Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                

(Arius (Arius: Jurnal Lktiologi Indonesia, Volume Nomor 2, Desember 2007

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 7

Jurnal lktiologi Indonesia, Volume 7, Nomor 2, Desember 2007

DAMPAK LOG AM BERAT TERHADAP PERUBAHAN POLIMOID'ISME IKAN


BADUKANG (Arius sp.) DI ESTUARIAMUARASUNGAI KAHAYAN
DAN KATINGAN KALIMANTAN TENGAH
[Impact of heavy metals on polymorphism changes of catfish (Arius sp.).
in estuaries ofKahayan and Katingan Rivers, Central Kalimantan]
Edison Harteman>, Dedi Soedharma 2>,Adi Winarto3>, dan Harpasis S. SanusF>
>Mahasiswa Sekolah Pascasarjana IPB.
2
>StafPengajar Departeman Ilmu dan Teknologi Kelautan, FPIK IPB.
3
>StafPengajar DepartemenAnatomi Hewan, FKH IPB

ABSTRACf
The purpose of this study was to evaluate impact of metal pollutants: Pb, Cd, and Hg on morphism changes of fish phenotype
through concentration and bio-concentration factor (BCF). The study site was located in the river mouths of Kahayan River and
Katingan River. Samples collected were water sample and fish sample with malformation on pectoral and caudal hard fin rays.
Water sample and fish bone were analysed by Atomic Absorption Spectrophotometer (AAS). The results indicated that lead (Pb)
concentration in the estuary and in pectoral and caudal hard fin rays was the highest compared to cadmium (Cd) and mercury (Hg)
concentration. It may because Cd and Hg have high affinity to bone tissue of pectoral and caudal hard fin rays than Pb. The highest
lead concentration in the water could cause high its metal in bone tissue. If metal in river mouth has not detected or low
concentration than standard values of water and biota, it does not mean the water safe to fish and other aquatic organism because
heavy metal has been continuously accumulated in tissue. Pb, Cd and Hg have ability to replace Calcium in Phosphate of cell of
pectoral and caudal fins. This causes inhibited Ca absorption into bone cell. As consequence, chemical composition on bone
changes the bone experiences softening inhibited hardening, and malformation. Bone malformation was caused by changes of bone
chemical composition and environmental effects.

Key words: impact, heavy metals, concentration, bioconcentration, phenotype, morphism.

PENDAHULUAN

Kegiatan manusia di Kalimantan Tengah


seperti eksploitasi tamhang emas, kerusakan hutan
dan pemhukaan laban pertanian serta perkehunan
merupakan sumber pencemaran lingkungan perairan.
Hutan herperan penting pada penutupan permukaan
tanah. Tanpa hutan permukaan tanah akan tererosi
oleh air hujan. Menurut Hamblin dan Christiansen
(2004), Kalimantan Tengah termasuk wilayah daratan
dengan erosi rendah sampai tinggi. Erosi permukaan
mengakihatkan pelepasan ion-ion logam dari butiran
ianah ke air. Ion-ion logam hersama aliran air
permukaan masuk ke danau, sungai, estuaria dan laut
(Eisler 2006). Secara alamiah kerak bumi (litosfer)
mengandung sekitar 0,098 mgCdlkg (Heinrichs eta/.,
1980 dalam Darmono 2001), selanjutnya dikatakan
hahwa tanah laban pertanian yang tidak tercemar
mengandung Cd berkisar antara 0,1-1 mglkg. Sedimen
air tawar endapan arus sungai mengandung Cd
berkisar antara 0,03-0,40 mg/kg. Konsentrasi total Hg
di permukaan tanah pada tumhuhan yang terhakar
berkisar 0,3-1,47 mg/kg berat kering, di bawah

