Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                

tugas morphologi kota 1

review buku Cities of the world (bagian Contemporary Major Urban Problem

Morfologi Kota Perencanaan Wilayah dan Kota - ITS i Morfologi Kota Perencanaan Wilayah dan Kota - ITS Kata Pengantar Puji syukur pertama-tama kami ucapkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat limpahan rahmat dan ridho-Nya lah. Tugas Morfologi Kota yang berjudul “Contemporary Major Urban Problems” Ini dapat kami selesaikan tepat pada waktunya. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada dosen pengajar Mata Kuliah Perancangan Kota Bapak Ir, Heru Purwadio, MSP atas bimbingan kepada kami . Tak lupa juga kami sampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan kontribusi dalam terselesaikannya makalah ini yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu. Penyusun berharap agar makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca pada umumnya. Demikian beberapa kata yang penyusun tulis untuk mengantar para pembaca menjelajahi makalah ini. Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, sehingga kritik dan saran sangat kami butuhkan demi perbaikan makalah yang lebih baik. Penulis Surabaya, 5 Oktober 2014 i Morfologi Kota Perencanaan Wilayah dan Kota - ITS Daftar Isi Kata Pengantar................................................................................................................i Daftar Isi.........................................................................................................................ii BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................... 1 1.1 Latar Belakang................................................................................................. 1 1.2 Tujuan Penulisan..............................................................................................2 1.3 Sistematika Pembahasan.................................................................................2 BAB II PEMBAHASAN..................................................................................................... 3 2.1 Pertumbuhan Kota...........................................................................................3 2.2 Penyebab Pertumbuhan Kota..........................................................................4 2.3 Perpindahan Penduduk ke Kota...................................................................... 6 2.4 Kehidupan Imigran di Kota Jakarta.................................................................. 8 2.5 Other problems in Indonesian Capital...........................................................11 BAB III KESIMPULAN.................................................................................................... 17 ii Morfologi Kota Perencanaan Wilayah dan Kota - ITS Daftar Gambar Gambar 2.4.1 Permukiman kumuh di Jakarta............................................................. 10 Gambar 2.6.1 Pintu Manggarai Tahun 1920-an.......................................................... 14 Gambar 2.6.2 Salah satu kondisi jalan berlubang di Jakarta.......................................15 Gambar 2.6.3 Fenomena permukiman liar di Jakarta................................................. 16 iii Morfologi Kota Perencanaan Wilayah dan Kota - ITS BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan penduduk merupakan keseimbangan yang dinamis antara kekuatan-kekuatan yang menambah dan kekuatan-kekuatan yang mengurangi jumlah penduduk. Secara terus menerus penduduk akan di pengaruhi oleh jumlah bayi yang lahir (fertilitas), tetapi secara bersamaan pula akan di kurangi oleh jumlah kematian (mortalitas) yang terjadi pada semua golongan umur, serta perpindahan penduduk (mobilitas) juga akan mempengaruhi bertambah atau berkurangnya jumlah penduduk di suatu kota atau negara. Setiap tahunnya jumlah penduduk yang ada di dunia mengalami peningkatan, baik karena pertumbuhan penduduk secara alami (natural) maupun karena tingkat urbanisasi yang tinggi. Penyebab urbanisasi itu sendiri adalah daya tarik suatu kota pada sebuah negara sebagai pusat bisnis dan perdagangan yang melayani barang dan jasa untuk masyarakat. Jumlah penduduk yang besar akan menjadi modal dasar yang efektif bagi pembangunan nasional, hanya bila penduduk yang besar tersebut berkualitas baik. Namun, dengan pertumbuhan penduduk yang pesat sulit untuk meningkatkan mutu kehidupan dan kesejahteraan secara layak dan merata. Hal ini berarti penduduk yang besar dengan kualitas yang tinggi tidak akan mudah tercapai. Perkembangan penduduk tanpa disertai dengan kontrol untuk mengukur jumlah penduduk