Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                

Pengaruh Relaksasi Otot Progresif Terhadap Penurunan Dismenore Pada Mahasiswi A 2012 Fakultas Keperawatan Unand

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 9

Pengaruh Relaksasi Otot Progresif terhadap Penurunan

Dismenore pada Mahasiswi A 2012 Fakultas Keperawatan


Unand

Israd Akbarb, Dewi Eka Putriaa, Esi Afriyantia


a
Fakultas Keperawatan Universitas Andalas
b
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan
Email: israd_akbar@yahoo.com

Abstract: Dysmenorrhea is menstrual pain that is felt when, mainly in the lower abdomen to the waist and
thighs spread that feels like cramping. The pain is subjective. In the severe circumstances can be accompanied
by nausea and vomiting. 60-70% of patients with dysmenorrhea are younger women, resulting in a sense of
discomfort and disruption have an impact on daily activities, academic and social. One of the non-
pharmacological therapies that can be used to reduce dysmenorrhoea is progressive muscle relaxation. This
study aims to determine whether the effect of progressive muscle relaxation in the pain management of
dysmenorrhoea. Subject is a student at A 2012 study in the Faculty of Nursing Andalas. This research uses a
quasi-experimental approach with no control group with one group pretest-posttest. Sampling using sampling
with 37 people. Data analysis using the Wilcoxon. The research proves there is significant before and after
progressive muscle relaxation to pain dysmenorrhoea on student A 2012 Faculty of Nursing in Andalas
University with p = 0.000 (p <0,05). This shows that progressive muscle relaxation can reduce the pain of
dysmenorrhoea on student A 2012 Faculty of Nursing in Andalas University. This shows that progressive
muscle relaxation can reduce the pain of dysmenorrhoea A 2012 School of Nursing student Andalas. It is
recommended for young women in order to implement progressive muscle relaxation in overcoming
dysmenorrhoea.

Key words: Dysmenorrhea, Progressive Muscle Relaxation

Abstrak: Dismenorea merupakan nyeri yang dirasakan ketika mestruasi, terutama terjadi pada perut bagian
bawah menyebar sampai pinggang serta paha yang terasa seperti kram. Nyeri yang dirasakan bersifat subjektif.
Pada keadaan berat dapat disertai mual dan muntah. 60-70% penderita dismenorea ini adalah perempuan muda
atau remaja, yang mengakibatkan rasa ketidaknyamanan serta berdampak terhadap gangguan aktivitas sehari-
hari, akademis dan sosial. Salah satu terapi non farmakologi yang dapat digunakan untuk mengurangi
dismenorea ini adalah relaksasi otot progresif. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah relaksasi otot
progresif berpengaruh dalam mengatasi nyeri dismenorea. Subjek penelitian adalah mahasiswi A 2012 di
Fakultas Keperawatan UNAND. Jenis penelitian ini menggunakan Quasi-eksperiment tanpa kelompok kontrol
dengan pendekatan one group pretest-posttest. Pengambilan sampel menggunakan teknik total sampling dengan
37 orang. Analisa data menggunakan wilcoxon. Hasil penelitian membuktikan adanya pengaruh yang signifikan
sebelum dan sesudah diberikan relaksasi otot progresif terhadap nyeri dismenorea pada mahasiswi A 2012
Fakultas Keperawatan UNAND dengan p = 0,000 (p<0,05). Hal ini menunjukan bahwa relaksasi otot progresif
dapat menurunkan nyeri dismenorea pada mahasiswi A 2012 Fakultas Keperawatan UNAND. Disarankan untuk
remaja putri agar dapat menerapkan relaksasi otot progresif dalam mengatasi dismenorea.

Kata kunci: Dismenorea, Relaksasi Otot Progresif.