permukaan tanah berkisar antara 0,09-2,3 mglkg herat


kering (Eisler 2006). Kebakaran hutan menyehabkan
peningkatan konsentrasi total logam Hg di perairan
danau (Kelly et al., 2006).
Kegiatan penambangan emas di pedalaman
di Kalimantan Tengah merupakan sumher pencemaran
Hg dan Pb di perairan sungai danau. Menurut Hartoto
dan Awalina (2000), sungai dan danau di Sungai
Kahayan dan Sungai Rungan mengandung Ph di air
antara 0,024-0,173 mg/L, sedimen antara 646-16,54
mgPh/kg. Global Mercury Project (2005), Sungai
Katingan mengandung Hg di berkisar antara 0,06-0,23
mg!L dan kolam bekas penambangan emas sekitar 1,60
mg!L. Kepekatan beherapa logam Cd di sungai sekitar
0,03 pph dan laut sekitar 0,05 pph, Hg di sungai sekitar
0,07 pph dan di laut sekitar 0,05 pph, Ph sekitar 3,0
ppb dan di laut sekitar 0,03 pph (Bryan 1976 dalam
Cmmell 1995). Masalah pencemaran global saat ini
mengganggu ekosistem estuaria dan laut. Oleh karena
beberapa logam seperti Ph, Cd, dan Hg merniliki sifat
reaktif dan akumulatif serta terbiokonsentrasi di
jaringan tuhuh ikan dan pada konsentrasi tertentu

67

Edison Harleman, Dedi Soedharma, Adi Winarlo dan Harpasis S. Sanusi- Dampak Logam Berat terhadap Perubahan
Polimorfisme lkan Badukang (Arius sp.) di Estuaria Muara Sungai Kahayan dan Katingan Kalimantan Tengah

menyebabkan gangguan di jaringan tubuh ikan


(Connelll990; Manahan 2003; Dara 1997). Pemantauan
kualitas Iingkungan estuariajarang dilakukan dan baru
dilakukan setelah terlihat dengan jelas dampaknya
terhadap manusia. Pemantauan lingkungan jarang
dilakukan oleh karena memerlukan biaya tinggi dan
peralatan serta keahlian khusus.
Pencemaran logam di perairan menyebabkan
tubuh ikan terkontaminasi dijaringan dan hal inijarang
diketahui oleh konsumen dan nelayan. Padahallogam
ini akan berikatan dengan sel-seljaringan tulang keras
duri sirip dada dan punggung, dan jaringan tubuh
lainnya. lkatan logam dengan sulfhidril (-SH) dan PO 4
menyebabkan terhambatnya absorpsi Ca dan Cu.
Perubahan komposisi kirnia tulang keras duri sirip
dada dan punggung ikan oleh logam Pb, Cd, dan Hg
berpengaruh terhadap pertumbuhan matrik dan bentuk
. tulang serta morfisme fenotipik ikan. Selain .itu,
lingkungan perairan ikut berpengaruh terhadap
pertumbuhan bentuk duri sirip keras ikan.
Tujuan penelitian adalah mengkaji dampak
logam Pb terhadap perubahan morfisme fenotipik ikan,
jenis logam yang memiliki afinitas tinggi dengan
tulang. Kegunaan adalah sebagai bioidikator
pencemaran logam beracun.

BAHANDANMETODE
Penelitian ini dilakukan di wilayah muara
Sungai Kahayan dan Katingan Kalimantan Tengah.
Penelitian lapangan dilakukan pada bulan AgustusSeptember 2005 dan Desember 2005-Januari 2006. Pacta
masing-masing muara Sungai Kahayan terdiri atas
stasiun I dan II, muara Sungai Katingan terdiri atas
stasiun III dan IV (Gam bar 1). Pengambilan contoh
ikan dan air dilakukan dengan menggunakan
purposive sampling (Gunarya 1985; Sevilla et a/.
1993). Strategi ini menyebabkan tidak semua lokasi
dan ikan mempunyai peluang yang sama sebagai
lokasi pengambilan contoh. Observasi dilakukan
untuk mengumpulkan data dan pengamatan terhadap
fenomena perubahan karakteristik morfisme fenotip
ikan badukang (Arius sp.).
Pengambilan contoh ikan tangkapan
menggunakan rawai (long line) pada masing-masing
stasiun. Pengamatan ikan pacta stasiun (St) I, II, III,
dan IV dilakukan terhadap morfisme fenotip ikan yang
normal dan yang mengalami malformasi. Tulang keras
duri sirip dada dan punggung ikan contoh yang
mengalami malformasi difoto dan diambil contohnya
untuk diperiksa kandungan Pb, Cd, dan Hg serta
dianalisis dengan Spektrofotometrik Serapan Atom

