Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                

Unduhan Baru

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 8

Bul.

Agrohorti 6(1) : 42-49 (2018)

Peranan Pupuk Nitrogen dan Fosfor pada Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Belum
Menghasilkan Umur Tiga Tahun

Role of Nitrogen and Phosphorus Fertilizer on Oil Palm (Elaeis guineensis Jacq.) Three Years Old
Immature Tree

Jabal Albari, Supijatno*, dan Sudradjat

Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor


(Bogor Agricultural University), Jl. Meranti, Kampus IPB Darmaga, Bogor 16680, Indonesia
Telp. & Faks. 62-251-8629353 e-mail agronipb@indo.net.id
*Penulis Korespondensi : supijatno@yahoo.co.id

Disetujui : 15 Januari 2018 / Published Online 23 Januari 2018

ABSTRACT

The land will be limited to extending oil palm plantations now, so required increasing productivity
by improving the effectiveness and efficiency of fertilization. The purpose of this research was to study the
vegetative growth and production of young plants to produce fresh fruit bunches of oil palm on N and P
fertilizer, as well as to determine the optimum rate of N and P fertilizer on oil palm aged three years.
Research conducted at Block I, IPB-Cargill Jonggol Teaching Farm of Oil Palm, Jonggol, Bogor. This study
consisted of two separate experiments are role of nitrogen fertilizer and role of phosphorus fertilizer. The
experiment design was randomized block design with one factor as fertillizer rate. Nitrogen fertilizer
increased quadratically plant height, length frond, sterm girth, and leaf area on the oil palm aged three
years. The optimum rate of N fertilizer on oil palm aged three years was 572 g N plant-1 semester-1.
Phosphorus fertilizer increased quadratically length, girth, and the nutrients levels leaves on the oil palm
aged three years. The optimum rate of P fertilizer was 464 g P2O5 plant-1 semester-1.

Keywords : phisiology, morphology, producty, rate

ABSTRAK

Pada saat ini lahan semakin terbatas untuk ekstensifikasi dalam perluasan lahan perkebunan kelapa
sawit, oleh karena itu perlu adanya peningkatkan produktivitas melalui peningkatkan efektivitas dan
efesiensi penggunaan pupuk. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari respon pertumbuhan vegetatif dan
produksi terhadap pupuk N dan P, serta menentukan dosis optimal pupuk N dan P pada kelapa sawit umur
tiga tahun. Penelitian dilaksanakan di blok I, Kebun Pendidikan dan Penelitian Kelapa Sawit Jonggol IPB-
Cargill, Kecamatan Jonggol, Kabupaten Bogor. Penelitian ini terdiri atas dua percobaan terpisah yaitu
peran pupuk nitrogen dan peran pupuk fosfor . Rancangan percobaan menggunakan rancangan kelompok
lengkap teracak (RKLT) satu faktor yaitu dosis pemupukan. Pupuk nitrogen meningkatkan tinggi tanaman,
panjang pelepah, lingkar batang, dan luas daun secara quadratik. Dosis optimum pupuk N pada tanaman
kelapa sawit umur tiga tahun adalah 572 g N tanaman-1 semester-1. Pupuk fosfor meningkatkan panjang
pelepah, lingkar batang, dan kadar unsur hara P pada daun ke-17 secara quadratik. Dosis optimum pupuk P
pada tanaman kelapa sawit umur tiga tahun adalah 464 g P2O5 tanaman-1 semester-1.

Kata kunci : dosis, fisiologi, morfologi, produksi

Peranan Pupuk Nitrogen . . . 42


Bul. Agrohorti 6(1) : 42-49 (2018)

