Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                

TANTGANGAN PENDIDIKAN ERA 4 0

no name

TANTANGAN GURU DALAM MENGHADAPI ERA INDUSTRI 4.0 Miskiah Abstrak: Makalah ini bertujuan untuk menjelaskan tantangan guru di era industri 4.0 dan kesiapan dalam menghadapi tantangan tersebut. Melalui kajian literatur, penulis menjelaskan bahwa ada beberapa cara dalam menghadapi tantangan pendidikan di era revolusi industry 4.0 melalui peningkatan kemampuan dan keterampilan guru dengan berperan aktif di sekolah. Beberapa kompetensi yang dianggap penting untuk dikuasai guru diabad 21 diantaranya adalah kemampuan kreativitas, berpikir kritis, kolaborasi, komunikasi, inovasi, problem solving, kecakapan ICT, dan berkarakter. Era globalisasi dengan segala aspeknya menuntut guru untuk memiliki berbagai keterampilan yang mendukung daya inovasi dan kreativitasnya agar dapat berkompetisi pada masyarakat global. Guru haruslah memiliki kesadaran dan pandangan baru bahwa pendidik era saat ini tak bisa lagi berperan sepenuhnya sebagai agen yang mentrasfer ilmu pengetahuan tetapi juga melahirkan gerakan baru dan atau inovasi. Kata kunci: Tantangan guru, Industri 4.0, dan kompetensi abad 21

TANTANGAN GURU DALAM MENGHADAPI ERA INDUSTRI 4.0 Miskiah Abstrak: Makalah ini bertujuan untuk menjelaskan tantangan guru di era industri 4.0 dan kesiapan dalam menghadapi tantangan tersebut. Melalui kajian literatur, penulis menjelaskan bahwa ada beberapa cara dalam menghadapi tantangan pendidikan di era revolusi industry 4.0 melalui peningkatan kemampuan dan keterampilan guru dengan berperan aktif di sekolah. Beberapa kompetensi yang dianggap penting untuk dikuasai guru diabad 21 diantaranya adalah kemampuan kreativitas, berpikir kritis, kolaborasi, komunikasi, inovasi, problem solving, kecakapan ICT, dan berkarakter. Era globalisasi dengan segala aspeknya menuntut guru untuk memiliki berbagai keterampilan yang mendukung daya inovasi dan kreativitasnya agar dapat berkompetisi pada masyarakat global. Guru haruslah memiliki kesadaran dan pandangan baru bahwa pendidik era saat ini tak bisa lagi berperan sepenuhnya sebagai agen yang mentrasfer ilmu pengetahuan tetapi juga melahirkan gerakan baru dan atau inovasi. Kata kunci: Tantangan guru, Industri 4.0, dan kompetensi abad 21 Pendahuluan Revolusi digital dan era disrupsi teknologi merupakan istilah lain dari industri 4.0. Hal ini disebabkan oleh terjadinya proliferasi komputer dan otomatisasi pencatatan di semua bidang. Industri 4.0 dikatakan era disrupsi teknologi karena otomatisasi dan konektivitas di sebuah bidang akan membuat pergerakan dunia industri dan persaingan kerja menjadi tidak linear. Salah satu karakteristik unik dari industri 4.0 adalah pengaplikasian kecerdasan buatan atau artificial intelligence (Tjandrawinata, 2016). Era revolusi industry 4.0 ini juga memberikan perubahan besar pada struktur mental melalui cara berpikir, cara meyakini, dan cara bersikap (Suwardana, 2017). Untuk menghadapi era revolusi industry 4.0, dibutuhkan pendidikan yang bisa membentuk generasi kreatif, inovatif, dan kompetitif. Selain itu juga butuh Sumber Daya Manusia yang berwawasan unggul, profesional, berpandangan jauh ke depan, dan percaya diri (Ginanjar, 2015). Senada dengan hal itu, Menristekdikti (2018) mengungkapkan bahwa ada beberapa hal yang harus dipersiapkan dalam menghadapi era revolusi industri 4.0: Sistem pembelajaran