Efektivitas Fitoremediator Lemna Perpusilla Pada Media Budidaya Ikan Gurami Bersalinitas 3 PPT The Effectiveness of Lemna Perpusilla As Phytoremediation Agent in Giant Gourami Culture Media On 3
Efektivitas Fitoremediator Lemna Perpusilla Pada Media Budidaya Ikan Gurami Bersalinitas 3 PPT The Effectiveness of Lemna Perpusilla As Phytoremediation Agent in Giant Gourami Culture Media On 3
Efektivitas Fitoremediator Lemna Perpusilla Pada Media Budidaya Ikan Gurami Bersalinitas 3 PPT The Effectiveness of Lemna Perpusilla As Phytoremediation Agent in Giant Gourami Culture Media On 3
Artikel Orisinal
Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor
Kampus IPB Dramaga Bogor, Jawa Barat 16680
*Surel: kukuhnirmala@yahoo.com
ABSTRACT
The wasted from feed and feces containt nitrogen and phosphorus can decreased fertility and feability water quality.
Lemna perpusilla (duckweed) is prospective to use as an agent of phytoremediation of organic waste and can used
as animal feed because it has high protein content. Meanwhile water salinity could be accelerate the growth of
giant gourami. The aim of this research was to analyze the ability of L. perpusilla in absorbing nutrients nitrogen
and phosphorus in water salinity of 3 ppt. The research was conducted four treatments and three replications. The
treatments were A (L. perpusilla and 3 ppt salinity), B (L. perpusilla, 3 ppt salinity and filter), C (L. perpusilla,
3 ppt salinity and aeration), and D (L. perpusilla, 3 ppt salinity, filter and aeration). Experiment were carried in
aquaria 50×33×50 cm3 in size with density of gourami fish 150/49.5 L for one month. The results showed that
the ability of L. perpusilla to absorb N and P decreased from the beginning of the study due to lack of nutrient
source of N and P in the aquaculture media, but increased because the impact of the feeding and metabolism of
the gourami. There was no different treatment effect for decreased N and P (P> 0.05). The highest nitrite level was
found in D treatment, it means that L. perpusilla not be able to absorb N and P in the media 3 ppt salinity. However,
the addition of 3 ppt salinity gives the best results for the survival rate and feed efficiency ratio.
Keywords: phytoremediation, Lemna perpusilla, giant gourami fish, nitrogen and phosphorus
ABSTRAK
Limbah pakan dan feses yang mengandung nitrogen dan fosfor dapat menyebabkan penurunan kesuburan dan
kelayakan kualitas air. Lemna perpusilla (duckweed) baik digunakan sebagai agen fitoremediasi organik untuk
limbah dan dapat digunakan sebagai pakan hewan karena mengandung protein yang tinggi, sementara media
bersalinitas mampu mempercepat pertumbuhan ikan gurami. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis
kemampuan L. perpusilla dalam mengabsorbsi nutrisi nitrogen dan fosfor pada air bersalinitas 3 ppt. Penelitian
ini terdiri atas lima perlakuan dan tiga ulangan. Perlakuan yang diberikan adalah A (L. perpusilla dan salinitas 3
ppt), B (L. perpusilla, salinitas 3 ppt dan filter), C (L. perpusilla, salinitas 3 ppt dan aerasi), dan D (L. perpusilla,
salinitas 3 ppt, aerasi dan filter). Akuarium yang digunakan berukuran 50×33×50 cm3 dengan kepadatan ikan
gurami 150 ekor/49,5 L dan waktu pemeliharaan selama satu bulan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
kemampuan L. perpusilla menyerap limbah N dan P berkurang dari awal penelitian karena kurangnya sumber
nutrisi N dan P pada media pemeliharaan, namun beranjak meningkat yang berdampak dari adanya pemberian
pakan dan sisa metabolisme dari ikan gurame. Tidak ada perlakuan yang berpengaruh terhadap pengurangan N
dan P (P>0,05). Nilai nitrit tertinggi terdapat pada perlakuan D, hal ini berarti bahwa L. perpusilla tidak mampu
untuk menyerap limbah N dan P pada media bersalinitas 3 ppt. Namun penambahan salinitas 3 ppt memberikan
hasil yang terbaik bagi derajat kelangsungan hidup ikan gurami dan efisiensi pakan.