PENDAHULUAN RNA. Unsur P merupakan bagian penting dalam


proses fotosintesis dan metabolisme karbohidrat
Perkebunan kelapa sawit merupakan salah sebagai fungsi regulator pembagian hasil
satu sektor pertanian yang berkembang dengan fotosintesis antara sumber dan organ reproduksi,
cepat di Indonesia. Luas lahan perkebunan kelapa pembentukan inti sel, pembelahan dan
sawit di Indonesia pada tahun 2009 seluas 7.95 perbanyakan sel, pembentukan lemak dan
juta hektar dan pada tahun 2013 meningkat albumin, organisasi sel, dan pengalihan sifat-sifat
menjadi 10.46 juta hektar. Perkirakan pada tahun keturunan.
2015 menjadi 11,4 juta hektar. Indonesia Penelitian ini bertujuan untuk
menempati posisi pertama sebagai negara mempelajari respon pertumbuhan vegetatif dan
produsen minyak kelapa sawit (CPO) terbesar produksi kelapa sawit umur tiga tahun terhadap
dunia, dengan produksi 27.78 juta ton pada tahun pupuk N dan P serta menentukan dosis optimal
2013 (BPS, 2015). Kelapa sawit menjadi pupuk N dan P pada tanaman kelapa sawit belum
komoditas perkebunan penghasil devisa tertinggi menghasilkan umur tiga tahun (TBM-3).
di bidang pertanian. Komoditas ini menjadi idola
bagi petani perkebunan karena minyak nabati METODE PENELITIAN
yang dihasilkan tinggi dan harganya cukup stabil
di pasar. Penelitian dilaksanakan di blok I, Kebun
Lahan semakin terbatas dalam Pendidikan dan Penelitian Kelapa Sawit Jonggol
ekstensifikasi perkebunan kelapa sawit, oleh IPB-Cargill, Kecamatan Jonggol, Kabupaten
karena itu perlu adanya peningkatkan produksi Bogor. Lokasi terletak pada ketinggian 209 m dpl.
melalui intensifikasi. Salah satu upaya yang dapat Analisis jaringan daun dan analisis tanah
dilakukan adalah dengan meningkatkan dilaksanakan di laboratorium Departemen Ilmu
produktivitas melalui peningkatan efektivitas dan Tanah dan Sumber Daya Lahan, IPB. Penelitian
efesiensi penggunaan pupuk. Efektivitas dan dilaksanakan pada bulan Oktober 2015 sampai
efesiensi pemberian pupuk sangat penting dengan bulan Maret 2016. Bahan yang digunakan
dilakukan karena biaya pemupukan tanaman pada penelitian ini adalah tanaman kelapa sawit
kelapa sawit sangat besar yaitu 50%-70% dari varietas Damimas umur 30 bulan setelah tanam
biaya pemeliharaan dan 25% dari seluruh biaya (BST) yang telah ditanam pada tahun 2013, pupuk
produksi (Fairhurst et al., 2006). Penambahan Urea (45% N), SP-36 (36% P2O5), KCL (60%
unsur hara dapat meningkatkan pertumbuhan K2O) dan kapur pertanian. Alat yang digunakan
tanaman, produksi tanaman, dan kualitas produk terdiri atas neraca digital, oven, meteran dan
yang dihasilkan (PPKS, 2010). Kekurangan salah chlorophyll meter SPAD-502.
satu unsur hara akan menyebabkan terhambatnya Penelitian dilakukan dengan dua
pertumbuhan vegetatif serta penurunan produksi percobaan yang terpisah, yaitu peranan dosis
tanaman kelapa sawit. pupuk nitrogen dan peranan dosis pupuk fosfor.
Kebutuhan dosis pupuk untuk tanaman Pemupukan terdiri atas Urea dan SP-36.
kelapa sawit dipengaruhi umur tanaman dan jenis Rekomendasi dosis pemupukan Urea dan SP-36
tanah. Pada tanaman kelapa sawit umur tiga tahun optimum tanaman kelapa sawit tanaman belum
dengan jenis tanah mineral dosis pupuk untuk menghasilkan umur dua tahun (TBM-2) yang
Urea dan SP-36 yaitu 2 kg dan 1,5 kg tanaman-1 ditanam di daerah Jonggol adalah 2 kg Urea
tahun-1 (PPKS, 2010). Pemberian dosis pupuk tanaman-1 tahun-1 dan 2 kg SP-36 tanaman-1 tahun-
1
yang tepat akan meningkatkan pertumbuhan (Faustina 2015). Perlakuan percobaan dosis
vegetatif dan produktivitas tanaman kelapa sawit pemupukan nitrogen dan fosfor yang digunakan
dan meningkatkan efesiensi biaya produksi. berdasarkan dari rekomendasi penelitian
Unsur nitrogen dan fosfor merupakan dua sebelumnya.
unsur hara makro utama yang diperlukan untuk Percobaan pertama, peranan pupuk
pertumbuhan tanaman kelapa sawit. Nitrogen nitrogen yang dilakukan dengan menggunakan
pada tanaman berfungsi pada pembentukan rancangan kelompok lengkap teracak (RKLT)
protein, sintesis klorofil dan proses metabolisme. satu faktor yaitu dosis pemupukan Urea dengan
Nitrogen menyusun senyawa organik penting lima taraf perlakuan yaitu, 1) tanpa Urea (N0)
misalnya asam amino, protein dan asam nukleat sebagai kontrol; 2) 0,5 kg Urea tanaman-1
(Goh dan Hardter, 2010). Munawar (2011) semester-1 (N1); 3) 1 kg Urea tanaman-1 semester-1
menyatakan bahwa fosfor merupakan komponen (N2); 4) 1,5 kg Urea tanaman-1 semester-1 (N3);
struktural dari sejumlah senyawa molekul dan 5) 2 kg Urea tanaman-1 semester-1 (N4).
pentransfer energi ADP, ATP, NAD, NADH, Percobaan kedua, peranan pupuk fosfor yang
serta senyawa sistem informasi genetik DNA dan dilakukan dengan menggunakan RKLT satu

