PENGARUH SELF-EFFICACY TERHADAP KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA
Tania Nur Hanifah, Ajang Mulyadi, Heraeni Tanuatmodjo
ajangmulyadi@upi.edu
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran self-efficacy siswa,
kemandirian belajar siswa, serta pengaruh self-efficacy terhadap kemandirian
belajar siswa kelas XI Akuntansi tahun ajaran 2016/2017 dalam mata pelajaran
Akuntansi Keuangan di SMK Negeri 1 Bandung. Penelitian ini menggunakan
metode deskriptif dan verifikatif. Teknik pengumpulan data berupa angket yang
disebarkan kepada seluruh populasi siswa kelas XI Akuntansi tahun ajaran
2016/2017 di SMK Negeri 1 Bandung yang berjumlah 105 orang. Angket selfefficacy tersusun dari 28 item pernyataan dengan 11 alternatif jawaban dan
angket kemandirian belajar tersusun dari 19 item pernyataan dengan 5 alternatif
jawaban. Uji normalitas menggunakan rumus uji Kolmogorov-Smirnov dan
analisis korelasi menggunakan rumus Pearson product moment. Seluruh
pengolahan data menggunakan software Microsoft Statistical Product and
Service Solution (SPSS) versi 23.0. Dari perhitungan uji t diketahui thitungttabel ,
sehingga ditarik kesimpulan bahwa self-efficacy berpengaruh postitif terhadap
kemandirian belajar siswa kelas XI Akuntansi tahun ajaran 2016/2017 dalam
mata pelajaran Akuntansi Keuangan di SMK Negeri 1 Bandung.
Kata Kunci: Self-efficacy, kemandirian belajar
Pendahuluan
Mata pelajaran Akuntansi
Keuangan
sebagian
besar
melibatkan kemampuan siswa dalam
berhitung. Hal ini cenderung akan
menimbulkan efek jenuh terhadap
siswa
dan
tentu
dapat
mempengaruhi konsentrasi siswa
saat menerima pelajaran. Jika hanya
terpaku pada guru sebagai pendidik
dan proses pembelajaran yang
terjadi di kelas, proses belajar siswa
akan terhambat. Untuk itu diperlukan
kegiatan
belajar
intensif
dan
kesadaran dari dalam diri siswa
akan
pentingnya
menerapkan
kemandirian
belajar
untuk
meningkatkan
hasil
belajar.
Sumarmo (2006:5), menyatakan
bahwa :
Dengan kemandirian, siswa
cenderung belajar lebih baik,
mampu
memantau,
mengevaluasi, dan mengatur
belajarnya secara efektif,
menghemat waktu secara
efisien,
akan
mampu
mengarahkan
dan
mengendalikan diri sendiri
dalam berpikir dan bertindak,
serta
tidak
merasa
bergantung pada orang lain
secara emosional.
Tingginya
tingkat
kemandirian belajar dapat diartikan
bahwa
siswa
menerapkan
pengaturan diri dengan baik karena
tidak bergantung pada bantuan
maupun arahan dari pihak lain
dalam melakukan kegiatan belajar.
Sebaliknya, kemandirian belajar
yang rendah dapat berpengaruh
pada rendahnya hasil belajar siswa.
Karena, siswa dengan tingkat
49
data penelitian diketahui
kemandirian belajar rendah dapat
bahwa siswa SMK belum
dikatakan memiliki pengaturan diri
mencapai
kemandirian
yang
kurang
baik,
sehingga
belajar secara optimal yakni
cenderung mengandalkan arahan
60,5% sedangkan siswa
maupun bantuan dalam melakukan
yang
telah
mencapai
kegiatan belajar, serta mengikuti
kemandirian belajar secara
jalannya kegiatan belajar tanpa
optimal yakni sebesar 39,6%.
menyadari kegiatan belajar seperti
Hal ini menunjukkan bahwa
apa yang diperlukan sesuai dengan
tingkat kemandirian belajar
kebutuhan dirinya.
siswa secara umum belum
Fenomena
rendahnya
mencapai taraf yang optimal.
kemandirian belajar diketahui masih
Wastono
(2015)
yang
terdapat pada siswa kelas X dalam
melakukan penelitian terhadap SMK
mata pelajaran Fisika di salah satu
Negeri di Kulon Progo menyatakan
SMA Negeri Kota Bandung. Hasil
bahwa kemandirian belajar siswa
Pra-penelitian yang dilakukan oleh
kelas X Jurusan Teknik Pemesinan
Saefullah dkk (2013) menunjukkan
pada mata diklat Teknologi Mekanik
bahwa hanya sekitar 36,4% siswa
masih rendah. Hal ini dibuktikan
yang
merasa
secara
penuh
dengan hasil pra-penelitian yang
memperhatikan
proses
menyatakan hanya sebesar 17%
pembelajaran; 15,1% yang secara
siswa bertanggung jawab atas
penuh bertanggung jawab dalam
permasalahan yang ada; sebesar
mengerjakan pekerjaan rumah (PR);
32% mampu disiplin dalam proses
sekitar 6,1% siswa yang secara aktif
belajar mengajar; dan sebesar 14%
mengikuti pembelajaran; dan sekitar
siswa yang mampu untuk aktif dan
9,1% siswa berinisiatif mempelajari
kreatif.
Fisika di rumah. Hal ini berdampak
Rendahnya
kemandirian
buruk bagi kemajuan siswa dalam
belajar siswa khususnya dalam mata
proses pembelajaran, karena dalam
pelajaran
Akuntansi
Keuangan
penelitian tersebut dijelaskan bahwa
masih terdapat di SMK Negeri 1
hasil belajar siswa khususnya pada
Bandung (SMKN 1 Bandung) yang
ranah kognitif dalam mata pelajaran
merupakan salah satu SMK dengan
Fisika yang mendapat peringkat
konsentrasi Bisnis dan Manajemen.
terbawah jika dibandingkan dengan
Hal ini dapat dilihat dari data yang
mata pelajaran lainnya. Selain itu,
diperoleh dengan mengukur tingkat
penelitian yang dilakukan oleh
kemandirian
belajar
siswa
Nurrani (2009) yang dilakukan pada
menggunakan
indikator
yang
144 orang siswa kelas XI SMKN 1
dikembangkan oleh Zimmermann
Katapang menyatakan bahwa:
(1989:4) yaitu: (1) Timbulnya
Secara umum siswa SMK
kesadaran
akan
pentingnya
memiliki tingkat kemandirian
pengaturan diri;
(2) Memantau
belajar yang tersebar pada
efektivitas belajar; (3) Adanya harga
setiap kategori yaitu tinggi
diri; (4) Memiliki konsep diri; dan (5)
sekali sebesar 1,39%; tinggi
Adanya
aktualisasi
diri.