inovatif untuk menghasilkan lulusan yang kompetitif dan terampil terutama dalam aspek data literacy, technological literacy and human literacy; Rekonstruksi kebijakan kelembagaan pendidikan tinggi yang adaptif dan responsif; Sumber daya manusia yang responsive, adaptif dan handal, dan; Perbaikan sarana prasarana dan pembangunan infrastruktur pendidikan, riset, dan inovasi. Memasuki era globalisasi pada abad ke-21 ini, pendidikan di Indonesia menghadapi tantangan besar, baik dilihat dari usaha pemerataan, perluasan akses, peningkatan mutu, relevansi, daya saing, efisiensi manajemen pendidikan, maupun optimalisasi sumber daya serta terwujudnya pencitraan publik. Indonesia sendiri sudah menyadari pentingnya keterampilan abad 21 sebagaimana yang dituangkan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan tahun 2010, sehingga, dampak yang berkembang dari globalisasi dan masyarakat pengetahuan telah membuat banyak orang berpendapat bahwa keterampilan abad ke-21 sangat penting (Lewin dan McNicol, 2015: Van Laar, et. Al: 2017). Dengan demikian, tantangan revolusi industri 4.0 ini harus ditanggapi secara bijak oleh para pemangku kepentingan (stake holders) dengan dikuasainya kemampuan literasi data, teknologi, dan manusia. Berbagai tantangan dalam dunia revolusi industri 4.0. yang menjadikan dunia pendidikan kita kesulitan beradaptasi. Pertama banyaknya SDM yang kurang melek dalam literasi teknologi. Mereka disebut “Digital Immigrant” yaitu sebutan bagi pendatang di dunia digital. Mereka menghadapi anak muda yang sudah digital yang disebut dengan “Native Digital” istilah penduduk asli di dunia digital. Mereka menganggap sulit untuk mengejar literasi data dan teknologi karena kurangnya kemmapuan untuk mengadaptasi dua literasi ini. Akhirnya, mereka menyerah dan terpaksa harus beradaptasi dengan native digital. Kedua, literasi teknologi dan data merupakan literasi yang sangat luas dan dinamis. Data yang pesat di dunia digital memerlukan energy yang sangat sulit untuk dianalisis. Membedakan the truth dan hoax, menelusuri mana yang referenced dan unreferenced, menyimpulkan kebenaran yang single atau yang multiple merupakan hal rumit dalam literasi data. Hal inilah yang membuat pendidik kesulitan untuk move up. Teknologi yang dahulu hanya computer applied sederhana, sekarang sudah menjadi ribuan teknologi yang tidak terkejar oleh pendidik. Android sebagi market leader dalam perangkat lunak telah memberdayakan semua orang untuk berperan serta dalam membangun teknologi perangkat lunak. Hingga produknya sangat banyak dan bervariasi. Begitupun, teknologi hardware yang sangat cepat dan kadang kita tidak bisa berpikir untuk menghentikannya. Dua hal inilah yang merupakan tantangan terbesar bagi pendidik dalam mengikuti trend revolusi industri 4.0. Kadang pendidik zaman old telah melemparkan handuk untuk tidak berpartisipasi di dalamnya dan mempercayakan segala “kemajuan” ini kepada mereka yang muda. Tidak jarang pendidik tua tidak ambisius dalam mengimplementasikan model-model pembelajaran zaman Now, mereka bahkan tidak sedikit yang menyinyiri kemajuan ini. Namun, bagi mereka yang open minded pasti lebih memfasilitasi generasi muda yang native digital citizen untuk mempelajari lebih dalam dan mereka mengikuti dari belakang. Metode Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah non riset, yakni penelitian studi pustaka, dengan mengumpulkan informasi