Masa remaja adalah suatu tahap dikenal dengan istilah masa pubertas
antara masa kanak-kanak dengan masa (August, 2009). Hurlock (2004) menyatakan
dewasa. Masa ini ditandai dengan percepatan bahwa kriteria yang paling sering digunakan
perkembangan fisik, mental, emosional dan untuk menentukan masa pubertas adalah
sosial (Ali & Asrori, 2010; Dhamayanti, munculnya menstruasi pertama (menarche)
2009; Proverawati & Misaroh, 2009). pada wanita dan mimpi basah pada laki-laki.
Remaja ini berada pada masa transisi dari Menstruasi adalah perdarahan secara
masa kanak-kanak kemasa dewasa, dimana periodik dan siklik dari uterus, disertai
1
NERS JURNAL KEPERAWATAN Volume 10, No 1, Maret 2014 : 1-9

pelepasan (deskuamasi) endometrium kelainan organik (kelainan letak arah


(Proverawati & Misaroh, 2009). Sedangkan anatomis rahim, perkembangan rahim yang
Bobak (2004) menyatakan bahwa menstruasi tidak lengkap dan polip endometrium),
adalah perdarahan periodik pada uterus yang faktor kejiwaan, faktor konstitusi (anemia),
dimulai sekitar 14 hari setelah ovulasi. dan faktor alergi. Dismenorea primer banyak
Panjang siklus menstruasi rata-rata 28 + 3 dialami pada wanita yang berumur 1520
hari dan durasi rata-rata hari menstruasi 5 + tahun (Novia, 2008). Faktor resiko
2 hari dengan total kehilangan darah kurang dismenorea primer yaitu usia saat menstruasi
lebih 130 ml. Menstruasi yang terjadi pada pertama kurang dari 12 tahun, belum pernah
remaja merupakan suatu hal yang normal. melahirkan, merokok, riwayat keluarga
Namun ada diantara remaja yang mengalami positif terkena penyakit, kegemukan dan
permasalahan pada saat menstruasi. Berbagai stress (Medicastore, 2004; Anurogo &
masalah yang timbul pada menstruasi Wulandari, 2011 ).
merupakan masalah ginekologi yang sering
dikeluhkan pada remaja, seperti Di Indonesia kejadian dismenorea
ketidakteraturan menstruasi, menoragia, primer mencapai 54,89%, sedangkan
dismenorea (nyeri menstruasi), dan gejala dismenorea sekunder sebanyak 45,11%
lain yang berhubungan. Kejadian yang (Proverawati dan Misaroh, 2009). Hendrik
terbanyak dikeluhkan pada remaja yaitu (2006) menjelaskan 60-70% penderita
dismenorea. Sekitar 70% sampai 90% kasus dismenorea itu adalah perempuan muda atau
dismenorea terjadi saat usia remaja (Proctor remaja. Kejadian tersebut dapat
dan Farquar, 2002; Singh dkk, 2008). menunjukkan bahwa dismenorea primer
Dismenorea adalah nyeri selama lebih banyak terjadi pada remaja. Dampak
menstruasi yang disebabkan oleh kejang otot dari dismenorea tersebut yaitu terganggunya
uterus (Price, 2001). Terjadinya nyeri pada aktivitas sehari-hari, akademis, sosial dan
saat mentruasi adalah hal yang normal, olahraga (Antao dkk, 2005).
namun dapat berlebihan apabila dipengaruhi
Secara umum penanganan
oleh faktor fisik dan psikis seperti stress,
dismenorea terbagi dalam dua kategori yaitu
serta pengaruh dari hormon prostaglandin
pendekatan farmakologis dan
dan progesteron (Robert & David, 2004).
nonfarmakologis. Secara non farmakologik
Pada saat stress tubuh akan memproduksi
antara lain kompres hangat atau mandi air
hormon adrenalin, estrogen, progesteron
hangat, tidur yang cukup, hipnoterapi,
serta prostaglandin yang berlebihan.
distraksi, dan teknik relaksasi (Potter &
Estrogen dapat menyebabkan peningkatan
Perry, 2005). Teknik relaksasi merupakan
kontraksi uterus secara berlebihan,
upaya relaksasi yang dilakukan secara
sedangkan progesteron bersifat menghambat
mandiri untuk menurunkan intensitas nyeri,
kontraksi. Peningkatan kontraksi secara
meningkatkan ventilasi paru dan
berlebihan ini menyebabkan rasa nyeri.
meningkatkan oksigenasi darah. Beberapa
Selain itu hormon adrenalin juga meningkat
penelitian menunjukkan bahwa relaksasi
sehingga menyebabkan otot tubuh tegang
efektif dalam meredakan nyeri (Smeltzer,
termasuk otot rahim dan dapat menjadikan
2002). Salah satu relaksasi yang dapat kita
nyeri ketika haid (Handrawan, 2008).
lakukan untuk mengurangi nyeri yaitu
Dismenorea primer didefinisikan sebagai
progressive muscle relaxation atau relaksasi
nyeri kram yang berulang yang terjadi saat
otot progressive. Relaksasi otot progresif
menstruasi tanpa ada kelainan patologik pada
adalah terapi relaksasi dengan gerakan
pelvis (Dawood, 2006). Penyebab dari
mengencangkan dan melemaskan otot otot
dismenorea primer ini yaitu faktor endokrin
pada satu waktu untuk memberikan perasaan
yang ditandai dengan rendahnya kadar
relaksasi secara fisik. Gerakan
progesteron pada akhir fase corpus luteum,
mengencangkan dan melemaskan secara
2
Israd, dkk., Pengaruh Relaksasi Otot Progresif...