St adalah stasiUII penelilian

LAUT JAWA
&DKm

DKm

60Km

IZDKm

Gambar I. Lokasi stasiun penelitian (St) I dan St II di perairan estuaria muara Sungai Kahayan, St III dan St
IV di perairan estuaria muara Sungai Katingan

68

Jurnal !ktiologi Indonesia, Volume 7, Nomor 2, Desember 2007

(AAS). Pengambilan contoh air pada setiap stasiun


dilakukan menggunakan "Kemmerer Bottle Water
Sampler" sebanyak 400 ml yang dikemas dalam botol
plastik. Contoh air diawetkan dengan menggunakan
asam nitrat (HN03) sampai pH 2.
Afinitas logam Pb, Cd, dan Hg dengan tulang
keras duri sirip dada dan punggung dianalisis faktor
biokonsentrasi. Analisis faktor biokonsentrasi dengan
menggunakan persamaan Freundlich (Connell 1995)
sebagai berikut: C8 = K8 I Cw C8 adalah faktor
biokonsentrasi, K8 adalah kepekatan dalam logam
dalam tulang, dan Cwadalah kepekatan Iogam di air.
Perubahan karakteristik morfisme fenotipik
ikan dijelaskan secara deskriptif yang dihubungkan
konsentrasi dan faktor biokonsentrasi. Metode
deskriptif ini digunakan untuk menjelaskan gejalagejala dan sebab-sebab terjadinya perubahan fenotip
ikan karena pengaruh pencemaran (Gunamya 1985;
Sevilla et al. 1993),

Sungai Katingan. Konsentrasi logam Pb perairan Iaut


sekitar 0,03 flg/L (Waldichuk, 1974). Baku mutu air Iaut
untuk biologis yang ditetapkan oleh Pemerintah
Republik Indonesia sekitar 0,008 mg!L (Menteri Negara
Lingkungan Hidup 2004). Hasil penelitian
menunjukkan bahwa konsentrasi logam Pb lebih tinggi
daripada. nilai baku mutu yang ditetapkan oleh
pemerintah. Hal ini menunjukkan bahwa konsentrasi
logam tersebut berbahaya terhadap spesies ikan dan
organisme perairan lainnya.
1.20

...................... \

0>
._
1.00

'
'j

;::!
.0

a.

co

g>

0.60

~
c:

Q)

<II

c:

I
I

...J

;;

0.40
..........

0.20

I)

HASILDANPEMBAHASAN
Konsentrasi logam Pb di perairan
Hasil analisis konsentrasi logam Pb di dalam
perairan estuaria pada stasiun I di wilayah estuaria
muara Sungai Kahayan berkisar antara 0, 7I mg/L-I ,29
mg/L dan rata-rata 0,94 mg!L, sedangkan konsentrasi
logam Pb di dalam perairan estuaria pada stasiun II
berkisarantara 0,85 mg/L-I ,53 mg!L dan rata-rata I, 14
mg!L. Pada stasiun III di wilayah muara sungai kahayan
berkisar antara 0, I4 mg/L-I, II mg!L dan rata-rata 0,5I
mg/L. Konsentrasi Iogam Pb di perairan estuaria pada
stasiun IV berkisar antara 0,4I mg/L-2,II mg!L dan
rata-rata 0,96 mg!L (Gambar 2). Terlihat bahwa
konsentrasi 1ogam Pb bervariasi. Konsentrasi 1ogam
Pb di da1am perairan estuaria pada stasiun II lebih
tinggi dibanding dengan konsentrasi 1ogam Pb da1am
perairan estuaria stasiun I. Konsentrasi logam Pb di
perairan estuaria pada stasiun IV lebih tinggi dibanding
dengan konsentrasi logam Pb dalam perairan estuaria
stasiun III. Konsentrasi logam Pb di perairan estuaria
pada stasiun I dan II di wilayah muara Sungai Kahayan
cenderung lebih tinggi dibanding dengan perairan
stasiun III dan IV. Hal ini menunjukkan bahwa kegiatan
.manusia di daerah aliran Sungai Kahayan bagian hulu
dan pantai lebih tinggi dibanding dengan daerah aliran

0.80

0.00

Stl

Stll

Still

SIN

Stasiun

--+- Konsentrasi logam Pb


di dalam perairan
estuaria (mgA.) pada
stasiun I, II, Ill dan N.

