta catatan pembukuan dan dokumen-dokumen
perusahaan yang di audit ?
7. Pemeriksaan akuntan harus dilakukan berdasarkan Standar Profesional
Akuntan Publik dan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum
di Indonesia/SAK ?
8. Auditing mempunyai sifat analitis, sedangkan accounting mempunyai sifat
konstruktif ?
9. Audit proposal yang sudah disetujui klien, merupakan dasar bagi auditor
untuk melakukan pemeriksaan dan disebut Management Letter ?
10. Beberapa unsur dari pengendalian mutu: independensi, konsultasi,
supersive, materiality ?
POLITEKNIK LP3I BANDUNG
SATUAN ACARA PENGAJARAN
(SAP)
MATA KULIAH
KODE MATA KULIAH
KREDIT
PERTEMUAN
: AUDITING
:
: 2 SKS
: 2
No.
TUJUAN PEMBELAJARAN
KHUSUS
POKOK BAHASAN DALAM
MATA PELAJARAN
SUB POKOK BAHASAN
1
2
3
4
2
Mahasiswa dapat memahami apa
yang di maksud dengan auditing
standart dan dalam fungsinya
dalam pelaksanaan profesi
auditor, serta kode etik dalam
dunia auditing
Auditing standard dan kode
etik auditing
1.
2.
METODE
MEDIA
WAKTU
DAFTAR
PUSTAKA
5
6
7
8
Pengetian auditing standard dan
fungsinya dalam pelaksanaan
profesi auditor.
Kode etik akuntan Indonesia
BUKU REFERENSI :
1. Auditing: Pemeriksaan Akuntan, buku 1& buku II, Edisi kedua: Sukrisno Agoes lembaga Penerbit FE-UI, Jakarta, 1999. ( buku wajib).
2. Auditing an integrated approach: Alvin A Arrens and James Loebeck, five Edition
3. Standar pemeriksaan Akuntan Public
1 kali
tatap
muka
Sukrisno Agoes:
buku 1,
PERTEMUAN 2
PERTEMUAN II
STANDAR PROFESIONAL AKUNTAN PUBLIK
DAN KODE ETIK AKUNTAN INDONESIA
ETIKA PROFESIONAL
Apakah Etika Itu?
Etika secara umum didefinisikan sebagai perangkat prinsip moral atau nilai.
Daftar prinsip-prinsip berikut ini berhubungan dengan karakteristik dan nilainilai yang sebagian besar dihubungkan dengan prilaku etis
Kejujuran
Integritas
Mematuhi Janji
Loyalitas
Keadilan
Kepedulian kepada Orang Lain
Menghargai Orang Lain
Menjadi Warga Yang Bertanggungjawab
Mencapai Yang Terbaik
Ketanggunggugatan
Kebutuhan akan Etika
Kebutuhan akan etika dalam masyarakat cukup penting sehingga banyak
diantara nilai-nilai etika yang dimasukkan dalam undang-undang. Sejumlah
besar nilai etika dalam masyarakat tidak dapat dimasukkan dalam undangundang karena sifat nilai tertentu yang memerlukan pertimbangan.
Mengapa Orang Bertindak Tidak Beretika
Terdapat dua alasan utama mengapa orang bertindak tidak beretika ;
1. Standar etika seseorang berbeda dari masyarakat umum
2. Seseorang memilih bertindak semaunya
Etika Dalam Bisnis
Ada beberapa akibat potensial dari kasus-kasus dan terdapat banyak kritik
terhadap bisnis yang ditampilkan filem, televisi, surat kabar dan media
lainnya. Contoh kasus pertama tadi menunjukkan upaya untuk membuat
perilaku bisnis yang tidak beretika seolah-olah normal saja. Kasus kedua
menyimpulkan bahwa perilaku manajemen tersebut tidak beretika dan
bisnisnya tetap sukses. Akhirnya, dan barangkali merupakan yang terpenting,
adalah menyimpulkan bawa suatu tindakan haruslah benar-benar ekstrim
untuk dinyatakan sebagai tidak beretika. Sebagai contoh, merupakan
tanggungjawab social untuk memperlakukan pegawai, pelanggan dan
pemasok secara jujur dan adil, tetapi dalam jangka panjang banyak
kemungkinan tindakan yang akan diambil untuk keberhasilan bisnis.
Dilema Etika
Dilema etika adalah situasi yang dihadapi seseorang dimana keputusan
mengenai perilaku yang pantas harus dibuat. Contoh sederhana dari dilema
etika adalah pada saat kita menemukan cicin berlianyang memaksa kita untuk
memutuskan mengembalikan pada pemiliknya atau untuk kita saja.
Auditor, akuntan dan kalangan bisnis lainnya menghadapi banyak dilema
etika dalam karier bisnis mereka
Memecahkan Dilema Etika
Ada beberapa alternative pemecahan dilemma etika, tetapi harus berhati-hati
untuk menghidari cara yang merupakan rasionalisasi perilakutidak beretika.
Berikut ini adalah metode rasionalisasi yang biasanya digunakan bagi
perilaku tidak beretika ;
-
Semua orang melakukannya
Jika itu legal, maka itu beretika
Kemungkinan ketahuan dan konsekuensinya
Fakta Relevan
Masalah etika
Konsekuensi dari setiap alternative
Kebutuhan Khusus Berperilaku Beretika Dalam Profesi
Alasan yang mendasari diperlukannya perilaku professional yang tinggi pada
setiap profesi adalah kebutuan akan kepercayaan public terhadap kualitas
jasa yang diberikan profesi, terlepas dari yang dilakukan secara peorangan.
Bagi akuntan public, penting untuk meyakinkan klien dan pemakai laporan
keuangan akan kualitas audit dan jasa lainnya. Jika pmakai jasa tidak
mempunyai keyakinan pada ali medis, hakim atau akuntan public,
kemampuan professional itu untuk memberikan jasa kepada klien dan
asyarakat secara efekti berkurang.
Prinsip Prilaku Profesional
Prinsip-prinsip Etika
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Tanggungjawab
Kepentingan masyarakat
Integritas
Objektivitas dan Independen
Keseksamaan
Lingkup dan Sifat Jasa
Standar teknis
Kerahasiaan
Independensi
Independensi dalam audit berarti cara pandang yang tidak memihak di dalam
pelaksanaan pengujian, evaluasi hasil pemeriksaan, dan penyusunan laporan
audit. Apabila auditor adalah seorang penasehat klien,seorang banker atau
yang lainnya, dia tidak dapat dikatakan independen.
Hubungan Keuangan Dengan Klien
Di Amerika Serikat, tedapat aturan yang lebih rinci mengenai peilikan saham
tersebut. Ada tiga perbedaan dalamperaturan 101 da Amerika Serikat
sehubungan dengan independensi dan kepemilikan saham ;
- Partner atau pemegang saham kontra non-partner atau non-pemegang
saham
- Kepentingan keuangan langsung dan tidak langsung
- Material dan tidak material
- Mantan praktisi
- Prsedur peminjaman yang normal
- Kepentingan keuangan pada hubungan keluarga
- Hubungan investor atau investee bersama dengan klien
- Komisaris, direksi, manajemen atau pegawai perusahaan
Upaya Memelihara Independensi
Banyak elemen-elemen dan persyaratan atau dorongan lain bagi akuntan
untuk mempertahankan independensi dalam kenyataan dalam penampilan.
Hal-hal itu yang yang terutama berlaku di Amerika Serikat, akan diikhtisarkan
secara ringkas sebagai berikut.
-
Kewajiban Hukum
Peraturan 101, interperestasi dan ketentuannya
Standar auditing yang berlaku umum
Standar pengendalian mutu IAI (dan AICPA di Amerika Serikat)
Pendivisian Perusahaaan
Komite Audit
Kominikasi denagn auditor pendahuluan
Menjajangi pendapat mengenai penerapan prinsip akuntansi
Pengesahan auditor oleh pemegang saham
Standar-Standar Teknis
Di Amerika Serikat terdapat aturan-atuaran perilaku bagi anggota AICPA
yang berkaitan dengan standar teknis, sebagai berikut ;
Peraturan 102 - Auditor harus mempertahankan integritas dan obyektifitas
dan bebas dari perbedaan kepentingan dan tidak dengan sengaja salah
mengemukakan
fakta-fakta
atau
mendelegasikan
pertimbanganpertimbangannya pada orang lain .
Peraturan 201 - standar umum , Anggota harus mentaati standar -standar
berikut dan interpretasinya yaitu : kompetensi profesional, kepedulian
profesional, perencanaan dan pengwasan, dan data relevan yang mencukupi.
Ketaatan pada standar
Peraturan 202 - Anggota yang melaksanakan audit, penelaahan, kompilasi,
bantuan manajemen, perpajakan , atau jasa profesional lainnya harus taat
pada standar yang diumumkan oleh lembaga yang ditetapkan dewan .
Peraturan 203 - Prinsip Akuntansi, Anggota tidak dibenarkan menyatakan
laporan keuangan tidak menyimpang dari GAAP atau menyatakan tidak
mengetahui setiap modifikasi yang material jika laporan keuangan
menyimpang dari prinsip akuntansi ditetapkan oleh badan perumus yang
ditunjuk dewan. Dan kalau ada penyimpangan atau yang dapat
menyePERTEMUANkan penyimpangan maka dia harus menjelaskan
mengenai penyimpangan tersebut, akibatnya, alasan mengapa menyatakan
penyimpangan.
Peraturan 301 – Kerahasiaan, Anggota dalam praktek publik tidak dibenarkan
mengungkapkan semua informasi rahasia klien tanpa ijin khusus dari klien .
Terdapat empat pengecualian yang berkaitan dengan tanggung jawab yang
lebih penting dari sekedar mempertahankan hubungan rahasia dengan klien
yaitu :
Kewajiban sehubungan dengan standar teknis
Dakwaan pengadilan
Penelaahan sejawat
Tanggapan kepada divisi etik.
Peraturan 302 - Honor bersyarat, Anggota dalam praktek publik tidak boleh
membuat honor bersyarat untuk setiap jasa profesional atau menerima
ongkos dari klien yang anggota perusahaannya juga melakukan ; audit atau
penelaahan, kompilasi, Pemeriksaan prospektif .
Peraturan 501- Tindakan yang mendatangkan aib tindakan tercela
Anggota tidak akan melakukan tindakan yang mendatangkan aib bagi
profesinya .
Interpretasi dari tindakan yang mendatangkan aib diatas adalah sebagai
berikut :
1. Menahan catatan klien setelah mereka meminta.
2. Melakukan diskriminasi berdasarkan ras, warna kulit, agama, jenis
kelamin dan lainnya
3. Jika melakukan audit atas badan pemerintah yang prosedurnya lain
dari GAAS , auditor tidak mengikuti keduanya kecuali dinyatakan dan
beserta alasannya pada laporan
Peraturan 502 - Periklanan dan Penawaran , Anggota tidak dibenarkan
melakukan periklanan dan penawaran yang bersifat mendustai, menyesatkan
dan menipu. Dan penawaran yang menggunakan pemaksaan, desakan yang
berlebihan, dan hasutan dilarang .
Peraturan 503 - Komisi dan Honor Perujukan
A. Komisi yang dilarang, Anggota tidak diperkenankan merekomendasi
atau mereferensi produk atau jasa yang pihak lain bagi klien atau yang
disediakan oleh klien demi untuk memperoleh komisi atau menerima
komisi , apakah anggota atau perusahaan anggota juga memberikan
jasa kepada klien untuk audit atau penelaahan, kompilasi,
pemeriksaan prospektif .
B. Peraturan 503 -B. Pengungkapan komisi yang diijinkan Anggota
diijinkan untuk memberikan jasa dengan menerima komisi dan harus
mengungkapkan kepada siapa merekomendasikannya.
Peraturan 505 - Bentuk dan Nama praktek , Anggota dapat membuka praktek
dalam bentuk perusahaan perorangan, persekutuan, atau perseroan
profesional sesuai dengan ketentuan dewan dan tidak diperkenankan
membuka praktek dengan nama yang menyesatkan dan tidak boleh
menyebut dirinya sebagai “ AICPA” kecuali semua partner dan pemegang
sahamnya anggota dari lembaga tersebut .
Berikut ini merupakan Standar Auditing di Indonesia berdasarkan pada ;
A. Standar Umum
1. Audit harus dilakukan oleh seorang atau lebih yang memiliki
keahlian dan pelatihan teknis yang cukup sebagai auditor
2. Dalam semua hal yang berhubungan dengan perikatan,
independensi dalam sikap mental harus dipertahankan oleh auditor
3. Dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya, auditor
wajib menggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat dan
seksama.
B. Standar Pekerjaan Lapangan
1. Pekerjaan harus direncanakan sebaik-baiknya dan jika digunakan
asisten harus disupervisi dengan ssemestinya/.
2. Pemahaman memadai atas pengendalian intern harus diperoleh
untuk merencanakan audit dan menentukan sifat, saat, dan lingkup
pengujian yang akan dilakukan.
3. Bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi,
pengamatan, permintaan keterangan, dan konfirmasi sebagai dasar
memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan yang
diaudit.
C. Standar Pelaporan
1. Laporan auditor harus menyatakan apakah laporan keuangan telah
disusun sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di
Indonesia.
2. Laporan auditor harus menunjukkan atau menyatakan, jika ada,
ketidakkonsistenan penerapan prinsip akuntansi dalam penyusunan
laporan keuangan dalam periode berjalan dibandingkan dengan
penerapan prinsip akuntansi tersebut dalam periode sebelumnya.
3. Pengungkapan informatif dalam laporan keuangan harus
dipandang memadai, kecuali dinyatakan lain dalam laporan auditor.
4. Laporan auditor harus memuat suatu pernyataan pendapat
mengenai laporan keuangan secara keseluruhan atau suatu asersi
bahwa pernyataan demikian tidak dapat diberikan. Jika pendapat
keseluruhan tidak dapat diberikan, maka alasannya harus
dinyatakan. Dalam hal nama auditor dikaitkan dengan laporan
keuangan, maka laporan auditor harus memuat petunjuk yang jelas
mengenai sifat pekerjaan audit yang dilaksanakan, jika ada, dan
tingkat tanggung jawab yang dipikul oleh auditor.
Aturan tambahan ;
PSA No. 04 (SA Seksi 220)
PSA No. 04 (SA Seksi 230)
PSA No. 07 (SA Seksi 326)
PSA No. 08 (SA Seksi 410)
PSA No. 09 (SA Seksi 420)
PSA No. 10 (SA Seksi 431)
Soal Latihan PERTEMUAN II
POLITEKNIK LP3I BANDUNG
SATUAN ACARA PENGAJARAN
(SAP)
MATA KULIAH
KODE MATA KULIAH
KREDIT
PERTEMUAN
: AUDITING
:
: 2 SKS
: 3
No.
TUJUAN PEMBELAJARAN
KHUSUS
POKOK BAHASAN DALAM
MATA PELAJARAN
SUB POKOK BAHASAN
METODE
MEDIA
WAKTU
DAFTAR
PUSTAKA
1
2
3
4
5
6
7
8
Mahasiswa dapat memahami
bentuk-bentuk laporan audit
Laporan Audit/ akuntan
1. Jenis-jenis pendapat Akuntan
2. Jenis-jenis Laporan Akuntan
3
BUKU REFERENSI :
1. Auditing: Pemeriksaan Akuntan, buku 1& buku II, Edisi kedua: Sukrisno Agoes lembaga Penerbit FE-UI, Jakarta, 1999. ( buku wajib).
2. Auditing an integrated approach: Alvin A Arrens and James Loebeck, five Edition
3. Standar pemeriksaan Akuntan Public
1 kali
tatap
muka
Sukrisno Agoes:
buku 1,
PERTEMUAN 3
PERTEMUAN III
LAPORAN AUDIT
Auditing adalah suatu proses sistematis untuk mendapatkan dan mengevaluasi
bukti yang berhubungan dengan asersi tentang tindakan-tindakan dan kejadiankejadian ekonomi secara objektif untuk menentukan tingkat kesesuaian antara
asersi tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan dan mengkomunikasikan
hasilnya kepada pihak-pihak yang berkepentingan.
Ada tiga (3) macam audit:
1) Audit Laporan Keuangan,
2) Audit Ketaatan/Kesesuaian, dan
3) Audit Manajemen/Operasional/Kinerja. Modul ini hanya membahas yang
pertama.
Dengan demikian audit laporan keuangan adalah suatu proses sistematis untuk
mendapatkan dan mengevaluasi bukti secara objektif terhadap laporan
keuangan suatu entitas guna memberiikan pendapat atas laporan keuangan
tersebut dan mengkomunikasikan hasil audit tersebut kepada pihak yang
berkepentingan.
Kriteria yang lazim digunakan dalam audit keuangan adalah prinsip akuntansi
yang berlaku umum. Salah satu prinsip akuntansi yang berlaku umum yang ada
di Indonesia adalah standar akuntansi keuangan (SAK). Sedangkan laporan
keuangan yang diaudit adalah neraca (laporan posisi keungan), laporan laba
rugi, laporan perubahan ekuitas, laporan arus kas, dan catatan atas laporan
keuangan. Orang yang melakukan audit terhadap laporan keuangan disebut
auditor. Auditor bekerja pada kantor akuntan publik (KAP). Walaupun menerima
honorarium dari manajemen (klien), auditor harus menjaga independensinya
tehadap manajemen tersebut (bandingkan dengan profesi pengacara atau
dokter). Independensi tersebut dalam hal hubungan darah (semenda), hubungan
usaha, dan penampilan (in appearance).
Dalam melakukan audit, seorang auditor berpedoman pada standar professional
akuntan publik (SPAP). Standar tersebut terdiri atas:
1. Standar Auditing
2. Standar Atestasi
3. Standar Jasa Akuntansi dan Review
4. Standar Jasa Konsultasi
5. Standar Pengendalian Mutu
JENIS-JENIS PENDAPAT AKUNTAN
1. Laporan Audit Standar Dengan Pendapat Wajar tanpa Pengeculian
Bentuk laporan audit yang paling umum adalah laporan audit standar dengan
pendapatan wajar tanpa pengecualian. Lebih dari 90 persen laporan audit
menggunakan bentuk ini. Laporan audit standar wajar tanpa pengecualian
digunakan bila kondisi berikut terpenuhi.
Kondisi Untuk Laporan Wajar Tanpa Pengecualian :
1. Semua Laporan keuangan – neraca, laporan laba rugi, saldo laba dan
laporan arus kas – sudah tercakup didalam laporan keuangan.
2. Ketiga strandar umum telah diikuti sepenuhnya dalam penugasan.
3. Bahan bukti yang cukup telah dikumpulkan dan auditor tesebut telah
melaksanakan penugasan dengan cara yang memungkinkan baginya
untuk menyimpulkan bahwa ketiga standar pekerjaan lapangn telah
dipenuhi.
4. Laporan keuangan disajikan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku
umum ini berarti bahwa pengungkapan yang memadai telah disertakan
dalam catatan kaki dan bagian-bagian lain laporan keuangan.
Tidak terdapat situasi yang memerlukan penambahan paragraf penjelasan atau
modifikasi kata-kata dalam laporan.
Keadaan Yang MenyePERTEMUANkan Panyimpangan Pendapat Dari Wajar
Tanpa Pengecualian
Dalam membahas laporan audit yang menyimpang dari laporan audit standar
ada tiga topik yang berhubungan, yaitu : yang menyePERTEMUANkan
penyimpangn dari pendapat wajar tanpa pengecualian, jelas pendapat selain dari
pendapat wajar tanpa pengecualian, dan materialitas.
Kondisi 1. Pembatasan lingkup audit.
Kondisi 2. Laporan keuangan tidak disajikan sesuai dengan prinsip akuntansi
yang berlaku umum.
2. Laporan Audit Selain Laporan Wajar Tanpa Pengecualian
Jika salah satu dari ketiga kondisi diatas, yang menuntut penyimpangan dari
pendapat wajar tanpa pengecualian, ditemukan dalam audit dan dampaknya
material, auditor harus memberikan pendapat selain wajar tanpa pengecualian
dalam laporannya. Pendapat tidak wajar (adverse opinion), pernyataan tidak
memberi pendapat (disclaimer of opinion), dan pendapat wajar dengan
pengecualian (qualified opinion).
a. Wajar tanpa syarat dengan paragraph penjelasan atau dengan
modifikasi kalimat: Suatu proses audit telah dilaksanakan dengan hasil
yang memuaskan serta laporan keuangan telah disajikan dengan wajar,
tetapi auditor merasa perlu memberikan informasi tambahan
b. Wajar dengan pengecualian: auditor menyimpulkan bahwa keseluruhan
laporan keuangan memang telah disajikan dengan wajar, tetapi lingkup audit
telah dibatasi secara material atau terjadi penyimpangan dari prinsip
akuntansi yang berlaku umum.
c. Tidak wajar (adverse) atau menolak memberikan pendapat (disclaimer):
Auditor menyimpulkan bahwa laporan keuangan tidak disajikan secara wajar
(adverse), auditor tidak dapat memberikan opininya mengenai apakah
laporan keuangan telah disajikan secara wajar (disclaimer). Pendapat
disclaimer dapat disePERTEMUANkan dua hal yaitu dibatasinya lingkup audit
dan ketidakindependennya auditor.
PenyePERTEMUAN-penyePERTEMUAN utama ditambahkannya suatu
paragraph penjelasan atau modifikasi kalimat dalam laporan audit bentuk
baku
a. Tidak adanya konsistensi dalam penerapan prinsip akuntansi yang berlaku
umum
b. Ketidakpastian atas kelangsungan hidup perusahaan
c. Auditor menyetujui terjadinya penyimpangan dari prinsip akuntansi yang
berlaku umum
d. Penekanan pada suatu masalah
e. Laporan yang melibatkan auditor lainnya
Contoh perubahan yang dapat mempengaruhi konsistensi palaporan dan
memerlukan paragraph penjelasan
d. Perubahan prinsip akuntansi, seperti perubahan FIFO ke LIFO
e. Perubahan dalam entitas pelaporan, seperti penambahan suatu perusahaan
baru dalam lapran keuangan gabungan
f. Perbaikan kesalahan yang melibatkan prinsip akuntansi, yaitu dengan
melakukan perubahan dari prinsip akuntansi yang tidak diterima umum pada
prinsip akuntansi yang diterima secara umum, termasuk di dalamnya
perbaikan atas akibat dari kesalahan penggunaan prinsip akuntansi.
Bagian-Bagian Dari Laporan Audit Bentuk Baku
Terlepas dari siapa auditornya,ketujuh bagian laporan audit berikut ini akan tetap
sama.
Judul laporan, Contoh: Laporan Auditor Independen
Alamat laporan audit
Paragraf pendahuluan
o Membuat suatu pernyataan sederhana bahwaKAP telah melakukan audit
o Menyatakan laporan keuangan yang telah diaudit termasuk tanggal
neraca serta periode akuntansi dari laporan laba rugi dan laporan arus
kas.
o Menyatakan bahwa laporan keuangan merupakan tanggung jawab
manajemen dan tanggung jawab auditor terletak pada pernyataan
pendapat atas laporan keuangan berdasarkan pelaksanaan audit..
Paragraf scope.
o Paragraf ini berisi pernyataan factual tentang apa yang dilakukan auditor
selama proses audit.
o Menyatakan bahwa auditor melaksanakan audit berdasarkan standar
audit profesioanal akuntan pulik.
o Menyatakan bahwa audit dirancang untuk memperoleh keyakinan yang
memadai bahwa laporan keuangan bebas dari salah saji material.
Paragraf pendapat
Nama KAP
Tanggal laporan audit
Laporan audit bentuk baku (laporan audit wajar tanpa syarat) diterbitkan bila
kondisi-kondisi berikut ini terpenuhi
g. Seluruh laporan keuangan yang meliputi neraca, laba rugi, laporan laba
ditahan, dan laporan arus kas lengkap
h. Semua aspek dari ketiga standar umum GAAS/SPAP telah dipatuhi dalam
penugasan audit tersebut
i. Bukti audit yang cukup memadai telah terkumpul, dan sang auditor telah
melaksanakan penugasan audit ini dengan sedemikian rupa sehingga
membuatnya mampu menyimpulkan bahwa ketiga standar pekerjaan
lapangan telah terpenuhi.
j. Laporan keuangan telah disajikan sesuai dengan prinsip akuntansi yang
berlaku umum.
k. Tidak terdapat situasi yang membuat auditor merasa perlu untuk
menambahkan sebuah paragraf penjelasan atau memodifikasi kalimat dalam
laporan audit.
Penyimpangan dari Laporan Bentuk Baku
Auditor sering menjumpai keadaan dimana tidak mungkin memberiikan pendapat
wajar tanpa pengecualian tetapi juga bukan pendapat yang nomor 3, 4, atau 5
seperti di atas.. Dalam keadaan seperti itu berarti ia tetap memberiikan pendapat
wajar tanpa pengecualian dengan paragraf penjelasan. Keadaan yang
memerlukan paragraf penjelasan atas laporan bentuk baku dengan pendapat
wajar tanpa pengecualian adalah:
1. Ketidak sesuaian dengan suatu prinsip akuntansi yang ditetapkan oleh IAI
2. Tidak konsisten dalam penerapan prinsip akuntansi yang berlaku umum
3. Ketidakpastian peristiwa masa yang akan datang yang hasilnya belum bisa
diperkirakan pada tanggal laporan audit
4. Keraguan besar tentang kemampuan perusahaan untuk mempertahankan
kelangsungan hidupnya
5. Pemberian tekanan atas masalah tertentu oleh auditor
Pendapat auditor sebagian didasarkan atas laporan auditor independen lain
Faktor-faktor yang dapat menimbulkan ketidakpastian atas kemampuan
perusahaan untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya
a. Terjadinya kerugian operasional atau kekurangan modal kerja yang signifikan
b. Ketidakmampuan perusahaan untuk membayar kewajiban jatuh tempo
c. Kehilangan pelanggan-pelanggan utama, terjadi bencana yang tidak dijamin
oleh asuransi, atau masalah ketenagakerjaan yang tidak umum
d. Pengadilan, perundang-undangan, atau hal-hal serupa yang dapat
mengancam kemampuan operasional perusahaan
Contoh Laporan Audit oleh Akuntan Publik ;
LAPORAN AUDITOR INDEPENDEN
Kepada
Yth. Pemegang Saham dan Dewan Komisaris
PT HUMAIRA INDAH SADIDA
Kami telah mengaudit neraca PT Humaira Indah Sadida tanggal 31
Desember 2010 serta laporan laba-rugi, laporan laba ditahan, dan laporan arus
kas untuk tahun yang berakhir pada tanggal tersebut. Laporan keuangan adalah
tanggung jawab manajemen perusahaan. Tanggung jawab kami terletak pada
pernyataan pendapat atas laporan keuangan berdasarkan audit kami.
Kami melaksanakan audit berdasarkan standar auditing yang ditetapkan
Ikatan Akuntan Indonesia. Standar tersebut mangharuskan kami untuk
merencanakan dan melaksanakan audit agar kami memperoleh keyakinan
memadai bahwa laporan keuangan tersebut bebas dari salah saji material. Suatu
audit meliputi pemeriksaan, atas dasar pengujian, bukti-bukti yang mendukung
jumlah-jumlah dan pengungkapan dalam laporan keuangan. Audit juga meliputi
penilaian atas prinsip akuntansi yang digunakan dan estimasi signifikan yang
dibuat oleh manajemen, serta penilaian terhadap penyajian laporan keuangan
secara keseluruhan. Kami yakin bahwa audit kami memberiikan dasar memadai
untuk menyatakan pendapat.
Menurut pendapat kami, laporan keuangan yang kami sebut di atas
menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, posisi keuangan PT
Humaira Indah Sadida tanggal 31 Desember 2010, dan hasil usaha serta arus
kas untuk tahun yang berakhir pada tanggal tersebut sesuai dengan prinsip
akuntansi yang berlaku umum.
Kantor Akuntan Publik Price Waterhouse Cooper
Abdullah Taman, M.Si. Ak.
Register Akuntan Negara No. D-7316
Latihan Soal PERTEMUAN III
POLITEKNIK LP3I BANDUNG
SATUAN ACARA PENGAJARAN
(SAP)
MATA KULIAH
KODE MATA KULIAH
KREDIT
PERTEMUAN
: AUDITING
:
: 2 SKS
: 4
No.
TUJUAN PEMBELAJARAN
KHUSUS
POKOK BAHASAN DALAM
MATA PELAJARAN
SUB POKOK BAHASAN
METODE
MEDIA
WAKTU
DAFTAR
PUSTAKA
1
2
3
4
5
6
7
8
Mahasiswa dapat memahami
tujuan utama audit dan konsep
tentang internal control structure
4
Audit objective dan konsep
tentang internal control
1.
2.