yang diinginkan, hanya akan menumbuhkan masalah sosial-ekonomi dengan segala pertumbuhan penduduk yang tinggi dari tahun ke tahun dan juga memerlukan tambahan investasi dan sarana di bidang pendidikan, kesehatan, perumahan, dan sebagainya. Hal ini tentu saja merupakan masalah yang rumit bagi pemerintah dalam usahanya untuk membangun dan meningkatkan taraf hidup negaranya. Pengetahuan tentang pendidikan adalah penting untuk diketahui oleh masyarakat luas yang mana dapat merangsang timbulnya kesadaran dan membina tingkah laku yang bertanggung jawab terhadap masalah kependudukan, sehingga 1 Morfologi Kota Perencanaan Wilayah dan Kota - ITS masalah–masalah yang ada dapat diatasi bersama dengan penuh perhatian dan memungkinkan setiap timbulnya masalah dapat dicegah atau dihindari. Berkurangnya atau bertambahnnya penduduk di suatu kota atau negara di dunia mempunyai hubungan yang erat dengan perkembangan teknologi yang dimilikinya. Semakin tinggi teknologi yang dimiliki oleh suatu golongan penduduk di suatu kota atau negara, semakin luas kemungkinan memperbesar hasil –hasil produksi kebutuhan hidup dan semakin luas pula mata pencaharian untuk pertambahan penduduk. Setiap pendapatan baru dari lapangan teknologi sangatlah besar pengaruhnya terhadap perkembangan penduduk. Untuk mengetahui banyaknya penduduk suatu kota atau negara pada waktu tertentu maka dilaksanakan sensus penduduk atau perhitungan cacah, survei, serta catatan-catatan untuk dianalisis dan disusun menjadi data berupa angka. Data inilah yang akan dipergunakan sebagai bahan untuk perencanaan ataupun sasaran-sasaran pembangunan dimasa yang akan datang. 1.2 Tujuan Penulisan Tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :  Memahami proses pertumbuhan kota dan faktor-faktor yang mempengaruhinya dalam lingkup regional.  Menambah wawasan terkait dinamika permasalahan di kota-kota pada kawasan Asia. 1.3 Sistematika Pembahasan BAB I PENDAHULUAN berisi tentang latar belakang pembahasan makalah, tujuan, dan sistematika pembahasan. BAB II PENDATAAN LAPANGAN Pembahasan mengenai permasalahan di Kota Kota besar di Asia. BAB III PENUTUP merupakan kesimpulan dari pembahasan makalah ini. 2 Morfologi Kota Perencanaan Wilayah dan Kota - ITS BAB II PEMBAHASAN Pada kenyataannya permasalahan utama kota di Asia Selatan mungkin disebabkan karena perbedaan antara permasalahan - permasalahan mana yang masih dapat ditunda dan mana yang penyediannya perlu diperhatikan segera. Sebagai contohnya adalah perkembangan strategis untuk merubah suatu kota sehingga harus dipikirkan dengan sungguh - sungguh dari karakter yang paling menonjol. Dengan kata lain, usaha harus dibuat untuk menjaga karakteristik budaya lokal seiring dengan zaman modernisasi. Permasalahan lainnya adalah integrasi yang lebih efektif dari suatu kota dan desa kedalam suatu sistem kota di sebuah negara yang mana akan mengikuti fungsi yang lebih efektif daripada desa yang bergantung sejak zaman colonial (penjajahan). Permasalahan yang sangat cepat berkembang pada suatu kota ialah pertumbuhan kota secara cepat dan kualitas dari perumahan, pelayanan, dan fasilitasnya, yang mana merupakan bagian dari perubahan akibat populasi yang sangat besar. 2.1 Pertumbuhan Kota Pada dekade 1950 hingga 1980 secara keseluruhan populasi di suatu wilayah tumbuh pada peningkatan kira - kira 2,8 persen per tahun yang mana populasi kota berkembang menjadi 5 persen per tahun. Jika pola ini dikaitkan ke dalam pertumbuhan suatu kota, populasi negara dan kota yang ada didalamnya akan berlipat pada 10 hingga 15 tahun. Meskipun definisi dari “kota” bermacam -macam dari tiap - tiap negara, implikasi dari suatu datanya adalah jelas dan sama. Disebutkan pula bahwa data tidak memperlihatkan adanya variasi pada kecepatan pertumbuhan suatu kota dan diantara masing - masing negara. Adapun pengecualian, Vietnam, sebagai contohnya, kecepatan pertumbuhan di kota - kota besar secara umum melebihi dari ukuran kota sedang dan kota kecil. Tetapi, kota besar (lebih dari 500.000 penduduk), menghasilkan berbagai macam pertimbangan pada peningkatan pertumbuhan penduduknya. Dari dekade 1960 hingga 1970 - an, sebagai contoh, Rangoon tumbuh dengan peningkatan 3,1 persen per tahun 3 Morfologi Kota Perencanaan Wilayah dan Kota - ITS sedangkan Hanoi dan Medan tumbuh pada peningkatan 8,1 persen dan 7,9 persen, secara berturut - turut. Majunya kota - kota besar yang berada di dalam suatu negara dapat diukur melalui persentase dari jumlah penduduk kotanya (penduduk yang tinggal di dalamnya). Jakarta terhitung lebih dari 20 persen dari jumlah penduduk yang ada di Indonesia, sedangkan