progresif kelompok otot ini dilakukan secara METODE


berturut-turut (Synder & Lindquist, 2002). 1.Jenis penelitian
Jacobson (1938, dalam Synder & Lindquist, Penelitian ini menggunakan desain quasi-
2002) menyatakan bahwa tujuan dari eksperiment tanpa kelompok control dengan
relaksasi otot progresif adalah untuk pendekatan one group pretest-posttest.
mengurangi konsumsi oksigen tubuh, laju Rancangan ini tidak ada kelompok
metabolisme tubuh, laju pernafasan, pembanding (control) tetapi sudah dilakukan
ketegangan otot, kontraksi ventikuler observasi pertama (Pretest) yang
premature dan tekanan darah sistolik serta memungkinkan peneliti dapat menguji
gelombang alpha otak. perubahan yang terjadi setelah adanya
eksperimen (Setiadi, 2007). Bentuk
Hasil survey yang dilakukan peneliti pada rancangan ini sebagai berikut:
bulan Februari 2013 terhadap 15 mahasiswi
A2012 Fakultas Keperawatan Unand Pretest post test
didapatkan jumlah mahasiswi yang Perlakuan
mengalami dismenorea setiap bulannya
sebanyak 14 orang. Mahasiswi yang O1 X O2
mengalami nyeri ringan sebanyak 4 orang
Keterangan :
(28,5%). Mahasiswi ini masih bisa untuk
konsentrasi belajar dan beraktivitas. 01 = Obeservasi skala dismenore
Mahasiswi yang mengalami nyeri sedang sebelum diberikan relaksasi otot
sebanyak 7 orang (50%). Mahasiswi dengan progresif
nyeri sedang ini dapat mengabaikan nyeri
tersebut walaupun memecah konsentrasi. X = Pemberian relaksasi otot progresif
Mahasiswi dengan nyeri berat sebanyak 3
orang (21,5%) yang berakibat sulit 02 = Obeservasi skala dismenore berupa
beraktivitas dan berkonsentrasi saat belajar. rata-rata setelah diberikan relaksasi
Rata-rata nyeri yang dirasakan mahasiswi otot progresif.
selama 1 sampai 3 hari. 2. Lokasi Penelitian
Mahasiswi yang menangani dismenorea Penelitian ini dilakukan di Fakultas
dengan obat anti nyeri sebanyak 7.2% dan Keperawatan UNAND. Penelitian di
obat tradisional sebanyak 21,4%. Sebagian mulai dari bulan Januari 2013 sampai
mahasiswi mengalami mual setelah Juni 2013.
meminum obat tersebut. Selain itu, sebanyak
4 orang (28,5%) setiap bulannya memilih 3. Populasi dan Sampel Penelitian
tidur di mushalla kampus ketika mengalami
dismenorea pada saat waktu perkuliahan, dan Populasi penelitian adalah keseluruhan
2 orang (14,3%) diantaranya mengalami objek penelitian atau objek yang diteliti
mual dan muntah dikampus. Ketika (Notoadmojo, 2005). Populasi penelitian
mahasiswi mengalami nyeri yang hebat ini adalah seluruh mahasiswi A 2012
mereka lebih memilih pulang dan tidak Fakultas Keperawatan Unand sebanyak
mengikuti perkuliahan. Berdasarkan uraian 81 orang. Seluruh populasi dijadikan
diatas maka peneliti tertarik untuk meneliti responden penelitian dengan
pengaruh relaksasi otot progresif terhadap menggunakan teknik total sampling.
penurunan dismenorea pada mahasiswi A Sampel yang didapatkan pada saat
2012 keperawatan Unand. penelitian sebanyak 37 orang. Sampel
yang digunakan pada penelitian ini
dengan kriteria inklusi sebagai berikut:

