OPTIMASI PERANCANGAN AGITATOR PADA ALAT PENCAMPUR LARUTAN
NUTRISI HIDROPONIK DENGAN PERTIMBANGAN FREKUENSI PRIBADI
DESIGN OPTIMIZATION OF AGITATOR FOR HYDROPONIC NUTRIENT
MIXER WITH NATURAL FREQUENCY CONSIDERATION
Aidil Haryanto, Seri Intan Kuala
Pusat Penelitian Teknologi Tepat Guna-LIPI
Jl. KS Tubun No.5 Subang Jawa Barat, (0260)411478
e-mail : aharyant03@gmail.com
Diterima : 08-02-2019
Direvisi : 08-03-2019
Disetujui : 14-03-2019
ABSTRAK
Agitator merupakan komponen yang penting dari sistem pencampuran larutan nutrisi tanaman
hidroponik. Rancangan agitator yang optimal dapat meningkatkan kinerja proses pencampuran
sehingga larutan nutrisi hidroponik yang dihasilkan dapat bercampur dengan merata. Agitator yang
telah ada dioptimasi dengan rancangan sesuai metode mechanical design of mixing equipment.
Optimasi perancangan juga mempertimbangkan frekuensi pribadi yaitu dengan menganalisis frekuensi
getaran dan kecepatan putar kritis menggunakan analisis elemen hingga. Tipe sudu agitator yaitu pitch
blade turbine (PBT) dengan perbedaan antara agitator sebelum dan sesudah optimasi terdapat pada
jumlah sudu agitator, diameter sudu agitator, dan diameter poros. Hasil analisis frekuensi pribadi
menghasilkan diagram Campbell yang dapat mengetahui hubungan frekuensi getaran dan kecepatan
putar. Kecepatan kritis berdasarkan analisis frekuensi getaran tidak berada dikisaran kecepatan putar
kerja agitator sehingga desain dianggap aman dan tidak memiliki resiko kegagalan.
Kata Kunci : agitator, elemen hingga, frekuensi pribadi, hidroponik
ABSTRACT
The agitator is an important component of a system for mixing hydroponic nutrient solutions. The
optimal agitator design can improve the performance of the mixing process so that the resulting
hydroponic nutrient solution can be mixed evenly. The existing agitator is optimized with a design that
is suitable for mechanical design of mixing equipment methods. Design optimization also considers
natural frequency by analyzing vibration frequency and critical speeds using finite element analysis. The
type of agitator blade is pitch blade turbine (PBT) with the difference between agitators before and after
optimization in the number of agitator blades, agitator blade diameter, and shaft diameter. The results
of natural frequency analysis produce a Campbell diagram that can determine the relationship between
vibration frequency and rotational speed. Critical speed based on vibration frequency analysis is not in
the range of the rotating speed of the agitator.So the design is considered safe and has no risk of
failure.
Keywords : agitator, finite element, natural frequency, hydroponic.
PENDAHULUAN
S
ecara komprehensif ketahanan pangan merupakan suatu sistem yang terdiri dari tiga
subsistem yaitu ketersediaan pangan dalam jumlah dan jenis yang mencukupi, distribusi
pangan yang lancar dan merata, konsumsi pangan setiap individu yang memenuhi
kecukupan gizi seimbang yang berdampak pada status gizi masyarakat (Suharyanto, 2011).
42
Aidil Haryanto, Seri Intan Kuala
Optimasi Perancangan Agitator pada Alat Pencampur Larutan
Nutrisi Hidroponik dengan Pertimbangan Frekuensi Pribadi
Salah satu upaya penyediaan pangan adalah melalui produksi makanan organik, bahwa produk
organik telah mendominasi pasar di berbagai negara-negara yang telah mengalami
perkembangan ekonomi yang dapat memberikan manfaat bagi produsen maupun konsumen
(Hubeis et al., 2013).
