Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                

Bab I

Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 17

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Bayi baru lahir normal adalah berat lahir antara 2500 - 4000 gram, cukup bulan, lahir
langsung menangis, dan tidak ada kelainan kongenital (cacat bawaan) yang berat. (Kukuh
Rahardjo, 2014).
Sedangkan, asuhan pada bayi baru lahir normal adalah asuhan yang diberikan pada
bayi baru lahir tersebut selama satu jam pertama setelah kelahiran, sebagian besar bayi
yang baru lahir akan menunjukkan usaha nafas spontan dengan sedikit bantuan.
(Prawirohardjo, 2009).
Adapun permasalahan yang terjadi pada bayi baru lahir adalah asfiksia neonatorum,
ikterus, perdarahan tali pusat, kejang, BBLR, hipotermi, dll. (Muslihatun, 2010).
Ditinjau dari pertumbuhan dan perkembangan bayi, periode neonatal merupakan
periode yang paling kritis. Pencegahan asfiksia, mempertahakan suhu tubuh bayi
terutama pada bayi berat lahir rendah, pemotongan dan perawatan tali pusat, pemberian
air susu ibu (ASI) dalam usaha menurunkan angka kematian oleh karena diare,
pencegahan terhadap infeksi, pemantauan kenaikan berat badan dan stimulasi psikologis
merupakan tugas pokok bagi petugas kesehatan bayi dan anak. Neonatus pada minggu-
minggu pertama sangat dipengaruhi oleh kondisi ibu pada waktu ibu hamil dan
melahirkan. (JNPK – KR, 2013).
Penanganan bayi baru lahir memerlukan upaya bersama tenaga kesehatan khususnya
bidan dengan memberikan asuhan komprehensif sesuai dengan PerMenKes RI
No.1464/MenKes/2010 sejak bayi dalam kandungan, selama persalinan, segera sesudah
melahirkan serta melibatkan keluarga dan masyarakat dalam memberikan pelayanan
kesehatan yang berkualitas seperti mengajarkan cara merawat tali pusat, cara
memandikan bayi serta cara menyusui yang benar dan pemantauan pertumbuhan dan
perkembangan selanjutnya akan menghasilkan bayi yang sehat.
Berdasarkan hal di atas, penulis menulis makalah ini dengan memuat konsep bayi
baru lahir dan asuhan keperawatan bayi baru lahir.

1
1.2 Tujuan Penulisan
1.2.1 Tujuan Umum
Menjelaskan konsep dasar asuhan keperawatan bayi baru lahir.
1.2.2 Tujuan Khusus
1. Untuk menjelaskan adaptasi bayi baru lahir
2. Untuk menjelaskan pemeriksaan fisik bayi baru lahir
3. Untuk menjelaskan asuhan keperawatan bayi baru lahir

1.3 Manfaat Penulisan


Dengan adanya makalah ini penulis mengharapkan agar dapat memberi manfaat
khususnya untuk mahasiswa keperawatan dan tenaga keperawatan yang diantaranya
dapat memberikan suatu referensi dalam memberikan informasi mengenai konsep dasar
asuhan keperawatan pada bayi baru lahir.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Adaptasi Bayi Baru Lahir


Neonatus bayi yang baru mengalami proses kelahiran dan harus menyesuaikan diri
dari kehidupan intra uterin ke kehidupan ekstra uterin. Beralih dari ketergantungan
mutlak pada ibu menuju kemandirian fisiologi. Tiga faktor yang mempengaruhi
perubahan fungsi dan proses vital neonatus yaitu maturasi, adaptasi dan toleransi. Selain
itu pengaruh kehamilan dan proses persalinan mempunyai peranan penting dalam
morbiditas dan mortalitas. Empat aspek transisi pada bayi baru lahir yang paling
dramatik dan cepat berlangsung adalah system pernafasan, sirkulasi, kemampuan
menghasilkan sumber glukosa.
a. Fungsi sistem pernapasan dan kaitannya dengan fungsi kardiovaskuler
Oksigenasi yang memadai merupakan faktor yang sangat penting dalam
mempertahankan kecukupan pertukaran udara.Jika terdapat hipoksia, pembuluh
darah paru-paru akan mengalami vasokontriksi. Jika hal ini terjadi, berarti tidak ada
pembuluh darah yang terbuka guna menerima oksigen yang berada dalam alveoli,
sehingga menyebabkan penurunan oksigen jaringan, yang akan memperburuk
hipoksia.
Peningkatan aliran darah paru-paru akan memperlancar pertukaran gas dalam
alveolus dan akan membantu menghilangkan cairan paru-paru dan merangsang
perubahan sirkulasi janin menjadi sirkulasi luar rahim.
b. Perubahan pada sistem peredaran darah
Setelah lahir darah BBL harus melewati paru untuk mengambil oksigen dan
mengadakan sirkulasi melalui tubuh guna mengantarkan oksigen ke jaringan. Untuk
membuat sirkulasi yang baik, kehidupan diluar rahim harus terjadi 2 perubahan besar
:
1) Penutupan foramen ovale pada atrium jantung
2) Perubahan duktus arteriousus antara paru-paru dan aorta.