Pengertian dan fungsi external
control system
Penilaian terhadap internal control
system yang dimliki perusahaan
BUKU REFERENSI :
1. Auditing: Pemeriksaan Akuntan, buku 1& buku II, Edisi kedua: Sukrisno Agoes lembaga Penerbit FE-UI, Jakarta, 1999. ( buku wajib).
2. Auditing an integrated approach: Alvin A Arrens and James Loebeck, five Edition
3. Standar pemeriksaan Akuntan Public
1 kali
tatap
muka
Sukrisno Agoes:
buku 1,
PERTEMUAN 4
PERTEMUAN IV
STRUKTUR PENGENDALIAN INTERN
TERMINOLOGI
Audit Objecktive
Auditing adalah proses pengumpulan dan pengevaluasian bahan bukti tentang
informasi yang dapat diukur mengenai suatu entitas ekonomi yang dilakukan
seorang yang kompeten dan independen untuk dapat menentukan dan
melaporkan kesesuaian informasi dimaksud dengan kriteria-kriteria yang telah
ditetapkan.
Pengendalian Intern adalah suatu proses yang dipengaruhi oleh dewan
komisaris, manajemen, dan personil satuan usaha lainnya, yang dirancang untuk
;mendapatkan keyakinan memadai tentang pencapaian tujuan dalam hal-hal :
1) keandalan pelaporan keuangan,
2) kesesuaian dengan UU dan peraturan lainnya, dan
3) efektivitas dan efisiensi operasi.
Dari terminologi di atas, dapat ditarik beberapa konsep dasar tentang
pengendalian intern:
1. Pengendalian intern merupakan suatu proses. Artinya bahwa pengendalian
intern merupakan suatu cara untuk mencapai tujuan, bukan tujuan itu sendiri.
2. Pengendalian intern dipengaruhi oleh manusia. Pengendalian intern bukan
hanya terdiri dari buku pedoman, aturan, atau formulir-formulir semata, tetapi
juga orang-orang yang berada di berbagai jenjang dalam struktur organisasi.
3. Pengendalian intern diharapkan hanya memberiikan keyakinan memadai,
bukannya keyakinan penuh (mutlak) bagi manajemen, karena adanya
kelemahan bawaan yang melekat (inherent) pada sistem pengendalian itu
sendiri.
4. Pengendalian intern adalah alat untuk mencapai tujuan dalam berbagai hal,
ada kemungkinan adanya tumpang-tindih antara pelaporan keuangan,
kesesuaian dan operasional.
TUJUAN
Tujuan sistem pengendalian intern adalah untuk:
1. keandalan pelaporan keuangan,
2. kesesuaian dengan UU dan peraturan lainnya, dan
3. efektivitas dan efisiensi operasi.
ARTI PENTING
Arti pentingnya pengendalian intern:
1. Lingkup dan besarnya perusahaan sudah menjadi sedemikian kompleks dan
luas sehingga manajemen tidak mungkin lagi mengendalikan secara
langsung. Untuk mengatasi hal itu manejemen harus mengendalikan
sejumlah laporan dan analisis agar perusahaan dapat berjalan dengan efektif.
2. Pengecekan dan review yang melekat pada sistem pengendalian intern yang
baik, akan dapat melindungi perusahaan dari kelemahan manusiawi dan
mengurangi kemungkinan terjadinya kekeliruan dan ketidakberesan.
3. Ditinjau dari segi auditing, sistem pengendalian yang berlaku pada
perusahaan klien akan sangat bermanfaat dalam membatasi lingkup audit.
PERAN DAN TANGGUNG JAWAB
Pihak-pihak yang bertanggungjawab dan perannya masing-masing
1. Manajemen. Penetapan dan pemeliharaan suatu sistem pengendalian intern
yang efektif merupakan tanggung jawab manajemen. Manajemen puncak
wajib menciptakan iklim yang kondusif pada setiap bagian perusahaan
dengan menunjukkan kesadaran yang tinggi tentang perlunya pengendalian
intern. Ia harus yakin bahwa setiap komponen pengendalian intern telah
ditempatkan dan dilaksanakan dengan benar dan konsisten.
2. Dewan Komisaris dan Komite Audit. Anggota dewan komisaris harus
menentukan apakah manajemen telah memenuhi tanggung jawabnya dalam
penetapan dan pemeliharaan stistem pengendalian intern. Komite audit (bila
tidak ada, dilaksanakan sendiri oleh dewan komisaris) harus mengawasi
kemungkinan manajemen melakukan kecurangan dan mendeteksi
kecurangan pelaporan keuangan, serta mengambil tindakan yang diperlukan.
3. Auditor Intern. Auditor intern harus memeriksa dan mengevaluasi
kecukupan sistem pengendalian intern perusahaan secara periodic dan
membuat rekomendasi tentang perbaikan-perbaikan yang diperlukan.
4. Personil Perusahaan Lainnya. Peran dan tanggung jawab personil
perusahaan lainnya yang harus memberii informasi untuk sistem
pengendalian intern dan yang akan menggunakan informasi yang dihasilkan
oleh sistem pengendalian intern, harus dirumuskan dengan jelas dan
menyadari perannya.
5. Akuntan Independen atau Akuntan Publik. Ada kemungkinan hasil dari
prosedur audit laporan keuangan, auditor ektern dapat menemukan adanya
kelemahan dalam pengendalian intern. Informasi tentang hal tersebut
dikomunikasikan kepada manajemen, dewan komisaris, komite audit, beserta
rekomendasi untuk perbaikan yang diperlukan.
6. Pihak Luar Lainnya. Instansi atau pihak yang berwenang lainnya membuat
ketentuan atau persyaratan minimum tentang keharusan menetapkan
pengendalian intern dalam perusahaan.
KOMPONEN
Adapun komponen pengedalian intern adalah:
1. Lingkungan pengendalian
2. Perhitungan risiko
3. Informasi dan komunikasi
4. Aktivitas pengendalian
5. Monitoring
Penjelasan :
1. Lingkungan Pengendalian
Lingkungan
pengendalian
mempengaruhi
suasana
suatu
organisasi,mempengaruhi kesadaran tentang pengendalian kepada orangorangnya. Lingkungan pengendalian merupakan landasan bagi komponenkomponen lainnya, dengan menciptakan disiplin dan sistem.
Lingkungan pengendalian terdiri atas:
a. Integritas dan etika
Untuk menekankan pentingnya integritas dan nilai-nilai etika di antara para
personil suatu organisasi, manajemen puncak harus:
1) Menciptakan iklim dengan memberi/menjadi contoh, yaitu dengan
menunjukkan integritas dan berperilaku dengan standar etika yang tinggi
2) Mengkomunikasikan kepada semua karyawan, secara lisan dan melalui
kebijakan serta aturan-aturan perilaku tertulis.
3) Memberii pedoman moral kepada para karyawan yang karena latar
belakang moralnya buruk, membuat mereka tidak bisa membedakan baik
dan buruk.
4) Mengurangi atau menghilangkan dorongan dan godaan yang bisa
membuat orang menjadi tidak jujur, melanggar hukum, dan bertindak
tidak etis.
b. Komitmen terhadap kompetensi
Komitmen terhadap kompetensi meliputi pertimbangan manajemen tentang
pengetahuan dan ketrampilan yang diperlukan, dan perpaduan antara
intelegensia, ketrampilan dan pengalaman yang diminta untuk
pengembangan kompetensi.
c. Dewan komisaris dan komite audit
Komposisi dewan komisaris dan komite audit serta cara bagaimana mereka
melaksanakan tanggung jawab pengawasan memiliki dampak yang besar
terhadap lingkungan pengendalian. Faktor-faktor yang mempengaruhi
efektivitas dewan komisaris dan komite audit adalah:
1) Independensi
2)
3)
4)
5)
6)
Pengalaman dan kedudukan
Keterlibatan dalam aktivitas manajemen
Ketepatan tindakan yang diambil
Pertanyaan yang diajukan kepada manajemen
Interaksi dengan auditor intern dan ekstern
d. Falsafah manajemen dan gaya operasi
Beberapa karakteristik yang membentuk falsafah dan gaya operasi adalah:
1) Pendekatan untuk mengambil dan memonitor risiko bisnis
2) Pendekatan pada kontak-kontak informal langsung dengan manjemen
3) Kebiasaan dan tindakan terhadap pelaporan keuangan
4) Pemilihan prinsip akuntansi alternatif yang tersedia secara konservatif
atau agresif
5) Kehati-hatian dan konservatif dalam mengembangkan taksiran-taksiran
akuntansi
6) Kebiasaan dalam mengolah informasi dan fungsi akuntansi serta
personalia.
Karakteristik nomor 4-6 di atas sangat berpengaruh dalam membentuk
lingkungan pengendalian atas pelaporan keuangan.
e. Struktur organisasi
Struktur
organisasi
memberiikan
kerangka
menyeluruh
untuk
perencanaan,pelaksanaan, dan pengawasan, serta monitoring aktivitas
perusahaan. Pengembangan struktur organisasi untuk suatu perusahaan
menyangkut perumusan kewenangan dan tanggung jawab serta alur
pelaporan.
f. Perumusan kewenangan dan tanggung jawab
Perumusan kewenangan dan tanggung jawab merupakan kelanjutan dari
pengembangan struktur organisasi. Adanya perumusan kewenangan dan
tanggung jawab ini akan membuat setiap individu mengetahui 1) bagaimana
tindakannya berkaitan dengan pihak lain dalam upaya pencapaian tujuan
perusahaan, dan 2) untuk hal apa masing-masing individu harus bertanggung
jawab. Selain itu, perusahaan biasanya menyusun deskripsi jabatan yang
menggambarkan dengan jelas tugas-tugas spesifik masing-masing jabatan
dan hubungan pelaporannya.
g. Kebijakan dan praktik di bidang sumber daya manusia
Efektif tidaknya sistem pengendalian intern akan sangat bergantung kepada
kebijakan dan praktik tentang sumber daya manusia yang dianut, yang akan
menentukan apakah personil perusahaan memiliki tingkat integritas yang
diharapkan, nilai-nilai etika, dan kompetensi. Praktik yang sehat mengenai hal
ini menyangkut:
1)
2)
3)
4)
5)
6)
Rekruitmen dan screening dalam pengangkatan karyawan
Orientasi pegawai baru terhadap kultur perusahaan
Kebijakan pelatihan
Tindakan pendisiplinan atas pelanggaran
Evaluasi, konseling dan promosi berdasarkan kinerja yang lalu
Program kompensasi yang memotivasi dan memberii penghargaan atas
kinerja istimewa
2. Perhitungan Risiko
Perhitungan risiko untuk tujuan pelaporan keuangan adalah identifikasi, analisis,
dan pengelolaan risiko suatu perusahaan berkenaan dengan penyusunan
laporan keuangan yang disajikan secara wajar sesuai prinsip akuntansi yang
berlaku umum.
3. Informasi dan Komunikasi
Sistem informasi yang berhubungan dengan tujuan pelaporan keuangan (yang
mencakup sistem akuntansi) terdiri dari metode dan catatan-catatan yang
digunakan
untuk
mengidentifikasi,
menggabungkan,
menganalisis,
menggolongkan, mencatat, dan melaporkan transkasi perusahaan dan
menyelenggarakan pertanggungjawaban atas aktiva dan kewajiban yang
bersangkutan.
Komunikasi menyangkut pemberian pemahaman yang jelas tentang peran dan
tanggung jawab masing-masing individu berkenaan dengan sistem pengendalian
intern atas pelaporan keuangan.
4. Aktivitas Pengendalian
AKtivitas pengendalian adalah kebijakan dan prosedur yang membantu
meyakinkan bahwa perintah manajemen telah dijalankan. Kebijakan dan
prosedur itu membantu meyakinkan bahwa tindakan yang diperlukan telah
dijalankan untuk mencapai tujuan perusahaan. Aktivitas pengendalian memiliki
berbagai tujuan dan diterapkan pada berbagai jenjang organisasi dan fungsi.
Pengelompokan pengendalian dapat berdasarkan berikut ini:
a. Pengendalian pengelolaan informasi
Pengendalian ini terdiri atas:
1) Pengendalian umum
2) Pengendalian aplikasi
Pengendalian aplikasi terdiri atas:
a) Pengotorisasian secara tepat
b) Dokumentasi dan catatan
c) Pengecekan independen
b. Pemisahan tugas
c. Pengawasan fisik
d. Review kinerja
5. Monitoring
Monitoring adalah suatu proses penilaian kualitas kinerja sistem pengendalian
intern sepanjang masa. Hal ini menyangkut penilaian tentang rancangan dan
pelaksanaan operasi pengendalian oleh orang yang tepat untuk setiap periode
waktu tertentu, untuk menentukan bahwa SPI telah berjalan sesuai dengan yang
dikehendaki dan bahwa modifikasi yang diperlukan, karena adanya perubahan
kondisi, telah dilakukan.
KELEMAHAN
Struktu pengendalian intern memiliki kelemahan:
o Kesalahan dalam pertimbangan. Seringkali terjadi, manajemen dan personil
lainnya melakukan pertimbangan yang kurang matang dalam pengambilan
keputusan bisnis atau dalam melakukan tugas-tugas rutin, karena
kekurangan informasi, keterbatasan waktu, atau penyePERTEMUAN lainnya.
o Kemacetan. Kemacetan pada pengendalian yang telah berjalan dapat terjadi
karena salah mengerti instruksi, kecorobohan, kebingungan atau kelelahan.
Kemacetan juga disePERTEMUANkan karena perpindahan personil dan
perubahan sistem dan prosedur.
o Kolusi. Kolusi atau persekongkolan dari bagian-bagian atau individu yang
semestinya independen akan mengakibatkan sistem pengendalian intern
tidak berfungsi dengan baik.
o Pelanggaran oleh manajemen. Manajemen dapat melakukan pelanggaran
atas kebijakan atau prosedur-prosedur untuk tujuan tidak sah, seperti untuk
keuntungan pribadi, atau membuat laporan keuangan tampak baik (ingat: sisi
negatif earnings management).
o Biaya dan Manfaat. Biaya penyelenggaraan sistem pengendalian intern
seyogyanya tidak melebihi manfaat penerapan sistem pengendalian intern.
SOAL LATIHAN PERTEMUAN IV
POLITEKNIK LP3I BANDUNG
SATUAN ACARA PENGAJARAN
(SAP)
MATA KULIAH
KODE MATA KULIAH
KREDIT
PERTEMUAN
: AUDITING
:
: 2 SKS
: 5
No.
TUJUAN PEMBELAJARAN
KHUSUS
POKOK BAHASAN DALAM
MATA PELAJARAN
SUB POKOK BAHASAN
METODE
MEDIA
WAKTU
DAFTAR
PUSTAKA
1
2
3
4
5
6
7
8
5
Mahasiswa dapat memahami apa
yang di maksud dengan bukti
audit ( audit evidence) dan cara
melakukan tets (pengujian)
transaksi
Audit evidence dan tets of
recorded transaction
1.
2.
3.
Pengertian audit evidence
Bentuk bentuk audit evidence
Compliance test & substantive
test
BUKU REFERENSI :
1. Auditing: Pemeriksaan Akuntan, buku 1& buku II, Edisi kedua: Sukrisno Agoes lembaga Penerbit FE-UI, Jakarta, 1999. ( buku wajib).
2. Auditing an integrated approach: Alvin A Arrens and James Loebeck, five Edition
3. Standar pemeriksaan Akuntan Public
1 kali
tatap
muka
Sukrisno Agoes:
buku 1,
PERTEMUAN 5
PERTEMUAN V
Test Transaksi
Audit Evidence ( Bukti Audit )
Bukti audit adalah segala informasi yang mendukung angka-angka atau
informasi lain yang disajikan dalam laporan keuangan yang dapat digunakan
oleh auditor sebagai dasar untuk menyatakan pendapatnya
Tipe Bukti Audit Dan Prosedur Audit
Ada delapan tipe bukti audit yang harus diperoleh auditor dalam auditnya:
pengendalian intern, bukti fisik, bukti dokumenter, catatan akuntansi,
perhitungan, bukti lisan, perbandingan dan ratio, serta bukti dari spesialis.
Untuk memperoleh bukti audit, auditor melaksanakan prosedur audit yang
merupakan instruksi terperinci untuk mengumpulkan tipe bukti audit tertentu
yang harus diperoleh pada saat tertentu dalam audit. Prosedur audit yang
dipakai oleh auditor untuk memperoleh bukti audit adalah inspeksi, pengamatan,
wawancara, konfirmasi, penelusuran, pemeriksaan bukti pendukung,
penghitungan, dan scanning.
Dalam proses pengumpulan bukti audit, auditor melakukan empat pengambilan
keputusan yang sating berkaitan, yaitu penentuan prosedur audit yang akan
digunakan, penentuan besarnya sampel untuk prosedur audit tertentu,
penentuan unsur tertentu yang harus dipilih dari populasi, dan penentuan waktu
yang cocok untuk melaksanakan prosedur audit tersebut.
Berikut ini adalah tiga strategi yang berhubungan dengan penilaian resiko
pengendalian :
1. Menilai resiko pengendalian berdasarkan pemakai.
2. Merencanakan suatu penilaian resiko pengendalian yang rendah
berdasarkan pengendalian aplikasi
3. Merencanakan suatu penilaian resiko pengendalian yang tinggi
berdasarkan pada pengendalian umum dan tindak lanjut manual.
Bukti audit dapat dikelompokkan ke dalam 9 jenis bukti. Berikut ini dikemukakan
ke Sembilan jenis bulti tersebut:
1. Struktur Pengendalian Intern
Struktur pengendalian intern dapat dipergunakan untuk mengecek ketelitian dan
dapat dipercayai data akuntansi. Kuat lemahnya struktur pengendalian intern
merupakan indicator utama yang menentukan jumlah bukti yang harus
dikumpulkan. Oleh karena itu, struktur pengendalian intern merupakan bukti
yang kuat untuk menentukan dapat atau tidaknya informasi keuangan dipercaya.
2. Bukti Fisik
Bukti fisik banyak dipakai dalam verifikasi saldo berwujud terutama kas dan
persediaan. Bukti ini banyak diperoleh dalam perhitungan aktiva berwujud.
Pemeriksaan langsung auditor secara fisik terhadap aktiva merupakan cara yang
paling obyektif dalam menentukan kualitas yang bersangkutan. Oleh karena itu,
bukti fisik merupakan jenis bukti yang paling dapat dipercaya.
Bukti fisik diperoleh melalui prosedur auditing yang berupa inspeksi
penghitungan, danobservasi. Pada umumnya biaya memperoleh bukti fdisik
sangat tinggi. Bukti fisk berkaitan erat dengan keberadaan atau kejadian,
kelengkapan, dan penilaian atau alokasi.
3. Catatan Akuntansi
Catatan akuntansi seperti jurnal dan buku besar, merupakan sumber data untuk
membuat laporan keuangan. Oleh karena itu, bukti catatan akuntansi merupakan
obyek yang diperiksa dalam audit laporan keuangan. Ini bukan berarti catatan
akuntansi merupakan obyek audit. Obyek audit adalah laporan keuangan.
Tingkat dapat dipercayanya catatan akuntansi tergantung kuat lemahnya struktur
pengendalian intern.
4. Konfirmasi
Konfirmasi merupakan proses pemerolehan dan penilaian suatu komunikasi
lansgung dari pihak ketiga sebagai jawaban atas permintaan informasi tentang
unsure tertentu yang berdampak terhadap asersi laporan keuangan. Konfirmasi
merupakan bukti yang sangat tinggi reliabilitasnya karena berisi informasi yang
berasal dari pihak ketiga secara langsung dan tertulis. Konfirmasi sangat banyak
menghabiskan waktu dan biaya.
Ada tiga jenis konfirmasi, yaitu:
a. Konfirmasi positif
b. Blank confirmation
c. Konfirmasi negative
Konfirmasi yang dilakukan auditor pada umumnya dilakukan pada pemeriksaan:
o Kas di bank dikonfirmasikan ke bank klien
o Piutang usaha dikonfirmasikan ke pelanggan
o Persediaan yang disimpan di gudang umum. Persediaan ini dikonfirmasikan
ke penjaga atau kepala gudang
o Hutang lease dikonfirmasikan kepada lessor
5. Bukti Dokumenter
Bukti documenter merupakan bukti yang paling penting dalam audit. Menurut
sumber dan tingkat kepercayaannya bukti, bukti documenter dapat
dikelompokkan sebagai berikut:
a. Bukti documenter yang dibuat pihak luar dan dikirim kepada auditor secara
langsung
b. Bukti documenter yang dibuat pihak luar dan dikirim kepada auditor melalui
klien
c. Bukti documenter yang dibuat dan disimpan oleh klien
Bukti documenter kelompok a mempunyai kredibilitas yang lebih tinggi daripada
kelompok b. Bukti documenter kelompok b mempunyai kredibilitas yang lebih
tinggi daripada kelompok c. bukti documenter meliputi notulen rapat, faktur
penjualan, rekening Koran bank (bank statement), dan bermacam-macam
kontrak. Reliabilitas bukti documenter tergantung sumber dokumen, cara
memperoleh bukti, dan sifat dokumen itu sendiri. Sifat dokumen mengacu tingkat
kemungkinan terjadinya kesalahan atau kekeliruan yang mengakibatkan
kecacatan dokumen. Bukti documenter banyak digunakan secara luas dalam
auditing. Bukti documenter dapat memberikan bukti yang dapat dipercaya
(reliabel) untuk semua asersi.
6. Bukti Surat Pernyataan Tertulis
Surat pernyataan tertulis merupakan pernyataan yang ditandatangani seorang
individu yang bertanggung jawab dan berpengetahuan mengenai rekening,
kondisi, atau kejadian tertentu. Bukti surat pernyataan tertulis dapat berasal dari
manajemen atau organisasi klien maupun dari dari sumber eksternal termasuk
bukti dari spesialis. Reprentation letter atau representasi tertulis yang dibuat
manajemen merupakan bukti yang berasal dari organisasi klien. Surat
pernyataan konsultan hokum, ahli teknik yang berkaitan dengan kegiatan teknik
operasional organisasi klien merupakan bukti yang berasal dari pihak ketiga.
Bukti ini dapat menghasilkan bukti yang reliable untuk semua asersi.
7. Perhitungan Kembali sebagai Bukti Matematis
Bukti matematis diperoleh auditor melalui perhitungan kembali oleh auditor.
Penghitungan yang dilakukan auditor merupakan bukti audit yang bersifat
kuantitatif dan matematis. Bukti ini dapat digunakan untuk membuktikan
ketelitian catatan akuntansi klien. Perhitungan tersebut misalnya:
a. Footing untuk meneliti penjumlahan vertical
b. Cross-footing untuk meneliti penjumlahan horizontal
c. Perhitungan depresiasi
Bukti matematis dapat diperoleh dari tugas rutin seperti penjumlahan total saldo,
dan perhitugnan kembali yang rumit seperti penghitungan kembali anuitas
obligasi. Bukti matematis menghasilkan bukti yang handal untuk asersi penilaian
atau pengalokasian dengan biaya murah.
8. Bukti Lisan
Auditor dalam melaksanakan tugasnya banyak berhubungan dengan manusia,
sehingga ia mempunyai kesempatan untuk mengajukan pertanyaan lisan.
Masalah yang ditanyakan antara lain meliputi kebijakan akuntansi, lokasi
dokumen dan catatan, pelaksanaan prosedur akuntansi yang tidak lazim,
kemungkinan adanya utang bersyarat maupun piutang yang sudah lama tak
tertagih. Jawaban atas pertanyaan yang ditanyakan merupaka bukti lisan. Bukti
lisan harus dicatat dalam kertas kerja audit. Bukti ini dpat menghasilkan bukti
yang berkaitan dengan semua asersi.
9. Bukti Analitis dan Perbandingan
Bukti analitis mencakup penggunaan rasio dan perbandingan data klien dengan
anggaran atau standar prestasi, trend industry, dan kondisi ekonomi umum. Bukti
analitis menghasilkan dasar untuk menentukan kewajaran suatu pos tertentu
dalam laporan keuangan dan kewajaran hubungan antas pos-pos dalam laporan
keuangan. Keandalan bukti analitis sangat tergantung pada relevansi data
pembanding. Bukti analitis berkaitan serta dengan asersi keberadaan atau
keterjadian, kelengkapan, dan penilaian atau pengalokasian.
Bukti analitis meliputi perbandingan atas pos-pos tertentu antara laporan
keuangan tahun berjalan dengan laporan keuangan tahun sebelumnya.
Perbandingan in dilakukan untuk meneliti adanya perubahan yang terjadi dan
untuk menilai penyePERTEMUANnya.
Pengendalian Pemakai
Dalam banyak kasus, klien mungkin merancang prosedur manual untuk menguji
kelengkapan dan keakuratan dari transaksi yang diproses oleh komputer
pengendali aplikasi.
Dalam rangka merencanakan setrategi auditor seharusnya :
Menguji pengendalia aplikasi komputer
Menguji pengendalian umum komputer
Menguji tindak lanjut manual untuk pengecualian yang dicatat oleh
pengendalian aplikasi
Pengendalian Umum Dan Prosedur Tindak Lanjut
Teknik Audit Berbantuan Komputer
Simulasi Paralel
1. Data Pengujian
Dengan pendekatan data pengujian, transaksi buatan dipersiapkan oleh auditor
dan diproses menurut pengendalian auditor denghan program klien. Akan tetapi
metode ini kelemahan :
Program klien diuji hanya pada titik waktu tertentu dan tidak sepanjang
priode
Metode yang digunakan adalah suatu pengujian dimana hnayna
pengendaliuan yang ada yang berfungsi oleh program.
Tidak terdapat pemeriksaan dokumentasi se4cara aktual diproses oleh
sistem
Operator komputer mengetahui bahwa data pengujian sedang dijalankan,
sehingga dapat mengurangi validitas output.
Lingkup pengujian terbatas pada imajinasi ouditor dan pengetahuan
tentang pengendalian dalam aplikasi.
Fasilitas Pengujian Terintegrasi
Pendekatan
fasilitas
pengujian
terintegrasi
(integrated
test
facility/ITF approuch) membutuhkan pembentukan suatu sub sistem yang kecil
(suatu perusahaan mini) dalam sistemteknologi reguler. Hal ini dapat dengan
menciptakan file master buatan atau catatan arsip buatan ke dalam arsip klien
yang ada.
Menilai Pengendalian Teknologi Informasi
1. Mempertimbangkan pengetahuan yang diperoleh dari prosedur untuk
memperoleh suatu pemahaman
2. Mengidentifikasi salah saji professional
3. Mengidentifikasi pengendalian yang diperlukan
Keberadaan Bukti Lain
Auditor seharusnya mempertimbangkan keberadaan bukti lain dari pengujian
pengendalian(existance of other evdence from test of controls).
Keputusan Pemilihan Staff
Suatu keputusan akhir audit melibatkan pemilihan staf untuk pengujian
pengendalian (staffing for test of controls), atau siapa yang seharusanya
melaksanakan pengujian pengendalian.
Pertimbangan Tambahan
Auditor secara khusus pertama kali menilai resiko pengendalian untuk asersi
yang berkenaan dengan kelas transaksi seperti penerimaan kas dan
pengeluaran kas. Penilaian tersebut kemudian digunakan untuk menilai resiko
pengendalian asersi saldo akun yang signifikan sehingga kesesuaian dari tingkat
pengujian substantif yang direncanakan untuk saldo akun dapat ditentukan, dan
pengujian substantif khusus dapat dirancang. Proses ini dipertimbangkan
selanjutnya, pertama untuk akun-akun yang dipengaruhi oleh suatu kelas
transaksi tunggal dan kemudian untuk akun-akun yang dipengaruhi oleh kelas
transaksi berganda.
SAMPLE AUDIT
Sampling audit adalah penerapan prosedur audit terhadap kurang dari seratus
persen unsur dalam suatu saldo akun atau kelompok transaksi dengan tujuan
untuk menilai beberapa karakteristik saldo akun atau kelompok transaksi
tersebut.1 Seksi ini memberikan panduan dalam perencanaan, pelaksanaan, dan
penilaian sampel audit.
Ada dua pendekatan umum dalam sampling audit: nonstatistik dan statistik.
Kedua pendekatan tersebut mengharuskan auditor menggunakan pertimbangan
profesionalnya dalam perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian sampel, serta
dalam menghubungkan bukti audit yang dihasilkan dari sampel dengan bukti
audit lain dalam penarikan kesimpulan atas saldo akun atau kelompok transaksi
yang berkaitan. Panduan dalam Seksi ini berlaku baik untuk sampling audit
secara statistik maupun nonstatistik
KETIDAKPASTIAN DAN SAMPLING AUDIT
Beberapa tingkat ketidakpastian secara implisit termasuk dalam konsep “sebagai
dasar memadai untuk suatu pendapat” yang diacu dalam standar pekerjaan
lapangan ketiga. Dasar untuk menerima beberapa ketidakpastian timbul dari
hubungan antara faktor-faktor seperti biaya dan waktu yang diperlukan untuk
memeriksa semua data dan konsekuensi negatif dari kemungkinan keputusan
yang salah yang didasarkan atas kesimpulan yang dihasilkan dari audit terhadap
data sampel saja.