3
NERS JURNAL KEPERAWATAN Volume 10, No 1, Maret 2014 : 1-9

1) Bersedia mengikuti Relaksasi otot b. Tahap Kedua


progresif dari awal penelitian (pre-test) Pengumpulan data variabel bebas,
hingga post test dilakukan meliputi identitas responden, relaksasi
2) Berada di tempat pada saat penelitian otot progresif yang merupakan bentuk
3) Responden mengalami dismenorea intervensi.
tipe primer c. Tahap Ketiga
4) Responden mengalami dismenorea Adalah pengukuran nyeri dismenore yang
sedang dan berat diperoleh dengan menggunakan skala
5) Responden tidak mengkonsumsi obat nyeri Mankonski Pain Scale. Skala nyeri
anti nyeri ini dapat membuat mahasiswi lebih
6) Usia 18-20 tahun mudah untuk menggambarkan derajat
nyeri karena dijelaskan setiap
4. Variabel Penelitian karakteristik nyeri pada masing-masing
a.Variabel dependen adalah dismenorea skala nyeri yang dirasakan (France, 2007).
yaitu nyeri akibat kejang otot uterus yang Mankonski Pain Scale membagi 4
dirasakan mahasiswi pada perut bagian klasifikasi tingkat skala nyeri yaitu:
bawah, daerah pantat dan sisi medial paha 1) Tidak nyeri : 0
yang mengakibatkan terpengaruhnya 2) Nyeri ringan : 1-2
aktivitas sehari-hari. Alat ukur yang 3) Nyeri sedang : 3-6
digunakan yaitu Mankoski Pain Scale 4) Nyeri berat : 7-10
dengan skala rasio yang hasilnya berupa
skore 0 -10. 2. Metode pengolahan dan analisa data
b.Variabel independen adalah relaksasi Data diperoleh dengan cara memilih
otot progresif partisipan dalam penelitian sesuai tujuan
penelitian kemudian mengukur tingkat
yaitu suatu teknik relaksasi yang nyeri dismenorea sebelum dilakukan
diberikan kepada mahasiswi A 2012 tindakan relaksasi otot progresif.
Keperawatan Unand untuk meredakan Mengajarkan tehnik relaksasi otot
nyeri dismenorea dengan cara progresif, melakukan tindakan mengatasi
mengencangkan dan melemaskan otot nyeri dismenorea dengan terapi relaksasi
pada satu waktu dari kepala hingga kaki otot progresif dan mengukur tingkat nyeri
secara berturut-turut untuk memberikan dismenorea setelah dilakukan tindakan.
perasaan relaksasi secara fisik. Data hasil kusioner dan observasi
1. Metode Pengumpulan Data diperiksa dan kemudian diolah
menggunakan bantuan program komputer.
a. Tahap Pertama
Analisis data digunakan analisis univariat
Adalah Pengumpulan data dasar unutk
dan bivariat.
mengumpulkan responden yang
memenuhi kriteria sejumlah 37 orang.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Hasil pengambilan data pada mahasiswi A responden pada penelitian ini menjadi 37
2012 Fakultas Keperawatan UNAND orang.
pada tanggal 8 April 2013 sampai 11 mei
2013 dengan jumlah responden pada saat 1.Karakteristik Responden
pre test sebanyak 39 orang. Kemudian di Dari 37 orang responden di dapatkan
ekslusi 2 orang karena responden tidak hasil bahwa responden berada pada
bisa menahan nyeri tanpa obat sehingga masa remaja akhir yaitu usia 18 tahun
4
Israd, dkk., Pengaruh Relaksasi Otot Progresif...

sebanyak 24 orang (64,9%) dan usia 19 (78,4%), selebihnya tinggal bersama


tahun sebanyak 13 orang (35,1%). orang tua sebanyak 7 orang (18,9%)
Responden ini sebagian besar bertempat dan asrama 1 orang (2,7%).
tinggal di kost sebanyak 29 orang
a. Analisa Univariat
1. Gambaran Nyeri Dismenorea Sebelum dan Sesudah Diberikan Relaksasi Otot
Progresif Pada Mahasiswi A 2012 Fakultas Keperawatan UNAND Tahun 2013.

