Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                

Faktor Kebangkitan Sastra Arab Di Mesir

Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 15

Faktor Kebangkitan Sastra Arab (Mesir)

M Khafid Wahfyudi

Bahasa dan Sastra Arab-UIN Maulana Malik Ibrahim Malang

Email :17310195@student.uin-malang.ac.id

M Busyro Daroini

Bahasa dan Sastra Arab-UIN Maulana Malik Ibrahim Malang

Email :17310175@student.uin-malang.ac.id

Insan Alifaridho

Bahasa dan Sastra Arab-UIN Maulana Malik Ibrahim Malang

Email :17310006@student.uin-malang.ac.id

M Aris Makhbubi Hibatullah

Bahasa dan Sastra Arab-UIN Maulana Malik Ibrahim Malang

Email :17310064@student.uin-malang.ac.id

ABSTRACT

The purpose of this paper is to explain some of the factors that caused the
development of Arabic literature to be influenced in the Middle Ages. Islamic
religious civilization is very rapidly developing in the country of Egypt. One of
them is colonialism by Napoleon Bonaparte. During their residence in Egypt
provided many benefits for the advancement of Islamic civilization, many changes
in progress in various fields, such as in the fields of education or science,
journalism, and the arts. The population of Napoleon and the United Kingdom is
very helpful in the initial steps of the development of science in the Islamic religion.
The Islamic nation at that time had already begun the period of their awakening
in the country of Egypt. The successor of the government at that time continued
to explore knowledge by bringing in educators from Europe to add new
knowledge. It was at this time that Arabic literature was increasingly developed
with many language studies being studied. There are also media to distribute the
literary works. As well as a place or community gathering to develop abilities in
their Arabic literary fields.

Keywords: Arabic literary , Middle Ages , religion

ABSTRAK

Tujuan dibuatnya makalah ini adalah untuk menjelaskan tentang beberapa


faktor yang menyebabkan perkembangan sastra Arab terpengaruh diabad
pertengahan. Peradaban agama Islam ini sangat berkembang pesat di negara
Mesir. Salah satunya adalah kolonialisme oleh Napoleon Bonaparte. Selama
kependudukan mereka di Mesir ini telah memberikan banyak manfaat untuk
kemajuan pada peradaban Islam, banyak sekali kejadian yang menyebabkan
perubahan kemajuan di berbagai bidang, seperti dibidang pendidikan atau ilmu
pengetahuan, jurnalistik, dan kesenian. Kependudukan Napoleon dan Inggris
ini sangat memberikan petunjuk di langkah awal berkembangnya ilmu
pengetahuan pada agama Islam. Bangsa Islam saat itu sudah memulai masa-
masa kebangkitan mereka di negara Mesir. Penerus pemerintah pada masa itu
juga terus menggali ilmu dengan mendatangkan pengajar dari Eropa untuk
menambah ilmu pengetahuan baru. Pada saat itulah sastra Arab semakin
berkembang dengan adanya banyak kajian-kajian kebahasaan yang telah
dipelajari bersama guru pendatang dari Eropa. Juga terdapat media-media
untuk menyalurkan karya sastra tersebut. Serta tempat perkumpulan
masyarakat untuk mengembangkan kemampuan mereka di bidang sastra Arab.
Kata Kunci : Agama, Diabad pertengahan, Pendidikan, Sastra Arab

PENDAHULUAN

Mesir merupakan salah satu negara yang terletak di benuaAfrika Utara dan memiliki
wilayah atau posisi yang sangat strategis sehingga tanpa sadar memiliki banyak keuntungan
bagi Negara tersebut. Batas wilayah mesir bagian barat adalah Libya, di Timur berbatasan
dengan Israel, di selatan adalah Sudan, dan di di bagian utara berbatasan dengan jalur Gaza.
Selain itu Mesir juga negara yang berdekatan dengan sungai Nil sehingga mayoritas
penduduk mesir menjadikan sungai Nil sebagai sumber kehidupan dan pendukung mata
pencaharian. Perekenomian Mesir tergantung pada sector pertanian yang mendapat
pengairan dari sungai Nil.
Mesir sebagai penghubung tiga benua, yaitu benua Asia, benua Afrika, dan benua
Eropa menjadikan keberadaan Mesir sangat mudah dimasuki bangsa asing dan
menanamkan pengaruhnya. Selain itu, karena hal tersebut Mesir sangat penting bagi dunia
Internasional karena kebudayaan Mesir menjadi tolak ukur perkembangan kebudayaan di
dunia. Saat ini mesir diakui secara luas sebagai pusat budaya dan political utama di wilayah
Arab danTimur Tengah.
Berdasarkan letaknya yang sangat strategis, Mesir memiliki banyak keuntungan
namun kurang sadarnya masyarakat Mesir akan hal tersebut menjadikan sasaran empuk
bangsa lain untuk memanfaatkan keuntungan tersebut bagi negaranya. Banyak bangsa asing
yang berlomba lomba untuk manaruh kekuasaan di Mesir. Bangsa mesir yang juga
merupakan bangsa patuh dan sangat mudah dipengaruhi menjadi faktor lain mengapa Mesir
banyak dijajah oleh bangsa lain.
Pada saat kekuasaan dinasti Mamluk, Mesir menjadi negara yang sangat terbelakang
terhadap perkembangan ilmu pengetahuan karena pada saat itu dinasti Mamluk hanya fokus
pada kekuasaan saja hingga lupa kepada pertahanan dan perkembangan ilmu pengetahuan.
Namun, ketika Napoleon Bonaparte membawa pengaruh besar dengan menginjakkan
kakinya di Mesir sejak tahun 1798 M menyebabkan bangkitnya kesadaran masyarakat Mesir
akan kelemahan dan keterbelakangan mereka. Napoleon memperkenalkan budaya Perancis
dan ilmu pengetahuan barat kepada masyarakat Mesir. Kebangkitan Mesir ini ditandai oleh
beberapa factor yaitu adanya institut formal seperti sekolah-sekolah, lembaga informal,
kesenian, jurnalistik, dsb.
PEMBAHASAN

