Academia.edu no longer supports Internet Explorer.
To browse Academia.edu and the wider internet faster and more securely, please take a few seconds to upgrade your browser.
Dalam kehidupan ini Allah SWT. telah menciptakan berbagai kenikmatan yang sangat melimpah di segala penjuru di muka bumi. Berbagai kenikmatan itu terdiri dari dua jenis yang utama yaitu berbentuk fisik dan berbentuk nonfisik. Kenikmatan fisik adalah kenikmatan yang dapat kita rasakan dan terlihat secara kasat mata antara lain pepohonan, manusia, hewan, lautan, pantai, gunung api, dan perbukitan. Sedangkan kenikmatan nonfisik adalah kenikmatan yang dapat kita rasakan namun tidak terlihat secara kasat mata antara lain udara, iman, dan islam. Kenikmatan – kenikmatan tersebut Allah ciptakan agar kita sebagai hambanya mengerti dan menjadikan kenikmatan itu sebagai pelajaran di muka bumi. Hal ini digambarkan dengan jelas pada firman Allah SWT sebagai berikut “Allah lah yang menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya dalam enam masa, kemudian Dia bersemayam di atas 'Arsy. Tidak ada bagi kamu selain dari padanya seorang penolongpun dan tidak (pula) seorang pemberi syafa'at. Maka Apakah kamu tidak memperhatikan” (As-Sajadah 32 : 4)
Dalam Islam, menentukan dan memilih pemimpin adalah suatu perkara yang sangat penting dan wajib. Ini dibuktikan dalam sejarah Islam apabila wafatnya junjungan besar Nabi kita Muhammad S.A.W, maka seorang khalifah terus dilantik menjadi pemimpin bagi mengantikan baginda sebelum pemakaman baginda S.A.W dilangsungkan. Ijmak sahabat sepakat bahawa haram hukumnya kaum muslimin hidup tanpa adanya seorang khalifah atau pemimpin lebih dari tiga hari tiga malam. Sabda Nabi S.A.W maksudnya, " Apabila keluar tiga orang dalam bermusafir maka hendaklah dilantik seorang ketua ". (Hadis Riwayat Abu Daud) Dalam hadis yang lain sabda Rasulullah SAW yang bermaksud, " Tidak halal bagi tiga orang yang berada di satu tempat melainkan dilantik seorang daripada mereka seseorang sebagai ketua. " (Hadis Riwayat Ahmad) Ini bermakna kepentingan melantik pemimpin untuk mengantikan kepimpinan yang telah berlalu untuk mengurus hal ehwal Islam dan melaksanakan kemaslahatannya adalah wajib. Atas sebab inilah Islam begitu memandang berat soal memilih pemimpin dalam semua peringkat kehidupan. Persoalannya, bagaimanakah kita hendak menjadi pemimpin yang baik? Kita harus sedar bahawa pemimpin yang baik akan memberikan kesan yang amat besar terhadap masa depan Islam dan umatnya. Kita juga hendaklah memahami bahawa soal kepimpinan mempunyai kaitan yang amat besar dengan dosa dan pahala dan ia adalah sebahagian tindakan atau perbuatan yang tidak terlepas dari penghakiman Allah terhadap kita pada hari kiamat kelak. Firman Allah dalam Surah al-Muddathir ayat 38 yang bermaksud : " Setiap diri terikat (bertanggungjawab) dengan apa yang telah dikerjakannya ". Sebagai pemimpin, kita hendaklah melaksanakan tugas secara berhati-hati dan tiada berkepentingan peribadi dan sebagainya. Jika kita gagal melaksanakan tugas dengan adil dan mengutamakan kebajikan untuk rakyat maka sudah tentulah amat bersalah dan akan diazab oleh Allah di akhirat kelak. Firman Allah SWT dalam Surah al-Qasas ayat 41 yang bermaksud : " Dan Kami jadikan mereka pemimpin-pemimpin yang menyeru (manusia) ke neraka dan pada hari kiamat pula mereka tidak mendapat sebarang pertolongan ". Islam telah menjelaskan kepada kita bagaimana untuk menjadi pemimpin yang baik. Terdapat lapan ciri-ciri utama sebagai seorang pemimpin yang baik; 1. Seorang yang berupaya untuk menjaga agama dan menegakkan syariat Allah di atas muka bumi, sebaliknya