Data
sebesar
38,2%;
sedang
disajikan dalam tabel sebagai
sebesar
41%;
rendah
berikut:
sebesar 17,4%; dan rendah
sekali sebesar 2,08%. Dari
Tabel 1
Persentase Tingkat Kemandirian Belajar Siswa
50
Kelas XI Akuntansi tahun ajaran 2016/2017
Dalam mata pelajaran Akuntansi Keuangan
Di SMK Negeri 1 Bandung
PERSENTASE
SEDANG RENDAH
NO
.
KLS
JUMLAH
SISWA
TINGGI
1
XI AK 1
35 Orang
28,6%
34,3%
37,1%
2
3
XI AK 2
35 Orang
XI AK 3
35 Orang
RATA-RATA
28,6%
28,6%
28,6%
42,9%
37,1%
38,1%
28,6%
34,3%
33,3%
seharusnya memudahkan siswa
untuk memperoleh informasi dari
berbagai sumber belajar dengan
mengerahkan
kemampuan
dan
keterampilannya.
Dari data di atas dapat
dilihat masih terdapat siswa dengan
persentase kemandirian belajar yang
rendah. Hal ini menjadi fenomena
yang
perlu
diteliti,
karena
kemandirian belajar merupakan
sikap pribadi yang diperlukan oleh
setiap siswa sebagai peserta didik
sebagai
upaya
yang
dapat
mendukungnya dalam meraih tujuan
yang diharapkan. Hidayati dan
Listyani (2010) mengatakan bahwa
kemandirian belajar menjadi syarat
untuk membentuk lulusan yang
profesional.
Nilson
(2013:3)
mengemukakan bahwa rendahnya
kemandirian
belajar
dapat
menghambat kemajuan siswa dalam
sistem pembelajaran. Karena, hal
tersebut dapat berdampak pada
rendahnya hasil belajar siswa dan
menjadi
hambatan
untuk
melanjutkan proses pembelajaran
selanjutnya.
Rendahnya
kemandirian belajar pada siswa juga
dapat melemahkan kemampuan
siswa dalam mengevaluasi hasil
yang telah diperoleh sebagai acuan
dalam menyusun strategi belajar
guna meningkatkan hasil belajarnya.
Selain itu, kemandirian belajar yang
rendah dapat mempengaruhi siswa
untuk terbiasa bergantung pada
arahan maupun bantuan dari pihak
lain dalam mengatur kegiatan belajar
dan
sumber
belajar
tertentu.
Mengingat siswa saat ini telah
didukung
dengan
berbagai
kemajuan
di
bidang
ilmu
pengetahuan
dan
teknologi,
Landasan Teori
Teori kognitif sosial yang
dikembangkan
oleh
Bandura
(1997:9)
mengemukakan bahwa
perilaku manusia sebagian besar
ditentukan oleh sikap individu
daripada lingkungan. Siswa sebagai
individu yang hidup di lingkungan
sosial dipengaruhi oleh karakteristik
lingkungan
yang
membuatnya
terdorong
untuk
berkembang.
Adanya
dorongan
untuk
berkembang dapat memberikan
perubahan baik dalam sikap, cara
berpikir, maupun cara pandangnya
dalam menentukan langkah-langkah
untuk mencapai tujuannya. Ormrod
(2008:3) menyebutkan bahwa:
Teori
kognitif
sosial
pendidikan
merupakan
perspektif
teoritis
yang
berfokus pada bagaimana
orang
belajar
dengan
mengamati orang lain dan
bagaimana dalam proses itu
mereka mulai memegang
kendali atas perilaku mereka
sendiri.
Siswa
yang
memegang
kendali atas kegiatan belajarnya
dapat mengatur aktivitas belajar
yang meliputi pemilihan kegiatan
belajar maupun strategi belajarnya
51
pada diri sendiri, tidak
mengharapkan pengarahan
orang lain, dan bahkan
berusaha untuk menangani
masalahnya sendiri tanpa
bantuan orang lain; (2)
Autonomi, yaitu menetapkan
hak dan mengurus sendiri
atau
disebut
juga
kecenderungan berperilaku
bebas dan original; dan (3)
Self-reliance
merupakan
perilaku yang didasarkan
pada kepercayaan diri.
tanpa bergantung pada arahan
orang lain. Hal ini sejalan dengan
penerapan kemandirian belajar.
Menurut
Zimmerman
(1989:4),
kemandirian
belajar
dapat
digambarkan melalui tingkatan atau
derajat yang meliputi keaktifan
berpartisipasi
baik
itu
secara
metakognisi, motivasional, maupun
perilaku dalam proses belajar.
Kemandirian belajar perlu untuk
ditingkatkan mengingat siswa harus
dapat mengatur diri agar dapat
mencapai
hasil
belajar
yang
diharapkan, maka perlu diketahui
hal-hal yang dapat mempengaruhi
kemandirian belajar siswa. Menurut
Ormrod
(2008:39),
Dalam
membentuk kemandirian belajar,
siswa tidak hanya dituntut untuk
mengatur perilaku, melainkan dapat
mengatur proses-proses mental
mereka sendiri. Lebih lanjut Ormrod
mengemukakan bahwa:
Pembelajar yang mengatur
diri biasanya memiliki selfefficacy yang tinggi
akan
kemampuan
mereka
menyelesaikan suatu tugas
belajar dengan sukses.
Mereka menggunakan banyak
strategi agar tetap terarah
pada tugas, dan memiliki
cara menyenangkan untuk
mengingatkan diri mereka
sendiri
pentingnya
mengerjakan tugas dengan
baik, atau menjanjikan diri
mereka
sendiri
hadiah
tertentu begitu suatu tugas
selesai dikerjakan.