A. JURNALIS
1. Jurnalistik di Arab
Bangsa Cina yang mendahului dalam mempelopori dibidang jurnalistik, mengingat
bahwa bangsa Cina telah menerbitkan koran pada tahun 911 SM, mungkin itu adalah
publikasi pemerintah, dan surat kabar harian Roma mulai diterbitkan pada masa
kepemimpinan Julius Cesar pada abad 1 SM dengan nama Duria Acta. Didalamnya
mempublikasikan tentang kegiatan pemerintahan dan berita-berita penting, dan telah
disebutkan bahwa telah dimulai pada tahun 691 SM,
Mungkin sebagian negara yang lain telah melakukan hal tersebut, dan jurnalistik
modern berasal dari negara Jerman pada pertengahan abad ke-15 dengan adanya penemuan
peninggalan alat percetakan, namun belum dapat menyesuaikan terhadap bentuknya yang
belum diketahui kecuali di Venesia, surat kabar yang diterbitkan pertama kali pada tahun
1536 bernama Gazetta dikarenakan terdapat kritik yang berurutan di dalamnya, kemudian
surat kabar Inggris diterbitkan pada tahun 1622, dan surat kabar Perancis pada tahun 1631,
dan terus berkembang di seluruh kota-kota lain di Eropa.
2. Jurnalistik di Mesir
Para jurnalis Arab belum menampakkan keahlian di bidang jurnalistik kecuali
sebelum abad ke-19, dan Mesir telah mendahului munculnya jurnalistik di Arab. Kemudian
agar mudah dalam memahami tema jurnalistik Arab, maka ada empat pembagiannya,
diantaranya
1. Berdirinya jurnalistik di masa Muhammad Ali
2. Sejarah jurnalistik diantara masa Muhammad Ali dan Ismail
3. Sejarah jurnalistik diantara masa Ismail dan penjajahan Inggris
4. Sejarah jurnalistik pada era perjanjian Inggris-Mesir
1. Berdirinya jurnalistik di masa Muhammad Ali
Dasar dari jurnalistik Jerman yang modern ialah bertemunya orang-orang Perancis
di Mesir dalam akhir abad ke-18, yang telah didirikan selama mereka tinggal di Mesir (1789-
1801). Nama dua surat kabar Perancis ialah Decade Egyptienne dan Courrier D’gypte.
Kami telah mengumukan dalam perkataan kami tentang kedatangan orang Prancis
ke Mesir bahwa mereka mendirikan pengadilan kasus dan mengeluarkan sebuah surat kabar
yang disebut Tanbih di mana mereka mempublikasikan apa yang sedang terjadi, dan
membedakan terhadap para pekerja, kemudian hal itu diedit oleh Mr.Ismail Khashab, jadilah
seperti surat kabar militer atau peradilan, tetapi diputuskan bahwa "Insiden Mesir" adalah
surat kabar pertama masyarakat Arab dalam kebangkitan ini, yang dipelopori oleh
Muhammad Ali Pasha pada tahun 1828, pertama kali diterbitkan dalam bahasa Turki,
kemudian dalam bahasa Arab dan Turki, dan akhirnya hanya diterbitkan dalam bahasa Arab,
dan penerbitan tidak teratur diselenggarakan oleh Ismail Pasha, itu diedit oleh sekelompok
penulis dan penulis elit yang muncul selama kebangkitan. Diantara mereka, Sheikh Hassan
al-Attar, seorang teman dari editor Ismail Khashab, Beliau yang membantu dalam
pengeditannya, jadi beliau berlatih di industri ini, termasuk Sheikh Ahmad Faris Al-Shidiac,
Shehabuddin, pemilik kapal, Sheikh Ahmed Abdul Rahim, Sheikh Mohammed Abdo, dan
Sheikh Abdul Karim Salman, dan lainnya.
2. Sejarah Jurnalistik diantara masa Muhammad Ali dan Ismail
Nampaknya setalah Mesir meletakkan pondasi jurnalistik Arab, mereka beristirahat
dalam jangka waktu yang sebentar memanfaatkan dari diamnya pergerakan zaman, yakni
perpindahan hal-hal krisis setelah Muhammad Ali dan Al waaliyyin (Abbas dan Sa’id).
Keduanya tidak memiliki keinginan untuk sastra, dan tidak diterbitkan pada masa
pemerintahan mereka (1849-1863). Di Lembah Nil, semangat jurnalisme tidak mampu
menangkap jiwa bangsa Arab dan surat kabar diterbitkan pada masa pemerintahan
Muhammad Ali, dan pemerintah merawatnya untuk urusan resmi.
Pembentukan pers politik Arab, kekuasaan pada tahun 1855 Surat kabar politik
publik tidak resmi telah didekati oleh Suriah untuk pergolakan politik di negara mereka pada
hari itu, cukup dengan Perang pada tahun 1854, dan apa yang terjadi di baliknya dari
akibatnya, dan saling memasuki orang negara-negara asing melakukan intervensi dengan
urusan Kekaisaran Ottoman, dan pena mereka menulis dan mengeluarkan pers politik Arab
yang pertama yang tidak resmi selama perang di Asatana pada tahun 1855 diterbitkan oleh
Rizkallah Hassoun al-Halabi dan menamainya dengan miraatul ahwal.
Taman berita di Beirut pada tahun 1858 yang pemiliknya adalah Khalil El Khoury,
beliau adalah yang menerbitkan pertama kali pers Arab di dalam pemerintahan Utsmani
yang diluar Astana. Kemudian di dalam ketetapannya beliau membuat jendral dengan
sebutan Fajrul Munir kemudian jendral terebut membuat keadilan untuk taman berita,
setelah 2 tahun dari terbitnya hal tersebut terjadi insiden di Suria pada tahun 1860.
Ternyata, terbitnya Taman Berita menimbulkan godaan sastra Suria untuk
menirunya. Pada 1858, dua surat kabar Arab muncul di luar kekuasaan utsmani, salah
satunya adalah ‘atorid yang muncul di Marseille namun tidak bertahan lama, dan yang kedua
adalah burjiyus yang diterbitkan oleh Rashid Al dahdah warga Lebanon di Paris, dan setelah
4 tahun diserahkan dan dipercayakan kepada Sulaiman Hariri dari Tunisia, dan
diberhentikan pada tahun kelimanya.
Pers Arab mengambil langkah penting pada tahun 1860 dengan munculnya jawaib di
Astana yang dimiliki oleh Ahmad Faris, salah satu pilar kebangkitan Arab yang akhir. Setelah
terbit Aljawaib muncul Ar roid At tunisi yakni surat kabar resmi untuk Tunisia muncul pada
tahun 1861. Surat kabar terus muncul di Suriah dan Maroko dan kebanyakan yang paling
resmi berasal dari Suria muncul pada tahun 1867, surat kabar Lebanon yang dikeluarkan
Daud Pasha pada tahun 1868.
3. Jurnalistik Diantra masa Isma’il dan Penjajahan dari tahun 1863-1882
Telah disebutkan tentang keinginan Isma’il untuk orang negara-negara asing, dan
ambisinya untuk kemerdekaan, sperti halnya yang dilihat oleh kakeknya, Muhammad Ali
yakni ingin menghidupkan sastra Arab, perguruan tinggi di Arab, aktif didalam jurnalistik,
dan kedekatan para penyair dan ulama’ di semua wilayah Arab, kemudian warga Suriah
berbondong-bobdong pergi ke Mesir, dan mulai mendirikan surat kabar di Suriah dan di luar
negeri, Isma’il pun memfasilitasi mereka untuk bekerja di Mesir.
Orang Mesir sendiri menginginkan pers pada masa Isma’il setelah mereka
mengabaikan yang dibangun di antaranya Mohamed Ali, koran Mesir tertua yang diterbitkan
setelah fakta-fakta Mesir (Alya’sub), yaitu majalah bulanan yang diterbitkan pada tahun
1865 untuk para penciptanya, Muhammad Ali Pasha Al-Hakim, dan Ibrahim Al-Desouki, ini
adalah jurnal medis pertama yang diterbitkan dalam bahasa Arab, namun belum berumur
panjang.
Adapun surat kabar politik tidak resmi, yang pertama di Mesir adalah Lembah Nil,
didirikan oleh Abu Al-Saud Afandi pada tahun 1866, diterbitkan di Kairo dua kali seminggu
dengan ukuran bulan sabit kira-kira, ini adalah ilmuwan politik sastra, dan terganggu setelah
kematian pemiliknya pada tahun 1878, diikuti oleh surat kabar (Nuzha Al afkar) Muncul
mingguan di Kairo pada tahun 1869 oleh Ibrahim al-Muwailhi dan Muhammad Othman
Jalal.
Tahun berikutnya (1870), muncul majalah (Roudlotul Madaris) dicetak di percetakan
Di Lembah Nil, Lembah Nil telah lama menjadi miskin, dan hanya Mesir yang
mengekspornya majalah Roudlotul Madaris adalah jurnal ilmiah sastra, diedit oleh ilmuwan
Nakhbah, para penulis kemudian menjadi terkenal di dunia sastra, termasuk Abdullah Pasha
Fikri, dan Ismail Pasha, Badr Bey Hakim, Ali Pasha Mubarak, Rifa'a Bey, Kadri Bey, semuanya
dia menerbitkan artikel serial tentang topik seperti buku independen, dan Roudlotul
Madaris terus menerbitkan selama beberapa tahun.