Salah satu metode yang dapat diterapkan untuk mendapatkan produk pangan organik,
produk tanaman dengan kualitas dan kuantitas yang tinggi serta kontinyu yaitu menggunakan
sistem tanam hidroponik (Rosliani et al., 2005). Kualitas dan kuantitas tanaman hidroponik
sangat bergantung pada konsentrasi larutan nutrisi (Trejo-Téllez and Gómez-Merino, 2012).
Konsentrasi merupakan perbandingan jumlah zat terlarut dalam tiap satuan pelarut,
sedangkan larutan adalah campuran homogen dari dua jenis zat atau lebih. Dalam hidroponik
konsentrasi larutan dapat diindikasikan dengan nilai TDS (Total Disolved Solid) dengan satuan
ppm (part permilion) dan nilainya berbeda untuk setiap tanaman (Kuala, Siregar and Susanti,
2016).
Konsentrasi larutan hidroponik sangat tergantung pada proses pencampuran larutan
nutrisi ke dalam air baku yang nantinya akan disalurkan keseluruh sistem. Pencampuran
bermanfaat untuk mendapatkan karakteristik bahan yang sesuai (Wirakartakusumah, 1992).
Dalam hidroponik pencampuran bertujuan untuk mendapatkan kekonsentrasi larutan nutrisi
yang homogen.
Gambar 1. Agitator yang Telah Dibuat
Gambar 2. Alat Pencampur Larutan Nutrisi Hidroponik
JRTI
Vol.13 No.1 Juni 2019
43
Pada proses pencampuran, alat yang digunakan terdiri dari komponen utama berupa
bak penampung kapasitas 60 liter dengan material plastik, poros agitator diameter 10 mm,
sudu pencampur tipe pitch blade turbine (PBT) dengan dua sudu terletak di ujung poros
berdiameter 68 mm, serta motor penggerak 45 watt. Material yang digunakan untuk poros
dan sudu pencampur SS 304 seperti pada Gambar 1 dan Gambar 2. Pada alat tersebut, agitator
dibuat tanpa melalui proses perancangan dan pertimbangan getaran yang terjadi akibat poros
yang berputar. Agitator tidak dilakukan perancangan poros dan sudu pencampur secara detail,
hal ini menyebabkan tidak optimalnya kerja alat pencampur dan memungkinkan terjadinya
desain yang berlebihan baik itu dari dimensi poros maupun sudu pencampur.
Oleh sebab itu, penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan perancangan poros dan sudu
pencampur yang optimal dengan melakukan perancangan ulang dan optimasi perancangan
dengan pertimbangan frekuensi pribadi. Secara umum konfigurasi standar agitator seperti
Gambar 3. Frekuensi pribadi merupakan karakterisitik dinamik dari sistem poros rotor.
Frekuensi pribadi perlu diperhitungan akibat dari kecepatan putar poros agitator yang dapat
menyebabkan getaran yang tidak teredam (Paul, Atiemo-obeng and Kresta, 2004). Getaran
tersebut secara mendadak dapat menyebabkan kegagalan pada poros agitator. Pada kondisi
tertentu jika poros mengalami kegagalan akan membahayakan operator. Kondisi operasi yang
harus dihindari yaitu pada atau dekat frekuensi pribadi. Analisis frekuensi pribadi
menggunakan pendekatan analisis elemen hingga yang dapat meningkatkan keakurasian hasil
analisis.
Gambar 3. Konfigurasi Standar Agitator. (Parvizi et al., 2016)
METODE PENELITIAN
Metode penelitian menggunakan prinsip rancangan dari mechanical design of mixing
equipment (Paul, Atiemo-obeng and Kresta, 2004).
Alat dan Bahan
Pada analisis frekuensi pribadi, perangkat lunak yang digunakan yaitu perangkat lunak
CAD (Computer Aided Design) dan perangkat lunak CAE (Computer Aided Engineering). CAD
digunakan untuk menggambar rancangan agitator sedangkan CAE digunakan untuk
menganalisis frekuensi pribadi rancangan agitator dengan metode elemen hingga. Metode
elemen hingga pada perangkat lunak CAE dalam menyelesaikan permasalahan getaran dan
frekuensi pribadi pada sistem poros rotor yaitu pseudo-modal method yang merupakan
metode penyelesaian sangat cepat dan efisien (Paulo, 2011; Haryanto, 2018).