Gambar 2. Nilai rata-rata konsentrasi logam Pb di


perairan estuaria di stasiun I dan IT di muara
Sungai Kahayan, dan stasiun ITI dan IV di
muara Sungai Katingan
Konsentrasi logam Cd di perairan
Hasil analisis konsentrasi logam Cd dalam
perairan estuaria di- wilayah muara Sungai Kahayan
pada stasitm I berkisar antara 0,0042 mg/L-0,0062 mgj
L dan rata-rata 0,0052 mg/L, sedangkan pada stasiun
IT ber-kisar antara 0,0041 mg/L-0,0072 mg!L dan ratarata 0,0053 mg/L. Di wilayah muara Sungai Katingan
stasiun III konsentrasi Iogam Cd berkisar antara 0,0051
mg/L-0,0091 mg/L dan rata-rata 0,0069 mg/L,
sedangkan stasiun IV berkisar antara 0,0010 mg/L0,0059 mg!L dan rata-rata 0,0046 mg/L (Gambar 3).
Konsentrasi logam Cd di perairan estuaria bervariasi.
Konsentrasi logam Cd di perairan estuaria pada stasiun
I dan II tidakjauh berbeda. Hal ini menunjukkan bahwa
Cd menyebar hampir merata ke perairan. Konsentrasi

69

Edison Harleman, Dedi Soedharma, Adi Winarto dan Harpasis S. Sanusi- Dampak Logam Berat terhadap Peru bah an
Polimorfisme Ikan Badukang (Arius sp.) di Estuaria Muara Sungai Kahayan dan Katingan Kalimantan Tengah

Jogam Cd di perairan stasiun III Jebih tinggi dibanding


dengan konsentrasi Jogam Cd di perairan estuaria pada
stasiun IV. Hal ini menunjukkan bahwa debit (!.ir sungai
dan perairan stasiun III mengandung Jogam Cd ratarata Iebih tinggi dibanding stasiun IV. Konsentrasi
logam Cd di stasiun I dan St II Jebih rendah dibanding
dengan di stasiun Ill. Konsentrasi Jogam Cd di stasiun
I dan St II Jebih tinggi dibanding dengan di stasiun IV.
Hal irii menunjukK~m bahwa konsentrasi logam Cd di
perairan muara Sungai Kahayan dan Katingan
berbeda. Konsentrasi Jogani di muara Sungai Katingan
tinggi dibanding de.ngan perairan yang Jebihjauh dari
muara. Konsentrasi Jogam Cd perairan laut sekitar 0, 11
~giL (Waldichuk; 1974). Baku mutu air laiir-lmtuk .
biologis yang ditetapkan oleh Pemerintah Republik
Indonesia sekitar 0,00 I mg/L (Menteri Negara
Lingkungan Hidup, 2004). Hal ini menunjukkan bahwa
konsentrasi logam Cd lebih tinggi dibanding dengan
konsentrasi yang ditetapkan oleh pemerintah,
sehingga hal ini dapat mengancam kehidupan ikan
dan organisme lainnya.

dengan konsentrasi logam Hg di stasiun III dan IV di


muara Sungai Katingan. Hal ini terjadi karena ion-ion
Hg yang memasuki badan air di wilayah hulu terikat
dengan partikel-partikellumpur mengendap di dasar
perairan dan terikat dengan plankton serta partikelpartikel tersuspensi. Konsentrasi Jogam Hg di perairan
laut sekitar0,15 Jlg/L (Waldichuk, 1974). Baku mutu
ait laut untuk biologis yang ditetapkan oleh
Pemerintah Republik Indonesia sekitar 0,00 I mg/L
(Menteri Negara Lingkungan Hidup, 2004). Hal ini
menunjukkan bahwa konsentrasi logam Hg sangat
rendah di perairan. Logam Hg di sedimen dart
interstitial dapat terangkat ke permukaan badan air
akibat gelombang dan terakumulasi dijaringan tubuh
ikan dan organisme lainnya. Menurut Eisler (2006),
konsentrasi logam Hg berkisar antara 0,03-1 ,0 ppb
berpengaruh terhadap spesies perairan dan
mengancam kelangsungan hidupnya.