Risiko Sampling
Auditor harus menerapkan pertimbangan profesional dalam menentukan risiko
sampling. Dalam menyelenggarakan pengujian substantif atas rincian, auditor
memperhatikan dua aspek daririsiko sampling: Risiko keliru menerima (risk of
incorrect acceptance), yaitu risiko mengambil kesimpulan, berdasarkan basil
sampel, bahwa saldo akun tidak berisi salah saji secara material, padahal
kenyataannya saldo akun telah salah saji secara material. Risiko keliru menolak
( risk of incorrect reject ion) , yaitu risiko mengambil kesimpulan, berdasarkan
hasil sampel, bahwa saldo akun berisi salah saji secara material, padahal
kenyataannya saldo akun tidak berisi salah saji secara material.
Sampling Dalam Pengujian Substantif Rinci
Perencanaan Sampel
Perencanaan meliputi pengembangan strategi untuk melaksanakan audit atas
laporan keuangan. Untuk panduan umum perencanaan, lihat SA Seksi 311 [PSA
No. 05] Perencanaan dan Supervisi.
Dalam perencanaan sampel untuk pengujian substantif rinci, auditor harus
mempertimbangkan:
-
Hubungan antara sampel dan tujuan audit yang relevan. Lihat SA Seksi 326
[PSA No. 07] Bukti Audit. Sampling Audit
Pertimbangan pendahuluan atas tingkat materialitas.
Tingkat risiko keliru menerima yang dapat diterima (allowable risk of incorrect
acceptance).
Karakteristik populasi, yaitu unsur yang membentuk saldo akun atau
kelompok transaksi yang menjadi perhatian.
SAMPLING DALAM PENGUJIAN PENGENDALIAN
Perencanaan Sampel
Dalam perencanaan sampel audit tertentu untuk pengujian pengendalian, auditor
harus mempertimbangkan:
a. Hubungan antara sampel dengan tujuan pengujian pengendalian.
b. Tingkat penyimpangan maksimum dari pengendalian yang ditetapkan yang
akan mendukung tingkat risiko pengendalian yang direncanakan.
c. Tingkat risiko yang dapat diterima auditor atas penentuan risiko pengendalian
yang terlalu rendah.
d. Karakteristik populasi, yaitu, unsur yang membentuk saldo akun atau
kelompok transaksi yang menjadi fokus perhatian.
Pemilihan Sampel
Unsur sampel harus dipilih sedemikian rupa sehingga sampel yang terpilih
diharapkan dapat mewakili populasi. Oleh karena itu, semua unsur dalam
populasi harus memiliki kesempatan yang sama untuk dipilih. Pemilihan secara
acak merupakan salah satu cara pemilihan sampel tersebut. Ada tiga metode
pemilihan sampel yang umum digunakan: (1) pemilihan acak (random selection),
yaitu setiap unsur dalam populasi atau dalam setiap strata memiliki kesempatan
yang sama untuk dipilih, (2) pemilihan sistematik (systematic selection), yaitu
pemilihan unsur dengan menggunakan interval konstan di antara yang dipilih,
yang interval permulaannya dimulai secara
acak, (3) pemilihan sembarang (haphazard selec-tion), yang merupakan
alternatif pemilihan acak, dengan syarat auditor mencoba mengambil sampel
yang mewakili dari keseluruhan populasi tanpa maksud untuk memasukkan atau
tidak memasukkan unit tertentu ke dalam sampel yang dipilih. Idealnya, auditor
harus menggunakan metode pemilihan yang memiliki kemampuan untuk memilih
unsur dari seluruh periode yang diaudit. SA Seksi 319 [PSA No. 23]
Pertimbangan Pengendalian Intern dalam Audit Laporan Keuangan paragraf 73
memberikan panduan yang dapat diterapkan dalam penggunaan sampling oleh
auditor selama periode interim dan periode sisanya.
Kinerja dan Penilaian
Prosedur audit memadai untuk mencapai tujuan pengujian pengendalian harus
dilaksanakan terhadap setiap unsur sampel. Jika auditor tidak dapat menerapkan
prosedur audit yang direncanakan atau prosedur alternatif memadai terhadap
unsur sampel yang terpilih, ia harus mempertimbangkan penyePERTEMUAN
keterbatasan tersebut , dan ia biasanya harus mempertimbangkan unsur yang
terpilih tersebut sebagai penyimpangan dari prosedur atau kebijakan yang telah
ditetapkan untuk tujuan penilaian sampel.
SOAL LATIHAN PERTEMUAN V
POLITEKNIK LP3I BANDUNG
SATUAN ACARA PENGAJARAN
(SAP)
MATA KULIAH
KODE MATA KULIAH
KREDIT
PERTEMUAN
: AUDITING
:
: 2 SKS
: 6
No.
TUJUAN PEMBELAJARAN
KHUSUS
POKOK BAHASAN DALAM
MATA PELAJARAN
SUB POKOK BAHASAN
METODE
MEDIA
WAKTU
DAFTAR
PUSTAKA
1
2
3
4
5
6
7
8
6
Mahasiswa dapat mengenali
bentuk, isi, fungsi, dan kegunaan
kertas kerja audit, serta
memahami mekanisme
pengerjaan kertas kerja audit
Kertas kerja pemeriksaan (
Audit Working Paper)
Pengertian kertas kerja audit
Tujuan kertas kerja audit
Current file dan permanent
Criteria pembuatn kertas kerja
audit
Pemilikan dan penyimpanan
kertas kerja audit
Working balance sheet & working
profit and loss
Top schedule and supporting
schedule
BUKU REFERENSI :
1. Auditing: Pemeriksaan Akuntan, buku 1& buku II, Edisi kedua: Sukrisno Agoes lembaga Penerbit FE-UI, Jakarta, 1999. ( buku wajib).
2. Auditing an integrated approach: Alvin A Arrens and James Loebeck, five Edition
3. Standar pemeriksaan Akuntan Public
1 kali
tatap
muka
Sukrisno Agoes:
buku 1,
PERTEMUAN 6
PERTEMUAN VI
KERTAS KERJA AUDIT
KERTAS KERJA AUDIT (WORKING PAPER)
Kertas kerja audit merupakan kertas-kertas yang diperoleh akuntan selama
melakukan pemeriksaan dan dikumpulkan untuk memperlihatkan pekerjaan yang
telah dilaksanakan, metode dan prosedur pemeriksaan yang diikuti serta
kesimpulan-kesimpulan yang telah dibuatnya.
Contoh kertas kerja antara lain :Catatan memo ; Hasil analisa jawaban
konfirmasi, Clients Representation Letter ; Komentar yang dibuat atau didapat
oleh akuntan pemeriksa ; Tembusan (copy) dari dokumen penting dari suatu
daftar baik yang diperoleh ataupun yang didapat dari klien dan diverifikasi oleh
akuntan.
Dengan kata lain kertas kerja audit dapat berasal dari pihak klien, hasil
analisis yang dibuat auditor atau dari pihak ketiga yang independen baik secara
langsung maupun tidak langsung. Berkas kertas kerja yang berasal dari klien
dapat berupa :Neraca Saldo (Trial balance), Rekonsiliasi bank (Bank
reconciliation), Analisa Umur Piutang (Accounts Receivable Aging Schedule),
Rincian Persediaan (Final Inventory List), Rincian Utang, Rincian Biaya Umum
dan Administrasi, Rincian Biaya Penjualan, Surat Pernyataan Langganan.
Hasil analisis yang dibuat oleh auditor , misalnya : Berita Acara Kas Opname
(Cash Count Sheet), Internal Control Questionare dan evaluasi serta hasil
analisis pengendalian interen.
Analisis Aktiva Tetap, Analisis kecukupan allowance for bad debt (penyisihan
piutang/cadangan kerugian piutang), Working Trial Balance , atau dapat dipecah
menjadi dua yaitu Working Balance sheet dan Working Profit and Loss, Top
Schedule, Supporting Schedule, Konsep Laporan Audit .
Berkas yang diperoleh dari pihak ketiga yang independen meliputi antara lain :
Hasil konfirmasi piutang, Hasil konfirmasi utang, Informasi dari bank, Pernyataan
dari penasihat hukum.
Kertas kerja yang dikumpulkan oleh akuntan merupakan data-data rahasia yang
menjadi milik perusahaan, oleh karenanya akuntan berkewajiban untuk menjaga
kerahasiaan tersebut jangan sampai data tersebut jatuh pada pihak-pihak yang
tidak diinginkan perusahaan.
Isi Kertas Kerja Audit
Kertas kerja harus cukup memperlihatkan bahwa catatan akuntansi cocok
dengan laporan keuangan atau informasi lain yang dilaporkan serta standar
auditing yang dapat diterapkan telah dilaksanakan.
Dalam SA 339 dikemukakan bahwa kertas kerja biasanya berisi dokumentasi
yang memperlihatkan :
o Pemeriksaan telah direncanakan dan disupervisi dengan baik, yang
menunjukkan dilaksanakannya standar pekerjaan lapangan yang pertama.
o Pemahaman yang memadai atas struktur pengendalian intern telah diperoleh
untuk merencanakan audit dan menentukan sifat, saat, dan lingkup pengujian
yang telah dilakukan.
o Bukti audit telah diperoleh, prosedur pemeriksaan yang telah diterapkan dan
pengujian yang telah dilaksanakan, yang memberikan bukti kompeten yang
cukup sebagai dasar yang memadai untuk menyatakan pendapat atas
laporan keuangan auditan, yang menunjukkan dilaksanakannya standar
pekerjaan lapangan yang ketiga.
Tujuan Pembuatan Kertas Kerja Audit
• Untuk mengkoordinasi dan mengorganisasi semua tahap pengauditan
• Sebagai pendukung yang penting terhadap pendapat akuntan atas laporan
keuangan yang diauditnya
• Sebagai penguat kesimpulan akuntan dan kompetensi pengauditannya.
• Sebagai Pedoman dalam pengauditan berikutnya.
Teknik Dasar Pembuatan Kertas Kerja Audit
Ada empat tehnik dasar yang digunakan
dalam
pembuatan
kertas
kerja. Keempat tehnik tersebut adalah :
· Pembuatan heading.
·
·
·
Nomor indeks
Tick marks
Pencantuman tanda tangan pembuat maupun penelaah, dan tanggal
pembuatan serta penelaahan.
Faktor yang harus diperhatikan dalam pembuatan kertas kerja audit :
a) Kertas Kerja kerja harus dibuat lengkap.
b) Teliti.
c) Ringkas.
d) Jelas.
e) Rapi.
Tipe Kertas Kerja :
•
Audit program
Agar tak menimbulkan kerancuan istilah maka perlu dipisahkan pengertian Audit
program dan Audit Procedure. Audit program (program pemeriksaan) merupakan
daftar prosedur pengauditan untuk seluruh pemeriksaan elemen tertentu.
Sedangkan Procedure audit adalah instruksi terinci untuk mengumpulkan tipe
bukti pemeriksaan tertentu yang harus diperoleh pada saat pemeriksaan.
Program pemeriksaan dapat digunakan untuk merencanakan berapa orang yang
diperlukan untuk melaksanakan pemeriksaan, serta jadwal pemeriksaan yang
direncanakan.
•
Working Trial Balance
Merupakan suatu daftar yang memuat saldo dari seluruh rekening buku besar
pada akhir tahun yang diperiksa dari akhir tahun sebelumnya, koreksi yang
diusulkan serta saldo menurut hasil pemeriksaan. Kertas kerja ini dapat pula
dipisahkan menjadi Working Balance Sheet dan Working Profit and Loss.
•
Summary of adjusment journal entries
Ringkasan ini merupakan daftar yang berisikan journal-journal koreksi yang
diusulkan kepada klien yang diperoleh selama pemeriksaan berlangsung.
•
Top Schedules
Merupakan kertas kerja pemeriksaan yang digunakan untuk meringkas informasi
yang dicatat dalam daftar pendukung untuk rekening-rekening yang
berhubungan.
•
Supporting schedules
Merupakan kertas kerja yang memuat detail dari pada temuan hasil
pemeriksaan, serta koreksi-koreksi yang ada, serta memuat berbagai informasi
dan teknik pemeriksaan yang dilaksanakana oleh akuntan.
Dengan kata lain supporting schedule merupakan rincian dari pada top schedule.
TAHAP PENYUSUNAN AUDITED FINANCIAL STATEMENTS.
a. Pembuatan atau pengumpulan daftar pendukung (supporting schedules)
sebagai langkah pengumpulan bukti pemeriksaan.
b. Penyusunan daftar utama (lead schedules atau top schedules) dengan cara
meringkas supporting schedules dan summary of adjustment journals entris.
c. Meringkas informasi yang tercantum dalam daftar utama dan daftar
pendukung ke dalam Working Trial Balance.
d. Menyusun Audited Financial Statements.
SUSUNAN KERTAS KERJA AUDIT.
Draft laporan pemeriksaan ( audit report ).
Audited financial statements.
Ringkasan informasi bagi penelaah.
Program pemeriksaan.
Laporan keuangan atau neraca lajur yang dibuat klien.
Ringkasan journal adjustment.
Working trial balance.
Top schedule.
Supporting schedule.
PENGARSIPAN KERTAS KERJA AUDIT.
Current File, yaitu arsip pemeriksaan tahunan yang diperoleh dari pemeriksaan
tahun berjalan, informasi dari current file pada umumnya mempunyai manfaat
untuk tahun yang diperiksa.Contoh : Neraca saldo, Berita acara kas opname,
Rekonsiliasi bank, Rincian piutang, Rincian persediaan Rincian utang, Rincian
biaya dan lain lain.
Permanent File, merupakan arsip kertas kerja yang secara relatif tidak
mengalami perubahan. Arsip ini dapat digunakan berulang ulang untuk beberapa
periode pengauditan.
Contoh : Akte pendirian,Accounting manual (pedoman akuntansi), Kontrak
kontrak,Notulen rapat
Tujuan dari permanent file :
•
•
Sebagai acuan yang digunakan untuk pemeriksaan tahun-tahun mendatang.
Memberikan ringkasan mengenai kebijakan dan organisasi klien bagi staff
yang baru pertamakali menangani pemeriksaan laporan keuangan.
• Untuk menghindari pengulangan pembuatan kertas kerja yang sama dari
tahun ke tahun.
Corespondence file, merupakan arsi surat menyurat, facsimili dan lain lain.
KEPEMILIKAN KERTAS KERJA AUDIT.
Kertas kerja audit akuntan yang disusun selama pelaksanaan audit, baik yang
disusun oleh auditor sendiri maupun yang disusunkan oleh klien untuk auditor,
adalah milik auditor (akuntan publik) ; oleh karena itu semua kertas kerja
tersebut harus disimpan oleh auditor dengan sebaik-baiknya, dalam arti disimpan
secara teratur sesuai dengan urutan yang logis.
Walaupun kertas kerja tersebut milik auditor, tetapi auditor dilarang
memperlihatkan atau membocorkan informasi yang ada pada kertas kerja
tersebut kepada pihak ketiga tanpa seizin kliennya, kecuali atas perintah
pengadilan atau profesi akuntan. Selama melaksanakan audit, auditor
memperoleh sejumlah informasi yang sifatnya rahasia antara lain berupa
informasi tentang gaji karyawan penting (key personels), rencana advertensi,
data biaya produksi dan metode penentuan harga jual produk. Jika auditor
membocorkan informasi-informasi pada pihak ketiga atau kepada karyawan
kliennya, maka auditor tersebut dapat dimintai pertanggung jawabannya atau
dituntut ke pengadilan.
Test Of Control
Test of control atau dalam bahasa indonesia disebut sebagai uji pengendalian
adalah prosedur audit yang umum dilakukan untuk mengetahui apakah sistem
pengendalian yang dilakukan oleh organisasi sudah berjalan efektif. Pengujian
pengendalian atau test of control dilakukan untuk memperoleh bukti audit
tentang efektivitas rancangan dan operasi kebijakan atau prosedur struktur
pengendalian internal. Sebagai contoh, prosedur pengendalian internal komputer
menggunakan jumlah berkas [total batch] untuk memastikan bahwa semua
berkas transaksi telah dicatat. Apabila jumlah nilai uang yang diproses dalam
berkas tersebut tidak cocok, maka transaksi jumlah berkas tersebut tidak akan
diproses dan sebagai gantinya dicetak suatu laporan pengecualian atau
exception report.
Auditor dapat menguji efektivitas pengendalian dengan cara memasukan data uji
yang mengandung kesalahan pada total batch dan mengamati apa yang terjadi
dengan data uji tersebut. Pengujian pengendalian juga meliputi permintaan
keterangan kepada para pekerja mengenai apa yang mereka ketahui tentang
efektivitas dari pengendalian tersebut da memeriksa laporan pengecualian yang
telah dihasilkan oleh pengendalian internal klien. Kinerja pengujian pengendalian
tidak diharuskan dalam audit laporan keuangan. Namun, hal itu dilaksanakan
dalam banyak audit dengan populasi yang besar karena efektivitas biaya.
Pengujian Substantif
Pengujian substantif terdiri dari:
1. Prosedur analitis
2. Pengujian terinci atas transaksi
3. Pengujian terinci atas saldo
Pengujian substantif memberikan bukti tentang kelayakan asersi laporan
keuangan klien. Prosedur analitis meliputi penggunaan perbandingan untuk
menilai kewajaran, misalnya membandingkan saldo suatu akun dengan data
nonkeuangan yang terkait dengan saldo akun tersebut. Pengujian terinci atas
transaksi meliputi pemeriksaan dokumen pendukung dari setiap satuan transaksi
yang dibukukan pada sebuah akun tertentu, misalnya melakukan pemeriksaan
dokumen pendukung [vouching] untuk sisi debet akun piutang usaha terdapat
ayat jurnal pada jurnal penjualan serta faktur pendukung penjualan. Selain itu
dilakukan juga penelusuran rinci dari dokumen asli atau dokumen sumber
terhadap buku jurnal serta buku besar yang terkait dengan transaksi tersebut
yang dapat digolongkan juga sebagai pengujian terenci atas transaksi.
Sedangkan pengujian terinci atas saldo meliputi pemeriksaan dokumen
pendukung untuk saldo akhir secara langsung, misalnya melakukan konfirmasi
langsung kepada salah seorang pelanggan tentang saldo piutang uasaha. Ketiga
jenis pengujian substantif tersebut merupakan hal yang komplementer.
Pengujian mana yang akan digunakan untuk suatu akun tertentu dapat bervariasi
berdasarkan faktor-faktor seperti efektivitas relatif untuk akun dan biaya.
Test Of Transaction
Test of transactions atau dalam bahasa indonesia disebut test atas transaksi
merupakan bagian dari prosedur audit yang bertujuan untuk menguji
pengendalian internal sebuah organisasi. Auditor menggunakan test terhadap
transaksi untuk mengevaluasi apakah kesalahan atau proses yang tidak biasa
terjadi pada transaksi yang mengakibatkan kesalahan pencatatan material pada
laporan keuangan. Perbedaan test ini dengan test sebelumnya (test of
control) adalah dalam test sebelumnya pengujian yang dilakukan tanpa
memandang nilai moneter, namun dalam test of transactions nilai moneter
menjadi salah satu objek yang akan di uji.
Tes ini dilaksanakan dengan menelusuri jurnal transaksi dari sumber dokumen,
memeriksa file, dan mengecek keakuratan. Hal ini perlu dilakukan karna sangat
berpengaruh pada opini auditor yang akan diberikan mengenai kewajaran
penyajian laporan keuangan. Umumnya Auditor akan mengambil sampel
transaksi yang akan di uji dan melihat seberapa besar tingkat kesalahan yang
dihasilkan, berdasarkan tingkat kesalahan tersebut auditor dapat menentukan
apakah mereka dapat mengandalkan informasi yang tersedia baik di buku besar
maupun jurnal pencatatan transaksi. Berdasarkan hasil tersebut pula maka
auditor dapat menentukan ruang lingkup pekerjaan audit.
LATIHAN SOAL PERTEMUAN VI
POLITEKNIK LP3I BANDUNG
SATUAN ACARA PENGAJARAN
(SAP)
MATA KULIAH
KODE MATA KULIAH
KREDIT
PERTEMUAN
: AUDITING
:
: 2 SKS
: 7
No.
TUJUAN PEMBELAJARAN
KHUSUS
POKOK BAHASAN DALAM
MATA PELAJARAN
SUB POKOK BAHASAN
METODE
MEDIA
WAKTU
DAFTAR
PUSTAKA
1
2
3
4
5
6
7
8
7
Mahasiswa dapat memahami
bagaimana cara melakukan
perencanaan audit, membuat
audit program, melaksanakan
audit prosedur, dan konsep
materialitas serta risiko audit
Audit plan, program audit,
audit procedures and Audit
Technique, Audit risk and
matreiality
Audit plan
Audit program
Audit Prosedur dan teknik Audit
Risiko audit dan materialitas
1 kali
tatap
muka
BUKU REFERENSI :
1. Auditing: Pemeriksaan Akuntan, buku 1& buku II, Edisi kedua: Sukrisno Agoes lembaga Penerbit FE-UI, Jakarta, 1999. ( buku wajib).
2. Auditing an integrated approach: Alvin A Arrens and James Loebeck, five Edition
3. Standar pemeriksaan Akuntan Public
Sukrisno
Agoes: buku
1,
PERTEMUAN
7
PERTEMUAN VII
AUDIT PROGRAM
Personel yang mengelola program audit hendaknya mengimplementasikan
program audit dengan cara sebagai berikut:
1. Menginformasikan bagian yang terkait dalam program audit kepada pihak
yang relevan dan menginformasikan perkembangannya secara berkala
2. Mendefinisikan tujuan, ruang lingkup, dan kriteria dari setiap audit
individual
3. Mengkoordinasikan dan menjadwalkan audit serta aktivitas lain yang
terkait dengan program audit
4. Memastikan seleksi tim audit dilakukan berdasarkan kompetensi yang
sesuai
5. Menyediakan sumber daya yang sesuai pada tim audit
6. Memastikan pelaksanaan audit dilakukan sesuai dengan program audit
dan dalam rentang waktu yang disetujui
7. Memastikan aktivitas audit terdokumentasi dan dikelola serta dipelihara
dengan baik
Mendefinisikan Tujuan, Ruang Lingkup, dan Kriteria Setiap Audit Individual
Setiap audit individual hendaknya didasarkan pada tujuan, ruang lingkup, dan
kriteria audit yang terdokumentasi. Hal ini hendaknya ditetapkan oleh personel
yang mengelola program audit dan konsisten dengan tujuan program audit
secara umum.
Tujuan audit merupakan hal yang harus dijawab secara tuntas oleh audit
individual dan dapat mencakup:
1. Penentuan ruang lingkup kesesuaian pada sistem manajemen yang
diaudit, atau bagian dari itu, dengan kriteria audit
2. Penentuan ruang lingkup kesesuaian aktivitas, proses, dan produk
dengan persyaratan serta prosedur dari sistem manajemen
3. Evaluasi kapabilitas sistem manajemen untuk memastikan kepatuhan
terhadap persyaratan legal dan kontrak serta persyaratan lain yang dianut
oleh organisasi
4. Evaluasi efektivitas sistem manajemen terhadap tujuan yang spesifik
5. Identifikasi area perbaikan potensial pada sistem manajemen
Ruang lingkup audit hendaknya konsisten dengan program audit dan tujuan
audit. Hal ini mencakup faktor seperti lokasi fisik, unit organisasi, aktivitas dan
proses yang diaudit, sejalan dengan periode waktu yang tercakup oleh audit.
Kriteria audit digunakan sebagai referensi guna menetapkan kesesuaian dan
dapat mencakup kebijakan, prosedur, standar, persyaratan legal, persyaratan
sistem manajemen, persyaratan kontrak, kode etik tertentu atau pengaturan
perencanaan lain yang sesuai.
Dalam kejadian setiap perubahan pada tujuan, ruang lingkup, dan kriteria audit,
program audit hendaknya dimodifikasi jika perlu.
Jika dua atau lebih sistem manajemen dari disiplin yang berbeda diaudit
bersama dalam audit kombinasi, sangat penting untuk memastikan tujuan, ruang
lingkup, dan kriteria audit konsisten dengan tujuan dari program audit yang
relevan.
Pemilihan Metode Audit
Personel yang mengelola program audit hendaknya menyeleksi dan menetapkan
metode yang efektif untuk pelaksanaan audit, disesuaikan dengan tujuan, ruang
lingkup, dan kriteria yang ditetapkan.
Jika dua atau lebih organisasi audit melakukan audit bersama pada auditee yang
sama, personel yang mengelola program audit yang berbeda hendaknya setuju
pada metode audit dan mempertimbangkan implikasi untuk sumber daya dan
perencanaan audit. Jika auditee menggunakan dua atau lebih sistem
manajemen pada disipilin yang berbeda, audit kombinasi perlu dimasukkan ke
dalam program audit.
Pemilihan Anggota Tim Audit
Personel yang mengelola program audit hendaknya menunjuk anggota tim audit,
mencakup ketua tim dan tenaga ahli yang dibutuhkan untuk audit yang spesifik.
Tim audit hendaknya diseleksi, sesuai kompetensi yang dibutuhkan untuk
mencapai tujuan audit individual dalam ruang lingkup yang ditetapkan. Jika
hanya terdapat 1 orang auditor, ia hendaknya tampil dalam kapasitas sebagai
ketua tim.
Dalam memutuskan ukuran dan komposisi tim audit untuk audit yang speisifik,
pertimbangan hendaknya diberikan pada hal-hal berikut:
1. Kompetensi umum tim audit yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan audit
dengan memperhitungkan ruang lingkup dan kriteria audit
2. Kompleksitas audit dan jika audit dilakukan secara kombinasi atau
bersama-sama
3. Metode audit yang digunakan
4. Persyaratan kontrak dan legal serta lainnya yang dianut oleh organisasi
5. Keperluan untuk memastikan independensi anggota tim audit dari aktivitas
yang diaudit dan untuk menghindari konflik atau kepentingan tertentu
6. Kemampuan anggota tim audit untuk berinteraksi secara efektif dengan
perwakilan auditee dan untuk bekerja bersama
7. Bahasa yang digunakan saat audit, serta karakteristik sosial dan budaya
auditee. Isu ini terkait dengan kemampuan auditor sendiri, atau melalui
dukungan tenaga ahli.
Untuk memastikan kompetensi umum tim audit, tahapan yang harus dilakukan
adalah:
1. Identifikasi pengetahuan dan kemampuan yang dibutuhkan untuk
mencapai tujuan audit
2. Seleksi tim audit sesuai pengetahuan dan kemampuan yang dibutuhkan
tersebut
Jika, semua kompetensi yang dibutuhkan tidak dimiliki oleh auditor di dalam tim
audit, tenaga ahli dengan kompetensi tambahan hendaknya diikutsertakan di
dalam tim. Tenaga ahli hendaknya bertugas di bawah arahan dari auditor namun
tidak bertindak sebagai auditor.
Auditor dalam pelatihan dapat diikutsertakan di dalam tim audit, namun
partisipasinya dibawah arahan dari auditor.
Penyesuaian ukuran dan komposisi tim audit perlu dilakukan selama audit,
sebagai contoh jika konflik kepentingan atau isu kompetensi terjadi. Jika situasi
tersebut terjadi, hendaknya didiskusikan dengan pihak yang terkait (ketua tim
audit, personel yang mengelola program audit, klien audit, atau auditee) sebelum
segala penyesuaian dibuat.
(Diterjemahkan dari ISO 19011: 2011)
Peran dan Tanggung Jawab Personel yang Mengelola Program Audit
Personel yang mengelola program audit hendaknya:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Menetapkan ruang lingkup program audit
Mengidentifikasi dan mengevaluasi resiko terhadap program audit
Menetapkan tanggung jawab audit
Menetapkan prosedur untuk program audit
Menentukan sumber daya yang dibutuhkan
Memastikan implementasi dari program audit, mencakup pelaksanaan
tujuan audit, ruang lingkup, dan kriteria dari audit individual, menetapkan
metode audit, dan menyeleksi tim audit serta melakukan evaluasi auditor
7. Memastikan catatan program audit yang ada dikelola dan dipelihara
8. Memonitor, meninjau kembali, dan melakukan perbaikan pada program
audit
Personil yang mengelola program audit hendaknya menginformasikan kepada
manajemen puncak perihal muatan program audit, dan jika perlu meminta
persetujuan
Kompetensi Personel yang Mengelola Program Audit
Personel yang mengelola program audit hendaknya memiliki kompetensi yang
diperlukan untuk mengelola program audit dan resiko yang berhubungan secara
efektif dan efisien, sesuai pengetahuan dan kemampuan pada aspek berikut:
1.
