Modul-2 Pengobatan TB RO - Finished - 3112016 - TV
Modul-2 Pengobatan TB RO - Finished - 3112016 - TV
Modul-2 Pengobatan TB RO - Finished - 3112016 - TV
1
TIM PENYUSUN
3TC = Lamivudine
ADSM = Active Drug Safety Monitoring
Am = Amikasin
Amx-Clv = Amoksilin Clavulanat
ART = Anti Retroviral Therapy
ARV = Anti Retroviral (Obat)
ASI = Air Susu Ibu
AZT = Zidovudine
BB = Berat Badan
Bdq = Bedaquilin
BPOM = Badan Pengawas Obat Makanan
BTA = Basil Tahan Asam
CD4 = Cluster of differentiation 4
CEM = Cohort Event Monitoring
Cfz = Clofazimin
Cl = Chlorida
Cm = Capreomycin
CTJ = Ceramah Tanya Jawab
Cs = Sikloserin
Dlm = Delamanid
DM = Diabetes Mellitus
DOT = Directly Observed Treatment
DOTS = Directly Observed Treatment, Shortcourse chemotherapy
DST + Drug Sensitivity Test
E = Etambutol
EFV = Efavirenz
EKG = Elektro Kardio Grafik
Eto = Etionamid
ESO = Efek Samping Obat
Fasyankes = Fasilitas Pelayanan Kesehatan
FLD = First Line Drug
Gfx = Gatifloksasin
H = Isoniazid
HEPA = High-efficiecy Particulate Absorption
HIV = Human Immunodeficiency Virus
I = Invalid
Ipm = Imipenem-silastatin
IRIS = Immune Reconstitution Inflamantory Syndromes
KIE = Komunikasi Informasi Edukasi
Km = Kanamisin
Lfx = Levofloksasin
Lzd = Linezolid
LPV/r = Lopinavir/ Ritonavir
LSM = LembagaSwadayaMasyarakat
MDR = Multi Drugs Resistance
Mfx = Moksifloksasin
MGIT = Mycobacteria Growth Indicator Tube
Mg = Miligram
M. Tb = Mycobacterium Tuberculosis
MTPTRO = Manajemen Terpadu Pengendalian Tuberculosis Resistan Obat
Na = Natrium
Neg = Negatif
OAD = Obat Anti Diabetika OAT
= Obat Anti Tuberculosis ODHA =
Orang Dengan HIV/AIDS Ofl =
Ofloksasin
PAS = Para amino salisilat
PCP = Pneumonia Carinii Pneumocystis
PHBS = Perilaku Hidup Bersih Sehat
PMDT = Programmatic Management of Drug-resistant TB
PMO = Pengawas Menelan Obat
PPI = Pencegahan dan Pengendalian Infeksi
PPK = Pengobatan Profilaksis Kotrimoksasol
Pto = Protionamid
PV = Pharmacovigilans
R = Rifampisin
RO = Resistan Obat
RR = Rifampisin Resistan
S = Streptomycin
SAES = Serious Adverse Event
SAR = Serious Adverse Reaction
SGOT = Serum Glutamic Oxaloacetic Transaminase
5
SGPT = Serum Glutamic Pyruvic Transaminase
SLD = Second-line drugs
SR = Sensitif Rifampisin
SUSAR = Suspected Unexpected Serious Adverse Reaction
TAK = Tim Ahli Klinis
TB = Tuberkulosis
TB RR = TB Resistan Rifampisin
TCM = Tes Cepat Molekuler
TDF = Tenofovir Disoproxil Fumarate
TPK = Tujuan Pembelajaran Khusus
TPU = Tujuan Pembelajaran Umum
TSH = Thyroid stimulating hormon
Trd = Tenzidon
UAR = Unexpected Adverse Reaction
Vit = Vitamin
WHO = World Health Organization
XDR = Extensively Drugs Resistant
Z = Pirazinamid
DAFTAR ISI
I.DESKRIPSI SINGKAT 9
II.TUJUAN PEMBELAJARAN 10
III. POKOK BAHASAN / SUB POKOK BAHASAN 10
IV. METODE DAN ALAT BANTU 11
V. LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN PEMBELAJARAN 11
VI.URAIAN MATERI
A. Prinsip Pengobatan TB Resistan Obat
1. Penetapan PAsien TB RO Yang Akan Diobati 14
2. Upaya Meningkatkan Kesediaan Pasien Menjalani Pengobatan 16
3. Jenis OAT Untuk Pengobatan TB RO 17
4. Paduan Pengobatan TB RO di Indonesia 33
5. Dosis OAT RO 35
B. Pengobatan TB Resistan Obat
1. Persiapan Awal Sebelum Memulai Pengobatan 37
2. Penetapan Paduan dan Dosis OAT RO di Indonesia 41
3. Tahapan Pengobatan TB RO 45
4. Pemantauan Pengobatan Pasien TB RO 51
5. Tatalaksana Pasien Berobat Tidak Teratur 55
6. Tatalaksana Kasus Gagal Pengobatan 57
7. Penetapan Hasil Pengobatan Pasien TB RO 62
8. Pencatatan dan Pelaporan Pengobatan TB RO 64
C. TATALAKSANA PENGOBATAN TB RESISTAN OBAT ANAK 94
D. TATALAKSANA PENGOBATAN PASIEN KO-INFEKSI HIV
1. Prinsip Kolaborasi TB RO-HIV 95
2. Persiapan Pengobatan Ko-infeksi TB RO dan HIV 96
3. Tatacara Pengobatan Pasien TB RO-HIV 96
4. Potensi Interaksi Obat Antara OAT RO dan ART 98
5. Potensi Toksisitas Obat Antara OAT RO dan ART 98
6. Monitoring Pengobatan TB RO dan HIV 102
7. Manajemen Sindrom Pemulihan Kekebalan (IRIS) 103
8. Tatalaksana Efek Samping OAT RO dan HIV 103
E. PENGOBATAN TB RESISTAN OBAT PADA KEADAAN KHUSUS 108
F. PENGOBATAN ADJUVAN PADA TB RESISTAN OBAT 112
G. PENANGANAN EFEK SAMPING OAT RO
1. Prinsip Pemantauan Efek Samping 113
2. Tempat Penatalaksanaan Efek Samping 113
3. Efek Samping OAT RO dan Penatalaksanaannya 113
4. Pelaporan Kejadian Efek Samping 125
H. PESAN KOMUNIKASI EFEKTIF PADA PASIEN TB RO 129
I. DESKRIPSI SINGKAT
Pengobatan pasien Tuberculosis Resistan Obat (TB RO) dapat dilaksanakan di semua
fasilitas pelayanan kesehatan (fasyankes) terlatih sesuai dengan tingkat kemampuan
dan sumber daya yang dimiliki. Penetapan diagnosa TB RO dilakukan oleh dokter
terlatih di fasyankes berdasarkan hasil pemeriksaan uji kepekaan M.tuberkulosis
(M.Tb), baik dengan Tes Cepat Molekuler (TCM) maupun metode biakan konvensional.
Penatalaksanaan pasien TB RO menggunakan paduan Obat Anti Tuberkulosis (OAT)
yang sesuai dengan hasil uji kepekaan obat serta mengikuti pedoman yang diberikan
oleh Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Pengobatan pasien TB RO terdiri atas 2 (dua) tahap: tahap awal dan tahap lanjutan.
Pengobatan dilakukan dengan pengawasan langsung (Directly Observed Treatment =
DOT) oleh seorang Pengawas Menelan Obat (PMO) yaitu petugas kesehatan atau kader
kesehatan terlatih sesuai tahap pengobatan dan kewenangannya. Pengawasan
dilaksanakan dengan ketat dalam arti pasien harus dalam pengawasan penuh oleh
petugas atau kader kesehatan terlatih ketika pasien menelan obat.
B. Pengobatan TB RO
1. Persiapan awal sebelum memulai pengobatan TB RO
2. Penetapan paduan dan dosis OAT TB RO
3. Tahapan pengobatan TB RO
4. Pemantauan pengobatan pasien TB RO
5. Tatalaksana pasien berobat tidak teratur
6. Tatalaksana kasus gagal pengobatan
7. Penetapan hasil pengobatan pasien TB RO
8. Pencatatan dan pelaporan
Kegiatan Peserta
1. Mempersiapkan nama untuk ditaruh di meja, serta alat tulis yang diperlukan.
2. Mengemukakan pendapat atas pertanyaan Fasilitator.
3. Memilih ketua dan pengatur waktu (bila belum terpilih).
4. Mendengar dan mencatat hal-hal yang dianggap penting.
5. Membaca bagian materi sesuai instruksi dari fasilitator.
6. Mengajukan pertanyaan kepada Fasilitator bila ada hal-hal yang belum jelas dan
perlu klarifikasi.
Kegiatan Peserta
1. Mendengar, mencatat, dan menyimpulkan hal-hal yang dianggap penting.
2. Membaca materi dan mengajukan pertanyaan kepada Fasilitator sesuai materi dan
kesempatan yang diberikan.
3. Memberikan jawaban atas pertanyaan yang diajukan Fasilitator.
Kegiatan Peserta
1. Mengerjakan latihan dan melihat demonstrasi sesuai dengan materi yang sedang
dibahas.
2. Berperan aktif dalam proses tanya jawab yang dipimpin oleh Fasilitator.
3. Bersama Fasilitator mengkaitkan hasil latihan dengan situasi dan kondisi di tempat
kerja.
Tim Ahli Klinis (TAK) adalah kelompok fungsional di Fasyankes Rujukan TB RO,
yang memiliki peranan dan bertanggung jawab dalam hal:
a. Menetapkan diagnosis
b. Menetapkan pengobatan
c. Menetapkan paduan dan dosis OAT yang digunakan,
d. Bekerjasama dengan tim terapeutik untuk menangani efek samping berat,
serta masalah yang memerlukan masukan,
e. Menetapkan hasil akhir pengobatan,
f. Melakukan koordinasi melalui jejaring internal dan eksternal,
g. Memastikan keberlangsungan pengobatan di fasyankes yang bersangkutan,
h. Memberikan bimbingan pada Fasyankes TB RO dan satelit yang masuk
dalam jejaringnya.
Catatan :
Pertemuan Tim Ahli Klinis dilaksanakan secara berkala sesuai kebutuhan,
kecuali bila ada hal mendesak yang harus segera diputuskan maka pertemuan
bisa dilakukan di luar jadual.
Kondisi pasien pada tabel 2 adalah kondisi khusus yang harus diperhatikan oleh
Fasyankes Rujukan TB RO dan fasyankes TB RO sebelum memulai
pengobatan. Penetapan untuk mulai pengobatan diputuskan oleh TAK di
Fasyankes Rujukan TB RO dengan masukan dari Tim Terapeutik (bila ada).
Untuk Fasyankes TB RO disarankan untuk melakukan konsultasi dengan TAK
dan atau Tim Terapeutik di Fasyankes Rujukan TB RO yang merupakan
jejaringnya.
Tim Terapeutik adalah kelompok fungsional yang terdiri dari berbagai disiplin
ilmu/ para ahli yang sesuai dengan kebutuhan pasien TB RO. Misalnya : ahli
penyakit dalam, ahli kardiologi, ahli nefrologi, ahli THT, ahli mata, ahli syaraf, ahli
patologi klinik, ahli kesehatan jiwa, ahli psikologi, ahli farmakologi, ahli penyakit
kulit dan kelamin dll.
Keterangan:
*Tidak disediakan oleh program
**Tidak termasuk obat suntik lini kedua, tetapi dapat diberikan pada kondisi
tertentu dan tidak disediakan oleh program
a. Grup A: Fluroquinolon
Golongan Fluorokuinolon
Jenis Obat Uraian
Levofloxacin Bersifat bakterisidal tinggi.
(Lfx) 2 kali lebih kuat dari ofloxacin.
Berupa tablet dengan kemasan 250 mg
Penyimpanan dalam wadah kedap udara pada suhu kamar (1
25°C).
Pemberian oral jangan bersamaan dengan pemberian
obat yang mengandung Fe, Mg, vitamin, didanosine,
sucralfat. Dapat diberikan bersama susu.
Diserap hampir disemua organ tubuh, 30-50%
terserap oleh selaput otak (meninges) yang
meradang.
Hati-hati pemberian pada ibu hamil dan ibu menyusui.
Efek samping: biasanya tidak ada. Kadang dijumpai
keluhan gastro intestinal, sakit kepala, diare,
fotosensitivitas. Sangat jarang dijumpai adanya
neuropati.
Interaksi obat:
o Jangan diberikan pada pasien yang minum obat
anti arritmia: quinidin, procainamid, amiodarone &
sotalol.
o Pemberian sucralfat menurunkan absorbsi
fluoroquinolon.
o Pemberian antasida (seperti: Mg, Al, Calsium atau
Didanosine) akan menurunkan absorbsi dan
menghilangkan efek terapeutik fluoroquinolon.
o Pemberian probenesid akan menurunkan sekresi
fluoroquinolon di ginjal yang mengakibatkan
sekitar 50% peningkatan serum fluoroquinolon.
o Pemberian suplemen vitamin yang mengandung
Zn dan Fe akan mengurangi absorbsinya.
o Pemberian fluoroquinolon bersamaan dengan
mexiletin akan meningkatkan konsentrasi
mexiletin.