43 Jabal Albari, Supijatno, dan Sudradjat


Bul. Agrohorti 6(1) : 42-49 (2018)

faktor yaitu dosis pemupukan SP-36 dengan SPAD-502. Analisis jaringan daun dilakukan satu
empat taraf perlakuan yaitu, 1) tanpa SP-36 (P0) kali pada akhir penelitian dengan mengambil anak
sebagai kontrol; 2) 0,5 kg SP-36 tanaman-1 (P1); daun pelepah ke-17 seluruh tanaman. Anak daun
3) 1 kg SP-36 tanaman-1 (P2); 4) 1,5 kg SP-36 dibersihkan, dipisahkan dari tulang daunnya, dan
tanaman-1 (P3); dan 5) 2 kg SP-36 tanaman-1 dioven sebelum dianalisis kandungan haranya.
semester-1 (P4). Setiap perlakuan terdiri atas 3 Pengamatan produksi yaitu menghitung jumlah
ulangan sehingga terdapat 15 satuan percobaan, dan berat tandan buah kelapa sawit setiap
setiap satuan percobaan terdiri atas 5 tanaman dan tanaman.
setiap tanaman digunakan sebagai sampel. Analisis tanah dilakukan sebanyak dua
Penelitian merupakan bagian lanjutan dari kali. Analisis tanah awal dilakukan sebelum
penelitian berjudul Optimasi Pupuk Nitrogen dan pemupukan dengan mengambil contoh tanah
Fosfor pada Kelapa Sawit Belum Menghasilkan sedalam 20 cm di gawangan sebanyak tiga titik
Umur Dua Tahun. Perlakuan dilaksanakan pada pada setiap ulangan secara acak, sehingga total
bulan November 2015 (32 BST) dan pengamatan jumlah titik sampel sebanyak sembilan titik
dimulai pada bulan November 2015 (32 BST) sampel. Sampel tanah dikompositkan semuanya
sampai dengan bulan Maret 2016 (36 BST). kemudian dianalisis. Sampel tanah dianalisis sifat
Berdasarkan hasil rekomendasi sebelumnya maka fisik dan kimianya. Sifat kimia tanah meliputi :
pada tanaman kelapa sawit umur tiga tahun pH (H2O dan HCl), Kadar C-organik (Walkley
ditetapkan dosis pemupukan nitrogen dan fosfor &Black), N-total (Kjeldahl,), P (HCl 25% dan
dalam satu tahun, ½ dari dosis rekomendasi; Bray 1), Kapasitas Tukar Kation, Kejenuhan
sesuai dosis rekomendasi; 1½ dari dosis Basa, Al-dd, dan H-dd. Analisis kandungan hara
rekomendasi; dan 2 kali dari dosis rekomendasi. tanah akhir dilakukan dengan mengambil contoh
Percobaan pemupukan N dan P dilakukan tanah dalam piringan tanaman pada 36 BST
pada 32 BST, pemupukan menggunakan setengah dengan metode komposit pada perlakuan dan
dosis dari total pupuk yang diberikan dalam satu ulangan. Sampel tanah diambil di dalam piringan
tahun untuk setiap perlakuannya. Pemupukan pada kedalaman 0-20 cm, 20-40 cm dan 40-60 cm
telah dilaksanakan pada bulan November 2015. di bawah permukaan piringan. Analisis meliputi
Pada pemupukan unsur N menggunakan 0,5 kg total unsur hara makro N dan P. Contoh tanah
Urea (46% N) tanaman-1 semester-1, 1 kg Urea dikering udarakan, dihaluskan, dan diayak
tanaman-1 semester-1, 1,5 kg Urea tanaman-1 menggunakan saringan. Contoh tanah kemudian
semester-1, dan 2 kg Urea tanaman-1 semester-1. dianalisis di laboratorium Departemen Ilmu Tanah
Pemupukan unsur P menggunakan 0,5 kg SP-36 dan Sumber Daya Lahan, IPB.
(36% P2O5) tanaman-1 semester-1, 1 kg SP-36
tanaman-1 semester-1, 1,5 kg SP-36 tanaman-1 HASIL DAN PEMBAHASAN
semester-1, dan 2 kg SP-36 tanaman-1 semester-1.
Aplikasi pemupukan Urea dan SP-36 di dalam Kondisi Umum
alur pada radius 1 m dari pangkal batang tanaman
pada piringan. Penyerapan pupuk yang optimal oleh
Pemeliharaan piringan merupakan tanaman bergantung pada ketersediaan air dalam
kegiatan pengendalian gulma di sekitar pangkal tanah. Pada percobaan ini pemupukan dilakukan
batang tanaman membentuk lingkaran. Piringan pada bulan November ketika curah hujan
dipelihara dengan diameter berukuran 2 m dari mencapai 381 mm. Kondisi ini memungkinkan
tanaman dengan mengendalikan gulma dan pupuk dapat terserap dengan baik oleh tanaman.
tumbuhan selain tanaman pokok. Pengendalian Rata-rata curah hujan di lahan penelitian yaitu 156
gulma di piringan dilakukan menggunakan mm bulan-1, tertinggi pada bulan November 2015.
herbisida berbahan aktif isopropil amina glifosat. Pada bulan November hingga Maret saat curah
Aplikasi herbisida dilakukan sebelum pemupukan hujan optimal untuk pertumbuhan tanaman,
sebanyak satu kali dalam satu semester. pemberian pupuk N dan P memberikan respon
Pengamatan tanggap morfologi tanaman yang baik terhadap parameter tinggi tanaman,
meliputi 8 peubah yaitu: (1) tinggi tanaman; (2) lingkar batang dan panjang pelepah. Curah hujan
diameter pangkal batang; (3) jumlah pelepah; (4) terendah pada bulan Juni dan Juli 2015 masing-
panjang pelepah daun (rachis) ke-17; (5) panjang masing 4 mm dan 2 mm. Bulan kering terjadi
anak daun ke-17; (6) lebar anak daun; (7) jumlah selama 6 bulan, dari bulan Mei hingga bulan
anak daun ke-17 dan (8) luas daun ke-17 (m2). Oktober dengan curah hujan dibawah 50 mm
Pengamatan fisiologi terdiri atas 2 parameter yaitu bulan-1. Hal tersebut menyebabkan pemberian
tingkat kehijauan dan analisis jaringan daun. pupuk N dan P tidak memberikan respon yang
Tingkat kehijauan daun diukur menggunakan alat baik terhadap produksi buah kelapa sawit. Kondisi