3
Perubahan sirkulasi ini terjadi akibat perubahan tekanan pada seluruh sistem
pembuluh. Oksigen menyebabkan sistem pembuluh mengubah tekanan dengan
cara mengurangi /meningkatkan resistensinya, sehingga mengubah aliran darah.
c. Pengaturan Suhu
Bayi baru lahir belum dapat mengatur suhu tubuhnya, sehingga akan mengalami
stress dengan adanya perubahan lingkungan dari dalam rahim ibu ke lingkungan luar
yang suhunya lebih tinggi. Suhu dingin ini menyebabkan air ketuban menguap lewat
kulit, pada lingkungan yang dingin , pembentukan suhu tanpa mekanisme menggigil
merupakan usaha utama seorang bayi untuk mendapatkan kembali panas tubuhnya.
Pembentukan suhu tanpa menggigil ini merupakan hasil penggunaan lemak
coklat untuk produksi panas. Timbunan lemak coklat terdapat di seluruh tubuh dan
mampu meningkatkan panas tubuh sampai 100%. Untuk membakar lemak coklat,
sering bayi harus menggunakan glukosa guna mendapatkan energi yang akan
mengubah lemak menjadi panas. Lemak coklat tidak dapat diproduksi ulang oleh
seorang BBL. Cadangan lemak coklat ini akan habis dalam waktu singkat dengan
adanya stress dingin. Semakin lama usia kehamilan semakin banyak persediaan
lemak coklat bayi.
Jika seorang bayi kedinginan, dia akan mulai mengalami hipoglikemia, hipoksia
dan asidosis. Sehingga upaya pencegahan kehilangan panas merupakan prioritas
utama dan tenaga kesehatan (perawat dan bidan) berkewajiban untuk meminimalkan
kehilangan panas pada BBL.
d. Metabolisme Glukosa
Untuk memfungsikan otak memerlukan glukosa dalam jumlah tertentu. Dengan
tindakan penjepitan tali pusat dengan klem pada saat lahir seorang bayi harus mulai
mempertahankan kadar glukosa darahnya sendiri. Pada setiap bayi baru lahir, glukosa
darah akan turun dalam waktu cepat (1 sampai 2 jam). Koreksi penurunan kadar gula
darah dapat dilakukan dengan 3 cara :
a) melalui penggunaan ASI
b) melaui penggunaan cadangan glikogen
c) melalui pembuatan glukosa dari sumber lain terutama lemak.