Manila terhitung lebih dari 30 persen dari jumlah penduduk yang ada di Filipina. Dapat disimpulkan bahwa pada Kota Jakarta dan Kota Manila tersebut, penduduk yang menempati kedua kota tersebut, melebihi kapasitas dari jumlah penduduk yang selayaknya). Akibat dari banyaknya jumlah penduduk yang ada di kota - kota besar, hal ini memberikan keuntungan seperti tertundanya pemakaian material dan statistik pemakaian. Telah tercatat bahwa Bangkok, sebagai contohnya, hampir 80 persen berasal dari pemakaian telepon, setengahnya lagi dari kendaraan bermotor, dan lebih dari 80 persen dari pemakaian listrik di Thailand. Pertumbuhan suatu kota sangat sulit untuk diprediksi. Tetapi, berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh United States adalah tidak berarti apa - apa untuk mendapatkan dimensi lainnya dari permasalahan kota di Asia Selatan. Data ini untuk Filipina yang memperlihatkan sebuah peningkatan pertumbuhan dari 3,9 persen per tahun untuk dekade dari 1990 hingga 2000. Untuk Malaysia adalah 3,5 persen, sedangkan Indonesia adalah 3,9 persen. Tercatat bahwa berdasarkan pada penelitian ini adalah konservatif dan dapat menjadi pertimbangan yang lebih lanjut. 2.2 Penyebab Pertumbuhan Kota Apa penyebab dari pertumbuhan kota yang sangat cepat di Asia Selatan ? Di beberapa negara, khususnya pada tanah daratan, peperangan, dan aktivitas pemberontakan yang telah menyerang pertumbuhan kota. Kebijakan baru di Vietnam dan Kampuchea yang telah melakukan sebuah perlawanan akibatnya berdampak pada pertumbuhan penduduk dan pertumbuhan kota yang dibangun. Bersamaan dengan hal itu, perluasan atau relokasi dari daerah perbatasan kota mengalami perubahan dari sensus data pertumbuhan kota. Tetapi, sebagian besar sumber menyatakan hal ini dipengaruhi oleh pertumbuhan penduduk secara alami dan perpindahan penduduk dari desa ke kota. Peningkatan pertumbuhan penduduk 4 Morfologi Kota Perencanaan Wilayah dan Kota - ITS secara alami untuk pertumbuhan suatu kota yang berubah secara keseluruhan, hal itu jelas bahwa dengan peningkatan kelahiran kasar yang tinggi di sebagian besar wilayah Asia Selatan dan penurunan kematian kasar, kontribusi itu signifikan. Data United States memperlihatkan bahwa terjadi untuk sebagian besar negara, 50 persen dari hasil analisis data pertumbuhan kota akan berasal dari pertumbuhan secara alami dari penduduk suatu kota. Kesimpulannya bahwa pertumbuhan penduduk secara alami adalah faktor utama pada pertumbuhan penduduk suatu kota. Penjelasan lain diperkuat dengan peningkatan angka kelahiran yang tinggi dari suatu kota karena disebabkan oleh proses migrasi. Meskipun demikian, secara umum perlu disadari bahwa perpindahan penduduk dari desa ke kota dihitung secara signifikan dari pertumbuhan kota. Seperti penduduk yang bermigrasi akan mendominasi suatu kota. Kira - kira 25 hingga 50 persen dari warga yang menetap di kota besar adalah mereka yang bermigrasi ke kota besar. Pertumbuhan kota secara umum menurut Branch (1995) sangat dipengaruhi oleh stuasi dan kondisi internal yang menjadi unsur terpenting dalam perencanaan kota secara komprehensif . Namun beberapa unsur eksternal yang menonjol juga dapat mempengaruhi pertumbuhan kota. Beberapa faktor internal yang mempengaruhi pertumbuhan kota adalah: 1) Keadaan geografis mempengaruhi fungsi dan bentuk fisik kota. Kota yang berfungsi sebagai simpul distribusi, misalnya perlu terletak di simpul jalur transportasi, dipertemuan jalur transportasi regional atau dekat pelabuhan laut. Kota pantai, misalnya akan cenederung berbentuk setengah lingkaran, dengan pusat lingkaran adalah pelabuhan laut. 2) Tapak (Site) merupakan faktor-faktor ke dua yang mempengaruhi perkembangan suatu kota. Salah satu yang di pertimbangkan dalam kondisi tapak adalah topografi. Kota yang berlokasi didataran yang rata akan mudah berkembang kesemua arah, sedangkan yang berlokasi dipegunungan biasanya mempunyai kendala topografi. Kondisi tapak lainnya berkaitan dengan kondisi geologi. Daerah patahan geologis biasanya dihindari oleh perkembangan kota. 3) Fungsi kota juga merupakan faktor yang mempengaruhi perkembangan kota-kota yang memiliki banyak fungsi, biasanya secara ekonomi akan lebih kuat 5 Morfologi Kota Perencanaan Wilayah dan Kota - ITS dan akan berkembang lebih pesat dari pada kota berfungsi tunggal, misalnya kota pertambangan, kota yang berfungsi sebagai pusat perdagangan, biasanya juga berkembang lebih pesat dari pada kota berfungsi lainnya; 4) Sejarah dan kebudayaan juga mempengaruhi karekteristik fisik dan sifat masyarakat kota. Kota yang sejarahnya direncanakan sebagai ibu kota kerajaan akan berbeda dengan perkembangan kota yang sejak awalnya tumbuh secara organisasi. Kepercayaan dan kultur masyarakat juga mempengaruhi daya perkembangan kota. Terdapat tempat-tempat tertentu yang karena kepercayaan dihindari untuk perkembangan tertentu. 