Tersedia online di: http://ejournal.undip.ac.id/index.php/teknik
TEKNIK, 42 (1), 2021, 1-9
Rancang Bangun, Uji Performansi dan Analisis Biaya
Alat Pencampur Nutrisi
Seri Intan Kuala*, Novita Dwi Susanti, Yusnan Hasani Siregar, Aidil Haryanto, Galih Riyan Basuki
Pusat Penelitian Teknologi Tepat Guna, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
Jalan KS Tubun 5 Subang, Jawa Barat, Indonesia 41213
Abstrak
Saat ini pencampuran nutrisi pada sistem hidroponik masih dilakukan secara manual oleh petani
sehingga dianggap tidak efektif dan efisien. Untuk itu diperlukan suatu alat yang dapat mencampur
nutrisi tanaman untuk mengatasi permasalahan tersebut. Alat ini dilengkapi dengan sistem kendali jumlah
zat padat terlarut (Total Dissolved Solid, TDS satuan ppm) dan agitator. Tahap kegiatan dimulai dengan
melakukan perancangan, konstruksi, pengujian serta analisis biaya. Perancangan terdiri dari
perancangan struktural dan fungsional. Hasil perancangan diperoleh dimensi 0,85 m x 0,55 m x 1,55 m
terdiri dari sebuah reservoir, sebuah wadah penampung nutrisi A dan nutrisi B masing-masing
berkapasitas 100 liter dilengkapi dengan agitator yang digerakan dengan motor DC 45 watt. Unjuk kerja
sistem elektrik dilakukan untuk memastikan kecukupan nutrisi (diindikasikan dengan nilai TDS) serta
ketinggian air dalam reservoir. Pengujian kerataan TDS dan temperatur larutan nutrisi diukur setiap 720
detik dalam rentang 3600 detik pada 5 titik dengan hasil masing-masing memiliki simpangan rata-rata
1,44300%+5% dan 4,90540%+5%. Pengujian penanaman dengan menggunakan alat pencampur pada
tanaman pakcoy dan bayam masing-masing 5,95 kg dan 2,5056 kg lebih banyak dibanding tanpa
menggunakan alat pencampur. Sedangkan untuk analisis biaya produksi alat pencampur dan diperoleh
Rp8.981.019. Dalam analisa biaya penanaman pakcoy dan bayam diperoleh selisih dengan harga
pasaran sebesar Rp13.273.
Kata kunci: alat pencampur; perancangan fungsional; perancangan struktural; rancang bangun; uji
performansi
Abstract
[Title: Engineering Design, Performance Test and Cost Analysis of Nutrition Mixer] At present mixing
of nutrients in the hydroponic is still done manually (ineffective and inefficient). For that we need a tool
that can mix plant nutrients equipped with a system that regulates the amount of solute (Total Dissolved
Solid, TDS with ppm units) and agitator. The design consist of structural and functional, construction,
testing and cost analysis. The results obtained dimensions of 0,85 m x 0,55 m x 1,55 m, consisting of a
reservoir, container nutrition with a capacity of 100 liters equipped with agitators driven by a 45 watt DC
motor. The performance of the electrical system is carried out to ensure adequate nutrition (indicated with
TDS value) and water level in the reservoir. TDS flatness testing and nutrient temperature every 720
seconds in the range of 3600 seconds at 5 points, each has an average deviation of 1,443% + 5% and
4,9054% + 5%. Testing of planting using mixing equipment in pakcoy and spinach plants was 5,95 kg and
2,5056 kg more than without using a mixing equipment. Whereas for the analysis of the production costs
of mixing equipment and obtained Rp8.981.091. In analyzing the costs of planting the difference between
the market price is Rp13.273.
Keywords: engineering design; functional design; nutrition mixer; perfomance test; structural design
-----------------------------------------------------------------*)
Seri Intan Kuala
E-mail:seri.kuala.sk@gmail.com
doi: 10.14710/teknik.v42i1.24800
Copyright © 2021, TEKNIK, p-ISSN: 0852-1697, e-ISSN: 240-9919
TEKNIK, 42 (1), 2021, 2
1. Pendahuluan
Nutrisi adalah sumber makanan utama dalam
pertumbuhan tanaman dalam hidroponik (Wulansari,
2012). Nutrisi yang digunakan adalah nutrisi khusus
yang mengandung semua unsur mikro dan makro.
Kedua unsur ini tidak boleh dicampur dalam keadaan
pekat karena akan terbentuk CaSO4 atau gips dan Ca3
(PO4)2 atau kalsium fosfat. Keduanya berbentuk
endapan yang sulit larut sehingga tidak dapat diserap
oleh tanaman (Wulansari, 2012). Pengendapan juga
terjadi beberapa jam setelah sistem digunakan pada
wadah penampung campuran nutrisi A, nutrisi B dan air
(reservoir). Ketidakmampuan tanaman dalam menyerap
nutrisi berdampak pada pertumbuhan akar yang kurang
optimal (Wijayani dan Widodo, 2005 dalam Dyka,
2018) yang berujung pada penurunan produktivitas
(Husnaeni dan Setiawati, 2018). Untuk itu perlu
dirancang bangun alat pencampur nutrisi untuk
menghindari
permasalahan
tersebut
sehingga
memungkinkan setiap tanaman memperoleh nutrisi yang
dibutuhkan (Fitriani dkk., 2017).