Peranan Pupuk Nitrogen . . . 44


Bul. Agrohorti 6(1) : 42-49 (2018)

tersebut menjadi faktor pembatas berat pada Pemberian pupuk nitrogen pada kelapa
budidaya kelapa sawit. Jumlah bulan kering lebih sawit TBM-3 pada 36 BST berpengaruh nyata
dari 3 bulan merupakan faktor pembatas berat terhadap tinggi tanaman dan luas daun, dan sangat
pada budidaya kelapa sawit (Sugiyono, 2003). nyata pada lingkar batang dan panjang pelepah.
Jumlah curah hujan saat bulan April 2015 hingga Pemberian unsur N berpengaruh nyata terhadap
Maret 2006 pada lahan penelitian di jonggol yaitu tinggi tanaman, lingkar batang dan panjang
1.875 mm tahun-1. Jumlah curah hujan optimal pelepah pada 34 BST. Hasil produksi pada jumlah
pada tanaman kelapa sawit yaitu 2.000-2.500 mm janjang, bobot janjang dan bobot rata-rata janjang
tahun-1 (Koedadiri, 2003). tidak berpengaruh nyata terhadap pemberian
pupuk nitrogen pada umur 34 BST. Rekapitulasi
Peranan Pupuk Nitrogen Terhadap Tanaman uji F pengaruh pupuk nitrogen terhadap peubah
Kelapa Sawit TBM-3 morfologi, fisiologi dan produksi tanaman kelapa
sawit TBM-3 dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Rekapitulasi hasil uji F pengaruh pupuk nitrogen terhadap peubah morfologi, fisiologi dan produksi
pada tanaman kelapa sawit TBM-3
Respon perlakuan pupuk nitrogen
Waktu pengamatan
Morfologi Fisiologi Produksi
(BST)
TT LB JP PP LD KD KN JJ BJ BJR
32 ** * tn ** tn - - tn tn tn
33 - - - - - - - tn tn *
34 ** ** tn ** tn - - tn tn tn
35 - - - - - - - - - -
36 * ** tn ** * tn tn - - -
Keterangan: *: nyata pada α: 5%; **: nyata pada α: 1%; tn: tidak nyata pada α: 5%; - : tidak diamati; BST: bulan setelah tanam; TT:
tinggi tanaman; JP: jumlah pelepah; LB: lingkar batang; PP: panjang pelepah ke-17; LD: luas daun pelepah ke-17;
KD: kehijauan daun; KN: kadar hara N daun; JJ: jumlah janjang; BJ: bobot janjang; BJR: bobot janjang rata-rata