Skala nyeri
NO Nama Penurunan
Sebelum Sesudah
1 LT 7 4 3
2 WY 6 2 4
3 MF 4 2 2
4 FR 8 5 3
5 KL 6 2 4
6 DP 5 2 3
7 AT 3 1 2
8 LA 4 1 3
9 ED 4 2 2
10 IS 4 1 3
11 AF 9 6 3
12 RS 7 6 1
13 MS 9 5 4
14 WF 7 6 1
15 WS 7 4 3
16 AS 8 5 3
17 MZ 9 6 3
18 SP 3 1 2
19 FN 4 2 2
20 YH 3 2 1
21 AO 4 1 3
22 NS 3 2 1
23 ZY 4 2 2
24 AY 3 1 2
25 HE 3 1 2
26 YN 3 2 1
27 VR 3 1 2
28 FA 4 1 3
29 NP 3 2 1
30 KH 3 1 2
31 YF 4 2 2
32 FH 3 1 2
33 YR 5 2 3
34 RN 4 1 3
35 AA 4 2 2
5
NERS JURNAL KEPERAWATAN Volume 10, No 1, Maret 2014 : 1-9

36 EF 5 2 3
37 MH 3 1 2
MIN 3 1 1
MAX 9 6 4
MEAN 4,81 2,43 2,378
Std Deviasi 1,984 1,708 0,861

Dari tabel 5.1 menunjukkan bahwa semua 100% responden mengalami


penurunan nyeri dismenorea setelah diberikan relaksasi otot progresif. Sebanyak 3
orang (8%) responden mengalami penurunan nyeri dismenorea tertinggi sebesar 4
skala dan 6 orang (16%) responden mengalami penurunan nyeri dismenorea
terendah sebesar 1 skala.
b. Analisa Bivariat
2. Distribusi Rata-rata Tingkat Nyeri Dismenorea Pre Test dan Post test Pada
Mahasiswi A 2012 Fakultas Keperawatan UNAND Tahun 2013.

Standar Mean
N Mean Median deviasi penurunan p value
Pre test 37 4,81 4 1,984 2,378
0,000
Post test 37 2,43 2 1,708

Dari tabel 5.2 menunjukkan 2,378. Berdasarkan hasil uji


bahwa rata-rata nyeri dismenorea wilcoxon diperoleh nilai p = 0,000
sebelum diberikan relaksasi otot (p < 0,05) yang berarti bahwa
progresif sebesar 4,81 dan nyeri terdapat penurunan nyeri
dismenorea setelah diberikan dismenorea antara sebelum dan
relaksasi otot progresif sebesar 2,43 sesudah diberikan relaksasi otot
, dengan rata-rata penurunan skala progresif pada mahasiswi A 2012
nyeri dismenorea setelah diberikan Fakultas Keperawatan UNAND.
relaksasi otot progresif sebesar

A. Dismenorea sebelum diberikan Fakultas Keperawatan UNAND dimana


relaksasi otot progresif pada lebih dari separuh mahasiswi mengalami
mahasiswi A 2012 Fakultas nyeri sedang 31 orang (62,0%) dan
Keperawatan UNAND. didukung pula oleh penelitian yang
dilakukan Suparto (2011) yang
Berdasarkan hasil penelitian dapat menemukan lebih dari separuh 53%
diketahui bahwa mahasiswi A 2012 mahasiswi mengalami dismenorea sedang.
sebagian besar mengalami dismenorea Dismenorea sedang yang dirasakan
sedang 28 orang (75,7%) diperoleh bahwa mahasiswi merupakan nyeri dismenorea
rata-rata skala nyeri dismenorea sebelum primer yang merupakan nyeri kram tanpa
diberikan relaksasi otot progresif adalah ada kelainan patologik pada pelvis
4,81. Hal ini sesuai dengan penelitian (Dawood, 2006). Dita (2009) menyatakan
yang dilakukan oleh Ernawati (2010) bahwa dismenorea primer biasanya
tentang terapi relaksasi terhadap nyeri dimulai pada saat wanita berumur 2
dismenorea pada mahasiswi A 2012 sampai 3 tahun setelah manarche dan