Rancang bangun alat pencampur sudah dilakukan
untuk mencampur minuman ringan (Wicaksono, 2008),
cat (Baharsyah, 2016; Prameswary, 2016 dan
Zulkarnain, 2016) serta kedelai dan ragi tempe (Surya,
2017). Namun belum pernah dilakukan rancang bangun
alat pencampur nutrisi hidroponik yang dilengkapi
dengan sistem kendali jumlah zat padat terlarut/total
dissolved solid (TDS). TDS dapat mengindikasikan nilai
konsentrasi nutrisi dengan satuan ppm (part per million)
(Rahman, Kuala, Tribowo, Anggara, & Susanti, 2017).
Selama ini rancang bangun alat pencampur nutrisi
hidroponik lebih banyak ditekankan pada sistem kendali
elektronik seperti yang dilakukan oleh Wibisono, 2018,
Safura dkk., 2018 dan Nugraha dkk., 2017 pada sistem
hidroponik NFT.
Makalah ini bersifat rancang bangun alat
pencampur nutrisi dalam sistem hidroponik DFT (Deep
Flow Technique). Nutrisi yang dicampur adalah nutrisi
AB Mix dengan air baku sebelum diedarkan keseluruhan
sistem hidroponik. Ciri khusus teknik hidroponik DFT
adalah adanya genangan air pada pipa penanaman
setinggi 0,04 – 0,06 m (Suryanto dkk., 2017).
Keuntungan teknik DFT antara lain mampu
menyediakan air dan oksigen bagi tanaman (Mansyur
dkk., 2014). Untuk parameter pengujian meliputi
kerataan jumlah zat padat terlarut (TDS), kerataan
temperatur, bobot tanaman dan jumlah hasil panen di
akhir masa tanam menggunakan alat pencampur.
Evaluasi disertai analisis biaya pembuatan mesin
pencampur dalam proses penanaman sayuran berdaun
yaitu pakcoy dan bayam.
Pakcoy merupakan salah satu sayuran yang
memiliki prospek baik dimasa depan (Wibowo dan
Asriyanti, 2013) dengan kemudahan dalam budidaya
doi: 10.14710/teknik.v42i1.24800
dan ketahanan terhadap kadar air tinggi maupun musim
(Effendi dkk., 2015), memiliki nilai ekonomis tinggi
(Efriyadi, 2018), memiliki siklus hidup yang singkat
(Putri dkk., 2017), dan telah banyak dibudidayakan
dengan sistem hidroponik (Sarido, 2017). Sedangkan
bayam merupakan sayuran daun yang mempunyai gizi
tinggi dan banyak disukai masyarakat Indonesia (Fatma,
2013 dan Hartono, 2015). Penelitian ini bertujuan untuk
merancang (struktural dan fungsional) mengkonstruksi,
dan mengevaluasi kinerja mesin pencampur yang
dilengkapi dengan sistem kendali TDS.
Evaluasi dilengkapi dengan analisis biaya
produksi alat pencampur nutrisi dan biaya produksi
penanaman pakcoy serta bayam. Analisis biaya
diharapkan dapat memberikan gambaran kepada calon
pengguna teknologi mengenai kisaran harga pokok
produksi alat maupun harga pokok tanaman yang benar.
Harga pokok produksi baik alat maupun tanaman
berkaitan dengan penetapan harga jual sehingga
diperoleh laba sesuai yang diharapkan.
2. Bahan dan Metode
Bahan yang digunakan dalam penelitian adalah
nutrisi hidroponik AB Mix merk “Hydro J” untuk
tanaman sayur berdaun serta bibit tanaman pakcoy dan
bayam merk “Panah Merah”.
Alat yang digunakan meliputi sensor TDS, sensor
TDS berbentuk batang, solenoid valve 12 VDC, relay 5
V, timer, reservoir, wadah penampung nutrisi A dan
nutrisi B, wadah semai, toren air, gelas ukur 2000 ml,
spatula, timbangan dan termometer. Peralatan
pendukung perancangan mekanik dan perbengkelan
yaitu gerinda tangan, mesin las dan mesin bor tangan.
Pada penelitian ini menggunakan konsep
rancang bangun yang terdiri dari beberapa tahapan
antara lain perancangan fungsional dan perancangan
struktural (Adilaksono, Susilo, & Sugiarto, 2014) yang
diperlihatkan pada Gambar 1, konstruksi dan pengujian.
Bagian utama alat pencampur ini adalah :
sebuah meja bertingkat dua; sebuah reservoir; sebuah
wadah penampung nutrisi A dan nutrisi B; toren air;
empat buah outlet penguras; dua buah agitator; dua
buah motor; sebuah panel kendali; sebuah sensor
ketinggian air; sebuah sensor TDS; sebuah pompa
sentrifugal dan dua buah solenoid valve. Meja
bertingkat berfungsi untuk menempatkan wadah
penampung nutrisi A dan nutrisi B di bagian atas serta
reservoir dibagian bawah. Agitator digunakan untuk
mengaduk air pada reservoir serta wadah penampung
nutrisi A dan nutrisi B yang digerakkan oleh motor.
