Biografi Nawal El Saadawi PDF
Biografi Nawal El Saadawi PDF
Biografi Nawal El Saadawi PDF
Mamdukh Budiman*
Abstract
Literature is an activity or human behavior, both forms of verbal or physical, that seek to
be understood by science. It is a fact of human activity that gave rise to a certain social
activities, political activity, as well as the cultural creatives such as philosophy, art
movement, art, sculpture, music, literature and other art. Teuw has argued that literature
is placed fourth after religion, philosophy, science and discipline.
Majazi literature, is the result of the power of reason and imagination that are
high, so the form will be contained in the form of creative literature with the stage of
creativity and initiative, if it deals with literature, essentially an exploration of creativity
and thought to literary works that are created, resulting in the psychological elements
will affect the creation of literary works, both from the impact of emotions, as well as the
impact of the motif. According to Sangidu, things were with literary term for Indonesia
community, which consists of concepts that are not causing the problem, though it is
never stated in a clear and unequivocal statement. This can be seen in situations that do
not give a rise to discuss about the use of scientific (Sangidu, 2004:31).
To understand the essence of literary work that requires some steps that are not
always easy to understand the goals, and the necessary steps should be taken before a
thorough understanding to level, with an understanding of hermeneutics, and mastered
various systems is a fairly complex code, either language or culture code, as well as
literature with unique code.
Key Words: Majazi literature, feminism, gender injustice.
"Pada musim paceklik (musim kesulitan pangan), kami mengundang
orang-orang ke perjamuan makan, dan engkau tidak akan melihat para
penjamu dari kalangan kami memilih-milih orang yang diundang" Kata
"Adab" juga digunakan dalam arti "prilaku yang terpuji atau terhormat
dan sifat-sifat yang mulia" seperti yang terdapat di dalam dialoq antara
Atabah dengan Hindun, puterinya. Atabah berkata kepada puterinya
tentang
Abu
Sufyan
yang
datang
melamarnya:
,
Sungguh, aku benar-benar menyukai akhlak dan perilaku yang demikian,
dan aku setuju menikah dengannya dan akan kujadikan ia suami yang
dihormati, dan dengan kesetiaan aku akan selalu berada di rumah, dan
tidak akan berselingkuh dibelakangnya"
Dari Arti kata Adab tersebut di atas, kata Adab menjadi dua arti,
yaitu arti Umum dan Khusus. Arti Umum Adab adalah Akhlak yang baik,
seperti jujur, sopan santun, etika dan etiket. Dan dapat menjaga Amanah.
Sedangkan arti Khusus Adab adalah kata kata yang indah dan baik
yang berpengaruh pada jiwa seseorang.
2.
Mengacu pada karya atau tokoh agung atau gabungan dari kedua
hal tersebut.
3.
Mengacu pada motif atau tema yang terdapat dalam karya sepanjang
zaman.
4.
dari Saudi. Ia sudah mempunyai tiga orang isteri dan 24 putra. Syekh Ali
melihat Fathiya dengan hasrat birahi yang memuncak melihat lekukan
tubuh Fathiya yang berbalut kain basah dengan membawa air. Kemudian
Syekh Ali mengutarakan keinginannya untuk menikahi Fathiya dengan
mahar 4000 Riyal. Kontan Haji Masud ayah Fathiya terkejut dan senang
mendengar kabar gembira. Kabar tersebut dianggap sebagai anugrah dari
Tuhan. Ia langsung menengadahkan tangan dan bersujud serta
memanjatkan pujian syukur atas anugrah besar yang telah Allah berikan
kepadanya.
Keluarga Fathiya adalah keluarga dari buruh tani miskin yang
tidak mempunyai tanah ladang. Selain petani miskin, ayahnya berjualan
kotoran sapid an merpati, tahi ternak dan kotoran ampas minyak.
Kedatangan Syekh Ali selain dianggap sebagai anugrah juga sebagi
penyelamat hidup. Dengan legalitas agama dan kekuatan hukum,
ayahnya dengan tega menjualnya kepada orang lain dan memperlakukan
anak perempuannya seperti budak. Pernikahan paksa yang dialami
Fathiya tanpa adanya sebuah kebahagiaan, ditambah yang harus ia
hadapi dan alami. Kemiskinan yang terus melanda membuat ayahnya
menceraikan ibunya dengan hanya sebuah alas an yang klise. Selama
lima tahun perkawinan Fathiya dengan Syekh Ali tersebut, tidak
membawa kebahagiaan untuknya. Bahkan sebaliknya, kehidupannya
selalu terkekang, tertindas, karena suaminya berbuat kasar terhadapnya.