6
Israd, dkk., Pengaruh Relaksasi Otot Progresif...

mencapai puncaknya pada usia 15 sampai mempengaruhi sistem menstruasi yang


20 tahun. Begitu juga dengan teori berdampak nyeri ketika mengalami
Basalamah et .al (1993) dalam menstruasi.
Yustianingsih (2004), bahwa dismenorea
primer dapat dijumpai pada wanita muda B. Dismenorea setelah diberikan
yang telah berusia 15 sampai 20 tahun dan relaksasi otot progresif pada
akan menghilang pada usia diatas 25 tahun mahasiswi A 2012 Fakultas
tanpa ditemukan kelainan alat genital pada Keperawatan UNAND tahun 2013.
pemeriksaan ginekologi. Hal ini sesuai
dengan karakteristik responden bahwa Tingkat nyeri setelah diberikan
sebagian besar mahasiswi (64,9%) relaksasi otot progresif sebagian besar
berumur 18 tahun. Ini didukung pula berada pada tingkat nyeri ringan sebanyak
dengan pernyataan Wahit et .al (2007) 28 orang (75,7%) dan selebihnya
bahwa faktor umur adalah variabel penting mengalami nyeri sedang sebanyak 9 orang
yang mempengaruhi respon nyeri. (24,3%). Rata-rata skala nyeri dismenorea
Selain umur, dukungan keluarga juga yang diperoleh setelah diberikan relaksasi
mempengaruhi nyeri. Ini dijelaskan oleh otot progresif ini adalah 2,43. Responden
Smeltzer & Bare (2002) bahwa faktor- yang mengalami nyeri ringan ini berawal
faktor yang mempengaruhi nyeri individu dari nyeri sedang yang kemudian
diantaranya adalah perhatian dan support mengalami penurunan tingkat nyeri setelah
keluarga. Mahasiswi yang mengalami di berikan relaksasi otot progresif. Begitu
nyeri seringkali bergantung pada anggota juga pada nyeri berat menjadi nyeri
keluarga untuk memperoleh dukungan, sedang.
perlindungan, dan bantuan. Namun, Penurunan tingkat nyeri ini
bedasarkan karakteristik responden dikarenakan oleh adanya relaksasi yang
mahasiswi sebagian besar (78,4%) dapat menurunkan intensitas nyeri,
bertempat tinggal di kost sehingga kurang meningkatkan ventilasi paru dan
mendapatkan dukungan dari keluarga meningkatkan oksigenasi darah serta
ketika mengalami dismenorea. merangsang sekresi endorphin (Smeltzer,
Namun, pada penelitian ini 2002). Endorphin yang disekresikan ini
ditemukan responden dengan dismenorea berhubungan dengan teori gate control
berat sebanyak 9 orang (24,3%). Didukung dari Melzack dan Wall (1965). Teori ini
dengan penelitian Fajaryati (2011) bahwa mengatakan bahwa impuls nyeri
(26,2%) mahasiswi mengalami dismenorea dihantarkan saat sebuah pertahanan dibuka
berat. Hal ini dikarenakan beberapa faktor dan impuls dihambat saat sebuah
diantaranya stres dan ansietas. pertahanan ditutup. Salah satu cara
Responden merupakan mahasiswi menutup mekanisme pertahanan ini adalah
tahun pertama. Sehingga memungkinkan dengan merangsang sekresi endorphin
terjadinya ansietas dan stress. Hal ini (penghilang nyeri alami) yang akan
sesuai dengan penelitian yang dilakukan menghambat pelepasan substansi P
Hermawati (2005) bahwa mahasiswa baru (Proverawati & Misaroh, 2009). Hal ini
cenderung mengalami stres yang tinggi sesuai dengan penelitian yang dilakukan
disebabkan oleh beberapa faktor seperti oleh Setyawanti (2011), dimana
belum pernah mengalami kost disimpulkan bahwa relaksasi otot progresif
sebelumnya, kesulitan beradaptasi dengan dapat mempengaruhi untuk mengurangi
lingkungan, masalah pribadi, kesulitan nyeri haid dan tanda-tanda vital.
berteman, memahami materi kuliah, Sebuah studi eksperimen yang
masalah kesehatan, homesick, dan masalah dilakukan oleh Praseetha (2012) di Brasil
keuangan. Stres yang dialami akan didapatkan hasil bahwa relaksasi otot
7
NERS JURNAL KEPERAWATAN Volume 10, No 1, Maret 2014 : 1-9