Kata kunci: fitoremediasi, Lemna perpusilla, ikan gurami, nitrogen dan fosfor
perpusilla (g)
0,30
0,20
NitrogenL.L.perpusilla
FosforL.L.perpusilla
0,25
0,15 0,20
0,15
0,10
0,10
Nitrogen
Fosfor
0,05 0,05
0,00 0,00
A
A B
B C
C D
D E
E A
A B
B C
C D
D EE
Perlakuan
Perlakuan Perlakuan
Perlakuan
Gambar 1. Jumlah nitrogen Lemna perpusilla. Gambar 2. Jumlah fosfor Lemna perpusilla. Perlakuan
Perlakuan A (L. perpusilla, filter dan aerasi), B (L. A (L. perpusilla, filter dan aerasi), B (L. perpusilla,
perpusilla, salinitas 3 ppt), C (L. perpusilla, salinitas salinitas 3 ppt), C (L. perpusilla, salinitas 3 ppt dan
3 ppt dan aerasi), D (L. perpusilla, salinitas 3 ppt dan aerasi), D (L. perpusilla, salinitas 3 ppt dan filter) dan
filter) dan E (L. perpusilla, salinitas 3 ppt, filter dan E (L. perpusilla, salinitas 3 ppt, filter dan aerasi).
aerasi).
Alexander Burhani Marda et al. / Jurnal Akuakultur Indonesia 14 (2), 122–127 (2015) 125
L. perpusilla yang ditebar tidak mengalami 0,062 mg N/biomassa/hari, dan nilai terendah
kematian seluruhnya, beberapa dapat bertahan terdapat pada perlakuan B (L. perpusilla,
hingga akhir penelitian. Penambahan kandungan salinitas 3 ppt, dan filter) dengan nilai 0,048 mg
pada akhir penelitian dikarenakan kemampuan P/biomassa/hari. Nilai ini lebih kecil dari hasil
L. perpusilla untuk bertahan pada media pengukuran yang dilakukan oleh Chrismada dan
bersalinitas 3 ppt, banyak kandungan N yang Mardiyati (2011) yaitu sebesar 3,9 mg N-NO3/
masuk melalui pakan yang tidak termakan, serta m2/hari dan 6,7 mg P-PO4 m2/hari pada air waduk
N yang dihasilkan oleh sisa ekskresi dan N yang Saguling. Hal ini disebabkan karena perbedaan
berasal dari insang ikan. biomassa yang terdapat pada waduk berbeda
Limbah organik berupa unsur P pada dengan yang terdapat pada air akuarium selama
media pemeliharaan juga dimanfaatkan oleh pemeliharaan. Selain itu, rendahnya penyerapan
L. perpusilla. Fungsi P pada tanaman untuk N pada perlakuan oleh L. perpusilla dikarenakan
petumbuhan akar, memperkuat batang dan penggunaan filter dan aerasi pada perlakuan.
mempercepat pertumbuhan daun. Kandungan P Perlakuan A (L. perpusilla dan salinitas 3 ppt)
pada L. perpusilla selama masa pemeliharan 30 tidak menggunakan aerasi dan filter juga masih
hari mengalami penurunan di setiap perlakuan memiliki penyerapan N dan P yang rendah
(Gambar 2). Penurunan kandungan P pada L. karena dipengaruhi oleh salinitas. Penggunaan
perpusilla dikarenakan berkurangnya daya serap aerasi dan filter memengaruhi kualitas air yang
L. perpusilla akibat penambahan salinitas, L. dapat mereduksi limbah buangan pada wadah
perpusilla mengalami kematian dan terjadinya pemeliharaan. Sehingga, limbah yang seharusnya
perebutan P antara ikan gurami dan L. perpusilla. termanfaatkan oleh L. perpusilla sudah tereduksi
Hasil uji statistik P pada H-10 dan H-20, terlebih dahulu oleh penggunaan aerasi dan filter.