4. Jurnalistik Arab pada masa penjajahan dari tahun 1882 sampai sekarang
Era ini memajukan transisi Khedive ke akhir Khedive, dan pada zamannya hukum
disahkan publikasi pada tahun 1881 karena pers menyentuh pada gerakan awal Arab setelah
pergi kemudian revolusi Arab terjadi, Inggris menduduki Mesir pada tahun 1882, dan pers
berbalik Setiap hari di era ini sampai Kairo, surat kabar berkembang biak, dan surat kabar
harian pertama diterbitkan Surat kabar (Zaman) untuk pemiliknya Alksan Sarafian Armenia,
telah mengambil alih penyuntingan Pemilik bulan sabit tahun 1883-1884, kemudian
menutup pemerintahan dan pemiliknya pergi ke Siprus, Di sana ia mendirikan sebuah surat
kabar yang disebutnya(Dick Asy Sarqi) pada tahun 1889, tidak muncul lama, dan masih
Kairo tidak memiliki surat kabar harian sampai Mokattam muncul pada 1888, saat itu Al-
Moayad dan lainnya. Surat kabar mingguan berlimpah di Kairo, seperti "burhan", "bayan"
dan "miratu syarqi" Dan lainnya.
Ketika Inggris menduduki Mesir dan Perancis tidak bersama mereka, masalah
pendudukan dan evakuasi lahir, adapun masalah Mesir dan Ottoman, surat kabar dibagi
menjadi beberapa bagian, beberapa di antaranya partisan ke Kekaisaran Ottoman di Inggris,
beberapa ke Prancis Di Inggris, yang lain mengambil sisi Inggris, yang pertama surat kabar
yang memihak mereka di Mesir, surat kabar Alzaman disebutkan di atas, dan kemudian
pemilik Mokattam kaum nasionalis membencinya dan menciptakan Al-Moayyad pada tahun
berikutnya Sheikh Ali Yusuf, dan direkturnya Sheikh Ahmed Madi, kemudian ditumpangi
oleh Sheikh Ali Yusuf. Munculnya pendukung adalah langkah utama dalam pers nasional;
peran pers ini, yang membuka jalan bagi surat kabar nasional lainnya nasionalis Islam, dan
mengambil Nasser patriotik senior dalam asuhan pertamanya, tetapi bertahan sampai saat
ini, dan memperoleh dari ketenaran dan pengaruh kata itu, hal ini disebabkan oleh
kemampuan pemilik dan stabilitasnya, dan Mokattam Fakai dalam cara untuk tetap pada
rencananya kesulitan serius, katakan kurang dari sabar.
Pers Arab mencapai level tertinggi di era Abbasiyah dari tahun 1892, dan mendahului
seluruh daerah Mesir, dan pers di Suriah terdegradasi karena tekanan pemerintah,
membatasi gagasan sebelum undang-undang dasar diundangkan, Mesir menjadi fokus pena
dan kekasih kebebasan, dan mata pencaharian siswa dari negara lain. Melihat pers, usia ini
terbagi menjadi tiga peran: babak pertama dari asumsi disamping Inggris pada tahun 1892
hingga munculnya brigade pada tahun 1900, yang kedua dari kemunculan brigade ke tahun
1910, dan reaksi ketiga dari tahun 1910 sampai sekarang.