Kontra-Indikasi: kehamilan, hipersensitivitas terhadap fluoroquinolon, kelainan
jantung dengan adanya
pemanjangan gelombang QT pada EKG
(Elektrokardiografi).
Tidak perlu pemantauan laboratorium.
Pantau pasien untuk timbulnya:
o Rasa sakit & pembengkakan persendian,
o Kemerahan pada kulit,
o Kekuningan pada mata dan kulit,
o Bingung, diare dan kesulitan bernafas.
Moksifloksasin Bersifat bakterisidal tinggi.
(Mfx) Merupakan generasi kuinolon yang lebih baru
dibanding Levofloksasin.
Berupa tablet dengan kemasan 400mg
Penyimpanan dalam wadah kedap udara pada suhu kamar
(15-25°C).
Memiliki tingkat absorbsi oral yang bagus dengan
tingkat bioavailabilitas mencapai 90%. Diberikan
dengan jeda 2 jam sebelu atau 4 jam sesudah mengkonsumsi
susu, antasid dan obat-obatan yang mengandung kation
divalent (Fe, Mg, Ca, Zn, vitamin, didanosin, sucralfat).
Hati-hati pemberian pada ibu hamil dan ibu menyusui. Efek
samping: Yang sering dikeluhkan berupa mual,
diare, sakit kepala dan insomnia. Efek samping berat
20
monitoring terhadap symtom.
Pantau pasien untuk timbulnya:
o Rasa sakit & pembengkakan persendian dan
tendon terutama pada enkel dan siku.
o Kemerahan pada kulit,
o Kekuningan pada mata dan kulit,
o Bingung, diare dan kesulitan bernafas.
21
selama pengobatan
Kontra-Indikasi: Ibu hamil, hipersensitif terhadap
aminoglikosid, hati-hati pemberian pada pasien dengan kelainan
ginjal, kelainan hati, kelainan pendengaran dan keseimbangan
(saraf-VIII).
Pantau pasien untuk timbulnya gejala: kesulitan bernafas,
pendengaran berkurang, kemerahan, pembengkakan
tempat suntikan, berkurangnya produksi urine.
Streptomisin Bersifat bakterisidal dengan menghambat sistesis
(S) protein. Tidak memiliki resistensi silang yang bermakna terhadap
obat golongan aminoglikosida yang lain.
Sediaan dalam bentuk vial atau ampul,kemasan 1 gr. Berupa obat
suntik bentuk cair atau serbuk yang harus dilarutkan dengan
aqua pro-injeksi untuk penyuntikan, diberikan secara intra
muskuler.
Penyimpanan: bentuk bubuk dan cairan tetap stabil pada suhu
kamar (15-25°C). Setelah dilarutkan harus dipakai pada hari yang
sama.
Penyuntikan dianjurkan bergantian kiri dan kanan, bila
disuntikkan pada tempat yang sama terus menerus dapat
mengakibatkan absorbsi intramuskuler berkurang. Penetrasi
terhadap CSF bervariasi, paling bagus pada selaput otak yang
meradang.
Hati-hati pemberian pada ibu hamil dan ibu menyusui, pasien
dengan penyakit ginjal, penyakit hati serta mereka yang
hipersensitif terhadap aminoglikosida. Pemberian pada ibu hamil
harus sedapat mungkin dihindari karena efek gangguan
pendengaran pada janin. Bisa diberikan pada Ibu menyusui.
Efek samping:
22
hipomagnesemia.
Pemantauan pemberian Streptomisin:
o Pemeriksaan serum kreatinin,
o Pemeriksaan fungsi pendengaran dan keseimbangan sebelum
dan selama pengobatan
Kontra-Indikasi: Ibu hamil, hipersensitif terhadap
aminoglikosid, hati-hati pemberian pada pasien dengan kelainan
ginjal, kelainan hati, kelainan pendengaran dan keseimbangan
(saraf-VIII).
Pantau pasien untuk timbulnya gejala: kesulitan bernafas,
pendengaran berkurang, kemerahan (pada tempat
suntikan), pembengkakan tempat suntikan, berkurangnya produksi
urine.
Golongan Polipeptida
Capreomisin Bersifat bakterisidal.
(Cm) Sediaan dalam bentuk vial,kemasan 1 gr
Metabolisme di ginjal, sekresi lewat urin.
Berupa obat suntik bentuk bubuk yang harus dilarutkan dengan
aqua pro-injeksi untuk penyuntikan, diberikan secara intra muskuler.
Penyimpanan: bentuk bubuk tetap stabil pada suhu kamar (15-
25°C). Setelah dilarutkan harus dipakai pada hari yang sama.
Penyuntikan dianjurkan bergantian kiri dan kanan, bila disuntikkan
pada tempat yang sama terus menerus dapat mengakibatkan
absorbsi intramuskuler berkurang.
Hati-hati pemberian pada ibu hamil dan ibu menyusui, pasien
dengan penyakit ginjal, penyakit hati serta mereka yang
hipersensitif terhadap Capreomisin sulfat.
Efek samping:
23
o Pemeriksaan faal ginjal dan serum elektrolit (serum
kreatinin, Kalium),
o Pemeriksaan fungsi pendengaran sebelum dan
selama pengobatan.
Kontra-Indikasi: Ibu hamil, hipersensitif terhadap
kapreomisin sulfat, hati-hati pemberian pada pasien
dengan kelainan ginjal, hati, kelainan pendengaran dan
keseimbangan (saraf-VIII).
Pantau pasien untuk timbulnya gejala: kesulitan bernafas,
pendengaran berkurang, kulit kemerahan,
pembengkakan tempat suntikan dan berkurangnya
produksi urine.
24
dengan PAS) serta neuropati yang dapat dicegah
dengan pemberian vitamin B6.
o Jarang terjadi: gangguan saraf tepi, saraf mata, diplopia,
pandangan kabur dan sindroma kulit termasuk
ruam kulit, fotosensitivitas, trombositopenia dan
purpura.
Interaksi obat:
o Penggunaan bersama sikloserin akan mengakibatkan
peningkatan insidensi gangguan saraf, termasuk
kejang-kejang.
o Ethionamid dapat meningkatkan efek samping OAT
lain.
o Penggunaan bersama PAS kemungkinan akan
meningkatkan keracunan hati dan hipotiroidisme.
Kontra-Indikasi: Pasien dengan gangguan hati berat dan pasien
yang hipersensitif terhadap ethionamid.
Pemantauan:
o Sebelum dan selama pemberian ethionamid harus dipantau
kemungkinan timbulnya gangguan pada mata dan gangguan
fungsi hati.
o Selama pemberian obat ini harus dipantau kadar gula darah,
kadang dapat terjadi hipoglikemi.
Perhatikan bila timbul:
o Semua keluhan pada mata: rasa sakit, pandangan kabur,
buta warna.
o Rasa tebal/baal ditangan dan kaki.
o Pendarahan dan ruam yang tak lazim.
o Perubahan perilaku: depresi, bingung atau agresif.
o Kulit ikterik, urine menjadi berwarna gelap, mual dan muntah.
25
dalam lambung akan menurunkan absorbsi obat.
Penyimpanan pada suhu kamar (20-25°C), dalam wadah
kedap udara.
Penyerapan disemua organ baik. Terserap 80-100% di
cairan serebrospinal, terutama pada selaput otak yang
meradang.
Hati-hati pada ibu hamil dan ibu menyusui serta pasien
dengan penyakit ginjal.
Efek samping:
o Sering terjadi: gangguan saraf dan kejiwaan, termasuk
sakit kepala, gelisah, gangguan tidur, agresivitas,
depresi, bingung, pusing, mimpi buruk, mengantuk,
sakit kepala hebat, khawatir terus.
o Kadang terjadi: gangguan penglihatan, kelainan kulit,
baal di kulit, tangan dan kaki terasa terbakar, mata
terasa sakit dan ikterus.
o Jarang terjadi: perasaan ingin bunuh diri atau kejang.
Interaksi obat:
o Pemberian bersama dengan INH dan ethionamid akan
meningkatkan efek samping sistem saraf. Dapat
dicegah dengan pemberian vitamin B6.
o Pemberian bersamaan dengan fenitoin akan
meningkatkan kadar fenitoin darah.
o Minuman mengandung alkohol akan memberikan efek
toksis & meningkatkan kemungkinan kejang.
Kontra-Indikasi: pasien dengan hipersensitivitas sikloserin,
epilepsi, depresi, psikosis, insufisiensi ginjal berat dan
pecandu minuman keras (miras)
Pemantauan: bila mungkin dikerjakan pemantauan kadar
sikloserin serum, untuk mencapai dosis ideal. Tidak boleh
lebih dari 30µgr/ml.
Perhatian bila terjadi:
Kejang, gemetar dan sulit bicara, perubahan tingkah laku
misalnya menjadi agresif, depresi & kecenderungan
menyakiti diri sendiri, rasa khawatir, bingung atau hilang
ingatan serta dan sakit kepala.
26
Golongan Oksasolidinones
Jenis Obat Uraian
Linezolid Bersifat bakterisidal dengan menghambat proses sistesis
(Lnz) protein.
Kemasan: dalam bentuk tablet salut 400 mg dan 600 mg.
Penyimpanan: pada suhu kamar 15-25 derajat celcius. Absorbsi:
Dapat diabsorbsi secara hampir sempurna untuk pemberian oral dan
tersebar disemua jaringan.
Pemberian pada kondisi khusus:
o pasien yang sedang hamil dan menyusui mengingat
terbatasnya data.
o Tidak ada rekomendasi untuk melakukan penyesuaian dosis
pada pasien dengan penyakit ginjal, tetapi
metabolit obat dapat terakumulasi.
o Jarang diasosiasikan dengan peningkatan
transaminase.
Efek samping:
o Myelosupresi sehingga menimbulkan penurunan kadar trombosit,
leukosit serta anemia.
o Diare dan rasa mual.
o Neuropati optikal dan peripheral yang sifatnya
irreversible. Pemberian Linezolid harus dihentikan.
o Asidosis laktat yand ditandai dengan mual muntah rekuren,
asidosis atau penurunan kadar bikarbonat yang penyebabnya
tidak diketahui pada pasien yang mendapatkan Linezolid.
27
bulanan dan bila diperlukan/ bila ada simptom.
Instruksi kepada pasien: Linezolid dapat dikonsumsi bersama atau
tanpa makanan. Hindari makanan atau minuman yang
mengandung tiramin, keju, kecap kedele, daging kering, bir dan
anggur. Beri tahu petugas
kesehatan bila pasien mengkonsumsi obat flu/ anti depresi.
Golongan Iminofenazine
Jenis Obat Uraian
Clofazimin Mempunyai aktifitas bersifat in vitro terhadap M.tb,
(Cfz) informasi mengenai aktifitas yang bersifat in vivo masih
sangat terbatas. Biasanya diberikan apabila pilihan
terhadap OAT SLD terbatas jumlahnya. Memiliki waktu paruh selama
70 hari.
Kemasan: dalam bentuk kapsul 50mg dan 100mg. Hanya tersedia
dalam bentuk sediaan oral.
Penyimpanan: pada wadah yang tertutup rapat, pada suhu kamar.
Absorbsi: Tingkat absorbsi sekitar 70% pada pemberian secara oral.
Belum direkomendasikan pemberian kepada wanita hamil dan
menyusui mengingat masih terbatasnya data yang ada. Bisa
menimbulkan hiperpigmentasi pada bayi apabila diberikan kepada ibu
menyusui.
Hati-hati pemberian pada pasien dengan penyakit hati karena sifatnya
yang secara parsial dimetabolisme di hati.
Efek samping:
28
delamanid, fluorokuinolon, obat anti jamur golongan azol)
akan menimbulkan tambahan pemanjangan gelombang
QT.
29
Gangguan fungsi mata yang tergantung besarnya dosis.
Kelainan hati and arthralgia jarang terjadi.
Kontra-Indikasi: pasien dengan hipersensitivas ethambutol serta
pasien dengan radang saraf mata.
Golongan Isonikotinik Asam Hidrazid
Isoniazid Bersifat bakterisidal untuk bakteri yang sedang aktif
(INH) membelah diri.
Sediaan dalam bentuk tablet 50mg, 100mg atau 300mg Penyimpanan
dalam wadah yang tertutup pada suhu ruang (15-27 derajat Celcius)
Absorbsi: mudah diabsorbsi dengan pemberian secara oral, paling
bagus diabsorbsi dalam keadaan perut kosong, kadar konsentrasi
puncak obat dalam darah menurun 50% apabila diberikan bersamaan
dengan makanan berlemak.
Pemberian vitamin B6 dilakukan apabila INH diberikan dalam dosis
tinggi dan pada pasien yang mengalami uremia, DM, HIV, gangguan
kejang, alkoholisme dan neuropati perifer. Dosis normal pemberian
vitamin B6 untuk pasien yang mendapatkan INH adalah 10-26mg/
hari.
Efek samping: Hepatitis (terkait umur), neuropati perifer, reaksi
hipersensitivitas dan reaksi lain termasuk neuritis optic, arthralgia,
diare.
