Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                

Kastolan 1

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 9

E-ISSN 2654-5497 Journal On Education

P-ISSN 2655-1365 Volume 01, No. 03, April, hal. 396-404

Analisis Kesalahan Menurut Tahapan Kastolan Dan Pemberian


Scaffolding Dalam Menyelesaikan Soal Sistem Persamaan Linear Dua
Variabel
Lusi Lutfia1, Luvy Sylviana Zanthy2
1,2
IKIP Siliwangi, Jl. Terusan Jendral Sudirman, Cimahi Tengah, Kota Cimahi, Jawa Barat
Lusilutfia14@gmail.com

Abstract
Errors made by students in solving SPLDV problems based on Kastolan stage, identify the factors - causes, and
analyze the scaffolding that can be used to handle it. The method used is qualitative descriptive with the sample
of this study taken using a purposive sampling technique from the population of all students of class VIII Mts in
one of West Bandung Kab in the academic year 2018/2019. Data collection techniques using documentation,
text, and interview techniques. Data analysis techniques are carried out through the process of data reduction,
data presentation, and conclusion drawing. Based on the results of data analysis, it was concluded that there
were 9.4% of students who made conceptual errors, 27.2% were procedural errors, and 22.8% had experienced
technical errors. The internal factor that caused the error was because students were not careful, lacked training
in the problem, lacked understanding of the prerequisite material, lacked understanding of the concept of solving
two linear variables, and lacked understanding of the basic concepts of elimination and substitution methods.
Scaffolding that can be given is explaining, reviewing, restructuring, and developing conceptual thinking.

Keywords: Errors, Kastolan, Scaffolding, SPLDV

Abstrak
Kesalahan yang dilakukan siswa dalam menyelesaikan soal SPLDV berdasarkan tahapan Kastolan,
mengidentifikasi faktor – faktor penyebabnya, dan menganalisis scaffolding yang dapat digunakan untuk
menanganinya. Metode yang digunakan adalah deskrivtif kualitatif denan sampel penelitian ini diambil
menggunakan teknik purposive sampling dari populasi seluruh siswa kelas VIII Mts di salah satu Kab Bandung
Barat tahun pelajaran 2018/2019 . Teknik pengumpulan data dengan menggunakan teknik dokumentasi, teks,
dan wawancara. Teknik anaslisis data dilakukan melalui proses reduksi data, penyajian data, dan penarikan
kesimpulan. Berdasarkan hasil analisi data diperoleh kesimpulan bahwa terdapat 9,4% siswa yang melakukan
kesalahan konseptual, 27,2% yang melakukan kesalahan prosedural, dan 22,8% yang mengalami kesalahan
teknik. Faktor internal penyebab dilakukannya kesalahan adalah karena siswa kurang teliti, kurang latihan soal,
kurang memahami materi prasyarat, kurang memahami konsep penyelesaian soal pertidaksamaan linear dua
variabel, dan kurang memahami konsep dasar metode eliminasi dan substitusi. Scaffolding yang dapat diberikan
adalah explaining, reviewing, restructuring, dan developing conceptual thinking.
Kata kunci: Kesalahan, Kastolan, Scaffolding, SPLDV.

Matematika merupakan ilmu yang mengajarkan kemampuan pemecahan suatu permasalahan


dengan membangun penalaran yang terstruktur dan logis. Kemampuan pemecahan masalah ini tidak
hanya berguna dalam pembelajaran matematika, namun juga dalam kehidupan dan pembelajaran pada
mata pelajaran lain. Oleh karena pentingnya matematika maka penguasaan matematika sebagai salah
satu cabang ilmu akan mempengaruhi penguasaan siswa pada cabang ilmu yang lain. Menurut
(Anggraeni & Herdiman, 2018) dalam matematika yang disebut sebagai masalah biasanya merupakan
soal-soal tidak rutin dimana diperlukannya kemampuan bernalar, berfikir kreatif, dan berfikir kritis
dalam menyelesaikan masalahnya.Penalaran matematik siswa merupakan salah satu aspek penting