bukan menjadikan agama sebagai 'istihza' atau dipermainkan. Justeru amanah sebagai pemimpin sebenarnya adalah ganti diri Rasulullah S.A.W 'niabatan 'anin nabi SAW' untuk memelihara, menjaga dan melaksana syariat Allah SWT. Firman Allah SWT dalam Surah al-Haj ayat 41 yang maksudnya : " Iaitu mereka (umat Islam) yang jika Kami berikan mereka kekuasaan memerintah di bumi nescaya mereka mendirikan solat serta memberi zakat, dan mereka menyuruh berbuat kebaikan serta melarang daripada melakukan kejahatan dan perkara yang mungkar. (Ingatlah) bagi Allah jualah kesudahan segala urusan ". 2. Seseorang yang memiliki 'al-Quwwah' yakni kekuatan dari semua sudut samada fizikal, spiritual, emosi dan mental. Dalam al-Quran telah dijelaskan kisah dua anak perempuan Nabi Syu'aib a.s. meminta kepadanya agar memilih pekerja mengembala kambing daripada kalangan yang kuat bekerja dan amanah, inikan lagi soal memilih pemimpin yang sudah tentu skop menanggung kerjanya yang lebih luas dan amanahnya sangat besar memerlukan kekuatan semua sudut dan bidang. Firman Allah SWT dalam Surah al-Qasas ayat 26 yang maksudnya : " Salah seorang antara perempuan yang berdua itu berkata: " Wahai ayah, ambillah dia menjadi orang upahan (kita), sesungguhnya sebaikbaik orang yang ayah ambil bekerja ialah orang yang kuat, lagi amanah ". 3. Seseorang yang memiliki sifat takwa, kerana ciri-ciri inilah yang menjamin seseorang pemimpin itu berintegriti dan takutkan Allah SWT dalam melaksanakan tugas-tugasnya. Firman Allah SWT yang bermaksud : " Dan seandainya mereka itu tetap beriman dan bertakwa nescaya mereka akan mendapat pahala); sesungguhnya pahala dari sisi Allah itu adalah lebih baik, seandainya mereka mengetahuinya ". (Surah al-Baqarah ayat 103) 4. Seseorang pemimpin itu mestilah beramanah, adil dan tidak melakukan kezaliman atau diskriminasi kepada mereka yang di bawah pimpinannya. Sifat-sifat ini mesti dimiliki oleh mana-mana pemimpin dan menjadikan ia sebagai prinsip asas pentadbiran untuk menjamin kepimpinannya yang dihormati, disegani dan disayangi. Jauhkan diri daripada pemimpin yang zalim yang tidak memberi keadilan dan hak rakyat untuk bersuara dan berhimpun secara aman. Firman Allah dalam Surah An-Nisa' ayat 58 maksudnya : " Sesungguhnya Allah menyuruh kamu supaya menyerahkan segala jenis amanah kepada ahlinya (yang berhak menerimanya). Apabila kamu menjalankan hukum antara manusia, (Allah menyuruh) kamu menghukum dengan adil… ". 5. Seseorang pemimpin itu mestilah bertanggungjawab dan tidak sombong kepada mereka yang di bawah pimpinannya. Sikap bertanggungjawab kepada mereka yang
This writing is a mapping of philosophical notions by Sunnī 'ulamā' (scholars) on leadership (imāmah, imamate) within Islam. The argumentation of imamate embraces seven topics: 1) the necessity of imamate, 2) imamate election, 3) imām's qualification, 4) religious authority vs. temporal, 5) the true imamate vs. monarchy, 6) single or plural imām, 7) imām's tasks. The article also questions a referred model of ancient imamate, the so called caliphate-state, which quarrels with the temporary system, nation-state. Abstrak: Tulisan ini merupakan pemetaan pandangan falsafi para ulama Sunnī mengenai kepemimpinan dalam Islam. Pembahasan falsafat kepemimpinan (imāmah) mencakup tujuh topik: 1) perlu tidaknya imamah, 2) penunjukan imam, 3) kualifikasi imam, 4) otoritas religius versus otoritas temporal, 5) imamah yang benar versus kerajaan, 6) imam tunggal atau banyak, 7) tugas-tugas imam. Artikel ini juga menyoroti model rujukan kepemimpinan masa lalu, negara khilafah, berbenturan dengan sistem masa kini, negara bangsa.