Panel kendali berisi sistem pengkabelan yang mengatur
seluruh sistem alat pencampur nutrisi berdasarkan nilai
TDS yang ditunjukan oleh sensor. Pompa sentrifugal
berfungsi untuk mensirkulasi campuran nutrisi A, nutri
B dan air ke seluruh sistem hidroponik.
Copyright © 2021, TEKNIK, p-ISSN: 0852-1697, e-ISSN: 240-9919
TEKNIK, 42 (1), 2021, 3
Gambar 1. Tahapan perancangan alat pencampur nutrisi
Dimensi alat pencampur nutrisi memiliki ukuran
0,85 m x 0,55 m x 1,55 m, rangka tersusun dari besi siku
berlubang dan plat stainless steel 0,0008 m. Dimensi ini
diperoleh dari perhitungan dimensi reservoir serta
wadah penampung nutrisi A dan nutrisi B masingmasing berbahan plastik dengan tebal 0,0002 m
berkapasitas 100 liter setinggi 0,8 m dan dilengkapi dua
buah outlet sebesar 0,0127 m. Diameter baling agitator
0,00682 m ditempatkan pada masing-masing wadah
penampung digerakkan dengan motor DC 45 watt.
Pompa sentrifugal yang digunakan berkapasitas 2.800
liter/jam sedangkan tegangan kerja solenoid valve
adalah 12/24 VDC. Pertimbangan yang diambil dalam
rancang bangun ini adalah berdasarkan survei pada
percontohan sistem hidroponik DFT di P2TTG LIPI
Subang yang memiliki 240 hole pada setiap modulnya
Gambar 2. Pipa pada modul percontohan sistem
hidroponik DFT P2TTG LIPI Subang
doi: 10.14710/teknik.v42i1.24800
dengan kebutuhan campuran nutrisi A, nutrisi B dan air
sebanyak 40 liter/minggu.
Gambar 2 memperlihatkan pipa pada modul
sistem hidroponik DFT P2TTG LIPI Subang. P1 adalah
pipa besar dengan diameter 3 inchi dan P2 adalah pipa
kecil dengan diameter 1,5 inchi yang disambungkan
dengan pipa reducer.
Jumlah larutan yang bersirkulasi dalam sistem
dapat diperhitungkan. Dengan menggunakan Persamaan
1 sampai dengan Persamaan 4 diperoleh :
(1)
(2)
(3)
(4)
Gambar 3. Dimensi geometris agitator dan tangki
(Fort et al., 2002)
Copyright © 2021, TEKNIK, p-ISSN: 0852-1697, e-ISSN: 240-9919
TEKNIK, 42 (1), 2021, 4
Dimana v1 merupakan volume pipa besar (m3),
v2 merupakan volume pipa kecil (m3), v merupakan
volume larutan dalam pipa besar (m3) dan vtotal
merupakan volume total larutan yang tergenang dalam
sistem DFT (m3). Untuk r1 adalah jari-jari pipa besar
(m), r2 adalah jari-jari pipa kecil (m), t adalah waktu
(detik) dan nilai π adalah 3,14
Daya yang dibutuhkan untuk pengadukan
dipengaruhi oleh kondisi beban. Sebagaimana
ditunjukkan pada Persamaan 5, dengan mengetahui
bilangan Reynold (NR) maka dapat diketahui aliran
fluida dan daya (P, watt) yang digunakan untuk
pengadukan (Berk, 2009). Persamaan daya secara umum
ditunjukkan oleh Persamaan 6, sedangkan untuk
persamaan daya dengan kondisi bilangan Reynold < 10
(aliran laminer) ditunjukkan oleh Persamaan 7.
(5)
(6)
(7)
Dimana D menunjukan diameter pengaduk (m),
n menunjukan putaran adukan (rps) dan ρ menunjukan
massa jenis (kg/m3). Sedangkan nilai µ menunjukan
viskositas dinamis serta P0 menunjukan daya adukan
(watt)
Dimensi geometris sistem pengadukan dengan
menggunakan pitch blade impeller ditunjukkan pada
Gambar 3. T adalah diamater tangki reservoir (m), b
adalah lebar baffle (m), r adalah fillet (m), R adalah
radius torispherical head (m), D adalah diameter
pengaduk (m), C adalah jarak agitator ke dasar tangki
reservoir (m), dan H adalah ketinggian cairan (m).
Perhitungan koefisien daya (Po) menggunakan
pitched blade impeller dilakukan dengan Persamaan 8
Gambar 4. Titik pengambilan sampel jumlah zat
padat terlarut (Total Dissolved Solid/TDS) dan
temperatur.
doi: 10.14710/teknik.v42i1.24800
(Fort, T. Jirout, R. Sperling, S. Jambere, & F. Rieger,
2002). Dari nilai koefisien daya ini dapat diperoleh daya
pengadukan.
(8)
Nilai T adalah diameter tangki pada pitched
blade impeller (m) dengan h adalah tinggi pengaduk dari
dasar (m) serta H adalah ketinggian cairan (m). Untuk nB
menunjukan jumlah blade pengaduk yang memiliki α,
sudut dari kemiringan blade dan sudut penyalaan pada
rangkaian penyearah terkontrol gelombang penuh (o)
Rancangan uji kinerja mesin pencampur
dilakukan dengan tiga kali percobaan untuk menanam
pakcoy dan bayam dengan masing-masing satu
parameter kontrol yaitu tanpa menggunakan alat
pencampur. Bibit pakcoy dan bayam disemai pada
wadah yang telah disteril terlebih dahulu untuk
menghindari gagal tumbuh pada benih. Persemaian
dilakukan selama 3-7 hari hingga muncul daun ke-3 dari
setiap benih. Setelah itu benih dapat dipindahkan ke
media tanam berupa rockwoll yang besarnya disesuaikan
dengan diameter netpot yang akan diletakkan di sistem
DFT.