Sikap yang didasarkan pada
kepercayaan diri diantaranya adalah
keyakinan seorang individu bahwa
dirinya mampu untuk melakukan
atau mengusahakan serangkaian
upaya guna mencapai hasil yang ia
harapkan. Hal ini sejalan dengan
pengertian self-efficacy. Zimmerman
(1989:5)
menyebutkan
bahwa
terdapat beberapa faktor yang
menghambat
penerapan
kemandirian belajar, yaitu :
1. Siswa mungkin tidak
percaya bahwa proses
kemandirian belajar yang
berhasil itu diperlukan,
paling
tidak
pada
konteks
pembelajaran
tertentu;
2. Siswa mungkin tidak
percaya bahwa mereka
dapat
berhasil
memperoleh
respon
yang
efektif
dari
penerapan kemandirian
belajar;
3. Siswa mungkin kurang
berkeinginan
untuk
mencapai tujuan atau
hasil
pembelajaran
tertentu
yang
dapat
memotivasi
mereka
untuk
menerapkan
kemandirian belajar.
Goodman
dan
Smart
(1999:42),
menyatakan
bahwa
kemandirian mencakup tiga aspek,
yaitu:
(1)
Independent
(ketidaktergantungan) yang
didefinisikan sebagai perilaku
yang aktifitasnya diarahkan
52
hasil belajar yang optimal. Adanya
self-efficacy yang tinggi pada diri
siswa memungkinkan
timbulnya
kesadaran
untuk
belajar
dan
menerapkan
kegiatan
belajar
mandiri, meliputi pengaturan waktu
belajar, menentukan kegiatan dan
strategi belajar yang cocok untuk
memahami informasi belajar, dan
mengevaluasi hasil belajar.
Penelitian
yang
telah
dilakukan oleh Pintrich dan De Groot
(1990),
mendapati bahwa siswa
yang memiliki kemandirian belajar
menggunakan motivasi instrinsik dan
self-efficacy yang tinggi. Individu
yang memiliki kemandirian belajar
yang tinggi cenderung belajar lebih
baik karena mampu memantau,
mengevaluasi,
dan
mengatur
belajarnya
secara
efektif,
menghemat
waktu
dalam
menyelesaikan tugasnya, mengatur
belajar dan waktu secara efisien.
Hasil penelitian Wibasuri dan Lilyana
(2014)
menunjukkan
bahwa
mahasiswa dengan tingkat selfefficacy yang tinggi menunjukkan
derajat kemandirian belajar yang
tinggi juga. Berdasarkan penjelasan
tersebut, dapat disimpulkan bahwa
kemandirian
belajar
dapat
dipengaruhi oleh self-efficacy.
Kemandirian belajar menjadi
fenomena yang perlu diteliti karena
siswa sebagai peserta didik memiliki
tujuan yang ingin diraih. Dalam hal
belajar, tujuan siswa adalah memiliki
pemahaman yang tinggi tentang
materi pelajaran serta hasil belajar
yang optimal. Terdapat prosesproses yang dapat dijalankan untuk
mendukung siswa dalam mencapai
tujuan tersebut,
yaitu melalui
penerapan kemandirian belajar yang
mengatur kegiatan belajar siswa
tanpa bergantung pada arahan
maupun bantuan pihak lain sehingga
dapat dilakukan secara rutin sesuai
kebutuhan
siswa.
Dengan
Dari faktor-faktor tersebut
adanya rasa tidak percaya dalam diri
siswa menjadi hambatan untuk
menerapkan kemandirian belajar,
sehingga siswa perlu dorongan
keyakinan dalam dirinya bahwa
siswa
mampu
menerapkan
kemandirian belajar untuk mencapai
tujuan yang diharapkan. Sejalan
dengan teori kognitif sosial Bandura
yang menjelaskan bahwa perilaku
manusia sebagian besar ditentukan
oleh individu sendiri daripada
lingkungan, artinya siswa sebagai
seorang individu yang merasakan
hambatan
dalam
menerapkan
kemandirian
belajar
dapat
meningkatkan
kemandirian
belajarnya selama siswa memiliki
keyakinan bahwa dirinya mampu
menerapkan kemandirian belajar
untuk
mencapai
tujuan
yang
diharapkan. Semakin tinggi tingkat
keyakinan yang dimiliki siswa akan
mempengaruhi
tingginya
kemandirian belajar yang diterapkan.
Keyakinan diri yang dimaksud dalam
teori kognitif sosial dalah selfefficacy.
Schunk
(2012:553)
mengemukakan bahwa:
Dalam
menerapkan
kemandirian belajar, siswa
dihadapkan pada berbagai
pilihan,
tergantung pada
proses seperti nilai, tujuan
dan
self-efficacy
siswa.
Seseorang
dengan
selfefficacy yang tinggi akan
percaya dapat menghadapi
segala situasi tertentu dan
cenderung
memandang
masalah maupun situasi
yang sulit sebagai sebuah
tantangan
karena
selalu
memiliki keyakinan untuk
meraih kesuksesan.
Dalam hal belajar, tujuan
yang
hendak
dicapai
adalah
pemahaman materi pelajaran serta
53
Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini, peneliti
menggunakan studi lapangan (field
search) berupa kuisioner/angket.
Dalam hal ini, peneliti memberikan
sejumlah pernyataan dan alternatif
jawaban berkaitan dengan selfefficacy dan kemandirian belajar
yang secara bebas dapat dipilih oleh
siswa
sesuai
dengan
pendapat/pilihannya. Adapun bentuk
angket untuk setiap variabel sesuai
dengan karakteristiknya masingmasing, yang dijelaskan sebagai
berikut:
1. Self-efficacy
a. Item pernyataan dalam angket
self-efficacy dibuat berdasarkan
indikator dalam penelitian yang
dilakukan oleh Fitriani (2016),
yang dikembangkan berdasarkan
dimensi self-efficacy, yaitu level
atau magnitude, strength, dan
generality.
Penyusunan
item
pernyataan disesuaikan berkaitan
dengan kemandirian belajar dan
tuntutan akademik siswa.
b.