Konsentrasi logam Hg di perairan

Pengaruh logam Pb, Cd, dan Hg terhadap morflsme


ikan badukang (Arius sp.)
Jenis ikan badukang (Arius sp.) adalah ikan
laut penghuni dasar perairan pantai dan estuaria. Ikan
ini termasuk kelompok ikan karnivor dan pemangsa
ikan-ikan kecil, anak-anak rajungan dan udang serta
polikaeta serta hewan dasar lainnya.
Hasil analisis tulang keras duri sirip (spine)
dada dan punggung ikan mengakumulasi logam Pb
dengan konsentrasi berkisar antara 0,57 mg/kg-0,96
mg/kg dengan nilai rata-rata 0, 76 mg Pb/kg;
mengakumulasi Iogam Cd dengan konsentrasi berkisar
antara 0,0654 mg/kg-0,0831 mg/kg dengan nilai ratarata 0,0715 mg Cd/kg; mengakumulasi Iogam Hg
dengan konsentrasi berkisar antara 0,0077 mg/kg0,0174 mg/kg dengan nilai rata-rata 0,0108 mgHg/kg.
Tulang duri sirip ke"ras dada dan punggung
mengakumulasi logam Pb dengan konsentrasi lebih
tinggi daripada logam Cd dan Hg, sedangkan tulang
keras duri sirip dada dan punggung mengakumulasi
Iogam Cd lebih tinggi dibanding dengan logam Hg.
Hal ini menunjukkan bahwa tulang duri sirip keras
dada dan punggung ikan mengandung logam Pb

Hasil analisis konsentrasi logam Hg di


perairan estuaria pada stasiun I dan II di muara Sungai
Kahayan lebih rendah dari 0,001 mg/L, demikian pula

dengan konsentrasi lebih tinggi daripada logam Cd


dan Hg. Keadaan ini berpengaruh terhadap komposisi
kimia logam di tulang, sehingga mengakibatkan tulang

0.0080

....... 0.0070
-=:!
0.0060

------~---~~~-~:~~--------=:1
........................ !

B o.0050
E 0.0040

C1l
.Cl

.3
u;

0.0030 ........... ......................,.... .

... .. . . .

. 0.0020

Iii

~ 0.0010
0

~ 0.0000 + - - - - . - - - - . - - - . - - - - j

Stl

Stll

Still

StiV

Stasiun
-+- Konsentrasi logam Cd .dalam perairan
esturia (mg/L) pada stasiun I, II, II dan IV.

Gambar 3. Nilai rata-rata konsentrasi logam Cd di


perairan estuaria di stasiun I dan II di muara
Sungai Kahayan, dan stasiun III dan IV
di muara Sungai Katingan

70

Jurna/ lktiologi Indonesia, Volume 7, Nomor 2, Desember 2007

mengalami keterlambatan pengerasan. Tulang keras


duri sirip dada dan punggung ikan yang mengalami
keterlambatan pengerasan mengakibatkan malformasi.

memiliki afmitas paling tinggi dengan tulang keras duri


sirip dada dan punggung. Afinitas logam Cd dan Hg
tidak menunjukkan perbedaan besar. Logam Cd dan
Hg berikatan sangat kuat denganjaringan tulang. Oleh