44
Aidil Haryanto, Seri Intan Kuala
Optimasi Perancangan Agitator pada Alat Pencampur Larutan
Nutrisi Hidroponik dengan Pertimbangan Frekuensi Pribadi
Representasi Elemen Hingga
Analisis frekuensi pribadi agitator pada pencampuran larutan nutrisi hidroponik
menggunakan sistem poros rotor (rotor dynamic) dengan menggunakan persamaan energi
kinetik (kinetic energy) dan energi regangan (strain energy) dari setiap elemen rotor serta
pengaruh gaya luar yang terjadi.
Komponen sistem poros rotor yang menjadi pertimbangannya yaitu sudu yang
diasumsikan sebuah piringan (disk) dalam keadaan kaku, poros (shaft), dan bantalan (bearing)
yang diasumsikan berupa tumpuan jepit (Tiwari, 2010). Rotor diasumsikan tanpa beban (free
motion). Analisis dilakukan menggunakan metode elemen hingga untuk mendapatkan derajat
kebebasan yang lebih banyak sehingga meningkatkan keakurasian. Metode elemen hingga
biasanya digunakan untuk masalah getaran dari struktur dan mekanikal yang sangat kompleks
(Rao, 2011).
Secara umum persamaan gerak untuk menghitung frekuensi pribadi :
[𝑀]𝑥̈ + [𝐶](Ω)𝑥̇ + [𝐾]𝑥 = 0
Dimana [M] = jumlah matriks massa semua komponen, [C] = matriks efek giroskopik
atau matriks redaman semua komponen, dan [K] = matriks kekakuan semua komponen
Persamaan pseudo-modal method di bawah ini diselesaikan untuk mendapatkan eigen
value dan eigen vector (frekuensi pribadi dan modus getar) dari matriks pertama persamaan
tersebut (Lallane and Ferraris, 1998).
0
[ −1
𝑚 𝑘
𝑚
𝐼
−1
1 𝑟𝑃
𝑟𝑃
][ ] = [ ]
𝑐 𝑃
2 𝑃
Dimana m = matriks massa, k = matriks kekakuan, c = matriks efek giroskopik
1) Persamaan gerak disk
Disk rotor dengan dua nodal mempunyai empat derajat kebebasan dengan persamaan
elemen hingga :
𝑀𝑑
𝑑 𝜕𝑇
𝜕𝑇
0
( )−
=[
0
𝑑𝑡 𝜕𝛿̇
𝜕𝛿
0
0
𝑀𝑑
0
0
0
0
𝐼𝑑𝑥
0
0
0 𝑢̈
0
0 𝑤̈
] [ ] + Ω [0
0 𝜃̈
0
𝐼𝑑𝑧 𝜓̈
0
0
0
0
0
0
0
𝐼𝑑𝑦
0
𝑢̇
0
𝑤̇
−𝐼𝑑𝑦 ] [ 𝜃̇ ]
0
𝜓̇
Dimana Md = massa disk (kg), dan I = momen inersia massa disk (kgm2)
Gambar 4. Modus Getar.(Lallane and Ferraris, 1998)
2) Persamaan gerak poros
Poros merupakan elemen batang yang dipengaruhi oleh modus getar penyebab
terjadinya bending. Pada kasus ini, nodal dipengaruhi oleh perpindahan translasi dan rotasi.