2.
3.
4.
Prinsip, prosedur, dan metode audit
Standar sistem manajemen dan dokumen yang menjadi referensi
Aktivitas, produk, dan proses yang dilakukan auditee
Persyaratan legal atau lainnya yang relevan dengan aktivitas dan produk
auditee
5. Pelanggan, pemasok, dan pihak lain yang terkait dengan auditee, jika
dimungkinkan
Personel yang mengelola program audit hendaknya melakukan aktivitas
pengembangan profesional yang berkesinambungan untuk mempertahankan
pengetahuan dan kekmampuan yang diperlukan guna mengelola program audit.
Ruang Lingkup Program Audit
Personel yang mengelola program audit hendaknya menetapkan ruang lingkup
program audit, yang bisa sangat tergantng pada ukuran dan kebiasaan dari
auditee, sesuai dengan keadaan, fungsi, kompleksitas, dan tingkat kematangan,
serta hal-hal yang yang berdampak signifikan pada sistem manajemen yang
diaudit.
Pada kasus tertentu, tergantung pada struktur auditee dan aktivitas yang terjadi,
program audit dapat saja hanya memuat audit tunggal.
Faktor lain yang memberi pengaruh pada ruang lingkup program audit mencakup
hal-hal berikut:
1. Tujuan, cakupan, dan durasi setiap audit dan jumlah audit yang akan
dilaksanakan, mencakup juga tindak lanjut audit, jika memungkinkan.
2. Jumlah, kepentingan, kompleksitas, kesesuaian, dan lokasi aktivitas yang
diaudit
3. Faktor-faktor yang memberikan pengaruh pada efektivitas sistem
manajemen
4. Kriteria audit yang sesuai, seperti pengaturan terencana terhadap standar
sistem manajemen yang sesuai, peraturan hukum, dan persyaratan
kontrak, serta persyaratan lain yang dianut oleh organisasi
5. Kesimpulan dari audit sebelumnya, internal dan eksternal
6. Hasil dari review program audit sebelumnya
7. Bahasa, budaya, dan isu sosial lainnya
8. Hal-hal yang menjadi perhatian pihak luar, seperti keluhan pelanggan atau
ketidaksesuaian dengan persyaratan legal
9. Perubahan signifikan pada auditee dan operasionalnya
10. Ketersediaan teknologi informasi dan komunikasi untuk mendukung
aktivitas audit, umumnya pada metode audit di tempat terpencil
11. Kejadian internal dan eksternal, seperti produk gagal, kegagalan
keamanan informasi, insiden kesehatan dan keselamatan, tindak kriminal
atau insiden lingkungan
Identifikasi dan Evaluasi Resiko Program Audit
Terdapat banyak resiko berbeda yang berhubungan dengan penetapan,
implenetasi, pemantauan, peninjauan dan perbaikan program audit yang bisa
memberikan dampak pada tujuan. Personel yang mengelola program audit
hendaknya mempertimbangkan resiko tersebut. Beberapa resiko yang relevan
adalah sebagai berikut:
1. Perencanaan, contoh: kegagalan menetapkan tujuan audit yang relevan
dan menetapkan ruang lingkup program audit
2. Sumber Daya, contoh: tidak cukup waktu yang memungkinkan untuk
mengembagkan program audit atau melaksanakan audit
3. Seleksi Tim Audit, contoh: tim tidak memiliki kompetensi kolektif untuk
melaksanakan audit secara efektif
4. Implementasi, contoh: komunikasi program audit yang tidak efektif
5. Catatan dan Pengendaliannya, contoh: kegagalan untuk melindungi
catatan audit secara baik
6. Pemantauan, Peninjauan, dan Perbaikan Program Audit, contoh:
pemantauan yang tidak efektif dari keluaran program audit
Penetapan Prosedur untuk Program Audit
Personel yang mengelola program audit hendaknya menetapkan satu atau lebih
prosedur berikut, sejauh diperlukan:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Perencanaan dan penjadwalan audit dengan mempertimbangkan resiko
Pemastian keamanan dan kerahasiaan informasi
Penjaminan kompetensi audit dan ketua tim audit
Seleksi tim audit yang sesuai dan pemberian wewenang serta tanggung
jawab
Pelaksanaan audit, mencakup penggunaan metode pengambilan sampel
yang sesuai
Pelaksanaan tindak lanjut audit, jika diperlukan
Pelaporan kepada manajemen puncak terkait pencapaian umum dari
program audit
Pemeliharaan catatan program audit
Pemantauan dan peninjauan performa dan resiko, serta perbaikan
efektivitas dari program audit
Identifikasi Sumber Daya Progam Audit
Ketika mengidentifikasi sumber daya untuk program audit, personel yang
mengelola program audit hendaknya mempertimbangkan:
1. Sumber daya finansial yang sesuai untuk pengembangan, implementasi,
pengelolaan, dan perbaikan aktivitas audit
2. Metode audit
3. Ketersediaan auditor dan ahli teknis yang memiliki kompetensi yang
sesuai terkait tujuan umum program audit
4. Ruang lingkup program audit dan resikonya
5. Waktu dan biaya perjalanan, akomodasi, dan kebutuhan audit lainnya
6. Ketersediaan teknologi informasi dan komunikasi
(Diterjemahkan dari ISO 19011: 2011)
Tujuan dapat didasarkan pada pertimbangan-pertimbangan berikut:
1. Prioritas manajemen
2. Tujuan komersial atau kepentingan bisnis lainnya
3. Karakteristik proses, produk, dan proyek serta segala perubahan yang
relevan
4. Persyaratan sistem manajemen
5. Persyaratan legal dan kontrak, serta persyaratan lainnya yang dianut oleh
organisasi
6. Keperluan untuk evaluasi pemasok
7. Keperluan dan ekspektasi pihak lain, termasuk pelanggan
8. Tingkat kinerja auditee, yang direfleksikan dari kejadian kegagalan atau
insiden atau keluhan pelanggan
9. Resiko terhadap auditee
10. Hasil dari audit sebelumnya
11. Level kematangan dari sistem manajemen yang diaudit
Contoh tujuan program audit adalah sebagai berikut:
1. Untuk memberikan kontribusi terhadap perbaikan sistem manajemen dan
kinerjanya
2. Untuk memenuhi persyaratan eksternal, seperti sertifikasi suatu standar
sistem manajemen
3. Untuk memverifikasi kesesuaian dengan persyaratan kontrak
4. Untuk mencapai dan mempertahankan kepercayaan terhadap kapabilitas
pemasok
5. Untuk menentukan efektivitas sistem manajemen
Untuk mengevaluasi kesesuaian tujuan sistem manajemen dengan kebijakan
sistem manajemen dan tujuan organisasi secara keseluruhan.
Contoh Audit Program:
Budget
Hours
Procedures
Scope
This audit will review (Key or Internal) Performance Measures
reported data for FY XXXX.
Objectives
1. Meet the requirement of OAR 125-700-0050.
2. Determine accuracy/reliability of the data reported in the
agencies (Key or Internal) Performance Measures report for FY
XXXX.
3. Help ensure Management that the agency’s performance
measures are:
Documented – appropriate information behind the
measures exists;
Repeatable – can be accurately re-created; and
Consistent – reported the same year to year.
General Audit Steps
Completed
by/Date
W/P Ref.
Budget
Hours
Procedures
1.
2.
3.
4.
During audit work be aware of management accomplishments
and report as necessary.
During audit work be aware of potential areas for fraud and
report to management as necessary.
Discuss the areas of greatest risk and exposure with
management. Also, include suggested objectives and test
procedures. Discuss with Management.
Document and perform any additional audit steps deemed
necessary.
Fieldwork
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Conduct an entrance conference with the Performance
Measure Coordinator and appropriate members of
management.
Obtain and review appropriate background information
including:
a) pertinent laws, rules, regulations and performance
measure reporting guidelines
b) Agency strategic plan
c) Any previous audit reports of agency’s performance
measures
Obtain and review documentation of key performance
measures to determine completeness. Each measure’s
documentation should include:
a) Definition of all components of the measure
b) Identification of the source of the data
c) Statement of all calculations involved in creating the final
number
d) Methodology used for calculations
e) Definition of the timelines of data gathering and the
frequency of reporting
f) Reports include current performance data, trends, targets
and/or required levels of performance and dates of
performance
Interview the Performance Measure Coordinator, data owners,
and other pertinent personnel as necessary to gain an
understanding of performance measurement processes.
Request and review any available documentation of the
performance measure reporting process including procedures,
desk manuals of appropriate staff, or flowcharts.
Determine which key performance measures to test using
the following information:
a) Risk assessment results
b) Measures that represent the major business lines
and their products and services, quality elements,
outcomes and those of significant customer interest
or input
Identify testing methodology and sample plan for each data
set to be tested.
Determine number of reports to include in testing per each
Completed
by/Date
W/P Ref.
Budget
Hours
Procedures
7.
measure depending on length of reporting period. Include a
reasonable represented sample for each measure –
recommended use at least 2 reporting periods for each
measure (For example, if a measure is based on a
population survey conducted every 2 years, you may include
the last 4 reports in testing.) Sufficient data for each
measure must be reviewed to allow a conclusion to be
drawn.
Review each measure’s definition and calculation for
accuracy and determine the degree of deviation for each, if
any.
For each measure, determine how the data is kept and
identify the source of documentation review – manual (paper
files) or automated (computer – application or spreadsheet)
system.
Determine if adequate controls are in place for each
measure being tested. Begin this review at the point of
incoming information and end at the point when calculated
performance information is reported.
For a manual system: Determine if documentation exists to
outline how and when performance information is first
recorded, and for collecting and calculating the information.
There should be consistencies in staff understanding and
application of the procedures and staff should understand
the source of the information and be familiar with any
modifications. Are regular reviews taking place to ensure
consistency?
For an automated system: Ensure staff performing data
entry have been trained and have access to guidelines and
procedures. Perform testing to ensure the computer program
being utilized is obtaining the correct data and making the
correct calculations. System data, summary information and
measure calculations should be reviewed for correctness on
a regular cycle.
9. Determine if the performance data can be recreated. Obtain
performance measure reports and all supporting raw data for
measures selected for review. Using the documentation for each
measure, determine the method used to collect and calculate the
performance data. Using the raw data, recalculate all of the
performance measure information based on the defined
calculations in the documentation for each of the measures.
Document any miscalculations in the performance measure
reports.
10. Request a list of all data elements included in the performance
measures to be tested or create a list based on the performance
measure documentation already obtained. Verify with appropriate
staff that the list is correct and all-inclusive. Obtain data to
match the data elements.
11. Test the source documentation for accuracy. Verify that
performance measure documentation is complete and accurate.
The definition should be adequate to minimize any
misunderstanding. The data elements should mirror the data
element list. The directions for the calculation of each
performance measure should support the performance reported.
Completed
by/Date
W/P Ref.
Budget
Hours
Procedures
The data sources(s) listed should be complete and accurate.
12. Review testing results and conclude as to each performance
measure’s verification category:
Verified: The performance reported is consistently accurate within
plus or minus five percent and adequate controls are in place to
ensure consistency and accuracy in collection of all supporting
data and subsequent reports.
Verified with Qualifications: The performance reported is
consistently accurate within plus or minus five percent, but
adequate controls are not in place to ensure continued accuracy.
The span of data is less than ideal or the performance measure
definition is not followed but the calculation remained within the
five percent error range.
Factors Prevented Verification: When documentation is not
available and controls are not adequate to ensure consistency
and accuracy or the performance measure definition is not
followed and the correct measure result cannot be determined.
Inaccurate: The performance reported is commonly not within five
percent of actual performance.
Not Applicable: Lack of adequate data exists for review for a
justifiable reason, i.e. a new measure.
13. Review methodology behind measure calculations.
Determine data type and verify appropriateness of methodology
employed (reference guide).
14. Prepare findings for results in the Verified with Qualifications,
Factors Prevented Verification and Inaccurate categories.
15. Conclude on the results including listing strengths and
opportunities for process improvement in performance measure
reporting processes regarding documentation, reports,
calculations, data handling and verification category.
Reporting
16. Complete and index working papers.
17. Prepare a preliminary draft of the report and forward to CAE,
Performance Measure Coordinator, and appropriate
Management for review.
18. Have report and supporting work papers reviewed and clear any
review notes.
19. Hold exit conference and provide draft to agency; request
response and action plan to implement recommendations, if
appropriate.
20. Incorporate response into the final report.
21. Distribute final report to management; present to Internal Audit
Committee; and submit summary to the Department of
Administrative Services Internal Audit Section and Legislative
Fiscal Office.
22. Complete quality control worksheet.
Completed
by/Date
W/P Ref.
POLITEKNIK LP3I BANDUNG
SATUAN ACARA PENGAJARAN
(SAP)
MATA KULIAH
KODE MATA KULIAH
KREDIT
PERTEMUAN
: AUDITING
:
: 2 SKS
: 8
No.
TUJUAN PEMBELAJARAN
KHUSUS
POKOK BAHASAN DALAM
MATA PELAJARAN
SUB POKOK BAHASAN
METODE
MEDIA
WAKTU
DAFTAR
PUSTAKA
1
2
3
4
5
6
7
8
8
Mahasiswa dapat memahami dan
mampu melaksanakan
pemeriksaan kas dan bank secara
sederhana
Pemeriksaan kas dan bank
Sifat dan contoh kas dan bank
Tujuan audit kas dan bank
Prosedur pemeriksaan kas dan bank
2 kali
tatap
muka
BUKU REFERENSI :
1. Auditing: Pemeriksaan Akuntan, buku 1& buku II, Edisi kedua: Sukrisno Agoes lembaga Penerbit FE-UI, Jakarta, 1999. ( buku wajib).
2. Auditing an integrated approach: Alvin A Arrens and James Loebeck, five Edition
3. Standar pemeriksaan Akuntan Public
Sukrisno Agoes:
buku 1,
PERTEMUAN 8
PERTEMUAN VIII
KAS dan SETARA KAS
™
™
™
™
™
A. Gambaran Umum transaksi siklus dan hubungannya dengan saldo
kas
Siklus penjualan dan penerimaan kas meliputi keputusan dan proses
yang dibutuhkan untuk mengalihkan kepemilikan atas barang dan jasa yang
telah tersedia untuk dijual kepada pelanggan. Siklus ini dimulai dengan
permintaan oleh pelanggan dan berakhir dengan perubahan atau jasa menjadi
piutang usaha dan akhirnya menjadi uang tunai.
Didalam penerimaan dan pengeluaran kas terdapat 5 siklus yang
secara langsung mempunyai hubungan dengan saldo rekening kas, yaitu :
Siklus pendanaan
Siklus pengeluaran
Siklus Investasi
Siklus pendanaan
Siklus Jasa jasa Personel
Siklus produksi tidak mempunyai hubungan secara langsung dengan
penyajian saldo rekening kas, meskipun diakui secara langsung hubungan
tersebut ada. Transaksi yang mempengaruhi siklus kas mempunyai mutasi
yang tinggi, hal ini dikarenakan kas yang menyangkut aktiva yang terkait
dengan pengukuran nilai bersifat sangat likuid. Ini berarti resiko melekat
dalam siklus ini sangat tinggi. Semakin tinggi volume transaksi yang
terbentuk, maka akan meningkat pula resiko yang melekat dalam penyajian
rekening kas dalam neraca.
B. Permasalahan Audit Terhadap Saldo Kas
Tujuan menyeluruh dalam audit atas siklus penjualan dan penerimaan kas
adalah untuk mengevaluasi apakah saldo-saldo yang dipengaruhi oleh siklus ini
telah disajikan secara wajar sesuai dengan standar akuntansi yang berlaku
umum.
Auditor dalam rangka pelaksanaan audit terhadap saldo rekening kas
menghadapi kemungkinan adanya risiko deteksi yang pada dasarnya
dipengaruhi oleh tingkat risiko melekat dan risiko pengendalian. Mengingat
transaksi yang terbentuk dalam siklus ini demikian besarnya (berpengaruh
terhadap ke lima siklus yang lain) dengan sendirinya risiko melekat yang ada
dalam siklus ini juga sangat tinggi. Oleh karenanya tujuan audit untuk
memperoleh keyakinan terhadap eksistensi dan peristiwa yang melatar
belakangi pembentukan transaksi, serta kesempurnaan penyajian elemen kas
harus mendapat perhatian yang seksama.sangat berbeda dengan permasalahan
dalam pencapaian tujuan memperoleh keyakinan terhadap hak dan kewajiban,
maka dalam hal ini tingkat risiko salah saji menjadi sangat rendah. Demikian
halnya terhadap tujuan penyajian dan pengungkapannya cenderung beresiko
rendah. Namun demikian harus diingat, bahwasanya efektivitas pengendalian
terhadap penerimaan dan pengeluaran kas sangat tergantung pada kelima siklus
yang terkait dengan rekening kas.
Memperhatikan hal-hal yang relevan dengan pengujian ini, maka langkah
yang harus dipertimbangkan oleh auditor adalah:
1. auditor menentukan perencanaan pendahuluan auditor terhadap risiko deteksi
sebagai dasar penentuan strategi audit terhadap setiap asresi kas,
2. menentukan revisi risiko
C. Permasalahan audit terhadap saldo kas
Metodologi dalam merancang pengukian atas transaksi penjualan, dapat
digunakan untuk merancang pengujian atas transaksi penerimaan kas. Demikian
pula, prosedur audit untuk pengujian atas transaksi penerimaan kas akan
dikembangkan dengan kerangka kerja seperti yang digunakan dalam penjualan
yakni, tujuan pengendalian intern ditentukan, pengendalian intern kunci bagi tiap
tujuan ditentukan, pengujian atas pengendalian dikembangkan bagi masing-masing tujuan, dan dikembangkan pengujian substansif atas transaksi bagi
kekeliruan moneter yang dikaitkan dengan masing-masing tujuan.
Prosedur audit yang bermanfaat untuk menguji apakah seluruh penerimaan kas
telah disetor e rekening bank adalah pembuktian atas penerimaan kas. Dalam
pengujian ini total penerimaan kas yang dicatat di jurnal penerimaan kas pada
periode tertentu, misalnya satu bulan, direkonsiliasi dengan setoran actual yang
dilakukan ke bank untuk periode yang sama.
D. Pengendalian Intern terhadap Saldo kas
Dokumen dan catatan penting yang biasanya digunakan dalam siklus penjualan
dan penerimaan kas adalah sebagai berikut :
Pesanan pelanggan (customer order)
Merupakan permintaan barang dagangan oleh pelanggan, yaitu dapat diterima
melalui telepon, surat, formulir isian yang dikirimkan ke pelanggan yang ada dan
pelanggan potensial, melalui wiraniaga, atau cara yang lain.
Pesanan Penjualan (sales Order)
Merupakan dokumen untuk mencatat deskripsi, jumlah, dan informasi terkait atas
barang yang dipesan oleh pelanggan.
Dokumen Pengiriman (Shipping document)
Merupakan dokumen yang dibuat untuk memulai pengiriman barang, yang
menunjukkan deskripsi atas barang dagang, jumlah yang dikirim, dan data yang
relevan.
Faktur Penjualan (sales invoice)
Merupakan dokumen yang menunjukkan deskripsi dan kuantitas barang yang
dijual, harga termasuk ongkos angkut, asuransi, syarat pembayaran, dan data
lain yang relevan.
Jurnal penjualan (sales Journal)
Merupakan jurnal untuk mencatat transaksi penjualan
Laporan ikhtisar penjualan (summary sales report)
Merupakan dokumen yang dihasilkan komputer yang mengikhtisarkan
penjualan untuk satu periode.
Notes kredit (credit memo)
Merupakan dokumen yang berisi pengurangan jumlah yang ditagih dari
pelanggan karena adanya pengembalian barang atau pengurangan harga.
Notes pembayaran (remittance advice)
Merupakan dokumen yang mendukung faktur penjualan yang dikirim ke
pelanggan dan dikembalikan ke penjualan dengan pembayaran tunai.
Jurnal penerimaan kas (cah receipt jurnal)
Merupakan jumal untuk mencatat penerimaan kas hasil dari penerimaan kas,
penjualan tunai dan penerimaan kas yang lain.
Nota persetujuan penghapusan piutang (uncollectible account
authorization form)
Merupakan dokumen yang digunakan didalam perusahaan, yang
menunjukkan kewenangan untuk menghapuskan piutang usaha menjadi tak
tertagih.
Berkas induk piutang usaha (account receivable master file)
Merupakan berkas untuk mencatat setiap penjualan, penerimaan kas, dan
retur dan pengurangan harga penjualan untuk masing-masing pelanggan dan
mengelola saldo perkiman pelanggan
Neraca saldo piutang usaha (account receivable trial balance)
Merupakan daftar jumlah yang terutang kepada pelanggan pada waktu
tertentu.
Laporan bulanan (Monthly statement)
Merupakan dukumen yang dikirimkan kepada tiap pelanggan yang
menunjukkan
saldo
piutang
usaha,
jumlah
dan
tanggal
setup penjualan,penerimaan pembayaran tunai, notes kredit yang diterbitkan,
dan saldo akhir.
Fungsi-fungsi yang terkait dalam transaksi kas
Pemrosesan pesanan pelanggan
Merupakan penawaran untuk membeli barang dengan ketentuan
tertentuPersetujuan penjualan secara kredit
Indikasi adanya persetujuan penjualan secara kredit atas permintaan
penjualan adalah persetujuan untuk mengirim barang.
Pengiriman barang
Merupakan titik pertama dari siklus ini dimana aktiva perusahaan meningkat.
Penagihan ke pelanggan dan pencatatan penjualan
Merupakan alat pemberitahuan ke pelanggan mengenai jumlah yang ditagih
atas barang tersebut.
Pemrosesan dan pencatatan penerimaan kas
Pemrosesan dan pencatatan retur dan pengurangan harga penjualan
Bila pelanggan tidak puas dengan barang yang diterima, penjual seringkali
menerima pengembalian barang atau memberikan pengurangan harga karena
beban tersebut.
Penghapusan piutang tak tertagih
Bila perusahaan berkesimpulan bahwa suatu jumlah akan tidak tertagih lagi,
jumlah tersebut harus dihapuskan.
Penyisihan piutang tak tertagih
Bila penjualan periode sekarang yang diperkirakan tidak dapat ditagih dimasa
depan.
E. Pengujian Subtantif terhadap saldo kas
Prosedur Audit Awal
1. Lakukan prosedur audit awal atas saldo akun yang akan diuji lebih lanjut
Usut saldo kas yang tercantum di neraca ke saldo akun kas yang
bersangkutan didalam buku besar.
- Hitung kembali saldo akun kas di dalam buku besar
- Lakukan review terhadap mutasi luar biasa dalam jumlah dan sumber
posting dalam akun kas
- Usut posting pendebitan akun kas ke dalam jurnal yang bersangkutan
Prosedur Analitik
2. Lakukan prosedur analitik
- Hitung ratio berikut ini :
(1) Ratio kas dengan aktiva lancar
- Lakukan analisis hasil prosedur analitik dengan harapan yang didasarkan
pada data masa lalu, data industri, jumlah yang dianggarkan, atau data
lain
- Bandingkan saldo kas dengan jumlah yang dianggarkan atau saldo kas
akhir tahun yang lalu
Pengujian terhadap transaksi Rinci
3. Lakukan pengujian pisah batas transaksi kas
• Buatlah rekonsiliasi saldo kas menurut cut off bank statement dengan
saldo kas menurut catatan klien
• Usut setoran dalam perjalanan (deposit in trnsit) pada tanggal neraca ke
dalam cut off bank statement
• Periksa tanggal yang tercantum didalam cek yang beredar pada tanggal
neraca
• Periksa adanya cek kosong yang tercantum di dalam cut off bank
statement
• Periksa semua cek didalam cut off bark statement mengenai
kemungkinanan hilangnya cek yang tercantum sebagai cek yang beredar
pada tanggal neraca.
4. Buatlah daftar transfer bank dalam periode sebelum dan sesudah tanggal
neraca untuk menemukan kemungkinan terjadinya check kitting.
5. Buatlah dan lakukan analisis terhadap rekonsiliasi bank 4 kolom
6. Periksa adanya kemungkinan penggelapan kas dengan cara lapping
penerimaan dan pengeluaran kas
2. Pengujian terhadap akun Rinci
7. Hitung kas yang ada ditangan klien
8. Rekonsiliasi catatan kas klien dengan Rekening Koran bank yang
bersangkutan
9. Lakukan konfirmasi saldo kas di bank
10. Periksa cek yang beredar pada tanggal neraca kedalam rekening Koran
bank Verifikasi Penyajian dan Pengungkapan Kas
11. Bandingkan penyajian utang usaha dengan prinsip akuntansi berterima
umum
- Periksa jawaban konfirmasi dari bank mengenai batasan yang
dikenakan terhadap pemakaian rekening tertentu klien di bank
- Lakukan wawancara dengan manajemen mengenai batasan
penggunaan kas klien
F.
Kertas Kerja Pemeriksaan
Konfirmasi saldo kas Di Bank
1. Konfirmasi saldo kas dibank dilakukan oleh auditor dengan
cara mengirimkansurat konfirmasi ke bank yang klien merupakan
nasabahnya. Informasi yangdimintakan konfirmasi dari bank meliputi :
1. Saldo tiap jenis rekening klien di bank pada tanggal neraca
2. Saldo tiap jenis utang klien ke bank pada tanggal neraca beserta
tanggal jatuh tempo, bunga, dan jenis jaminan yang bersangkutan
dengan utang tersebut.
3. Saldo utang bersyarat yang mungkin menjadi kewajiban klien,
karena klien menanggung utang yang ditarik oleh pihak lain atau
mendiskontokanwesel tagih.
4. Batasan-batasan yang dikenakan terhadap rekening bank klien.
Contoh surat konfirmasi bank
................ ,
..... 20...
Kepada
Yth ...........................
……………………..
kami minta Saudara mengisi informasi yang diperlukan oleh akuntan publik
kami : Rimendi & rekan, Jln.Sawa CT VII/94, Yogyakarta seperti formulir berikut
ini. Jika jawaban Saudara "tidak ada" harap ditulis demikian pada kolom yang
bersangkutan. Kami minta formulir berikut ini Saudara kirimkan di dalam amplop
yang kami sertakan bersama surat ini langsung kepada akuntan public kami
tersebut di atas.
Hormat kami,
Okan Sansaha
Direktur Keuangan
Rekonsiliasi Empat Kolom
Rekonsiliasi empat kolom
digunakan oleh auditor untuk membuktikan
kebenaran saldo kas di bank.
Contoh rekonsiliasi empat kolom :
PT .................
Pembuktian Ketelitian Saldo Kas
Saldo
Peneri- PengeAwal
maan
luaran
Saldo kas menurut rekening
koran bank
Setoran dalam perjalanan
awal periode
Setoran dalam perjalanan
akhir periode
Cek yang beredar awal
Periode
Cek yang beredar akhir
Periode
Cek yang dibebankan dalam
Rekening
Saldo
Akhir
Cek kosong
Saldo bank setelah di-adjust
Saldo kas menurut buku
Cek kosong
Wesel yang ditagih oleh bank
belum dicatat didalam buku
Biaya administrasi bank
Saldo menurut buku setelah
di adjust
LATIHAN SOAL PERTEMUAN 8
POLITEKNIK LP3I BANDUNG
SATUAN ACARA PENGAJARAN
(SAP)
MATA KULIAH
KODE MATA KULIAH
KREDIT
PERTEMUAN
: AUDITING
:
: 2 SKS
: 9
No.
TUJUAN PEMBELAJARAN
KHUSUS
POKOK BAHASAN DALAM
MATA PELAJARAN
SUB POKOK BAHASAN
METODE
MEDIA
WAKTU
DAFTAR
PUSTAKA
1
2
3
4
5
6
7
8
Mahasiswa dapat memahami dan
mampu melaksanakan
pemeriksaan piutang
Pemeriksaan Piutang
Sifat dan contoh Piutang
Tujuan pemeriksaan piutang
Prosedur pemeriksaan piutang
9
BUKU REFERENSI :
1. Auditing: Pemeriksaan Akuntan, buku 1& buku II, Edisi kedua: Sukrisno Agoes lembaga Penerbit FE-UI, Jakarta, 1999. ( buku wajib).
2. Auditing an integrated approach: Alvin A Arrens and James Loebeck, five Edition
3. Standar pemeriksaan Akuntan Public
2 kali
tatap
muka
Sukrisno Agoe
buku 1,
PERTEMUAN
PERTEMUAN IX
PEMERIKSAAN PIUTANG
Pengertian Piutang Usaha
Piutang timbul dari beberapa jenis transaksi, di mana yang paling umum
ialah dari penjualan barang atau jasa secara kredit. Kredit dapat diberikan dalam
bentuk perkiraan terbuka atau berdasarkan instrumen kredit yang sahih, yang
disebut surat promes (wesel). Surat promes (promissory note), yang sering
disebut wesel (nota), adalah janji tertulis untuk membayar sejumlah uang tertentu
atas permintaan atau pada suatu tanggal yang telah ditetapkan.