5) Unsur-unsur umum seperti misalnya jaringan jalan, penyediaan air bersih berkaitan dengan kebutuhan masyarakat luas, ketersediaan unsur-unsur umum akan menarik kota kearah tertentu. 2.3 Perpindahan Penduduk ke Kota Migrasi penduduk adalah perpindahan penduduk dari tempat yang satu ke tempat yang lain. Dalam mobilitas penduduk terdapat migrasi internasional yang merupakan perpindahan penduduk yang melewati batas suatu negara ke negara lain dan juga migrasi internal yang merupakan perpindaha penduduk yang berkutat pada sekitar wilayah satu negara saja. Pada dasarnya, orang yang bermigrasi dari desa ke kota adalah mereka yang berusia 15 sampai 30 tahun dan sebagian besar adalah laki - laki. Mereka pindah ke kota dengan alasan utamanya adalah masalah pekerjaan. Jadi itulah alasannya mengapa mereka berpindah dari desa ke kota. Alasan lainnya seperti yang menyebabkan manusia atau orang melakukan aktifitas migrasi: 1) Alasan Politik / Politis Kondisi perpolitikan suatu daerah yang panas atau bergejolak akan membuat penduduk menjadi tidak betah atau kerasan tinggal di wilayah tersebut. 2) Alasan Sosial Kemasyarakatan Adat-istiadat yang menjadi pedoman kebiasaan suatu daerah dapat menyebabkan seseorang harus bermigrasi ke tempat lain baik dengan paksaan maupun tidak. Seseorang yang dikucilkan dari suatu pemukiman akan dengan 6 Morfologi Kota Perencanaan Wilayah dan Kota - ITS terpaksa melakukan kegiatan migrasi. 3) Alasan Agama atau Kepercayaan Adanya tekanan atau paksaan dari suatu ajaran agama untuk berpindah tempat dapat menyebabkan seseorang melakukan migrasi. 4) Alasan Ekonomi Biasanya orang miskin atau golongan bawah yang mencoba mencari peruntungan dengan melakukan migrasi ke kota. Atau bisa juga kebalikan di mana orang yang kaya pergi ke daerah untuk membangun atau berekspansi bisnis. 5) Alasan lain Contohnya seperti alasan pendidikan, alasan tuntutan pekerjaan, alasan keluarga, alasan cinta, permasalahan lahan untuk mendirikan rumah, keterbatasan jumlah pekerjaan didesa, atau sekedar untuk mencari - cari kesempatan dalam mendapatkan lowongan pekerjaan, dalam mindset mereka siapa tahu beruntung, dan lain sebagainya. Kehadiran dari para migrasi baru ini akan menghasilkan sebuah permasalahan tersendiri bagi suatu kota sehingga memerlukan sebuah kebijakan atau aturan yang bersifat sementara untuk para migran. Orang - orang yang bermigrasi ini mulai menjalani kehidupan di lingkungan barunya dan yang pasti diikuti dengan biaya hidup di kota besar yang cukup tinggi. Hal ini akan berpengaruh pada kompetisi atau persaingan dalam mendapatkan lapangan pekerjaan. Seharusnya para migran dibekali dengan pendidikan yang cukup atau keterampilan atau skill dari masing - masing individu. Namun kenyataannya, mereka tidak memiliki pendidikan yang cukup atau memenuhi serta skill yang masih kurang sehingga mereka kalah bersaing dalam mendapatkan pekerjaan dengan penduduk asli dari kota tersebut yang memang telah memiliki pendidikan dan skill yang memenuhi. Pada akhirnya, para migran tersebut hanya bekerja sebagai pelayan toko atau bekerja sebagai buruh, sampai -sampai ada juga yang terpaksa melakukan tindak kejahatan (kriminalitas) demi memenuhi kebutuhan hidup di kota. Faktanya, di kota - kota besar seperti Bangkok, Manila, dan Jakarta, orang yang berasal dari desa yang berpindah ke kota untuk mendapatkan lapangan pekerjaan dan ternyata 7 Morfologi Kota Perencanaan Wilayah dan Kota - ITS menjadi bagian dari sektor pekerjaan informal. Mereka adalah orang - orang yang semi -pengangguran. Misalkan saja, para Pedagang Kaki Lima (PKL) dan pekerjaan lainnya seperti membersihkan sepatu, mencuci, menjaga mobil, pemulung (mencari barang - barang bekas yang kemudian dijual), sampai orang yang rela menjual harga diri mereka sendiri demi tuntutan hidup. Gambar 2.3.1 Perpindahaan penduduk dari desa ke kota Sumber : blogspot.com, Sumber: wordpress.com 2.4 Kehidupan Imigran di Kota Jakarta Jakarta merupakan ibukota negara Indonesia sekaligus kota metropolitan terbesar di Asia Tenggara. Tidak dapat dipungkiri pertumbuhan penduduk di Kota Jakarta yang sangat tinggi menjadi akar dari berbagai permasalahan yang kompleks. Dalam kurun waktu 1961 hingga 1971 presentasi rata-rata pertumbuhan Jakarta adalah 4,4%, dan penyerapan tenaga kerja pada berbagai sektor tumbuh sebesar 2,8%. Sektor jasa dan transportasi berkembang