Tanggap Morfologi Tanaman. Pemberian signifikan pada tingkat kehijauan daun pada setiap
pupuk nitrogen terhadap tinggi tanaman taraf perlakuan. Semakin hijau warna daun
memberikan respon nyata kuadratik pada 36 BST, menunjukkan bahwa klorofil yang terkandung
dan memberikan respon sangat nyata kuadratik semakin tinggi. Pemberian pupuk N terhadap
pada 32 BST dan 34 BST. Jika dibandingkan kadar hara nitrogen pada daun pelepah ke-17 tidak
dengan kontrol, tinggi tanaman meningkat 8.3% berpengaruh nyata saat 36 BST. Kadar hara N
pada perlakuan dosis 450 g N tanaman-1 semester - daun pada pemberian berbagai dosis pupuk Urea
1
. Pada lingkar batang memberikan respon sangat yaitu sekitar 2.03-2.16%. Hasil ini lebih rendah
nyata kuadratik pada 34 dan 36 BST, dan respon dibandingkan kadar hara N yang optimum pada
nyata kuadratik pada 32 BST. Lingkar batang pelepah daun ke-17 tanaman kelapa sawit. Von
meningkat 13.04% dibanding kontrol pada Uexküll dan Fairhurst (1991) mengatakan bahwa
perlakuan 675 g N tanaman-1 semester -1 pada 36 kadar hara N optimum pada daun pelepah ke-17
BST. Pemberian pupuk N berpengaruh sangat tanaman kelapa sawit kurang dari enam tahun
nyata terhadap parameter lingkar batang saat setelah pindah tanam adalah sekitar 2.6-2.9%
pembibitan utama (Sudradjat et al., 2014). dengan batas kritis 2.5%.
Pemberian pupuk N terhadap panjang pelepah Kandungan Hara Tanah. Dinamika hara
memberikan respon sangat nyata kuadradtik pada adalah pergerakan suatu hara pada lapisan tanah
umur 32, 34 dan 36 BST. Panjang pelepah dengan kedalaman tertentu. Pengamatan dinamika
meningkat 8.73% dibanding kontrol pada hara dilakukan dengan mengambil sampel tanah
perlakuan 225 g N tanaman-1 semester -1. Pupuk N dengan tiga kedalaman 0-20 cm, 20-40 cm, dan
memberikan respon nyata kuadratik terhadap luas 40-60 cm yang diambil dari perlakuan yang
daun pada 36 BST. Luas daun meningkat 13.6% memberikan respon terbaik (675 g N tanaman-1
dibanding dengan kontrol pada perlakuan 675 g N semester-1) dan kontrol (0 g N tanaman-1 semester-
tanaman-1 semester -1. Nitrogen berperan dalam 1
) pada akhir pengamatan (36 BST). Pada
proses fotosintesis yang menghasilkan asimilat kedalaman 0-20 cm, kadar N perlakuan 675 g N
yang dibutuhkan tanaman saat fase pertumbuhan tanaman-1 semester-1 sebesar 0.21%, lebih tinggi
morfologi (Suharno et all., 2007). dibandingkan kontrol sebesar 0.19%. Pemberian
Tanggap Fisiologi Tanaman. Percobaan pupuk N meningkatkan kadar hara N dalam tanah
pupuk nitrogen tidak memberikan perbedaan yang dibandingkan perlakuan yang tidak diberikan
45 Jabal Albari, Supijatno, dan Sudradjat
Bul. Agrohorti 6(1) : 42-49 (2018)

pupuk N. Kadar hara menurun pada kedalaman Penentuan Dosis Optimum Pupuk
20-60 cm pada perlakuan 675 g tanaman-1 Nitrogen. Penentuan optimasi dosis pupuk
semester-1, hal ini mungkin terjadi karena ada nitrogen didasarkan pada parameter tinggi, lingkar
penyerapan unsur hara dalam tanah pada batang dan panjang pelepah yang memberikan
kedalaman tersebut. Jumlah akar terbanyak hasil cukup signifikan hingga 36 BST. Hal ini
ditemukan pada kedalaman tanah 20-60 cm dan berguna untuk menentukan besar dosis
absorpsi hara sering terjadi pada lapisan tersebut pemupukan selanjutnya. Berdasarkan perhitungan
(Tailliez, 1971). Pergerakan hara N tersedia persamaan regresi diperoleh hasil dosis optimum
dalam tanah dapat dilihat pada Tabel 2. pupuk nitrogen sebesar 572 g N tanaman-1
semester-1, sehingga dosis nitrogen untuk satu
Tabel 2. Kadar hara Nitrogen dalam tanah pada tahun yaitu 1 144 g N tanaman-1 tahun-1. Hasil ini
tanaman kelapa sawit TBM-3 saat umur lebih besar dari hasil optimasi pada TBM-2
36 BST dimana dosis optimum sebesar 879 g N tanaman-1
tahun-1 (Faustina, 2015). Hal ini membuktikan
Kadar N (%) bahwa penambahan umur tanaman meningkatkan
Kedalaman 0gN 675 g N jumlah unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman.
tanah (cm) tanaman-1 tanaman-1
Persamaan regresi dosis optimum pupuk
semester-1 semester-1
nitrogen pada tanaman kelapa sawit TBM-3
0-20 0.19 0.21 dapat dilihat pada Tabel 3.
20-40 0.17 0.17
40-60 0.14 0.17

Tabel 3. Persamaan regresi dosis optimum pupuk nitrogen pada kelapa sawit TBM-3
Umur Dosis optimum
Peubah Persamaan regresi R2
(BST) (g N tanaman-1 semester-1)
32 y = -0.00006x2 + 0.144x + 566.9 0.812 600
Tinggi
34 y = -0.00006x2 + 0.122x + 596.7 0.795 509
tanaman
36 y = -0.00005x2 + 0.089x + 629.3 0.759 445
32 y = -0.00002x2 + 0.051x + 231.2 0.794 638
Lingkar
34 y = -0.00002x2 + 0.058x + 235.1 0.946 725
batang
36 y = -0.00002x2 + 0.051x + 244.8 0.871 638
32 y = -0.00004x2 + 0.093x + 398.6 0.764 582
Panjang
34 y = -0.00004x2 + 0.084x + 416.1 0.787 525
pelepah
36 y = -0.00003x2 + 0.059x + 443.3 0.618 494
rataan 572

Peranan Pupuk Fosfor Terhadap Tanaman memberikan hasil yang berpengaruh sangat nyata
Kelapa Sawit TBM-3 terhadap lingkar batang, selain itu pemberian
pupuk fosfor juga memberikan hasil yang
Pemberian pupuk fosfor pada tanaman berpengaruh nyata pada panjang pelepah.
kelapa sawit TBM-3 pada waktu 36 BST

