M Ali Pasha
M Ali Pasha
M Ali Pasha
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Jatuhnya kota Bagdad pada tahun 1258 M ke tangan bangsa Mongol
bukan saja mengakhiri system kekhalifahan Abbasiyah di sana, tetapi juga
merupakan masa awal dari kemunduran politik dan peradaban Islam, karena
Bagdad sebagai pusat kebudayaan dan peradaban Islam yang sangat kaya dengan
khazanah ilmu pengetahuan itu ikut pula lenyap dibumihanguskan oleh pasukan
Mongol yang dipimpin Hulagu Khan.
Setelah itu seiring perjalanan waktu, maka dengan secara signifikan
bangsa Barat menjadi semakin maju dan modern. Hal ini disebabkan karena
mereka mengembangkan dan menguasai ilmu pengetahuan yang mereka rampas
dari kota Seribu Satu Malam itu sendiri. Semuanya ini telah membuka mata hati
kaum muslimin bahwa mereka telah mengalami kemunduran.
Dengan demikian kaum muslimin terutama di Mesir mulai bangkit dan
reparasi mulai dari bidang agama hingga bidang politik, sains, dan
teknologi. Menyadari kekalahan dan kelemahan dalam berbagai aspek kehidupan
dari bangsa-bangsa Barat, umat Islam mulai bangkit kembali untuk mengejar
ketertinggalan dan keterbelakangan.
Perjalanan sejarah Mesir tidaklah sesederhana kawasan Timur Tengah
lainnya. Ia dengan segudang kisah historisnya mampu menarik berjuta-juta
wisatawan asing dengan pendapatan devisa yang melimpah. Bukan tanpa alasan
Mesir dikatakan sebagai salah satukota terunik di dunia, karena sejarah yang
terukir di kota ini memiliki variasi yang sangat beragam. Berawal dari masa
Pharaonic, Hellenistic, Romawi, Islam sampai pada periode Mesir Modern yang
diusung oleh Muhammad Ali Pasha. Sebagai seorang revolusioner tak ayal
Muhammad Ali mempunyai keinginan untuk merubah Mesir layaknya Paris di
belahan bumi Eropa. Kemodernan sistem dan administrasi negara mulai
digalakkan. Sehingga jadilah Mesir ketika itu sebagai sebuah negara maju dari
segi ekonomi, politik dan sosial.
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
Untuk memajukan Mesir, Muhammad Ali melakukan pembenahan
ekonomi dan militer. Atas saran para penasihatnya, ia juga melakukan program
pengiriman tentara untuk belajar di Eropa. Pemerinthan Muhammad Ali pasya
menandai permulan diferensiasi yang sebenarnya antara struktur politik dan ke
agamaan di Mesir. keputusan-keputusan dan program-programnya ternyata
sebagian besar telah menentukan jalannya sekulerisasi yang berlangsung selama
satu setengah abad di Mesir. Muhammad Ali berkuasa penuh. Ia telah menjadi
wakil Sultan dengan resmi di Mesir dan rakyat sendiri tidak mempunyai
organisasi dan kekuatan untuk menentang kekuasannya, ia pun bertindak sebagai
diktator.
Ia diberikan kepercayaan sebagai pemimpin militer pada era Turki
Utsmani dan menjadi seorang pemimpin tersohor kebanggaan negara Mesir,
terutama dalam merevolusi negara tersebut menjadi sebuah negara industri dan
modern. Bahkan, orang Mesir sendiri mengenalnya sebagai seorang pahlawan.
Walaupun tidak dilahirkan di Mesir dan tidak berbahasa Arab, namun
keinginannya untuk membangun dan meningkatkan sumber penghasilan ekonomi
bagi negara Mesir sangat besar. Inisiatif, visi dan semangat yang dimilikinya tak
mampu menandingi pahlawan-pahlawan lain yang sezaman dengannya
Dialah pendiri dinasti Mesir yang keturunannya memerintah Mesir
sampai tahun 1952. dia muncul di Mesir tahun 1799 sebagai salah seorang
diantara 300 orang anggota pasukan yang dikirim Albania atas perintah Sultan
Utsmani untuk mengusir Perancis. Pada awalnya ia berkedudukan sebagai
penasehat komandan pasukan Albania, karena kecakapannya dalam memimpin
maka ia diangkat menjadi komandan penuh. Setelah berhasil mengusir Napoleon
dari Mesir, ia di angkat menjadi jendral tahun 1801. pada bulan Nopember 1805
ia menjadi penguasa di Mesir dan bulan April 1806 ia di angkat menjadi Wali
Negara Mesir dengan gelar Pasya.