Kontra indikasi: Pasien dengan reaksi alergi terhadap INH. Interaksi
obat: peningkatan konsentrasi phenytoin dan peningkatan resiko
hepatotoksitas dengan karbamazepin. Pantau pasien dan
instruksikan agar melaporkan ke petugas kesehatan apabila
ditemukan: kuning pada kulit dan mata, urin berwarna coklat tua.
Pemakaian dengan hati-hati: pasien dengan riwayat penyakit
hati karena bisa memicu eksaserbasi.
30
Grup D2: OAT jenis baru
Golongan Diarilkuinolin
Jenis Obat Uraian
Bedaquilin Bersifat bakterisidal dengan menghambat sistesi ATP. Memiliki
waktu paruh selama 5,5 bulan.
Kemasan berupa Tablet 100mg.
Penyimpanan dalam suhu kamar.
Dosis pada dewasa 400 mg/ hari pada 2 minggu awal,
dilanjutkan 200mg/ 3 kali seminggu selama 22 minggu.
Diabsorbsi dengan baik secara oral terutama bila
dikonsumsi bersama makanan.
Penetrasi terhadap CNS belum diketahui.
Tidak direkomendasikan untuk pemakaian pada ibu hamil dan ibu
menyusui akibat data keamanan yang masih sedikit.
Hati-hati untuk penggunaan pada pasien dengan gangguan ginjal dan
hati. Penyesuaian dosis tidak diperlukan pada gangguan ginjal ringan
sampai sedang.
Efek samping:
31
Setiap tanda terjadinya sinkop harus ditindaklanjuti dengan
evaluasi menyeluruh dan pemeriksaan EKG.
Monitoring: dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan EKG
sebelum memulai pengobatan dan dilanjutkan minimal
pada minggu ke-2, minggu ke-12 dan minggu ke-24 setelah
mulainya pengobatan. Pemeriksaan EKG yang lebih sering
dianjurkan apabila ada riwayat gangguan jantung,
hipotiroidisme dan gangguan elektrolit. Tes fungsi hati
dilakukan setiap bulan selama pengobatan dengan
bedaquilin.
32
G6PD (glukosa-6-fosfat dehidrogenase).
Interaksi obat:
o Pemberian bersama digoksin akan menurunkan
absorbsi digoksin, sehingga dosis digoksin mungkin
harus dinaikkan agar efek terapeutik tercapai.
o Pemberian bersamaan dengan ethionamid akan
menaikkan keracunan hati serta dapat terjadi
hipotiroidisme.
o Pemberian bersama INH akan menurunkan asetilasi
INH, dan kadar dalam serum meningkat sehingga dosis
mungkin perlu diturunkan.
Kontra-Indikasi: pasien yang alergi terhadap aspirin,
hipersensitif terhadap PAS dan gangguan ginjal berat.
Pantau pasien untuk timbulnya:
o Kemerahan kulit, gatal hebat, perut sakit, mual dan
muntah, nafsu makan hilang, feses kehitaman karena
perdarahan usus.
Catatan :
*Jika fasilitas tidak tersedia, maka pengobatan dapat dilakukan sambil memonitor
efek samping.
Inisiasi Pengobatan TB RO
a. Inisiasi Pengobatan di Fasyankes Rujukan TB RO
Pada awal memulai pengobatan, TAK/dokter terlatih TB RO akan
menetapkan apakah pasien memulai pengobatan rawat inap atau tidak.
Rawat Inap:
Beberapa kondisi pasien yang memerlukan rawat inap, antara lain:
Tanda ada gangguan kejiwaan
Pneumonia berat
Pneumotoraks
Abses paru
Efusi pleura
Kelainan hati berat
Gangguan hormon tiroid
Insufisiensi ginjal berat
Gangguan elektrolit berat
Malnutrisi berat
Diabetes melitus yang tidak terkontrol
Gangguan gastrointestinal berat yang mempengaruhi absorbsi obat
Penyakit dasar lain yang memerlukan rawat inap.
Rawat Jalan:
TAK menentukan kelayakan pasien menjalani rawat jalan sejak awal
berdasarkan :
Keadaan umum pasien cukup baik.
Tidak ada kondisi klinis yang memerlukan rawat inap atau kondisi penyulit
telah dapat tertangani.
Pasien sudah mengetahui cara menelan obat dan jadual kontrol ke
fasyankes rujukan.
Pasien TB RO
Penilaian kelayakan menjalani Formulir persetujuan Petugas Kesehatan TAK di Fasyankes Rujukan TB RO/
pengobatan TAK Dokter terlatih di Fasyankes TB RO
Data dasar
Inisiasi pengobatan TB 01 MDR
Rawat Jalan Rawat inap TB 02 MDR
Monitoring Sesuai indikasi TB 03 MDR
Efek samping Pengawasan
KIE menelan obat
Pengawasan
menelan obat Formulir persetujuan Petugas Kesehatan TAK di Fasyankes Rujukan TB RO/
TAK Dokter terlatih di Fasyankes TB RO
- TAK/Dokter di Fasyankes TB RO +
Tim terapeutik
40
2. Penetapan paduan dan dosis OAT TB RO di Indonesia
Pilihan paduan OAT RO yang disediakan oleh Program saat ini adalah:
a. Paduan OAT standar
Paduan OAT standar diberikan kepada pasien TB RR dan TB MDR dengan
jangka waktu sebagai berikut :
pengobatan OAT standar konvensional (20-26 bulan)
pengobatan OAT standar jangka pendek (9-11 bulan).
b. Paduan OAT Individual
Paduan OAT Individual diberikan kepada pasien yang memerlukan
perubahan paduan pengobatan yang fundamental dari pengobatan OAT
standar yang sudah digunakan sebelumnya, misal:
Pasien terkonfirmasi sebagai pasien TB pre-XDR atau TB XDR sejak
awal, atau terjadi resistensi tambahan terhadap OAT lini kedua golongan
fluorokuinolon dan obat suntik lini kedua selama pengobatan OAT standar
diberikan. Lama pengobatan minimal 24 bulan.
Pasien TB RO yang mengalami efek samping berat terhadap OAT lini
kedua golongan fluorokuinolon dan obat suntik lini kedua. Lama
pengobatan sama dengan pengobatan OAT standar konvensional (20-26
bulan) sesuai dengan respon terhadap pengobatan yang diberikan.
Penetapan paduan dan dosis OAT RO dilakukan oleh TAK atau dokter terlatih di
Fasyankes Rujukan TB RO atau Fasyankes TB RO.
41
b. Pernah menggunakan satu atau lebih OAT lini kedua yang digunakan dalam
paduan OAT standar jangka pendek (Km, Mfx, Eto dan Cfz) selama lebih dari
1 bulan.
c. Intoleransi terhadap lebih dari 1 OAT yang dipakai dalam paduan OAT
standar jangka pendek, atau terdapat resiko toksisitas karena terjadi interaksi
obat dengan obat lain yang digunakan pasien.
d. Kehamilan
e. Kasus TB ekstraparu
f. Bila ada satu OAT dari paduan OAT standar jangka pendek tidak tersedia.
b. Paduan OAT individual untuk pasien TB MDR yang resistan atau alergi
terhadap OAT suntik lini kedua tetapi sensitif terhadap fluorokuinolon (Pre-
XDR) :
Paduan OAT individual untuk pasien baru :
d. Paduan OAT individual untuk pasien dengan alergi atau efek samping berat
terhadap OAT oral lini kedua (Grup C) sedangkan OAT suntik lini kedua dan
golongan fluorokuinolon masih bisa dipakai.
Catatan:
Paduan OAT RO standar konvensional juga akan disesuaikan paduannya
menjadi paduan OAT RO individual jika dicurigai ada resistansi terhadap
OAT lini kedua karena ada riwayat penggunaan paduan OAT selama > 1
bulan, misalnya pasien sudah pernah mendapat fluorokuinolon pada
pengobatan TB sebelumnya maka diberikan Levofloksasin dosis tinggi atau
Moksifloksasin. Sedangkan pada pasien yang sudah mendapatkan
Kanamisin sebelumnya maka diberikan Kapreomisin sebagai bagian dari
paduan OAT yang diberikan. Pengobatan individual akan dikembalikan
kepada pengobatan standar bila terbukti OAT lini kedua tersebut terbukti
masih sensitif.
3. Tahapan pengobatan TB RO
a. Lama pengobatan pasien TB RO
Lama pengobatan pasien TB RO bisa berbeda antara satu pasien dengan
pasien yang lain karena tergantung pada riwayat pengobatan TB RO, jenis
pengobatan yang diberikan dan kapan bulan konversi pemeriksaan
bakteriologis bisa tercapai, menurut ketentuan sebagai berikut :
1) Pasien baru/ belum pernah diobati dengan pengobatan TB RR/ TB MDR
diobati menggunakan paduan OAT standar konvensional :
Lama pengobatan adalah 18 bulan setelah konversi biakan
Lama pengobatan minimal 20 bulan.
2) Pasien baru/ belum pernah diobati dengan pengobatan TB RR/ TB MDR,
diobati menggunakan paduan OAT standar jangka pendek:
Lama pengobatan dihitung berdasarkan hasil pemeriksaan dahak
bulan ke empat dan atau pemeriksaan dahak bulan ke enam.
Lama pengobatan minimal 9 bulan dan maksimal 11 bulan.
3) Pasien sudah pernah diobati TB RR/ MDR atau pasien TB XDR, diobati
dengan paduan OAT individual:
Lama pengobatan adalah 22 bulan setelah konversi biakan.
Lama pengobatan minimal 24 bulan.
b. Tahap pengobatan
Pengobatan TB RO dibagi menjadi dua tahap, yaitu:
1) Tahap awal
Menggunakan paduan OAT yang terdiri dari OAT oral dan OAT suntik lini
kedua (kanamisin atau kapreomisin). Lama pemberian tahap awal
ditentukan oleh pada riwayat pengobatan TB RO, jenis pengobatan yang
diberikan dan kapan bulan konversi pemeriksaan bakteriologis bisa
tercapai.
a) Pasien baru belum pernah diobati dengan pengobatan TB RR/ TB
MDR diobati menggunakan paduan OAT standar konvensional :
Lama tahap awal adalah 4 bulan setelah terjadi konversi biakan.
Diberikan sekurang-kurangnya selama 8 bulan.
b) Pasien baru/ belum pernah diobati dengan pengobatan TB RR/ TB
MDR, diobati menggunakan paduan OAT standar jangka pendek :
Lama tahap awal adalah 4 bulan atau maksimal 6 bulan
Apabila hasil pemeriksaan dahak pada akhir bulan keempat sudah
negatif maka lama tahap awal adalah 4 bulan.
Apabila pemeriksaan dahak akhir bulan keempat masih positif
maka pengobatan tahap awal dilanjutkan sampai 6 bulan. Bila
hasil pemeriksaan dahak akhir bulan keenam sudah negatif maka
pengobatan tahap awal adalah 6 bulan, apabila masih positif
pengobatan dinyatakan gagal.
c) Pasien sudah pernah diobati atau pasien TB XDR diobati
menggunakan paduan OAT standar konvensional:
Lama tahap awal adalah 10 bulan setelah terjadi konversi biakan.
Diberikan sekurang-kurangnya selama 12 bulan.
2) Tahap lanjutan
adalah pengobatan setelah selesai tahap awal sampai dinyatakan
pengobatan telah selesai secara lengkap.
a) Pasien Baru dengan pengobatan OAT standar konvensional :
Lama tahap lanjutan adalah 12-14 bulan.
b) Pasien Baru dengan pengobatan OAT standar jangka pendek:
Lama tahap lanjutan adalah 5 bulan
c) Pasien pernah diobati TB RR/ MDR atau pasien TB XDR:
Lama tahap lanjutan adalah 12 bulan
Catatan:
Satuan bulan yang dimaksud adalah bulan sesuai dosis yang diberikan, bukan
bulan kalender tetapi 1 bulan = 4 minggu = 28 hari.
Pemberian obat oral selama periode pengobatan tahap awal dan tahap lanjutan
menganut prinsip DOT = Directly Observed Treatment dengan PMO diutamakan
adalah petugas kesehatan atau kader kesehatan terlatih.
Obat suntikan harus diberikan oleh petugas kesehatan.
50
4. Pemantauan Pengobatan Pasien TB RO
Pasien harus dipantau secara ketat untuk menilai respons terhadap pengobatan
dan mengidentifikasi efek samping pengobatan. Gejala TB adalah batuk,
berdahak, demam dan berat badan menurun, umumnya membaik dalam
beberapa bulan pertama pengobatan. Pemeriksaan penunjang rutin seperti
pemeriksaan radiologis juga bermanfaat untuk membantu klinisi mengambil
keputusan mengenai kondisi pasien.
Evaluasi Pendukung untuk memantau kondisi pasien yang terkait dengan proses
pengobatan TB RO adalah :
a. Penilaian klinis termasuk berat badan.
b. Pemeriksaan bersifat ad-hoc sesuai indikasi atau penilaian segera bila ada
efek samping.
c. Pemeriksaan laboratorium penunjang sesuai jadual yang ditentukan.