Menurut Donald E. Keiso (2004:386) “piutang adalah klaim uang, barang,
jasa kepada pelanggan atau pihak – pihak lainnya.”
Menurut Sukrisno Agoes, (2004:173) “piutang usaha adalah piutang
yang berasal dari penjualan barang dagangan atau jasa secara kredit.”
Menurut Jhon J Wild (2005:260) “Piutang merupakan semua klaim dalam
bentuk uang terhadap entitas lainnya, termasuk individu, perusahaan, atau
organisasi-organisasi lainnya.”
Menurut Mulyadi (2001:257) dalam akuntansi piutang, secara periodik
dihasilkan pernyataan piutang yang dikirimkan kepada setiap debitur. Mutasi
penjualan adalah disebabkan oleh transaksi penjualan kredit, penerimaan kas
dari debitur, retur penjualan, dan penghapusan piutang.
Contoh dari piutang usaha menurut Sukrisno Agoes (2004:713) ialah :
1. Piutang Usaha
2. Wesel Tagih
3. Piutang Pegawai.
4. Piutang Bunga
5. Uang Muka
6. Refundable deposit (uang jaminan)
7. Piutang lain-lain
8. Allowance for bad debts (penyisihan piutang tak tertagih)
2.3.2 Tujuan Audit Piutang Usaha
Menurut Sukrisno Agoes (2004:173) tujuan pemeriksaan perkiraan
piutang usaha yaitu:
1. Untuk mengetahui apakah terdapat pengendalian intern (internal control) yang
baik atas piutang dan transaksi penjualan, piutang dan penerimaan kas.
2. Untuk memeriksa validity (keabsahan) dan authenticity (ke otentikan) dari pada
piutang.
3. Untuk memeriksa collectibility (kemungkinan tertagihnya) piutang dan cukup
tidaknya perkiraan allowance for bad debts (penyisihan piutang tak tertagih)
4. Untuk mengetahui apakah ada kewajiban bersyarat (contingent liability) yang
timbul karena pendiskontoan wesel tagih (notes receivable)
5. Untuk memeriksa apakah penyajian piutang di neraca sesuai dengan prinsip
akuntansi yang berlaku umum di Indonesia/Standar Akuntansi Keuangan.
2.3.3 Prosedur Audit Piutang Usaha
Menurut Sukrisno Agoes (2004:125) Prosedur audit ialah “langkahlangkah yang harus dijalankan auditor dalam melaksanakan pemeriksaaannya
dan sangat diperlukan oleh asisten agar tidak melakukan penyimpangan dan
dapat bekerja secara efisien dan efektif.” Prosedur audit dilalukan dalam rangka
mendapatkan bahan-bahan bukti (audit evidence) yang cukup untuk mendukung
pendapat auditor atas kewajaran laporan keuangan.
Sukrisno Agoes (2004:176) menyarankan prosedur audit piutang usaha
sebagai berikut:
5. Pelajari dan evaluasi internal control atas piutang dan transaksi penjualan,
piutang dan penerimaan.
6. Buat Top Schedule dan Supporting Schedule piutang pertanggal neraca.
7. Minta aging shedule dari piutang usaha pertanggal neraca yang antara lain
menunjukkan nama pelanggan (customer), saldo piutang, umur piutang dan
kalau bisa subsequent collections-nya.
8. Periksa mathematicalaccuracy-nya
dan check
balance ke subledger lalu totalnya ke general ledger.
individual
9. Test
check umur
piutang
dari
beberapa customer ke subledger piutang
dan sales invoice.
10. Kirimkan konfirmasi piutang:
Tentukan dan tuliskan dasar pemilihan pelanggan yang akan dikirim surat
konfirmasi.
negatif.
surat konfirmasi.
dicari perbedaannya.
Tentukan apakah akan digunakan konfirmasi positif atau konfirmasi
Cantumkan nomor konfirmasi baik di schedule piutang maupun di
Jawaban konfirmasi yang berbeda harus diberitahukan kepada klien untuk
Buat ikhtisar (summary) dari hasil konfirmasi
11. Periksa subsequent collections dengan memeriksa buku kas dan bukti
penerimaan kas untuk periode sesudah tanggal neraca sampai mendekati
tanggal penyelesaian pemeriksaan lapangan (audit field work). Perhatikan
bahwa
yang
dicatat
sebagai subsequent
collectionshanyalah
yang
berhubungan dengan penjualan dari periode yang sedang diperiksa.
12. Periksa apakah ada wesel tagih (notes receivable) yang didiskontokan untuk
mengetahui kemungkinan adanya contingent liability.
13. Periksa dasar penentuan allowance for bad debts dan periksa apakah jumlah
yang disediakan oleh klien sudah cukup, dalam arti tidak terlalu besar dan
terlalu kecil.
14. Test sales cut-of dengan jalan memeriksa sales invoice, credit note dan lainlain, lebih kurang 2 (dua) minggu sebelum dan sesudah tanggal neraca.
Periksa apakah barang-barang yang dijual melalui invoice sebelum tanggal
neraca, sudah dikirim per tanggal neraca. Kalau belum cari tahu alasannya.
Periksa apakah ada faktur penjualan dari tahun yang diperiksa, yang
dibatalkan dalam periode berikutnya.
15. Periksa notulen rapat, surat-surat perjanjian, jawaban konfirmasi bank,
dan correspondence file untuk mengetahi apakah ada piutang yang dijadikan
sebagai jaminan.
16. Periksa apakah penyajian piutang di neraca dilakukan sesuai dengan prinsip
akuntansi yang berlaku umum di Indonesia/SAK
17. Tarik kesimpulan mengenai kewajaran saldo piutang yang diperiksa.
LATIHAN SOAL PERTEMUAN IX
POLITEKNIK LP3I BANDUNG
SATUAN ACARA PENGAJARAN
(SAP)
MATA KULIAH
KODE MATA KULIAH
KREDIT
PERTEMUAN
: AUDITING
:
: 2 SKS
: 10
No.
TUJUAN PEMBELAJARAN
KHUSUS
POKOK BAHASAN DALAM
MATA PELAJARAN
SUB POKOK BAHASAN
METODE
MEDIA
WAKTU
DAFTAR
PUSTAKA
1
2
3
4
5
6
7
8
10
Mahasiswa dapat memahami dan
mampu melaksanakan
pemeriksaan surat berharga dan
persediaan
Pemeriksaan surat berharga
dan pemeriksaan persediaan
Pemeriksaan marketable securities
Sifat dan contoh surat berharga
Prosedur pemeriksaan surat
berharga
Pemeriksaan persediaan
BUKU REFERENSI :
1. Auditing: Pemeriksaan Akuntan, buku 1& buku II, Edisi kedua: Sukrisno Agoes lembaga Penerbit FE-UI, Jakarta, 1999. ( buku wajib).
2. Auditing an integrated approach: Alvin A Arrens and James Loebeck, five Edition
3. Standar pemeriksaan Akuntan Public
2 kali
tatap
muka
Sukrisno Agoe
buku 1,
PERTEMUAN
10&11
PERTEMUAN X
PEMERIKSAAN SURAT BERHARGA
SIFAT DAN CONTOH SURAT BERHARGA
Investasi dalam surat berharga dapat merupakan aktiva lancar (current assets)
atau non current assets tergantung maksud/tujuan dari pembelian surat berharga
tersebut.
Kalau surat berharga dibeli dengan tujuan untuk memanfaatkan kelebihan dana
yang tersedia, biasanya surat berharga tersebut harus mudah diuangkan dalam
waktu singkat dan surat berharga tersebut diklasifikasikan sebagai temporary
investment atau marketable securities yang merupakan current assets. Misalnya
dalam bentuk deposito berjangka (lebih dari tiga bulan) dan surat-surat saham
atau obligasi yang marketable.
Surat berharga yang digolongkan sebagai long term investment biasanya dibeli
dengan tujuan sebagai berikut :
- Untuk menguasai manajemen dari perusahaan yang sahamnya dibeli (lebih
besar atau sama dengan 50% dari saham yang beredar).
- Untuk memperoleh pendapatan yang continue (misal dalam bentuk bunga
dari pembelian obligasi.
- Sebagai sumber penampungan dari penjualan hasil produksi atau sumber
pembelian bahan baku.
Menurut PSAK No. 1, hal.1.10 (IAI:2002):
Surat berharga diklasifikasikan sebagai aktiva lancar apabila surat berharga
tersebut diharapkan akan direalisasi dalam jangka waktu dua belas bulan dari
tanggal neraca dan jika lebih dari dua belas bulan diklasifikasikan sebagai aktiva
tidak lancar.
Akuntansi Untuk Investasi menurut PSAK No. 13, hal.13.1 s/d 13.2 dan 13.4 s/d
13.6 (IAI:2002):
Investasi adalah suatu aktiva yang digunakan perusahaan untuk pertumbuhan
kekayaan (accretion of wealth) melalui distribusi hasil investasi (seperti
bunga,royalti, devidend, dan uang sewa), untuk apresiasi nilai investasi atau
untuk manfaat lain bagi perusahaan yang berinvestasi seperti manfaat yang
diperoleh melalui hubungan perdagangan.
Investasi Lancar adalah investasi yang dapat segera dicairkan dan dimaksudkan
untuk dimiliki selama setahun atau kurang.
Investasi Jangka Panjang adalah investasi selain investasi lancar.
Nilai wajar (fair value) adalah suatu jumlah yang dapat digunakan sebagai dasar
pertukaran aktiva atau penyelesaian kewajiban antara pihak yang paham
(knowledgeable) dan berkeinginan untuk melakukan transaksi wajar (arm’s
length transaction).
Nilai pasar adalah jumlah yang dapat diperoleh dari penjualan suatu investasi
dalam pasar yang aktif.
Dapat dipasarkan berarti terdapat suatu pasar yang aktif darimana suatu nilai
pasar (atau beberapa indikator yang memungkinkan nilai pasar dihitung)
tersedia.
Untuk investasi yang memiliki pasar yang aktif, nilai pasar digunakan sebagai
indikator penetapan nilai wajar. Sedangkan untuk investasi yang tidak memiliki
pasar yang aktif, cara lain digunakan untuk menentukan nilai wajar.
Investasi lancar termasuk dalam aktiva lancar, kenyataan bahwa investasi yang
dapat dipasarkan telah dimiliki lebih dari satu tahun tidak membatasi
penyajiannya sebagai aktiva lancar.
Biaya perolehan suatu investasi mencakup perolehan lain disamping harga beli,
seperti komisi broker, jasa bank, dan pungutan oleh bursa efek.
Jika suatu atau sebagian investasi diperoleh dengan penerbitan saham atau
surat berharga lain, maka biaya perolehannya adalah nilai wajar dari surat
berharga yang diterbitkan dan bukan nilai nominal atau par value.
TUJUAN PEMERIKSAAN (AUDIT OBJECTIVES) SURAT BERHARGA
1. Untuk memeriksa apakah terdapat internal control yang cukup baik
atas temporary dan long term investment.
2. Untuk memeriksa apakah surat berharga yang tercantum dineraca, betulbetul ada, dimiliki oleh dan atas nama perusahaan (client) pertanggal neraca.
3. Untuk memeriksa apakah semua pendapatan dan penerimaan yang berasal
dari surat berharga tersebut telah dibukukan dan uangnya diterima oleh
perusahaan.
4. Untuk memeriksa apakah penilaian (valuation) dari surat berharga tersebut
sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia/SAK.
5. Untuk memeriksa apakah penyajian di dalam Laporan Keuangan sesuai
dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia/SAK.
PROSEDUR PEMERIKSAAN SURAT BERHARGAYANG DISARANKAN
1. Pelajari dan evaluasi internal control atas temporary & long term
investment.
a. Contoh Internal Control Questionnaires untuk Surat Berharga bisa
dilihat di Exhibit 10-1.
2. Minta rincian surat berharga yang memperlihatkan saldo awal,
penambahan dan pengurangan serta saldo akhirnya.
3. Periksa phisik dari surat-surat berharga tersebut dan juga pemilikannya
(apakah atas nama peusahaan).
a. Biasanya periksaan phisik dilakukan bersamaan dengan kas
opname. Seandainya surat-surat berharga tersebut disimpan oleh
pihak ketiga, harus dikirimkan konfirmasi.
4. Cocokkan data-data dalam rincian dengan berita acara pemeriksaan
phisik surat berharga tersebut.
5. Periksa mathematical accuracy dari rincian surat berharga.
6. Cocokkan saldo akhir dai rincian tersebut dengan buku besar.
7. Lakukan Vouching atas pembelian dan penjualan surat berharga,
terutama perhatikan otorisasi dan kelengkapan bukti pendukungnya.
8. Periksa perhitungan bunga dan dividennya dan perhatikan segi
perpajakannya. Periksa apakah bunga/dividen yang diterima telah
dibukukan semuanya.
9. Periksa harga pasar dari surat berharga pada tanggal neraca.
Untuk temporary investment, valuationnya adalah mana yang lebih rendah
antara harga beli dan harga pasar. Untuk long term investment,
valuationnya adalah berdasarkan harga beli kecuali jika terdapat tendensi
menurunnya harga pasar surat berharga tersebut untuk masa yang cukup
panjang.
10. Adakan diskusi dengan manajemen untuk mengetahui apakah ada
perubahan tujuan dari pembelian surat berharga yang akan
mempengaruhi klasifikasi dari surat berharga tersebut.
11. Periksa subsequent events untuk mengetahui apakah ada transaksi
sesudah tanggal neraca yang akan mempengaruhi klasifikasi
atau disclosure dari
surat-surat
berharga
tersebut,
misalnya
penjualan long term investment dalam subsequent period.
12. Periksa apakah penyajiannya sudah sesuai dengan prinsip akuntansi
yang berlaku umum di Indonesia/SAK.
13. Tarik kesimpulan mengenai kewajaran saldo temporary & long term
investment yang diperiksa.
PENYAJIAN DI NERACA
Menurut PSAK No. 13 (IAI : 2002)
Investasi Lancar
Dicatat berdasarkan (a) mana yang lebih rendah antara biaya perolehan dan nilai
bersih yang direalisasi, (b) nilai pasar.
Investasi Jangka Panjang
Dicatat berdasarkan harga perolehan. Jika terdapat penurunan yang tidak
bersifat sementara dalam penilaian investasi jangka panjang tersebut, bisa
digunakan nilai pasar. Penurunan selain penurunan sementara dalam nilai
tercatat investasi jangka panjang dibebankan pada laporan laba rugi.
Pemindahan Investasi
Untuk investasi jangka panjang yang direklasifikasikan sebagai invetasi
lancar, pemindahan harus dilakukan berdasarkan nilai tercatat.
Investasi yang direklasifikasikan dari lancar ke jangka panjang masingmasing harus dipindahkan pada metode terendah antara biaya dan nilai
pasar, atau pada nilai pasar jika investasi tersebut sebelumnya dinyatakan
pada nilai tersebut.
POLITEKNIK LP3I BANDUNG
SATUAN ACARA PENGAJARAN
(SAP)
MATA KULIAH
KODE MATA KULIAH
KREDIT
PERTEMUAN
: AUDITING
:
: 2 SKS
: 11
No.
TUJUAN PEMBELAJARAN
KHUSUS
POKOK BAHASAN DALAM
MATA PELAJARAN
SUB POKOK BAHASAN
METODE
MEDIA
WAKTU
DAFTAR
PUSTAKA
1
2
3
4
5
6
7
8
Mahasiswa dapat memahami dan
mampu melaksanakan
pemeriksaan biaya dibayar
dimuka dan pemeriksaan aktiva
tetap
Pemeriksaan terhadap Siklus
Pengeluaran
11
Pemeriksaan terhadap catatan siklus
pengeluaran yang berhubungan
dengan transaksi pembelian barang
atau aktiva tetap
2 kali
tatap
muka
BUKU REFERENSI :
1. Auditing: Pemeriksaan Akuntan, buku 1& buku II, Edisi kedua: Sukrisno Agoes lembaga Penerbit FE-UI, Jakarta, 1999. ( buku wajib).
2. Auditing an integrated approach: Alvin A Arrens and James Loebeck, five Edition
3. Standar pemeriksaan Akuntan Public
Sukrisno Agoes:
buku 1,
PERTEMUAN
12&13
PERTEMUAN XI dan XII
PEMERIKSAAN SIKLUS PENGELUARAN
Siklus pengeluaran terdiri dari transaksi pemerolehan barang atau jasa.
Barang yang diperoleh perusahaan dapat berupa aktiva tetap dan surat berharga
yang akan digunakan untuk menghasilkan pendapatan dalam jangka waktu lebih
dari satu tahun atau sediaan dan surat berharga yang akan dikonsumsi atau
digunakan untuk menghasilkan pendapatan dalam jangka waktu satu tahun atau
kurang. Jasa yang diperoleh perusahaan juga dapat dibagi menjadi dua, yaitu
jasa yang hanya menghasilkan manfaat satu tahun atau kurang (jasa personel,
bunga, asuransi, iklan) dan jasa yang menghasilkan manfaat lebih dari satu
tahun (aktiva tidak berwujud).
4.1.1.
Jenis-jenis akun yang mempengaruhi audit terhadap siklus
pengeluaran
Dalam siklus ini terdapat dua transaksi pembelian dan transaksi pengeluaran
kas.
Transaksi pembelian dan pengeluaran kas mempengaruhi sejumlah rekening
sebagai berikut :
1.
Persediaan
2.
Persediaan bahan baku
3.
Biaya dibayar dimuka
4.
Palnt asset
5.
Asset lain-lain (missal : aktiva tak berwujud)
6.
Kembalian pembelian
7.
Potongan pembelian
8.
Berbagai jenis biaya
9.
Utang dagang
10. Kas
4.1.2. Tujuan audit terhadap siklus pengeluaran
Kelompok Asersi
Tujuan audit terhadap
golongan transaksi
Keberadaan dan keterjadian Transaksi
pembelian
mencerminkan barang dan
jasa yang baik yang
diterima
dari
pemasok
selam periode yang diaudit
Tujuan audit terhadap saldo
akun
Hutang usaha yang tercatat
mencerminkan
jumlah
kewajiban entitas yang ada
pada tanggal neraca
Transaksi pengeluaran kas Aktiva tetap mencerminkan
mencerminkan pembayaran aktiva produktif yang masih
yang dilakukan
pemasok selam
yang diaudit
Kelengkapan
kepada dimanfaatkan
periode neraca
pada
tanggal
Aktiva
tidak
berwujud
mencerminkan
aktiva
produktif
yang
masih
dimanfaatkan pada tanggal
neraca
Semua transaksi pembelian Hutang usaha mencakup
dan pengeluaran kas yang semua jumlah yang terhutang
terjadi selam periode yang kepada pemasok barang dan
diaudit telah dicatat
jasa pada tanggal neraca
Saldo aktiva tetap mencakup
semua transaksi perubahan
yang terjadi selama periode
yang diaudit
Hak dan kewajiban
Saldo aktiva tidak berwujud
mencakup semua transaksi
perubahan yang terjadi selama
periode yang diaudit
Entitas memiliki kewajiban Hutang usaha pada tanggal
sebagai akibat transaksi neraca
mencerminkan
pembelian yang tercatat kewajiban entitas kepada
dalam periode yang diaudit pemasok
Entitas memiliki hak atas
aktiva
tetap
sebagai Entitas memiliki hak atas
transaksi pembelian yang aktiva tetap yang tercatat pada
tercatat dalam periode yang tanggal neraca
diaudit
Penilaian atau alokasi
Entitas memiliki hak atas
aktiva
tidak
berwujud
sebagai akibat transaksi
pembelian yang tercatat
dalam periode yang diaudit
Semua transaksi pembelian
dan pengeluaran kas yang
telah dicatat dalam jurnal,
diringkas, dan diposting ke
dalam akun dengan benar
Entitas memiliki hak atas
aktiva tidak berwujud yang
tercatat pada tanggal neraca
Hutang usaha dinyatakan
dalam jumlah yang benar
kewajiban
entitas
pada
tanggal neraca
Aktiva tetap dinyatakan pada
kas
dikurangi
akumulasi
depresiasi
Aktiva
tidak
berwujud
dinyatakan pada kas atau kas
dikurangi dengan amortisasi.
Biaya yang berkaitan dengan
aktiva tetap dan aktiva tidak
berwujud
dicatat
sesuai
dengan prinsip akuntansi
berterima umum
Penyajian dan
pengungkapan
Rincian
transaksi
dan
pengeluaran kas mendukung
penyajian
akun
yang
berkaitan dalam laporan
keuangan,
baik
klasifikasinya
maupun
pengungkapannya
Hutang usaha, aktiva tetap
dan aktiva tidak berwujud di
identifikasi
dan
diklasifikasikan
dengan
semestinya dalam neraca
Pengungkapan memadai telah
berkaitan dengan hutang
usaha, aktiva tetap dan aktiva
tidak berwujud
Materialitas, Risiko dan Strategi audit terhadap siklus pengeluaran
Transaksi dalam siklus pengeluaran kadangkala tidak hanya berpengaruh secara
individual pada hanya satu rekening saja, tetapi dapat berpengaruh pada lebih
satu transaksi.
Faktor-faktor risiko melekat yang berhubungan dengan transaksi-transaksi siklus
pengeluaran meliputi :
Seberapa banyak volume transaksi
Kemungkinan adanya pembelian dan pengeluaran kas yang tidak diotorisasi
Kemungkinan adanya pembelian aktiva yang tidak memadai
Dalam kasus kapitalisasi kas atau penentuan biaya periodic harus
mempertimbangkan terhadap aspek kesinambungan dalam akuntansinya
Keempat factor tersebut sangat menentukan seberapakah tingkat risiko melekat
dalam transaksi siklus ini. Menghadapi kemungkinan tersebut, auditor harus
merumuskan strategi dengan menggabungkan tingkat risiko pengendalian yang
rendah dan pengujian substansi dalam siklus pengeluaran.
Pemahaman terhadap struktur pengendalian intern
Auditor harus memahami ketiga aspek struktur pengendalian intern yang
ada dalam transaksi siklus pengeluaran, yaitu lingkungan pengendalian, system
akuntansi, dan prosedur pengendalian. Pemahaman tersebut sangat berguna
dalam menentukan strategi audit dalam rangka pengujian substansi.
Aspek lingkungan pengendalian secara umum yang terkait dengan siklus
pengeluaran
Auditor harus memahami struktur organisasi klien yang berkaitan dengan
aktivitas siklus pengeluaran ini, sebagai contoh : semua proses pembelian barangbarang dibawah kendali direktur operasi, pencatatan dibawah kendali kontroler,
sedangkan proses pengeluaran kas dibawah kendali direktur keuangan,
pengaturan pembelian aktiva tetap (capital expendictures) dan kebijaksanaan
investasi strategis lainnya akan dipertimbangkan bagaimana pelaksanaanya.
Untuk memperoleh pemahaman terhadap bagan organisasi, auditor harus
melakukan wawancara (inquiry) kepada manajemen.
Sistem akuntansi secara umum yang terkait dengan siklus pengeluaran
Pemahaman terhadap system akuntansi menyebabkan auditor harus
mempelajari metode pengolahan data, dokumen-dokumen kunci, serta catatan
yang digunakan dalam penanganan transaksi siklus pengeluaran. Untuk itu
auditor harus mempelajari manual akuntansi, bagan alir system akuntansi, dan
melakukan wawancara dengan petugas bagian akuntansi untuk mengetahui
proses pengolahan transaksi dalam siklus pengeluaran.
Prosedur Pengendalian secara umum yang terkait dengan siklus
pengeluaran
Auditor harus memahami bagaimana kecenderungan kelima kategori
prosedur pengendalian dalam operasi transaksi siklus pengeluaran ini. Kelima
kategori tersebut antara lain :
Adanya otorisasi yang memadai
Adanya pemisahan tugas
Adanya dokumen dan catatan akuntansi
Adanya akses kea rah pengendalian
Pengecekan yang di lakukan oleh personel yang independent
Auditor harus melakukan evaluasi apakah prosedur pengendalian dalam
perusahaan benar-benar telah berjalan dengan baik. Prosedur pengendalian
yang tidak memenuhi kelima criteria tersebut mempunyai kecenderungan risiko
audit yang tinggi.
Pengendalian Intern terhadap siklus pengeluaran
Catatan dan dokumen yang biasa digunakan dalam transaksi siklus
pengeluaran
Check, yaitu dokumen perintah pembayaran sejumlah uang kepada bank
Check Summary, yaitu laporan tentang ringkasan check yang telah
dikeluarakan dalam suatu periode
Cash Disbusement Transaction File, yaitu file yang berisi informasi
pembayaran cek untuk penjual atau pihak lain yang digunakan untuk
memasukan ke dalam rekening utang dagang dan buku besar
Cash Disbusement Juornal or Check Register, merupakan catatan formal
terhadap pengeluaran cek untuk pihak lain
Fungsi-fungsi terkait dalam transaksi siklus pengeluaran
Nama Fungsi
Unit Organisasi Pemegang Fungsi
1.
Fungsi yang memerlukan Bagian pemasaran atau bagianpengeluaran kas
bagian lain
2.
Fungsi pencatatan utang
Bagian utang
3.
Fungsi keuangan
Bagian kasa
4.
Fungsi akuntansi biaya
Bagian akuntansi biaya
5.
Fungsi akuntansi umum
Bagian akuntansi umum
6.
Fungsi audit intern
Bagian audit intern
7.
Fungsi penerimaan kas
Bagian kasa
Keterangan :
1. Fungsi yang memerlukan pengeluaran kas (misalnya untuk pembelian jasa
dan untuk biaya perjalanan dinas), fungsi yang bersangkutan mengajukan
permintaan cek kepada fungsi pencatatan utang. Permintaan cek ini harus
mendapat persetujuan dari kepala fungsi yang bersangkutan
2. Fungsi pencatatan utang
Fungsi ini bertanggung jawab atas pembuatan bukti kas keluar yang
memberikan otorisasi kepada fungsi keuangan dalam mengeluarkan cek
yang tercantum dalam dokumen tersebut. Fungsi ini juga bertanggung
jawab untuk melakukan verifikasi kelengkapan dan validitas dokumen
pendukung yang dipakai sebagai dasar pembuatan bukti kas keluar.
3. Fungsi keuangan.
Dalam transaksi pengeluaran kas, fungsi ini bertanggungjawab untuk
mengisi cek, meminta otorisasi atas cek, dan mengirimkan cek kepada
kreditur via pos atau membayarkan langsung kepada kreditur.
4. Fungsi akuntansi biaya
Dalam transaksi pengeluaran kas, fungsi ini bertanggungjawab atas
pencatatan pengeluaran kas yang menyangkut biaya dan persediaan.
5. Fungsi akuntansi umum
Dalam transaksi pengeluaran kas, fungsi ini bertanggungjawab atas
pencatatan transaksi pengeluaran kas dalam jurnal pengeluaran kas atau
register cek.
6. Fungsi audit intern
Fungsi ini bertanggungjawab untuk melakukan perhitungan kas (cash count )
secara periodik dan mencocokkan hasil perhitungannya dengan saldo kas
menurut catatan akuntansi (akun kas dalam buku besar). Fungsi ini
bertanggungjawab untuk melakukan pemeriksaan secara mendadak
(surprised audit) terhadap saldo kas yang ada ditangan dan membuat
rekonsiliasi bank scara periodic
Risiko yang terdapat struktur pengendalian intern siklus pengeluaran.
Dalam memahami risiko pengendalian yang timbul dalam transaksi
pengeluaran kas harus memperhatikan kemungkinan-kemungkinan salah saji,
pengendalian yang dibutuhkan, serta kemungkinan pengujian yang harus
dilakukan berikut ini:
a. Terhadap transaksi pembayaran hutang.
o Kemungkinan adanya pengeluaran cek untuk pembelian yang tidak
disetujui, harus dikendalikan dengan cara penandatanganan cek
melakukan penelaahan terhadap kelengkapan pendukung voucher
dan persetujuannya. Auditor dapat melakukan pengujian dengan cara
observasi apakah penandatanganan cek melakukan pengecekan
dengan bebas terhadap dokumen pendukung.
o Kemungkinan voucher dibayar dua kali, dikendalikan dengan
pemberian cap terhadap voucher dan dokumen pendukungnya bila
telah dibayar. Auditor dapat melakukan pengujian apakah semua
pembayaran diberi cap.
o Check mungkin dibayarkan untuk jumlah yang salah, dikendalikan
dengan pengecekkan oleh pihak yang bebas mengenai kesesuaian
jumlah dalam check dengan voucher-nya.
o Check mungkin dirubah setelah ditandatangani, dikendalikan dengan
pengecekan pemberian tanda cek yang dikirim. Auditor dapa
melakukan pengujian dengan melakukan wawancara tentang
prosedur pengiriman check, dan observasi proses pengiriman check.
b. Terhadap transaksi pengeluaran kas.
o Check mungkin tidak dicatat, dikendalikan dengan check yang
bemomor urut tercetak. Auditor melakukan pengujian terhadap
penggunaan dokumen bemomor urut tercetak.
o Kesalahan-kesalahan dalam pencatatan check, dikendalikan dengan
pembuatan rekonsiliasi bank secara periodik oleh pihak yang bebas.