B. INSTITUSI INFORMAL
Organisasi Ilmiah Dan Sastra Di Suriah
Masyarakat ilmiah yang pertamakali berasal dari Suria, karena kaum Frank
berbondong-bondong ke Suriah untuk pendidikan sebelum ke Mesir. Mari kita mulai dengan
menyebutkan organisasi di Suriah, ada empat bagian:
1. Organisasi demokratis
2. Organisasi amal pendidikan
3. Organisasi teknis ilmiah
4. Komunitas Sastra

Mari kita bicarakan satupersatu secara terpisah:


1) Pertama: Masyarakat demokratis di Suriah
a.) Asosiasi masyarakat Suriah: Yayasan di Beirut pada tahun 1847, organisasi ilmiah
pertama di Suriah, ditetapkan dibeirut tahun 1847. Dengan upaya misionaris Amerika
sebelum terbentuk sekolah-sekolah besar, sebelum munculnya surat kabar, sebelum adanya
kutipan representasi dan sarana peradaban modern lainnya, tujuannya untuk penyebaran
ilmu pengetahuan dan mempromosikan seni diantara penutur Arab, itu tidak berlangsung
lama hingga bergabung dengan para penulis elit, dan pejabat tinggi pada masa itu. Jumlah
anggotanya lebih dari lima puluh anggota, termasuk NIF dan empat puluh di Beirut, dan
sekitar sepuluh koresponden di Damaskus, Tripoli, Sidon, dan lainnya, diantara anggotanya
yang pembaca ketahui antara lain: Dr. Vandick, Bitros Bistany, Nofal Nofal, Ali Samist, Nasif
Yazji, Henri de Farsat, nikmah tsabit, Salim Noval, Dr. warratbat, Tasyarsyalu bik, Mukhail
Syahadah, Dr. Mukhail Musyaqah , Sam’an Kalhun, Mukhail ‘Arman, Ibrahim Tharad, Jabur
al-khuwari, Jarjis huwaitani, dan lain-lain, yang mana kesemuanya telah meninggal,
kebanyakan dari mereka saat itu berada dipuncak umurnya.
Organisasi ini telah berjalan mulai tahun 1853 pertemuannya paling sedikit sebulan sekali,
dan jumlah pertemuannya ada 53 sesi untuk pidato dan diskusi, anggotanya berusaha untuk
mengumpulkan buku dan surat kabar.
b.) Organisasi Ilmiah Suriah: Organisasi ini didirikan setelah itu dan menirunya dengan
hokum dan ketentuannya sampai namanya. Dan telah berjalan hingga 1868, dan telah resmi
diakui oleh kekaisaran Usmaniyah dibulan Ramadhan 1868/1284H, kemudian mengadakan
pertemuan setelah seminggu kemudian yang dihadiri oleh Kamel Pasha al-Sadr, dan beliau
mengizinkannya untuk menerbitkan karyanya, untuk anggotanya saat itu sekitar 150 orang,
kebanyakan mereka di Beirut, dan beberapa di Damaskus, Homs dan kota-kota lain di Suriah
dan Astana.
c.) Organisasi Syams al-Bira: organisasi ini didirikan di Beirut pada tahun 1899, Semangat
organisasi ini telah menyebar keseluruh wilayah Suriah dan mesir, dan telah memiliki
banyak cabang dibanyak kota.
d.) Organisasi Zahrotul Adab: didirikan dibeirut pada tahun 1873 dibawah pemerintahan
Usmaniyah oleh Asad Pasha. Tujuan dari ini adalah untuk melatih kemampuan retorika,
kemampuan berargumen, pelajaran dan penilitian, dan setiap anggota diberi pelajaran
untuk disampaikan kepada anggota yang lain dalam kurun waktu seminggu sekali, dan
pendapatan yang mereka dapat dihabiskan untuk kebaikan.

e.) Organisasi Ilmiah dari Kampus: Organisasi ini didirikan oleh murid-murid sekolah tinggi
amerika, organisasi ini miliki dampak yang signifikan dalam mempromosikan talenta kaum
muda dan membiasakan mereka untuk meniliti dan belajar.

f.) Organisasi Baquroh Suriah: ditengah itu ada kebangkitan wanita di Beirut, yang mana
mereka memimpin anak perempuan berpendidikan, membentuk organisasi ilmiah untuk
tujuan asosiasi pemuda. Hasil kerja dari organisasi ini dibukukan pada tahun 1880 yang
berisi beberapa pidato tentang permasalahan social.