menyatakan bahwa adanya perbedaan nyata Salinitas 3 ppt yang diberikan pada penelitian
antar perlakuan (P<0,05). Namun, hasil uji ini memengaruhi penyerapan limbah N dan P
statistik kandungan P pada H-30 menyatakan oleh Lemna perpusilla. Umumnya, tanaman
tidak terdapat perbedaan nyata (P>0,05) di setiap air tawar tidak toleran terhadap peningkatan
perlakuan. Hal ini terjadi karena L. perpusilla salinitas. Salinitas dapat memengaruhi
mengalami kematian, kurangnya asupan P pada berkurangnya pertumbuhan dan perkembangan
media pemeliharaan, dan terjadinya kompetisi P dari akar dan daun pada tumbuhan air, selain
antara ikan dan L. perpusilla. itu salinitas dapat menghambat dan menjadi
Jika kemampuan L. perpusilla dalam toksik bagi benih dan tanaman air, tanaman akan
menyerap N dan P dihitung per hari selama mengalami defisit air dan ketidakseimbangan
masa pemeliharaan, maka diperoleh kandungan serapan dan transpor nutrisi terutama peran
L. perpusilla tertinggi pada perlakuan A (L. kalsium dalam meningkatkan tingkat toleransi
perpusilla, dan salinitas 3 ppt) dengan nilai tanaman terhadap salinitas, tanaman yang tidak
(%)(%)
1,40 120
c c c
Hidup
1,20
c 100
Kelangsungan Hidup
1,00 b 80
(g/L)
b b
Kelangsungan
(g/L)
0,80
60 a a
Nitrat
0,60
Nitrat
0,40
a 40
0,20 20
0,00 0
A B C D E A B C D E
Perlakuan
Perlakuan Perlakuan
Perlakuan
Perlakuan
Gambar 3. Nilai nitrat pada media pemeliharaan. Gambar 4. Kelangsungan hidup ikan gurame.
Perlakuan A (L. perpusilla, filter dan aerasi), B (L. Perlakuan A (L. perpusilla, filter dan aerasi), B (L.
perpusilla, salinitas 3 ppt), C (L. perpusilla, salinitas perpusilla, salinitas 3 ppt), C (L. perpusilla, salinitas
3 ppt dan aerasi), D (L. perpusilla, salinitas 3 ppt dan 3 ppt dan aerasi), D (L. perpusilla, salinitas 3 ppt dan
filter) dan E (L. perpusilla, salinitas 3 ppt, filter dan filter) dan E (L. perpusilla, salinitas 3 ppt, filter dan
aerasi). aerasi).
126 Alexander Burhani Marda et al. / Jurnal Akuakultur Indonesia 14 (2), 122–127 (2015)
bersifat toleran terhadap salinitas disebut sebagai menimbulkan perbedaan tekanan lingkungannya.
tanaman natrofobik. Hal inilah yang kemudian Akibatnya larutan garam masuk ke dalam jaringan
menyebabkan pertumbuhan L. perpusilla menjadi tubuh ikan melalui membran semipermiabel
berkurang dan menyebabkan kematian selama dalam jumlah yang berlebihan, sehingga cairan
masa pemeliharaan. tubuh ikan menjadi lebih pekat. Semakin pekat
Secara umum, telah diketahui bahwa tanaman cairan dalam tubuh benih ikan maka kemampuan
air menyerap nitrat, di mana nitrat merupakan darah untuk mengikat DO menjadi berkurang,
sumber nutrisi bagi tanaman selain fosfor. akibatnya ikan tersebut mati (Wahyurini, 2012).
Kandungan nitrat pada perlakuan D (L. perpusilla, Perlakuan A (L. perpusilla dan salinitas)
salinitas 3 ppt, aerasi, dan filter) memiliki nilai menghasilkan nilai derajat kelangsungan hidup
nitrat 1,15 mg/L, hasil tersebut merupakan nilai (DKH) terendah yaitu 45,0±10,00% (Gambar
tertinggi dibandingkan dengan perlakuan lainnya 4), dari nilai tersebut dapat diketahui bahwa
(Gambar 3). Tingginya nilai nitrat disebabkan penggunaan L. perpusilla pada media salinitas
tingginya kandungan kelarutan oksigen, sehingga kurang mendukung ketersediaan oksigen dan
L. perpusilla tidak dapat menyeimbangkan kelangsungan hidup pada ikan gurami. Meskipun
antara perubahan nitrit menjadi nitrat dengan ikan gurami memiliki labirin yang dapat
laju penyerapan nitrat untuk dijadikan sumber mengambil oksigen langsung dari udara, namun
nutrisi, sehingga nitrat pada media mengalami salinitas juga memengaruhi kebutuhan oksigen
peningkatan. Sebaliknya, rendahnya kandungan ikan. Selain itu, meskipun pada siang hari L.