Tabel 4. Rekapitulasi hasil uji F pengaruh pupuk fosfor terhadap peubah morfologi, fisiologi dan
produksi pada tanaman kelapa sawit TBM-3
Waktu Respon perlakuan pupuk fosfor
pengamatan Morfologi Fisiologi Produksi
(BST) TT LB JP PP LD KD KP JJ BJ BJR
32 ** ** ** ** tn - - tn tn tn
33 - - - - - - - tn tn tn
34 * ** tn * tn - - tn tn tn
35 - - - - - - - - - -
36 tn ** tn * tn tn ** - - -
Keterangan: *: nyata pada α: 5%; **: nyata pada α: 1%; tn: tidak nyata pada α: 5%; - : tidak diamati; BST: bulan setelah tanam; TT:
tinggi tanaman; JP: jumlah pelepah; LB: lingkar batang; PP: panjang pelepah ke-17; LD: luas daun pelepah ke-17;
KD: kehijauan daun; KP: kadar hara P daun; JJ: jumlah janjang; BJ: bobot janjang; BJR: bobot janjang rata-rata

Peranan Pupuk Nitrogen . . . 46


Bul. Agrohorti 6(1) : 42-49 (2018)

Pada 32 BST pemberian fosfor Kandungan Hara Tanah. Pengamatan


berpengaruh sangat nyata terhadap tinggi dinamika hara dilakukan dengan mengambil
tanaman, lingkar batang, jumlah pelepah dan sampel tanah dengan tiga kedalaman 0-20 cm, 20-
panjang pelepah. Pemberian fosfor terhadap kadar 40 cm, dan 40-60 cm yang diambil dari perlakuan
hara P daun berpengaruh sangat nyata saat umur yang memberikan respon terbaik (540 g P2O5
36 BST. Rekapitulasi uji F pengaruh pupuk fosfor tanaman-1 semester-1) dan kontrol (0 g P2O5
terhadap peubah morfologi, fisiologi dan produksi tanaman-1 semester-1) pada akhir pengamatan (36
tanaman kelapa sawit TBM-3 dapat dilihat pada BST). Pada kedalaman 0-20 cm, kadar P2O5
Tabel 4. perlakuan pada 540 g P2O5 tanaman-1 semester-1
Tanggap Morfologi Tanaman. Pemberian sebesar 16.19% lebih tinggi dibandingkan kontrol
pupuk fosfor memberikan respon sangat nyata sebesar 12.53%. Pemberian pupuk P2O5
kuadratik pada tinggi tanaman saat 32 BST, dan meningkatkan kadar P2O5 dalam tanah
memberikan respon nyata kuadartik pada 34 BST. dibandingkan perlakuan yang tidak diberikan
Jika dibandingkan kontrol, tinggi tanaman pupuk P2O5. Kadar hara menurun pada kedalaman
meningkat 10.68 % pada perlakuan 540 g P2O5 20-60 cm pada perlakuan 540 g P2O5 tanaman-1
tanaman-1 semester-1 pada 36 BST. Pemberian semester-1, hal ini mungkin terjadi karena ada
pupuk fosfor memberikan respon nyata kuadratik penyerapan unsur hara dalam tanah pada
terhadap pertambahan jumlah pelepah pada 32 kedalaman tersebut. Pergerakan hara P2O5 tersedia
BST. Pertambahan jumlah pelepah meningkat dalam tanah dapat dilihat pada Tabel 5.
1.62% dibanding kontrol pada perlakuan dosis
pupuk 540 g P2O5 tanaman-1 semester-1 pada 36 Tabel 5. Kadar hara fosfor dalam tanah pada
BST. Pemberian berbagai dosis pupuk fosfor tanaman kelapa sawit TBM-3
memberikan respon sangat nyata kuadratik
terhadap lingkar batang pada umur 32 hingga 36 Kadar P2O5 (%)
BST. Pada lingkar batang pemberian pupuk fosfor Kedalaman 0 g P2O5 540 g P2O5
memberikan respon yang baik. Peningkatan
tanah (cm) tanaman-1 tanaman-1
-1
lingkar batang sebesar 10.39% dibanding dengan semester semester-1
kontrol pada dosis pupuk 360 g P2O5 tanaman-1 0-20 12,53 16,19
semester-1 pada 36 BST. Pemberian unsur P2O5 20-40 12,32 12,71
memberikan respon sangat nyata quadratik 40-60 14,16 14,59
terhadap panjang pelepah tanaman saat umur 32
BST dan respon nyata quadratik pada 34 dan 36 Penentuan Dosis Optimum Pupuk Fosfor.
BST. Panjang pelepah meningkat 9.86% Penentuan optimasi dosis pupuk fosfor didasarkan
dibanding kontrol pada perlakuan 540 g P2O5 pada lingkar batang dan panjang pelepah yang
tanaman-1 semester-1 pada 36 BST. memberikan hasil cukup signifikan hingga 36
Tanggap Fisiologi Tanaman. Pemberian BST. Berdasarkan perhitungan persamaan regresi
pupuk P2O5 tidak memberikan perbedaan yang diperoleh hasil dosis optimum pupuk kalium
signifikan pada tingkat kehijauan daun pada sebesar 464 g P2O5 tanaman-1 semester-1 sehingga
masing-masing taraf perlakuan. Pemberian dosis dosis nitrogen untuk satu tahun yaitu 928 g P2O5
pupuk fosfor menunjukan respon sangat nyata tanaman-1 tahun-1. Hasil ini lebih besar
kuadratik pada kadar hara P2O5 pada daun pelepah dibandingkan hasil optimasi pada TBM-2 dimana
ke-17 saat 36 BST. Kadar hara P pada daun dosis optimum sebesar 604 g P2O5 tanaman-1
terbilang cukup tinggi, pada dosis 180-720 g tahun-1 (Faustina, 2015). Hal ini membuktikan
tanaman-1 semester-1 dengan konsentrasi yaitu bahwa penambahan umur tanaman meningkatkan
sekitar 0.93-1.06%. Ochs dan Olivin (1977) jumlah unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman.
mengatakan bahwa kadar hara P2O5 optimum Persamaan regresi dosis optimum pupuk fosfor
pada daun pelepah ke-17 tanaman kelapa sawit pada tanaman kelapa sawit TBM-3 dapat dilihat
kurang dari enam tahun setelah pindah tanam pada Tabel 6.
adalah sekitar 0.16-0.19% dengan batas kritis
0.15%.