Hasil analisis faktor biokonsentrasi (BCF)


logam Cd di tulang dada dan punggung ikan berkisar
an tara I 0,90-13,86 kg/L dengan nilai rata-rata II ,9I x

karena itu logam Cd dan Hg memiliki daya racun paling


tinggi dibanding dengan logam Pb. Menurut
Mukhtasor (2007), logam Hg dan Cd memiliki daya
racun yang lebih tinggi dibanding Pb dan bersifat
akumulatif denganjaringan tubuh. Logam Hg, Cd, dan
Pb memiliki afmitas dengan sulfhidril (-SH). Sekitar 90
% logam Pb yang memasuki jaringan tubuh
terakumulasi di tulang (Manahan 2003). Ion-ion logam
Hg, Cd, dan Pb memiliki kapasitas menghambat
penyerapan kalsium (Ca) ke tulang dan kerja enzim
alkaline phosphatase dan acid phospatase yang
berperan dalam proses metabolisme (Heath, I987).
Logam Hg, Cd, darrPb juga menghambat penyerapan
tembaga (Cu) yang berperan dalam pembentukan selsel tulang dan metabolisme.

0,0055 mg!L; logam Hg dengan biokonsentrasi berkisar


an tara 7,68- I7,4I mg/L dengan nilai rata-rata I 0, 75 x
0,00 I mg/L; logam Pb dengan biokonsentrasi berkisar
antara 0,64-I ,08 kg!L dengan nilai rata-rata 0,86 x 0.8875
mg/L. Tulang keras duri sirip dada dan punggung
mengakumulasi logam Cd dengan biokonsentrasi lebih
tinggi dibanding dengan Iogam Hg dan Pb, sedangkan
tulang keras duri sirip dada .dan sirip punggung
mengakurnuiasi logam Hg dengan biokonsentrasi lebih
tinggi dibanding dengan logam Pb. Biokonsentrasi
logam Cd dan Hg tidak menunjukkan perbedaan besar,
tetapi berbeda sangat nyata dibanding dengan logam
Pb. Hal ini menunjukkan bahwa logam Cd dan Hg

(A)

(B)

(C)

Gambar4. Perubahan morfisme fenotip ikan badukang (Arius sp): (A) Ikan dengan tulang keras duri sirip punggung
dalam keadaan abnormal (malformasi). (B) Tulang keras duri sirip punggung nom or I sebelah kiri normal
dan nomor 2 abnormal (malformasi). (E) Tulang keras duri sirip dada nomor I sebelah kiri normal dan
nomor 2 sampai 5 abnormal (malformasi). Tanda lingkaran menunjukkan tulang keras duri sirip yang
abnormal

71

Edison Harleman, Dedi Soedharma, Adi Winarto dan Harpasis S. Sanusi- Dampak Logam Berat terhadap Peru bah an
Polimorfisme Ikan Badukang (Arius sp.) di Estuaria Muara Sungai Kahayan dan Katingan Kalimantan Tengah

Irianto (2007) mengemukakan bahwa logam


tembaga (Cu), kalsium (Ca), dan fosfor (P) berperan
penting dalam pembentukan makrik tulang dan proses
pengerasan tulang. Penyerapan Ca dan Cu serta P ke
dalam tulang terhambat menyebabkan tulang lunak
dan rapuh serta bentuk morfisme tulang tidak normal
(Gambar 2). Oleh karena dalam pembentukan matrik
tulang diperlukan kalsium dalam konsentrasi cukup.
Kekurangan Cadi tulang tetjadi karena P04 terikat
dengan logam Pb, Cd, dan Hg. Padahal P0 4
seharusnya mengikat Ca dari sel-sel darah merah dan
disimpan di tulang~ Oleh karenalogam berat berikatan
dengan PO 4 maka Ca semakin berkurang di tulang.
Kekurangan Ca menyebabkan tetjadi malformasi tulang
. keras duri sirip dada dan punggung ikan. Terjadinya
malformasi dipengaruhi perubahan komposisi kimia
di dalam tulang dan lingkungan habitat. Terjadi
malformasi disebabkan oleh proses adaptasi dengan
lingkungan (Wagner dan Misof 1992). Pengaruh logam
Hg dapat menyebabkan terjadi kerusakan dan cacat
permanen pada jaringan tubuh (Eisler 2006).
Jumlah dan persentase perubahan morfisme
fenotip ikan yang mengalami perubahan bentuk tulang
duri sirip keras dada lebih tinggi dibanding dengan
sirip punggung (Tabell ). Hal ini menunjukkan bahwa
tulang duri sirip keras dada mengalami malformasi.
Kekurangan Ca menyebabkan jaringan tubuh ikan
kurang peka terhadap perubahan lingkungan. Kalsium
memegang peranan penting sebagai penyampai pesan
antara sel-seljaringan ikan dengan lingkungan habitat
(Cowan, 199"3). Kekuarangan Ca di tulang
memengaruhi komunikasi antar jaringan tubuh dengan
lingkungan perairan. Lippard dan Berg (1994)