Bandura
(2006:312)
mengemukakan bahwa: skala
yang lebih baik digunakan untuk
mengukur self-efficacy adalah 11
respon sikap dengan interval 0–
10
atau
0–100
daripada
menggunakan lima pernyataan
sikap. Angka 0 berarti tidak
mampu, 5 berarti cukup yakin
mampu, 10 berarti sangat yakin
mampu.
2. Kemandirian Belajar
a. Item pernyataan pada variabel
kemandirian
belajar
disusun
berdasarkan
ciri
–
ciri
kemandirian
belajar
yang
terdapat
dalam
Zimmerman
(1989:4), yaitu: (1) Kesadaran
akan pentingnya pengaturan diri;
(2)
Memantau
efektivitas
pembelajaran; (3) Harga diri; (4)
Memiliki konsep diri; dan (5)
Adanya aktualisasi diri
menerapkan kemandirian belajar,
siswa
dapat
meningkatkan
kemampuan dirinya untuk mencapai
tujuan belajar yang diharapkan
secara optimal dan efektif karena
tidak bergantung pada arahan
maupun bantuan dari pihak lain.
Dalam
Akuntansi
Keuangan,
dibahas teori dan praktik yang
menjadi dasar untuk mata pelajaran
Akuntansi lainnya seperti Akuntansi
Perusahaan
Dagang
dan
Komputerisasi Akuntansi. Akuntansi
Keuangan di SMK khususnya
jurusan Akuntansi mulai dipelajari
pada jenjang kelas XI, sehingga
kemandirian belajar siswa dalam
Akuntansi Keuangan di kelas XI
dapat mempengaruhi kualitas belajar
siswa di jenjang berikutnya.
Metode Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah
untuk
mengetahui
bagaimana
gambaran
self-efficacy
dan
kemandirian belajar siswa kelas XI
Akuntansi tahun ajaran 2016/2017
dalam mata pelajaran Akuntansi
Keuangan di SMK Negeri 1
Bandung, dan untuk mengetahui
pengaruh
variabel
self-efficacy
terhadap
variabel
kemandirian
belajar. Untuk itu dalam penelitian
ini digunakan metode deskriptif dan
verifikatif.
Populasi dan Sampel
Populasi yang digunakan dalam
penelitian ini adalah seluruh siswa
kelas XI kompetensi keahlian
Akuntansi tahun ajaran 2016/2017 di
SMK Negeri 1 Bandung yang terdiri
dari 105 siswa
Teknik
sampling
yang
digunakan adalah sampling
jenuh atau dengan istilah lain
adalah sensus. Sampel yang
digunakan adalah seluruh siswa
kelas XI Akuntansi tahun ajaran
2016/2017 yang berjumlah 105
orang.
54
dilakukan
terhadap 20
orang
responden
dengan
tingkat
signifikansi () sebesar 0,05.
b. Skala yang digunakan untuk
mengukur variabel kemandirian
belajar adalah skala numerik
(numerical scale) lima titik
dengan kata sifat berkutub dua
pada kedua ujungnya. Poin satu
adalah terendah dan poin lima
adalah tertinggi.
b)
Uji Validitas
Dalam
penelitian
ini
digunakan rumus Pearson Product
Moment Correlation dengan rumus
sebagai berikut:
𝑛(∑ 𝑋𝑌)−(∑ 𝑋) (∑ 𝑌)
𝑟=
2
2
2
2
Teknik
Analisis
Data
dan
Pengujian Hipotesis
Teknik analisis data untuk
memperoleh hasil sesuai dengan
tujuan penelitian. Dalam penelitian
ini
digunakan
uji
instrumen
penelitian, analisis deskriptif, serta
pengujian hipotesis.
1.
Uji Instrumen Penelitian
a)
Uji Reliabilitas
Rumus
yang
digunakan
dalam penelitian ini adalah rumus
Alpha Cronbach sebagai berikut:
𝑘
√{𝑛(∑ 𝑋 )−(∑ 𝑋) }{𝑛(𝑌 )(∑ 𝑌) }
(Arikunto, 2010:213)
Keterangan:
r
= Koefisien validitas
item yang dicari
X
= Skor yang diperoleh
subjek dari seluruh item
Y
= Skor total
X
= Jumlah skor dalam
distribusi X
Y
= Jumlah skor dalam
distribusi Y
X2
= Jumlah kuadrat
skor dalam distribusi X
Y2
= Jumlah kuadrat
skor dalam distribusi Y
n
=
Banyaknya
responden
𝜎𝑏2
𝑟 = ( ) (1 − 2 )
𝑘−1
𝜎𝑡
(Arikunto, 2010:239)
Keterangan :
r
= Koefisien reliabilitas
instrumen
k
= Banyaknya bukti
penyertaan atau banyak soal
σb2 = Total varians butir
σt 2
= Total varians
Rumus
untuk
mencari
variansnya adalah :
2
𝜎𝑏 =
∑(𝑥)2
]
𝑁
∑ 𝑥 2 −[
𝑁
Bila rhitung>rtabel ( = 0,05)
berarti item tersebut valid dan layak
untuk digunakan dalam angket
penelitian. Sebaliknya, jika rhitungrtabel
item tersebut dinyatakan tidak valid
2.
Pengujian Hipotesis
- Hipotesis Penelitian
Hipotesis penelitian yang
dijabarkan dalam penelitian ini
adalah Self-efficacy berpengaruh
positif terhadap kemandirian belajar.
- Hipotesis Statistik
Untuk mengetahui diterima
atau tidaknya hipotesis penelitian
digunakan
pengujian
dengan
menggunakan
rumus
statistik,
sehingga hipotesis penelitian perlu
diubah menjadi hipotesis statistik.
Riduwan (2008:42)
mengemukakan bahwa hipotesis
statistik
adalah
pernyataan
(Arikunto,
2010:239)
Keterangan :
σb2 = Varians butir
x
= Jumlah skor
N
= Jumlah responden
uji coba
Bila rhitung>rtabel berarti item
tersebut reliabel serta layak untuk
digunakan dalam angket penelitian.
sebaliknya,
jika
instrumen
dinyatakan tidak reliabel, maka item
tersebut tidak dapat dipercaya.