dari beberapa sumber yakni buku, jurnal, internet, dan informasi berupa pendapat yang dikemukakan menteri pendidikan melalui beberapa acara yang penulis kutip dari Youtube yang bertujuan untuk mendapatkan informasi lebih dalam di era revolusi industri 4.0. (Sugiyono, 2008). Pembahasan Pendidikan di Era Revolusi Industri 4.0 Revolusi industri keempat terjadi di abad ke-21, dimana terjadi perkembangan teknologi yang sangat pesat yang mampu meningkatkan kemajuan diberbagai belahan dunia. Perubahan tuntutan kompetensi di abad 21 ditandai dengan pemanfatan teknologi informasi dan komunikasi dalam segala segi kehidupan, termasuk dalam proses pembelajaran. Sejalan dengan tuntutan penguasaan kompetensi tersebut, kemampuan berpikir kritis, memecahkan masalah, dan berkolaborasi menjadi kompetensi penting dalam memasuki kehidupan abad 21. Sebagai seorang profesional guru secara konseptual harus memiliki syarat untuk mendukung mereka menjalankan tugas dan kewenangannya. Menurut Hidayatullah (2007: 35) kompetensi pendukung itu di antaranya adalah: memiliki kemampuan berbahasa Inggris; menguasai teknologi seperti computer, internet; serta memiliki kemampuan manajerial. Sementara Suyanto & Jihad (2013) berpendapat bahwa guna memperlancar tugas utamanya seorang guru harus memiliki kompetensi penunjang yang meliputi: keahlian menulis, meneliti, berbahasa asing, dan kemampuan untuk mendorong peserta didik untuk membaca. Selain kompetensi-kompetensi yang telah disebutkan di atas, kompetensi abad 21 yang juga perlu dimiliki oleh seorang guru untuk mentransfer kompetensi tersebut kepada siswanya (Rust & Bergey, 2014; White & Chant, 2014). Kompetensi abad 21 tersebut di antaranya adalah keterampilan berpikir, mengajar sesuai disiplin ilmu, memanfaatkan teknologi, kreativitas dan kerjasama tim (Saavedra and Opfer, 2012b). Tican, C., & Deniz, S. (2019) juga menambahkan pemecahan masalah, empati, komunikasi yang efektif serta pengembangan berkelanjutan. Kompetensi ini diperlukan untuk mengajar dan membangun kekuatan peserta didik. Kompetensi abad 21 disini berfungsi untuk membantu guru dalam mengajar dan mengembangkan potensi siswa, merancang pembelajaran yang menarik, membangun pembelajaran menarik, dan memahami gaya mengajar. Sedangkan kompetensi membangun kekuatan peserta didik maksudnya adalah kompetensi yang membangun rasa percaya diri peserta didik, membangun komunikasi, kolaborasi, dan empati, membangun kreativitas dan inovasi dalam pembelajaran, membangkitkan daya kritis siswa, serta menguatkan karakter. Setiap guru dalam melaksanakan tugasnya bermuara pada kompetensi yang mereka kuasai. Selain sebagai dorongan untuk melaksanakan kerja dengan optimal diharapkan juga sebagai pedoman dan bahan pertimbangan dalam melaksanakan perbaikan kompetensi abad 21 demi meningkatnya kualitas pendidikan yang diharapkan. Dapat dijelaskan bahwa pada kompetensi abad 21 ditemukan ada enam kompetensi yang harus dimiliki oleh guru saat ini, yaitu: kreativitas dan inovasi, komunikasi dan kolaborasi, ICT, berpikir kritis, pendidikan karakter, dan pemecahan masalah. Perkembangan informasi dan teknologi yang kian pesat tak dapat dihindari dan menjadi bagian penting dari pendidikan dan pembelajran. Guru merupakan inti dari pendidikan, tanpa guru pendidikan tidak akan berjalan dengan efektif. Banyak guru kekurangan pengalaman dan/atau kompetensi, kurangnya waktu, dan masalah tehnis lainnya