Auditor dapat melakukan pengujian terhadap bank rekonsiliasi.
o Check tidak dicatat dengan segera, dikendalikan oleh pihak yang
bebas untuk mencocokkan tanggal check dan tanggal pencatatannya.
Pengujian yang dilakukan dengan memperlihatkan kembali adanya
kebebasan dalam pengecekan.
Pengujian Substansif terhadap Siklus Pengeluaran.
Prosedur pemeriksaan terhadap aktiva tetap.
Aktiva tetap ( fixed assets ) disebut juga Property, Plant and Equiement
sifat atau ciri aktiva tetap antara lain: tujuan dari pembeliannya bukan untuk
dijual kembali atau diperjualbelikan sebagai barang dagangan, tetapi untuk
dipergunakan dalam, kegiatan operasi perusahaan, mempunyai masa manfaat
lebih dari 1o tahun, jumlahnya cukup material.
Adapun audit prosedur atas aktiva tetap mempunyai 7 tujuan antara lain:
emeriksa apakah terdapat internal control yang cukup baik, apakah aktiva tetap
yang tercantum dalam neraca benar-benar ada, penambahan aktiva tetap
dalam tahun berjalan betul-betul merupakan suatu capital expenditure yang
diotorisasi, memeriksa apakah disposal ( penarikan ) aktiva tetap sudah dicatat
dengan benar dibuku perusahaan, memeriksa apakah pembebanan
penyusutan dalam tahun (periode) yang diperiksa dilakukan sesuai dengan SAk
dan konsisten, ada tidaknya aktiva tetap yang] ijadikan sebagai jaminan.
Program pengujian substantive terhadap saldo aktiva tetap berisi
prosedur audit yang dirancang untuk mencapai tujuan audit seperti yang
diuraikan diatas. Prosedur, audit diklasifikasikan menjadi empat golongan:
prosedur audit awal, prosedur analitik, pengujian terhadap transaksi rinci
pengujian terhadap akun rinci dan verifikasi penyajian dan pengungkapan yang
masing-masing prosedur tersebut akan dibahas ke dalam tabel benkut:
Proses Audit
Kertas
kerja
1.
a.
b.
c.
Prosedur Audit Awal
Lakukan prosedur audit awal atas
saldo akun aktiva tetap yang akan
diuji lebih lanjut
Usut saldo aktiva tetap yang
tercantum dineraca ke saldo akun
aktiva tetap yang bersangkutan
dibuku besar
Hitung kembali saldo akun aktiva
dibuku besar
Lakukan review terhadap mutasi
luar biasa dalam jumlah dan sumber
Tanggal
pelaksanaan
Pelaksanaan
d.
e.
2.
a.
1)
2)
3)
4)
b.
posting dalam akun aktiva tetap dan
akumulasi depresiasinya
Usut saldo awal akun aktiva tetap
ke kertas kerja tahun lalu
Usut posting pendebitan dan
pengkreditan akun aktiva tetap
dalam ke dalam jurnal yang
bersangkutan
Lakukan rekonsiliasi akun control
aktiva tetap dalam buku besar ke
buku pembantu aktiva tetap
Prosedur Analitik
Lakukan prosedur analitik
Hitung ratio berikut ini :
Tingkat perputaran aktiva tetap
Ratio laba bersih dengan aktiva
tetap
Ratio tetap dengan modal saham
Ratio
biaya
reparasi
dan
pemeliharaan dengan aktiva tetap
Lakukan analisis hasil prosedur
analitik dengan harapan yang
didasarkan pada data masa lalu,
data
industri,
jumlah
yang
dianggarkan, atau data lain
Kertas
kerja
3.
4.
5.
6.
7.
a.
Pengujian terhadap transaksi rinci
Periksa tambahan aktiva tetap ke
dokumen
yang
mendukung
timbulnya transaksi berikut
Periksa berkurangnya aktiva tetap
ke dokumen yang mendukung
timbulnya transaksi tersebut
Lakukan pemeriksaan pisah batas
transaksi aktiva tetap
Lakukan review terhadap akun
biaya reparasi dan pemeliharaan
aktiva tetap
Pengujian terhadap saldo akun rinci
Lakukan inspeksi terhadap aktivat
tetap
Lakukan
inspeksi
terhadap
Tanggal
pelaksanaan
pelaksanaan
tambahan aktiva tetap
b.
Lakukan
penyelidikan
dan
sesuaikan jika terjadi perbedaan
c.
Periksa
dokumen
yang
mendukung
pembayaran
utang
usaha seetelah tanggal neraca
8.
Periksa bukti hak kepemilikan
aktiva tetap dan kontrak
9.
Lakukan
review
terhadap
perhitungan depresiasi aktiva tetap
Verifikasi
penyajian
dan
pengungkapan
10. Bandingkan penyajian aktiva tetap
dengan Prinsip akuntansi berterima
umum
a.
Periksa klasifikasi aktiva tetap di
neraca
b.
Periksa
pengungkapan
yang
bersangkutan dengan aktiva tetap
4.4.2 Prosedur Pemeriksaan terhadap hutang dagang
Kertas
Tanggal
kerja
pelakasanaan
Prosedur Audit Awal
1.
Lakukan prosedur audit awal atas
saldo akun utang usaha yang akan
diuji lebih lanjut
a.
Usut saldo utang usaha yang
tercantum di dalam neraca ke saldo
akun
utang
usaha
yang
bersangkutan didalam buku besar
b.
Hitung kembali saldo akun utang
usaha di dalam buku besar
c.
Lakukan review terhadap mutasi
luar biasa dalam jumlah dan sumber
posting dalam akun utang usaha
d.
Usut saldo awal akun hutang
usaha ke kertas kerja tahun yang
lalu
e.
Usut posting pendebitan akun
hutang usaha ke dalam jurnal yang
bersangkutan
f.
Lakukan rekonsiliasi akun control
Pelaksanaan
utang usaha dalam buku besar ke
buku pembantu utang usaha
Prosedur Analitik
2.
Lakukan prosedur analitik
a.
Hitung ratio berikut ini :
1)
Tingkat perputaran utang usaha
2)
Ratio utang usaha dengan utang
lancar
b.
Lakukan analisis hasil prosedur
analitik dengan harapan yang
didasarkan pada data masa lalu,
data
industri,
jumlah
yang
dianggarkan, atau data lain
Pengujian terhadap saldo akun rinci
7. Lakukan konfirmasi saldo akun
rinci
a.
Lakukan identifikasi penjualan
besar dengan mereview register
bukti kas keluar atau buku pembantu
utang, arsip induk utang dan
kirimkan konfirmasi kepada kreditur
yang akun utang klien kepadanya
memiliki karakteristik berikut ini : (1)
bersaldo
besar,
(2)
terdapat
kegiatan pembelian yang luar biasa,
(3) bersaldo kecil atau nol, dan (4)
bersaldo debit
b.
Lakukan
penyelidikan
dan
sesuaikan jika terjadi perbedaan
c.
Periksa
dokumen
yang
mendukung
pembayaran
utang
usaha setelah tanggal neraca
8. Lakukan rekonsiliasi utang usaha
yang tidak di konfirmasi ke
pernyataan piutang bulanan yang
diterima oleh klien dari kreditur
Verifikasi
penyajian
dan
pengungkapan
. Bandingkan penyajian utang usaha
dengan prinsip akuntansi berterima
umum
a.
Periksa klasifikasi utang usaha di
neraca
b.
Periksa
pengungkapan
yang
bersangkutan dengan utang usaha
c.
Periksa
pengungkapan
yang
bersangkutan dengan utang usaha
non usaha
d.
Mintalah informasi dari klien untuk
menemukan komitmen yang belum
diungkapkan dan utang bersyarat
dan periksa penjelasan yang
bersangkutan
dengan
utang
tersebut
e.
Bandingkan akun biaya dengan
akun biaya yang sama tahun lalu
atau biaya yang dianggarkan untuk
mendapatkan indikasi kemungkinan
adanya under statement utang
lancer
engujian terhadap transaksi rinci
3.
Periksa sampel transaksi utang
usaha yang tercatat ke dokumen
yang mendukung timbulnya utang
usaha
a.
Periksa pengendalian akun utang
usaha ke dokumen pendukung :
bukti
kas
keluar,
laporan
penerimaan
barang, surat order
pembelian,
atau
dokumen
pendukung lain
b.
Periksa pendebitan akun usaha ke
dokumen pendukung : bukti kas
masuk , memo debit untuk retur
penjualan
4.
Lakukan verifikasi pisah batas (out
off) transaksi pembeli
a.
Periksa
dokumen
yang
mendukung transaksi pembelian
dalam minggu terakhir tahun yang
diaudit dan minggu pertama setelah
tanggal neraca
5.
Lakukan verifikasi pisah batas (out
off) transaksi pengeluaran kas
a.
Periksa
dokumen
yang
mendukung transaksi pembayaran
utang usaha dalam minggu terakhir
tahun yang di audit dan minggu
pertama setelah tanggal neraca
6.
Lakukan pencarian utang yang
belum dicatat
a.
Periksa bukti yang mendukung
transaksi pengeluaran kas yang
dicatat setelah tanggal neraca
4.2.1 Prosedur pemeriksaan terhadap biaya dibayar dimuka
Berikut ini akan dibahas prosedur pemeriksaan yang terdapat dalam biaya
dan pajak dibayar dimuka.
Prosedur Pemeriksaan untuk Compliance test.
1. Pelajari dan evaluasi internal control atas biaya dan pajak dibayar dimuka.
Dalam hal ini internal control questionnoises yang digunakan tercakup
dalam internal control questionnaires atas pengeluaran kas dan bank
Apakah setiap pembayaran yang menyangkut biaya dan pajak dibayar
dimuka didukung oleh bukti-bukti yang sah dan lengkap.
Apakah pembayaran tersebut diotorisasi oleh pejabat perusahaan yang
berwenang.
Apakah bukti setoran pajak, faktor pajak termasuk bukti pemotongan
pajak oleh pihak ketiga di file dengan baik dan rapih.
Apakah lease agreement, insurance policy di file dengan baik dan rapih.
Lakukan test transaksi ( compliance test ) atas biaya dan pajak dibayar
dimuka.
2. Tarik kesimpulan mengenai internal control atas biaya dan pajak dibayar
dimuka.
Prosedur Pemeriksaan Substantive sewa dibayar dimuka ( Prepaid Rent )
Minta rician ( schedule ) prepaid rent per tanggal neraca.
Check ketelitian perhitungan mathematis ( mathematical accuracy ).
Cocokan saldo prepaid rent per tanggal neraca dengan saldo buku bestir
(general ledger) prepaid rent.
Cocokan saldo awal prepaid rent dengan kertas kerja pemeriksaan tahun lalu.
Lakukan vouching untuk pembayaran prepaid rent di tahun berjalan dan
periksa lease agreement ( jika sudah dilakukan di compliance test, refen ke
kertas kerja compliance test ).
Tie_Up / tie_in ( Cocokan ) total yang dibebankan sebagai biaya sewa ke buku
besar biaya sewa. Dalam hal ini ada biaya sewa langsung dibebankan ke,
perkiraan biaya sewa ( tanpa melalui prepaid rent ), jumlah biaya sewa di buku
besar akan terlihat lebih besar.
Buat usulan audit adjustment jika diperlukan.
LATIHAN SOAL PERTEMUAN 11 dan 12
POLITEKNIK LP3I BANDUNG
SATUAN ACARA PENGAJARAN
(SAP)
MATA KULIAH
KODE MATA KULIAH
KREDIT
PERTEMUAN
: AUDITING
:
: 2 SKS
: 12
No.
TUJUAN PEMBELAJARAN
KHUSUS
POKOK BAHASAN DALAM
MATA PELAJARAN
SUB POKOK BAHASAN
METODE
MEDIA
WAKTU
DAFTAR
PUSTAKA
1
2
3
4
5
6
7
8
12
Mahasiswa dapat memahami dan
mampu melaksanakan
pemeriksaan biaya dibayar
dimuka dan pemeriksaan aktiva
tak berwujud
pemeriksaan aktiva tak
berwujud
Sifat aktiva tak berwujud
Tujuan pemeriksaan aktiva tak
berwujud
Prosedur pemeriksaan aktiva tak
berwujud
1 kali
tatap
muka
BUKU REFERENSI :
1. Auditing: Pemeriksaan Akuntan, buku 1& buku II, Edisi kedua: Sukrisno Agoes lembaga Penerbit FE-UI, Jakarta, 1999. ( buku wajib).
2. Auditing an integrated approach: Alvin A Arrens and James Loebeck, five Edition
3. Standar pemeriksaan Akuntan Public
Sukrisno Agoes:
buku 11,
PERTEMUAN
14
POLITEKNIK LP3I BANDUNG
SATUAN ACARA PENGAJARAN
(SAP)
MATA KULIAH
KODE MATA KULIAH
KREDIT
PERTEMUAN
: AUDITING
:
: 2 SKS
: 13
No.
TUJUAN PEMBELAJARAN
KHUSUS
POKOK BAHASAN DALAM
MATA PELAJARAN
SUB POKOK BAHASAN
METODE
MEDIA
WAKTU
DAFTAR
PUSTAKA
1
2
3
4
5
6
7
8
13
Mahasiswa dapat memahami dan
mampu melaksanakan
pemeriksaan biaya dibayar
dimuka dan pemeriksaan utang
jangka pendek
pemeriksaan utang jangka
pendek
Sifat kewajiabn jangka pendek
Tujuan pemeriksaan kewajiabn jangka
pendek
Prosedur
Pemeriksaan kewajiban jangka pendek
1 kali
tatap
muka
BUKU REFERENSI :
1. Auditing: Pemeriksaan Akuntan, buku 1& buku II, Edisi kedua: Sukrisno Agoes lembaga Penerbit FE-UI, Jakarta, 1999. ( buku wajib).
2. Auditing an integrated approach: Alvin A Arrens and James Loebeck, five Edition
3. Standar pemeriksaan Akuntan Public
Sukrisno Agoes:
buku 11,
PERTEMUAN
15
PERTEMUAN XIII
PEMERIKSAAN UTANG JANGKA PENDEK
A.
Pengertian Hutang Jangka Pendek
Pengertian Kewajiban Jangka Pendek adalah kewajiban perusahaan kepada
pihak ketiga, yang jatuh tempo atau harus dilunasi dalam waktu kurang atau
sama dengan satu tahun, atau dalam siklus operasi normal perusahaan,
biasanya dengan menggunakan harta lancar (current assets) perusahaan.
Termasuk current liabilities diantaranya :
-
-
Hutang dagang/account payable : Yaitu kewajiban kepada pihak ketiga dari
pembelian barang atau jasa secara kredit yang harus dilunasi dalam waktu
kurang atau sama dengan satu tahun.
Pinjaman bank jangka pendek/short term loan : Yaitu pinjaman yang
diperoleh dari bank dan didukung oleh suatu perjanjian kredit (loan
agreement), bisa dalam bentuk kredit modal kerja (working capital loan)
ataupun kredit rekening koran (overdraft facility).
Hutang pajak/tax payable : Yaitu kewajiban pajak perusahaan yang harus
dilunasi dalam periode berikutnya, misal hutang PPH 21, PPH 25, PPN.
Biaya yang masih harus dibayar : Yaitu biaya yang sudah terjadi dan menjadi
beban periode yang diperiksa, tetapi baru akan dilunasi dalam periode
berikutnya.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan audit :
1. Kecendrungan perusahaan untuk mencatat kewajiban lebih rendah dari
yang seharusnya. Hal ini bertujuan untuk melaporkan laba lebih besar dari
yang sebenarnya. Auditor harus melakukan searching of unreposting
liabilities, yakni dengan cara memeriksa pembayaran setelah tanggal
neraca.
2. Perbedaan
account
payable
dan
accrual
expense.
Account
payable memiliki angka pasti, karena dicatat berdasarkan invoice,
sedangkan accrual expense dicatat berdasarkan estimasi.
B.
Tujuan Audit Hutang Jangka Pendek & Panjang
Ada beberapa tujuan audit current liabilities yang perlu diperhatikan, diantaranya
:
1. Untuk meyakini bahwa pengendalian intern current liabilities memadai.
Pelajari dan evaluasi internal control atas hutang jangka pendek. Dengan
internal control yang memadai auditor dapat mempertimbangkan
mengurangi substantif tes atau mengurangi scope.
2. Untuk meyakini bahwa current liabilities didukung bukti yang lengkap dan
berasal dari transaksi yang benar-benar terjadi.
Minta rincian hutang jangka pendek, periksa kebenaran penjumlahan,
cocokkan dengan saldo general ledger. Rincian disiapkan oleh klien, dan
auditor melakukan pengujian terhadap rincian, apabila terdapat kesalahan
dibuat koreksi audit dan dikomunikasikan dengan klien.
3. Untuk meyakini bahwa semua transaksi telah tercatat per tanggal neraca.
Cocokkan saldo masing-masing debitur dengan saldo pada subsidoary
ledger.
4. Untuk meyakini bahwa jumlah accrual expense reasonable (layak)
Periksa dasar perhitungan accrual expense yang dibuat perusahaan,
apakah konsisten dan reasonable dengan tahun sebelumnya. Periksa
pembayaran sesudah tanggal neraca.
5. Untuk meyakini bahwa pencatatan transaksi telah sesuai dengan SAK.
Periksa apakah pencatatan transaksi current liabilities sudah sesuai
dengan SAK. Dalam hal ini auditor harus meyakinkan bahwa tidak
terdapat unrecorded liabilities. Untuk itu auditor harus memeriksa notulen
rapat direksi dan pemegang saham, dan mengirim konfirmasi ke penasehat
hukum perusahaan.
Hal-hal yang diperiksa : tanggal kejadian, jumlah hutang, syarat hutang,
bunga, jatuh tempo.
Substantif test :
o
o
o
o
o
Periksa apakah dokumen dan subledger sesuai atau tidak
Periksa jurnal pada tanggal bersangkutan
Periksa bukti penerimaan kas
Lihat ke mutasi buku besar
Cek pembayaran bunga
6. Untuk meyakini bahwa hutang dalam mata uang asing telah dikonveksikan
dengan kurs BI.
Periksa apakah saldo hutang dalam mata uang asing per tanggal neraca
telah dikonveksikan ke dalam rupiah dengan menggunakan kurs tengan BI.
Selisih kurs dibebankan pada rugi laba tahun berjalan.
7. Untuk meyakini bahwa semua persyaratan dalam akad kredit sudah
dipenuhi untuk menghindarkan bank default (right and obligation).
Periksa penjanjian dan persyaratan yang harus dipatuhi oleh nasabah,
seperti penggantian manager kunci, pengendalian current ratio, dan
ketepatan waktu pembayaran hutang.
Bank default (ketetapan persyaratan-persyaratan untuk nasabah) antara
lain :
o Perusahaan nasabah tidak boleh mengganti manajer kunci
tanpa seijin bank
o Current ratio harus dijaga pada tingkat tertentu
o Tidak diperkenankan terlambat membayar bunga
Jika terdapat pelanggaran terhadap ketiga syarat tersebut maka dalam
audit harus di disclousure untuk masalah hutang di catatan laporan
keuangan.
8. Untuk memeriksa apakah penyajian current liabilities dalam neraca dan
catatan laporan keuangan telah sesuai dengan SAK.
Periksa apakah penyajian hutang jangka pendek di neraca dan catatan laporan
keuangan telah sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan.
C.
Tujuan Pengujian Substantif terhadap Hutang usaha
1. Memperoleh keyakinan tentang keandalan catatan akuntansi yang
bersangkutan dengan hutang usaha.
2. Membuktikan keberadaan hutang usaha dan keterjadian transaksi yang
berkaitan dengan hutang usaha yang dicantumkan di neraca.
3. Membuktikan kelengkapan transaksi yang dicatat dalam catatan akuntansi
dan kelengkapan saldo hutang usaha yang disajikan di neraca.
4. Membuktikan kewajiban klien yang dicantumkan di neraca.
5. Membuktikan kewajaran penyajian dan pengungkapan hutang usaha di
neraca
Hutang usaha biasanya timbul dari transaksi pembelian bahan baku dan bahan
penolong, suku cadang, dan bahan habis pakai pabrik. Hutang usaha dapat
digolongkan menjadi 2 yaitu hutang yang tidak disertai dengan surat berharga
sebagai bukti tertulis tentang kesanggupan untuk membayar kewajiban (account
payable) dan hutang yang disertai dengan surat berharga sebagai bukti tertulis
tentang kesanggupan untuk membayar kewajiban (notes payable).
Hutang usaha biasanya merupakan kewajiban lancar terbesar dalam neraca dan
merupakan factor yang signifikan dalam mengevaluasi solvensi jangka pendek
perusahaan. Hutang usaha biasanya juga dipengaruhi oleh volume transaksi
yang tinggi dan karenanya sangat rentan terhadap salah saji. Audit atas hutang
lebih ditekankan pada asersi kelengkapan karena jika manajemen termotivasi
untuk memanipulasi hutang maka ia cenderung menetapkan hutang terlalu
rendah agar dapat melaporkan posisi keuangan yang lebih menguntungkan.
D. Penentuan Risiko Deteksi untuk Pengujian Rincian
Hutang usaha dipengaruhi oleh transaksi pembelian maupun transaksi
pengeluaran kas. Jadi risiko pengujian rincian untuk asersi hutang usaha
dipengaruhi oleh risiko inheren, risiko prosedur analitis dan factor-faktor risiko
pengendalian yang berkaitan dengan kedua kelompok transaksi tersebut.
E.
Perancangan Pengujian Substantif
1. Prosedur awal
Pengujian audit dinilai dengan mendapatkan pemahaman tentang bisnis
dan industry klien. Prosedur awal lainnya untuk pengujian substantive atas
hutang usaha adalah menelusuri saldo awal kertas kerja tahun sebelumnya
dan menggunakan perangkat lunak audit tergeneralisasi dalam memeriksa
akun buku besar untuk melihat setiap ayat jurnal yang tidak biasa, serta
untuk mengembangkan daftar jumlah yang terhutang pada tanggal neraca.
2. Prosedur analitis
Tujuan auditor menerapkan prosedur ini adalah untuk mengembangkan
ekspektasi atas saldo akun hutang dan hubungan antara hutang usaha
dengan akun-akun kunci lainnya seperti pembelian atau persediaan. Suatu
penurunan yang abnormal atas rasio perputaran hutang usaha atau
kenaikan yang tidak diharapkan atas rasio lancar dapat menjadi indicator
bahwa kewajiban telah ditetapkan terlalu rendah. Prosedur analitis akan
dilakukan pada tahap akhir penugasan untuk memastikan bahwa bukti
yang dievaluasi dalam pengujian rincian telah konsisten dengan gambaran
menyeluruh yang dilaporkan dalam laporan keuangan.
A. Pengujian rincian transaksi
i.
Menelusuri hutang yang dicatat ke dokumentasi pendukung.
Dalam pengujian ini, ayat jurnal kredit pada hutang usaha akan
ditelusuri ke dokumentasi pendukung dalam file klien seperti
voucher, faktur penjualan, laporan penerimaan dan pesanan
pembelian. Pendebetannya akan ditelusuri ke dokumen
transaksi pengeluaran kas seperti buku pengeluaran cek atau
memo dari penjual menyangkut retur pembelian dan
pengurangan harga.
ii.
Melaksanakan pengujian pisah batas pembelian. Pengujian
pisah batas pembelian mencakup penentuan bahwa transaki
pembelian yang terjadi mendekati tanggal neraca telah dicatat
pada periode yang tepat. Hal ini dapat dilakukan dengan
menelusuri tanggal-tanggal laporan penerimaan ke ayat jurnal
register voucher dan memvouching ayat jurnal yang dicatat ke
dokumentasi pendukungnya. Pengujian ini biasanya mencakup
periode antara 5-10 hari bisnis sebelum dan sesudah tanggal
neraca. Dalam memeriksa dokumentasi harus diberikan
pertimbangan khusus atas barang yang masih dalam perjalanan
per tanggal neraca.
iii.
Melaksanakan pengujian pisah batas pengeluaran kas. Bukti
tentang pengujian pisah batas pengeluaran kas dapat diperoleh
melalui observasi langsung dan review atas dokumentasi
internal. Pisah batas yang tepat atas transaksi pengeluaran kas
pada akhir tahun adalah sangat penting untuk penyajian kas
dan hutang usaha yang benar pada tanggal neraca.
iv.
Melakukan pencarian hutang yang belum tercatat. Pencarian
hutang usaha yang belum tercatat terdiri dari prosedur-prosedur
yang dirancang secara khusus untuk mendeteksi kewajiaban
signifikan yang belum dicatat pada tanggal neraca.
v.
Pengujian rincian saldo.
a. Konfirmasi hutang usaha. Prosedur ini bersifat opsional
karena konfirmasi ini tidak dapat menjamin bahwa hutang
yang belum dicatat akan dapat ditemukan dan bukti
eksternal berupa faktur dan laporan bulanan penjual harus
tersedia untuk mendukung saldonya. Konfirmasi hutang
usaha direkomendasikan apabila risiko deteksi rendah,
terdapat kreditor individual dengan saldo yang relative
besar atau perusahaan mengalami kesulitan dalam
memenuhi kewajibannya. Konfirmasi juga harus
dikirimkan kepada pemasok utama yang telah digunakan
pada tahun sebelumnya tetapi tidak dalam tahun berjalan
dan tidak mengirimkan laporan bulanan.
b. Merekonsiliasi hutang yang belum dikonfirmasi dengan
laporan pemasok. Para pemasok biasanya mengirimkan
laporan bulanan yang biasa dijumpai dalam file klien.
Jumlah yang terhutang pada pemasok menurut daftar
hutang klien dapat direkonsiliasi dalan laporan tersebut.
Bukti yang diperoleh dari prosedur ini kurang dapat
diandalkan karena laporan pemasok telah dikirimkan
kepada klien dan bukan langsung kepada auditor. Selain
itu laporan ini mungkin tidak tersedia dari pemasok
tertentu.
Pembandingan penyajian laporan dengan GAAP. Hutang usaha harus
diidentifikasi dan diklasifikasikan secara tepat sebagai kewajiban lancer.
Jika saldo hutang usaha mencakup pembayaran di muka yang material
kepada beberapa pemasok untuk pengiriman barang dan jasa di masa
depan maka jumlah semacam itu harus di reklasifikasi sebagai uang muka
kepada pemasok dan dicatat sebagai aktiva. Pengungkapan juga perlu
dilakukan atas penjaminan dan hutang pihak yang mempunyai hubungan
istimewa, komitmen pembelian serta kewajiban kontinjen.
INTERNAL CONTROL
A. Internal Control Hutang Dagang
Internal Control yang baik untuk Hutang Dagang adalah :
B. Adanya pemisahan tugas antara bagian pembelian. Bagian
penerimaan barang, bagian gudang, bagian akuntansi dan bagian
keuangan.
C. Digunakannya formulir-formulir yang bernomor urut tercetak
(prenumbered), untuk permintaan pembelian , order pembelian, dan
laporan penerimaan barang.
D. Adanya system otorisasi untuk pembelian maupun pelunasan hutang.
E. Digunakannya system tender untuk pembelian dalam jumlah
yangbesar, dimana beberapa supplier diundang untuk memasukkan
penawaran tertulis dalam amplop tertutup ke panitia tender.
F. Dibuatnya buku tambahan (subsidiary ledger) untuk hutang dagang,
dan setiap akhir bulan jumlah saldo hutang dagang menurut buku
tambahan harus dibandingkan dengan saldo hutang dagang menurut
general ledger yang merupakan perkiraan pengendali.
G. Jumlah barang yang dicantumkan dalam faktur pembelian (fakturin
voice) harus dibandingkan dengan jumlah yang dilaporkan dalam
receiving report dan purchase order, untuk mencegah pembayaran
atas barang yang dibeli melebihi jumlah barang yang dipesan dan
yang diterima.
H. Faktur pembelian dan dokumen pembelian lainnya harus dicap lunas
untuk menghindari digunakannya dokumen-dokumen tersebut untuk
proses pembayaran kedua kalinya
B. Prosedur Pemeriksaan kewajiban Jangka Pendek dan Panjang
Prosedur Pemeriksaan kewajiban Jangka Pendek adalah :
A. Pelajari dan evaluasi internal control atas kewajiban jangka pendek.
B. Minta rincian dari kewajiban jangka pendek, baik hutang dagang
maupun kewajiban lainnya, kemudian periksa penjumlahannya
(footing) serta cocokkan saldonya dengan saldo hutang di buku
besar.