Pengujian
reliabilitas
instrumen dalam penelitian ini
55
diketahui koefisien determinan yang
dapat dicari dengan rumus:
KP
=
r2
x
100%
(Riduwan, 2008:136)
Hasil presentase koefisien
determinasi
diartikan
sebagai
besarnya pengaruh yang diberikan
oleh variabel self-efficacy (X)
terhadap
variabel
kemandirian
belajar (Y), dan selanjutnya dijadikan
acuan untuk menarik kesimpulan
penelitian.
Dengan menggunakan statistik
parametrik,
untuk
menguji
keberartian
koefisien
korelasi
digunakan rumus thitung sebagai
berikut:
𝑡
(Riduwan,
𝑟√𝑛−2
statistik tentang populasi
yang
diteliti.
Dalam
hipotesis
statistik, digunakan hipotesis nol
dengan lambang H0 dan hipotesis
alternatif dengan lambang
H1.
Hipotesis statistik parametrik dalam
penelitian ini dinyatakan sebagai
berikut:
H0: = 0 Self-efficacy tidak
berpengaruh terhadap kemandirian
belajar
siswa
H1: > 0
Self-efficacy
berpengaruh
positif
terhadap
kemandirian
belajar siswa
Namun jika pengujian hipotesis
menggunakan
statistik
nonparametrik, hipotesis statistik nonparametrik dalam penelitian ini
dinyatakan sebagai berikut:
H0: rs = 0 Self-efficacy tidak
berpengaruh terhadap kemandirian
belajar
siswa
H1: rs > 0
Self-efficacy
berpengaruh
positif
terhadap
kemandirian
belajar siswa
Analisis data menggunakan
korelasi Pearson Product Moment
(PPM)
yang
bertujuan
untuk
mengetahui
hubungan
dan
kontribusi variabel self-efficacy (X)
dan variabel kemandirian belajar (Y).
Rumus yang digunakan adalah
sebagai
berikut:
𝑛(∑ 𝑋𝑌)−(∑ 𝑋) (∑ 𝑌)
𝑟=
2
2
2
2
ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔=
√1−𝑟2
2008:137)
Keterangan :
t = Uji signifikansi korelasi;
r = Koefisien korelasi PPM;
n
=
Jumlah
sampel
(responden)
Uji keberartian koefisien korelasi
menggunakan rumus thitung sebagai
berikut:
𝑡
ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔= 𝑟𝑠
√𝑛−2
√1−𝑟𝑠 2
(Lind dkk, 2008:329)
t = Uji signifikansi korelasi;
rs = Koefisien korelasi Rank
Spearman;
n = Jumlah sampel (responden)
Setelah dilakukan pengujian
dengan
menggunakan
rumus
statistik,
selanjutnya
diambil
kesimpulan dengan langkah-langkah
sebagai berikut:
1.
Menentukan ttabel dalam tabel
distribusi t dengan tingkat derajat
kebebasan
(df) = n-2 dan tingkat
signifikansi () sebesar 0,05
2.
Membandingkan
thitung
dengan ttabel untuk menerima atau
menolak
√{𝑛(∑ 𝑋 )−(∑ 𝑋) }{𝑛(𝑌 )(∑ 𝑌) }
(Riduwan, 2008:136)
Keterangan:
r
= Koefisien korelasi
X
= Skor total variabel X
Y
= Skor total variabel Y
n
= Banyaknya anggota
sampel
Selanjutnya,
untuk
mengetahui besarnya variabel selfefficacy (X) mempengaruhi variabel
kemandirian belajar (Y) perlu
56
atau menerima hipotesis,
dengan kriteria sebagai berikut :
Jika,
1. thitung ttabel, maka H0
ditolak dan H1 diterima;
2. thitung ttabel, maka H0
diterima dan H1 ditolak.
3.
Menarik kesimpulan:
1. H0 diterima, berarti selfefficacy tidak berpengaruh terhadap
Hasil penelitian menunjukkan
bahwa
self-efficacy
memiliki
pengaruh sebesar 32,26% terhadap
peningkatan variabel kemandirian
belajar. Artinya, adanya peningkatan
self-efficacy
siswa
dalam
mempelajari
mata
pelajaran
Akuntansi
Keuangan
akan
berpengaruh
pada
peningkatan
kemandirian belajarnya. Selebihnya,
sebesar 67,74% dipengaruhi oleh
faktor lain. Faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi kemandirian belajar
selain self-efficacy yang disebutkan
dalam penelitian ini adalah faktor
perilaku
(self-observation,
selfjudgement, dan self-reaction) dan
faktor lingkungan (modeling)
Hasil penelitian di atas
membuktikan
pendapat
Zimmermann
(1989)
yang
menyebutkan
bahwa
dalam
menerapkan kemandirian belajar,
siswa dipengaruhi oleh rasa tidak
percaya diri bahwa dirinya mampu
menerapkan kemandirian belajar,
sehingga siswa perlu dorongan
keyakinan bahwa dirinya mampu
menerapkan kemandirian belajar
untuk dapat mencapai tujuan yang
telah ditetapkan. Keyakinan tersebut
adalah self-efficacy. Kemandirian
belajar siswa kelas XI Akuntansi
tahun ajaran 2016/2017 dalam mata
pelajaran
Akuntansi
Keuangan
secara umum berada pada kategori
sedang. Hal ini berarti siswa sudah
cukup baik melaksanakan aktivitas
belajar dalam mempelajari Akuntansi
Keuangan dengan menerapkan
pengaturan sendiri tanpa bergantung
pada arahan dari pihak lain, namun
masih perlu ditingkatkan karena
tingkat kemandirian belajar dapat
mempengaruhi
siswa
untuk
mencapai tujuan belajar secara
efektif dan optimal, dalam penelitian
ini khususnya pada mata pelajaran
Akuntansi Keuangan. Siswa dengan
Kemandirian belajar;
2. H1 diterima, berarti selfefficacy
berpengaruh
positif
terhadap
Kemandirian belajar.
Hasil dan Pembahasan
Pembahasan
ini
disusun
berdasarkan
hasil
penyebaran
angket dan interpretasi pengolahan
data yang diperoleh dari lapangan
untuk mengetahui hasil penelitian
sesuai dengan teori yang digunakan
serta tujuan yang telah dijabarkan.