4
BBL yang tidak mampu mencerna makanan dengan jumlah yang cukup, akan
membuat glukosa dari glikogen (glikogenisasi). Hal ini hanya terjadi jika bayi
mempunyai persediaan glikogen yang cukup. Bayi yang sehat akan menyimpan
glukosa dalam bentuk glikogen terutama di hati, selama bulan-bulan terakhir dalam
rahim.
Bayi yang mengalami hipotermia, pada saat lahir yang mengakibatkan hipoksia
akan menggunakan cadangan glikogen dalam jam-jam pertama kelahiran.
Keseimbangan glukosa tidak sepenuhnya tercapai dalam 3-4 jam pertama kelahiran
pada bayi cukup bulan. Jika semua persediaan glikogen digunakan pada jam pertama,
maka otak dalam keadaan berisiko. Bayi yang lahir kurang bulan (prematur), lewat
bulan (post matur), bayi yang mengalami hambatan pertumbuhan dalam rahim dan
stres janin merpakan risiko utama, karena simpanan energi berkurang (digunakan
sebelum lahir).
e. Perubahan sistem gastrointestinal
Sebelum lahir, janin cukup bulan akan mulai menghisap dan menelan. Reflek
gumoh dan reflek batuk yang matang sudah terbentuk baik pada saat lahir.
Kemampuan bayi baru lahir cukup bulan untuk menelan dan mencerna makanan
(selain susu) masih terbatas. Hubungan antara esofagus bawah dan lambung masih
belum sempurna yang mengakibatkan “gumoh” pada bayi baru lahir dan neonatus,
kapasitas lambung masih terbatas kurang dari 30 cc untuk bayi baru lahir cukup
bulan. Kapasitas lambung ini akan bertambah secara lambat bersamaan dengan
tumbuhnya bayi baru lahir. Pengaturan makanan yang sering oleh bayi sendiri penting
contohnya memberi ASI on demand.
f. Sistem kekebalan tubuh/ imun
Sistem imunitas bayi baru lahir masih belum matang, sehingga menyebabkan
neonatus rentan terhadap berbagai infeksi dan alergi. Sistem imunitas yang matang
akan memberikan kekebalan alami maupun yang di dapat. Kekebalan alami terdiri
dari struktur pertahanan tubuh yang mencegah atau meminimalkan infeksi. Berikut
beberapa contoh kekebalan alami:
a) perlindungan oleh kulit membran mukosa

5
b) fungsi saringan saluran napas
c) pembentukan koloni mikroba oleh klit dan usus
d) perlindungan kimia oleh lingkungan asam lambung

2.2 Pemeriksaan Fisik Bayi Baru Lahir


Kegiatan ini merupakan pengkajian fisik yang dilakukan oleh bidan yang bertujuan
untuk memastikan normalitas & mendeteksi adanya penyimpangan dari normal.
Pengkajian ini dapat ditemukan indikasi tentang seberapa baik bayi melakukan
penyesuaian terhadap kehidupan di luar uterus dan bantuan apa yang diperlukan.
Pengkajian BBL seharusnya dimulai dengan melihat riwayat kehamilan dan persalinan
karena hal ini sangat menentukan kondisi bayi yg akan dilahirkan.
Pemeriksaan fisik BBL dilakukan minimal 3x yaitu: pada saat lahir; dalam 24 jam
pertama; pada waktu pulang. Pemeriksaan yang pertama pada BBL harus dilakukan di
kamar bersalin. Tujuannya adalah:
1. Menilai gangguan adaptasi BBL yang memerlukan resusitasi
2. Menentukan kelainan yang perlu tindakan segera (atresia ani, atresia esofagus),
trauma lahir
3. Menentukan apakah BBL dapat rawat gabung atau ruang perawatan khusus atau
segera operasi
Pemeriksaan kedua dilakukan di ruang perawatan dan dilakukan di depan ibu.
Tujuannya adalah agar kelainan yang luput dari pemeriksaan pertama dapat ditemukan.
Pemeriksaan yang ketiga adalah sebelum bayi dipulangkan. Hal ini ditujukan untuk
menilai kelainan BBL yang masih ada, misal: ikterus, cephalhematom, aspirasi
pneumonia, atau infeksi nosokomial.
2.2.1 Pemeriksaan di Kamar Bersalin
1. Menilai adaptasi
a. Penilaian Awal
Begitu bayi lahir, langsung dikaji dengan cepat 3 hal dari skor APGAR :
1) Warna kulit: apakah warna kulit bayi merah muda? atau pucat/biru?
2) Tonus otot: apakah bayi aktif atau lemas?

6
3) Usaha nafas: apakah bayi menangis kuat? Atau merintih, lemah? Jika
penilaian awal didapatkan hasil buruk (kulit biru, bayi lemas, tidak
menangis) maka segera dilakukan tindakan resusitasi
b. Penilaian APGAR Score
Dilakukan pada 1 menit, 5 menit dan 10 menit setelah lahir. APGAR
Score tidak digunakan untuk mendiagnosa asfiksia atau memulai resusitasi.
Pengukuran pada menit pertama, kelima dan kesepuluh hanya dicantumkan
sebagai penilaian keberhasilan resusitasi dan ada peningkatan Skor APGAR.
Diagnosa Asfiksia dibuat dari penilaian 3 hal (di poin a).