Fathiya mencari tahu kepada Isteri-Isteri sebelumnya penyebab
kebrutalannya. Akhirnya Fathiya mengetahui penyebabnya, yaitu
suaminya mengalami penyakit kejiwaan, yakni nafsu syahwatnya yang
mati tidak akan bangkit, kecuali oleh jeritan perempuan yang didera
dengan siksaan dan pukulan.
Fathiya mengajukan tuntutan cerai kepada suaminya namun
suaminya menolaknya, bahkanbahkan ia semakin bertindak kasar,
menyiksa dan memukulinya. Akibat kebrutalan dan tindakan sadis oleh
suami kepadanya, Fathiya melarikan diri dan meminta bantuan dari
beberapa kenalannya untuk membantu proses pelarian dirinya dan
anaknya. Proses perjuangan Fathiya dalam memperoleh hak dan status
kewarganegaraan mengalami terjengan badai, keduanya mendatangi
kantor imigrasi dan catatan sipil untuk mengurusi akte dan ijin tinggal di
mesir, namun keberadaannya tidak diakui layaknya orang asing. Fathiya
dan anaknya tidak tahu apa yang akan terjadi esok harinya, apakah aparat
penegak hukum akan mengejar-ngejar dan menangkap mereka serta
mendeportasikannya. Mereka juga tahu akan masa depannya juga masa
depan anaknya. Karena beban hidup kian bertambah, terbesit olehnya
AGAMA DAN
PEREMPUAN
KULTUR
SOSIAL
DALAM
SUBORDINASI
.
( : , )
Seperti yang terjadi pada diriku, katanya membeberkan, ayahku telah
menciptakan kondisi yang lebih tragis dan mengenaskan daripada sekedar
pembunuhan. Namun, hukum atau undang-undang tidak pernah menyentuh
ayahku. Juga suami Rabiah atau menyeret ayah ayah dan suami yang telah
memperjualbelikan kami dengan legalitas akad pernikahan , talak tau poligami.
.
.
(: )
Allah sendiri telah menghalalkan seorang laki-laki untuk menikahi dengan 4 istri
sekaligus. Dan tidak ada suatu teks pun dalam Al-Quran yang membatasi
masalah perbedaan usia antara suami dan isteri. Rasulullah SAW, sendiri
mengawini sayida Aisyah saat usianya 60 tahun, sementara sayida Aisyah baru
berumur 8 tahun, atau 2 tahun lebih muda darimu.
Dari penjelasan teks cerpen tersebut dapat disimpulkan bahwa
agama merupakan instrument social dalam melegalkan opresi terhadap
perempuan dalam bentuk poligami dan dikombinasikan dengan suatu
system tradisi social cultural yang telah terkonstruksi. Seperti yang
diungkapkan oleh Asghar Ali Engineer, bahwasanya di dalam masyarakat
Arab tidak mengenal istilah keadilan terhadap perempuan, melainkan
hanya kaum laki-laki yang berhak memutuskan siapa yang paling ia sukai
dan siapa yang ia pilih untuk dimiliki secara terbatas. Para kaum
perempuan (isteri) harus menerima takdir mereka tanpa ada jalan lain
untuk proses keadilan.
Kasus poligami tersebut di atas merupakan salah satu bentuk
interpretasi yang absud yang menjadikan tolak ukur bagi kaum patriarki
untuk beristri lebih dari satu. Konsep dasar pologami pada zaman Nabi
Muhammad SAW. Dengan zaman sekarang sangat jauh berbeda.
Nabi sendiri melakukan poligami dikarenakan kondisi dan
situasinya pada saat itu para sahaba Nabi banyak yang meninggal di
medan pertempuran dalam menegakkan Islam serta masih adanya asumsi
dasar masyarakat Arab bahwa makhluk yang berjenis kelamin perempuan
sebagai sumber masalah dan tidak berproduktif. Sehingga Nabi
Muhammad melakukan tindakan untuk menyelamatkan dan mengangkat
derajat kaum perempuan. Berbeda dengan kondisi dan situasi dewasa ini,
konsep poligami tersebut di atas di jadikan lisensi oleh kaum patriarki
dengan tujuan seksualitas dan ekonomi.