396
Analisis Kesalahan Menurut Tahapan Kastolan Dan Pemberian Scaffolding Dalam Menyelesaikan Soal Sistem
Persamaan Linear Dua Variabel, Lusi Lutfia, Luvy Sylviana Zhanty 397

yang ditekankan dalam tujuan pendidikan matematika, karena dapat digunakan untuk menyelesaikan
persoalan matematika dan masalah-masalah lain Hardiman,I (2017)
Sistem Persamaan Linier Dua Variabel (SPLDV) merupakan salah satu materi pembelajaran
matematika yang dipelajari pada jenjang kelas VIII Sekolah Madrasah Tsanawiyah (MTs). Materi ini
merupakan kelanjutan dari materi sistem persamaan linier satu variabel dan sekaligus menjadi materi
prasyarat mutlak untuk mempelajari bahasan program linier dan juga sistem persamaan linear tiga
variabel. Menurut penelitian berjudul “Analisis Kesulitan Siswa Menyelesaikan Soal Cerita Materi
Sistem Persamaan Linear Dua Variabel di SMP” oleh Puspitasari, Edy dan Asep (2015:1) ditemukan
beberapa kesulitan siswa dalam menyelesaikan soal cerita SPLDV. Kesulitan – kesulitan tersebut
diantaranya meliputi kesulitan memisalkan istilah variabel, mengubah soal cerita ke dalam kalimat
matamatika, melakukan operasi dengan metode eliminasi dan substitusi, mengoperasikan
penjumlahan dan pengurangan, mendapatkan nilai pengganti variabel, dan kesulitan mengubah nilai
pengganti variabel ke dalam kalimat pertanyaan. Adanya kesulitan yang dialami oleh siswa dapat
menimbulkan dampak yang berimbas secara langsung maupun tidak langsung.
Salah satu dampaknya diungkapkan oleh Untari (2013: 1) bahwa siswa yang mengalami
kesulitan memiliki peluang untuk dapat melakukan kesalahan dalam menyelesaikan soal matematika
pada setiap pokok bahasan dalam pembelajaran. Oleh karenanya diperlukan adanya analisis terhadap
kesalahan kesalahan yang dilakukan oleh siswa guna menghindari munculnya kesalahan yang sama
dilain waktu. Analisis kesalahan yang dilakukan oleh siswa menurut Kastolan dalam Khanifah (2012:
3) dapat dibedakan menjadi 3 jenis, yaitu kesalahan konseptual, kesalahan prosedural, dan kesalahan
teknik, dengan adanya analisis kesalahan menurut kastolan, dapat mempermudah mengklasifikasi
kesalahan yang dilakukan siswa dalam menyelesaikan soal SPLDV.
Langkah yang dapat diambil setelah mengetahui jenis kesalahan yang dilakukan oleh siswa
adalah guru dapat memberikan bantuan berupa scaffolding. Seperti yang diungkapkan oleh Widiana
(2009:68) bahwa scaffolding merupakan pemberian bantuan kepada siswa, yang hanya diberikan pada
saat siswa berada ditahap – tahap awal pembelajaran dan pemecahan masalah, bantuan tersebut
kemudian mulai dikurangi dan diberikan kesempatan pada siswa untuk mengambil alih tanggung
jawab saat siswa dirasa telah mampu melakukannya. Adapun pemberian Scaffolding disesuaikan
dengan jenis kesalahan yang dilakukan oleh siswa. Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk
menganalisis dan mengetahui presentase kesalahan yang dilakukan oleh siswa dalam menyelesaikan
soal matematika materi SPLDV menurut tahapan kastolan di kelas VIII MTs Al-Mubarokah tahun
pelajaran 2018/2019 beserta faktor – faktor yang menyebabkannya serta menganalisis jenis
scaffolding yang dapat digunakan untuk mengatasi timbulnya kesalahan tersebut.

METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan Studi Kasus. Menurut Moleong
(2011: 6) penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang
398 Journal On Education, Volume 01, No. 03, April 2019, hal. 396-404

apa yang dialami oleh subjek penelitian secara holistik dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-
kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode
alamiah. Penelitian menggunakan teknik purposive sampling. Sugiyono (2015: 300) menjelaskan
teknik purposive sampling adalah teknik pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan
tertentu, seperti orang yang dianggap tahu tentang apa yang diharapkan. Penelitian dilakukan di MTs
Al-Mubarokah yang beralamat di Jalan Cangkorah, Giriasih, Batujajar, Bandung Barat 40561 Waktu
Penelitian dilaksanakan pada 8-10 Oktober 2018.
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini, antara lain teknik wawancara
dalam penelitian ini menggunakan teknik wawancara bebas terpimpin. Arikunto (2013: 199)
menjelaskan bahwa wawancara bebas terpimpin adalah wawancara yang dilakukan dengan
mengajukan pertanyaan secara bebas namun masih tetap berada pada pedoman wawancara yang
sudah dibuat. Pertanyaan akan berkembang pada saat melakukan wawancara. Peneliti mendapatkan
informasi langsung dengan teknik wawancara dari kepala sekolah SMP, guru mata pelajaran
Matematika, dan siswa. Menurut Sugiyono (2015: 204) observasi merupakan kegiatan pemuatan
penelitian terhadap suatu objek. Apabila dilihat pada proses pelaksanaan pengumpulan data, observasi
dibedakan menjadi partisipan dan non-partisipan. Jenis observasi yang digunakan pada penelitian ini
adalah observasi non-partisipan. Dalam melakukan observasi, peneliti memilih hal-hal yang diamati
dan mencatat hal-hal yang berkaitan dengan penelitian. Observasi yang dilakukan pada penelitian ini
adalah pada proses belajar Dokumentasi menurut Sugiyono (2015: 329) adalah suatu cara yang
digunakan untuk memperoleh data dan informasi dalam bentuk buku, arsip, dokumen, tulisan angka
dan gambar yang berupa laporan serta keterangan yang dapat mendukung penelitian. Dokumentasi
digunakan untuk mengumpulkan data kemudian ditelaah. Dokumentasi yang digunakan dalam
penelitian ini meliputi silabus, RPP dan profil sekolah.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Pelaksanaan penelitian ini dilakukan dengan terlebih dahulu memberikan tes materi SPLDV
kepada siswa. Setelah pelaksanaan tes, peneliti menentukan siswa yang akan dijadikan subjek
wawancara dengan terlebih dahulu mengoreksi hasil pekerjaan dari para siswa dan menganalisis jenis
kesalahan yang dilakukan oleh siswa berdasarkan tahapan kastolan. Pelaksanaan wawancara pada
penelitian ini bertujuan untuk mengetahui secara lebih mendalam mengenai kesalahan yang dilakukan
siswa beserta faktor penyebabnya. Kemudian penentuan scaffolding yang tepat untuk diberikan pada
siswa dilakukan dengan berdasarkan pada analisis hasil tes dan wawancara. Berdasarkan hasil analisis
data didapatkan jenis – jenis kesalahan yang dialami oleh siswa sebagai berikut:

Kesalahan Konseptual
Kesalahan konseptual adalah kesalahan dalam menafsirkan ataupun menggunakan suatu istilah,
konsep, dan prinsip (Kastolan dalam Sahriah, 2012: 6). Terdapat 4 bentuk kesalahan yang dapat
Analisis Kesalahan Menurut Tahapan Kastolan Dan Pemberian Scaffolding Dalam Menyelesaikan Soal Sistem
Persamaan Linear Dua Variabel, Lusi Lutfia, Luvy Sylviana Zhanty 399

dikategorikan menjadi jenis kesalahan konseptual, yaitu (1) kesalahan dalam mensubstitusikan nilai x
dan y dalam persamaan (35%); (2) kesalahan dalam memahami konsep penyelesaian sistem
persamaan nonlinear dua variabel (16%); (3) kesalahan dalam menerjemahkan soal kedalam
model/persamaan matematika (26%); dan (4) kesalahan konsep dalam menerapkan metode eliminasi
dan substitusi (2%). Salah satu kesalahan konseptual dilakukan oleh siswa S20 pada soal nomor satu
(Perhatikan Gambar 1).
Soal nomor 1
Jika himpunan penyelesaian dari persamaan x + by = 45 dan 3x – b = -5 adalah{[(3a,3)}, maka nilai a
dan b berturut – turut adalah