1.1 Tabel APGAR Score


0 1 2
Appearan Seluruh badan Ekstremitas Seluruh tubuh merah
ce Warna biru biru muda
kulit
Pulse Tidak ada <100x/mnt >100x/mnt
Denyut jantung
Grima Tidak Merintih/ Menangis
ce merespon menangis lemah kuat
Refle stimulasi
ks
Activity Lemah/Tidak Sedikit gerakan Aktif
Tonus ada
Otot
Respiration Tidak ada Lemah, tidak Menangis kuat,
Pernafasan/Usaha teratur pernafasan teratur
Nafas

7
2. Mencari Kelainan Konginetal
a. Anamnesa ibu mengenai riwayat kehamilan: konsumsi obat, infeksi virus,
penyakit ibu, kelainan bawaan
b. Memeriksa jumlah cairan ketuban
- Hidramnion (>2000ml) berkaitan dengan obstruksi (penyumbatan)
usus; ibu DM, PE
- Oligohidramnion (<500 ml) berkaitan dengan kelainan ginjal
c. Memeriksa tali pusat : segar atau tidak, ada simpul atau tidak, jumlah arteri
dan vena
d. Memeriksa plasenta: pengapuran, nekrosis/infark, bentuk dan ukuran
berkaitan dengan fungsi plasenta, kecukupan gizi dan O2 bayi
e. Berat lahir dan kehamilan
Bayi kurang bulan dan IUGR memiliki kemungkinan lebih besar
mengalami kelainan kongenital
f. Memeriksa mulut: utuh atau ada labio-palatoschizis
g. Memeriksa kesimetrisan wajah saat menangis. Hal ini menunjukkan ada
atau tidaknya paralisis nervus fasialis (cacat saraf wajah.
h. Melihat adakah defek tabung saraf (meningokel, omfalokel, meningokel,
spina bifida)
i. Melihat jenis kelamin

2.2.2 Pemeriksaan di Ruang Rawat


1. Pemeriksaan Umum
a. Tonus otot
b. Keaktifan
Dinilai dengan melihat posisi dan gerakan tungkai dan lengan. Pada BBL
cukup bulan yang sehat, ekstremitas dalam keadaan fleksi, dengan
gerakan tungkai serta lengan aktif dan simetris
c. Tangisan bayi
Tangisan melengking ditemukan pada kelainan neurologis, sedangkan

8
tangisan lemah dan merintih ditemukan pada kesulitan bernafas
2. Tanda-tanda Vital
HR, RR, Suhu (normalnya 36,5-37,5°C). Beberapa metode pengukuran suhu:
a. Aksiler
Tempat pengukuran paling tepat. Pada Hipotermi, hasil lebih tinggi
daripada rektal karena tertimbunnya brown fat di daerah ketiak
b. Rektal
Digunakan pada pemeriksaan fisik sekaligus memastikan anus ada atau
jika temperatur aksiler tidak normal. Lebih traumatik dibanding aksiler.
c. Timpani (telinga)
Dipengaruhi suhu lingkungan sehingga kurang akurat.
d. Kulit
Perabaan kulit diperlukan untuk pengukuran cepat. Dilakukan di bagian
dahi, punggung atau leher
e. Pita Pengukur
Metode non-invasif, aman dan bisa dilakukan dengan mudah
3. Ukuran Antropometri
Adalah ukuran fisik yang dapat diukur dengan alat pengukur seperti
timbangan atau pita pengukur, terdiri dari:
a. Berat Badan
- Kain alas atau pelindung diletakkan
- Skala penimbangan diatur ke titik nol sebelum penimbangan. Hasil
timbangan dikurangi berat alas dan pembungkus bayi BBL normal berat
lahirnnya 2500-4000 gram
b. Panjang Badan
- Bayi diletakkan di tempat yang datar
- Panjang badan diukur dari kepala sampai tumit dengan kaki/badan bayi
diluruskan Bayi aterm panjang kepala ke tumit rata-rata 45 – 53 cm
c. Lingkar Kepala
- Lingkar kepala bayi aterm 34- 39 cm.