progresif dapat mengurangi persepsi nyeri terbentuknya prostaglandin dalam jumlah


pada 61 responden. Nyeri yang dirasakan yang besar sehingga arteri spiral menjadi
mengalami penurunan satu tingkat dari spasme dan terjadi kontraksi myometrium
berat menjadi sedang dan sedang menjadi Akibatnya uterie menjadi ischemia yang
ringan setelah diberikan relaksasi otot akhirnya terasa nyeri. Pada saat melakukan
progresif. Hasil ini menyatakan bahwa relaksasi otot progresif maka otot yang
relaksasi otot progresif memiliki nilai yang mengalami spasme/ketegangan
signifikan untuk penurunan dismenorea. menyebabkan vasodilatasi pembuluh darah
di bagian abdomen sehingga sirkulasi
C. Pengaruh relaksasi otot progresif dalam darah menjadi lancar, mencegah
terhadap penurunan dismenorea pada terjadinya ischemia dan mencegah
mahasiswi A 2012 Fakultas produksi zat-zat kimia yang akan
Keperawatan UNAND tahun 2013. merangsang nyeri (Benson & Proctor,
2000).
Hasil penelitian yang dilakukan Selain itu gerakan relaksasi otot
pada mahasiswi A 2012 Fakultas progresif dapat menstimulasi pengeluaran
Keperawatan UNAND tahun 2013, setelah hormon endorphin yang memberikan
dilakukan uji statistik didapatkan nilai p = kenyamanan pada tubuh. Hormon ini dapat
0,000 (p<0,05), maka dapat disimpulkan berfungsi sebagai obat penenang alami
bahwa terdapat perbedaan yang signifikan yang diproduksi di otak dan susunan
tingkat nyeri sebelum dan sesudah syaraf tulang belakang. Endorphin bekerja
diberikan relaksasi otot progresif. Dimana dengan mengikat reseptor opiat yang ada
sebelum diberikan relaksasi otot progresif pada sistem limbik, otak tengah, medulla
terdapat 9 orang (24,3%) yang mengalami spinalis dan usus. Reseptor opiat dan opiat
nyeri berat dan setelah diberikan relaksasi endogen ini kemudian membentuk suatu
otot progresif 9 orang (24,3%) menjadi sistem penekanan nyeri intrinsik. Ikatan
nyeri sedang, begitu juga dengan 28 orang antara opiat dengan reseptor inilah yang
(75,7%) yang mengalami nyeri sedang akan dapat mengurangi nyeri dengan
terjadi penurunan satu tingkatan nyeri mencegah dibebaskannya sebagai
menjadi nyeri ringan. Rata rata neirotransmiter penghasil nyeri (Price &
penurunan skala nyeri dismenorea setelah Wilson, 2006). Oleh sebab itu relaksasi
relaksasi otot progresif adalah 2,378 otot progresif sangat tepat digunakan
Hal ini sesuai dengan penelitian ketika mengalami nyeri menstruasi
Kamali (2002) di Iran. Pada penelitian ini (dismenorea) dan perlu dilakukan secara
dilakukan pada 88 mahasiswi yang tinggal mendalam agar penurunan nyeri dapat
di asrama. Mahasiswi ini dibagi atas dua dirasakan secara spesifik.
kelompok yaitu kelompok eksperimen
(44orang) dan kelompok kontrol (44 KESIMPULAN DAN SARAN
orang). Hasil penelitian pada kelompok
eksperimen didapatkan sebanyak 40 orang Pada penelitian ini dapat
mengalami penurunan derajat nyeri yang disimpulkan bahwa adanya pengaruh
dirasakan ketika dismenorea. Peneliti relaksasi otot progresif yang signifikan
menyimpulkan bahwa teknik relaksasi otot terhadap penurunan dismenorea pada
progresif efektif dalam mengurangi nyeri mahasiswi A 2012 Fakultas Keperawatan
dismenorea. UNAND dengan p = 0,000 (p < 0,05)
Dismenorea yang dirasakan oleh Saran dari peneliti ini adalah
responden merupakan akibat di sekresinya 1. Bagi responden
estrogen dan penurunan progesteron. Agar dapat memanfaatkan relaksasi
Penurunan progesteron mengakibatkan otot progresif untuk mengurangi nyeri