(1-2) kedua: Organisaasi amal Pendidikan


Di Suriah banyak organisasi Pendidikan dan kebanyakan dalam hal agama
.a. organisasi filantropis makassed
b.asosiasi zahratul ihsan
c. organisasi pembaruan pemuda suriah
d. organisasi maarif darziah
e. organisasi kewaspadaan gadis arab

(1-3) organisasi teknis ilmiah


a. akademi timur
b. asosiasi industry
c. masyarakat kebangkitan arab

(1-4) klub
Munculnya klub di Beirut dan kota-kota lain di Suriah setelah deklarasi konstitusi, tetapi
kebanyakan dari mereka adalah politisi dari Union and Progress Party, atau partai koalisi,
atau partai politik lain, yang kami tidak tertarik untuk membahasnya.

(2-3) Organisasi ilmiah dan sastra dimesir


Organisasi yang didirikan dimesir demi ilmu pengetahuan sangat banyak, dapat dibagi
berdasarkan tujuan atau metode yang berbeda, yaitu:
1. organisasi penerbit buku
2. organisasi terjemahan dan penulisan
3. organisasi ilmiah retoris
4. organisasi ilmiah teknis
5. klub sastra
6. Lembaga amal Pendidikan
7. organisasi seni
1. Organisasi penerbit buku
Ini adalah organisasi Arab tertua diMesir, dan mungkin orang Mesir sengaja meniru
pekerjaan pemerintah pendahulunya.
a.) Organisasi Al-Maarif didirikan tahun 1919 oleh Muhamed Aref Pasha, salah satu anggota
dewan di Mesir, untuk menerbitkan buku-buku yang bermanfaat.

2. organisasi terjemahan dan penulisan


a. organisasi penerjemah
untuk menerjemahkan buku modern dalam sosiologi dan ekonomi
b. organisasi penulisan buku
tujuan menulis buku teks, dan dicetak dengan uang yang mereka kumpulkan.

3. Organisasi ilmiah retoris


a. Organisasi Galeri al-Shawam
ini adalah wacana pertama dimesir, dan didirikan oleh siswa Suriah Al-ahzar.
b. organisasi amal islam
c. Organisasi Moderation Society
tujuannya untuk menyebarkan semangat kebaikan .
d. organisasi kemajuan Mesir
tujuannya menulis dan memberikan pidato dalam bahasa Arab

4.) Organisasi ilmiah teknis


a. organisasi geografis khedif
b. perhimpunan pertanian
c. organisasi medis mesir
5. Organisasi seni
a. klub timur
b. klub Rameses
c. klub sekolah menengah
d, klub darul ulum
e. klub pegawai pemerintah diAlexandria
f. organisasi uni Suriah

6. Lembaga amal Pendidikan


a. organisasi makaseed philanthropic society
b. organisasi al orwa al wathqa islami

7. organisasi seni
a. sastra delight society alosta
b. asosiasi promosi sastra
c. perusahaan perwakilan sastra
d. organisasi pengetahuan sastra

C. INSTITUSI FORMAL
1. Al-Azhar

a. Al-Azhar
Al-Azhar adalah sekolah/perguruan tinggi yang berada di kota Mesir dan sekolah
tertua yang sudah 1000 tahun lalu di dunia. Dan saat ini ada kurang dari 10 abad sekolah-
sekolah utama di dunia dan masih tetap. Telah bergulir pada kondisi Al-Azhar dari
pondasi/keadaan yang sulit dan mudah, Al-Azhar memiliki keungulan khusus dalam Seni
Bahasa Arab, karena Al-Azhar menyiapkannya dari/selama generasi gelap.
Sedangkan Muhammad Ali pada waktu itu ingin memajukan para lulusan guru atau
perajianan yang pintar dan siapapun yang membantu dalam pekerjaannya ini. Dia dibantu
oleh para pelajarnya dan mengirim mereka ke Eropa untuk menerima ilmu pengetahuan
dan obat-obatan/kedokteran, atau belajar ilmu percetakan dan seni lainnya. Dan sampai
sejauh ini komunitas pelajar Mesir dan Non-Mesir berasal dari muslim berbagai ras dan
bahasa. Diantaranya yaitu Arab, Turki, Sudan, Prancis, India, Afganistan, Indonesia, dan
China. Mereka (pelajar Non-Mesir) menerima berbagai ilmu ini menggunakan Bahasa Arab,
dengan ini cara terbesar untuk menyebarkan dan menjaga lidah ini.

b. Sejarah Al-Azhar Kuno


Masjid Al-Azhar membangun esensi penakluk kekhalifahan Fhatimiyah Mesir di
pertengahan abad keempat untuk berimigrasi, tujuannya adalah untuk mengadakan
pensyi’aran keagamaan dan dukungan untuk Syi’ah Alawiyah dengan fungsi perpaduan
politik dan agama di era itu dan bekerja keras untuk mendekatkan para ilmuwan. Mereka
mendatangkan para ilmuwan dari seluruh dunia islam dan mereka menggajinya dengan
cukup dan sepeser uang besar. Sebagian dari majlisnya/dewannya di Al-Azhar tersebut ahli
dalam bidang fiqh(hukum). Mereka mencari makan dari bangunan yang ada disebelah
bangunannya(Masjid Al-Azhar). Dan mereka memperluas peranannya hingga sekarang
mencapai sekitar 12.000 meter.
Gaji/upah para ilmuwan dulu belum pasti sampai saat khilafah hingga khilafah Al-‘Aziz
Billah kedua tahun 365 H, dan pejabat/dewan bernama Ya’qub bin Kalys menuruh untuk
merapilam gaji untuk para ilmuwan tersubut, dan memberikan tempat tinggal untuk para
ilmuwan di sekitar Masjid Al-Azhar. Mereka mengajukan pendapat dalam fungsi masjid
tersebut digunakan untuk Sholat Jum’at, dan pembacaan buku tentang fiqh,ceramah dan
penelitian dari pendapat Syi’ah, dan dari kebiasaan itu mereka berinisiatif menjadikan
membaca sebagai sarana pembelajaran yang bertempat di Masjid Al-Azhar dan menjadikan
masjid itu sekolahan yang disepakati oleh para pejabat dan para dewan-dewan lainnya.