Persamaan gerak poros : (Rao, 2011)
JRTI
Vol.13 No.1 Juni 2019
45
12
𝐸𝐼 6𝐿
[𝐾] = 3 [
𝐿 −12
6𝐿
6𝐿
4𝐿2
−6𝐿
2𝐿2
−12
−6𝐿
12
−6𝐿
𝑢1
𝜃
Dengan{𝑥} = {𝑢1 }, dan L = panjang poros (m)
2
𝜃2
156
𝜌𝐴𝐿 22𝐿
[𝑀] =
[
420 54
−13𝐿
22𝐿
4𝐿2
13𝐿
−3𝐿2
54
13𝐿
156
−22𝐿
6𝐿
2𝐿2
]
−6𝐿
4𝐿2
−13𝐿
−3𝐿2
]
−22𝐿
4𝐿2
𝑢̈ 1
𝜃̈
Dengan{𝑥̈ } = 𝑢̈ 1 , ρ = massa jenis (kg/m3), A = luas penampang (m2)
2
{𝜃̈2 }
0
−3𝐿
3𝐿
0
0
3𝐿
𝜌𝐼Ω 3𝐿
0
[𝐶] =
0
15𝐿 −36
0
4𝐿2
36
0
[ 0
𝐿2
0
−3𝐿
−3𝐿
0
0
3𝐿
−3𝐿
0
36
0
0
𝐿2
−36
0
0
−4𝐿2
36
0
0
4𝐿2
−36
0
0
−𝐿2
0
−3𝐿
3𝐿
0
0
3𝐿
3𝐿
0
𝑢̇ 1
𝜃̇1
𝑢̇ 2
𝜃̇2
, dan Ω = kecepatan putar (rad/s)
Dengan{𝑥̇ } =
𝑤̇1
𝜓̇1
𝑤̇2
{𝜓̇2 }
−36
0
36
0
0
−3𝐿
0
−3𝐿
0
𝐿2
0
4𝐿2
−3𝐿
0
3𝐿
0 ]
HASIL DAN PEMBAHASAN
Perancangan
1) Data awal
Dalam perancangan agitator telah ditentukan kondisi batas beberapa parameter seperti
pada Tabel 1.
Tabel 1. Data Awal
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
46
Parameter
Material agitator
Temperatur kerja max
Kecepatan putar (N)
Volume kerja (Vair)
TDS larutan*
Massa jenis larutan (ρ)*
Tinggi bak (t)
Radius atas bak (ra)
Radius bawah bak (rb)
*Berdasarkan pengujian
Aidil Haryanto, Seri Intan Kuala
Optimasi Perancangan Agitator pada Alat Pencampur Larutan
Nutrisi Hidroponik dengan Pertimbangan Frekuensi Pribadi
Nilai
SS 304
33 ºC
150 RPM
43 Liter
6351,8 ppm
953 kg/m3
500 mm
235 mm
185 mm
2) Pemilihan posisi agitator dan sudu agitator
Posisi agitator sedikit kepinggir atau tidak tepat di tengah untuk menghindari terjadinya
pusaran yang diakibatkan karena bak penampung tidak menggunakan baffle. Pemilihan sudu
tipe PBTdengan 4 sudu kemiringan 45º dipilih berdasarkan penilaian syarat dan tujuan
perancangan dengan berbagai altenatif sudu agitator antara lain; bekerja pada viskositas
rendah (12,2 x 10-4 Pa.s), proses manufaktur dan perkaitan yang mudah, dan untuk
mendapatkan aliran aksial dan radial secara bersamaan untuk mengoptimalkan pencampuran.
Jumlah sudu pada turbin impeller bervariasi dari 2 sampai 12 buah. Dua sudu
berdasarkan mekanikal akan menyebabkan ketidakstabilan saat berputar dan akan
menyebabkan terjadinya getaran mekanik. Secara umum, sudu aliran aksial mempunyai tiga
atau empat sudu (Paul, Atiemo-obeng and Kresta, 2004). Sudut kemiringan sudu terhadap
arah horizontal antara 10º sampai 90º, dan secara umum sudut sudu sebesar 45º.