Gambar 1. Kesalahan Konseptual

Berdasarkan penggalan pekerjaan S17 pada gambar diatas dapat diketahui bahwa sebenarnya S17
sudah menguasai konsep cara mengerjakan soal jenis ini, hal ini didukung dengan hasil wawancara
S17 yang menyadari letak kesalahannya. Faktor penyebab terjadinya kesalahan adalah S17 lupa
terhadap cara yang harus digunakannya, hal ini dimungkinkan karena kurangnya latihan soal seperti
yang diungkapkan oleh guru mata pelajaran matematika di Mts tersebut.

Kesalahan Prosedural
Kesalahan prosedural adalah kesalahan dalam upaya mneyusun langkah–langkah
yang hirarkis dan sistematis untuk menjawab suatu permasalahan (Kastolan dalam
Sahriah, 2012: 3). Terdapat 4 bentuk kesalahan yang dapat dikategorikan menjadi
jenis kesalahan prosedural, yaitu: (1) kesalahan dalam menuliskan soal (2%); (2) tidak menyelesaikan
soal seperti apa yang diminta oleh soal / tidak mengerjakan soal sampai dengan tahap akhir (35%); (3)
tidak menuliskan informasi yang diketahui, ditanya, dan permisalan yang digunakan dalam soal
(53%); dan (4) kesalahan yang dilakukan siswa ketika mengubah satuan berat (10%). Salah satu
kesalahan prosedural dilakukan oleh siswa S23 pada soal nomor dua,
400 Journal On Education, Volume 01, No. 03, April 2019, hal. 396-404

(Perhatikan Gambar 2).


Soal Nomor 2
3 6 5 5 3
Jika 𝑥 + 𝑦 = 3 dan 𝑥 + 𝑦 =3 4 maka nilai x dan y adalah ....

Gambar 2. Kesalahan Prosedural

Berdasarkan penggalan pekerjaan S23 pada gambar diatas dapat diketahui bahwa S23 sudah
menguasai konsep cara mengerjakan soal jenis ini dengan baik. Namun demikian S23 juga melakukan
kesalahan teknik dan kesalahan prosedural. Kesalahan prosedural dilakukan oleh S23 karena tidak
menuliskan informasi yang diketahui dan ditanyakan dalam soal serta tidak menjawab soal sesuai
dengan permintaan soal. Adapun faktor penyabab kesalahan tersebut adalah yang pertama karena S23
merasa bingung dan terburu – buru sehingga tidak memperhatikan kembali apa yang ditanyakan oleh
soal dan yang kedua dalam pembelajaran guru juga jarang menggunakan diketahui, ditanya, dan
jawab dalam mengerjakan soal.

Kesalahan Teknik
Kesalahan teknik merupakan kesalahan yang disebabkan oleh adanya kesalahan perhitungan.
Terdapat 3 bentuk kesalahan yang dapat dikategorikan menjadi jenis kesalahan konseptual, yaitu (1)
kesalahan siswa yang dilakukan ketika melakukan operasi pengurangan, pembagian, dan perkalian
(45%); (2) kesalahan yang dilakukan siswa ketika mengekuivalenkan persamaan (5%); dan (3)
kesalahan yang dilakukan siswa karena adanya ketidaksesuaian nilai koefisien, konstanta dan variabel
antara langkah satu dengan langkah yang lainnya (30%). Salah satu kesalahan teknik dilakukan oleh
siswa S13 pada soal nomor tiga, Adi dan Devita pergi ke supermarket untuk membeli mangga dan
apel. Adi membeli 20 ons mangga dan 3 kg apel dengan harga Rp 73.000,00. Devita membeli 2 kg
mangga dan kwintal apel dengan harga Rp 178.000,00. Bila kemudian Arif pergi menyusul Adi dan
Devita ke supermarket untuk membeli 5 ons mangga dan 2 kg apel, berapa uang yang harus dibayar
oleh Arif . Gambar 3.3 Pekerjaan S13 pada soal nomor 3(perhatikan gambar no 3)
Analisis Kesalahan Menurut Tahapan Kastolan Dan Pemberian Scaffolding Dalam Menyelesaikan Soal Sistem
Persamaan Linear Dua Variabel, Lusi Lutfia, Luvy Sylviana Zhanty 401