Variabel
self-efficacy
diukur
menggunakan 7 indikator yang
terbagi menjadi 28 item pernyataan
dengan 11 alternatif jawaban,
sedangkan variabel kemandirian
belajar diukur menggunakan lima
indikator yang terbagi menjadi 19
item pernyataan dengan 5 alternatif
jawaban.
Penyebaran
angket
dilakukan kepada seluruh populasi
siswa kelas XI Akuntansi tahun
ajaran 2016/2017 di SMK Negeri 1
Bandung yang berjumlah 105 orang.
Arah dan besar pengaruh selfefficacy
terhadap
kemandirian
belajar dibuktikan dengan koefisien
korelasi (r) dan koefisien determinan
yang (KP) yang digambarkan
sebagai berikut:
= 67,74%
KP = 32,26%
r = 0,568
57
sosial yang menjadi dasar dari teori
kemandirian belajar menyebutkan
bahwa perilaku individu sebagian
besar dipengaruhi oleh individu itu
sendiri dibandingkan lingkungan.
Artinya, adanya keyakinan dalam diri
siswa dapat mendorong tercapainya
tujuan
mempelajari
Akuntansi
Keuangan yang telah ditetapkan.
Keyakinan siswa bahwa dirinya
mampu melakukan serangkaian
kegiatan belajar meliputi pengaturan
waktu belajar, penentuan strategi,
cara, maupun sumber belajar yang
sesuai dengan kebutuhannya dapat
mendorong siswa untuk mencapai
tujuan belajar yang ditetapkan.
Ketika siswa melakukan serangkaian
kegiatan belajar tersebut, siswa
sedang menerapkan kemandirian
belajar. Secara umum, tingkat selfefficacy siswa kelas XI Akuntansi
tahun ajaran 2016/2017 dalam mata
pelajaran Akuntansi Keuangan di
SMK Negeri 1 Bandung berada pada
kategori sedang. Hal ini berarti siswa
cukup optimal dalam keyakinannya
untuk
melakukan
serangkaian
kegiatan dalam upaya mencapai
tujuan yang diharapkan. Secara teori
dapat diketahui bahwa self-efficacy
dapat mempengaruhi kemampuan
siswa
dalam
menerapkan
kemandirian belajar sebagai upaya
yang
dapat
dilakukan
untuk
mencapai tujuan belajarnya, hal ini
sejalan dengan Schunk (2012) yang
menyatakan bahwa orang-orang
dengan self-efficacy yang tinggi
cenderung mengeluarkan usaha
yang lebih banyak dan bertahan
pada suatu tugas karena mereka
memiliki keyakinan bahwa mereka
akan berhasil dalam mencapai
tujuan, begitupun sebaliknya. Siswa
dengan self-efficacy yang tinggi
selalu
merasa
optimis
dalam
mencapai tujuan belajar yang telah
ditetapkan,
untuk
itu
siswa
menerapkan kemandirian belajar
tingkat kemandirian belajar yang
tinggi berarti secara optimal telah
melaksanakan
aktivitas
belajar
Akuntansi
Keuangan
dengan
menerapkan pengaturan sendiri
tanpa bergantung pada arahan dari
pihak lain. Hal ini dapat mendorong
siswa dalam mencapai tujuan belajar
Akuntansi
Keuangan
yang
diharapkan.
Sebaliknya,
siswa
dengan tingkat kemandirian belajar
yang rendah berarti menerapkan
pengaturan diri yang kurang baik
dalam belajar dan cenderung
bergantung pada arahan pihak lain
sehingga menghambat siswa dalam
mencapai
tujuan
belajar.
Berdasarkan
hasil
penyebaran
angket,
diketahui
persentase
tertinggi terdapat pada indikator
memantau efektivitas pembelajaran
yaitu sebesar 70,48% atau sebanyak
74 siswa berada pada kategori
tinggi. Hal ini berarti lebih dari
setengah jumlah populasi siswa
sangat
mampu
memantau
keselarasan antara kegiatan belajar
yang diterapkan dengan pencapaian
tujuan yang ditetapkan. Dengan
memantau efektivitas pembelajaran,
siswa dapat mengevaluasi kegiatan
belajar yang telah dilakukan untuk
menentukan cara, strategi, maupun
sumber-sumber belajar baru jika
diperlukan. Persentase terendah
terdapat pada indikator harga diri,
yaitu sebesar 20% atau sebanyak 21
orang siswa berada pada kategori
tinggi. Hal ini berarti sebesar 80%
atau sebanyak 84 orang siswa
belum secara optimal memahami
adanya sesuatu yang berharga
dalam
dirinya
yang
menjadi
kelebihan dibandingkan dengan
orang lain. Adanya harga diri yang
dirasakan
siswa
memberikan
kekuatan dorongan untuk mencapai
tujuan karena siswa merasa bahwa
dirinya memiliki kelebihan yang tidak
dimiliki orang lain. Teori kognitif
58
sebanyak 6 orang siswa berada
pada kategori tinggi, hal ini berarti
sebesar 94,29% atau sebanyak 99
orang siswa berada pada kategori
sedang dan rendah. Artinya, hampir
seluruh populasi siswa belum secara
optimal meyakini bahwa dirinya
mampu melakukan upaya dengan
baik dan tetap berpikiran positif
dalam
mengatasi situasi yang
dihadapi.
Santrock
(2003)
menyatakan bahwa terdapat empat
cara yang dapat dilakukan untuk
meningkatkan self-efficacy siswa,
yaitu menentukan suatu tujuan yang
realistis untuk dicapai, menjadikan
kegagalan sebagai pelajaran untuk
mencapai
tujuan
yang
telah
ditetapkan, tetap bertahan dan fokus
terhadap
upaya
yang
telah
direncanakan, serta membuat daftar
urutan situasi yang dapat diatasi.
Hasil
analisis
korelasi
membuktikan
bahwa
terdapat
korelasi positif antara self-efficacy
dan kemandirian belajar. Hasil
analisis
korelasi
kemudian
digunakan
untuk
mengetahui
besarnya pengaruh self-efficacy
terhadap kemandirian belajar serta
melakukan uji hipotesis (uji t) untuk
mengetahui kesimpulan dari hasil
penelitian. Setelah melakukan uji t,
diketahui thitung sebesar 7,004 dan
ttabel sebesar 1,65978. Karena thitung
ttabel, maka hipotesis diterima.