3) Perancangan geometri
Geometri agitator dapat ditentukan dengan menggunakan Tabel 2 yang merupakan rasio
geometri untuk sudu tipe PBT dengan 4 sudu kemiringan 45º. Bak diasumsikan berbentuk
silinder dengan diameter yang sama. Pada perancangan ini, diameter bak merupakan diameter
rata-rata antara diameter bak atas dengan bawah. Berdasarkan hasil perhitungan rasio
geometri menghasilkan tinggi larutan (H) 309 mm, diameter bak 420 mm, diameter sudu 140
mm, clearance atau selisih antara Da dengan Dt 140 mm, dan lebar sudu 17,5 mm.
Tabel 2. Rasio Geometri. (Paul, Atiemo-obeng and Kresta, 2004)
𝐷𝑎 1
𝑊 1
𝐷𝑎
=
=
=1
𝐷𝑎 8
𝐷𝑡 3
𝐶
𝐷𝑎 = 𝐷𝑖𝑎𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 𝑠𝑢𝑑𝑢 𝑎𝑔𝑖𝑡𝑎𝑡𝑜𝑟 (𝑚𝑚)
𝐷𝑡 = 𝐷𝑖𝑎𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 𝑏𝑎𝑘 (𝑚𝑚)
𝑊 = 𝐿𝑒𝑏𝑎𝑟 𝑠𝑢𝑑𝑢 𝑎𝑔𝑖𝑡𝑎𝑡𝑜𝑟 (𝑚𝑚)
𝐶 = 𝐶𝑙𝑒𝑎𝑟𝑎𝑛𝑐𝑒 (𝑚𝑚)
Pengembangan kriteria (Dickey, 2012) seperti pada Tabel 3, berdasarkan viskositas
larutan dan rasio antara tinggi larutan dan diameter bak (H/Dt) maka jumlah/ tingkat sudu
yang digunakan satu tingkat.
Tabel 3. Jumlah/Tingkat Sudu
Viskositas
(cP(Pa.s))
<25000(<25)
<25000(<25)
>25000(>25)
>25000(>25)
Level
maks
(H/Dt)
1,4
2,1
0,8
1,6
Jumlah
sudu
1
2
1
2
Clearance sudu
Sudu
bawah
H/3
Dt/3
H/3
Dt/3
Sudu
atas
(2/3)H
(2/3)H
4) Perhitungan daya yang bekerja
Konsumsi daya (power) dari sebuah agitator dapat dihitung dengan persamaan :(Paul,
Atiemo-obeng and Kresta, 2004; Desai, Gajjal and Kulloli, 2016)
𝑁𝑃 𝜌Ω3 𝐷𝑎 5
𝑔
Dimana P = daya (wattt), NP = bilangan daya (power number), Ω = kecepatan putar
(rad/s), g = percepatan gravitasi (m/s2)
𝑃=
JRTI
Vol.13 No.1 Juni 2019
47
Bilangan reynolds (Reynolds number) dihitung menggunakan persamaan di bawah untuk
menentukan bilangan daya:
𝜌Ω𝐷𝑎 2
𝑅𝑒 =
𝜇
Dimana Re = bilangan reynolds, µ = viskositas (Pa.s).
Gambar 5. Grafik Hubungan Bilangan Reynolds dan Bilangan Daya. (Paul, Atiemo-obeng and Kresta,
2004)
Untuk menentukan bilangan daya pada sudu tipe PBT dengan memplot pada grafik
hubungan bilangan reynolds dengan bilangan daya seperti Gambar 5. Hasil perhitungan untuk
bilangan reynolds 241,3 x 103, bilangan daya 1,5dan daya yang dihasilkan 30,3 watt.