C. Untuk hutang dagang cocokkan saldo masing-masing supplier
dengan saldo menurut subsidiary ledger hutang dagan.
D. Secara test basis , periksa bukti pendukung dari saldo kepada
beberapa supplier, perhatikan apakah angkanya cocok dengan
purchase requisition, purchase order, reseving report dan supplier
invoice. Periksa juga perhitungan mathematis dari dokumen-dokumen
tersebut dan otorisasi dari pejabat perusahaan yang berwenang.
E. Seandainya terdapat monthly statement of account dari supplier,
maka harus dilakukan rekonsiliasi antara saldo hutang menurut
statement of account tersebut dengan saldo subsidiary ledger hutang.
F. Pertimbangkan untuk mengirim konfirmasi kepada beberapa supplier
baik yang saldonya besar maupun yang saldonya tidak berubah sejak
tahun sebelumnya.
G. Periksa pembayaran sesudah tanggal neraaca (subsequent payment)
untuk mengetahui apakah ada kewajiban yang belum dicatat
(unrecorder liabilities) per tanggal neraca dan untuk menyakinkan diri
mengenai kewajaran saldo hutang per tanggal neraca.
H. Seandainya ada hutang kepada bank baik dalam bentuk kredit modal
kerja, kredit investasi, maupun kredit overdraft, maka kirim konfirmasi
ke bank, periksa surat perjanjian kreditnya dan buatkan excepent dari
perjanjian kredit tersebut, dan periksa otorisasi dari direksi untuk
perolehan kredit bank tersebut.
I. Seandainya ada hutang dari pemegang saham atau dari direksi atau
dari perusahaan afiliasi, yang harus dilunasi dalam waktu satu tahun
yang akan datang, harus dikirim konfirmasi, periksa perjanjian
J.
K.
L.
M.
N.
O.
P.
Q.
R.
S.
T.
kreditnya dan periksa apakah ada pembebanan bunga atas pinjaman
tersebut.
Seandainya ada hutang leasing, periksa apakah pencatatannya
sudah sesuai dengan standar akuntansi sewa guna, dan apakah
bagian yang jatuh tempo dalam waktu satu tahun yang akan datang
sudah dicatat sebagi hutang jangka pendek.
Periksa perhitungan dan pembayaran bunga, apakah sudah
dilakukan secara akurat dan tiap jumlah beban bunga tersebut
dengan jumlah yang tercantum pada laporan rugi laba. Perhatikan
juga aspek pajaknya.
Seandainya ada saldo debit dari hutang dagang maka harus
ditelusuri apakah ini merupakan uang muka pembelian atau karena
adanya pengembalain barang yang dibeli tetapi sudah dilunasi
sebelumnya. Kalau jumlahnya besar harus direklasifikasikan sebagai
piutang.
Seandainya ada uang muka penjualan per tanggal neraca, periksa
bukti pendukungnya dan periksa apakah saldo tersebut sudah
diselesaikan diperiode berikutnya misalnya dengan megirimkan
barang yang dipesan oleh pembeli.
Seandainya ada kredit jangka panjang , harus diperiksa apakah
bagian yang jatuh tempo satu tahun yang akan datang sudah
direklasifikasikan sebagai hutang jangka pendek.
Seandainya ada kewajiban dalam mata uang asing, periksa apakah
saldo tersebut per tanggal neraca telah dikonversikan kedalam rupiah
dengan menggunakan kurs tengah Bank Indonesia per tanggal
neraca, dan selisih kurs yang terjadi dibebankan pada rugi laba tahun
berjalan.
Untuk hutang PPh 21 dan PPN periksa apakah hutang tersebut
sudah dilunasi pada periode berikiutnya. Seharusnya hutang PPh 21
dan PPN per 31 Desember dilunasi dibulan Januari tahun berikutnya.
Sedangakan untuk PPh Badan harus diperiksa apakah pada waktu
mengisi dan memasukan SPT PPh Badan, perusahaan telah
membayarPPh 29
Periksa dasar perhitungan accrued expense yang dibuat oleh
perusahaan, apakah reasonable dan konsisten dasar perhitungan
tahun sebelumnya. Selain itu harus diperiksa pembayaran sesudah
tanggal neraca.
Periksa notulen rapat direksi, pemegang saham dan perjanjianperjanjian yang dibuat perusahaan dengan pihak ketiga, untuk
mengetahui apakah semua kewajiban yang tercantum dalam notulen
dan perjanjian tersebut sudah dicatat per tanggal neraca.
Kirim konfirmasi kepada penasihat hukum perusahaan.
Periksa apakah penyajian kewajiban jangka pendek di neraca dan
catatan atas laporan keuangan sesuai dengan prinsip akuntansi yang
berlaku umum (SAK)
LATIHAN SOAL PERTEMUAN 13 dan 14
POLITEKNIK LP3I BANDUNG
SATUAN ACARA PENGAJARAN
(SAP)
MATA KULIAH
KODE MATA KULIAH
KREDIT
PERTEMUAN
: AUDITING
:
: 2 SKS
: 14
No.
TUJUAN PEMBELAJARAN
KHUSUS
POKOK BAHASAN DALAM
MATA PELAJARAN
SUB POKOK BAHASAN
METODE
MEDIA
WAKTU
DAFTAR
PUSTAKA
1
2
3
4
5
6
7
8
14
Mahasiswa dapat memahami dan
mampu melaksanakan
pemeriksaan utang jangka
panjang
pemeriksaan utang jangka
panjang
Sifat utang jangka panjang
Tujuan pemeriksaan utang jangka
panjang
Prosedur pemeriksaan utang jangka
panjang
1 kali
tatap
muka
BUKU REFERENSI :
1. Auditing: Pemeriksaan Akuntan, buku 1& buku II, Edisi kedua: Sukrisno Agoes lembaga Penerbit FE-UI, Jakarta, 1999. ( buku wajib).
2. Auditing an integrated approach: Alvin A Arrens and James Loebeck, five Edition
3. Standar pemeriksaan Akuntan Public
Sukrisno Agoes:
buku 11,
PERTEMUAN
16
POLITEKNIK LP3I BANDUNG
SATUAN ACARA PENGAJARAN
(SAP)
MATA KULIAH
KODE MATA KULIAH
KREDIT
PERTEMUAN
: AUDITING
:
: 2 SKS
: 15
No.
TUJUAN PEMBELAJARAN
KHUSUS
POKOK BAHASAN DALAM
MATA PELAJARAN
SUB POKOK BAHASAN
METODE
MEDIA
WAKTU
DAFTAR
PUSTAKA
1
2
3
4
5
6
7
8
15
Mahasiswa dapat memahami dan
mampu melaksanakan
pemeriksaan permodalan
Pemeriksaan permodalan
Sifat permodalan
Tujuan pemeriksaan permodalan
Prosedure pemeriksaan permodalan
1 kali
tatap
muka
BUKU REFERENSI :
1. Auditing: Pemeriksaan Akuntan, buku 1& buku II, Edisi kedua: Sukrisno Agoes lembaga Penerbit FE-UI, Jakarta, 1999. ( buku wajib).
2. Auditing an integrated approach: Alvin A Arrens and James Loebeck, five Edition
3. Standar pemeriksaan Akuntan Public
Sukrisno Agoes:
buku 11,
PERTEMUAN
17
PERTEMUAN XV
PEMERIKSAAN PERMODALAN
Permodalan
Jenis akun yang mempengaruhi audit transaksi pendanaan: siklus ini
mempengaruhi dua aspek yaitu ;
(a) Pembentukan kewajiban yang berjangka waktu pelunasan lebih clan' satu
tahun
(b) Pembentukan kepemilikan perusahaan ( modal saham )
Transaksi yang berhubungan dengan utang jangka panjang antara lain berupa :
obligasi, wesel jangkapanjang,hipotik (mortgages), bond Premium
(discount ), interest expense, dan gain (gloss) on retirement of bonds.Sedangkan
transaksi yang berkaitan dengan modal saham antara lain : saham preferensi,
saham biasa, saham tresury, paid-in capital, retained
earnings, deviden, devidend payable.
Tujuan audit terhadap siklus pendanaan:
o Eksistensi atau okurensi pembentukan transaksi
Pencatatan terhadap saldo-saldo utang jangka panjang dan modal
saham pada saat tanggal neraca benar-benar nyata.
Pembayaran deviden dan biaya bunga obligasi yang timbul dan
terbentuknya transaksi dalam periode ini dinyatakan.
o Kesempurnaan
Rekening utang jangka panjang mencerminkan semua kewajiban
kepada kreditor jangkan panjang pada saat tanggal neraca.
Rekening modal saham mencerminkan hak-hak para pemilik terhadap
semua aktiva pada saat tanggal neraca.
Semua transaksi utang jangka panjang dan transaksi modal saham
dalam tahun yang dilaporkan telah dicatat.
Hak dan kewajiban
Rekening utang jangka panjang mencerminkan jumlah yang secara
hukum dimiliki oleh para kreditor dan pihak lain yang berkepentingan
pada saat tanggal neraca.
Rekening modal saham mencerminkan hak yang secara hukum dimiliki
para pemegang saham pada saat tanggal neraca.
Penilaian atau alokasi
Penilaian terhadap rekening utang jangka panjang dan modal saham
didasarkan
pada
prinsip
akuntansi
yang
lajim
diterapkan
di Indonesia diUSA disebut GAAP).
Presentasi dan pengungkapan
Rekening utang jangka panjang dan modal saham telah diidentifikasi dan
diklasifikasi secara layak dalam neraca.
Semua kesepakatan, perjanjian dan rancangan pelunasan terhadap
utang jangka panjang telah dijelaskan dan diungkapkan dalam laporan
keuangan.
Semua fakta yang berkaitan dengan pengeluaran saham ( yang meliputi
par atau stated value) telah memperoleh persetujuan terhadap jenis
saham dan pengeluarannya, dan jumlah saham yang dipegang sebagai
saham treasury atau adanya opsi saham telah diungkapkan.
Materialitas, Risiko dan Strategi audit terhadap transaksi pendanaan:
Risiko terhadap kemungkinan kesalahan penanganan dan pencatatan
transaksi siklus pendanaan biasanya rendah. Dalam beberapa kasus, aspek
operasional yang mungkin menimbulkan permasalahan adalah pembayaran
bunga obligasi dan pembayaran deviden (kadangkala ditangam oleh pihak luar,
antara lain bank, pialang, pedagang effek). Semua transaksi yang berkaitan
dengan proses pendanan ini (saat menerima uang dan saat pemberian
kompensasi bunga dan deviden) selalu harus memperoleh persetujuan dari
dewan komisaris atau para pemegang saham. Dalam perancangan strategi
audit terhadap rekening-rekening yang terbentuk oleh transaksi dalam siklus
ini, harus diperhatikan adanya ide terbentuknya transaksi dari dalam
perusahaan sendiri.
Cara memahami dan menilai struktur pengendalian intern:
Setiap langkah dalam memahami struktur pengendalian intern meliputi:
(1) Pemahaman terhadap sagala catatan-catatan dan dokumen-dokumen yang
digunakan oleh klien dalam menangani transaksi silkus pendanaan.
(2) Pemahaman terhadap fungsi-fungsi yang terkait dalam penanganan
transaksi siklus pendanaan tersebut.
o Prosedur pengendalian secara umum yang terkait dengan transaksi
pendanaan:
Lakukan verifikasi terhadap kecermatan saldo-saldo, berbagai daftar
dan buku pembantunya.
Terapkan prosedur analitikal.
Lakukan penelaahan terhadap otonsasi beserta kontrak-kontraknya.
Lakukan konfirmasi atas utang jangka panjang.
Lakukan vouching terhadap jurnal rekening utang jangka panjang.
Lakukan penghitungan kembali terhadap biaya bunga.
Bandingkan penyaj iannya dengan standar akuntansi keuangan yang
berlaku.
Catatan dan dokumen apa yang biasa digunakan dalam transaksi
pendanaan:
Dokumen yang digunakan dalam siklus pendanaan ini secara keseluruhan
sama dengan dokumen dalam siklus investasi. Hanya saja, tinjauan dokumen
dalam aspek pendanaan ditinjau dari sisi perusahaan yang mempunyai
kewajiban kepada kreditor atau hak-hak para pemilik. Dokumen ini diperlukan
mengingat pada saat semua obligasi telah dilunasi, maka surat-surat obligasi
tersebut harus ditarik kembali. Padahal penarikan obligasi tersebut pada
dasarnya masih aktif, dan oleh karenanya harus dimusnahkan.
1. Fungsi-fungsi yang terkai dengan transaksi pendanaan;
Pengeluaran modal saham atau obligasi.
Pembayaran bunga obligasi dan deviden tunai
Pelunasan obligasi dan pembelian kembali saham
Pencatatan transaksi-transaksi pendanaan
Pemegang buku besar obligasi dan modal saham dan pemeliharaan
kecermatan pencatataannya.
Pengujian Substansif terhadap siklus pendanaan Daftar pengujian
substantif yang disarankan antara lain :
a. Lakukan verivikasi terhadap kecermatan saldo-saldo, berbagai daftar dan
buku pembantunya
b. Terapkan prosuder analitikal
c. Lakukan penelaahaan terhadap anggaran dasar dan rumah tangga
perusahaan.
d. Lakukan penelaahan terhadap otorisasi pengeluaran saham.
e. Lakukan konfirmasi atas saham yang beredar di pasaran
f. Lakukan inspeksi buku sertifikat saham
g. Lakukan ispeksi sertifikat saham yang berada ditangan bendaharawan
perusahaan.
h. Lakukan vouching jumal pada rekening utang modal saham
i. Lakukan vouching terhadap laba yang ditahan
j. Bandingkan penyajiannya dengan SAK yang berlaku.
Prosedur pemeriksaan terhadap pendanaan obligasi
Dalam rangka audit obligasi maka auditor harus menyusun prosedur sebagai
berikut ;
a. Lakukan verivikasi terhadap kecermatan saldo-saldo, berbagai daftar dan buku
pembantunya
b. Terapkan prosedur analitikal
c. Lakukan penelaahan terhadap otorisasi beserta kontrak-kontraknya
d. Lakukan konfirmasi atas obligasi
e. Lakukan vouching terhadap jurnal rekening obligasi
f. Lakukan penghitungan kembali terhadap Maya bunga
g. Bandingkan penyajiannya dengan SAK yang berlaku
Contoh Kertas Kerja Audit
Kertas Kerja Modal Saham
Disiapkan J5 tgl 24/l/95 Disiapkan R5 tgl 29/1/94
Saham
Saldo 1/1/93
PT. METAL INDUSTRI
Otorisasi
Beredar
Jumlah
10.000 v
5.000
Penyaluran
100.000
Saham nilai
pertunai
Saldo 31/12/93
10.000
1.000 #
6.000 c
V
#
O
C
500.000
Telusur ke kertas kerja tahun lalu
Telusur ke catatan rapat Dekom 20/12/93
Cek hasilnya ke penerimaan kas
Konfirmasi ke agen penjualan
LATIHAN SOAL PERTEMUAN XV
POLITEKNIK LP3I BANDUNG
SATUAN ACARA PENGAJARAN
(SAP)
MATA KULIAH
KODE MATA KULIAH
KREDIT
PERTEMUAN
: AUDITING
:
: 2 SKS
: 16
No.
TUJUAN PEMBELAJARAN
KHUSUS
POKOK BAHASAN DALAM
MATA PELAJARAN
SUB POKOK BAHASAN
METODE
MEDIA
WAKTU
DAFTAR
PUSTAKA
1
2
3
4
5
6
7
8
16
Mahasiswa dapat memahami dan
mampu melaksanakan
pemeriksaan atas perkiraan rugilaba
pemeriksaan atas perkiraan
rugi-laba
Jenis perkiraan rugi-laba
Tujuan pemeriksaan perkiraan rugilaba
Prosedur pemeriksaan perkiraan rugilaba
2 kali
tatap
muka
BUKU REFERENSI :
1. Auditing: Pemeriksaan Akuntan, buku 1& buku II, Edisi kedua: Sukrisno Agoes lembaga Penerbit FE-UI, Jakarta, 1999. ( buku wajib).
2. Auditing an integrated approach: Alvin A Arrens and James Loebeck, five Edition
3. Standar pemeriksaan Akuntan Public
Sukrisno Agoes:
buku 11,
PERTEMUAN
18
PERTEMUAN XVI
PEMERIKSAAN LAPORAN LABA RUGI
POLITEKNIK LP3I BANDUNG
SATUAN ACARA PENGAJARAN
(SAP)
MATA KULIAH
KODE MATA KULIAH
KREDIT
PERTEMUAN
: AUDITING
:
: 2 SKS
: 17
No.
TUJUAN PEMBELAJARAN
KHUSUS
POKOK BAHASAN DALAM
MATA PELAJARAN
SUB POKOK BAHASAN
METODE
MEDIA
WAKTU
DAFTAR
PUSTAKA
1
2
3
4
5
6
7
8
17
Mahasiswa dapat memahami dan
mampu melaksanakan
pemeriksaan atas subsequent
events dan menyelesaikan
pemeriksaan
pemeriksaan atas
subsequent events dan
menyelesaikan pemeriksaan
Sifat subsequent events
Tujuan pemeriksaan subsequent
events
Prosedur pemeriksaan subsequent
events
Penyelesaian pemeriksaan akuntan
1 kali
tatap
muka
BUKU REFERENSI :
1. Auditing: Pemeriksaan Akuntan, buku 1& buku II, Edisi kedua: Sukrisno Agoes lembaga Penerbit FE-UI, Jakarta, 1999. ( buku wajib).
2. Auditing an integrated approach: Alvin A Arrens and James Loebeck, five Edition
3. Standar pemeriksaan Akuntan Public
Sukrisno Agoes:
buku 11,
PERTEMUAN
19
PERTEMUAN XVII
SUBSEQUENT EVENTS DAN FINISHING AUDIT
1. Pengertian
Subsequent Events adalah peristiwa atau transaksi yang terjadi setelah tanggal
neraca tetapi sebelum diterbitkannya laporan audit yang mempunyai akibat yang
material terhadap laporan keuangan dan memerlukan penyesuaian atau
pengungkapan dalam laporan tersebut.
Terdapat 2 jenis subsequent eventmerujuk pada PSAK no. 46, yakni:
1. Peristiwa yang memberikan tambahan bukti yang berhubungan dengan
kondisi yang ada pada tanggal neraca dan berdampak terhadap taksiran yang
melekat dalam proses penyusunan laporan keuangan,
2. Peristiwa yang menyediakan tambahan bukti yang berhubungan dengan
kondisi yang tidak ada pada tanggal neraca, namun kondisi tersebut ada
sesudah tanggal neraca.
Menurut Sukrisno Agoes (2004:138), subsequent event yang harus di audit oleh
akuntan publik adalah:
1. Subsequent Collection
Penagihan sesudah tanggal neraca, sampai mendekati selesainya pekerjaan
lapangan/audit field work, dan dilaksanakan dalam pemeriksaan piutang, dan
barang dalam perjalanan
2. Subsequent Payment
Pembayaran sesudah tanggal neraca sampai mendekati selesainya audit field
work, dan dilaksanakan pada saat pemeriksaan hutang dan biaya yang masih
harus dibayar.
2. Tujuan Pemeriksaan Subsequent Event
Subsequent event harus dilakukan pemeriksaan dengan tujuan:
1. Menentukan keberadaan kejadian penting sesudah tanggal neraca yang
membutuhkan penyesuaian terhadap laporan keuangan atau memerlukan
pengungkapan dalam catatan atas laporan keuangan agar tidak
menyesatkan pengguna laporan keuangan
2. Menentukan kemungkinan tertagihnya piutang
3. Memastikan bahwa “barang dalam perjalanan” yang tercantum di neraca per
tanggal neraca, masih di perjalanan
Saat membayar uang muka pembelian (L/C) perusahaan mencatat:
Barang dagang dalam
perjalanan
xxx
Kas
xxx
Saat penerimaan barang sebelum tanggal neraca, perusahaan mencatat:
Persediaan
xxx
Hutang dagang
xxx
Akibatnya per tanggal neraca tetap terlihat saldo barang dalam perjalanan dan
terjadi dua kali pencatatan hutang dagang :
Persediaan
xxx
Barang dalam perjalanan
xxx
4. Untuk memastikan kewajiban dan beban yang masih harus dibayar yang
tercantum di neraca per tanggal neraca, merupakan kewajiban perusahaan yang
akan dilunasi pada saat jatuh temponya (sesudah tanggal neraca)
5. Memastikan bahwa tidak ada kewajiban perusahaan yang belum dicatat per
tanggal neraca
1. Prosedur Pemeriksaan Subsequent Event
Prosedur pemeriksaan subsequent event terdiri dari beberapa langkah, yakni:
1. Periksa pengeluaran dan penerimaan kas sesudah tanggal neraca, sampai
mendekati tanggal selesainya audit field work,
2. Periksa bukti pengeluaran dan penerimaan barang sesudah tanggal neraca,
sampai mendekati tanggal selesainya audit field work,
3. Periksa cut-off pembelian dan penjualan,
4. Review laporan keuangan interim untuk periode sesudah tanggal neraca,
5. Minta copy notulen rapat direksi, dewan komisaris, pemegang saham, periksa
apakah ada commitment dari perusahaan yang baru dipenuhi pada periode
sesudah tanggal neraca,
6. Lakukan rofe jawab dengan pejabat perusahaan yang berwenang,
mengenai:
1. Ada/tidaknya contingent liabilities
2. Ada/tidaknya perubahan dalam modal saham, kewajiban jangka panjang
atau kredit modal kerja dalam periode sesudah tanggal neraca
3. Ada/tidaknya kejadian penting sesudah tanggal neraca yang memerlukan
adjustment terhadap laporan keuangan atau penjelasan catatan laporan
keuangan
7. Kirim konfirmasi ke penasihat rofe perusahaan,
8. Analisa perkiraan rofessional fees,
9. Dapatkan surat representasi klien (client representation letter)
2.Penyelesaian Pemeriksaan Akuntan
Beberapa hal yang harus dilakukan akuntan publik, sebelum suatu pemeriksaan
akuntan dinyatakan selesai:
1. Seluruh kertas kerja pemeriksaan harus diparaf oleh pembuatnya dan
direview oleh atasannya.
2. Hasil review harus didokumentasikan dalam suatu review notes dan harus
3.
4.
5.
6.
dijawab oleh staf yang direview (reviewee) secara tertulis
Daftar audit adjustment harus disusun, lengkap dengan index working
papernya, diskusikan dengan klien
Audit adjustment yang sudah disetujui klien harus diposting ke masing-masing
kertas kerja yang berkaitan
Draft report disusun oleh auditor in-charge (pimpinan tim audit), direview oleh
audit manager dan audit partner
Sebelum kertas kerja pemeriksaan dan draft report di review oleh audit
manager dan audit partner, maka audit supervisor harus menyusun notes to
PPM (catatan untuk Partner, Principal dan Manager)
7. Setelah draft report direview dan disetujui PPM, diskusikan dengan klien. Jika
klien setuju, buat final audit report.
8. Sebelum laporan audit diserahkan kepada klien, auditor harus meminta Surat
Pernyataan Langganan dari klien. Tanggal surat harus sama dengan tanggal
selesainya audit field work dan tanggal laporan audit.
9. Auditor membuat draft management letter, setelah direview dan disetujui
PPM, diskusikan dengan klien. Klien setuju, buat management letter final
untuk klien
10. tahap akhir, selesaikan urusan pelunasan audit fee (ditambah 10% PPN,
dikurangi PPh 23 7,5%)
11. Dalam audit working papers, cantumkan “catatan untuk audit tahun
berikutnya”.
12. Opini yang diberikan, tergantung hasil pemeriksaan
13. Dalam mereview kertas kerja pemeriksaan, KAP sebaiknya mempunyai daftar
“Audit Working Papers Review Guide”
POLITEKNIK LP3I BANDUNG
SATUAN ACARA PENGAJARAN
(SAP)
MATA KULIAH
KODE MATA KULIAH
KREDIT
PERTEMUAN
: AUDITING
:
: 2 SKS
: 18
No.
TUJUAN PEMBELAJARAN
KHUSUS
POKOK BAHASAN DALAM
MATA PELAJARAN
SUB POKOK BAHASAN
METODE
MEDIA
WAKTU
DAFTAR
PUSTAKA
1
2
3
4
5
6
7
8
18
Mahasiswa dapat memahami
management letter & client
representation letter
management letter & client
representation letter
management letter
client representation letter
1 kali
tatap
muka
BUKU REFERENSI :
1. Auditing: Pemeriksaan Akuntan, buku 1& buku II, Edisi kedua: Sukrisno Agoes lembaga Penerbit FE-UI, Jakarta, 1999. ( buku wajib).
2. Auditing an integrated approach: Alvin A Arrens and James Loebeck, five Edition
3. Standar pemeriksaan Akuntan Public
Sukrisno Agoes:
buku 11,
PERTEMUAN
20&21
PERTEMUAN XVII
MANAGEMENT LETTER
I. PENGERTIAN MANAJEMEN LETTER
Manajemen Letter merupkan suatu surat yang dibuat oleh Kantor Akuntan
Publik (KAP), ditujukan kepada manajemen perusahaan yang diperiksa
laporan keuangannya (di audit), yang isinya memberitahukan kelemahan dari
pengendalian intern perusahaan (baik material maupun immaterial
weaknesses) yang ditemukan selama pelaksanaan pemeriksaan, disertai
dengan saran-saran perbaikan dari KAP.
Menurut Whittington, O. Ray dan Kurt Paniy (2001), management letter
adalah suatu laporan kepada manajemen yang berisi rekomendasi untuk
perbaikan kelemahan-kelemahan yang diungkapkan akuntan public setelah
mempelajari dan mengevaluasi pengendalian intern perusahaan. Disamping
untuk menyampaikan informasi-informasi yang bermanfaat kapada
manajemen, management letter juga membantu membatasi tanggung jawab
akuntan public seandainya dikemudian hari kelemahan pengendalian intern
mengakibatkan kerugian bagi perusahaan.
Dalam menjalankan usahanya, KAP tidak diperbolehkan mengiklankan
kantornya atau jasa yang diberikan kantornya, karena jika hal tersebut
dilakukan berarti KAP tersebut melanggar Aturan Etika Kompartemen
Akuntan Publik – IAI.
Salah satu cara untuk mendapatkan langganan adalah bekerja sebaik
mungkin dalam memeriksa laporan keuangan suatu perusahaan, sehingga
jika perusahaan tersebut puas atas jasa pemeriksaan dari KAP, diharapakan
manajemen perusahaan akan merekomendasikan kepada teman-teman
usahanya untuk menggunakan jasa KAP tersebut.
Untuk mempelajari dan mengevaluasi pengendalian intern, akuntan public
bisa menggunakan:
a. Internal Control Questionnaires
b. Flow Chart, menggambarkan arus dokumen dalam memproses suatu
transaksi, dari awal sampai akhir dengan menggunakan symbol-simbol
tertentu.
c. Menggunakan Narrative Memo (penjelasan tertulis dari system dan
prosedur akuntansi)
Dari ketiga cara tersebut, akuntan publik akan mendapatkan suatu gambaran
mengenai pengendalian intern mengenai pengendalian intern yang ada di
perusahaan secara teoritis. Hal tersebut masih harus dibuktikan lebih lanjut
dengan menggunakan Complience test (test ketaatan).
Dalam compliance test, yang diperiksa adalah:
a. Transaksi pengeluaran kas
b. Transaksi penerimaan kas
c. Transaksi penjualan
d. Transaksi pembelian
e. Transaksi pembayaran gaji
f. Transaksi koreksi/penyesuaian
Dalam hal ini yang diperhatikan adalah hal-hal berikut:
Apakah setiap transaksi didukung oleh dokumen pendukung yang
lengkap
Apakah setiap transaksi diotorisasi oleh pejabat perusahaan yang
berwenang
Apakah perhitungan matematis dalam dokumen pembukuan sudah
benar
Apakah pendebitan dan pengkreditan transaksi ke masing-masing
perkiraan buku besar sudah benar.
Setelah melakukan compliance test, akuntan public harus menarik kesimpulan
mengenai kebaikan-kebaikan dan kelemahan-kelemahan yang terdapat dalam
pengendalian intern perusahaan. Kemudian hasil temuan tersebut harus
diberitahukan kepada manajemen perusahaan, beserta saran-saran
perbaikannya dalam sebuah surat yang disebut Manajemen Letter.