c. Sejarah Al-Azhar Modern


Al-Azhar muncul sebagai sekolahan para Syi’ah pada masa Fathimiyah(sekitar 200
tahun) sampai menangnya Sholahuddin atas Mesir, dan membaiat kepada kekhalifahan
‘Abasyiah dan merencanakan menjadi Sunni,dan itu sampai sekarang. Pada masa pertama
mereka belajar tentang ilmu fiqh dan ilmu agama, terus memasukan ilmu
matematika,bintang-bintang dan ilmu alam lainnya. Akan tetapi ilmu itu belum dijadikan
materi inti di sekolahan Al-Azhar tersebut. Al-Azhar lebih mementingkan tentang ilmu-ilmu
islam dan bahasa dan menutup ilmu lainnya yang ada pada generasi yang
sebelumnya,apalagi yang ada dimasa kelam pada kerajaan-kerajaan sebelumnya. Pada
masa lalunya Al-Azhar diingatkan kembali oleh para cendikiawan untuk memperhatikan
ilmu-ilmu yang bersangkutpautan dengan matematika dan ilmu alam, tetapi mereka takut
akan terkejutnya para manusia(pelajar) dalam pembenaran ini dikarenakan berbeda
dengan apa yang ada dalam fikiran(para pelajar) tentang kejelekan dan ditakutkan
menemaninya dalam jalan menuju kekafiran dalam ilmu-ilmu alam tersebut.
Pada awalnya Pemerintah melihat dalam sebuah fatwa dari kalangan ilmuwan fiqh dari
Syaikh Al-Azhar yaitu Syaikh Muhammad Al-Anbaabi dan Syaikh Muhammad Albana dalam
sebuah pertanyaan “Bolehkah seorang muslim dalam pembelajaran ilmu matematika
seperti geometri,aritmatika dan fisika dan pemasangan bagian yang diekspresikan dengan
kimia dan pengetahuan lainnya?” Pada tahun 1305 H Syaikh Muhammad Al-Anbaabi
menjawab “diperbolahkannya pembelajaran muslim dalam ilmu-ilmu itu.” Dikarenakan
manfaat dan ilmunya pada pembelajaran tersebut. Dan Syaikh Al-Bana menyetujui
pendapat tersebut 7 hari setelahnya.
Kemudian Almarhum Syaikh Muhammad Abduh menghadapi reformasi A-Azhar ini denagn
pertimbangan kebutuhan umat pada masa itu. Dan beliau mendapatkan perlawanan keras
dari kaum konservatif lama, dan upaya telah berakhir dengan menambahkan prinsip-
prinsip teknik, geografi, ilmu mental, konstruksi dan bahasa. Tapi jiwa semangat almarhum
Muhammad Abduh menyebar luas di Al-Azhar, dia tumbuh dari murid-muridnya dengan
pemikiran independen yang baik, dan semakin mencintai ilmu sains modern, dan mengerti
banyak hal, dan dapat membedakan antara manfaat dan kemudhorotan ilmu-ilmu tersebut.
Pelajar Al-Azhar semakin menambah sekitar 10.000 pelajar dari berbagai ras dan bahasa,
1/10 dari mereka berasal dari Mesir. Dan mereka tinggal didaerah dekat dari Masjid Al-
Azhar tersebut.

2. Sekolah Masa Isma’il


Pada masa zaman ‘Abbas pertama dan Said gerakan keintelektualan berhenti(sekitar
tahun 1849-1863 H) karena mereka menginginkan kemenangan dalam sebuah peperangan,
lebih banyak sekolah di Mesir dan lainnya ditutup faktor dari sebuah kebangkitan ini.
Salahsatu alasan penutupan adalah bahwa lulusan sekolah-sekolah ini telah melampaui
kebutuhan pemerintah kepada para pekerja. Karena maksud utama pada masa itu ialah
menjadikan alumninya sebagai pekerja di pemerintah atau petugas. Ketika Negara Mesir
mengakhiri perangnya dan monopli pemerintah dihapuskan dan pabrik-pabrik yang yang
didirikan Muhammad Ali memenuhi tututannya ditutup jumlah pelajar muda semakin
menambah pada posisi ini. Dan mereka menjadi kelompok yang bergantung pada
pemerintah, yaitu pada masa ‘Abbas Pasha membatalkan sekolah menengah kecuali
sekolah militer. Ketika Khedvie memimpin Ismail Pasha pada tahun 1863 ia mulai kembali
menghidupkan sekolah-sekolah ini. Pada saat pemerintahan pertamanya Mesir hanya
memiliki satu Sekolahan Dasar(SD), sekolah militer, dan sebuah sekolah medis dan farmasi.
Dan dia mendirikan guru untuk sains,teknik, kedokteran dan perang seperti apa yang
dilakukan nenek moyangnya. Dia mengirimkan sebuah surat yang mengabari bahwa tujuan
pendidikan bukan hanya terbatas dengan lulusan karyawan/ petugas saja, tetapi juga untuk
meningkatkan kualitas jiwa-jiwa umat dan membangkitkan sastra arab. Itu terjadi pada
zamannya kebangkitan sastra termasuk delegasi ke Mesir dari orang-orang sastra dari
semua semua sekte. Itu adalah sebuah kalimat pencariannya untuk kebangunan rohani ini
menghidupkan kembali pendidikan dan organisasi. Dia membangun kacamata
pengetahuan dan dipercayakan untuk ,emgatur sekolah dengan gaya baru. Mereka
memperkenalkan sekolah militer ke kacamata perang dan mereka memanggil dengan
sebutan “Sekolah Kerajaan”