Gambar 2. Kesalahan Prosedural

Berdasarkan penggalan pekerjaan S13 pada gambar diatas dapat diketahui bahwa S13 dapat
mengerjakan soal nomor empat dengan baik, hanya saja S13 mengalami kesalahan teknik pada tahap
eliminasi dan perkalian desimal. Pada tahap eliminasi pengurangan dari 73.000 – 178.000 yang
seharusnya bernilai negatif justru bernilai positif karena kekurang telitian dan pada tahap perkalian
desimal dari 0,5 x 14.000 yang seharusnya 7.000 justru bernilai 60.000 yang juga disebabkan oleh
kekurang telitian dari S13 karena terlalu terburu – buru. Terdapat dua faktor yang menyebabkan
terjadinya berbagai kesalahan yang dialami oleh siswa, yaitu faktor internal dan faktor eksternal.
Faktor internalnya adalah karena kurangnya pemahaman materi prasyarat siswa, kurangnya
pemahaman siswa dalam penyelesaian soal pertidaksamaan linear dua variabel dan & SPLDV tipe
soal cerita, kurangnya pemahaman siswa dalam menggunakan metode eliminasi dan substitusi,
kurangnya ketelitian siswa, serta kurangnya latihan dari para siswa. Sedangkan faktor eksternalnya
adalah karena kurangnya waktu yang diberikan kepada siswa untuk menyelesaikan tes dan kebiasaan
guru yang jarang/tidak pernah menuliskan informasi yang diketahui dan ditanyakan ketika
menyelesaikan suatu permasalahan matematika.
Scaffolding adalah pemberian sejumlah bantuan pada fase-fase awal pembelajaran dan
pemecahan masalah siswa, dimana selanjutnya bantuan tersebut dikurangi dan diberikan kesempatan
untuk mengambil alih tanggung jawab yang semakin besar bila siswa telah mampu melakukannya
(Widiana, 2009:68). Proses pemberian bantuan yang dilaksanakan dalam penelitian ini adalah tingkat
interaksi peneliti melalui penjelasan (explaining), peninjauan (reviewing), restrukturasi restructuring),
dan Developing Conceptual Thinking. Pada tahap penjelasan (explaining) interaksi scafffolding yang
diberikan adalah meminta siswa untuk membaca ulang soal, dan kemudian menyebutkan apa yang
diketahui dan ditanyakan dalam soal. Pada tahap reviewing interaksi scaffolding yang diberikan
berupa pengulasan ulang soal dan pekerjaan siswa, yaitu dengan meminta siswa untuk memeriksa
kembali pekerjaannya, dan kemudian memberikan sejumlah penekanan pada beberapa informasi
penting. Hal ini serupa dengan penelitian yang dilakukan oleh Rahayuningsih dan Qohar (2014),
402 Journal On Education, Volume 01, No. 03, April 2019, hal. 396-404