menyatakan kalsium dijaringan tubuh hewan berfungsi


sebqgai pemicu rangsangan saraf untuk komunikasi
an tar sel-sel danjaringan dengan lingkungan. Jadi Ca
di sel-seljaringan tubuh ikan berperan penting sebagai
reseptor kimia yang menerima dan memberi respon
antar jaringan dan lingkungan. Kalsium (Ca+2) dan
fosfat (P) darah serta vitamin D berperan dalam
merangsang produksi harmon pertumbuhan tulang.
Kekurangan kalsium dan fosfor menyebabkan
terhambatnya pembentukan matrik tulang dan
pengerasan tulang. Kekurangan Ca dan P serta vitamin
A tidak menghasilkan matrik tulang yang sempuma.
Hal tersebut menyebabkan terjadi penurunan proses
modeling dan keseimbangan antara peletakan tulang
(Leeson eta/., 1996). Garam-garam anorganik yang
bertanggung jawab atas kakunya dan perubahan
bentuk tulang adalah kalsium fosfat (Ca(P04) 2) dan
kalsium karbonat (CaC0 3 ). Tulang mengandung
kalsium fosfat sekitar 85 %, kalsium karbonat sekitar
I 0 %, kalsium fluorida serta magnesium fluorida.
Logam Pb, Cd, dan Hg dapat mengganti ikatan kalsium
fosfat tulang, sehingga penyerapan kalsium dan
tembaga terhambat. Kalsium berperan dalam memicu
pertumbuhan dan komurtikasi antar sel-sel danjaringan
(Connell, 1995).
KESIMPULAN
Perairan estuaria di muara Sungai Kahayan
dan Katingan mengandung logam Pb dengan
konsentrasi logam lebih tinggi dibanding dengan logam
Cd dan Hg~ sedangkan logam Cd lebih tinggi dibanding
dengan logam Hg. Konsentrasi Iogam Hg dan Cd di
perairan rendah dan tidak terdeteksi dengan suatu alat

Tabel 1. J11I_I1lah dan persentase ikan yang mengalami perubahan morfisme akibat hidup di
lingkungan tercemar logam Cd dan Hg serta Ph pada fenotip ikan badukang (Arius sp.)
Jumlah ikan
badukang

II

53
51
53

17
12
21

44
202

16

49

69

24,3

34,2

III
IV

Jumlah
Persentase (%)

72

Perubaban morfisme fenotip


Bentuk tulang keras duri
Bentuk tulang keras
sirip punggung ikan
duri sirip dada ikan

Stasiun

12
21
20

Jurnal Iktiologi Indonesia, Volume 7, Nomor 2, Desember 2007

dikatakan bahwajaringan tubuh ikan bebas dari logam.


Oleh karena logam ini reaktif dan memiliki afmitas yang
tinggi denganjaringan tulang keras duri sirip dada dan

as an evaluation criteria for management of


inland water fishery reserve. Jurnal llmiah
Berita Biologi. 5(3):303-311.

punggung serta jaringan tubuh ikan Iainnya.


Hasil analisis biokonsentrasi logam Cd dan
Hg serta Pb di tulang keras duri sirip dada dan
punggung ikan menunjukkan bahwa logam Cd dan

Heath,AG. 1987. Waterpollutionandfishphysiology.


CRC Press, Boca Raton. 245 p.