9
- Lingkar kepala diukur dari oksiput mngelilingi kepala, tepat di atas alis
- Pengukuran lingkar kepala dimaksudkan untuk menaksir pertumbuhan
otak.
d. Lingkar Dada
- Ukuran normal 31-35 cm, pengukurnnya dilakukan saat bernafas biasa
pada tulang xipoideus, ukur lingkar dada dari daerah dada ke punggung
kembali ke dada melalui kedua puting susu
- Ukuran lingkar dada biasanya 2 cm kurang dr lingkar kepala/ kadang
sama namun tidak melebihi lingkar kepala.
e. Lingkar Lengan Atas
- Ukuran lingkar lengan atas mencerminkan pertumbuhan jaringan lemak
dan otot. Berguna untuk menilai keadaan gizi.
- Ukuran normal LiLA saat lahir kira-kira 11 cmKulit
f. Warna
- Normalnya BBL berwarna merah muda
- BBL yg kulitnya berwarna merah sekali menunjukkan kerapuhan
system vasomotor Akrosianosis (kebiruan pada ekstremitas)
menunjukkan bayi kedinginan
- Sianosis (kebiruan) menunjukkan bayi kekurangan O2
- Kulit seperti marmer (cutis marmorata) menunjukkan penyakit berat
- Pewarnaan mekonium (mekonium staining) pada verniks caseosa, kulit,
kuku, dan tali pusat ditemukan pada bayi dengan riwayat fetal distress
- Ikterus (warna kuning) paling mudah dilihat di daerah dahi
g. Rash, lesi, bintik2 ada atau tidak. Jika ada seperti apa warna, bentuknya,
ada cairan atau tidak
h. Vernix caseosa, lanugo ada atau tidak
- Vernix Caseosa: subtansi putih yg berlemak yg disekresi oleh kelenjar
sebasea dan sel epitel yang melapisi tubuh BBL. Ini akan menghilang
sendiri beberapa hari setelah lahir, berfungsi untuk menjaga suhu bayi.
Dapat dibersihkan dengan kapas dan minyak kelapa yg steril.

10
- Lanugo: rambut halus yang melapisi permukaan tubuh, sering pada kulit
kepala, dahi dan muka.
i. Kelembaban, turgor kulit baik atau tidak
Kulit bayi prematur tipis, halus dan berwarna merah. Kulit bayi lebih bulan
tampak seperti kertas perkamen dan mengelupas
j. Tanda lahir ada atau tidak. Jika ada di mana letaknya, bentuk, warna seperti
apa.
4. Kepala
a. Sutura ada molase atau tidak
b. Fontanela anterior dan posterior (bentuk, ukuran, rata, cekung atau
mencembung)
c. Tulang2 tengkorak ada fraktur atau tidak
d. Simetris atau tidak, adakah molding
e. Kaput suksedaneum, cephal hematoma ada atau tidak
5. Wajah
Adakah kelainan khas misal: Sindrom Down atau bayi Mongol Apakah wajah
simetris atau tidak
6. Mata
Sklera tampak tanda perdarahan atau tidak, ada sekret atau tidak, ukuran dan
reaktivitas pupil baik atau tidak, arah pandangan, jarak dan bentuk mata,
gerak bola mata simetris atau tidak. Jarak antara kantus medial mata tidak boleh
lebih dari 2.5 cm. BBL kadang menunjukkan gerak mata berputar dan tidak
teratur (strabismus)
7. Telinga
a. Posisi dan hubungan dengan mata dan kepala
Jika ditarik garis horisontal melewati mata, seharusnya melewati sedikit
bagian atas telinga. Daun telinga yang letaknya rendah (low set ears)
terdapat pada bayi yang mengalami sindrom tertentu (Pierre-robin).
Kemiringan telinga terhadap garis vertikal maksimal 10°.
b. Adakah daun telinga, posisi lubang, bentuk lekukan bagaimana, tulang