51
Tabel 7a. Pemantauan Pengobatan TB RO menggunakan
Paduan OAT Standar Konvensional dan Individual
Bulan pengobatan
Pemantauan
0 1 2 3 4 5 6 7 8 10 12 14 16 18 20 22
Evaluasi Utama
Pemeriksaan apusan
dahak dan biakan √ Setiap bulan pada tahap awal, setiap 2 bulan pada tahap lanjutan
dahak
Evaluasi Penunjang
Evaluasi klinis
Setiap bulan sampai pengobatan selesai atau lengkap
(termasuk BB)
Uji kepekaan obat √ Berdasarkan indikasi
Foto toraks √ √ √ - √
Ureum, Kreatinin √ 1-3 minggu sekali
selama suntikan
Elektrolit (Na, Kalium, √ √ √ √ √ √ √ √ √
Cl)
EKG √ Setiap 3 bulan sekali
Thyroid stimulating √ - √ √ - √
hormon (TSH)
Enzim hepar (SGOT, √ Evaluasi secara periodik
SGPT)
Tes kehamilan √ Berdasarkan indikasi
Darah Lengkap √ Berdasarkan indikasi
Audiometri √ Berdasarkan indikasi
Kadar gula darah √ Berdasarkan indikasi
Asam Urat √ Berdasarkan indikasi
Test HIV √ dengan atau tanpa faktor risiko
Tabel 7b. Pemantauan Pengobatan TB RO menggunakan
Paduan OAT Standar Jangka Pendek
Bulan pengobatan
Tahap awal 4 bulan Tahap Lanjutan 5
Jenis pemeriksaan (dapat diperpanjang 6 bulan) bulan
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9(11)
Riwayat penyakit X
Pemeriksaan fisik (BB) X X X X X X X X X X
Pemeriksaan Mikroskopis X X X X XX* X X X X XX*
Biakan X X X X X X X X X X
Uji kepekaan (DST) X**
EKG X X X X X X X X X X
Pemeriksaan Audiometri *** X X
Rontgen dada X X X
Darah lengkap X
Kadar Gula Darah X
Serum-Ureum Kreatinin X X X X X
Elektrolit X X X X X
SGOT SGPT, Bilirubin Total X X X X X X
TSH/TSHs X X
Tes kehamilan X
Tes HIV X
Catatan:
1. *) Pada bulan ke 4 dan bulan terakhir pengobatan (bulan ke 9 atau bulan ke 11)
serta pada bulan tambahan menggunakan suntikan ( bulan ke 5 dan ke 6)
dilakukan pemeriksaan mikroskopis menggunakan 2 contoh uji, keputusan
diambil berdasrkan hasil pemeriksaan dari 2 contoh uji tersebut.
2. **) Bila biakan positif pada bulan ke-6 atau terjadi rekonversi, uji kepekaan untuk
OAT lini kedua akan diulang dan pasien dikeluarkan dari paduan jangka
pendek.
3. ***) disarankan menggunakan Simple Electronic Audiometry Test (bila tersedia),
bila tidak tersedia maka bisa menggunakan metode tes audiometri yang lain.
4. Pemeriksaan dapat diulang sesuai indikasi (bila diperlukan)
5. Pemeriksaan tes fungsi hati dapat dilakukan apabila ada indikasi sesuai
keputusan TAK
Setelah menyelesaikan materi di atas, Peserta dapat mengisi latihan 3
Alur 3 : TATALAKSANA PENGOBATAN TB RO RAWAT JALAN (TAHAP LANJUTAN)
FORMULIR PENANGGUNG
KEGIATAN PELAKSANA
(terlampir) JAWAB
Tahap Lanjutan
54
5. Tatalaksana Pasien Berobat Tidak Teratur
Petugas kesehatan harus mengupayakan agar pasien TB RO tidak putus
berobat. Jika pasien TB RO putus berobat, tindak lanjut yang dilakukan harus
mempertimbangkan :
a. Jenis paduan OAT yang digunakan
b. Lama pengobatan yang telah dijalani.
c. Lama putus berobat.
d. Hasil pemeriksaan apusan dahak untuk BTA.
e. Hasil pemeriksaan biakan dan uji kepekaan.
55
a. Pasien pengobatan tahap awal :
Hasil biakan negatif, lanjutkan pengobatan
sesuai tahapan pengobatan
Hasil biakan positif dan pasien sudah
mengalami konversi sebelumnya, maka
perhitungan tahap awal menunggu konversi
biakan
b.Pasien pengobatan tahap lanjutan
Hasil biakan negatif teruskan pengobatan
Hasil biakan positif pertimbangkan risiko
kegagalan pengobatan
Ada keterangan bahwa pasien pernah mangkir di
TB 01 MDR.
> 8 minggu ≤ 4 minggu 1. Kartu pengobatan TB 01 MDR ditutup, pasien
dinyatakan sebagai lost to follow up (lalai berobat).
2. Pasien mendapatkan KIE ulang yang menekankan
kepatuhan pengobatan.
3. Pasien ditatalaksana sebagai terduga TB RO dari
awal.
Lakukan pemeriksaan tes cepat.
Jika hasil pemeriksaan Resistan Rifampisin (RR)
dilanjutkan pemeriksaan biakan dan uji kepekaan
untuk OAT lini kedua.
4. Pengobatan bisa dimulai dari awal dengan paduan
OAT yang sama tanpa menunggu hasil uji kepekaan.
5. Tipe pasien tetap sama seperti saat awal pengobatan
sebelumnya.
56
2. Pasien mendapatkan KIE ulang yang menekankan
kepatuhan pengobatan.
3. Pasien ditatalaksana sebagai terduga TB RO dari awal.
Lakukan pemeriksaan konfirmasi dengan tes cepat.
Bila hasil tes cepat Resistan Rifampisin, lakukan
pemeriksaan biakan dan uji kepekaan untuk OAT
lini kedua.
4. Pengobatan dimulai setelah ada hasil uji kepekaan.
5. Tipe pasien adalah pasien yang kembali berobat
setelah putus berobat (lost to follow up) dari
pengobatan dengan OAT lini kedua.
6. Penyesuaian paduan dimungkinkan bila hasil uji
kepekaan lini ke-2 keluar.
7. Jika kondisi pasien memburuk, pasien bisa diobati
dengan pengobatan standar TB RO tanpa menunggu
hasil uji kepekaan, paduan OAT menggunakan obat
golongan injeksi, fluorokuinolon dan OAT lini kedua lain
yang belum dipakai. Berbeda.
8. Pasien dengan Paduan OAT standar jangka pendek
harus berganti ke paduan OAT standar konvensional/
Individual sesuai hasil Uji Kepekaan.
57
a yang secara klinis, radiologis, dan biakan
.
menunjukkan penyakit masih aktif
P progresif, atau kondisi klinis kembali
a
memburuk setelah
s
i
e
n
d
e
n
g
a
n
r
i
s
i
k
o
g
a
g
a
l
p
e
n
g
o
b
a
t
a
n
,
y
a
i
t
u
:
P
a
s
i
e
n
58
pengobatan bulan ke-4. Langkah-langkah yang harus dilakukan pada pasien
dengan resiko gagal pengobatan :
1) Menelaah kartu pengobatan pasien (TB.01 MDR) untuk menilai
kepatuhan pengobatan.
2) Melakukan konfirmasi apakah pasien sudah menelan semua obat yang
diberikan, dengan melakukan wawancara ulang pada pasien.
3) Menelaah ulang paduan pengobatan dan menghubungkannya dengan
riwayat pengobatan, kontak dengan pasien TB RO dan laporan hasil uji
kepekaan. Bila paduan tersebut tidak adekuat maka sebaiknya ditetapkan
paduan yang baru.
4) Menelaah ulang hasil pemeriksaan mikroskopis dahak dan biakan secara
serial serta membandingkannya dengan kondisi klinis pasien dan
gambaran radiologis.
5) Melakukan uji kepekaan ulang untuk OAT lini kedua untuk mengetahui
apakah ada resistensi tambahan terhadap OAT lini kedua.
6) Pasien dengan hasil pemeriksaan mikroskopis dahak dan biakan negatif
tetapi terdapat perburukan klinis mungkin diakibatkan oleh penyakit lain
selain TB RO.
7) Menelaah ulang adanya penyakit lain yang dapat menurunkan absorpsi
obat (seperti: diare kronik) atau penurunan sistem imunitas (misalnya:
infeksi HIV).
8) Perubahan paduan pengobatan ditetapkan oleh Tim Ahli Klinis di
Fasyankes Rujukan TB RO dan dokter terlatih di Fasyankes TB RO
dengan masukan dari TAK fasyankes Rujukan TB RO. Di Fasyankes
Rujukan TB RO pengambilan keputusan dilakukan oleh TAK dengan
masukan dari Tim Terapeutik jika diperlukan. Efektivitas pengobatan ini
baru dapat dinilai setelah 3-4 bulan yaitu dengan melihat konversi biakan.
9) Penatalaksanaan dilakukan seoptimal mungkin, termasuk pertimbangan
tindakan operasi jika memungkinkan.
Alur 4. Tatalaksana pasien dengan hasil biakan berubah dari negatif menjadi positif
EVALUASI :
- Melakukan review kartu pengobatan pasien
- Evaluasi DOT untuk memastikan OAT diminum secara benar
TINDAKAN :
- Ulangi pemeriksaan BTA dan biakan sekurangnya dari 2 sampel
sebagai konfirmasi
- Ulangi pemeriksaan radiologi untuk melihat perkembangan penyakitnya
Data yang dikumpulkan dalam surveilans harus valid (akurat, lengkap dan tepat
waktu) sehingga menjamin kualitas pengolahan dan analisis data. Sistem
pencatatan dan pelaporan kegiatan MTPTRO mengacu pada sistem yang sesuai
dengan pencatatan pelaporan strategi DOTS.
a. Jenis Formulir Dalam Kegiatan Pengobatan TB RO
Formulir pencatatan dan pelaporan yang digunakan oleh Fasyankes Rujukan
TB RO dan Fasyankes TB RO adalah sebagai berikut :
1) Formulir Kunjungan Rumah
65
66
67
68
Lvnpiran
G.lmb.lr de-nah rumah pasi,e,n :
NJnu :...................................•.•.••.•. No. Regi,Lor ,uspok: .•..•... J I I .
ke Puskesmas Kee.unatM I Pusk!:smu Kthnhan t!tdfbt
69
2) Formulir persetujuan Tim Ahli Klinis
70
71
3) Formulir Data Dasar Pasien
72
Ill. RIWAYAT PENYAKIT DAHULU
Riwa ,at Pengobatan TB sebelumnva (dari pertama hine,ra terakhir
No. Tingcal Dimulai Pttduan din Umi f,1silitis Kes.ehatan DOTS Ha:SilAkhir
(tgl/bln/thn) (bulon) (Y/T) P•ncobihn
(las.mbuh,
2:l)*n,Cobltln
t.nt\lp, 3::gagal,
4:d•fault, 5-ak
ddtetahui)
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Kontak dengan pasien TB akt� : D Todak Jika lya D MOR D Bukan MOR
73
74
75
PETUNJUK PENGISIAN FORMULIR DATA DASAR
76
21. Nama Ibu Isilah dengan nama ibu kandung pasien
22. Alamat Orang tua Isilah dengan alamat lengkap orang tua pasien. Tuliskan
nama jalan, blok, nomor rumah, rt., rw.,kelurahan,
kecamatan, kota, propinsi dan kode pos
23. Nomor Telepon Isilah dengan nomor telepon dari orang tua pasien yang
dapat dihubungi
24. Penghasilan Keluarga per Berilah tanda rumput () atau isilah berapa jumlah
bulan penghasilan keluarga per bulan. Jika terdapat lebih dari
satu sumber penghasilan, jumlahkan terlebih dahulu.
25. Kerabat yang dapat Tuliskan nama kerabat yang dapat dihubungi bila
dihubungi bila diperlukan diperlukan. Tuliskan hubungan kerabat tersebut dengan
/hubungan/alamat/telepon pasien dan isilah alamat lengkap serta nomor telepon
kerabat tersebut
26. Dirujuk oleh Berilah tanda rumput () pada salah satu dokter praktik
swasta/fasilitas kesehatan yang merujuk pasien. Tuliskan
nama fasilitas kesehatan/dokter tersebut, dan tuliskan
dengan lengkap alamatnya.
27. Jumlah Kontak Serumah Tuliskan berapa jumlah orang satu rumah yang kontak
dengan pasien, kelompokkan berdasarkan usia ≤ atau >
14 tahun.
28. Keluhan Utama Tuliskan keluhan utama pasien
GEJALA KLINIS
29. Berilah tanda rumput () pada setiap gejala klinis yang dirasakan oleh pasien,
lengkapi dengan lamanya gejala dirasakan, dan tuliskan penjelasan dari setiap gejala
yang dirasakan pasien.
RIWAYAT PENYAKIT DAHULU
30. Riwayat pengobatan TB Isilah tabel yang tersedia dengan riwayat pengobatan TB
sebelumnya sebelumnya yang pernah diterima oleh pasien, mulai dari
yang pertama hingga terakhir. Tuliskan tanggal dimulai,
paduan OAT dan lamanya, nama FASYANKES/dokter yang
memberikan, apakah dengan DOTS atau tidak dan
bagaimana hasil akhir pengobatannya.
31. Kontak dengan pasien TB Berilah tanda rumput () pada salah satu pilihan yang
aktif sesuai.
77
32. Ko-Morbiditas Berilah tanda rumput () pada ko-morbiditas (penyakit
penyerta) yang juga dialami pasien. Isilah lamanya dan
tuliskan riwayat pengobatan atau status penyakit
penyerta pasien.