)
( :
Ayah Telah menceraikan ibuku, karena ibuku hanya bisa melahirkan empat orang
anak perempuan, Ayahku menginginkan seorang anak laki-laki yang dapat
membantunya dalam berdagang dan menggembala keledai yang bisa dinaikinya
untuk berkeliling sawah dan desa. (Nawal, 1999: 96)
. .
.
( : ).
Dirumah kami yang besar, di Makkah, ada seseorang pembantu dari
Mesir, aku begitu iri kepadanya, ia tidak pernah menerima pukulan sepertiku.
Dan Ia selalu mendapatkan gaji sebesar 500 riyal Saudi setiap bulannya. Dan
setiap Tahunnya ia dapat berkunjung ke keluarganya di Mesir, sedangkan diriku,
suamiku melarangku untuk berkunjung ke keluargaku selama lima tahun ini.
(Nawal, 1999: 98)
Menurut Riech (dalam, 2005: 100) masyarakat patriarki dalam
kapitalisme, berkeinginan membawa kekuasaan Negara dalam struktur
keluarga. Dalam figure sebagai seorang ayah, suatu Negara otoriter
mempresentasikan dirinya dalam setiap keluarga, sehingga keluarga
menjadi instrument utama kekuasaan. Posisi kaum patriarki (ayah) yang
demikian sebenarnya mengharuskan represi seksual yang paling keras
kepada anak dan perempuan. Hal demikian juga diungkapkan oleh
Mansur Faqih (2004:23), ketidakadilan Gender telah mengakar pada diri
masing-masing orang, keluarga, sehingga pada tingkat Negara yang
bersifat global. Hal demikian sejalan dengan teori sosialis Marxis, bahwa
.
(: )
Selama lima tahun perkawinan aku dengannya, aku bagaikan hidup di neraka. I a
selalu memukuliku, menyiksaku di atas ranjang sampai aku menangis dan
menjerit karena sakit yang amat sangat. Dan aku tidak habis berpikir, kenapa ia
selalu memukuliku dan menyiksaku ? ( Nawal, 1999: 98)
Interpretasi budaya patrianilistik yang berpihak kepada kaum
patriarki melahirkan konsep budaya dominitas yang kemudian muncul
sikap ketidakadilan , sewenang-wenangan yang dilakukan oleh kaum
patriarki terhdap perempuan, selain tindakan sewenang-wenangan juga
perilaku tindakan kekerasan dan penyimpangan seksual baik di dalam
sektor publik, maupun tindakan KDRT (Kekerasan Dalam Rmah Tangga).
Perilaku tindakan kekerasan dan tindakan penyimpangan seksual yang di
alami oleh Fathiya, ia selalu menjadi obyek tindakan kekerasan dan
penyimpangan seksual oleh Suaminya. Menurut Sugihastuti ( 2002:308),
terjadinya kekerasan terhadap perempuan berawal dari pandangan
umum bahwa laki-laki adalah tuanperempuan, sedangkan perempuan itu
hamba laki-laki. Laki laki dianggap selalu benar, sedangkan perempuan
selalu dipersalahkan sehingga laki-laki dapat berbuat sekehendak hatinya
kepada perempuan.
BURDEN (BEBAN KERJA)
Konsepsi perempuan sebagai jenis kelamin yang terpinggirkan
yang dibentuk oleh oposisi binner patriarki melahirkan suatu bentuk dan
sikap pelimpahan beban yang diberikan kepada perempuan untuk
menanggung semua resiko atau melakukanpekerjaan diluar sektor publik
)
( :
Tua Bangka (Syekh Ali) itu telah melihatku ketika aku memanggul tempayan air
di atas kepalaku (Nawal, 1999:96)
Pelimpahan beban kerja yang dialami oleh tokoh utama tersebut di
atas, Fathiya, Ia sebagai perempuan mendapatkan perlakuan dari kaum
patrilineal untuk menanggung beban sedemikian beratnya, yang
sedemikian itu, tidak seharusnya dikerjakan oleh perempuan. Fathiya
dalam kehidupan sehari-harinya selalu mengurusi urusan rumah tangga,
salah satunya mencari air dengan beban yang amat sangat beratnya.