5) Perancangan poros agitator
Menurut (Wilson, 1997) torsi pada kondisi operasi suatu poros dapat digunakan untuk
menghitung daya kerja. Hubungan torsi dan daya akan dipertimbangkan ketika merancang
suatu komponen pentransmisi daya. Hubungan daya, torsi, dan kecepatan putar poros agitator
pada proses pencampuran larutan nutrisi hidroponik menggunakan persamaan :
Dimana T = torsi (Nm)
𝑃 = 𝑇. Ω
Kesetimbangan gaya dan momen dapat menggunakan persamaan ∑F=0 dan ∑M=0, F
merupakan gaya (N) dan M adalah momen (Nm) untuk mengidentifikasi semua gaya dan
momen yang bekerja pada agitator
48
Aidil Haryanto, Seri Intan Kuala
Optimasi Perancangan Agitator pada Alat Pencampur Larutan
Nutrisi Hidroponik dengan Pertimbangan Frekuensi Pribadi
Untuk menghitung diameter poros minimum yang dapat digunakan pada agitator
pencampur larutan nutrisi hidroponik dapat menggunakan persamaan : (Paul, Atiemo-obeng
and Kresta, 2004)
1/3
16√𝑇 2 + 𝑀2
𝑑=(
)
𝜋𝜏
Dimana d = diameter poros minimum (mm), τ = tegangan geser (MPa)
Panjang poros diasumsikan sama dengan tinggi bak sebesar 500 mm. Diameter poros
minimum yang dapat digunakan untuk menahan kombinasi momen lentur dan torsi
menggunakan material SS 304 akibat pengaruh tegangan geser sebesar 8 mm. data hasil
perhitungan dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Data Hasil Perhitungan
Parameter
Torsi
Gaya persudu
Momen
Yield strength SS 304
Safety factor
Allowable stress
Allowable shear stress
Diameter poros minimum
Simbol
T
F
M
σy
SF
σt
Τ
D
Nilai
1,9 x 103 Nmm
13,8 N
6,9 x 103 Nmm
206,8 MPa
1,5
137,9 MPa
68,9 Mpa
8 mm
6) Perhitungan tebal sudu agitator
Metode energi (energy methods) digunakan untuk menghitung dan menganalisis tebal
sudu agitator. Metode ini merupakan metode alternatif pendekatan langsung berdasarkan
defleksi. Dengan mengasumsikan tebal sehingga mendapatkan defleksi optimal yang dianggap
masih aman (Haryanto, 2018). Tebal sudu agitator dapat dihitung dengan persamaan :
(Barber, 2000)
1
𝑈 = 𝐹𝑢
2
1 𝐿 𝑀2 𝑑𝑧
𝑈= ∫
2 0 𝐸𝐼
Dimana U = strain energy, u = defleksi (mm), E = modulus elastisitas (GPa), dan I =
momen inersia (mm4)
Kemampuan sudu agitator tipe PBT untuk menahan beban yang dipengaruhi larutan
nutrisi hidoponik ketika dalam kondisi operasi yaitu berasal dari ketebalan. Sudu yang memiliki
ketebalan yang kurang akan menyebabkan sudu melengkung dan juga harus menghindari
over design. Tebal sudu agitator yang optimal berdasarkan persamaan di atas yaitu 1 mm
Analisis Elemen Hingga
Model sistem poros rotor seperti Gambar 6. Bantalan di salah satu ujung poros
diasumsikan berupa tumpuan jepit. Pada ujung poros lainnya dalam kondisi bebas dengan disk
diposisikan pada ujung tersebut.
JRTI
Vol.13 No.1 Juni 2019
49
Gambar 6. Model Sistem Poros Rotor
Sifat mekanik rotor yang diperlukan untuk analisis elemen hingga seperti pada Tabel 5.
Diagram yang merepresentasikan hasil pemodelan antara frekuensi getaran dengan kecepatan
putar seperti pada Gambar 7 merupakan diagram campbell.