33. Alergi Bila pasien memiliki alergi terhadap obat-obatan, isilah
nama obat dan tipe reaksi alerginya (keluhan)
34. Obat lain yang sedang Isilah dengan nama/jenis obat yang sedang dikonsumsi
dikonsumsi
35. Riwayat Operasi Isilah dengan riwayat operasi yang pernah dilakukan
pasien, tuliskan tanggal dan komplikasi yang dialami jika
ada.
RIWAYAT SOSIAL
36. Merokok, Alkohol, Tuliskan riwayat penggunaan, jumlah dan jenisnya
Narkoba
37. Riwayat Obstetri (Hanya Tuliskan Hari Pertama Haid Terakhir, Gravida (G) –
untuk Wanita) Jumlah Kehamilan, Para (P) – Jumlah anak yang dilahirkan
hidup, Abortus (A) – Jumlah anak yang dilahirkan mati
38. Tanda Vital Isilah dengan lengkap seluruh tanda vital pasien,
termasuk tinggi dan berat badan.
39. Pemeriksaan Fisik Umum Lengkapi pemeriksaan fisik umum pasien, deskripsikan
bila terdapat kelainan.
40. Prosedur Laboratorium Tuliskan hasil pemeriksaan laboratorium yang telah
dilakukan oleh pasien (Pemeriksaan Apusan Dahak,
Biakan, dan uji kepekaan), berikan tanggalnya.
41. Hasil Laboratorium Isilah hasil pemeriksaan laboratorium lain (darah, urin)
Lainnya yang telah dilakukan oleh pasien, berikan tanggalnya.
42. Foto Rontgen Dada Isilah dengan tanggal pemeriksaan dilakukan, dan
gunakan kode untuk diisikan pada kotak sesuai dengan
lobus paru dimana kelainan tersebut ditemukan.
PENILAIAN
44. Berilah tanda rumput () pada salah satu kriteria yang sesuai, berikan pula tanda
rumput () pada tipe Pasien terduga. Tuliskan penyakit lain selain TB yang dialami
pasien.
78
RENCANA TINDAK LANJUT
45. Berilah tanda rumput () pada rencana tindak lanjut yang akan dijalankan oleh
pasien, tuliskan jumlah pemeriksaan yang harus dilakukan, paduan obat bila pasien
akan mendapat OAT sementara menunggu hasil pemeriksaan.
46. Dokter Pemeriksa Isilah dengan nama dokter pemeriksa dan tanda
tangannya. Isilah tanggal dilakukan pengisian data dasar.
79
4) TB. 01 MDR
Kartu TB 01 MDR disimpan di Fasyankes Rujukan TB RO atau TB RO, dan
dibuatkan salinannya (copy) apabila pasien melanjutkan pengobatan di
Fasyankes satelit.
80
81
� R:1.-:-
k:n
'
��IILOR.F.:1.-:.)'CI�
'
-
. :,i,i � ��.::.ao::.r.;:•
l*"- a2) I .,_�e:.:c4d: DST I
-
u:, • .a I TOI A.:: :Cl:! T,::.-:.1:
• H4-:all��"
•
f;!
Fi��
BT....
"""""" !S,TA I
•• • I • • • • • I
I
::!A. I' ffi I'
, ..as
""·
"' """""'" •
D �::turTe Fl. ,_1�.
� ' � u, ltleea�
lrlleladlce
�
1- 1 � 1a�
]S f f:a)
..... . . -·-
.. I I I
··-
---
I I I I
3
""
M..""'ICC�· M:1:-� H ts:
.
.. c : :.e,,it'b,·:a.:r.a� "�
"""""" I
2
�
';):t� I
:1�11:1.-:.id :-1(.:.�,c :Ztr.:.
1111:,e,bo,os .....
oc;e,t;
:lnl
•.
e R : l?"..J';.:xs c-=-i Ol'll. : Olk-�
e tE:l�ct;.� .llil.."n'.I::� CL=-.o..'H"::_., �s
,,
'"' � �
�� .. &[;:)
�� p - :
-
'2 Wtee! : iii"t::_. :=,::.;:. oecr.ur.:ti.--
, ._ 82
�
1:;:.3,3 ··ZC
n
u-=- '1-"l•t·>C ace -
,., $CCl
9l(e:,loN
-
d;:d.3)�
>'S-30�
1-:2":J-1:(C �
1!:,
n
,.. Ti:ID IOccle � BeiC::,i.:.� l�J
Fo:t:>
,ie. !�·
'1 ! 5' =1:-� 7:F'( �
. .. _ 1 : K.:rot"::.:;
�:�k::::::al
....
1:f:F'l (S:�....ei
::::� •Sf:�
2.: t.cc'Ul (i,:J : B'r:::;11 Ac-u;:.
�:3,
:.,:::
:� ... H:Pt :::t:D:,,::
�.
-=··
S.: t...trs�=::t
... ,,� 112: a ,1e::t;:1cer.;
..
,:::
£<,r�F•=I� !1$.:-E
:?.'1:W�A.
K3!�·C'::!!_.....
-""'
,s �:: W�b�:t lladie:l��
�. aa :.lac=.=--
C.IIQlWJ!IIUf .,..,,
� :=:::::t,��• 111..hr..a..a, a- c,,e:n1t�1 � t:,:sed =::c.x:eiw.::.:i:4 oecr,;�ilif,
82
'
'
-
P �
( T L� - - -
O jl
�-
- �-
JLS�YAM O •
�- - -
• •
MO"i.F4$
-
c:c.-
-Q,lu) ..
u,
-
L T.NiUloP A]9AI.. G?:n
""""" , • • ,,,
sJ
• •
�
2
'
e
'
- = ,,
u u
"" r;
" '"
ti ff
- 0 2' z:,
,..
n
"'
:s ,. ,,, ,.
.,. z
... 0
-
.
£
, kSll'I _
�
=- ...._ D! �
11S9-.
- _.
�
83
-
-
83
84
Petunjuk pengisian formulir TB 01 MDR
Halaman 1
1. Nama Pasien Sudah jelas
2. Alamat lengkap Tulis lengkap
3. Nama PMO Tuliskan nama Pengawas Menelan OAT pasien
secara lengkap, kemudian dalam kurung tulis status
PMO tersebut, misalnya: (petugas kesehatan),
(kader), dll.
4. Alamat lengkap PMO Tulis lengkap
5. Jenis kelamin Beri tanda pada kotak yang sesuai.
6. Umur Tulis umur penderita dalam tahun.
7. Parut BCG Beri tanda pada kotak yang sesuai.
8. Catatan Tulis hasil pemeriksaan lain yang dilakukan
misalnya pemeriksaan lain seperti biopsi,
histopatologi dll.
9. Nama Fasyankes Tulis nama Fasyankes Rujukan/Sub Rujukan TB
Rujukan/Sub Rujukan TB RO tempat pasien berobat
RO
10. Tahun Tahun mulai pengobatan
11. No. Reg.TO RO Fasyankes Tuliskan no register pasien TB RO sesuai
ketentuan :
“AA / BBB”
A : 01 = RS. Persahabatan
02 = RS. Dr. Soetomo
B : Nomor urut pasien sesuai urutan pasien yang
diobati pada tahun tersebut. Misal : 01/010
12a. No.Reg.TB RO Kab/Kota Diisi oleh wasor, sesuai nomor register TB RO
kabupaten/ kota (TB.03 MDR)
12b Provinsi Tulis nama provinsi tempat pasien berobat
13. Tanggal Registrasi Tulis tanggal pasien di registrasi
14. Asuransi kesehatan pasien Beri tanda pada kotak yang sesuai, dan
sebutkan jika ada
15. Pemeriksaan kontak Tulis nama, jenis kelamin, umur dari semua orang
serumah yang tinggal serumah dengan penderita TB RO.
Lakukan pemeriksaan sesuai petunjuk, kemudian
85
tulislah tanggal dan hasil pemeriksaan tersebut.
16. Dirujuk oleh Beri tanda pada kotak yang sesuai dan tuliskan
nama yang sesuai
17. Klasifikasi pasien Beri tanda pada kotak yang sesuai. Pada
pasien Ekstra Paru, tulislah dimana lokasinya,
18. Tipe Registrasi pasien Beri tanda pada kotak yang sesuai.
19. Riwayat pengobatan TB Tuliskan periode pengobatan, rejimen pengobatan
sebelumnya dan hasil pengobatan jika pasien sudah pernah
mendapat pengobatan TB sebelumnya.
Misalnya : “Januari – Juni 2010”
20. Pertemuan Tim Ahli Klinis Tuliskan tanggal, tujuan dan keputusan tim ahli
klinis secara lengkap
21. Apakah pernah Beri tanda pada kotak yang sesuai. Lengkapi
mendapatkan OAT Lini dengan jenis OAT lini kedua dan lamanya
kedua menelan obat tersebut
Halaman 2
22. Hasil pemeriksaan dahak Hasil tersebut harus ditulis sesuai baris dari bulan
pemeriksaan yang dilakukan, misalnya baris bulan D
untuk pemeriksaan awal (kepentingan diagnosis).
Baris bulan ke 1 untuk pemeriksaan pada akhir
bulan ke 1, dan seterusnya.
Pada kolom BTA :
Tulis hasil tingkat positif (gradasi) yang tertinggi
(misal : ++ = ditulis 2+, +++ = ditulis 3+) atau Neg
jika hasil nya negatif.
Pada kolom biakan :
PEMBACAAN PENCATATAN
86
RR : MTB resistan R
N : MTB Negatif
I : Invalid/ Error
24. Hasil uji kepekaan OAT Tulis hasil uji kepekaan masing – masing Obat
sesuai kolomnya.
S = sensitif
R = resisten
TD = Tidak dilakukan
25. Kode Hasil Bacaan Foto Tulis tanggal dan kode hasil bacaan foto thorax
Thorax sesuai tabel
26. Catatan Tuliskan catatan apabila ada kejadian khusus dan
penting yang terjadi selama masa pengobatan),
misal efek samping, pasien melanjutkan
pengobatan ke Fasyankes satelit dsb.
Halaman 3
1. 27.
Tuliskan tanggal
Paduan penentuan
TB RO yang atau perubahan
diberikan rejimen baik dosis maupun penghentian salah
satu obat.
2. Tulis berat badan pasien (dalam Kg) pada
tanggal tersebut.
3. Tulislah jumlah tablet/ dosis obat suntik pada
kolom OAT yang diberikan.
4. Beri tanda “X” pada kolom obat yang
dihentikan penggunaannya
28. Tahap awal 1. Kolom Pemberian Obat : Di kolom bulan,
tulis nama bulan pengobatan.
2. Di kotak-kotak tanggal, beri tanda jika
penderita datang mengambil obat atau
pengobatan dibawah pengawasan petugas.
3. Beri tanda O pada tanda jika pada hari itu
pasien juga mendapatkan pengobatan
suntikan.
Contoh:
Tanggal 6 7 8 9 10 11 12 13
Tanda O O O O O
87
Halaman 4
29. Tahap lanjutan Sama dengan kolom pemberian obat tahap
intensif.
30. Catatan akhir pengobatan Tulis pada kolom catatan jika ada kejadian penting
yang menyertai akhir pengobatan, misalnya bila
pasien dinyatakan default, tulis upaya yang telah
dilakukan, hasil pelacakan pasien tersebut.
30 Hasil akhir pengobatan Tuliskan tanggal hasil akhir pengobatan pada
kotak yang sesuai
31 Status HIV pada saat P : positif
diagnosis TB RO N : negatif
TD : tidak diketahui
32 Status HIV pada saat akhir P : positif
pengobatan TB RO N : negatif
TD : tidak diketahui
33 ART Y : ya
T : Tidak
88
5) TB.02 MDR :
Kartu TB.02 disimpan oleh penderita. Setiap kali penderita dating untuk
berobat kartu ini harus dibawa, Petugas berkewajiban mengisi kartu ini
selesai memberikan obat kepada penderita. Selain mencatat identitas
penderita, kartu ini dipakai pula untuk mencatat paduan obat yang
diberikan kepada penderita, jumlah obat yang telah diberikan kepada
penderita, tanggal harus kembali, tanggal pemeriksaan ulang dahak, dan
catatan lain oleh dokter atau perawat. Cara pengisian data pada sampul
depan cukup jelas dan sesuaikan dengan kartu pengobatan pasien (TB
01 MDR).
89
Tanggal Peljanpan
liooi (la,�lxitter, Pertsa IJarg � 15at!il
T� Perierlsalrl
Palm Tmlaigln HiM Cala!!ii
f�dll!ii
90
Petunjuk pengisian Buku pasien TB RO (TB 02 MDR)
91
6) TB. 03 MDR yaitu Buku register pasien TB MDR (TB.03 MDR berada di
Fasyankes Rujukan TB RO dan fayankes TB RO). Adapun contoh register
Fasyankes yang sudah diisi ada di lampiran.
7) Formulir Melanjutkan Pengobatan
Formulir melanjutkan pengobatan merupakan biasanya digunakan saat akan
mendesentralisasi pasien dari RS TB RO Rujukan/TB RO ke fasyankes satelit.