Karena posisi dan status perempuan belum mendapatkan eksistensi di
dalam masyarakat, maka yang ada hanyalah opresi burden kepada
perempuan. Menurut Mansur Faqih (2004:21) opresi terhadap perempuan
merupakan dari bias gender yang mengakibatkan beban kerja yang
melampaui batas, hal ini disebabkan karena adanya pandangan atau
keyakinan di masyarakat bahwa pekerjaan yang dianggap masyarakat
sebagai pekerjaan jenis perempuan (domestic), dianggap dan dinilai lebih
rendah dibandingkan laki-laki, serta dikategorikan sebagai bukan
produktif.
Dari seluruh kasus tersebut, sejalan dengan teori feminis sosialis
Marxis bahwa timbulnya ketidakadilan gender terhadap kaum matrilineal
merupakan implikasi dari dominasi laki-laki dan kebudayaan kapitalisme
sehingga memunculkan kelas dan hak kepemilikan pribadi. Marx
memandang, kapitalisme sebagai hubungan kekuasaan yang eksploitatif,
yakni bermula dari hubungan antara proletariat dengan borjuis.
Bahwasannya kaum borjuis menyukai kebebasan tetapi mereka
memperolehnya di atas penderitaan orang lain dan mempertahankannya
dengan mengendalikan kelas budak yaitu dengan mengekspoitasi nilai
produktivitas mereka termasuk juga dengan hak kepemilikan pribadi dan
Daftar Pustaka
Amin, Qasim. 2003. Sejarah Penindasan Perempuan. Jogjakarata: IRCiSoD
Beauvoir, Simon De. 2003. Second Sex Fakta dan Mitos.Jogjakarta: Pustaka
Pelajar
Brown, Phil. 2005. Psikologi Marxis.Jogjakarta: Alenia
Daughter of Isis: The Autobiography of Nawal El Saadawi, 1999 (tr. Sherif
Hetata)
Emra'a 'inda nuqtat al-sifr, 1975 - Woman at Point Zero (tr. Sherif Hetata,
1983) - Nainen nollapisteess (suom. Kaija Anttonen, 1988)
Fakih, Mansour. 2004. Analisis Gender dan Transformasi Sosial. Jogjakarta:
Pustaka Pelajar
Hitti, Philip. 2001. Sejarah Ringkas Dunia Arab.Jogjakarta. Iqra
Ismail Hamid, 1982. Pengantar Pramasastra Arab Klasik. Kuala Lumpur.
Syarikat Percetakan, TASS
Lavine, T.Z. 2003. Marx (Konflik Kelas dan Orang yang terasaing). Jogjakarta:
Jendela
Sadawi Nawal. 2002. Tiada Tempat di Surga untuknya. Jogjakarta: Pustaka
Pelajar.
-------------------, 2003. Matinya Perempuan.Jogjakarta: IRCiSoD
Sangidu, 2003. Penelitian Sastra,Pendekatan, Teori, Metode, Tekhnik dan
Kiat.Jogjakarta. Fakultas Ilmu Budaya.UGM
Sugihastuti, 2000. Wanita dimata wanita, Bandung: Nuansa,.
Terry Egleaton, 2006. Teori Sastra: Sebuah Pengantar Komprehensif,
Jogjakarta: Jalasutra,
Sutiasumarga, Males. 2001. Kesusastraan Arab, Asal Mula dan
Perkembangannya. Jakarta. Zikrul Hakim
Teuw, A. 1988. Sastra dan Ilmu Sastra, Pengantar Teori Sastra, Jakarta:
Pustaka Jaya Girimukti Pasaka
Wallek, Rene dan Austin Waren. Teori Kesusastraan. Penerjemah: Melani
Budianta, Jakarta: Gramedia.
REFERENSI ONLINE
http://en.wikipedia.org/wiki/Women's_literary_salons_and_societies
REFERENSI SURAT KABAR
Kedaulatan Rakyat.Jogjakarta. 24. Desember.2005.