nitrat terdapat pada perlakuan A (L. perpusilla dan perpusilla dapat menyuplai kebutuhan oksigen
salinitas 3 ppt). Hal tersebut juga memengaruhi di perairan, namun pada saat malam hari akan
penyerapan nitrat karena L. perpusilla harus terjadi kompetisi oksigen antara L. perpusilla dan
bisa mempertahankan dirinya dengan media air ikan gurami dibandingkan dengan perlakuan yang
bersalinitas. L. perpusilla memanfaatkan dua diberikan tambahan aerasi ataupun filter. Selain
sumber nutrisi bagi kelangsungan hidupnya itu DO juga merupakan faktor penting di mana
yaitu amonia dan nitrat. Tanaman air termasuk dibutuhkan oleh biota akuatik serta dibutuhkan
L. perpusilla dapat memanfaatkan amonia yaitu juga untuk proses perubahan amonia menjadi
dengan cara memutus reaksi kima NH4+ menjadi nitrit sebanyak 1,5 mg/L dan dari nitrit menjadi
NO2–, sehingga tidak ada nitrit dan nitrat yang nitrat sebanyak 0,5 mg/L (Robertson, 2007).
terbentuk. Nilai pH selama masa pemeliharaan
Nilai TSS pada perlakuan B (L. perpusilla didapatkan sebesar 6,69–7,26. Nilai pH ini
dan salinitas 3 ppt) memberikan hasil yang dipengaruhi oleh aktivitas biologis fotosintesis
berbeda nyata (P<0,05) dibandingkan dengan dan respirasi dari L. perpusilla serta keberadaan
perlakuan lain yang terdapat aerasi dan filter. ion-ion wadah pemeliharaan. Perubahan pH juga
Hal ini menunjukkan bahwa TSS berpengaruh memengaruhi pertumbuhan dan aktivitas biologis
terhadap pergerakan dan penyerapan air dari pada L. perpusilla dan ikan gurami. Nilai pH
aerasi dan filter. Perubahan nilai TSS tidak selalu yang tinggi akan meningkatkan persentase dari
diikuti oleh naik turunnya nilai kekeruhan. Hal amonia yang tidak terionisasi dan meningkatkan
ini dikarenakan bahan-bahan yang menyebabkan
kekeruhan perairan dapat terdiri atas bahan yang a
Pakan
50 a a a
PemberianPakan
45
sifat dan beratnya berbeda sehingga tidak terlalu 40
b
tergambarkan dalam bobot residu TSS yang 35
EfesiensiPemberian
sebanding. 30
25
Kandungan DO pada penelitian ini berkisar 20
antara 4,89–6,37 mg/L. Hasil uji statistik 15
Efisiensi
10
menyatakan bahwa perlakuan B tidak berbeda 5
nyata terhadap perlakuan A, C, dan D, namun 0
perlakuan A berbeda nyata dengan perlakuan A B C D E
kecepatan pengendapan fosfat di perairan (Boyd, dengan Hydrilla verticillata dalam remediasi
1990). logam Cu pada limbah electroplating. Jurnal
Pakan merupakan salah satu unsur penting Sains dan Seni Pomits 2: 240–245.
dalam kegiatan budidaya yang menunjang Hadiyanto, Christwardana M. 2012.
pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan Aplikasi fitoremediasi limbah jamu dan
budidaya. Pemberian pakan yang efisien pemanfaatannya untuk produksi protein.
diharapkan dapat menghemat biaya produksi Jurnal Ilmu Lingkungan 10: 129–134.
dan pertumbuhan ikan maksimal. Nilai efisiensi Indah LS, Hendrarto B, Soedarsono P. 2014.
pemberian pakan (EPP) penelitian ini adalah Kemampuan enceng gondok Eichhornia sp.