pemberian scaffolding pada tahap reviewing adalah berupa perintah dari guru kepada siswa untuk
meneliti kembali pekerjaannya.
Pada tahap restructuring interaksi scaffolding yang diberikan adalah berupa kegiatan
merekonstruksi ulang konsep yang dipahami oleh siswa, yaitu dengan memberikan pertanyaan
pancingan, melakukan negosiasi penyelesaian soal dan juga memberikan penjelasan dari sejumlah
informasi yang tidak dipahami oleh siswa. Pada tahap developing conceptual thinking interaksi
scaffolding yang diberikan adalah meminta siswa untuk mengingat ingat kembali materi prasyarat
yang telah dipejari sebelumnya dan menghubungkannya dengan materi SPLDV yang sedang
dipelajari saat ini. Adapun materi – materi yang berhubungan dengan SPLDV antara lain adalah
aljabar, aritmatika sosial, dan Persamaan Linear Satu Variabel (PLSV).
Scaffolding yang dapat diberikan pada seluruh bentuk kesalahan konseptual adalah
explaining, reviewing, restructuring, dan developing conceptual thinking. Sedangkan Scaffolding
yang dapat diberikan pada kesalahan prosedural adalah: Kesalahan dalam menuliskan soal: explaining
dan reviewing. Siswa tidak menyelesaikan soal seperti apa yang diminta oleh soal:explaining,
reviewing, dan restructuring. Kesalahan tidak menuliskan diketahui, ditanya dan permisalan:
explaining,reviewing, dan restructuring. Kesalahan yang dilakukan siswa ketika mengubah satuan
berat: explaining, reviewing, restructuring, dan developing conceptual thinking. Scaffolding yang
dapat diberikan pada kesalahan teknik adalah Kesalahan ketika melakukan operasi pengurangan,
pembagian, dan perkalian: reviewing, restructuring, dan developing conceptual thinking. Kesalahan
ketika mengekuivalenkan persamaan: Scaffolding yang dapat diberikan pada bentuk kesalahan ini
adalah sebagai berikut: explaining, reviewing, dan restructuring. Kesalahan yang dilakukan siswa
karena adanya ketidak sesuaian nilai koefisien, konstanta dan variabel antara langkah satu dengan
langkah yang lainnya: reviewing, dan restructuring.

KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat diambil dalam penelitian ini adalah bahwa kesalahan – kesalahan
yang dilakukan oleh siswa dalam menyelesaikan soal SPLDV berdasarkan tahapan Kastolan terdiri
atas kesalahan konseptual, prosedural dan teknik. Kesalahan Konseptual (dilakukan oleh 28,20% dari
total siswa yang melakukan tes), kesalahan ini terdiri atas kesalahan mensubstitusikan nilai x dan y;
kesalahan memahami konsep penyelesaian soal persamaan nonlinear dua variabel; kesalahan
menerjemahkan soal menjadi persamaan matematika; dan kesalahan menerapkan metode eliminasi
dan substitusi. Kesalahan Prosedural (dilakukan oleh 81,50% dari total siswa yang melakukan tes),
kesalahan ini terdiri atas kesalahan mengubah satuan berat; kesalahan dalam menuliskan soal; tidak
menyelesaikan soal seperti yang diperintahkan; dan tidak menuliskan diketahui, ditanya dan
permisalan. Kesalahan Teknik (dilakukan oleh 66,10% dari total siswa yang melakukan tes).
Kesalahan ini terdiri atas kesalahan pada operasi pengurangan, pembagian, dan perkalian; kesalahan
mengekuivalenkan persamaan; dan ketidak sesuaian nilai koefisien, konstanta dan variabel antar
Analisis Kesalahan Menurut Tahapan Kastolan Dan Pemberian Scaffolding Dalam Menyelesaikan Soal Sistem
Persamaan Linear Dua Variabel, Lusi Lutfia, Luvy Sylviana Zhanty 403