lebih pesat dibandingkan dengan sektor lainnya. Sayangnya perkembangan infrastruktur di Indonesia belum merata di daerah daerah diluar Jakarta. Tercatat sebanyak 2 juta orang bermigrasi ke Jakarta, dimana sebagian besar berasal dari daerah jawa barat dan wilayah terdekatnya. Jakarta adalah tempat dimana seseorang dapat meraih apa yang diimpikannya, namun dapat juga berarti sebaliknya. Masyarakat dari berbagai daerah di Indonesia datang ke Jakarta untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik. Jakarta menarik begitu banyak imigran yang tertarik dengan pesona Jakarta sebagai kota metropolitan. Jauhnya perjalanan dan tingginya biaya transportasi tidak menjadi 8 Morfologi Kota Perencanaan Wilayah dan Kota - ITS penghalang bagi para imigran untuk berusaha memasuki kota jakarta, dimana biaya transportasi bisa mencapai kurang lebih upah bekerja rata-rata selama tiga hari. Meskipun pada awalnya para imigran hanya berencana untuk menetap sementara, namun tidak sedikit yang akhirnya menetap secara permanen. Para imigran yang mampu bertahan adalah mereka yang mampu beradaptasi dan mempu mendapatkan pekerjaan yang layak untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka. Seiring berjalannya waktu, Jakarta tidak mampu lagi menampung jumlah imigran yang semakin bertambah. Akibatnya jumlah pengangguran semakin meningkat dan menjadi permasalah besar di Kota Jakarta. Memiliki relasi yang baik menjadi sangat penting saat mencari pekerjaan di Kota Jakarta. Sebagai contoh, para supir becak yang menyewa karena belum mampu untuk memiliki becak sendiri. Mereka diharuskan untuk mendapatkan upah yang cukup untuk mebayar sewa dari becak tersebut, termasuk untuk kebutuhan hidup mereka. Beberapa supir becak banyak yang memilih untuk beristirahat di atas becak mereka dibanding mengeluarkan uang untuk biaya sewa tempat tinggal. Untuk medapatkan salah satu cara untuk mendapatkan pekerjaan ini ialah seorang individu tersebut haruslah direkomendasikan kepada sang pemilik becak agar dapat disewa menjadi salah satu pengendara becak tersebut. Mereka yang tidak memiliki hubungan relasi seperti ini rata-rata mendapatkan upah terendah, dan pada akhirnya memilih untuk pekerjaan yang tidak hallal. Sebagian besar imigran di jakarta tidak mendapatkan upah yang layak. Rendahnya upah yang diperoleh tidak dapat memenuhi kebutuhan mereka, dan seringkali kebutuhan listrik, air bersih, atapun sanitasi tidak terpenuhi. Tempat tinggal yang mampu mereka dapatkan umumnya tepat tinggal sederhana, yang diantaranya ilegal dan kumuh (squatter). Masih banyak warga Jakarta khususnya imigran berpenghasilan renda tidak mendapatkan makanan yang cukup bergizi karena upah mereka yang rendah ditambah dengan potongan hutang atau sewa tempat tinggal. Sehingga, tanpa adanya koneksi ataupun relasi akan sangat sulit untuk mendapatkan pekerjaan yang dapat menjamin kebutuhan dan biaya hidup yang cukup tinggi di Jakarta. Meningkatnya jumlah migrasi ke kota Jakarta dan jumlah penduduk miskin 9 Morfologi Kota Perencanaan Wilayah dan Kota - ITS menciptakan permukiman kumuh baru. Pusat pembangunan yang berfokus pada jantung Jakarta menyebabkan permukiman warga harus pindah ke daerah pinggiran Jakarta. Gambar 2.4.1 Permukiman kumuh di Jakarta Sumber : Survey sekunder (Google), Oktober 2014 Pondok menjadi salah satu pilihan para imigran sebagai tempat tinggal untuk belajar beradaptasi dengan lingkungan kota yang jauh berbeda dari tempat mereka sebelumnya berasal. Pondok pada umumnya dapat ditinggali oleh beberapa kepala keluarga. Tidak sedikit rumah pondok ini juga digunakan sebagai tempat untuk memulai usaha untuk memenuhi kebutuhan mereka. Mereka yang tidak mendapatkan tempat tinggal harus tinggal dengan tuan rumah, beberapa dipekerjakan sebagai pembantu rumah tangga, ada juga yang bekerja sebagai pedagang asongan. Imbalan yang didapat kebanyakan berupa tempat tinggal, makanan, upah secukupnya, dan perlengkapan lainnya. Memasuki tahun 1970, untuk menekan pertumbuhan penduduk yang tinggi, pemerintah setempat memberlakukan Jakarta sebagai kota tertutup. Para imigran hanya diijinkan untuk memasuki kota Jakarta apabila mereka memang sudah mendapatkan jaminan pekerjaan, tempat tinggal, dan akomodasi. Pada masa inilah peran fungsi sebuah pondok bagi imgran yang tidak memiliki akomdasi dan jaminan pekerjaan sangat penting. Sebagian besar penghuni pondok diupah dengan gaji yang tergolong sangat 10 Morfologi Kota Perencanaan Wilayah dan Kota - ITS rendah. Jam kerja mereka yang tergolong panjang tidak sesuai dengan apa yang mereka dapatkan, yaitu tempat tinggal yang kumuh, tidak mendapatkan air bersih dan infrastruktur yang layak. Bagaimanapun juga para imigran banyak yang bertahan dengan situasi ini, mereka memilih untuk menyimpan upah minim yang mereka dapatkan, karena apa yang dapat mereka dapatkan nantinya di desa jauh lebih besar dari di perkotaan. 