40,44–43,48 g (Gambar 5). Nilai dari EPP ini dan kayu apu Pistia sp. dalam menurunkan
akan merujuk kepada nilai food conversion ratio bahan organik limbah industri tahu (skala
(FCR), di mana FCR biasanya digunakan dalam laboratorium). Diponegoro Journal of
literatur budidaya merujuk ke banyaknya pakan Maquares 3: 1–6.
yang dibutuhkan untuk menghasilkan 1 kg daging Juhaeti T, Syarif F, Hidayati N. 2005. Inventarisasi
ikan. Semakin rendah nilai FCR maka semakin tumbuhan potensial untuk fitoremediasi lahan
efisien juga pakan yang diberikan pada ikan dan air terdegradasi penambangan emas.
(Widiarto et al., 2012). Nilai FCR pada penelitian Jurnal Biodiversitas 6: 31–33.
ini adalah, 2,30–2,47. Hasil statistik menyatakan Nirmala K, Rasmawan. 2010. Kinerja
bahwa tidak ada perbedaan nyata pada nilai pertumbuhan ikan gurami Osphronemus
FCR. Hal ini dapat diartikan bahwa penambahan gouramy Lac. yang dipelihara pada media
salinitas 3 ppt pada media pemeliharan dapat bersalinitas dengan paparan medan listrik.
mempercepat proses pertumbuhan ikan gurami. Jurnal Akuakultur Indonesia 9: 46–55.
Hal ini dikarenakan ikan berada pada kondisi Robertson GP, Groffman PM. 2007. Nitrogen
isoosmotik. transformation. In: Paul EA (ed). Soil
Microbiology, Biochemistry, and Ecology.
KESIMPULAN New York, USA: Springer. Hlm. 341–364.
Sumiyati S, Handayani DS, Hartanto W. 2009.
Penambahan aerasi dan top filter memberikan Pemanfaatan hidrilla Hydrilla verticillain
pengaruh yang berbeda di setiap perlakuan. untuk menurunkan logam tembaga (Cu) dalam
Perlakuan C (L. perpusilla, salinitas 3 ppt dan limbah elektroplating studi kasus: industri
aerasi) merupakan perlakuan terbaik dilihat kerajinan perak Kelurahan Citraan Kota Gede.
dari persentase derajat kelangsungan hidup Jurnal Presipitasi 7: 23–24.
untuk budidaya ikan gurami dengan nilai 95%. Wahyurini ET. 2012. Pengaruh perbedaan
Perlakuan D (L. perpusilla, salinitas 3 ppt, filter salinitas air terhadap tingkat kelangsungan
dan aerasi) menjadi perlakuan dengan kandungan hidup benih ikan nila merah Oreochromis
N tertinggi pada akhir penelitian yaitu 0,14 g N niloticus. Jurnal Agromix 1: 87–97.
dan perlakuan B (L. perpusilla, salinitas 3 ppt dan Widiarto AS, Purwoko BAP, Murwono D. 2012.
filter) untuk kandungan P tertinggi yaitu 0.18 g P. Pakan apung artifisial untuk budidaya ikan
lele pengaruh NAIC dan nutrisi terhadap
DAFTAR PUSTAKA pertumbuhan ikan lele dengan metode FCR
(feed conversion ratio). Jurnal Teknologi
Aleel KG. 2008. Phosphate accumulation in Kimia dan Industri 2: 97–102.
plant: signaling. Journal of Plant Physiology Zainuddin. 2010. Pengaruh kalsium dan fosfor
148: 3–5. terhadap pertumbuhan, efisiensi pakan,
Boyd CE. 1990. Water Quality in Ponds for kandungan mineral dan komposisi tubuh
Aquaculture. Auburn, AL: Auburn University/ juvenile ikan kerapu macan Epinephelus
Alabama Agricultural Experiment Station. fuscoguttatus. Jurnal Ilmu dan Teknologi
Fuad MT, Aunurohim, Hurhidayati T. 2013. Kelautan Tropis 2: 1–9.
Efektivitas kombinasi Salvinia molesta