II. CARA MEMBUAT MANAGEMENT LETTER YANG BAIK
Dalam membuat management letter, perlu diperhatikan beberapa hal penting
agar dihasilkan suatu management letter yang baik dan efektif:
1. Management letter harus tepat waktu (timely), sehingga perusahaan
masih sempat melakukan perbaikan-peraikan dalam pengendalian intern.
Jika management letter terlambat diberikan, kemungkinan besar
kelemahan-kelemahan dalam pengendalian intern sudah mengakibatkan
terjadinya kesalahan dan kecurangan yang merugikan perusahaan.
2. Management letter harus berisi saran-saran yang bermanfaat dan bisa
diterapkan.
3. Komentar dan saran-saran dalam management letter tidak boleh
merupakan sesuatu yang “surprise”. Untuk itu, sebelumnya konsep
management letter harus di diskusikan terlebih dahulu dengan
manajemen perusahaan dan bagian yang berkaitan dan dimintakan
komentar dari manajemen.
4. Management letter harus ditulis dengan menggunakan bahasa yang baik,
halus dan tidak menyinggung perasaan orang lain.
5. Kelemahan dan saran yang diberikan bisa diurut berdasarkan urutanurutan pos neraca dan laba rugi atau menurut hal-hal yang paling penting
yang memerlukan perhatian khusus dari manajemen dan perlu
penanganan secepat mungkin.
6. Saran-saran yang diberikan harus sesuai dengan kondisi bisnis
perusahaan dan harus menunjukkan kemauan baik kantor akuntan public
untuk membantu pengembangan usaha perusahaan.
7. Pada bagian akhir management letter jangan lupa untuk mengucapkan
terima kasih kepada manajemen dan seluruh staf perusahan, atas segala
bantuan dan kerjasama yang diberikan mereka selama akuntan public
melaksanakan pemeriksaannya.
III. MANFAAT MANAGEMENT LETTER
Management letter mempunyai banyak manfaat untuk klien tetapi untuk KAP dan
staf (anggota tim pemeriksa) dari KAP, antara lain:
1. Untuk klien:
1. dapat mengetahui kelemahan-kelemahan yang terdapat dalam
pengendalian intern perusahaannya dalam mengambil tindakan-tindakan
perbaikan untuk mengatasi kelemahan-kelemahan tersebut, berdasarkan
saran-saran yang diberikan dalam managemen letter, sehingga bisa
mengurangi kemungkinan terjadinya kesalahan dan kecurangan di dalam
perusahaan.
2. Untuk KAP :
1. menjadikan nama kantor akuntan public menjadi bertambah baik, karena
disamping laporan pemeriksaan akuntan, juga memberikan management
letter yang sangat bermanfaat bagi perusahaan.
2. jika manajemen perusahaan puas, tentunya akan menyarankan kepada
teman-teman bisnisnya untuk memakai jasa kantor akuntan public
tersebut.
3. jika teman-teman bisnis tersebut tertarik, tentunya akan menambah
jumlah klien kantor akuntan public.
3. Untuk staf kantor akuntan public (anggota tim pemeriksan):
1. jika klien kantor akuntan public bertambah, tentunya kesejahteraan
pegawai dapat lebih ditingkatkan.
2. mendapat banyak kesempatan untuk mempelajari pengendalian intern
diberbagai macam/jenis perusahaan.
3. mendapat kesempatan untuk
management letter yang baik.
mempelajari
bagaimana
membuat
IV. TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB ANGGOTA TIM AUDIT DALAM
MEMBUAT MANAGEMENT LETTER
Berikut tugas dan tanggung jawab dari masing-masing tim audit (dari KAP)
dalam membuat management letter:
1. Asisten Auditor (Junior Staf)
1. sebagai petugas yang terjun ke lapangan (ke kantor perusahaan) setiap
hari, bertugas mengumpulkan data dan informasi yang terdapat dalam
pengendalian intern perusahaan, baik mengenai kebaikan maupun
kelemahan pengendalian intern.
2. Mendokumentasikan data dan informasi tersebut beserta fotocopy bukti
pendukung dalam kertas kerja pemeriksaan, untuk ditelaah lebih lanjut
oleh senior auditornya.
2. Senior Auditor (Pimpianan Tim Pemeriksa)
a. menelaah kertas kerja pemeriksaan yang dibuat asisten auditor,
khususnya yang berkaitan dengan informasi mengenai kelemahan
pengendalian intern perusahaan.
b. mengumpulkan hal-hal yang bisa dimasukkan dalam management letter,
sekaligus menyusun konsep management letter.
c. mendiskusikan konsep management letter tersebut dengan bagian pajak
dan bagian management service dari kantor akuntan public, untuk
mendapatkan komentar mereka dari segi perpajakan dan system
akuntansi.
d. menyerahkan
konsep
management
letter
kepada
audit
supervisior/manager untuk ditelaah.
e. setelah ditelaah oleh atasan, melakukan perbaikan-perbaikan yang
diperlukan.
3. Audit Supervisor/Manager
a. menelaah dan mengedit konsep management letter, mengusulkan
perbaikan-perbaikan yang diperlukan kepada senior auditor.
b. menyerahkan konsep management letter yang sudah diperbaiki, kepada
audit partner untuk ditelaah.
c. setelah ditelaah audit partner dan diperbaiki (jika ada saran perbaikan dari
audit partner) mendiskusikan konsep management letter tersebut dengan
manajemen perusahaan.
d. melaporkan kepada audit partner mengenai hasil diskusi dengan
manajemen perusahaan, dan meminta persetujuan audit partner jika ada
saran perubahan dari manajemen perusahaan.
e. memerintahkan konsep terakhir management letter untuk difinalisasi.
4. Audit Partner
a. menelaah dan mengedit konsep management letter yang diterima dari
audit manager dan mendiskusikannya dengan audit manager dan “jika
perlu” dengan audit senior.
b. mengembalikan konsep tersebut berikut saran-saran perbaikan “jika ada”
kepada audit manager.
c. menelaah kembali konsep yang sudah diperbaiki, kemudian meminta
audit manager untuk mendiskusikannya dengan manajemen perusahaan.
d. membahas dengan audit manager, hasil diskusi konsep management
letter yang telah dilakukan oleh audit manager dengan manajemen
perusahaan.
e. menandatangani management letter yang final untuk dikirimkan kepada
manajemen perusahaan.
Dari pembahasan tersebut diatas dapat ditarik beberapa kesimpulan:
a. Management Letter merupakan suatu alat komunikasi antara kantor
akuntan public dengan maajemen perusahan yang diaudit, mengenai
pengendalian intern dan kelemahan-kelemahan yag terdapat dalam
pengendalian intern perusahaan.
b. Management Letter merupkan dokumentasi tertulis mengenai kelemahan
pengendalian intern yang pernah dibicarakan dan disarankan perbaikan
kepada klien. Sehingga jika dikemudian hari ada kecurangan yang
merugikan perusahan karena kelemahan pengedalian intern yang belum
diperbaiki, akuntan public tidak bisa disalahkan.
c. Management Letter bermanfaat baik bagi perusahan yang diaudit, kantor
akuntan public, maupun staf kantor akuntan public.
d. Management Letter dapat merupakan”iklan tidak langsung” bagi kantor
akuntan public.
e. Semua kantor akuntan public harus membiasakan diri untuk memberikan
management letter yang baik dan bermanfaat bagi kliennya.
POLITEKNIK LP3I BANDUNG
SATUAN ACARA PENGAJARAN
(SAP)
MATA KULIAH
KODE MATA KULIAH
KREDIT
PERTEMUAN
: AUDITING
:
: 2 SKS
: 19
No.
TUJUAN PEMBELAJARAN
KHUSUS
POKOK BAHASAN DALAM
MATA PELAJARAN
SUB POKOK BAHASAN
METODE
MEDIA
WAKTU
DAFTAR
PUSTAKA
1
2
3
4
5
6
7
8
19
Mahasiswa dapat memahami
internal audit dan perbedaannya
dengan External Audit
Internal audit
Pengertian Audit
Perbedaan internal audit dengan
external audit
Departemen internal audit yang efektif
Pengertian error, collusion and fraud
Temuan pemeriksaan intern dan
laporan internal audit
1 kali
tatap
muka
BUKU REFERENSI :
1. Auditing: Pemeriksaan Akuntan, buku 1& buku II, Edisi kedua: Sukrisno Agoes lembaga Penerbit FE-UI, Jakarta, 1999. ( buku wajib).
2. Auditing an integrated approach: Alvin A Arrens and James Loebeck, five Edition
3. Standar pemeriksaan Akuntan Public
Sukrisno Agoes:
buku 11,
PERTEMUAN
23
PERTEMUAN XIX
INTERNAL AUDIT
A. Pengertian Internal Auditor
Internal Auditor ialah orang atau badan yang melaksanakan aktivitas internal
auditing. Oleh sePERTEMUAN itu Internal Auditor senatiasa berusaha untuk
menyempurnakan dan melengkapi setiap kegiatan dengan penilaian langsung
atas setiap bentuk pengawasan untuk dapat mengikuti perkembangan dunia
usaha yang semakin kompleks. Dengan demikian Internal Auditing muncul
sebagai suatu kegiatan khusus dari bidang akuntansi yang luas yang
memanfaatkan metode dan teknik dasar dari penilaian.
Dengan demikian pemeriksa Intern (Internal Auditor) harus memahami sifat dan
luasnya pelaksanaan kegiatan pada setiap jajaran organisasi, dan juga
diarahkan untuk menilai operasi sebagai tujuan utama. Hal ini berarti titik berat
pemeriksaan yang diutamakan adalah pemeriksaan manajemen. Pemeriksaan
ini dapat dilakukan dengan memahami kebijaksanaan manajemen (direksi),
ketetapan rapat umum pemegang saham, peraturan pemerintah dan peraturan
lainnya yang berkaitan.
Supaya pengertian auditor dapat menjadi lebih jelas maka sebelum
membicarakan lebih lanjut tentang pengertian Internal Auditor terlebih dahulu
penulis menguraikan pengertian Internal Control (pengawasan intern),
sePERTEMUAN pembahasan selanjutnya berkaitan erat dengan pengawasan
intern. Pengawasan intern mempunyai peranan yang sangat penting bagi suatu
organisasi perusahaan. Pengawasan intern merupakan alat yang baik untuk
membantu manajemen dalam menilai operasiperusahaan guna dapat mencapai
tujuan usaha. AICPA (American Institute of Certified Public Accountants)
memberikan pengertian Internal Control sebagai berikut :
Internal control comprises the plan of organization and all of the coordinated
methods and measures adopted within a business to safeguad its cassets, chek
the accuracy and realibility of its accounting data,promate operational efficieny,
and encourage adhrence to prescribed manegerial policies.
Atau jika diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia akan tampak sebagai berikut
: Pengawasan Intern meliputi susunan organisasi dan semua metode serta
ketentuan yang terkoordinir dan dianut dalam perusahaan untuk melindungi
harta benda miliknya, memeriksan kecermatan dan seberapa jauh data
akuntansi dapat dipercaya, meningkatkan efisiensi usaha dan mendorong
ditaatinya kebijaksanaan perusahaan yang telah digariskan.
Sesuai dengan defenisi diatas, maka dalam arti sistem pengawasan intern
mecakup pengawasan yang dapat dibedakan atas pengawasan yang bersifat
akuntansi dan administratif.
a. Pengawasan akuntansi meliputi rencana organisasi dan semua cara dari
prosedur yang terutama menyangkut dan berhubugan langsung dengan
pengamanan harta benda dan dapat dipercayainya catatan keuangan
(pembukuan). Pada umumnya pengawasan akuntansi meliputi sistem
pemberian wewenang (otorisasi) dan sistem persetujuan pemisahaan antara
tugas operasional, tugas penyimpanan harta kekayaan dan tugas
pembukuan, pengawasan fisik dan pemeriksaan intern (internal audit).
2. Pengawasan administratif meliputi rencana organisasi dan semua cara dan
prosedur yang terutama menyangkut efisiensi usaha dan ketaatan terahadap
kebijaksanaan pimpinan perusahaan yang pada umumnya tidak lansung
berhubungan dengan pembukuan (akuntansi). Dalam pengawasan
administratif termasuk analisa statistik, time and motion study, laporan
kegiatan, program latihan pegawai dan pengawasan mutu.
Dari defenisi diatas mengenai pengertian sistem pengawasan intern maka jelas
betapa pentingnya peranan sistem itu dalam rangka tercapainya tujuan usaha
secara efektif dan efisien. Dengan perkataan lain pengertian tersebut
mengandung arti bahwa tujuan pengawasan intern menjamin pemakaian
kekayaan pemakaian kekayaan perusahaan yang telah ditetapkan.
Sistem internal control yang baik tidak dapat menjamin tidak adanya
penyimpangan kecurangan dan pemborosan dalam suatu perusahaan, apabila
orangorang yang melaksanakan kegiatan tersebut tidak selalu bertindak sesuai
dengan prosedur yang telah ditetapka. Usaha untuk melaksanakan sistem intern
control yang baik adalah dilaksanakan sistem internal control yang baik adalah
dilaksanakannya pemeriksaan yang teratur oleh pimpinan perusahaan dengan
membuatu suatu departemen / bagian yang disebut departemen Internal
Auditing.
Semakin berkembanya satuan-satuan usaha ekonomis, baik ditinjau dari unitunit
operasi maupun struktur organisasi menurut suatu sistem manajemen yang lebih
baik, dengan mempekerjakan pekerja atau karyawan yang sesuai dengan
keahliannya pada berbagai bidang tingkat unit operasi dan tempat yang berbeda
pula. Dengan bertambah kompleksnya tugas-tugas manajemen, maka mereka
tidak mampu melakukan pengawasan dan koordinasi yang efektif untuk seluruh
perusahaan. Oleh karena itu manajemen perlu dibantu oleh suatu unit yang
khusus mengenai dan menelaah prosedur-prosedur dan operasi perusahaan.
Dengan adanya departemen Internal Audit, diharapkan akan dapat membantu
anggota manajemen dalam berbagai hal, seperti menelaah prosedur operasi dari
berbagai unit dan melaporkan hal-hal yang menyangkut tingkat kepatuhan
terhadap kebijasanaan pimpinan perusahaan, efisiensi, unit usaha atau
efektifitas sistem pengawasan intern. Hal inilah yang melatar belakangi timbulnya
spesialisasi bidang pemeriksaan intern, yang menuntut tidak hanya keahlian
dalam bidang akuntansi tetapi juga keahlian bidang lainnya.
Meskipun dunia usaha sekarang ini mempunyai perhatian yang semakin
meningkat terhadap sistem pengawasan intern yang baik, tetapi pengawasan
intern tersebut tidaklah dapat berlaku secara universil, suatu sistem yang baik
untuk suatu perusahaan belum tentu baik untuk perusahaan lain meskipun
perusahaan itu termasuk dalam bidang usaha yang sejenis. Namun beberapa
ciri-ciri sistem pengawasan intern yang memadai adalah adanya empat unsur
seperti berikut ini:
1. Suatu bagan organisasi yang menungkinkan pemisahan fungsi secara
tepat.
2. Sistem pemberian wewenang serta prosedur pencatatan yang layak agar
tercapai pengawasan akuntansi yang cukup atas aktiva, hutang-hutang,
hasil dan biaya.
3. Praktek yang sehat harus diikuti dalam melaksanakan tugas dan fungsi
setiap bagian organisasi.
4. Pegawai-pegawai yang kualitasnya seimbang dengan tanggung jawab.
Keempat unsur ini yang masing-masing sama pentingnya merupakan dasar
pengawasan intern yang baik kelemahan yang menyolok dalam salah satu
diantaranya dapat menghambat tujuan sistem itu sendiri. Dengan sistem
pengawasan intern yang memenuhi syarat sebagaimana dalam mencapai
tujuannya. Namun demikian tujuan pengawasan intern hanya akan tercapai
apabila pelaksanaanya semua prosedur, metode dan teknik yang menjadi unsur
dari sistem itu sendiri bener-benar sesuai dengan semestinya. Untuk menjaga
agar pelaksanaan itu benar dikerjakan maka perusahaan yang cukup besar
umumnya memerlukan suatu bagian khusus yang disebut bagian pemeriksa
intern (Internal Auditing Departement). Bagian ini mempunyai tugas antara lain
untuk meneliti dan mengawasi apakah sistem pengawasan intern tetap
memenuhi fungsinya dengan mengadakan pemeriksaan yang kontinue di dalam
perusahaan.
Petugas yang memimpin ini untuk melakukan pemeriksaan itu disebut dengan
pemeriksaan intern (Internal Auditor). DaIam melaksanakan pemeriksaan
Internal Auditor akan menyelidiki dan meneliti keefektifan sistem pengawasan
yang ada. Dengan mengadakan penelitian terhadap pengawasan intern secara
berkesinambungan akan dapat diketahui apakah berbagai depertemen atau unit
lainnya dalam perusahaan telah melaksanakan fungsinya dengan baik atau
belum. Jadi pemeriksaan intern yang dilakukan oleh internal auditor adalah
merupakan suatu alat pengawasan yangpenting untuk mengukur dan menilai
keefektifan pengawasan-pegawasan yang ada di dalam perusahaan.
Beberapa pendapat mengenai pengertian Internal Auditing juga diberikan oleh
beberapa penulis. Berikut ini adalah salah satu diantaranya, yang memberikan
batasan pengertian Internal Auditing sebagai berikut:
Status aktivitias penilaian yang bebas atau indnpenden dalam organisasi
perusahaan untuk meneliti kembali dalam bidang akuntansi, keuangan clan
bidang-bidang lain sebagai dasar memberikan servis pada manajemen.
Dari pengertian singkat diatas, dapat dilihat penekanan utama pengertian
Internal Auditing adalah untuk memberikan servis / jasa kepada manajemen.
B. Fungsi dan Tuiuan Internal Auditing.
Seperti telah dikemukakan bahwa Internal Auditing merupakan salah satu unsur
daripada pengawasan yang dibina oleh manejemen, dengan fungsi utama
adalah untuk menilai apakah pengawasan intern telah berjalan sebagaimana
yang diharapkan.
Adapun fungsi Internal Auditing secara menyeluruh mengenai pelaksanaan kerja
Intern telah berjalan sebagaimana yang diharapkan. Adapun fungsi Internal
Auditing secara menyeluruh mengenai pelaksanaan kerja Internal Auditing dalam
mencapai tujuannya adalah:
1. Membahas dan menilai kebaikan dan ketepatan pelaksanaan pengendalian
akuntansi, keuangan serta operasi.
2. Meyakinkan apakah pelaksanaan sesuai dengan kebijaksanaan, rencana dan
prosedur yang ditetapkan.
3. Menyakinkan apakah kekayaan perusahaan/organisasi dipertanggung
jawabkan dengan baik dan dijaga dengan aman terhadap segala
kemungkinan resiko kerugian.
4. Menyakinkan tingkat kepercayaan akuntansi dan cara lainnya yang
dikembangkan dalam organisasi.
5. Menilai kwalitas pelaksanaan tugas dan tanggung jawab yang telah
dibebankan.
Dari penjelasan diatas, bahwasanya tujuan dan luas pemeriksaan intern tersebut
dalam membantu semua anggota manajemen dalam pelaksanaan tugasnya
secara efektif dengan menyediakan data yang objektif mengenai hasil analisa,
penilaian, rekomendasi, dan komentar atas aktivitas yang diperiksanya.
SePERTEMUAN itu internal auditing haruslah memperhatikan semua tahaptahap dari kegiatan perusahaan dimana dia dapat memberikan jasa-jasanya
dalam rangka usaha pencapaian tujauan perusahaan.
Adapun tujuan Internal Auditing yang dikemukanan oleh ahli yang lain adalah:
Membantu manajemen untuk mendapatkan administrasi perusahaan yang
paling efisien dengan memuat kebijaksanaan operasi kerja perusahaan.
Menentukan kebenaran dari data keuangan yang dibuat dan kefektifan
dari prosedur intern.
Memberikan dan memperbaiki kerja yang tidak efisien.
Membuat rekomendasi perubahan yang diperlukan dalam beberapa fase
kerja.
Menentukan sejauh mana perlindungan pencatatan dan pengamanan
harta kekayaan perusahaan terhadap penyelewengan.
Menetukan tingkat koordinasi dan kerja sama dari kebijaksanaan
manajemen.
C. Posisi Internal Auditor Dalam Struktur Organisasi.
Secara garis besar ada tiga alternatif posisi atau kedudukan dari Internal Auditor
dalam struktur organisasi perusahaan yaitu:
1. Berada dibawah Dewan Komisaris.
Dalam hal ini star internal auditing bertanggung jawab pada Dewan Komisaris. lni
disePERTEMUANkan karena bentuk perusahaan membutuhkan pertanggung
jawaban yang lebih besar, termasuk direktur utama dapat diteliti oleh internal
auditor. Dalam cara ini, bagain pemeriksa intern sebenarnya merupakan alat
pengendali terhadap performance manajemen yang dimonitor oleh komisiaris
perusahaan. Dengan demikian bagian pemeriksa intern mempunyai kedudukan
yang kuat dalam organisasi.
2. Berada dibawah Direktur Utama.
Menurut sistem ini star internal auditor bertanggung jawab pada direktur utama.
Sistem ini biasanya jarang dipakai mengingat direktur utama terlalu sibuk dengan
tugas-tugas yang berat. Jadi kemungkinan tidak sempat untuk mempelajari
laporan yang dibuat internal auditor.
3. Berada dibawah Kepala Bagian Keuangan.
Menurut sistem ini kedudukan internal auditor dalam struktur organisasi
perusahaan berada dibawah koordinasi kepala bagian keuangan. Bagian Internal
auditor bertanggung jawab sepenuhnya kepada kepala keuangan atau ada yang
menyebutnya sebagai Controller. Tapi perlu juga diketahui bahwa biasanya
kepala bagian keuangan tersebut bertanggung jawab juga pada persoalan
keuangan dan akuntansi. Apabila posisi atau kedudukan internal auditor itu perlu
digambarkan dalam skema maka letak kedudukannya dalam struktur organisasi
perusahaan.
Mana yang terbaik dari ketiga alternatif tersebut. Hal ini tergantung pada tujuan
yang hendak dicapai. Bila perusahaan sangat menekankan pada pengendalian
keuangan saja, maka pola penempatan pemeriksaan intern seperti pada
alternatif ketiga yang paling cocok. Namun kalau diingat betapa pentingnya
peranan bagian pemeriksa intern sebagai alat untuk memonitor performance
manajemen dalam mengelola kegiatan serta sumbernya secara efektif dan
efisien, maka pola penempatan bagian pemeriksa intern sebagai star komisaris
paling tepat. Jadi yang paling indeal bagian pemeriksa intern menerima perintah
penugasan dari pimpinan tertinggi yaitu Direktur Utama dan hasil laporan
pemeriksaan diserahkan untuk dianalisa direktur keuangan, dan hasil
pengamatannya.
Kedudukan atau posisi internal auditor dalarn struktur organisasi perusahaan
mempengaruhi luasnya aktivitas fungsi yang dapat dijalankan dan dipengaruhi
independensi dalam melaksanakan fungsinya. Seperti telah dijelaskan
sebelumnya semakin tinggi kedudukan internal auditor dalam struktur organisasi
perusahaan mempengaruhi luasnya aktivitas fungsi yang dapat dijalankan dan
mempengaruhi indenpendensi dalam melaksanakan fungsinya.
D. Laporan Internal Auditor.
Laporan internal auditor merupakan sarana pertanggung jawaban internal auditor
atas penugasan pemeriksaan oleh pimpinan. Melalui laporan ini internal auditor
akan mengungkapkan dan menguraikan kelemahan yang terjadi dan
keberhasilan yang dapat dicapai.
1. Pemeriksaan.
Sebelum membuat laporan, internal auditor terlebih dahulu mengadakan
pemeriksaan terhadap bagian yang diperiksa. Dalam melaksanakan internal
auditor terlebih dahulu menyusun rencana kerja periksaan yang disetujui
pimpinan perusahaan.
Berdasarkan rencana kerja pemeriksaan yang telah disusun dan disetujui Direksi
atau berdasarkan informasi yang diperoleh baik yang dari dalam maupun dari
luar tentang adanya suatu penyelewengan yang akan merugikan kepentingan
perusahaan, maka star internal auditing (auditor) akan mengadakan usulan
pemeriksaan kepada manajemen. Dalam usulan pemeriksaan, star internal
auditing hendaknya memberikan pertimbangan-pertimbangan yang beralasan,
yang menjadi dasar usulan pemeriksaan yang dilakukan. Disamping itu setiap
usulan pemeriksaan harns dapat menggambarkan kepada manajemen jumlah
waktu dan biaya yang dibutuhkan dan susunan auditor yang akan melaksanakan
tugas tersebut.
Sebagai dasar untuk melakukan suatu pemeriksaan, star internal auditor harus
memperoleh sural penugasan yang dibuat oleh Direksi atau yang ditunjuk untuk
itu. Surat penugasan ini merupakan suatu bentuk bukti persetujuan Direksi untuk
melaksanakannya tugas pemeriksaan dan bahwa program pemeriksaannya
telah dapat dilaksanakannya. Agar pelaksanaan dilapangan dapat berjalan
dengan lancar perlu persiapan, sebagai berikut:
Pengumpuian data/informasi yang menjadi dasar usulan pemeriksaan.
Kertas-kertas keIja pemeriksaan (working paper), kertas keIja ini merupakan
alat yang dapat dipergunakan oleh staf-stafinternal auditing untuk
menghimpun
Auditing program setiap rencana pemeriksaan perlu disusun terlebih dahulu
program pemeriksaan yang menggambarkan langkah-langkah apa yang
harus
dilakukan oleh staf internal auditing tersebut.
Peralatan lain-lain yang dapat membantu memperlancar jalannya
pemeriksaan hendaknya dipersiapkan dengan baik
2. Laporan.
Setelah melakukan pemeriksaan, internal auditor menyusun laporan kepada
pihak manajemen. Adapun bentuk penyajian laporan dapat berupa:
a. Tertulis (Written).
o Tabulasi
o Laporan akuntansi formal
o Statistik
o Uraian atau paparan singkat
o Grafik
o Suatu kombinasi dari berbagai bentuk diatas.
b. Lisan
o Presentasei formal group, ini dapat meliputi penggunaan berbagai alat
visual.
o Konferensi individual.
Dalam laopran tertulis, data disampaikan secara lengkap dan menyeluruh
(konprehensif). Sementara lisan dapat berupa pemaparan atas hal-hal yang
dianggap perlu ditonjolkan dan cenderung informasi yang disampaikan tidak
menyeluruh. Agar laporan internal auditor informatif, maka sebaiknya laporan
tersebut memenuhi beberapa unsur yang menjadi dasar bagi penyusunan
laporan. Menurut "Norma Pemeriksaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara"
pada point norma pelopor yang disusun oleh Bapeka khususnya pada norma
pelopor, point tiga, disebutkan:
Tiap laporan harus :
Menerangkan dengan jelas ruang lingkup dan tujuan pemeriksaan.
Dibuat seringkas mungkin, akan tetapi harus jelas dan cukup lengkap, agar
dapat dimengerti oleh pihak yang menggunakannya.
Manyajikan fakta-fakta dengan teliti, lengkap dan layak, apabila terdapat
suatu penyimpangan atau kesalahan, sedapat mungkin dijelaskan sebab dan
akibatnya.
Menyajikan pendapat dan kesimpulan pemeriksa secara objektif dan dalam
bahasa yang jelas dan sederhana.
Semata-mata membuat informasi yang didasarkan pada fakta pendapat
dan kesimpulan yang di dalam kertas kerja didukung oleh bukti yang memadai.
Sedapat mungkin membuat rekomendasi pemeriksa sebagai dasar untuk
pengambilan tindakan untuk mengusahakan kebaikan.
Lebih mengutamakan usaha-usaha perbaikan daripada kecaman.
Selain sebagai pedoman yang diungkapkan sebelumnya, khusus dalam
penyajian dalam laporan tertulis, internal auditor perlu memperhatikan beberapa
prinsip penyajia. Prinsip penyajian tersebut lebih dikenal dengan prinsip 10
(sepuluh). Hal ini perlu diperhatikan dengan maksud agar laporan mudah
dimengerti dan informasi yang terkandung didalamnya mudah diserap.
Prinsip-prinsip tersebut adalah:
a. Correct, penyajian harus tepat dan benar.
b. Complete, disajikan secara lengkap.
c. Concise, penyajian sesingkat mungkin.
d. Clear, informasi yang disampaikan harus jelas.
e. Comprehensive, laporan harus bersifat menyeluruh.
f. Comperative, sedapat mungkin laporan harus diperbandingkan.
g. Conciderate, informasi yang disajikan harus relevan.
h. Celerity, laporan harus selesai pada waktunya.
i. Candid, laporan harus objektif.
j. Coordinate, laporan harus dapat dikoordinasikan dengan laporan-laporan
lainnya.