2.5 Other problems in Indonesian Capital Megacity Jakarta telah mengalami berbagai permasalahan kota yang kompleks akibat pertumbuhan penduduk yang tidak dikendalikan. Keputusan pemerintah untuk menutup Jakarta pada tahun 1970 didasarkan pada memburuknya kualitas hidup di Kota Jakarta pada kurun waktu sepuluh tahun terakhir. Terbukti Kota Jakarta tidak mampu memenuhi kebutuhan warganya akan listrik, air bersih, fasilitas pendidikan, fasilitas kesehatan, sanitasi. Pada awal tahun 1970 diperkirakan sekitar 40.000 permukiman baru dibangun, namun hanya 3000 yang memiliki surat hak atas tanah, dan dapat membangun secara permanen. Permukiman kumuh dan bersifat illegal tidak bisa mendapatkan hak atas tanah, dan tidak mendapatkan infrastruktur yang memadai. Jumlah permukiman kumuh di Jakarta pada saat itu adalah 80% dari seluruh permukiman yang ada. Hanya 8% unit permukiman yang mendapatkan infrastruktur yang memadai. Kota Jakarta pada masa itu belum memiliki sistem pengelolaan air yang memadai. Kualitas air untuk kebutuhan sehari-hari masih jauh dari standar kualitas air bersih. Kota Jakarta belum bisa memenuhi kebutuhan air bersih bagi warganya. Kualitas air yang buruk menurunkan kesehatan penduduk jakarta, dimana penyakit yang kolera dan disentri bayak menyerang warganya karena kualitas air yang buruk. Namun permasalahan utama yang mendesak untuk diselesaikan dan mendapatkan perhatian khusus dari pemerintah adalah banjir dan kemacetan yang semakin parah. Banjir telah menjadi ancaman setiap tahunnya. Banjir terbesar yang melanda Jakarta terjadi pada tahun 2007, pada saati itu tercatat sebanyak 57 orang meninggal dan 450.000 kehilangan tempat tinggal. Selain banjir ancaman lain yang harus dihadapi Jakarta adalah degredasi permukaan tanah. Penurunan permukaan 11 Morfologi Kota Perencanaan Wilayah dan Kota - ITS tanah yang paling besar terjadi pada daerah selatan Jakarta yang dikhususkan sebagai pusat industri. The Jakarta Mining Agency menginformasikan bahwa penyebab penurunan permukaan tanah 80%disebabkan oleh gedung-gedung pencakar langit, 17% oleh ekploitasi air tanah yang berlebihan, dan 3% karena bencana alam. (Jakarta post, 23 Agustus 2007). Jakarta diperkirakan kehilangan US$3 billion (Rp. 3 triliun) setiap tahunnya karena permasalahan kemacetan yang tidak terselesaikan. Meningkatnya jumlah kendaraan pribadi di Jakarta mekain tidak terkendali. Tidak sulit untuk mendapatkan kendaraan pribadi, karena dengan cicilan yang rendah seseorang sudah dapat memperoleh kendaraan pribadi yang diinginkan. Pendatang dari wilayah pinggiran Jakarta sebagian besar datang untuk berbagai kegiatan. Kemacetan yang semakin parang mendorong Presiden Susilo Bambang yudhoyono untuk memindahkan pusat pemerintah Indonesia diluar Jakarta. Diharapkan hal ini dapat mengurangi permasalahan yang dihadapi Jakarta, terutama kemacetan. Sebagian kota-kota besar di dunia dengan penduduk lebih dari 10juta sudah memiliki mass rapid transportation (MRT) atau lebih dikenal dengan sebutan “Metro”. Dua kota besar di Jepang, Osaka dan Tokyo membangun Metro pada tahun 1927 dan 1933. Sedangkan kota dengan skala penduduk lebih kecil dari Jakarta seperti Singapore, Kuala Lumpur dan Bangkok, sudah memikirkan mengenai Mass Rapid Transportation jauh sebelumnya. 2.6 Industri dan infrastruktur Industri merupakan salah satu faktor dalam meningkatkan perekonomian suatu kota. Beberapa peran penting industri ialah untuk meningkatkan output, memperbesar kesempatan kerja, dan meningkatkan upah. Di Jakarta, Bangkok, dan kota-kota besar lain, pengangguran dan setengah pengangguran masih menjadi masalah penting karena lambatnya peningkatan produksi industri serta penyediaan lapangan kerja tidak sebanding dengan tenaga kerja yang ada. Kegagalan pemerintah untuk mendorong lebih banyak investasi asing dipengaruhi oleh beberapa faktor. Pertama, terlalu sering mengadakan perjanjian yang lebih menguntungkan pihak lain dan menjadi terperosok dalam birokrasi. Meskipun upaya untuk mengendalikan korupsi (terutama di Jakarta) telah dilakukan, 12 Morfologi Kota Perencanaan Wilayah dan Kota - ITS namun korupsi masih sulit untuk dihilangkan. Penambahan biaya yang dilakukan, diperlukan untuk menyingkat waktu agar tindakan dan keputusan yang direncanakan segera dilaksanakan. Ketidakstabilan pemerintah (Thailand dicatat sebagai ilustrasi), adanya