D Baru D Pindahan
D Kambuh D Lain - Lain
D Setelah Lalai
D Gagal K1
D Gagal K2
Pemeriksaan Bulan ke :
.--....::;:::=:;:::===�;::::=::::::;:===::::;::::::=:::;===:::;
Hasil :! BTA
Tanggal: I 1- - . . . _ . . .I-- . ._ ._ I::== Biakan
._.. . ,. . . . .
.......................... , Tgl. ······················
·················;········, Tgl. : .
93
C. TATALAKSANA PENGOBATAN TB RESISTAN OBAT PADA ANAK.
Prinsip dasar:
Pengobatan diberikan untuk pasien anak terkonfirmasi bakteriologis sebagai
pasien TB RO maupun pasien yang terdiagnosis secara klinis.
Paduan pengobatan untuk anak sama dengan paduan pengobatan TB RO pada
dewasa.
Dosis untuk anak diberikan secara individual disesuaikan dengan berat badan
dan tata cara pemberian OAT pada anak (tabel 11).
Focal point TAK untuk tatalaksana TB RO pada anak adalah dokter ahli anak
dengan dibantu oleh dokter ahli anggota TAK yang lain.
95
Keterlibatan semua stakeholder dalam jejaring pengendalian TB RO dan HIV
sangat diperlukan.
Internal Fasyankes : Harus ada kerja sama yang baik antara unit TB RO dan
Unit HIV.
Eksternal Fasyankes: Badan koordinasi yang selama ini terlibat dalam
kolaborasi TB-HIV juga harus diikutsertakan dalam penanganan kasus TB
RO dan HIV. Keterlibatan dan kemitraan dengan unsur masyarakat dan LSM
peduli TB dan HIV juga perlu dikembangkan.
Penanganan kasus bila terjadi efek samping obat menjadi semakin kompleks.
Pada pengobatan dengan ART tidak memungkinkan dilakukan trial satu per satu
untuk mengetahui obat mana yang menimbulkan efek samping karena potensi
resistansi yang besar. Tabel di bawah ini dapat dipakai untuk memperkirakan
penyebab efek samping.
Tabel 10. Potensi Toksisitas OAT RO dan ART
Toksisitas ART OAT Keterangan
Neuropati d4T, Cs,H, Hindari pemakaian d4T dan ddI bersamaan dengan Cs
perifer ddI Km, Eto, karena secara teoritis bisa menimbulkan neuropati
E perifer. Bila terpaksa digunakan bersamaan dan timbul
neuropati, ganti ART dengan yang kurang neurotoksis.
Toksisitas EFV Cs, H, - Efavirenz (EFV) mempunyai toksisitas besar terhadap
pada saraf Eto, saraf pusat (gejala: bingung, penurunan konsentrasi,
pusat fluorokuin depersonalisasi, mimpi abnormal, sukar tidur dan
olon pusing) pada 2-3 minggu pertama pengobatan yang
akan sembuh dengan sendirinya. Bila tidak hilang,
perlu dipikirkan penggantian EFV. Psikosis jarang
dijumpai pada penggunaan EFV sendiri.
- Cs mempunyai efek samping yang serupa dengan
EFV, pada beberapa pasien pemakaian Cs akan
dampak cukup berat
berupa psikosis.
- Saat ini sangat sedikit informasi mengenai pemakaian
EFV dan Cs secara bersamaan.
Depresi EFV Cs, - 2,4 % dengan EFV menunjukkan depresi berat. EFV
Fluorokui perlu diganti bila ditemukan depresi berat.
nolon, H, - Pemberian Cs bisa memicu terjadinya depresi yang
Eto berat sampai kecenderungan bunuh diri.
- Keadaan sosial ekonomi buruk dengan penyakit
menahun dan ketidaksiapan psikis menjalani
pengobatan dapat juga memberikan kontribusi
terjadinya depresi.
Sakit AZT, Cs - Singkirkan penyebab lain dari sakit kepala sebelum
kepala EFV menetapkan sakit kepala sebagai akibat ART dan
OAT. Sakit kepala karena AZT, EFV dan Cs biasanya
tidak berkepanjangan. Beri analgesik ibuprofen atau
parasetamol.
Mual dan RTV, Eto, PAS, - Mual dan muntah adalah efek samping yang sering
Muntah d4T, H, E, Z terjadi dan dapat diatasi dengan baik.
NVP - Bila muntah berkepanjangan disertai nyeri perut,
99
Toksisitas ART OAT Keterangan
kemungkinan besar karena asidosis laktat dan/atau
hepatitis sekunder karena pengobatan.
Nyeri Semua Eto, PAS - Nyeri perut merupakan efek samping yang banyak
perut ART dijumpai, biasanya tidak membahayakan.
menyeb - Tetapi perlu diwaspadai sebab nyeri perut dapat
abkan sebagai gejala permulaan dari efek samping lain
nyeri seperti pankreatitis, hepa-titis dan asidosis laktat.
perut.
Diare Semua Eto, PAS, - Diare merupakan efek samping umum baik ART
PI, ddl Fluorokui maupun OAT.
(dengan no-lon - Pada pasien HIV, pertim-bangkan terdapatnya infeksi
bufer) oportunistik sebagai penyebabnya atau karena infeksi
Clostridium difficile (penyebab kolitis pseudomembran).
Skin rash ABC, Z, PAS, - Tidak boleh dilakukan re-challenge dengan ABC
NVP, Fluorokui karena dapat menyebabkan syok anafilaktik yang
EFV, no-lon dapat fatal.
d4T dan - Tidak boleh dilakukan re-challenge obat yang terbukti
lainnya menimbulkan Steven-Johnson Syndrome.
- Kotrimoksasol bisa menjadi penyebab skin rash bila
pasien juga mendapatkan obat ini.
- Tiasetason tidak boleh diberikan kepada pasien HIV.
Nefrotoksi TDF Km, Cm - TDF dapat menyebabkan kelainan ginjal berupa
sitas
100
Toksisitas ART OAT Keterangan
sindrom Fanconi, hipofos-fatemia, hipourisemia,
proteinuria, normoglikemik glikosuria dan gagal ginjal
akut.
- Belum ada data tentang efek penggunaan TDF
bersamaan dengan Km/Cm, perlu pengawasan
khusus bila pasien mendapat keduanya.
- Meskipun tanpa TDF, pasien HIV mempunyai risiko
nefrotoksisitas lebih tinggi bila mendapatkan Km dan
Cm.
- Perlu pemantauan serum kreatinin dan elektrolit lebih
rutin pada pasien HIV yaitu setiap 1-3 minggu sekali
selama tahap intensif.
Dosis ARV dan OAT yang nefrotoksik harus
disesuaikan bila sudah terjadi insufisiensi ginjal.
101
6. Monitoring pengobatan TB RO dan HIV
Monitoring pengobatan TB RO dan HIV sama dengan monitoring pengobatan TB
RO tanpa HIV. Evaluasi tambahan untuk pasien HIV positif meliputi pemeriksaan
CD4, viral load, siphilis, pap smear, dan pemeriksaan serologis untuk Hepatitis B
dan C.
Bulan pengobatan
Pemantauan
0 1 2 3 4 5 6 8 10 12 14 16 18 20 22
Evaluasi Utama
Pemeriksaan dahak dan biakan Setiap bulan pada tahap awal, setiap 2 bulan pada fase
√
dahak lanjutan
Evaluasi Penunjang
Evaluasi klinis : Pengobatan konko-
mitan, BB, gejala klinis, kepatuhan Setiap kali kunjungan
berobat
Uji kepekaan obat √ Berdasarkan indikasi
Foto toraks √ √ √ √
Ureum, Kreatinin √ 1-3 minggu sekali
selama suntikan
Elektrolit (Na, Kalium, Cl) √ √ √ √ √ √ √
EKG √ Setiap 3 bulan sekali
Thyroid Stimulating Hormon (TSH) √ √ √ √
Enzim hepar (SGOT, SGPT) √ Evaluasi secara periodik
Tes kehamilan √ Berdasarkan indikasi
Darah Lengkap √ Berdasarkan indikasi
Audiometri √ Berdasarkan indikasi
Kadar gula darah √ Berdasarkan indikasi
Asam Urat √ Berdasarkan indikasi
Test HIV √ dengan atau tanpa faktor risiko
Evaluasi tambahan untuk pasien HIV positif
Sifilis (VDRL) √ Berdasarkan indikasi
Pap Smear √ Berdasarkan indikasi
Hepatitis B dan C √ Berdasarkan indikasi
CD4 √ √ √ √
Viral load Berdasarkan indikasi
102
7. Manajemen Sindrom Pemulihan Kekebalan (IRIS)
Sindoma pemulihan kekebalan (IRIS) adalah sindrom yang terjadi saat gejala TB
tampak memburuk pada awal pemberian ART, biasanya terjadi pada awal
pemberian ART yaitu pada tiga bulan pertama. Gejala sangat bervariasi dari
ringan sampai berat dan lebih sering terjadi pada pasien dengan angka CD4 <
50. Sindrom ini merupakan tanda bahwa sistem kekebalan tubuh mulai bekerja
kembali sehingga sering disalahartikan bahwa pengobatan TB RO mengalami
kegagalan atau tidak ada respons terhadap pemberian ART.
Gejala yang muncul dan terkait dengan TB antara lain demam, pembesaran
limfonodi, infiltrat meluas, distress pernafasan, nyeri kepala berat dan paralisis.
Tidak disarankan untuk menghentikan ART tanpa berkonsultasi kepada dokter
ahli di unit layanan HIV yang ada di rumah sakit.
104
Letih/ Lesu - Pertimbangkan kemungkinan terjadi hipokalemia
atau gagal ginjal, periksa kreatinin dan kadar kalium.
- Pertimbangkan terjadinya anemia, periksa kadar Hb.
- Pertimbangkan terjadinya hipotirodisme bila pasien
mendapatkan Eto dan PAS, periksa kadar TSH.
Depresi, kecemasan, - Banyak penyebab gangguan kejiwaan yang dialami
mimpi buruk, psikosis pasien, salah satunya adalah efek samping obat.
- Obat yang bisa menyebabkan adalah EFV dan sikloserin.
Bila disebabkan EFV biasanya gejala tidak terlalu berat
- dan akan berkurang setelah tiga minggu, bisa
dipertimbangkan penggantian dengan NVP.
Bila penyebabnya adalah sikloserin gejala biasanya
- berupa serangan panik, waham, paranoia, depresi
Gatal dan skin rash - Bila gejala ringan berikan antihistamin dan laku-kan
monitoring ketat. Waspada mungkin pertanda
terjadinya Steven Johnson Syndrom.
- Bila pasien baru memulai pengobatan dengan NVP dan
tidak memberikan respons terhadap antihista- min maka
pertimbangkan penggantian NVP ke EFV. Bila timbul
- gejala berat seperti gatal di seluruh tubuh,
kemerahan yang merata, kulit terkelupas dan
keterlibatan mukosa maka hentikan semua obat baik
ART, OAT maupun PPK.
- Bila gejala di atas telah terkendali maka proses
reintroduksi obat dilakukan dengan sangat hati-hati.
Ikterus - Hentikan sementara semua pengobatan dan lakukan
pemeriksaan fungsi hati (SGOT, SGPT, bilirubin).
105
- Ikterus bisa disebabkan oleh EFV, NVP, Pirazinamid
dan etionamid. Obat lain juga bisa menimbulkan
gangguan pada hati tetapi kemungkinannya tidak
sebesar 4 obat di atas. Singkirkan terlebih dahulu
penyebab yang lain.
- Ikuti panduan mengenai bagaimana memulai kembali
pengobatan setelah masalah terkendali.
Anemia - Anemia mungkin disebabkan oleh IO yang tidak
terdiagnosis, kurangnya asupan nutrisi maupun efek
dari pengobatan.
- Lakukan pemeriksaan Hb sesuai dengan jadual
pemeriksaan atau pada saat pasien tampak pucat
dan anemis.
- AZT bisa menimbulkan anemia, biasanya terjadi
pada enam minggu pertama pengobatan. Bila Hb
< 8g/dl maka ganti AZT dengan d4T/ TDF.
Neuropati perifer - Bisa disebabkan oleh ART (ddI, d4T) dan OAT
(sikloserin dan obat injeksi).
- ART yang paling sering menimbulkan neuropati
perifer adalah d4T, ganti dengan AZT.
- Pemberian amitriptilin 25 mg pada malam hari akan
sangat membantu bagi pasien yang keluhannya tidak
berkurang setelah penggantian ART.
- Bila penyebabnya adalah OAT maka tingkatkan
dosis vitamin B6 yang diberikan menjadi 200mg/ hari
sampai gejala hilang.
Kejang otot - Kemungkinan disebabkan oleh electrolite wasting
terutama kalium. Cek kadar kalium segera.
- Penggantian kalium dengan pemberian makanan
kaya kalium seperti pisang ambon atau pemberian
suplemen kalium.
Nyeri kepala - Berikan parasetamol.
- Lakukan assessment mengenai kemungkinan
meningitis.
- Bila pasien mendapatkan AZT/ EFV yakinkan
106
kembali bahwa hal tersebut adalah efek samping
yang biasa dan biasanya akan sembuh dengan
sendirinya.
- Bila disebabkan oleh sikloserin biasanya kronik.
Gangguan ginjal - Lakukan pemeriksaan ureum, kreatinin.