Artinya, ditarik kesimpulan bahwa
self-efficacy berpengaruh positif
terhadap kemandirian belajar siswa
kelas XI Akuntansi tahun ajaran
2016/2017 dalam mata pelajaran
Akuntansi Keuangan di SMK Negeri
1 Bandung. Self-efficacy secara
positif
dapat
mempengaruhi
kemandirian belajar karena selfefficacy
menimbulkan
adanya
dorongan keyakinan bahwa siswa
mampu menerapkan serangkaian
kegiatan dalam upaya mencapai
tujuan belajar. Siswa yang merasa
sebagai upaya yang mendorongnya
untuk mencapai tujuan belajar.
Keyakinan dalam diri siswa bahwa
dirinya
mampu
menerapkan
kemandirian
belajar
khususnya
dalam mempelajari mata pelajaran
Akuntansi
Keuangan
dapat
mendorong siswa dalam memahami
materi maupun mencapai hasil
belajar yang optimal dalam mata
pelajaran
Akuntansi
Keuangan.
Sebaliknya, siswa dengan tingkat
self-efficacy yang rendah berarti
kurang yakin akan kemampuan
dirinya sehingga siswa cenderung
mudah menyerah dan kurang
memaksimalkan
kemampuannya
dalam
melakukan
serangkaian
upaya untuk mencapai tujuan yang
telah ditetapkan. Berdasarkan hasil
penyebaran
angket,
diketahui
persentase tertinggi terdapat pada
indikator
berpedoman
pada
pengalaman hidup sebagai suatu
langkah
untuk
mencapai
keberhasilan, yaitu sebesar 41,91%
atau sebanyak 44 orang siswa
berada pada kategori tinggi. Hal ini
berarti hampir setengah dari jumlah
populasi siswa sangat yakin dapat
berhasil dalam mencapai tujuan
yang telah ditetapkan dengan
menjadikan
pengalaman
sebelumnya sebagai acuan. Jika
pengalaman sebelumnya berupa
kegagalan, siswa akan menjadikan
pengalaman sebelumnya sebagai
acuan untuk menentukan strategi
baru
agar
tidak
mengalami
kegagalan yang sama, namun jika
pengalaman sebelumnya berupa
keberhasilan siswa akan terdorong
untuk menentukan tujuan baru yang
melampaui hasil sebelumnya karena
memiliki keyakinan kuat untuk dapat
berhasil.
Persentase
terendah
terdapat pada indikator menyikapi
situasi dan kondisi yang beragam
dengan cara yang baik dan positif,
yaitu hanya sebesar 5,71% atau
59
yakin dapat menerapkan kegiatan
belajar akan menentukan waktu,
cara, maupun media belajar yang
sesuai dengan kebutuhannya tanpa
bergantung pada arahan maupun
bantuan dari pihak lain. Tinggi atau
rendahnya keyakinan diri dapat
mempengaruhi siswa untuk bertahan
dalam serangkaian kegiatan yang
telah disusun untuk mencapai tujuan
belajar, sehingga tingginya tingkat
self-efficacy
siswa
dapat
meningkatkan kemandirian belajar
siswa,
begitupun
sebaliknya.
Diterimanya hipotesis penelitian ini
menunjukkan
bahwa
untuk
meningkatkan kemandirian belajar
siswa kelas XI Akuntansi tahun
ajaran 2016/2017 SMK Negeri 1
Bandung dalam mata pelajaran
Akuntansi Keuangan dapat melalui
peningkatan self-efficacy. Hal ini
memperkuat
penelitian
yang
dilakukan Wibasuri dan Lilyana
(2014) yang menunjukkan bahwa
mahasiswa dengan tingkat selfefficacy
yang
tinggi
juga
menunjukkan derajat kemandirian
belajar yang tinggi.
2.
Kesimpulan dan Saran
Kesimpulan
Berdasarkan
pembahasan
penelitian yang telah dijelaskan
dapat disimpulkan bahwa:
1.
Setengah
dari
jumlah
populasi siswa kelas XI
Akuntansi
tahun
ajaran
2016/2017 di SMKN 1
Bandung memiliki tingkat
self-efficacy yang tergolong
cukup baik dalam mata
pelajaran
Akuntansi
Keuangan. Hal ini dibuktikan
dengan persentase tingkat
self-efficacy siswa kelas XI
Akuntansi
dalam
mata
pelajaran
Akuntansi
Keuangan secara umum
sebesar 50,48% berada pada
3.
kategori
sedang,
artinya
mayoritas
siswa
secara
umum cukup optimal dalam
keyakinannya
untuk
melakukan
serangkaian
kegiatan
dalam
upaya
mencapai
tujuan
yang
diharapkan.
Hampir setengah dari jumlah
populasi siswa kelas XI
Akuntansi
tahun
ajaran
2016/2017 di SMKN 1
Bandung memiliki tingkat
kemandirian belajar yang
cukup baik dalam mata
pelajaran
Akuntansi
Keuangan. Hal ini dibuktikan
dengan persentase tingkat
kemandirian belajar siswa
kelas XI Akuntansi dalam
mata pelajaran Akuntansi
Keuangan secara umum
sebesar 47,62% berada pada
kategori sedang dan tinggi,
artinya
mayoritas
siswa
secara umum sudah cukup
baik dalam melaksanakan
aktivitas
belajar
dengan
menerapkan
pengaturan
sendiri tanpa bergantung
pada arahan dari pihak lain.
Self-efficacy
berpengaruh
positif terhadap kemandirian
belajar siswa kelas XI
Akuntansi
tahun
ajaran
2016/2017
dalam
mata
pelajaran
Akuntansi
Keuangan di SMKN 1
Bandung.
Saran
Hasil
penelitian
yang
diperoleh dapat diketahui bahwa
self-efficacy
memiliki
pengaruh
positif
untuk
meningkatkan
kemandirian belajar siswa. Sehingga
dalam meningkatkan kemandirian
belajar siswa perlu meningkatkan
self-efficacy dalam dirinya. Peneliti
mengemukakan beberapa saran
untuk meningkatkan self-efficacy
60
Nilson, Linda.(2013).Creating SelfRegulated Learners: Strategies to
Strengthen
Students’
SelfAwareness
and
Learning
Skills:Stylus Publishing
Ormrod,
Jeanne
Ellis.(2008).PSIKOLOGI
PENDIDIKAN:
Membantu
Siswa Tumbuh dan Berkembang.
