Gga Anak PDF
Gga Anak PDF
Gga Anak PDF
GGA
LFG mendadak zat2 tertimbun dalam darah.
Karakteristik:
urea dan kreatinin darah
oliguria/anuria 0.5 ml/kg/jam, atau 300 ml/m2/hari
non-oliguria > 1-2 ml/kg/jam
*LFG = Laju Filtrasi Glomerolus
ETIOLOGY
Inadequate intravascular volume
PRERENAL CAUSES
inadequate renal perfusion
55-60% ARF
RENAL CAUSES
intrinsic renal disease
35-40% ARF
POSTRENAL CAUSES
urinary tract obstruction
5% ARF
DIAGNOSTIC DIFFERENTIATION
Hipoperfusi ginjal, tubulus normal
PRERENAL FAILURE
INTRINSIC RENAL
FAILURE
POSTRENAL FAILURE
Riwayat penyakit
USG saluran kemih
5
URINARY INDICES
PRERENAL
UNa (mmol/l)
Uosmo (mOsm/kg)
FENa (%)
U/P Osmo (mOsm/mOsm)
U/P Cr
Renal failure index
RENAL
children
neonate
children
neonate
< 10-20
> 400-500
<1
>2
> 40
<1
< 20-30
> 350
< 2.5
> 1.5
> 30
< 2.5
> 30-40
< 350
>2
<1
< 20
>2
> 30-40
< 300
>3
<1
< 10
> 2.5
UNa = urine sodium; Uosmo = urinary osmolality; FENa = fractional excretion of sodium
= (urine Na/plasma Na)/(urine Cr/plasma Cr); U/P Osmo = urine-to-plasma osmolality
ratio; U/P Cr = urine-to-plasma creatinine ratio; Renal failure index = urine sodium/urineto-plasma creatinine ratio
PRERENAL CAUSES
1.Hypovolemia
Blood loss :surgery, trauma, gi bleeding
GI loss: vomiting, diarrhea, nasogastric tube drainage
Renal loss: salt wasting nephropathy, adrenal insufficiency, diabetes insipidus,Drug
induced or osmotic diuretics
Skin & mucosa membrane loss: hyperthermia, burns
PRERENAL CAUSES
3. Impairment of arterial supply to the kidneys
renal artery stenosis
4. Hepatorenal syndrome
5. Drugs that acutely impaired autoregulation and GFR in specific
settings
ACEI, ARB in renal artery stenosis or severe renal hypoperfusion: vasodilatation of efferent arterioles >
afferent arterioles acute decrease in glomerular blood flow in already compromised renal artery
supply
NSAID during renal hypoperfusion inhibition of prostaglandin synthesis impairment of normal
prostaglandin-induced vasodilatation in response hypoperfusion
RENAL CAUSES
1.
Glomerular disease
APSGN, HSP nephritis, SLE nephritis, RPGN
2.
Vascular disease
Renal artery or renal vein thrombosis, vasculitis, HUS, DIC
3.
Interstitial disease
Acute interstitial nephritis infectious, allergic, drug induced
4.
Tubular disease
Acute tubular necrosis
Ischaemic-hypoxic insult, nephrotoxins (heavy metal poisoning, organic compounds), drugs
(aminoglycosides, tetracyclins, vancomycin, amphotericin B, cyclosporine, iv contrast medium, cisplatin,
ifosfamide, NSAIDs)
Intratubular obstruction
pigment nephropathy (hemoglobin
nephropathy (tumor lysis syndrome)
from
hemolysis,
myoglobin
from
rhabdomyolysis),
uric
acid
POSTRENAL CAUSES
1. Obstruction due to anatomical alteration
Posterior urethral valve, urethral stricture/diverticulum
Vesico-ureteric junction or pelvic-ureteric junction obstruction
3. Functional obstruction
Neurogenic bladder
10
RIFLE CRITERIA
GFR criteria
Risk
Injury
Failure
Loss
ESRD
Increased creatinine X 2
or GFR decrease > 50%
Increased creatinine X 3
or GFR decrease > 75%
or Cr 4 mg/dl
(acute rise of 0.5 mg/dl)
High
sensitivity
ESRD
High
specificity
11
Simtom uremia yang non-spesifik : nausea, vomiting, anoreksia, drowsiness atau kejang
2.
3.
4.
Sembab
5.
Hipertensi
6.
7.
Tanda-tanda obstruksi saluran kemih , misalnya pancaran kemih yang lemah, menetes,
atau adanya massa abdomen pada palpasi
8.
Keadaan-keadaan yang mendukung terjadinya GGA, misalnya diare dengan dehidrasi berat,
Pemakaian aminoglokosid, atau kemoterapi pada lekemia akut.
12
PENDEKATAN DIAGNOSTIK
Birth
7 days
1 month
2 months
6 months
9 months
12 months
2-12 years
Adult
Mean GFR
(ml/min/1.73m2)
20,3
38
48
58
77
103
115
127
131
Range ( 2SD)
26-60
28-68
30-86
41-103
49-157
65-160
89-165
88-174
13
14
Fase awal
16
PENATALAKSANAAN
Gagal ginjal prarenal
o Anamnesis yang sistematik mencari etiologi : misalnya gastroenteritis, dehidrasi, renjatan, dsb.
o Pemeriksaan fisik menentukan ada tidaknya dehidrasi dan renjatan.
o Pemasangan CVP (Central Venous Pressure) dapat membantu menentukan adanya hipovolemia.