untuk mengintegrasikan ICT ke dalam kelas (Honan, 2008; Lei, 2009; Lim, Chai & Churchill, 2010; Lubis, 2018; Miskiah, dkk, 2019; munawwarah, 2014; Russel, dkk, 2003). Oleh sebab itu, guru harus mampu menyeimbangkan antara sistem pembelajaran dengan teknologi yang kian semakin berkembang. Disini guru harus mampu menginovasi pembelajaran dari yang klasik menuju modrenisasi. Menggabungkan metode pembelajaran dengan teknologi, untuk membantu siswa memahami bahwa pendidikan dan teknologi harus sejalan dan mampu menciptakan kegiatan belajar dalam keadaan diamana saja. Dengan demikian, revolusi pembelajaran menjadi satu keniscayaan. Menjawab Tantangan Pendidikan di Era Industri 4.0 Panggilan untuk pendidik di seluruh dunia untuk mempersiapkan siswa untuk abad ke-21 telah ada selama beberapa dekade terakhir (American Association of Colleges & Universities, 2007; Conley, 2005 & 2007; Dede, 2010; Drew, 2012; P21st Century Skills, 2006; Trilling & Fadel, 2012). Saat ini kita menghadapi gelombang evolusi ketiga dalam dunia pendidikan (Gidley, 2016), dan membutuhkan paradigma yang jelas (Kennedy, Latham, & Jacinto, 2016). Guru perlu meningkatkan pengetahuan dan keterampilan untuk mengeksplorasi praktik mengajar mereka (Selvi, 2010: 167). Kompetensi guru berfungsi sebagai bagian penting yang bisa digunakan untuk meningkatkan hasil belajar (Kleickmann, Tro€bst, Jonen, Vehmeyer, & Mo€ller, 2016). Hal ini senada dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Kunter, dkk (2013) yang menemukan bahwa kompetensi guru berhubungan positif dengan kualitas pengajaran, yang pada gilirannya memiliki efek pada hasil belajar siswa. Namun, seiring dengan adanya perkembangan teknologi, kompetensi yang dibutuhan guru juga berubah. Pertama, guru diharapkan bisa menggunakan teknologi untuk mendukung cara baru dalam belajar mengajar (Derent & Meelissen, 2008). Kedua, untuk mempersiapkan siswa dalam abad 21, guru harus mengembangkan literasi teknologi bagi siswanya (International Society for Technology in Education [ISTE], 2008; United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization [UNESCO], 2011; Voogt & Roblin, 2010). Tuntutan lainnya adalah pendidikan guru yang dalam hal ini adalah guru perlu dididik untuk menggunakan teknologi sebagai alat untuk mengajar, mendukung literasi teknologi siswa, dan pelatihan merupakan bagian dari pengembangan profesionalisme guru (Lyles, 2015). Sebagai seorang profesional guru secara konseptual harus memiliki syarat untuk mendukung mereka menjalankan tugas dan kewenangannya. Menurut Hidayatullah (2007: 35) kompetensi pendukung itu di antaranya adalah: memiliki kemampuan berbahasa Inggris; menguasai teknologi seperti computer, internet; serta memiliki kemampuan manajerial. Sementara Suyanto & Jihad (2013) berpendapat bahwa guna memperlancar tugas utamanya seorang guru harus memiliki kompetensi penunjang yang meliputi: keahlian menulis, meneliti, berbahasa asing, dan kemampuan untuk mendorong peserta didik untuk membaca. Kesimpulan Kompetensi seorang guru juga memiliki peranan yang cukup besar dalam melahirkan generasi yang berkualitas. Sebab guru bukan hanya salah satu sumber pengetahuan bagi siswanya tetapi juga sebagai sosok teladan. Oleh karena itu, sebagai pendidik guru diharapkan dapat melaksanakan peranannya dengan baik sebagaimana diungkapkan oleh Heijden, Geldens, Beijaard, & Popeijus (2015), pembelajaran akan memberikan