Selain itu dilakukan uji coba kerataan TDS dan
temperatur pada sistem hidroponik tanpa tanaman.
Kerataan TDS dan temperatur diukur pada 4 titik
(Gambar 4) dengan 5 kali ulangan selama 3600 detik
dari pukul 10.00 WIB – 11.00 WIB. Sebelum dilakukan
pengambilan data, alat ukur yang digunakan telah
dikalibrasi.
Untuk mengetahui jumlah biaya yang harus
dikeluarkan untuk membuat suatu alat pencampur nutrisi
dan biaya penanaman tanaman maka perlu dilakukan
analisis biaya. Rahmaji (2013) mengemukakan bahwa
biaya produksi adalah biaya-biaya yang terjadi
sehubungan dengan kegiatan manufaktur. Biaya total
produksi (TC, Rp/periode) mengikuti Persamaan 9 yang
terdiri dari biaya tetap (FC, Rp/periode) dan biaya
variabel (VC, Rp/periode). Biaya tetap adalah biaya
yang tidak terpengaruh oleh perubahan tingkat kegiatan
maupun volume output, sedangkan biaya tidak tetap
adalah sifatnya berubah-ubah secara proporsional
terhadap perubahan output. Biaya penyusutan alat (D,
Rp/hari) termasuk dalam biaya tetap dengan metode
garis lurus sesuai Persamaan 10 (Rahayuningtyas dan
Afifah, 2016). Perhitungan biaya depresiasi dilakukan
dengan Persamaan 10 yang merupakan hasil
perbandingan antara selisih harga awal (P, Rp) dan
harga akhir (S, Rp) dengan perkiraan umur ekonomis (L,
hari). Biaya tidak tetap terdiri dari biaya bahan baku,
Copyright © 2021, TEKNIK, p-ISSN: 0852-1697, e-ISSN: 240-9919
TEKNIK, 42 (1), 2021, 5
Gambar 5. Alat pencampur nutrisi hidroponik
Gambar 6. Rangkaian pemantau ketinggian air
biaya tenaga kerja, biaya listrik, biaya pemeliharaan alat
mesin dan biaya operasional
(9)
(10)
Persamaan 11 digunakan untuk memperhitungkan
biaya pokok produk (BPP, Rp/unit produk)
hasil
penanaman pakcoy dan bayam. Komponen BPP
diantaranya adalah biaya tetap (BT, Rp/tahun), biaya tidak
tetap (BTT, Rp/hari), kapasitas alat (K, unit produk/hari)
dan perkiraan hari kerja dalam satu tahun (X, hari/tahun).
Selain itu, biaya pokok pembuatan alat pencampur nutrisi
hidroponik juga diperhitungkan dengan menggunakan
persamaan yang sama.
(11)
3. Hasil dan Pembahasan
Pendekatan rancang bangun yang dilakukan
adalah dengan merancang alat pencampur tipe susun.
Dasar perancangan disesuaikan dengan sistem hidroponik
DFT percontohan di P2TTG LIPI Subang yang memiliki
12 pipa berdiameter 0,0762 m pada setiap modulnya
dengan kebutuhan campuran nutrisi A, nutrisi B dan air
sebanyak 40 liter/minggu. Dari Persamaan 1 sampai
Persamaan 4 diperoleh volume pada reservoir sebanyak
82,04 liter sehingga kapasitas yang direkomendasikan
adalah 100 liter. Sedangkan untuk daya motor agitator
diperoleh dari Persamaan 5 sampai Persamaan 7 sebesar
17,2 watt sehingga dipakai motor sebesar 45 watt
menyesuaikan seperti yang ada dipasaran. Hasil rancang
bangun alat pencampur nutrisi terlihat pada Gambar 5.
Alat pencampur nutrisi memiliki dimensi 0,85 m x
0,55 m x 1,55 m, penentuan panjang merupakan
penjumlahan dari dua buah diameter reservoir serta
doi: 10.14710/teknik.v42i1.24800
wadah penampung nutrisi A dan nutrisi B, penentuan
lebar merupakan diameter dari wadah ditambah dengan
lebar besi siku pada masing-masing sisinya, sedangkan
penentuan tinggi menyesuaikan dengan tinggi rata-rata
operator yaitu 1,5 m. Rangka alat pencampur tersusun
dari besi siku berlubang dan plat stainless steel setebal
0,008 m, reservoir serta wadah penampung nutrisi A dan
nutrisi B menggunakan wadah yang ada dipasaran dengan
kapasitas 100 liter berbahan plastik tebal 0,002 m dan
tinggi 0,8 m dan dilengkapi dua buah outlet sebesar
0,0127 m. Diameter outlet menyesuaikan diameter stop
kran ukuran 0,5 inchi. Diameter baling agitator 0,0682 m
menyesuaikan diameter wadah sebesar 0,495 m yang
didalamnya juga terdapat komponen lain seperti pompa
sentrifugal serta sensor. Agitator digerakkan dengan
motor DC 45 watt. Pompa sentrifugal yang digunakan
berkapasitas 2800 liter/jam sedangkan tegangan kerja
solenoid valve adalah 12/24 VDC.