Tabel 5. Sifat Mekanik Rotor untuk Analisis Elemen Hingga
1
2
3
4
5
6
1
2
3
4
5
50
Disk Kaku
Massa
Radius dalam
Radius luar
Ketebalan
Momen inersia massa melintang
Momen inersia massa polar
Poros
Diameter
Panjang
Momen inersia penampang
Modulus elastisitas
Massa jenis (SS 304)
Aidil Haryanto, Seri Intan Kuala
Optimasi Perancangan Agitator pada Alat Pencampur Larutan
Nutrisi Hidroponik dengan Pertimbangan Frekuensi Pribadi
0,037 kg
0,004 m
0,070 m
0,0003 m
4,5396e-05 kgm2
9,07915e-03 kgm2
0,008 m
0,5 m
2,10311e-10 m4
1,9e+11 N/m2
8000 kg/m3
Gambar 7. Diagram Campbell dan Kecepatan Putar Kritis
Sistem berputar pada agitator akan memiliki resiko kegagalan ketika beroperasi pada
kecepatan putar tertentu yang disebut kecepatan putar kritis atau critical speed (Agostini and
Souza, 2010). Pada Gambar 7, kecepatan putar kritis (cs) terjadi pada perpotongan antara
frekuensi rotor sama dengan frekuensi putaran (N/60) dan frekuensi rotor sama dengan
setengah dari frekuensi putaran (0,5N/60). Terdapat enam kecepatan putar kritis yang harus
dihindari berdasarkan perancangan cs1, cs2, cs3, cs4, cs5, dan cs6. Kecepatan putar kritis
dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Kecepatan Putar Kritis Pada Modus Getar
cs1
cs2
cs3
cs4
cs5
cs6
Kecepatan putar kritis
(RPM)
985,22
993,92
6295,03
7046,37
1961,94
1996,53
Modus putar
Modus getar
Forward
Backward
Backward
Forward
Forward
Backward
Pertama
Pertama
Kedua
Kedua
Pertama
Pertama
Agitator pada kondisi diam (Ω=0), perhitungan frekuensi dan modus getar ditentukan
oleh momen lentur dan putaran. Pada saat berputar kedua frekuensi dan modus getar yang
dihasilkan seperti Gambar 7 masing-masing terpisah menjadi dua modus getar dengan modus
putar menjadi forward dan backward. Modus getar pertama yaitu F1 dan F2, modus getar
kedua F3 dan F4. Modus putar mengalami forward jika putaran berbanding lurus dengan
frekuensi (F2 dan F4), sebaliknya untuk modus putar backward (F1 dan F3).
JRTI
Vol.13 No.1 Juni 2019
51
Perbandingan Parameter Agitator Sebelum dan Sesudah Optimasi
Perbedaan antara agitator sebelum dengan setelah optimasi dan dengan pertimbangan
frekuensi pribadi dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7. Parameter Agitator Sebelum dan Sesudah Optimasi
No
Parameter
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Tipe agitator
Jumlah tingkatan
Jumlah sudu
Diameter poros
Daya
Diameter sudu
Tebal sudu
Clearance
Lebar sudu
Agitator
sebelumnya
PBT
1 tingkat
2 sudu
10 mm
60 watt
68 mm
1 mm
-
Agitator hasil
optimasi
PBT
1 tingkat
4 sudu
8 mm
30 watt
140 mm
1 mm
140 mm
17,5 mm
KESIMPULAN
Agitator yang telah dibuat sebelumnya tanpa menggunakan metode perancangan untuk
proses pencampuran. Agitator tersebut tidak mempertimbangkan clearance dan diameter sudu
berdasarkan rasio geometri untuk PBT yang memungkinkan tidak terjadi pengadukan dan
pencampuran yang sempurna disekitar dinding bak. Optimasi agitator yang didapatkan dari
hasil perancangan ulang yaitu diameter poros dari 10 mm menjadi 8 mm, daya yang
dibutuhkan dari 60 watt menjadi 30 watt. Agitator beroperasi dengan kecepatan putar 150
RPM berdasarkan diagram campbell tidak memiliki resiko kegagalan yang disebabkan oleh
frekuensi getaran dengan kecepatan putar kritis tidak berada dikisaran kecepatan putar
operasi. Hasil analisis elemen hingga yang telah dilakukan dapat dibandingkan dengan analisis
elemen hingga menggunakan menggunakan metode Rayleigh-Ritz untuk memvalidasi
ketepatan simulasi.