manfaat hingga 90% jika dibarengi dengan kemampuan guru dan pembelajaran yang berkualitas. Hal ini disebabkan karena pada abad 21 kita ditantang bukan hanya mampu di bidang akademik saja, tetapi juga pada pendidikan intelektual, emosional, moral dan akhlak. DAFTAR PUSTAKA American Association of Colleges and Universities (2007). College learning for the new global century. Washington, DC: AACU. Conley, D. T. (2005). College Knowledge: What it Really Takes for Students to Succeed and What We Can Do to Get Them Ready. San Francisco: JosseyBass. Conley, D. T. (2007). Toward a more comprehensive conception of college readiness. Eugene, OR: Educational Policy Improvement Center. Dede, C. (2010). Comparing frameworks for 21st century skills. In J. Bellanca, & R. Brandt (Eds.). 21st century skills: Rethinking how students learn (pp. 51– 76). Bloomington, Indiana: Solution Tree Press. Drew, S. V. (2012). Opening up the ceiling on the common core state standards: Preparing students for 21st century literacy – Now. Journal of Adolescent and Adult Literacy, 56(4), 321–330. Forkosh-Baruch, A., Mioduser, D., & Nachmias, R. (2012). ICT innovation in the international research. Journal of Theory and Research Ma'of u Ma'ase: Teaching and Learning in the Internet Era, 14, 49-22. (in Hebrew) Ginanjar, (2015). Tantangan dan peluang Lembaga Pendidikan islam di era masyarakat ekonomi asean (MEA), Edukasi Islam. J. Pendidikan Islam, Vol. 04, 1012-1026. Gidley, J. M. (2016). Postformal in education: Beyond the formal factory model. In Heijden, V. D. H., Geldens, J. J. M., Beijaard, D., & Popeijus, H. L. (2015). Characteristics of teachers as change agents. Teachers and Teaching: Theory and Practice, 21(6), 681–699. https://doi.org/10.1080/13540602.2015.1044328 Hermann, M., Pentek, T., & Otto, B. (2016). Design Principles for Industrie 4.0 Scenarios. Presented at the 49th Hawaiian International Conference on Systems Science. Hidayatullah, M. F. (2007). Mengabdi kepada almamater. Mengantar calon pendidik berkarakter di masa depan. Surakarta: Sebelas Maret University Press. Honan, 2008; Lei, 2009; Lim,; Lubis, 2018; Miskiah, dkk, 2019; munawwarah, 2014; Russel, dkk, 2003) International Society for Technology in Education [ISTE]. (2008). ISTE Standards for teachers. Retrieved from http://www.iste.org/standards/istestandards/ standards-for-teachers. Jelantik, A. . K. (2019). Dinamika Pendidikan dan Era Revolusi Industri 4.0. Yogyakarta: Penerbit Deepublish. Kennedy, I. G., Latham, G., & Jacinto, H. (2016). Education skills for 21st century teachers: Voices from a global online educators’ forum. Cham, Switzerland: Springer. http://doi.org/10.1007/978-3-319-22608-8. Kleickmann, T., Tro€bst, S., Jonen, A., Vehmeyer, J., & Mo€ller, K. (2016). The effects of expert scaffolding in elementary science professional development on teachers' beliefs and motivations, instructional practices, and student achievement. Journal of Educational Psychology, 108, p. 21-42. Krippendorff, K (2004). Content analysis: An introduction to its methodology (Second Edition). SAGE Publications. Kriyantono, R. (2012). Teknik praktis riset komunikasi.6th ed. Jakarta: Kencana Prenada Media Grup, 232-233. Kunter, M., Klusmann, U., Baumert, J., Richter, D., Voss, T., & Hachfeld, A. (2013). Professional competence of teacher: Effects on instructional quality and student development. Journal of Educational