(gagal ginjal, edema, - Lakukan penatalaksanaan bersama dengan ahli
retensi urin, hipertensi) nefrologi.
- Bila berat pengobatan yang bersifat nefrotoksik
seperti obat-obat injeksi, kuinolon dan TDF
dihentikan sementara.
- Pengobatan dimulai sesuai dengan kondisi ginjal
pasien, dilakukan dengan pengaturan dosis dan
frekuensi pemberian.
Demam - Bisa disebabkan penyakit lain yang umum, infeksi
oportunistik, IRIS dan efek samping obat.
Bila terjadi setelah pasien menjalani terapi ART
kemungkinan terjadi IRIS
- Berikan parasetamol, hindari dosis yang berlebihan.
- Berikan cairan untuk menghindari dehidrasi.
107
E. PENGOBATAN TB RESISTAN OBAT PADA KEADAAN KHUSUS
Beberapa keadaan khusus tertentu dapat dialami oleh pasien setelah dan selama
mendapatkan pengobatan TB RO, sehingga pasien perlu mendapatkan penanganan
yang spesifik sesuai dengan kondisinya dan pengobatan TB RO nya tetap dapat
diteruskan sampai selesai. Beberapa kondisi tersebut antara lain adalah :
1. Pengobatan TB RO pada perempuan usia subur
a. Semua pasien TB RO usia subur yang akan mendapat pengobatan dengan
OAT RO, harus melakukan tes kehamilan terlebih dahulu.
b. Bila ternyata pasien tersebut tidak hamil, pasien dianjurkan memakai
kontrasepsi fisik selama masa pengobatan untuk mencegah kehamilan.
Tabel 14. Perubahan dan penyesuaian dosis OAT pada gangguan ginjal
Perubahan Perubahan Dosis yang dianjurkan dan
Obat
frekuensi? dosis? frekuensi
Z Ya Ya 25-35 mg/kg/dosis, 3 x/minggu
E Ya Tidak 15-25 mg/kg/dosis, 3 x/minggu
Lfx Ya Tidak 750-1000 mg/dosis, 3x/minggu
Cs Ya Ya 250 mg sekali sehari, atau 500
mg/dosis 3 x/minggu
Eto Tidak Ya 250 – 500 mg/dosis harian
Km Ya Ya 12 – 15 mg/kg/dosis, 2 - 3x/
minggu
PAS Tidak 2 x 4 gr sehari
Tabel 15. Kadar Kalium dan Penggantiannya
Kadar Kalium Jumlah Waktu untuk
Banyaknya KCL
(meq/L) KCL (meq/) pemeriksaan
> 4,0 Tidak Tidak 1 bulan (ketika masih
mendapat kanamisin)
3,7 – 4,0 Tidak Tidak 1 bulan (ketika masih
mendapat kanamisin)
3,4 – 3,6 20- 40 40 mmol 1 bulan (ketika masih
mendapat kanamisin)
Tabel 16. Efek Samping Ringan dan Sedang Yang Sering Muncul.
Kemungkinan
No Efek samping Tindakan
OAT Penyebab
1 Reaksi kulit Z, E,Eto, PAS, - Lanjutkan pengobatan.
alergi ringan Km, Cm - Berikan Antihistamin p.o atau hidrokortison krim
- Minta pasien untuk kembali bila gejala tidak hilang
atau menjadi bertambah berat
Kemungkinan
No Efek samping Tindakan
OAT Penyebab
Reaksi kulit Z, E,Eto, PAS, - Hentikan semua OAT dan segera rujuk ke Fasyankes
alergi sedang Km, Cm TB RO/Fasyankes Rujukan TB RO.
dengan/ tanpa - Jika pasien demam berikan parasetamol (0.5 – 1 g,
demam tiap 4-6 jam).
- Berikan kortikosteroid suntikan yang tersedia misalnya
hidrokortison 100 mg im atau deksametason
10 mg iv, dan dilanjutkan dengan preparat oral
prednison atau deksametason sesuai indikasi.
2 Neuropati H, Cs, Km, Eto, - Pengobatan tetap dilanjutkan.
perifer Lfx - Bila memungkinkan turunkan dosis H
- Tingkatkan dosis piridoksin sampai dengan 200 mg
perhari.
- Rujuklah ke ahli neurologi bila terjadi gejala neuropati
berat (nyeri, sulit berjalan), hentikan semua
pengobatan selama 1-2 minggu.
- Dapat diobati dulu dengan amitriptilin dosis rendah
pada malam hari dan OAINS. Bila gejala neuropati
mereda atau hilang OAT dapat dimulai kembali
dengan dosis uji.
- Bila gejalanya berat dan tidak membaik bisa
dipertimbangkan penghentian sikloserin atau
etionamid dan mengganti dengan PAS.
114
Kemungkinan
No Efek samping Tindakan
OAT Penyebab
115
Kemungkinan
No Efek samping Tindakan
OAT Penyebab
116
Kemungkinan
No Efek samping Tindakan
OAT Penyebab
dalam. Salah satu kemungkinan adalah pirazinamid
perlu diganti.
9 Gangguan Lfx, Moxi - Pengobatan tetap dilanjutkan
Tidur - Berikan OAT golongan kuinolon pada pagi hari atau
jauh dari waktu tidur pasien
- Lakukan konseling mengenai pola tidur yang baik
- Pemberian diazepam
10 Gangguan Km, Cm - Pengobatan tetap dilanjutkan
elektrolit ringan - Gejala hipokalemi dapat berupa kelelahan, nyeri otot,
: Hipokalemi kejang, baal/numbness, kelemahan tungkai bawah,
perubahan perilaku atau bingung
- Hipokalemia (kadar < 3,5 meq/L) dapat disebabkan
oleh:
Efek langsung aminoglikosida pada tubulus ginjal.
Muntah dan diare.
- Obati bila ada muntah dan diare.
- Berikan tambahan kalium peroral sesuai keterangan
tabel di lampiran.
- Jika kadar kalium kurang dari 2,3 meq/l pasien
mungkin memerlukan infus IV penggantian dan harus
di rujuk untuk dirawat inap di fasyankes Rujukan/Sub
rujukan.
- Hentikan pemberian kanamisin selama beberapa hari
jika kadar kalium kurang dari 2.3 meq/L, laporkan
kepada TAK.
- Berikan infus cairan KCl: paling banyak 10 mmol/jam
Hati-hati pemberian bersamaan dengan levofloksasin
karena dapat saling mempengaruhi.
11 Depresi Cs, Lfx, Eto, H - Pengobatan tetap dilanjutkan.
- Lakukan konseling kelompok atau perorangan.
Penyakit kronik dapat merupakan fakor risiko depresi.
- Rujuk ke Fasyankes Rujukan TB RO, jika gejala
menjadi berat dan tidak dapat diatasi di fasyankes
117
Kemungkinan
No Efek samping Tindakan
OAT Penyebab
satelit/ Fasyankes TB RO.
- TAK bersama dokter ahli jiwa akan menganalisa lebih
lanjut. dan bila diperlukan akan mulai pengobatan anti
depresi.
- Pilihan anti depresan yang dianjurkan adalah
amitriptilin atau golongan SSRI
(Sentraline/Fluoxetine)
- Selain penanganan depresi, TAK akan merevisi
susunan paduan OAT yang digunakan atau
menyesuaikan dosis paduan OAT.
- Gejala depresi dapat berfluktuasi selama pengobatan
dan dapat membaik dengan berhasilnya pengobatan.
- Riwayat depresi sebelumnya bukan merupakan
kontra indikasi bagi penggunaan obat tetapi berisiko
terjadinya depresi selama pengobatan.
12 Perubahan Cs, H - Sama dengan penanganan depresi.
perilaku - Pilihan obat adalah haloperidol
- Pemberian 50mg B6 setiap 250mg Cs
13 Gastritis PAS, Eto,Z - Pengobatan dilanjutkan.
- Pemberian PPI (Omeprazol)
- Antasida golongan Mg(OH)2
- H2 antagonis (Ranitidin)
- Antasid harus diminum 2-3 jam setelah OAT agar
tidak mengganggu absorbsi OAT
- Etionamid dihentikan selama 1-7 hari dan penurunan
dosis Etionamid (bila memungkinkan) akan
membantu.
14 Nyeri di tempat Km, Cm - Pengobatan dilanjutkan.
suntikan - Suntikan diberikan di tempat yang bergantian
- Pengenceran obat dan cara penyuntikan yang benar
- Berikan kompres dingin pada tempat suntikan
15 Metalic taste Eto - Pengobatan dilanjutkan.
118
Kemungkinan
No Efek samping Tindakan
OAT Penyebab
- Pemberian KIE bahwa efek samping tidak berbahaya
16 Gatal Cfz - Hentikan Cfz bila gatal sangat hebat
17 Penuaan warna Cfz - Bersifat reversibel
kulit - Berikan penjelasan pada pasien terutama pasien
wanita.
119
Kemungkinan
No Efek samping Tindakan
OAT Penyebab
2.2 mg/dl), hentikan kanamisin sampai kadar
kreatinin menurun. TAK dengan rekomendasi ahli
nefrologi/penyakit dalam akan menetapkan kapan
suntikan akan kembali diberikan.
- Untuk kasus sedang dan berat (kadar kreatinin > 2.2
mg/dl), hentikan semua obat dan lakukan
perhitungan GFR.
- Jika GFR atau klirens kreatinin (creatinin clearance)
< 30 ml/menit atau pasien mendapat hemodialisa
maka lakukan penyesuaian dosis OAT sesuai tabel
penyesuaian dosis.
- Bila setelah penyesuaian dosis kadar kreatinin tetap
tinggi maka hentikan pemberian kanamisin,
pemberian kapreomisin mungkin membantu.
3 Perdarahan PAS, Eto, H,Z - Hentikan perdarahan lambung.
lambung - Hentikan pengobatan, Rujuk ke Fasyankes TB
RO/Fasyankes Rujukan TB RO
- Hentikan pemberian OAT sampai 7 hari setelah
perdarahan lambung terkendali.
120
Kemungkinan
No Efek samping Tindakan
OAT Penyebab
5 Gangguan Km, Cm - Rujuk ke fasyankes Fasyankes TB RO/Fasyankes
pendengaran Rujukan TB RO
- Periksa data baseline untuk memastikan bahwa
gangguan pendengaran disebabkan oleh OAT atau
sebagai perburukan gangguan pendengaran yang
sudah ada sebelumnya.
- Rujuk pasien segera ke Fasyankes TB
RO/Fasyankes Rujukan TB RO untuk diperiksa
penyebabnya dan di konsulkan kepada TAK.
- Apabila penanganannya terlambat maka gangguan
pendengaran sampai dengan tuli dapat menetap.
- Evaluasi kehilangan pendengaran dan singkirkan
sebab lain seperti infeksi telinga, sumbatan dalam
telinga, trauma, dll.
- Periksa kembali pasien setiap minggu atau jika
pendengaran semakin buruk selama beberapa
minggu berikutnya hentikan kanamisin.
6 Gangguan E - Rujuk ke Fasyankes TB RO/Fasyankes Rujukan TB
penglihatan RO
- Gangguan penglihatan berupa kesulitan
membedakan warna merah dan hijau.Meskipun
gejala ringan, etambutol harus dihentikan segera.
Obat lain diteruskan sambil dirujuk ke fasyankes
Rujukan/sub rujukan.
- TAK akan meminta rekomendasi kepada ahli mata
jika gejala tetap terjadi meskipun etambutol sudah
dihentikan.
- Aminoglikosida juga dapat menyebabkan gangguan
penglihatan yang reversibel: silau pada cahaya yang
terang dan kesulitan melihat.
7 Gangguan Cs Fasyankes Satelit/ Fasyankes TB RO :
psikotik (Suicidal - Jangan membiarkan pasien sendirian, apabila akan
tendency) dirujuk ke fasyankes Rujukan harus didampingi.
121
Kemungkinan
No Efek samping Tindakan
OAT Penyebab
122
Kemungkinan
No Efek samping Tindakan
OAT Penyebab
selama 1-2 minggu. Setelah itu sikloserin dapat
dberikan kembali dengan dosis uji /ramping.
- Piridoksin (vit B6) dapat diberikan sampai dengan
200 mg per hari.
- Berikan profilaksis kejang yaitu fenitoin 3-5
mg/kg/hari. Jika menggunakan fenitoin dan
pirazinamid bersama-sama, pantau fungsi hati,
hentikan pirazinamid jika hasil faal hati abnormal.
- Pengobatan profilaksis kejang dapat dilanjutkan
sampai pengobatan TB RO selesai atau lengkap.
9 Tendinitis Lfx, Mfx - Singkirkan penyebab lain seperti gout, arthritis
rematoid, skleroderma sistemik dan trauma.
- Untuk meringankan gejala maka istirahatkan daerah
yang terkena, berikan termoterapi panas/dingin dan
berikan OAINS (aspirin, ibuprofen).
- Suntikan kortikosteroid pada daerah yang meradang
akan membantu.
- Bila sampai terjadi ruptur tendon maka dilakukan
tindakan pembedahan.