Dalam panel kendali terdiri dari MCB sebesar 10
ampere, relay 5 volt, relay 220 volt, timer, selector
switch dan beberapa lampu indikator. Dalam alat
pencampur nutrisi dibuat juga sebuah rangkaian
pemantau ketinggian air dengan sumber 12 volt seperti
terlihat pada Gambar 6.
Prinsip kerja alat pencampur nutrisi adalah
meminimalisir pengendapan nutrisi AB Mix hingga
tercampur sempurna keseluruh sistem hidroponik
melalui penggunaan agitator. Selain itu kecukupan
jumlah nutrisi (TDS, satuan ppm) dan jumlah larutan
campuran nutrisi A, nutrisi B dan air (liter) dalam
reservoir juga dapat dikendalikan oleh alat ini.
Sistem akan selalu memeriksa apakah nilai TDS
sudah sesuai dengan nilai yang telah ditentukan
sebelumnya. Sistem kontrol yang telah ditetapkan nilai
TDS selanjutnya akan mengaktifkan agitator reservoir
serta agitator wadah penampung nutrisi A dan nutrisi B.
Selama agitator aktif mengaduk, sensor membaca nilai
Copyright © 2021, TEKNIK, p-ISSN: 0852-1697, e-ISSN: 240-9919
TEKNIK, 42 (1), 2021, 6
Gambar 6. Pengamatan kerataan jumlah zat padat
terlarut (TDS)
TDS dalam reservoir apakah nilainya lebih kecil dari
nilai yang telah ditetapkan sebelumnya. Jika nilainya
lebih kecil, maka solenoid valve wadah penampung
nutrisi A dan nutrisi B akan aktif sambil diaduk
menggunakan agitator. Namun jika tidak berarti larutan
dalam reservoir telah memiliki jumlah nutrisi yang
cukup sehingga dapat langsung disirkulasikan ke seluruh
sistem hidroponik. Kedua agitator akan terus aktif untuk
menghindari pengendapan.
Untuk jumlah larutan campuran nutrisi A,
nutrisi B dan air dalam wadah penampung
dikendalikan melalui rangkaian pemantau ketinggian
air (Gambar 5). Jika kurang dari tinggi minimal yang
ditetapkan, sistem akan memerintahkan solenoid valve
air untuk aktif. Solenoid valve air akan terus aktif
hingga mencapai batas ketinggian maksimal yang
ditetapkan.
Hasil pengukuran kerataan nilai TDS (ppm)
terlihat pada Gambar 6. Pengamatan ini bertujuan
untuk menguji parameter teknis yang terkait dengan
unjuk kerja sistem elektrik pada alat pencampur
meliputi sebaran TDS pada reservoir dalam sistem
hidroponik DFT. Kendali jumlah TDS (ppm) pada
sistem hidroponik telah bekerja dengan baik dengan
titik acuan TDS pada reservoir sebesar 1236 ppm
dengan simpangan rata-rata sebesar 1.443%+5% dan
nilai simpangan terkecil sebesar 0,2381%+5%.
Perbedaan ini diduga karena kecepatan sirkulasi
larutan pada reservoir yang memerlukan waktu tertentu
hingga terdistribusi merata ke seluruh sistem
hidroponik DFT. Dari hasil percobaan, diperoleh waktu
sekitar 80 detik untuk larutan bisa melewati seluruh
sistem hingga kembali ke reservoir.
doi: 10.14710/teknik.v42i1.24800
Gambar 7. Pengamatan kerataan temperatur
Temperatur rata-rata pada reservoir yang
dijadikan titik acuan selama pengamatan sebesar 27,5oC
dan dalam sistem sebesar 28,45oC. Temperatur ini masih
sangat jauh dari temperatur optimal untuk proses
penanaman sayuran berkisar antara 5oC – 15oC
(Ramadhan, Tusi, Suhandy, & Zulkarnain, 2015).
Tingginya nilai temperatur ini disebabkan kerena
reservoir tidak dilengkapi dengan sistem pendingin
seperti dilakukan oleh Roskiana dkk., 2018. Gambar 7
memperlihatkan distribusi temperatur pada masingmasing titik relatif rata, perbedaan temperatur pada
keempat titik paling besar 1.875 oC. Perbedaan kerataan
temperatur rata-rata sebesar 4.9054%+5%.
Panen dilakukan setelah bayam mencapai usia 40
hss (Rizki, 2014) dan pakcoy mencapai usia 40 hst
(Murtiawan dkk., 2018). Dari Tabel 1 diperoleh selisih
jumlah total hasil panen dengan dan tanpa alat
pencampur sebesar sebanyak 8,26% untuk bayam dan
22,90% untuk pakcoy. Begitu pula dengan berat ratarata persampel kedua tanaman berturut-turut 23,10% dan
34,61% lebih berat hasil dengan alat pencampur
dibandingkan tanpa alat pencampur. Hal ini karena
kecukupan nutrisi dari masing-masing tanaman selalu
terkendali dan terpenuhi 24 jam selama masa
pembesaran di media tanam hidroponik DFT.