Psychology, 105, p.805820. Lee, J., Lapira, E., Bagheri, B., Kao, H., (2013). Recent Advances and Trends in Predictive Manufacturing Systems in Big Data Environment. Manuf. Lett. 1 (1), 38–41. Lewin, C. and McNicol, S. (2015) Supporting the development of 21st century skills through ICT. In Brinda, T., Reynolds, N., Romeike, R. and Schwill, A. (2015) KEYCIT 2014: Key Competencies in Informatics and ICT (pp. 18198). Liffler, M., & Tschiesner, A. (2013). The Internet of Things and the Future of Manufacturing. McKinsey & Company. Lyles, R. (2015). Teachers and professionalism. The learing House: A Journal of Educational Strategies, Issues and Ideas, 30(9), 548–550. https://doi.org/10.1080/00098655.1956.11476490 Menristekdikti. 2018. Pengembangan Iptek dan Pendidikan Tinggi di Era Revolusi Industri 4.0. (Online) https://ristekdikti.go.id/pengembanganiptek-dan-pendidikan-tinggi-di-era-revo- lusi-industri-4-0-2/ diakses tanggal 6 Februari 2018. Miskiah, Yoyon, S., & Sudrajat, A. (2019). Integration of information and communication technology into Islamic religious education teacher training. Cakrawala Pendidikan, Vol. 38(1). 130-140. Doi: 10.21831/cp. V38i1.23439. Rusadi, B. E., Widiyanto, R., & Lubis, R. R. (2019). Analisis Learning And Inovation Skills Mahasiswa Pai Melalui Pendekatan Saintifik Dalam Implementasi Keterampilan Abad 21. Conciencia, XIX(2), 112–131. https://doi.org/https://doi.org/10.19 109/conciencia.v19i2.4323 Rust, F., & Bergey, N. (2014). Developing action-oriented knowledge among preservice teachers. Teacher Education Quarterly, 41(1), 63–83. Saavedra, A., & Opfer, D. (2012b). Learning 21st-century skills requires 21stcentury teaching. Phi Delta Kappan, 94(2), 8-13. Selvi, K. (2010). Teachers’ Competencies. Cultura International Journal of Philosophy of Culture and Axiology, 7(1), 167–175. https://doi.org/10.5840/cultura20107133 Sugiyono. (2008). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D. Bandung: Alfabeta. Susanto, A. (2013). Teori belajar dan pembelajaran di sekolah dasar. Jakarta: Prenadamedia Grup. Suwardana, H. (2017). Revolusi Industri 4.0 berbasis revolusi mental Tican, C., & Deniz, S. (2019). Pre-service teachers’ opinions about the use of 21st century learner and 21st century teacher skills. European Journal of Educational Research, 8(1), 181-197. Doi: 10.12973/eu-jer.8.1.181 Tjandrawina, R.R. (2016). Industri 4.0: Revolusi industri abad ini dan pengaruhnya pada bidang kesehatan dan bioteknologi. Jurnal Medicinus, Vol 29, Nomor 1, Edisi April. Trilling, B., & Fadel, C. (2012). 21st century skills: Learning for life in our times. John Wiley & Sons. UNESCO Office in Bangkok: http://.www.unescobkk.org/education/ict/ ICT in Eductaion. Van Laar, E., van Deursen, A. J. A. M., Van Dijk, J. A. G. M., & de Haan, J. (2017). The releation system 21st-century skills and digital skills: A systematic literature review. Coputers in Human Behavior, 72,577-588. Doi: 10.1016/j.chb. 2017.03010 Voogt, J., & Roblin, N. P. (2010). 21st-century skills. Discussion paper. Enschede, Netherlands: University of Twente Widaningsih, I. (2019). Strategi dan Inovasi Pembelajaran Bahasa Indonesia di Era Revolusi Industri 4.0. Uwais Inspirasi Indonesia White, J. W., & Chant, R. H. (2014). Challenging idealism: Pre-service teachers’ core beliefs before, during, and after an extended field-based experience. Teacher Education Quarterly, 41(2), 73–92.