3. Sekolah Masa Penjajahan


Ketika Inggris menduduki Mesir pada tahun 1882 sekolah-sekolah dibagi, yaitu
Amerika dan Non-Amerika dengan seizin Mesir. Amerika beberapa tingkatan, yaitu sekolah
dasar dan sekolah menengah, terkecuali sekolah non-persiapan.
Mereka memakai cara pembelajaran dengan berbahasa arab dan ilmu-ilmunya merujuk
kepada buku-buku berbahasa arab pula, seperti ilmu matematika, kimia, ilmu alam, sejarah
umum, geografi dan lainnya. Dan bahasa asing yang diminati oleh para pelajar seperti
bahasa prancis, bahasa inggris dan bahasa jerman. Dan yang menginginkan untuk
mendalami ilmu-ilmu bahasa ini masuk ke sekolah lisan, dan dari sekolah ini menghasilkan
para penerjemah. Belom lagi misi yang dikirim ke Eropa dengan kelebihan berbagai bahasa.
Dan sekolah ‘Amriyyah ini gratis.
Setelah berkependudukan, pemerintah mulai mengatur sekolah dengan format baru. Dan
terjadi berbagai masalah yang ada, yang terpenting yaitu penutupan sekolah dalam sekolah
lisan/tentang bahasa dan penutupan misi ke Eropa dan pendidikan gratis dan membuat
basis pengajaran dalam bahasa inggris dan prancis dan semakin dikit perawatan dalam
berbahasa arab.
Bahasa Arab semakin merusut dan banyak yang meminta untuk mengembalikan
pengajaran yang berbasis bahasa arab itu tapi tak didengar oleh kalangan pemerintah. Tapi
ide penyebaran pendidikan itu telah tersebar luas di Mesir. Dan pemerintah tertarik dalam
pembuatan buklet. Orang-orang Mesir meningkatkan keinginan mereka untuk mendidik
anak mereka di Eropa dengan pengetahuan tahun lalunya. Dia mengambil alih para pelajar
ini untuk mendidik pelajar Mesir selanjutnya.

4. Sekolah Kedokteran
Sekolah ini sangat penting dalam kebangkitan ini, karena ia mengandalkan dokter
lulus, sebuah hasil dari lompatan ilmu yang asing dan alam yang didapatkan oleh murid-
muridnya. Dan ini adalah sekolah menengah tertua di Mesir, karena tujuannya militer asli
juga mengalami kemajuan. Dan pengajaran kedokteran bukan terbatas pada tentara saja,
tetapi juga untuk umum. Mesir mendirikan sekolah kedokteran pada masa Abu Za’bal tahun
1826. Dia membawa para profesor prancis selainnya dan apoteker untuk bertugas di
tentara militer. Setelah Clut Bey diperintahkan untuk mendirikan sekolah kedokteran ia
memperluas dalam pengajaran operasi. Belom sampai 10 tahun ia dapat menjadikan 420
muridnya sebagai alumni dalam bidang ini dan berlatih di rumah sakitnya. Sekilas, bahwa
Abu Za’bal memiliki rumah sakit dan ialah yang mendirikan ilmu kedokteran di Mesir.

5. Sekolah Pada Masa Muhammad Ali Pasha


Penghargaan besar untuk pendirian sekolah-sekolah ini untuk almarhum
Muhammad Ali Pasha, kakek dari keluarga Khedvie. Sekolah-sekolah telah didirikan karena
alami yang dibutuhkan dalam kondisi politik serta keinginannya untuk menyebarkan ilmu
pengetahuan. Dan ia memulai dengan sekolahan militer yang perlu diorganisir dan
kemudian dimasukkan ke sekolah lainnya.
Pada masa inilah Muhammad Ali Pasha membuka jalan untuk para pelajar dalam
pembelajaran berbagai ilmu. Contohnya, ilmu geografi,sains,kimia dan matematika untuk
para pelajarnya belajar dengan orang asing berbagai panca Negara. Mempelajarinya dan
mengajarkan ilmunya kepada para pelajar di Mesir. Terutama dalam sekolah militer yang
diutamakan dalam keadaan politik yang ada pada situasi itu.
Setelah menjadikan sekolah militer tersebut Muhammad Ali Pasha menjadikan ilmu-ilmu
yang telah dipelajari oleh murid-muridnya diperluaskan lagi untuk murid lainnya, yaitu
kepada pelajar lain umumnya.

D. PERTUNJUKAN
1. Museum

Museum atau gudang barang antik untuk kepentingan publik dari sesuatu yang
berharga di sebuah kota yang mana diambil oleh manusia untuk memperluas pengetahuan
dan meningkatkan pemikiran. Namun para raja dan pangeran pada masa itu menyimpan
barang antik untuk di megahkan.

Yang pertama mempertimbangkan pendirian museum ini adalah Ismail Pasha


Khedive1869, tahun di mana ia memerintahkan penciptaan Perpustakaan Khedive,
ditugaskan oleh Fransabacha Geometri endowmen, dan memerintahkannya untuk
menyiapkan tempat bagi mereka, tidak dapat bekerja untuk tempat yang diinginkan, ia tetap
Proyek ini diabaikan sampai semangat baru di masa-masa awal Tawfiq Pasha, dan
memerintahkan pendirian

Orang-orang Arab memiliki banyak keberuntungan dari musem, ini, dan


menambahkan peninggalan sejarah, mulai dari Negara Abbasiyah, itu dalam
perbendaharaan artefak bersejarah Abbasiyah dari sisa-sisa leluhur mereka Bani Umayyah
menyimpannya di loker bagasi, dan Fatimiyah melewatinya untuk mengalokasikan istana
Sekitar delapan ratus tahun yang lalu, dan mereka menyebutnya lemari, Lemari senjata,
lemari sikat, bukan gudang persediaan Untuk diingat, tetapi berisi artefak sejarah Seperti
cangkir Badziz yang bertuliskan nama Harun al-Rashid, dan rumah Harun al-Rashid