47 Jabal Albari, Supijatno, dan Sudradjat


Bul. Agrohorti 6(1) : 42-49 (2018)

Tabel 6. Persamaan regresi dosis optimum pupuk fosfor pada kelapa sawit TBM-3
Umur Dosis optimum
Peubah Persamaan regresi R2
(BST) (g P2O5 tanaman-1 semester-1)
32 y = -0,00003x2 + 0,059x + 231,5 0,745 492
Lingkar
34 y = -0,00005x2 + 0,085x + 237,9 0,764 425
batang
36 y = -0,00003x2 + 0,051x + 244,2 0,822 425
32 y = -0,00007x2 + 0,117x + 395,4 0,865 418
Panjang
34 y = -0,00004x2 + 0,085x + 411,7 0,962 532
pelepah
36 y = -0,00004x2 + 0,079x + 431,1 0,762 494
rata-rata 464

Pembahasan Umum menurun, sehingga tekanan kearah luar dinding


sel menjadi menurun. Hal ini mengakibatkan
Hasil tidak berpengaruh nyata pada terganggunya pembesaran dan pembelahan sel
sebagian parameter morfologi, fisiologi dan yang akan menghambat pertumbuhan pada
produksi mungkin dikarenakan faktor curah hujan jaringan tanaman (Darmosarkoro et al., 2003).
saat bulan kering yang terjadi pada bulan Mei Menurut Voet dan Voet (1995), kekurangan air
hingga bulan Oktober 2015. Pada bulan tersebut mempengaruhi penyerapan unsur hara menjadi
tanaman kelapa sawit mengalami stres defisit air berkurang, proses fisiologi dan distribusi asimilat
yang mempengaruhi pertumbuhan dan terganggu, dan neto fotosintesis menurun.
perkembangan tanaman. Faktor curah hujan Percobaan pupuk nitrogen dan fosfor
merupakan salah satu faktor lingkungan yang memberikan hasil dosis optimal pada pemupukan
dapat mempengaruhi pertumbuhan dan tanaman kelapa sawit TBM-3. Dosis yang didapat
perkembangan tanaman kelapa sawit. Faktor lebih tinggi dari dosis rekomendasi pada
jumlah curah hujan sangat penting terhadap penelitian yang dilakukan pada kelapa sawit
pertumbuhan dan perkembangan tanaman kelapa TBM-1 dan TBM-2. Perbandingan antara dosis
sawit. Pada musim kering penyerapan air terbatas rekomendasi dosis optimum TBM-1 dan dosis
atau terhenti, hal tersebut juga menyebabkan optimum TBM-2 dengan dosis optimum kelapa
penyerapan unsur N dan P terbatas atau terhenti. sawit TBM-3 dapat dilihat pada Tabel 7.
Kekurangan air mengakibatkan tekanan turgor sel

Tabel 7. Perbandingan antara dosis rekomendasi dosis optimum TBM-1 dan dosis optimum TBM-2 dengan
dosis optimum kelapa sawit TBM-3
Pupuk Dosis optimum Dosis optimum TBM- Dosis optimum TBM-
(g tanaman-1 tahun-1) TBM-1a 2b 3c
N 920 879 1.144
P2O5 630 604 928
a
Keterangan: : dosis optimum hasil penelitian kelapa sawit TBM-3 (Shintarika, 2015) ; TBM-1 berdasarkan PPKS;b: dosis
optimum hasil penelitian kelapa sawit TBM-2(Faustina, 2015) ; c: dosis optimum hasil penelitian kelapa sawit
TBM-3