17
Diuresis paksa dengan pemberian furosemid 1 mg/kgbb yang dinaikkan berganda setiap 6-8
jam sampai 10 mg/kgbb/kali, atau manitol 20% 0,5 g (2 ml/kgbb infus dalam 10-20 menit).
Diuresis paksa dianggap berhasil meningkatkan diuresis >1-3 ml/kgbb/jam dalam 1-2 jam
bila tidak maka GGA dianggap GGA renal lanjut (established renal failure)
Selain diuretik dapat diberikan Dopamin dosis rendah 5 mg/kgbb/menit untuk meningkatkan
peredaran darah ginjaL
18
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
TERAPI
1.
Terapi konservatif
Tujuan : mencegah progresivitas kelebihan cairan, gangguan keseimbangan elektrolit dan asam basa, uremia,
hipertensi, dan sepsis.
Pemberian cairan diperhitungkan berdasarkan insensible water loss (IWL) + jumlah urin 24 jam + cairan
yang keluar dengan muntah, feces, pipa NGT, dan dikoreksi tiap kenaikan suhu 1C sebanyak 12 %.
o
Berat badan
0-10 kg
: 100 kal/kgbb/hari
11-20 kg
>20 kg
3.
Asidosis metabolic
o Penambahan basa (Natrium bicarbonat) dilakukan bila pH <7,2 dan HCO 3 < 12 mEq/l
o Asidosis metabolik dikoreksi dengan natrium bicarbonat dengan rumus
NaHCO3 (mEq) = 0,3 x BB (kg) x ekses basa, atau
4.
Hiperkalemia
Bila kadar K serum 5,5 7,0 mEq/l perlu diberikan suatu kation exchange resin, 3 x 2,5 gram
Bila kadar kalium > 7,0 mEq/l atau ada kelainan EKG atau aritmia jantung, perlu diberikan :
Gluconas kalsikus 10% 0,5 ml/kgbb i.v. dalam 10-15 menit
Natrium bikarbonat 7,5% 2,5 mEq/kgbb i.v. dalam 10 15 menit.
Salbutamol 5 mg/kgBB iv atau nebulizer 2,5-5 mg
Bila hiperkalemia menetap, berikan glukosa 50% 0,5 g/kgbb per infus selama 30 menit ditambah insulin 0,1
unit/kgbb atau 0,2 unit/g glukosa.
21
5.
Hiponatremia
Hiponatremia < 130 mEq/l sering ditemukan karena pemberian cairan yang berlebih, sehingga cukup
dikoreksi dengan cairan dan garam.
Bila disertai dengan gejala serebral atau kadar Na < 120 mEq/l , maka perlu dikoreksi dengan NaCl
hipertonik 3% (0,5 mEq/ml) dalam 1-4 jam. Kebutuhan natrium dihitung bedasarkan rumus :
Na (mmol) = 0,6 x berat badan (kg) x (135 Na pasien)
6.
Hipokalsemia
o Bila timbul gejala tetani akibat hipokalsemia perlu diberikan glukonas kalsikus 10% i.v. 0,5 ml/kgbb pelan-
pelan selama 5 10 menit, dilanjutkan dengan dosis rumatan kalsium oral 1 4 gram/hari
7.
Hiperfosfatemia
o Bila kadar fosfor meningkat dalam darah, perlu diberi obat pengikat fosfat oral, yaitu kalsium karbonat 50
mg/kgbb/hari
22
8. Kejang
o Diazepam 0,3 0,5 mg/kgbb i.v. dapat diulang setiap 15 menit seperti menangani kejang pada umumnya.
9. Anemia
o Tranfusi dapat diberikan apabila kadar Hb < 6 g/dl atau hematokrit < 20%. Sebaiknya diberikan red cell (10
mg/kgbb) untuk mengurangi penambahan volume, dengan tetesan lambat 4-6 jam ( lebih kurang 10
tetes/menit).
10. Hipertensi
o Hipertensi dapat diatasi dengan diuretik, bila perlu kombinasi dengan Kaptopril 0,3 mg/kgbb/kali diberikan 23 kali sehari dinaikkan secara bertahap sampai 2 mg/kgbb/kali.
o Pada krisis hipertensi dapat diberikan drip Klonidin atau Nifedipin sublingual.
23
13. Infeksi
Pemasangan kateter, bila tidak perlu, sebaiknya segera dilepas.
Antibiotik profilaksis tidak dianjurkan
Bila timbul infeksi antibiotik yang adekuat.
Pemberian obat nefrotoksis sedapat mungkin dihindarkan.
24
TERAPI DIALISIS
Indikasi dialisis pada anak dengan GGA adalah :
1.
2.
3.
4.
5.
25
TERIMAKASIH
26
27