Resolusi: Jurnal Sosial Politik, 2019
Leadership is the main thing in human life. This article describes some leadership models in general. By referring to some literature, this article also tries to explore the leadership in Islam. Some of the bases can be seen in the Qur'an and Hadist prophet. With the library review study model, this article concludes on the importance of fair leadership as the basis of Islam.
Corriere del Ticino, 27 luglio 2024, p. 22
Les aditus maximi du théâtre romain de Vérone, qui fut construit à l’époque augustéenne sur les pentes de la colline de San Pietro, sont examinés ici. Afin de comprendre leur structure, il est nécessaire d’utiliser la documentation historique, en particulier les photographies anciennes car, au fil du temps, le monument a subi des modifications structurelles considérables. Malgré ces difficultés, quelques informations ont été obtenues sur les dimensions des aditus, leur forme peu attestée ainsi que sur les systèmes hydrauliques qui leur sont liés.
RES ANTIQUAE XX, 2023
Dans deux sites de la vallée d’Ospitale (Apennins modénais), où se trouve la plus grande concentration d’inscriptions liguriennes, le nom divin Istiosest associé aux oiseaux et le dieu lui-même peut être représenté comme un anthropomorphe à tête d’oiseau. On lui attribuait des fonctions de dieu oraculaire et martial et on pensait probablement qu’il pourrait apparaître sous l’apparence d’un oiseau. Le nom Istios « celui de la croissance (> de la jeunesse apte à porter les armes) » est un synonyme de Toutatis, appellation du Mars gaulois. Le dieu ligurien est aussi appelé Bhobhul« Jeune adulte » et ses réponses aux augures sont des incitations à se soulever contre Rome. Un tel dieu rappelle à la fois le latin Pīcus« Pic » fils de Saturne et père de Faunus, lui aussi oraculaire et martial, et certaines divinités celtiques qui ont des noms d’oiseaux et peuvent prendre un aspect ornithomorphe.
Boletim Goiano de Geografia, 2018
La acumulación de capital en América Latina ocasiona un proceso de despojo de tierras a campesinos e indígenas en diferentes naciones. Y México y Brasil se encuentran inmersos en esa dinámica pese a tener por varios años otros diseños de política económica y agropecuaria. A través de una investigación bibliográfica y de base de datos, encontramos un proceso de disputas de los espacios agrarios entre las grandes corporacionestrasnacionales y los productores rurales de ambas naciones. Así el espacio agrario se encuentra marcado por el impulso del agronegocio, el neoextractivismo y la mercantilización de la naturaleza. Se construye así una reconfiguración geográfica del capital, donde dichos países se insertan de manera subordinada en el capitalismo global. Se presenta un proceso de subsunción real del territorio al capital que conlleva a la construcción de regímenes de desapropiación en ambas naciones y el fortalecimiento de la colonialidad y la concentración y extranjerización de tie...
Annali del Centro studi Filosofici di Gallarate, 2024
Chronicle , 2019
Digital Technology Adoption by Microenterprises: Nigeria Report, 2024
BHM Berg- und Hüttenmännische Monatshefte, 2014
Jurnal Syariah, 2018
Physics of Fluids, 2018
International Journal of Applied Information Systems, 2012
Revista De Informacao Do Semiarido, 2013
Mil neuf cent. Revue d'histoire intellectuelle, 2011
JURNAL REDOKS ( JURNAL PENDIDIKAN KIMIA DAN ILMU KIMIA ), 2021
Brazilian Journal of Botany, 2014
Journal of Health Psychology, 2009