KESIMPULAN
Badan Pusat Statistik [BPS]. 2015. Luas Areal
Pupuk nitrogen meningkatkan tinggi Perkebunan Kelapa Sawit. [internet].
tanaman, panjang pelepah, lingkar batang, dan [diunduh 2015 Nov 20]. Tersedia pada
luas daun secara quadratik pada kelapa sawit http://www.bps.go.id.
belum menghasilkan umur tiga tahun (TBM-3).
Dosis optimum berdasarkan pada tanaman, Darmosarkoro, W., Harahap, I. Y., Syamsudin, E.
panjang pelepah, lingkar batang, dan luas daun 2003. Kultur teknis pada tanaman kelapa
572 g N tanaman-1 semester-1. Pupuk fosfor sawit pada kondisi kekeringan dan upaya
meningkatkan panjang pelepah, lingkar batang, penanggulangannya. Hal. 228-243. Dalam
dan kadar unsur hara P pada daun ke-17 secara W. Darmosarkoro, E. S. Sutarta, dan
quadratik pada kelapa sawit TBM-3. Dosis Winarna (Eds). Lahan dan Pemupukan
optimum berdasarkan pada panjang pelepah dan Kelapa Sawit. Pusat Penelitian Kelapa
lingkar batang 464 g P2O5 tanaman-1 semester-1. Sawit, Medan.

DAFTAR PUSTAKA

Peranan Pupuk Nitrogen . . . 48


Bul. Agrohorti 6(1) : 42-49 (2018)

Fairhurst, T.H., Caliman, J.P., Hardter, R., Witt, Shintarika, F., Sudradjat, Supijatno. 2015.
C. 2006. Kelapa sawit: kelainan hara dan Optimasi Dosis Pupuk Nitrogen dan Fosfor
pengelolaannya. Potash and Phosphate pada Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis
Institute (PPI), Potash and Phosphate guineensis Jacq.) Belum Menghasilkan
Institute of Canada (PPIC), International Umur Satu Tahun. J. Agron. Indonesia 43
Potash Institute (IPI), French Agricultural (3) : 250 – 256
Research Centre for International
Development (CIRAD). Sudradjat, Darwis, A., Wachjar, A. 2014.
Optimasi dosis pupuk nitrogen dan fosfor
Faustina, E., Sudradjat, Supijatno. 2015. pada bibit kelapa sawit (Elaeis guineensis
Optimization of Nitrogen and Phosphorus Jacq.) di pembibitan utama. J. Agron.
Fertilizer on Two Years Old of Oil Palm Indonesia. 42 (3) : 222 – 227.
(Elaeis guineensis Jacq.). Asian Journal
of Applied Sciences. Vol. 03 - Issue 03, Sugiyono, Harahap, I.Y., Winarna, Koedadiri, A.
June 2015. D., Purba, A., Purba, P. 2003. Penilaian
kesesuaian lahan. Hal. (1)2-(1)3.
Goh, J.K., Hardter, R. 2010. General Oil Palm Dalalam: Buana L., Siahaan D. dan
Nutrition. International Potash Institute Adiputra S. (Eds). Kultur Teknis Kelapa
Kassel. Germany. sawit. Pusat Penelitian Kelapa Sawit,
Medan.
Koedadiri, A. D., Darmosarkoro, W., Sutarta, E.
S. 2003. Potensi dan pengelolaan tanah Suharno, I., Mawardi, Setiabudi, N., Lunga, S.,
ultisol pada beberapa wilayah perkebunan Tjitrosemito. 2007. Efisiensi penggunaan
kelapa sawit di Indonesia. Hal. 1-13. nitrogen pada tipe vegetasi yang bereda di
Kultur teknis pada tanaman kelapa sawit stasiun penelitian taman nasional gunung
pada kondisi kekeringan dan upaya halimun Jawa Barat. Biodiversitas. 8:
penanggulangannya. Hal. 228-243. 287-294.
Dalam W. Darmosarkoro, E. S. Sutarta,
dan Winarna (Eds). Lahan dan Tailliez, B. 1971. The root system of the oil palm
Pemupukan Kelapa Sawit. Pusat on the San Alberto plantation in
Penelitian Kelapa Sawit, Medan. Colombia. Oleagineux. 26:435-448.

Munawar, A. 2011. Kesuburan Tanah dan Nutrisi Voet, D., Voet, J. G. 1995. Biochemistry. 2 Ed.
Tanaman. Bogor (ID): IPB Press. New York (US): John Wiley & Son Inc.

Ochs, R., Olivin, J. 1977. Le diagnostic foliaire Von Uexküll, H. R., Fairhurst, T. H. 1999.
pour le controle de la nutrition Fertilizing for high yield and quality the
desplantations de palmiers à huile: oil palm. Dalam: Fairhurst TH dan Mutert
Prélèvement des échantillions foliares. E. Interpretation and management of oil
Oléagineux. 32(5):211-216. palm leaf analysis data. Better Crops
International.13:48-51.
Pusat Penelitian Kelapa Sawit [PKKS]. 2010.
Budidaya Kelapa Sawit. PPKS. Medan.

49 Jabal Albari, Supijatno, dan Sudradjat

You might also like