permainan kursi dengan administrator, pengambilan keputusan gaji rendah, serta ketakutan dalam pengambilalihan aset adalah alasan tambahan investor asing enggan untuk berinvestasi. Biaya tinggi, kurangnya lahan serta utilitas layanan masih menjadi masalah di Jakarta. Akuisisi lahan yang dibuat lebih sulit karena banyak lembaga yang memiliki otorisasi yang tumpang tindih untuk mengatur pertumbuhan tersebut. Di sisi lain, tenaga kerja Indonesia umumnya memiliki skill yang baik, cepat belajar, terampil ketika dilatih, dan teliti. Pemberian status yang lebih tinggi kepada orang-orang di Indonesia yang bekerja di pemerintahan, mengajar, atau bekerja di militer masih menjadi kendala utama lainnya. Dengan kata lain ada beberapa prasangka budaya terhadap resiko bisnis perusahaan. Secara umum, infrastruktur perkotaan di Jakarta dan kota-kota di Asia Tenggara besar lainnya masih banyak kekurangannya. Pembuangan limbah, air, listrik, bangunan, telekomunikasi, dan kebutuhan transportasi harus ditingkatkan karena pada dasarnya infrastruktur tersebut saling berkaitan satu sama lain. Sistem air misalnya, dipengaruhi oleh limbah, pengendalian banjir, dan sistem kekuasaan. Sebagai contoh masalah yang terjadi di Jakarta adalah sistem kanal yang dibangun oleh Belanda untuk mengendalikan banjir sudah tidak berfungsi dengan baik karena terhambat oleh tumpukan sampah dan kotoran dari tujuh juta orang. Sebagai hasil dari sedimentasi dan drainase yang kurang baik, kanal tidak dapat berfungsi dalam pengendalian banjir sehingga banyak jalan dan rumah-rumah menjadi banjir ketika sering terjadi hujan tropis lebat. Rencana untuk meningkatkan pasokan air Jakarta dengan menyalurkan air tawar dari sungai (50 km) barat kota tidak dapat terlaksana karena biaya yang dibutuhkan sangat besar. Masalah ini tidak dihadapi oleh daerah perkotaan di Singapura atau Kuala Lumpur-Petaling Jaya, karena dari segi penyediaan dan pengelolaan infrastruktur sudah memadai, misalnya air keran nonpolluted juga sudah tersedia. 13 Morfologi Kota Perencanaan Wilayah dan Kota - ITS Gambar 2.6.1 Pintu Manggarai Tahun 1920-an Sumber : Survei literatur, Google Oktober 2014 Meskipun perbaikan sistem telepon di Jakarta telah dilakukan, namun tidak dapat menghilangkan masalah dalam hal penyediaan sistem telepon yang sesuai dengan harapan. Instalasi yang lambat dan mahal, membuat masyarakat dengan pendapatan kecil tidak mampu melakukan pemasangan telepon. Jaringan telepon memiki banyak manfaat untuk menghubungkan komunikasi antar kota. Telepon memungkingkan seseorang dapat mendapatkan koneksi yang baik dari Jakarta ke Medan atau dari kota lainnya. Masalah komunikasi di Indonesia tercermin dari ketidakmampuan untuk mengkomunikasikan ide-ide dan menyebarkan informasi kepada masyarakat. Pada akhir 1975, diperkirakan 50 juta dari negara 132 juta penduduk tidak memiliki akses ke informasi media massa. Jumlah telepon adalah perkiraan menjadi hanya 250.000 pada tanggal yang sama. Penyediaan sistem komunikasi yang tidak memadai membuat intensitas untuk melakukan pertemuan secara langsung meningkat, sehingga akan menambah kemacetan serta masalah kebisingan di banyak kota. Ditambah lagi pemerintah Indonesia tidak akan menurunkan jumlah produksi kendaraan bermotor dengan alasan bahwa sektor otomotif nasional telah menjadi pendorong pertumbuhan industri di Indonesia. Keterbatasan jalan di Indonesia dan kendala pembebasan lahan menunda sejumlah proyek pembangunan jalan menjadi penyebab utama kemacetan terutama di Jakarta. Selain itu, perbaiakan sistem transportasi yang telah dilakukan di Jakarta dan sekitarnya masih terbilang kalah cepat dengan 14 Morfologi Kota Perencanaan Wilayah dan Kota - ITS pertumbuhan kendaraan. Sejak pertengahan 1960-an, lebih dari seperdelapan dari total anggaran kota digunakan untuk kebutuhan penyediaan dan pemeliharaan jalan. Namun seringkali dalam pemeliharaannya tidak sesuai atau jauh dari yang diharapkan. Masalah perbaikan jalan-jalan berlubang di Jakarta dinilai sudah berlarut-larut. Program Zero Hole atau jalan bebas lubang yang digembar-gemborkan belum berhasil direalisasikan. Gambar 2.6.2 Salah satu kondisi jalan berlubang di Jakarta Sumber : news.metrotvnews.com/2014/07/08 Fenomena lain adalah terhambatnya arus lalu lintas karena macet oleh bus, becak, kereta kuda, sepeda, dan pedagang kaki lima. Transportasi bus di Jakarta cukup murah tetapi keadaan bus yang beroperasi kurang memadai dan ketinggalan jaman sehingga mengganggu pola lalu lintas. Di samping itu, kurangnya ketersediaan bus mengakibatkan munculnya bentuk yang lebih mahal dari transportasi perkotaan yang