Perawatan museum dipercayakan kepada komite elit terkemuka dan ilmuwan dari
orang-orang Arab dan kaum Frank.Ini memiliki anggota kehormatan di luar negeri, dan
misinya termasuk memeriksa barang antik Arab Diwan Wakaf, sumbangan pemerintah atau
pribadi, serta Museum Arab yang dimaksud.Museum ini berisi apa yang tersebar dari barang
antik

1. Museum jinli astana

Museum islam pada masa ustmani dengan banyak barang-barang yang antik Arab
dan museum ini terletak di Asanah dan arahnya tertutupi oleh mosaic biru yang didirikan
oleh Muhammad al-Fatih pada tahun 860 H, kemudian diperbaiki oleh sultan murah ke tiga
dan beliaulah yang membentuknya menjadi dua tingkat . Yang berisikan tentang
peninggalan-peninggalan islam pada masa ustmani. Dan pada keseluruhannya ada gambar
Khairuddin Bass yang diukir diatas batu dan banyak juga karpet yang berharga dan juga
barang barang yang bersejarah. Diantaranya adalah kursi dari sultan salim ketiga yang
mana punggung kursinya disampulkan dengan beludruk merah dan kursi yang lain yaitu
kursi Muhammad al-Fatih yang lebih besar dari itu yang terlapiskan beludru.

Dan disini pula banyak barang-barang astronomi seperti astrolabe dan bola yang mana bola
itu terbuat dari tembaga yang diatasnya ada gambaran dari tanah yang sudah ada sejak
zaman saljuk, ukiran pendaki kuda emas dan lukisan sultan Salim ketiga dengan minyak
yang mana kala itu terdapat citra sejati para sultan sultan Ustmani.

2. Museum Aljazair dan Tunisia

Beberapa museum modern telah didirikan di Tunisia dan Aljazair, sebagian besar di
antaranya untuk monumen negara-negara tersebut sebelumnya Islam, beberapa di
antaranya adalah Islam, termasuk:

1. Museum Nasional Aljazair, yang memiliki banyak monumen Islam, didirikan pada
tahun 1897
2. Museum Alawite di Tunisia: ada banyak monumen Islam dan lainnya. Arkeolog di
Timur adalah barang antik Arab yang penting.
2. Seni

Tokoh yang pertama kali yang memulai drama adalah Marwan anNaqsh 1817-1855 dan
pertama kali muncul pada pertengahan abad 19 di Suriah. Sesungguhnya kebudayaan
bangsa Arab, Italia, dan Turki mengikuti tema pada drama drama kebudayaan Prancis. Pada
tahun 1848 Marwan an Naqsh menampilkan drama dengan judul L’Avare di rumahnya yang
terletak di Beirut dengan bantuan ahli penerjemah karya sastra drama. Drama yang
keduayaitu drama komedi oleh Abu Hasan putra Harun Ar-Rasyid yang diambil dari karya
sastra 1001 malam. Dan Drama yang ketiga adalah drama yang menceritakan sejarah drama
oleh Moliere.

Seiring berjalannya waktu dibawah pimpinan Salim al-Naqsh banyak sekali drama drama
prancis yang diterjemahkan, misalnya drama Vedder oleh penyair perancis Rosin, drama
Andromak, drama Hawarisy oleh penyair kurni, drama Zinubia oleh penyair klasik I’abbe
D’aubignac.

Pada pemerintahan Ismail Basha, saat itu dibangun gedung pertunjukan di mana
menampilkan opera “Aida” yang menggunakan bahasa Perancis. Yang dipentaskan pada
pembukaan terusan Suez tahun 1869. Pada tahun 1876 muncul tokoh Mesir dalam bidang
drama yang bernama Sannu’, yang terkenal dengan nama Abu Nazarah. Ia cenderung
mengkritisi sosial politik dengan menggunakan bahasa Ammi. Kelompok-kelompok penulis
Siria dan Mesir melanjutkan penulisan karya drama di Mesir. Kemudian opera ditutup untuk
perwakilan Arab, yang kemudian dibuka hanya untuk Salman al-Qirdahi. Pada periode akhir
ini opera tidak begitupopuler atau terkenal, akan tetapi merupakan pemerintahan
aristokratis yang hanya dihadiri oleh pangeran dan penguasa, ketika Iskandar Farah
membangun teaternya atau dramanya di Jalan Syeikh Abdul Karim Salman, dan Saad
Zaghloul. Mereka masih membuka tiga kali seminggu.

KESIMPULAN

Mesir adalah negara kaya akan ilmu pengetahuan yang menjadikan sumber
pengetahuan sehingga berpengaruh di dunia dari zaman ke zaman. Mesir mempunyai tekad
dalam memperbaiki kesalahan perkembangan mulai dari usaha yang terlepas dari ikatan
inggris dan membuat keputusan dalam menanggung resiko dalam mengedepankan Mesir
kuno dan Mesir modern sehingga saat ini Nation State dan Egaliterialisme di Mesir
mempunyai peran yang penting dalam bidang nasionalisme Mesir sendiri. Menjadi sumber
pengatahuan, memengaruhi Mesir dalam segala aspek untuk mengatasi kebodohan, seperti
adanya pendidikan formal maupun informal. Dan banyak komunitas yang didirikan sesuai
dengan bidang ilmu tertentu seperti kedokteran dan kesenian. Selain itu kita tau, masjid
pada masa itu tidak hanya itu beribadah melainkan juga halaqoh untuk belajar bersama.

DAFTAR PUSTAKA

Jurji, Zaidan. 2013, Tarikh Adab al-Araby. Kairo : Handawi

You might also like