8
Israd, dkk., Pengaruh Relaksasi Otot Progresif...

menstruasi sebagai salah satu cara ibuprofen in primary dysmenorrhea.


yang aman dan mudah untuk American Journal of Obstetrics &
dilakukan di rumah. Responden juga Gynecology Volume 196, Issue 1 ,
dapat mendukung serta memfasilitasi Pages 35.e1-35.e5.
teman dan anggota keluarga dalam Hendrik, H. (2006). Problema haid:
melaksanakan relaksasi otot progresif Tinjauan syariat islam dan medis.
untuk mengurangi dismenorea. Jakarta: Tiga Serangkai.
2. Bagi institusi pendidikan Jacobson, E. (1974). Progressive
Agar dapat memberikan informasi relaxation : A physiological and
kepada mahasiswi tentang clinical investigation of muscular
pemanfaatan relaksasi sebagai salah states and their significance in
satu pengobatan secara psychogy and medical practice.
nonfarmakologi dalam menurunkan Chicago, IL : The University of
nyeri menstruasi (dismenorea). Chicago Press.
3. Bagi penelitian selanjutnya Nursalam. (2009). Konsep dan penerapan
Disarankan untuk bisa mencobakan metodologi penelitian ilmu
relaksasi otot progresif kepada seluruh keperawatan-pedoman skripsi, tesis,
kategori nyeri dismenorea dengan dan instrument penelitian
frekuensi yang lebih banyak dan keperawatan (Edisi 2). Jakarta:
teratur. Salemba Medika.
Price, S. A., & Wilson, L. M. (2005).
DAFTAR PUSTAKA Patofisiologi konsep klinis proses-
proses penyakit (Alih bahasa: A.
Anurogo & Wulandari.(2011).Cara jitu Dharma) (Edisi 6). Jakarta: EGC
mengatasi nyeri haid. Yogyakarta: Proctor, M., Latthe, P., Farquhar, C.,
C.V Andi Khan, K., Johnson, N. 2005. Surgical
Bobak, I. M., Jensen, M. D., & interruption of pelvic nerve pathways
Lowdermilk, D. L. (2004). Buku ajar for primary and secondary
keperawatan maternitas (Alih bahasa: dysmenorrhoea (Cochrane Review).
Maria A. Wijayarini & Peter I. In: The Cochrane Library, Issue 4.
Anugerah) (Edisi 4). Jakarta: EGC. Proverawati, A., & Misaroh, S. (2009).
Candra. (2012). Nyeri perut kala Menarche: Menstruasi pertama
menstruasi. Diakses pada tanggal 24 penuh makna. Yogyakarta: Nuha
Februari 2013 dari Medika.
http://www.republika.co.id Smeltzer & Brenda. 2002. Buku Ajar
Cunningham, F.G., Gant, N., Leveno, K. Keperawatan Medikal Bedah Brunner
J., Haunt, L. C., & Wenstrom, K. D. & Suddarth vol. 1. Jakarta: EGC.
(2005). William obstetrics (Alih Snyder, M & Lindquist, R. 2002.
bahasa: A. Hartono, J. Suyono, & Complementary Alternative Therapies
Brahm U. Pendit ). Jakarta: Buku Nursing 4th ed. New York: Springer
Kedokteran EGC. Pusblishing Company.
Dawood, MY and Khan-Dawood, Firyal S. Widyastuti, Y, dkk. (2009).Kesehatan
2007. Clinical efficacy and differential reproduksi.Yogyakarta: Fitramaya
inhibition of menstrual fluid Wijayarini, M.A (2004). Buku ajar
prostaglandin F2 in a randomized, keperawatan maternitas. Jakarta :
doubleblind, crossover treatment with EGC.
plasebo, acetaminophen, and

You might also like