3
B. Beberapa Pembaharuan Yang Dilakukan Muhammad Ali Pasha
1. Dalam Bidang Militer
Jatuhnya Mesir ke tangan Napoleon Bonaparte menyadarkan Muhammad
Ali Pasha. Ia melihat kemajuan yang dicapai negara-negara Barat, terutama
Perancis, begitu hebat. Kemajuan dalam teknologi peperangan membuat
Perancis dengan mudah menguasai Mesir (1798-1802 M). Setelah Perancis
dapat diusir Inggris pada tahun 1802 M, Muhammad Ali Pasha mengundang
Save, seorang perwira tinggi Perancis untuk melatih tentara Mesir.
Sama hanya dengan raja-raja Islam lainnya, Ali Pasha juga mementingkan
hal-hal yang berkaitan dengan kemeliteran, karena ia yakin bahwa
kekuasaanyan dapat dipertahankan dan diperbesar dengan kekuatan militer.
Muhammad Ali Pasha juga mengundang para ahli militer barat untuk melatih
angkatan bersenjata Mesir dan juga mengirim misi ke luar negeri (Eropa) guna
mempelajari ilmu kemiliteran. Pada tahun 1815 M untuk pertama kalinya
Mesir mendirikan Sekolah Militer yang sebagian besar instrukturnya
didatangkan dari Eropa. Tidak hanya itu, namun ia juga banyak mengimpor
persenjataan buatan Eropa seperti buatan Jerman atau Inggris. Terinspirasi
oleh pelatihan militer bangsa Eropa, Muhammad Ali kemudian melatih bala
tentaranya berdasarkan “ Nidzam al-Jadid “ atau bisa disebut dengan peraturan
baru. Ia mengatur tentara-tentara Mesir dan mulai memperkuatkannya dengan
menjadikan para petani luar daerah untuk mengikuti wajib militer. Upaya itu
ternyata cukup berhasil untuk menjadikan kekuatan militer Mesir semakin
berkembang.
2. Bidang Ekonomi dan Sosial
Muhammad Ali Pasha sangat memahami bahwa di belakang kekuatan
militer mesti harus ada kekuatan ekonomi yang sanggup membelanjai
pembaharuan di bidang militer dan bidang-bidang yang bersangkutan dengan
militer. Jadi dua hal yang penting baginya, kemajuan ekonomi dan kekuatan
militer, dan dua hal ini menghendaki pengetahuan atau ilmu-ilmu modern.
Salah satu dampak perkembangan ekonomi tersebut adalah ekspor kapas ke
negara Eropa. Hal itu sangat menguntungkan, karena adanya angsuran
4
terhadap para petugas administrasi yang dijadikan sebagai salah satu titik poin
keuntungan bagi Mesir. Selain itu wisatawan asing juga turut
menyumbangkan pendapatan bagi devisa negara. Pengambil alihan pemilikan
tanah oleh negara dan hasilnya dipergunakan untuk kepentingan pembangunan
negara. Harta kaum Mamluk yang telah dimusnahkannya dirampas, demikian
pula dengan harta-harta orang kaya di Mesir berada di bawah kekuasaannya.
Untuk meningkatkan perkembangan ekonomi Muhammad Ali Pasha juga
membangun sistem irigasi, sehingga hasil pertanian menjadi lebih baik.
Karena Mesir adalah negara pertanian, di samping memperbaiki irigasi lama ia
juga mengandalkan irigasin baru, memasukkan penanaman kapas
dari India dan Sudan dan mendatangkan ahli pertanian dari Eropa untuk
memimpin pertanian.
Dalam tatanan sosial Muhammad Ali Pasha mengubah pengaturan
administrasi bagi penduduk desa dan kota dengan sistem yang lebih modern.
Pembangunan prasarana masyarakat umum mulia digalakkan, seperti
pembangunan Rumah Sakit, sekaligus mendatangkan beberapa dokter
spesialis untuk menangani problematika penduduk setempat. Hal itu tidak lain
adalah sebagai bentuk kekhawatiran Ali Pasha terhadap kesejahteraan
penduduk desa yang mengikuti wajib militer.
Terutama ketika virus cacar mulai melanda sebagian penduduk Mesir
ketika itu. Usaha terhebat lainnya adalah dengan terselesaikannya
pembangunan sebuah terusan kuno yang menghubungkan
antara Alexandria dengan sungai nil. Menurut beberapa laporan, upaya
tersebut diawali dengan penggalian yang mengerahkan kurang lebih 100.000
petani Mesir. Dari hal tersebut meningkat pulalah pusat irigasi dari tahun
1813-1830 M hingga 18%, yang sebelumnya proyek irigasi ini sangat lemah
dan kurang menguntungkan terlebih ketika masa awal kepemimpinannya.