UCAPAN TERIMA KASIH
Pusat Penelitian Teknologi Tepat Guna - Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
DAFTAR PUSTAKA
Agostini, C. E. and Souza, C. E. 2010. Complex Modal Analysis of A Vertical Rotor by Finite
Elements Method. in the 9th Brazilian Conference on Dynamics Control and their
Applications. Serra Negra, pp. 449–457.
Barber, J. R. 2000.Intermediate Mechanics of Materials. Second. Edited by G. M. L. Gladwell.
Michigan: Springer. Available at: www.springer.com/series/6557.
Desai, S. R., Gajjal, S. Y. and Kulloli. 2016. Redesign and Structural Analysis of Agitator Shaft
for
Reactor
Pressure
Vessel.
pp.
268–273.
Available
at:
http://inpressco.com/category/ijcet.
Dickey, D. S. 2012.Handbook of Chemical Engineering Calculations. 4th edn. Edited by T. G.
Hicks and N. Chopey. New York: McGraw-Hill Education.
Haryanto, A. 2018.Perancangan Agitator pada Proses Pemasakan Kecap dengan Pertimbangan
52
Aidil Haryanto, Seri Intan Kuala
Optimasi Perancangan Agitator pada Alat Pencampur Larutan
Nutrisi Hidroponik dengan Pertimbangan Frekuensi Pribadi
Karakteristik Dinamik. Institut Teknologi Bandung.
Hubeis, M. et al. 2013. Strategi Produksi Pangan Organik Bernilai Tambah Tinggi yang Berbasis
Petani.Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia, 18(3), pp. 194–199. Available at:
http://journal.ipb.ac.id/index.php/JIPI/article/view/8397.
Kuala, S. I., Siregar, Y. H. and Susanti, N. D. 2016.Design Control for Total Dissolved Solid
(TDS) in Hydroponics System Using CCT53200E. Serpong.
Lallane, M. and Ferraris, G. 1998.Rotordynamics Prediction in Engineering. 2nd edn. John Wiley
& Sons, Inc.
Parvizi, S. et al.2016. Investigating Factors Affecting on the Efficiency of Dynamic
Mixers.Mineral Processing and Extractive Metallurgy Review. Taylor & Francis, pp. 1–27.
doi: 10.1080/08827508.2016.1218868.
Paul, E. L., Atiemo-obeng, V. a and Kresta, S. M. 2004.Handbook of Industrial Mixing : Science
and Practice. New Jersey: John Wiley & Sons, Inc.
Paulo, P. V. D. L. 2011.A Time-Domain Methodology for Rotor Dynamics : Analysis and Force
Identification. Universidade de Lisboa.
Rao, S. S. 2011.Mechanical Vibrations. 5th edn. New Jersey: Prentice Hall, Inc.
Rosliani, R. et al.2005.Budidaya Tanaman Sayur dengan Sistem Hidroponik. 1st edn. Bandung:
Balai Penelitian Tanaman Sayuran. Available at: www.balitsa.or.id.
Suharyanto, H. 2011. Ketahanan Pangan.Jurnal Sosial Humaniora, 4(2), pp. 186–194.
Tiwari, R. 2010. Finite Element Analysis of Simple Rotor Systems. in. Available at:
https://www.coursehero.com/file/9921790/rtiwari-rd-book-04/.
Trejo-Téllez, L. I. and Gómez-Merino, F. C. 2012. Nutrient Solutions for Hydroponic Systems.
in Asao, F. C. G.-M. and ED1 - Toshiki (eds) Hydroponics. Rijeka: IntechOpen, p. Ch. 1.
doi: 10.5772/37578.
Wilson, C. E. 1997.Computer Integrated Machine Design. Edited by S. Helba. New Jersey:
Prentice Hall, Inc.
Wirakartakusumah, A. 1992.Peralatan dan Unit Proses Industri Pangan. Bogor: Institut
Pertanian
Bogor.
Available
at:
https://books.google.co.id/books/about/Peralatan_dan_unit_proses_industri_panga.ht
ml?id=geypnQAACAAJ&redir_esc=y.
JRTI
Vol.13 No.1 Juni 2019
53