Umur penyusutan masing-masing alat yang
digunakan merujuk pada Rahayuningtyas dan Afifah
(2016). Tabel 2 menunjukan nilai penyusutan alat mesin
yang digunakan dalam pembuatan alat pencampur
nutrisi berdasarkan Persamaan 9. Total biaya penyusutan
sebesar Rp11.019/unit karena waktu yang dibutuhkan
untuk pembuatan alat pencampur selama 2 hari.
Copyright © 2021, TEKNIK, p-ISSN: 0852-1697, e-ISSN: 240-9919
TEKNIK, 42 (1), 2021, 7
Tabel 1. Berat hasil panen Bayam dan Pakcoy
Jenis tanaman
Berat
Perlakuan
Bayam
Pakcoy
Tanpa alat
Rata-rata
44,60
32,30
pencampur
persampel
Dengan alat
(gr)
58
49,40
pencampur
Tanpa alat
27,84
20,03
Total seluruh pencampur
tanaman (kg) Dengan alat
30,34
25,98
pencampur
Tabel 2. Biaya depresiasi peralatan mesin
Umur
Harga alat
alat
Nama alat
(Rp)
(tahun)
Gerinda
tangan 4'
1.000.000
2
Gerinda
tangan 14'
1.500.000
2
Mesin las
Mesin bor
tangan
Besaran biaya tidak tetap ditampilkan dalam
Tabel 3. Biaya bahan baku pembuatan alat pencampur
sebesar Rp8.220.000 dengan porsi terbesar pada
pembuatan kendali TDS (ppm) sekitar 74,81%. Biaya
pembuatan mesin pencampur berdasarkan jumlah tenaga
kerja sebanyak 2 orang, dengan jam kerja 7 jam/hari,
selama 2 hari kerja dengan upah perorang Rp100.000.
Biaya pokok produksi diperoleh sebesar Rp8.981.019
yang diperoleh dari Persamaan 10. Untuk biaya
penaman pakcoy dan bayam per hari terlihat pada Tabel
4. Jika diperhitungkan hingga pakcoy dan bayam panen,
maka diperoleh total biaya sebesar Rp1.797.209.
Sebagai pembanding harga pakcoy dan bayam di toko
online (Eden Farm, 2019 dan 2019a) terdapat selisih
harga
hingga
18,34%.
Selisih
ini
sudah
memperhitungkan biaya distribusi dan pengemasan
dengan persentase tertinggi (Indriasti, 2013) pada
kisaran masing-masing 16,43 - 18,08% dan 5,36 11,40%. Dari analisis biaya ini diperoleh harga yang
cukup
kompetitif
dengan
sistem
hidroponik
konvensional. Hal ini terjadi karena penggunaan alat
pencampur yang dilengkapi dengan kendali TDS (ppm)
ini dapat mereduksi penggunaan tenaga kerja yang
doi: 10.14710/teknik.v42i1.24800
1.232,88
1.849,31
2.400.000
5
1.194,52
1.000.000
2
1.232,88
Total depresiasi
Tabel 3. Biaya tidak tetap pembuatan alat pencampur
Jenis biaya
Biaya (Rp/unit)
Biaya bahan baku:
- Meja dua tingkat
240.000
- Perpipaan
1.500.000
- Motor
200.000
- Agitator
130.000
- Kotak kendali TDS
6.150.000
Biaya tenaga kerja
400.000
Biaya listrik
100.000
Biaya pemeliharaan alat mesin
50.000
Biaya operasional
200.000
Total biaya tidak tetap
8.970.000
Depresiasi
(Rp/hari)
5.509,59
Tabel 4. Biaya penanaman pakcoy dan bayam per hari
Jenis biaya
Biaya (Rp/hari)
Biaya tetap
Depresiasi alat
11.019
Biaya tidak tetap
- Bahan baku (bibit dan media
tanam)
4.500
- Tenaga kerja
10.000
- Nutrisi
4.000
- Listrik
3.000
- Pemeliharaan alat
3.425
Total biaya
35.944
besarnya 17,09 - 18,80% (Indriasti, 2013). Tenaga kerja
yang dibutuhkan hanya tenaga kerja lepas selama 4 hari
dengan rincian : 1 hari saat persemaian awal, 1 hari saat
pemindahan bibit yang telah tumbuh daun ke-3 ke
sistem hidroponik, 1 hari pengecekan seluruh bagian
sistem hidroponik dan tanaman termasuk sanitasinya
dan 1 hari saat pemanenan. Berbeda dengan sistem
hidroponik konvensional seperti yang di ungkapkan oleh
Rindyani, 2011 membutuhkan 4 orang dengan salah
seorang diantaranya diberikan tanggung jawab untuk
bagian penyiraman nutrisi.
4. Kesimpulan
Pada penelitian ini telah berhasil dirancang dan
dikonstruksi alat pencampur nutrisi AB Mix dan air
dengan dimensi 0,85 m x 0,55 m x 1,550 m, dilengkapi
sebuah reservoir, sebuah wadah penampung nutrisi A
dan nutrisi B yang masing-masing berkapasitas 100 liter
dilengkapi dengan agitator. Simpangan terbesar pada
pengujian kerataan TDS (ppm) dan temperatur masingmasing sebesar 3.5235%+5% dan 6,6964%+5%.