5
kementrian pendidikan. Setelah itu didirikan Sekolah Militer tahun 1815 M,
Sekolah Teknik tahun 1816 M, Sekolah Kedokteran tahun 1827 M, Sekolah
Pertanian dan Apoteker tahun 1829 M, Sekolah Pertambangan tahun 1834
M dan Sekolah Penerjemah tahun 1839 M. Selain itu, ia juga banyak
mengirim pelajar ke Perancis untuk belajar pengetahuan berupa sains dan
teknologi Barat di Perancis. Menurut catatan sejarah ia mengirim 311 pelajar
Mesir ke Italia, Perancis, Inggris dan Austria dengan mengambil disiplin
keilmuan yang beragam seperti kemiliteran, ilmu administrasi, arsitek,
kedokteran dan obat-obatan.
Selain mendirikan beberapa sekolah dan mengirim pelajar ke luar ia juga
melakukan penerjemahan buku-buku terbitan Eropa dalam skala yang besar.
Di samping mendelegasikan pelajar Mesir ke Eropa ia juga mendatangkan
guru-guru agung Eropa untuk mengajar di sekolah-sekolah yang telah ia
bangun. Muhammad Ali juga menerbitkan majalah berbahasa Arab pertama
kalinya yang diterbitkan tahun 1828 M, ia menamainya dengan majalah " al-
Waqa'i al-Mishriyah" (Berita Mesir). Majalah ini digunakan rezim
Muhammad Ali sebagai organ resmi pemerintah.
Inilah pembahasan singkat mengenai Muhammad Ali pasha, begitu banyak
peninggalan termegah Muhammad Ali yang bisa kita lihat di perbukitan Jabal
Muqatam, ia dengan mengerahkan desainer Yunani bernama Yusuf Bushnak
akhirnya berhasil membuat Masjid indah dengan corak menara Turki yang
berwarna putih perak. Jika kita amati, masjid ini terbuat dari bahan marmer
yang menawan, maka tidak heran jika mayoritas penduduk Mesir
menamainnya sebagai masjid Alabaster. Di dalam masjid inilah jasad
Muhammad Ali dikuburkan, meskipun ia meninggal di Alexandria. Jasa lain
Muhammad Ali adalah melakukan renovasi benteng Sholahuddin yang
dibangun pertama kali oleh pahlawan Perang Salib muslim, Sholahuddin al-
Ayyubi. Dalam hal ini, ia banyak melakukan perbaikan tembok-tembok yang
sudah runtuh baik yang berada didalam maupun diluar. Kemudian, ia juga
membangun sebuah istana keluarga yang dapat kita nikmati jika kita melewati
Babal-Qullah. Pada tahun 1949 istana ini dijadikan museum oleh Raja Faruq.
6
Dalam sejarahnya Mesir dibagi menjadi dua bagian; Kuno dan Modern.
Dengan peradabannya yang telah dimulai sejak 7000 tahun yang silam, ia
termasuk salah satu diantara negara yang menempati urutan papan atas, tujuan
wisata dunia. Maka tidak heran jika setiap jengkal tanahnya yang kita pijak
merupakan saksi sejarah yang memberikan cerita sendiri. Begitulah kira-kira
diskripsi sejarahnya.
Muhammad Ali Pasha yang dianggap sebagai pendiri Mesir Modern,
kekuasaannya saat itu meliputi Sudan dan Syiria. Bahkan pasukannya pun ikut
berperang bersama ke Sultanan Usmani di Yunani, Asia Kecil, hingga ke
Eropa Timur.
7
BABIII
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sebagai seorang revolusioner tak ayal Muhammad Ali mempunyai
keinginan untuk merubah Mesir layaknya Paris di belahan bumi Eropa.
Kemodernan sistem dan administrasi negara mulai digalakkan. Sehingga jadilah
Mesir ketika itu sebagai sebuah negara maju dari segi ekonomi, pendidikan, dan
sosial.
Muhammad Ali memperkuat kekuatannya dengan memajukan negara dari
segala lini kehidupan. Kepercayaan yang dimilikinya sebagai seorang Sultan
Utsman mampu menggerakkan pemerintahan Mesir untuk memodernisasikan
kekuatan dan administrasi militer.