Hg memiliki afinitas tinggi dibanding dengan logam


Pb. Hal ini menunjukkan bahwa lcigam Cd dan Hg
terikat kuat di sulfhidril ( -SH) dibanding logam Pb dan
menghambat P04 menyerap Ca.
Secara sinergis logam Pb, Cd, dan Hg
mengganti ikatan kalsium fosfat (Ca(P0 4 ) ) pada
sekelompok sel-sel tulang keras duri sirip dada dan
punggung ikan yang mengandung sulfhidril (-SH). Hal
ini menyebabkan konsentrasi Ca di sel-sel tulang
menurun dan mengakibatkan tulang melunak,
sehingga tulang mengalami malformasi. Malformasi
pada tulang keras duii sirip dada dan punggung
dipengatuhi perubahan komposisi logam di tulimg dan
Iingkungan habitat ikan.
DAFI'ARPUSTAKA
Connell, DW. I995. Bioakumulasi senyawa
xenobiotik. UI-Press. 23I Hal.
Cowan, J A; I993. Inorganic biochemistry. An
introduction.VCR. Pub!, Inc. New York. 349 p.
Dara, S S. I997. Environmental chemistry and
pollution control. S. Chand & Com. Ltd. Ram
Nagar, New Delhi. 242 P.
Darmono. 200 I. Lingkungan hidup dan pencemaran.
UI-Press. I79 Hal.
Eisler, R. 2006. Mercury hazards to living organisms.
CRC, London. 3I2 p.
Global Mercury Project. 2003. Results of
environmental assessment of mercury (Hg)
contamination in Kalimantan. Global
Mecmy Project-GEP-UNDP-UNIDO. II p.
Gunarya, A. I985. Wawasan dasar metodologi
penelitian. Bandung. 155 hal.
Hamblin, W K. dan E.H Christiansen. 2004. Earth~
dynamic systems. I 0"' Ed. Prentice-Hall, Inc,
New Jersey. 787 P.
Hartoto,D.I. danAwina. 2000. Metals bioconcentration
of freshwater fishes in Central Kalimantan

Irianto, K. 2007. Struktur danfungsi tubuh manusia


untukparamedis. Krama Widya. 440 Hal.
Kelly EN., DW Schndler, VLS Luis S, DB Donal, dan
KE Vladicka. 2006. Forest fire increases
mercury accumulation by fishes via food
web restructuring and increased mercury
input. PNASJ. 103 (51): 19380-19385.
Leeson, CR., TS Leeson, dan AA. Paparo. 1996.
Histologi. EGC. Terjemahan Staf Ahli
Histologi FKUI. 622 hal.
Leonov, GA., IS. Lomonosov, AN Suturin, dan AO
Shepot'ko. 1993. Toxic Effects of Lead
Compounds on Hydrobionts and Waterfowl:
A Survey. Hydrobio. J. 29(3): 82-110.
Lippard S J. dan J M. Berg. I994. Principles of
bioinorganic chemistry. Univ. Sci. Books
Mill Valley, California. 411 p.
Manahan S E. 2003. Toxicological chemistry and
biochemistry. 3'd Ed. Lewis Publ. CRC,
London. 425 p.
Mukhtasor. 2007. Pencemaran pesisir dan [aut.
Pradnya Paramita. Jakarta. 322 Hal.
Menteri Negara Lingkungan Hidup RI. 2004.
Keputusan Menteri Lingkungan Hidup
Nomor: 51 Tahun 2004 Tentang Baku Mutu
AirLaut.
Sevilla, CG, JA Ochave, TG Punsalan, BP Regala, dan
GG Uriarte. 1993. Pengantarmetode penelitian.
Diteijemahkan olehAlimuddin Thwu danAiam
Syah. Jakarta. UI Press. 315 Hal.
Wagner, G P dan BY Misof. I992. Evolutionary
modification of regenerative capability in
vertebrates: A comparative study on teleost
pectoral fme regeneration. J. Exper. Zoo!. 261
(1):62-78.
Waldichuk, M. 1974. Some biological concerns in
heavy metals pollution. In Vemberg &
Vemberg (Eds.). Pollution and physiology
of marine organism. Academic Press,
London.

73

You might also like