Pengujian penanaman dengan menggunakan pakcoy dan
bayam diperoleh 15,58% hasil dengan menggunakan
Copyright © 2021, TEKNIK, p-ISSN: 0852-1697, e-ISSN: 240-9919
TEKNIK, 42 (1), 2021, 8
alat pencampur lebih banyak dibanding tanpa
menggunakan alat pencampuran. Sedangkan untuk
analisis biaya produksi alat pencampur dan diperoleh
Rp8.981.019. Dalam analisa biaya penanaman pakcoy
dan bayam diperoleh selisih dengan harga pasaran
sebesar Rp13.273.
Ucapan Terima Kasih
Terimakasih kepada semua rekan-rekan civitas P2TTG
LIPI yang telah membantu dalam pembuatan karya tulis
ilmiah ini.
Daftar Pustaka
Adelia, P. F., Koesriharti, & Sunaryo. (2013). Penambahan
Unsur Hara Mikro (Fe dan Cu) dalam Media Paitan
Cair dan Kotoran Sapi Cair terhadap Pertumbuhan
dan Hasil Bayam Merah (amaranthus tricolor l.)
dengan Sistem Hidroponik Rakit Apung. Jurnal
Produksi Tanaman, 1(3), 48–58.
Adilaksono, I. C., Susilo, B., & Sugiarto, Y. (2014).
Rancang Bangun Mesin Pasteurisasi Jus Buah
Otomatis dengan Teknologi berbasis Ohmic Heating.
Jurnal Teknologi Pertanian, 15(2), 121–128.
Baharsyah, P. B. (2016). Rancang Bangun Alat Pencampur
Cat Tembok Otomatis Berbasis Personal PC. Skripsi
Universitas Airlangga.
Dyka, T. M. P. (2018). Pengendalian pH dan Ec pada
Larutan Nutrisi Hidroponik Tomat Ceri. Skripsi
Institute Bisnis dan Informatika Sekolah Tinggi Ilmu
Komputer Surabaya.
Eden Farm. (n.d.). Eden Farm - Bayam Hijau Sayuran
Hidroponik
[750
g].Diakses
dari
https://www.blibli.com/p/eden-farm-bayam-hijausayuran-hidroponik-750-g/pc--MTA3031679?ds=EDF-60021-00045-00001. Tanggal 20
Juli 2019.
Effendi, H., Utomo, B. A., Darmawangsa, G. M., & KaroKaro, R. E. (2015). Fitoremediasi Limbah Budidaya
Ikan Lele (clarias sp.) dengan Kangkung (ipomoea
aquatica) dan Pakcoy (brassica rapa chinensis) dalam
Sistem Resirkulasi. Jurnal ECOLAB, 9(2), 80–102.
Efriyadi, O. (2018). Pengaruh Perbedaan Jenis Media
Tanam Hidroponik Terhadap Pertumbuhan Pakcoy
(Brassica rapa) dan Kangkung (Ipomoea aquatic).
The 7th University Research Colloqium 2018
Sekoleh
Tinggi
Ilmu
Kesehatan
PKU
Muhammadiyah Surakarta, 675–681. Surakarta.
Fitriani, S. R., Daningsih, E., & Yokebed. (2017). Pengaruh
Perbedaan Konsentrasi Fosfor terhadap Pertumbuhan
Kangkung Darat (ipomoea reptans) pada Hidroponik
Super Mini. Jurnal Pendidikan Dan Pembelajaran,
6(5), 1–10.
Fort, I., T. Jirout, R. Sperling, S. Jambere, & F. Rieger.
doi: 10.14710/teknik.v42i1.24800
(2002). Study of Pumping Capacity of Pitched Blade
Impellers. Acta Polytechnica, 42(4), 68–72.
Hartono, R. W. N. F. (2015). Pengaruh Konsentrasi Nutrisi
Pada Pertumbuhan Tanaman Bayam Cabut
(Amaranthus Tricolorl.) Secara Hidroponik Pada
Greenhouse. Skripsi Universitas Gadjah Mada.
Husnaeni, F., & Setiawati, M. R. (2018). Pengaruh Pupuk
Hayati dan Anorganik terhadap Populasi azotobacter,
Kandungan N, dan Hasil Pakcoy pada Sistem
Nutrient Film Technique. Jurnal Biodjati, 3(1), 9096.
Indriasti, R. (2013). Analisis Usaha Sayuran Hidroponik
pada PT Kebun Sayur Segar Kabupaten Bogor.
Skripsi Insttitut Pertanian Bogor.
Mansyur, A. N., Triyono, S., & Tusi, A. (2014). Pengaruh
Naungan terhadap Pertumbuhan Sawi (Brassica
Juncea L.) pada Sistem Hidroponik DFT (Deep Flow
Technique). Jurnal Teknik Pertanian LampungVol,
3(2), 103–110.
Murtiawan, D., Heddy, S., & Nugroho, A. (2018). Kajian
Perbedaan Jarak Tanam dan Umur Bibit
(Transplanting) pada Tanaman Pak Coy (Brassica
rapa L. var chinensis). Jurnal Produksi Tanaman,
6(2), 264–272.