11
rawan terbentuk atau tidak. Bayi prematur biasanya tulang rawan belum
terbentuk.
8. Hidung
Bentuk, posisi, lubang, ada lendir atau tidak, adakah milia (bintik keputihan yg
khas terlihat di hidung, dahi dan pipi yg menyumbat kelenjar sebasea yg belum
berfungsi), adakah pernafasan cuping atau tidak Adanya sekret yang
mukopurulen yang terkadang berdarah, hal ini kemungkinan adanya sifilis
kongenital. Adanya pernapasan cuping hidung (gangguan pernapasan)
9. Mulut
Bentuk bibir, lihat dan raba langit2 keras (palatum durum) dan lunak (palatum
molle), tenggorokan, bentuk dan ukuran lidah, lesi, sekret. Daerah bibir dan
palatum diraba apakah utuh atau tidak. Ketidaksimetrisan bibir menunjukkan
adanya palsi wajah. Salivasi tidak tdp pd bayi normal, krn grandula saliva
belum matur. Bila tdp sekret yg berlebihan mungkin ada kelainan di esofagus.
10. Leher
Massa, pembesaran kelenjar ada atau tidak, pergerakan leher apakah ada
hambatan, kesan nyeri saat bayi menggerakkan kepala.
11. Dada
a. Kesimetrisan saat tarikan nafas, adakah rintihan, adakah retraksi
Rintihan dan retraksi dada tidak normal, menunjukkan gangguan nafas
b. Payudara tampak membesar atau tidak, adakah sekresi seperti susu
BBL payudara kadang membesar dan tampak sekresi susu akibat pengaruh
hormon estrogen maternal.
c. Tulang klavikula.
Ada fraktur atau tidak, dilihat dari gerakan ekstremitas
12. Abdomen
Raba hepar, limpa, ginjal, adakah distensi, massa, hernia, perdarahan tali
pusat, jumlah arteri dan vena umbilikalis.
Jika perut sangat cekung kemungkinan terdapat hernia diafragmatika.
Abdomen yang membuncit kemungkinan karena hepato-splenomegali atau

12
tumor lainnya. Jika bayi menangis dan muncul benjolan di perut, menunjukkan
hernia di dinding abdomen.
13. Genitalia dan Rektum
a. Lubang anus ada atau tidak
b. Meconium dan urin sudah keluar atau belum
c. Testis sudah turun ke skrotum atau belum, jumlah skrotum 2, lubang
kencing ada atau tidak, letaknya di mana, hidrokel ada atau tidak;
d. Labia mayora menutupi labia minora, lubang vagina, adakah sekcret atau
bercak darah Pada bayi wanita, terkadang tampak adanya sekret atau
bercak darah dari vagina, hal ini disebabkan oleh pengaruh hormon ibu.
14. Ekstremitas atas
Kesimetrisan, bentuk dan ukuran, jumlah jari, ada selaput atau tidak, tampak
garis telapak tangan atau tidak
15. Ekstremitas bawah
Dislokasi kongenital, kesimetrisan, bentuk, ukuran, jumlah jari, ada selaput
atau tidak, tampak garis telapak kaki atau tidak Tes Ortolani dan Barlow positif
atau negatif
16. Punggung
Bentuk, adakah tonjolan di kulit, adakah celah, adakah rambut abnormal
17. Pemeriksaan Sistem Syaraf (Refleks Primitif)

a. Refleks rooting.
Reflek ini karena stimulasi taktil pd pipi dan daerah mulut, bayi akan memutar
kepala seakan-akan mencari puting susu. Pola perkembangan :menghilang di
usia 3 - 7 bulan. Bila tak ada respons: Bayi kurang bulan (prematur) atau
kemungkinan adanya kelainan sensorik
b. Reflek sucking
Reflek menghisap bila ada objek disentuhkan / dimasukkan ke mulut. Pola
perkembangan menghilang di usia 3 - 7 bln. Bila tdk ada respon : kelainan
saluran pernapasan dan kelainan pada mulut termasuk langit-langit mulut.