berdampak pada kemacetan. Masalah lain yang memperburuk Jakarta adalah adanya gejolak politik khususnya dengan beban populasi yang besar, begitu juga dengan kota-kota lainnya. Lebih luas lagi adalah masalah banyaknya masyarakat yang menjadi penghuni liar dari lahan kosong. Permukiman liar juga dijumpai di tanah-tanah negara kosong atau bangunan-bangunan yang terbengkalai di bawah jalan layang atau di taman-taman kota. Penghuni liar membangun rumah seadanya sebagai tempat berlindung, yang tentunya merusak pemandangan dan keindahan kota. Hal seperti ini mudah ditemui di Jakarta, namun juga terdapat di daerah Tondo, Manila dan daerah Klong Toey dan 15 Morfologi Kota Perencanaan Wilayah dan Kota - ITS Dindang di Bangkok. Kuala Lumpur tidak menunjukkan keunggulan lebih dari kota-kota lainnya, namun masyarakat kumuh sekarang menjadi masalah besar di kota ini. Sekitar seperlima dari penduduk Kuala Lumpur terdiri dari penghuni liar. Terbentuknya permukiman liar di perkotaan dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya pertumbuhan ekonomi yang lambat, peraturan pemerintah kota yang setengah hati, program pembangunan perumahan rakyat yang tidak berjalan mulus, sosial ekonomi, pendidikan dan keahlian, aksesibilitas, pengawasan tanah kurang ketat, kurang pengetahuan dan kesadaran hukum, dan ketersediaan lahan. Masalah lain adalah segregasi etnis dan Tamil Cina miskin tinggal dalam komposisi komunitas rasial. Ada kekhawatiran bahwa masuknya tambahan penduduk Melayu akan meningkatkan ketegangan dan menciptakan konflik rasial selama akhir 1960-an. Meskipun perumahan berpenghasilan rendah tersedia untuk US $ 13 per bulan, namun sebagian besar keluarga liar tidak bisa menanggung biaya ini. Gambar 2.6.3 Fenomena permukiman liar di Jakarta Sumber : Google (jurnalasia.com/wp-content/uploads/2014/04/foto-utama4.jpg) 16 Morfologi Kota Perencanaan Wilayah dan Kota - ITS BAB III KESIMPULAN Pada kenyataannya permasalahan utama kota di Asia Selatan mungkin disebabkan karena perbedaan antara permasalahan-permasalahan mana yang masih dapat ditunda dan mana yang penyediannya perlu diperhatikan segera. Permasalahan yang sangat cepat berkembang pada suatu kota ialah pertumbuhan kota secara cepat dan kualitas dari perumahan, pelayanan, dan fasilitasnya, yang mana merupakan bagian dari perubahan akibat populasi yang sangat besar. Pertumbuhan penduduk di Kota Jakarta yang sangat tinggi menjadi akar dari berbagai permasalahan yang kompleks. Tercatat sebanyak 2 juta orang bermigrasi ke Jakarta, dimana sebagian besar berasal dari daerah jawa barat dan wilayah terdekatnya. Daya tampung Jakarta yang terbatas tidak dapat menampung imigran yang masuk terus menerus ke kota jakarta. Akibatnya, munculah pengangguran sebagai masalah utama lain yang dihadapi jakarta. Sebagian besar imigran di jakarta tidak mendapatkan upah yang layak. Rendahnya upah yang diperoleh tidak dapat memenuhi kebutuhan mereka, dan seringkali kebutuhan listrik, air bersih, atapun sanitasi tidak terpenuhi. Industri merupakan salah satu faktor dalam meningkatkan perekonomian suatu kota. Beberapa peran penting industri ialah untuk meningkatkan output, memperbesar kesempatan kerja, dan meningkatkan upah. Secara umum, infrastruktur perkotaan di Jakarta dan kota-kota di Asia Tenggara besar lainnya masih banyak kekurangannya. Pembuangan limbah, air, listrik, bangunan, telekomunikasi, dan kebutuhan transportasi harus ditingkatkan karena pada dasarnya infrastruktur tersebut saling berkaitan satu sama lain. 17 Morfologi Kota Perencanaan Wilayah dan Kota - ITS DAFTAR PUSTAKA Rukmana, Deden. 2 Oktober 2014. “The Megacity of Jakarta : problems, challenges, and planning efforts”. http://indonesiaurbanstudies.blogspot.com/2014/03/the-megacity-of-jakarta-p roblems.html Citra,wayan. 10 Oktober 2014. “Keberadaan Permukiman Liar Dalam Tata Ruang Kota”. http://citra-wayan.blogspot.com/2012/03/keberadaan-permukiman-liar-dalamtata.html Metro TV. 9 Oktober 2014. “jengkel Kondisi Jalan di Jakarta Ahok Hole dimana-mana”. http://www.kemenperin.go.id/artikel/3641/Terbatasnya-Infrastruktur-Penyeba b-Kemacetan Kemenperin. 5 Oktober 2014. “Terbatasnya Infrastruktur Penyebab Kemacetan”. http://www.kemenperin.go.id/artikel/3641/Terbatasnya-Infrastruktur-Penyeba b-Kemacetan Rahadian, Deni. 6 Oktober 2014.”Tinjauan Teori Perkembangan Kota”. http://perencanaankota.blogspot.com/2013/06/tinjauan-teori-perkembangankota.html Organisasi. 6 Oktober 2014. “Penyebab Terjadinya Migrasi”. http://www.organisasi.org/1970/01/penyebab-atau-alasan-terjadinya-migrasi-a tau-perpindahan-penduduk-desa-kota-negara-dan-lain-lain-geografi.html 18