Muttalib, S. A., Apriyanditra, W., Yulianti, I., Hasmi, R., &
Hartono, M. U. (2017). Rancang Bangun Mesin
Pencampur Kedelai dengan Kapang (Ragi Tempe)
pada Industri Rumahan di Daerah Kota Mataram.
Jurnal Ilmiah Rekayasa Pertanian Dan Biosistem,
5(1), 316–320.
Nugraha, H. F., Rusmana, S. T., & Puspasari, I. (2017).
Pengatur Air dan Nutrisi secara Otomatis pada
Tanaman Hidroponik Berbasis Arduino. Journal of
Control and Network Systems, 6(2), 61–70.
Prameswary, D. A. I. (2016). Rancang Bangun Alat
Pencampur Cat Tembok Otomatis berbasis Personal
PC. Skripsi Universitas Airlangga.
Putri, R. B. A., Sulistyo, T. D., & Anwar, C. (2017).
Penggunaan Limbah Baglog Tiram dan Jenis Nutrisi
Terhadap Pakcoy Pada Hidroponik Substrat. Jurnal
Agrosains, 19(1), 28–33.
Rahayuningtyas, A., & Afifah, N. (2016). Rancang
Bangun, Uji Performa dan Analisa Biaya
Pengeringan Irisan Singkong Menggunakan
Pengering Inframerah. Jurnal Pangan, 25(1), 33–42.
Rahmaji, D. (2013). Penerapan Activity-based Costing
System untuk Menentukan Harga Pokok Produksi
PT. Celebes Mina Pratama. Jurnal Ekonomi,
Manajemen, Bisnis dan Akutansi, 63(3), 63–73.
Rahman, N., Kuala, S. I., Tribowo, R. I., Anggara, C. E.
W., & Susanti, N. (2017). Performance Test of
Nutrient Control Equipment for Hydroponic Plants.
3rd International Symposium on Applied Chemistry,
(1904) 020008-1-020008-8. Jakarta: AIP.
Ramadhan, H., Tusi, A., Suhandy, D., & Zulkarnain, I.
Copyright © 2021, TEKNIK, p-ISSN: 0852-1697, e-ISSN: 240-9919
TEKNIK, 42 (1), 2021, 9
(2015). Rancang Bangun Sistem Hidroponik Pasang
Surut untuk Tanaman Baby Kailan (Brassica
oleraceae) dengan Media Tanam Serbuk Serabut
Kelapa. Jurnal Teknik Pertanian Lampung, 4(4),
281–292.
Rindyani, R. (2011). Analisis Kelayakan Finansial
Budidaya Melon Hidroponik (Studi Kasus : PT.
Mekar Unggul Sari, Cileungsi, Bogor). Skripsi
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.
Rizki. (2014). Perencanaan Produksi Sayuran Hidroponik
pada PT> Kebun Sayur Segar (Parung Farm),
Bogor, Jawa Barat. Skripsi Institut Pertanian Bogor.
Roskiana, E., Berman, E. T., Mutaufiq, & Diterima, N.
(2018). Uji Performa Prototipe Mesin Pendingin Air
Kapasitas 500 Liter untuk Media Hidroponik. Jurnal
Teknik Mesin Untirta, IV(1), 30–33.
Safura, S. A. El, Kirom, M. R., & Suhendi, A. (2018).
Rancang Bangun Sistem Kontrol Logika Fuzzy pada
Pengaturan Konsentrasi Nutrisi Hidroponik dengan
Metoda Pengairan Nutrient Film Technique. EProceeding of Engineering, 5(1), 959–966.
Sarido, L., & Junia. (2017). Uji Pertumbuhan dan Hasil
Tanaman Pakcoy (Brassica Rapa L.) dengan
Pemberian Pupuk Organik Cair pada System
Hidroponik. Jurnal AGRIFOR, 16(1), 65–74.
Suryanto, A., Irawan, B., & Setianingsih, C. (2017).
doi: 10.14710/teknik.v42i1.24800
Pengembangan Sistem Otomatisasi Pengendalian
Nutrisi pada Hidroponik Berbasis Android. EProceeding of Engineering, 4(2), 2213-2219.
Wibisono, A. (2018). Rancang Bangun Sistem Kendali
Pemberian Nutrisi Tanaman Hidroponik Tipe
Nutrient Film Technique (NFT). Skripsi Universitas
Gadjah Mada.
Wibowo, S., & Asriyanti, A. (2013). Aplikasi Hidroponik
NFT pada Budidaya Pakcoy (Brassica rapa
chinensis). Jurnal Penelitian Pertanian Terapan,
13(3), 159–167.
Wicaksono, D. B. (2008). Rancang Bangun Alat
Pencampuran
Minuman
Ringan
Berbasis
Mikrokontroler AT89S51. Skripsi Universitas
Diponegoro.
Wulansari, A. N. D. (2012). Pengaruh Macam Larutan
Nutrisi ada Hidroponik Sistem Rakit Apung terhadap
Pertumbuhan dan Hasil Baby Kailan (Brassica
Oleraceae Var. Alboglabra). Skripsi Universitas
Sebelas Maret.
Zulkarnain, H. (2016). Rancang Bangun Sistem
Pencampuran Cat Menggunakan Visual Studio
Berbasis Image Processing Matching. Skripsi
Universitas Jember.
Copyright © 2021, TEKNIK, p-ISSN: 0852-1697, e-ISSN: 240-9919