13
c. Refleks Moro/Startle.
Reflek di mana bayi akan mengembangkan tangan & jari lebar-lebar, lalu
mengembalikan dengan yg cepat seakan – akan memeluk jika tiba-tiba
dikejutkan oleh suara atau gerakan. Pola perkembangan hilang di usia 3 - 4
bulan. Bila tak ada respons, menunjukkan : fraktur atau cedera pada bagian
tubuh tertentu
d. Refleks menggenggam (Grasp)
Reflek yg timbul bila ibu jari diletakkan pd telapak tangan bayi, maka bayi akan
menutup telapak tangannya. Menghilang di usia 3-4 bulan. Bila tak ada
respons:menunjukkan kelainan pada saraf otak.
e. Reflek Plantar
Reflek yg timbul bila telapak kaki disentuh, maka bayi akan menutup telapak
kakinya. Menghilang di usia 8 bulan.
f. Reflek Babinski
Reflek bila ada rangsangan pd telapak kaki ibu jari akan bergerak ke atas & jari-
jari lain membuka. Pola perkembangan : menghilang di usia 1 - 2 tahun. Bila
tak ada respons: menunjukkan kelainan pada saraf otak (bila menetap).
g. Reflek Galant
Ketika bayi tengkurap goresan pd punggung menyebabkan pelvis membengkok
ke arah goresan. Pola perkembangan : hilang pd usia 2-3 bln.
h. Reflek tonic neck
Reflek jika bayi mengangkat leher & menoleh ke kanan / ke kiri jika diposisikan
tengkurap. Pola perkembangan : reflek ini dpt diamati sampai bayi berusia 3-
4 bln. Reflek ini tdk dpt dilihat pd bayi yg berusia 1 hari.
i. Reflek Walking & Stepping
Reflek timbul jika bayi dalam posisi berdiri akan ada gerakan spontan kaki
melangkah ke depan. Pola perkembangan : menghilang di usia 3- 4 bulan. Bila
tak ada respons:menunjukkan kelainan pada motorik kasar

14
2.2.3 Pemeriksaan pada Waktu Memulangkan
Yang perlu diperhatikan adalah:
a. TTV
b. Susunan Saraf Pusat: aktivitas bayi, ketegangan ubun2
c. Kulit: ikterus atau tidak
d. Abdomen: adakah tumor yang belum terdeteksi atau tidak
e. Tali pusat: ada infeksi atau tidak
f. Apakah bayi sudah bisa menyusu dengan baik

2.3 Asuhan Keperawatan Bayi Baru Lahir


(Terlampir)

15
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Bayi baru lahir normal adalah berat lahir antara 2500 - 4000 gram, cukup bulan, lahir
langsung menangis, dan tidak ada kelainan kongenital (cacat bawaan) yang berat.
(Kukuh Rahardjo, 2014).
Sedangkan, asuhan pada bayi baru lahir normal adalah asuhan yang diberikan pada
bayi baru lahir tersebut selama satu jam pertama setelah kelahiran, sebagian besar bayi
yang baru lahir akan menunjukkan usaha nafas spontan dengan sedikit bantuan.
(Prawirohardjo, 2009).
Neonatus bayi yang baru mengalami proses kelahiran dan harus menyesuaikan diri
dari kehidupan intra uterin ke kehidupan ekstra uterin. Beralih dari ketergantungan
mutlak pada ibu menuju kemandirian fisiologi. Tiga faktor yang mempengaruhi
perubahan fungsi dan proses vital neonatus yaitu maturasi, adaptasi dan toleransi. Selain
itu pengaruh kehamilan dan proses persalinan mempunyai peranan penting dalam
morbiditas dan mortalitas. Empat aspek transisi pada bayi baru lahir yang paling
dramatik dan cepat berlangsung adalah system pernafasan, sirkulasi, kemampuan
menghasilkan sumber glukosa.

16
DAFTAR PUSTAKA

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2010). Peraturan Menteri Kesehatan Republik


Indonesia Nomor 1464/MENKES/PER/X/2010. Jakarta :DepkesRI
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2011). Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta:
Depkes RI Dewi, Vivian Nanny Lia. (2010). Asuhan Neonatus bayi dan Anak Balita. Jakarta:
Salemba
Tengah Hidayat, A. Aziz Alimul. (2008). Pengantar Ilmu Kesehatan Anak untuk Pendidikan
Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika
Khoirunnisa, Endang. (2010). Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi dan Anak Balita.
Yogyakarta: Nuha Medika

17

You might also like