Jakarta: Penerbit Erlangga
Program
Studi
Pendidikan
Akuntansi.(2014).Pedoman
Operasional
Penulisan
Skripsi.Bandung:
Program
Studi
Pendidikan
Akuntansi
Universitas
Pendidikan Indonesia
Riduwan.(2011).Metode dan Teknik
Menyusun Tesis.Bandung: Alfabeta
Santrock, J. W.
(2003).Perkembangan
Remaja.Jakarta: Airlangga
Schunk, Dale H. (2012).Learning
Theories.Jakarta: Pustaka Pelajar
Slavin, Robert E.(2009). PSIKOLOGI
PENDIDIKAN:Teori dan Praktik Jilid
2.
Jakarta: Indeks.
Sudjana, (2004).STATISTIKA: Untuk
Ekonomi dan Niaga.Bandung:
Penerbit Tarsito
Sugiyono.(2012).Metode Penelitian
Kuantitatif
Kualitatif
dan
R&D.Bandung:
Alfabeta
----------.(2013).Statistika
untuk
Penenlitian.Bandung: Alfabeta.
Sukarno, Anton.(2011). Ciri-Ciri
Kemandirian Belajar. Jakarta:
Kencana Prenada
Media.
Uno,
Hamzah
B.(2015).Teori
Motivasi dan Pengukurannya
Analisis
di
Bidang
Pendidikan. Jakarta: Bumi
Aksara.
Zimmerman,BJ.(1989).Selfregulated Learning and Academic
Achievement: Theory,Research,
and Practice.New York: SpringerVerlag New York
Inc.
siswa terkait dengan pembahasan
penelitian, yaitu:
1.
Siswa secara rutin berlatih
mengerjakan soal Akuntansi
Keuangan
agar
terbiasa
mengerjakan soal-soal yang
mudah maupun sulit;
2.
Siswa bergaul dengan orangorang yang bersemangat
dalam
belajar
Akuntansi
Keuangan;
3.
Siswa
membuat
target
belajar Akuntansi Keuangan
yang harus dicapai sebagai
acuan untuk berkembang;
4.
Siswa bersikap tenang dalam
belajar;
5.
Siswa menjadikan hasil yang
telah
diperoleh
sebagai
sarana untuk belajar.
Daftar Pustaka
Sumber buku :
Arikunto,
S.
(2010).Prosedur
Penelitian.Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Bandura, A, (1997). Self Efficacy :
The Exercise Of Control.New York:
Freeman
and Company.
---------. (1997). Self Efficacy in
Changing Socities.Cambridge:
University Press
Brookfield, Stephen.( 2012).
Understanding and
Facilitating Adult Learning.
Josey Bass Publisher : San
Fransisco
Goodman and
Smart.(1999).Emotional
Intelligence.New York: Bantam
Books.
Ihsan,
F.(2010).Dasar-dasar
Kependidikan.Jakarta: PT. Rineka
Cipta.
Lind, Douglas A dkk.(2008).Teknikteknik Statistika dalam Bisnis dan
Ekonomi
Menggunakan
Kelompok
Data
Global.Jakarta:
Salemba Empat
61
Sumber Lain :
Bandura,
A.(2006).”Guide
for
Constructing Self-efficacy Scales”
Achmad, Ida
Farida.(2008).Pengaruh
Kemandirian Belajar dan
Disiplin Belajar terhadap
Prestasi Belajar Siklus
Akuntansi Siswa Kelas X
SMK Negeri 7 Yogyakarta
Tahun Ajaran 2007/2008.
Skripsi. FE UNY.
Hidayati, Kana dan Endang
Lisyani.(2010).Improving
Instruments of Student’s
Regulated
Learning.Jurnal.Program
Studi Pendidikan
Matematika.FMIPA UNY
Nurrani,Siti.(2009).Profil
Kemandirian Belajar Siswa
SMK: Studi Kearah
Pengembangan Program
Bimbingan Belajar Siswa
SMKN 1 Katapang Kab.
Bandung Tahun Ajaran 20082009.Skripsi.FIP UPI
Pintrich, P.R., E.V De Groot.(1990).
Motivational and self-regulated
component
of classroom Journal
of Educational Psychology, 82, 1,
33-40.
Saefullah, A.,dkk.(2013).Hubungan
Antara Sikap Kemandirian Belajar
dan
Prestasi Belajar Siswa Kelas
X
Pada
Pembelajaran
Fisika
Berbasis
Portofolio.Jurnal.Program
Studi Pendidikan Fisika.FMIPA UPI
Schunk, D.H.(1990).”Goal Setting
and Self-efficacy During Selfregulated
Learning”
Sumarmo,U.(2006).”Kemandirian
Belajar:
Apa,
Mengapa,
dan
Bagaimana dikembangkan pada
Peserta Didik”.
Susilawati,Desi.(2009).
Upaya
Meningkatkan Kemandirian Belajar
Dan
Kemampuan
Matematika
Siswa Kelas X SMA N 1
Gamping Dengan
Menggunakan Lembar Kerja
Siswa.
Program
Studi
Pendidikan
Matematika.FPMIPA UPI
Wastono,
FX.(2015).Peningkatan
Kemandirian Belajar Siswa
SMK pada Mata Diklat
Teknologi Mekanik dengan
Metode
Problem
Based
Learning.Jurnal.SMKN
2
Pengasih Kulon Progo
Wibasuri, Anggalia dan Besti
Lilyana.(2014)”Determinasi
Selfefficacy dalam
Kemandirian
Belajar Mahasiswa pada Perguruan
Tinggi Swasta di
Bandar
Lampung”.Jurnal
Fitriani, Suci Nurul.(2016).Hubungan
Self-efficacy dan Dukungan Sosial
.Skripsi.FIP UPI
Zimmerman, B.J and MartinezPons.(1990).”
Student
Differences in Self-regulated
Learning:
Relating
Grade, Sex, and Giftedness
to Self-efficacy and Strategy
Use”
62