langkah penyelesaian. Terdapat dua faktor yang menyebabkan terjadinya kesalahan – kesalahan yang
dialami oleh siswa, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal terdiri atas kurangnya
pemahaman siswa pada materi prasyarat, kurangnya pemahaman siswa dalam penyelesaian soal spldv
bentuk soal cerita dan soal pertidaksamaan linear dua variabel, kurangnya pemahaman siswa dalam
menggunakan metode eliminasi dan substitusi, kurangnya ketelitian siswa, dan kurangnya latihan dari
siswa. Sedangkan faktor eksternalnya terdiri atas kurangnya waktu yang diberikan kepada siswa dan
kebiasaan guru yang tidak menggunakan langkah diketahui dan ditanyakan ketika menyelesaikan
suatu permasalahan matematika.
Scaffolding yang dapat diberikan pada seluruh bentuk kesalahan konseptual adalah
explaining; reviewing; restructuring; dan developing conceptual thinking. Scaffolding yang dapat
diberikan pada kesalahan prosedural adalah Kesalahan dalam menuliskan soal: explaining dan
reviewing. Siswa tidak menyelesaikan soal seperti apa yang diminta oleh soal: explaining, reviewing,
dan restructuring. Kesalahan tidak menuliskan diketahui, ditanya dan permisalan:
explaining,reviewing, dan restructuring. Kesalahan yang dilakukan siswa ketika mengubah satuan
berat: explaining,reviewing, restructuring, dan developing conceptual thinking. Scaffolding yang
dapat diberikan pada kesalahan teknik adalah kesalahan ketika melakukan operasi pengurangan,
pembagian, dan perkalian: reviewing, restructuring, dan developing conceptual thinking Kesalahan
ketika mengekuivalenkan persamaan: Scaffolding yang dapat diberikan pada bentuk kesalahan ini
adalah sebagai berikut: reviewing, dan restructuring. Kesalahan yang dilakukan siswa karena adanya
ketidaksesuaian nilai koefisien, konstanta dan variabel antara langkah satu dengan langkah yang
lainnya: reviewing, dan restructuring

DAFTAR PUSTAKA
Khanifah, Naeli Muslimatul., dan Toti Nusantara. 2012. “Analisis Kesalahan Penyelesaian Soal
Bentuk Pangkat Bulat dan Scaffoldingnya”. Jurnal online Universitas Negeri Malang. Vol
1.No 3. [online]. Tersedia: http://jurnalonline.um.ac.id/data/artikel/
artikelA4650C08AACA818138F08D3FD673B783.pdf. [3 Oktober 2017]
Mahfud, Mujib Abdul., Agus Kurniawan, dan Yunita Yuyun. 2015. Pembelajaran Pendidikan Agama
Islam Berbasis Multietnik. Yogyakarta: Deepublish 13
Puspitasari, Echy., Edy Y, dan Asep N. 2015. “Analisis Kesulitan Siswa Menyelesaikan Soal Cerita
Materi Sistem Persamaan Linear Dua Variabel DI SMP”. Jurnal Pendidikan dan
Pembelajaran. 4 (5). 1-9
Rahayuningsih, P., & Qohar, A. 2014. Analisis Kesalahan Menyelesaikan Soal Cerita Sistem
Persamaan Linear Dua Variabel (SPLDV) dan Scaffoldingnya Berdasarkan Analisis
Kesalahan Newman pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 2 Malang. Jurnal Pendidikan
Matematika dan Sains, 2(2), 109-116.
404 Journal On Education, Volume 01, No. 03, April 2019, hal. 396-404

Sahriah, Siti., Makbul Muksar, dan Trianingsih Eni Lestari 2012. “Analisis Kesalahan Siswa dalam
Menyelesaikan Soal Matematika Materi Operasi Pecahan Bentuk Aljabar Kelas VIII SMP
Negeri 2 Malang”. Jurnal online Universitas Negeri Malang. Vol 1. No 1. [online]. Tersedia:
http://jurnalonline.um.ac.id/data/artikel/artikel9EEC8FEB3F87AC825C375098E45CB689.pd
f. [3 Oktober 2017]
Untari, Erny. 2013. “Diagnosis Kesulitan Belajar Pokok Bahasan Pecahan Pada
Siswa Kelas V Sekolah Dasar”. Jurnal Ilmiah STKIP PGRI Ngawi. 13(1). 1-8
Widiana, Herlina Siwi. 2009. “Landasan Konseptual Teoritik Psikologik dari Berbagai Teori
Intelegensi”. Humanitas. 6(1): 56-73
Herdiman, I. (2017). Penerapan pendekatan open-ended untuk meningkatkan penalaran matematik
siswa SMP. JES-MAT (Jurnal Edukasi dan Sains Matematika), 3(2), 195-204.
Anggraeni, R., & Herdiman, I. (2018). Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik Siswa SMP Pada
Materi Lingkaran Berbentuk Soal Kontekstual Ditinjau dari Gender. Jurnal Numeracy,
5(1), 19–28.

You might also like