123
Kemungkinan
No Efek samping Tindakan
OAT Penyebab
11 Reaksi alergi Semua OAT - Hentikan pengobatan.
toksik yang digunakan - Berikan segera pengobatan seperti di bawah ini,
menyeluruh dan sambil dirujuk ke fasyankes Fasyankes TB
SJS RO/Fasyankes Rujukan TB RO, segera:
1. Berikan CTM untuk gatal-gatal
2. Berikan parasetamol bila demam.
3. Berikan prednisolon 60 mg per hari atau
suntikan deksametason 4 mg 3 kali sehari jika
tidak ada prednisolon
4. Ranitidin 150 mg 2x sehari atau 300 mg pada
malam hari
- Di Fasyankes TB RO/Fasyankes Rujukan TB RO:
1. Berikan antibiotik jika ada tanda-tanda infeksi
kulit.
2. Lanjutkan semua pengobatan alergi sampai ada
perbaikan, tappering off kortikosteroid jika
digunakan sampai 2 minggu.
3. Pengobatan jangan terlalu cepat dimulai
kembali. Tunggu sampai perbaikan klinis. TAK
merancang paduan pengobatan selanjutnya
tanpa mengikutsertakan OAT yang diduga
sebagai penyebab.
- Pengobatan dimulai secara bertahap dengan dosis
terbagi terutama bila dicurigai efek samping terkait
dengan dosis obat. Dosis total perhari tidak boleh
dikurangi (harus sesuai berat badan) kecuali bila ada
data bioavaibilitas obat (terapeutic drug monitoring).
Dosis yang digunakan disebut dosis uji (tabel 3) yang
diberikan selama 15 hari.
12 Hipotiroid PAS, Eto - Gejala dan tandanya adalah kulit kering, kelelahan,
kelemahan dan tidak tahan terhadap dingin.
- Penatalaksanaan dilakukan di fasyankes Rujukan
oleh TAK bersama seorang ahli endokrinologi atau ahli
penyakit dalam.
124
Kemungkinan
No Efek samping Tindakan
OAT Penyebab
Program TB Nasional saat ini telah menggunakan obat TB yang baru seperti
Bedaquiline, Clofazimine dan linezolid sebagai bagian paduan obat yang akan
digunakan untuk mengobati pasien TB Pre/XDR. Dikarenakan data keamanan
obat TB yang baru tersebut masih sedikit maka WHO mensyaratkan penerapan
“Active Drug Safety Monitoring and Management (aDSM) atau monitoring dan
manajemen keamanan obat secara aktif.
125
Karena pasien XDR biasanya mendapatkan obat yang bukan untuk
pengobatan TB atau “repurposed drug”.
Catatan: Akan dijelaskan lebih lanjut dalam diseminasi atau pelatih khusus PV
b. Menjalani Pengobatan TB RO
Terdapat perbedaan antara pengobatan TB RO dengan TB bukan RO.
Setelah memberitahukan kepada pasien hasil pemeriksaan laboratorium,
maka ada beberapa hal yang harus dijelaskan sebelum dimulai pengobatan.
Petugas dapat menyampaikan hal-hal sebagai berikut:
Tempat pengobatan.
Contoh:
“Berdasarkan hasil pemeriksaan laboratorium, bapak/ibu harus menjalani
pengobatan TB RO. Bapak/ibu dapat menjalani pengobatan di Rumah
Sakit atau Puskesmas yang ditunjuk dan dekat dengan tempat tinggal
Bapak/ibusehingga pengobatan dapat diselesaikan.”
Jenis dan cara menelan obat
Contoh:
“Obat TB RO berbeda dengan obat TB sebelumnya. Ada beberapa jenis
obat yang diberikan, yaitu: obat yang diminum dan obat yang
disuntikkan”.
Apabila pasien mendapatkan paduan obat dengan PAS, maka jelaskan
kepada pasien bahwa obat harus diminum dengan cara dimasukkan ke
dalam minuman yang berasa asam dan langsung diminum. Hal ini agar
penyerapan obat baik. Minuman yang berasa asam ini, misalnya:jus
jeruk, jus apel atau jus nanas.”
Lama Pengobatan TB RO
Contoh:
“Obat diberikan berkisar 20 -24 bulan tergantung pada kemajuan yang
dialami bapak/ibu. Oleh karena itu harus diminum secara teratur Selama
masih diberi petunjuk dokter untuk berobat maka obat harus diminum
sesuai dengan aturan”.
Efek samping obat TB RO dan penanganannya
Contoh:
“Obat TB RO dapat menyebabkan efek samping. Bila bapak/ibu
mempunyai keluhan, maka harus segera memberitahukan kepada
petugas, sehingga masalah dapat segera diatasi.”
Pengambilan Obat
Contoh :
“Pada tahap awal pengobatan walaupun bapak/ibu menjalankan
pengobatan di fasyankes dekat rumah, namun bapak/ibu tetap harus
datang ke rumah sakit/puskesmas yang disepakati untuk menelan obat
dan disuntik. Bapak/Ibu harus datang setiap hari. Pada Sabtu dan Minggu
suntikan tidak diberikan, petugas tetap akan mendampingi bapak/ibu
pada saat menelan obat di rumah sakit/ puskesmas”.
“Bapak/ibu harus bekerjasama dengan petugas supaya pada saat libur
obat tidak terlewatkan dan bapak/ibu akan semakin membaik”.
Evaluasi Kemajuan Pengobatan
Selama masa pengobatan, pasien TB RO akan menjalani serangkaian
pemeriksaan untuk mengevaluasi kemajuan pengobatan.
Contoh:
“Untuk mengetahui kemajuan pengobatan bapak/ibu pada waktu-waktu
tertentu akan dilakukan serangkaian pemeriksaan”.
Sistem rujukan
Pasien akan dirujuk ke fasyankes terdekat untuk pengobatan selanjutnya.
Saat dirujuk, pasien harus mendapatkan penjelasan bahwa rujukan ini
sdilakukan untuk mempermudah dan mendekatkan pasien dalam
mendapatkan pelayanan pengobatan TB RO.
Pencegahan penularan
Contoh :
Untuk mencegah penularan kepada orang lain bapak/ibu harus:
- Berobat secara teratur sehingga jumlah kuman dalam tubuh
berkurang dan tidak dapat menular kepada orang lain.
- Menutup mulut dan hidung ketika batuk dan bersin.
- Jangan membuang dahak sembarangan.
- Gunakan masker bedah.
Penawaran tes HIV untuk pasien TB resistan Obat
Sesuai Permenkes No. 21 tahun 2013 tentang penanggulangan HIV dan
AIDS semua pasien TB dianjurkan untuk tes HIV melalui pendekatan
TIPK (Tes HIV atas Inisiasi Petugas Kesehatan dan Konseling) dan
Konseling dan tes Sukarela (KTS).
Tujuan utama dari penawaran tes HIV ini adalah agar petugas dapat
membuat keputusan klinis dan atau menentukan pelayanan medis secara
khusus yang tidak mungkin dilaksanakan tanpa mengetahui status HIV
pada pasien TB seperti pemberian terapi ARV. Diantara pasien TB yang
mendapatkan pengobatan, angka kematian pasien TB dengan HIV positif
lebih tinggi dibandingkan dengan yang HIV negatif.
134
Obat harus diminum secara teratur dan pada waktu
yang sama setiap harinya, sehingga petugas akan
mengingatkan bapak/ibu untuk minum obat.
Karena obat ini menjadi pilihan terakhir yang ada
saat ini supaya pasien bisa sembuh.
135
pasien. Pasien yang telah berhasil
menyelesaikan pengobatan dapat
memberikan dorongan, semangat dan
berperan sebagai role model(contoh atau
teladan) bagi pasien lainnya.
Bimbingan rohani yang difasilitasi oleh
petugas kesehatan dengan melibatkan tokoh agama
untuk memperkuat dan memotivasi pasien.
136
1) Penjelasan tentang TB RO
2) TB RO dapat disembuhkan
3) Pengobatan TB RO
Rencana pengobatan
Dosis dan cara pemberian obat TB RO
Keteraturan menelan obat sampai tuntas sesuai anjuran dokter.
Efek samping obat dan pastikan keluarga mengetahui kapan dan
kemana harus mencari pertolongan.
4) Pentingnya Pengawasan Menelan Obat selama pengobatan
5) Penularan TB RO
6) Pencegahan penularan TB RO :
Memastikan pasien selalu memakai masker
Menyediakan tempat pembuangan dahak agar pasien tidak
membuang dahaknya sebarangan
Tidak tinggal dalam satu ruangan tertutup tanpa ventilasi bersama
pasien selama masih menular (hasil biakan masih positif)
7) Pentingnya pemeriksaan ulang dahak secara teratur.
8) Memberikan informasi tentang pemeriksaan biakan dalam pemantauan
hasil pengobatan.
9) Pentingnya pola hidup sehat dan bersih bagi pasien dan keluarganya
10) Konseling dan perbaikan gizi pasien.
11) PHBS
Catatan :
Untuk menyampaikan informasi tentang penyakit TB RO pasien
tersebut ke lingkungan tempat tinggal atau tempat kerja pasien, perlu
mendapatkan persetujuan tertulis pasien terlebih dahulu dan
mempertimbangkan risiko yang terjadi.
a. Hasil Pengobatan
Dukungan diberikan kepada pasien tergantung pada hasil akhir
pengobatannya.
Sembuh atau pengobatan lengkap
Pada pasien yang berhasil sembuh atau menyelesaikan pengobatannya
secara lengkap harus diberikan penghargaan atas jerih payahnya selama
dua tahun ini.
Contoh:
“Selamat,bapak/ibu telah berhasil menyelesaikan pengobatan yang
panjang dan cukup sulit. Saya bangga bapak/ibu punya kemauan dan
semangat keras untuk sembuh selama 2 tahun ini. Sekarang bapak/ibu
tidak perlu menelan obat lagi, tetapi masih harus melakukan pemeriksaan
dahak setiap 6 bulan selama 2 tahun mendatang. Kita akan tahuapakah
kuman masih ada,mudah-mudahan tidak ada ya pak/bu”.
Pesan penting yang harus disampaikan:
1. Setiap 6 bulan melakukan pemeriksaan dahak ke rumah sakit
selama 2 tahun ke depan.
2. Segera datang ke rumah sakit bila ada gejala pada
pasien/kontaknya meskipun belum tiba jadual periksa 6 bulanan.
Pengobatan gagal
Pasien akan membutuhkan dukungan dan konseling keluarga untuk
menghadapi hasil pengobatan yang gagal.
Contoh:
“Bapak/Ibu telah berusaha dengan baik dan cukup keras selama
pengobatan ini. Sayangnya obat-obatan ini tidak berhasil mematikan
kuman dalam tubuh bapak/ibu. Kuman dalam tubuh bapak/ibu lebih kebal
dan obat untuk jenis kuman ini belum tersedia. Kami dapat membantu
memberi pengobatan sesuai dengan keluhan bapak/ibu. Namun kuman
belum bisa disingkirkan”.
Contoh:
“Kuman yang lebih kebal juga dapat menular kepada orang lain di sekitar
bapak/ibu bila batuk dan bersin. Karena itu bapak/ibu harus menutup
mulut/hidung pada saat batuk/bersin, memakai masker sesering mungkin,
jemurlah alat tidur dan buka jendela rumah setiap pagi”.
LATIHAN 1
3. Pak Setiadi adalah pasien TB RO yang sudah memenuhi syarat dan disetujui oleh Tim
Ahli klinis RSU Dr Sardjito, Yogyakarta untuk diobati. Berat badan Pak Setiadi adalah
56 kg.
a. Tulis paduan pengobatan
Jawab:
b. Dosis OAT
Jawab:
1. Sebutkan jenis pemeriksaan apa sajakah yang menjadi evaluasi utama untuk memantau
kemajuan pengobatan pasien TB RO !
Jawab :
2. Jelaskan kapan sajakah dilakukan pemeriksaan dahak biakan serta uji kepekaan pada
pasien TB RO !
Jawab :
3. Sebutkan jenis pemeriksaan lainnya selain pemeriksaan dahak untuk pemantauan
pengobatan TB RO !
Jawab :
LATIHAN 4
1. Sebutkan kriteria kondisi pasien seperti apakah yang dinyatakan gagal pengobatan !
Jawab :
2. Sebutkan langkah-langkah yang harus dilakukan oleh petugas kesehatan jika menemui
kondisi pasien dengan pemeriksaan dahak biakan kembali menjadi positif setelah
mengalami konversi !
Jawab :
5. Pak Darwis pasien TB RO yang sudah menjalani pengobatan bulan 12. Hasil
pemeriksaan BTA dan Biakan terakhir dilakukan menunjukkan hasil negatif. Pak Darwis
tanpa alasan yang jelas tidak datang lagi selama kurang lebih 3 bulan. Pak Darwis
datang lagi ke Puskesmas dengan kondisi yang lebih buruk dari saat terakhir dia minum
obat, hasil pemeriksaan dahak di Puskesmas menunjukkan hasil positif.
Jelaskan langkah apa yang diambil untuk menindaklanjuti kasus Pak Darwis ini!!
Jawab:
6. Pak Djazuli adalah pasien TB RO yang memulai pengobatan pada bulan Agustus 2013,
pasien rajin berobat, hasil pemeriksaan dahak Pak Djazuli adalah sebagai berikut:
Peme- Bulan ke-
riksaan 1 2 3 4 5 6 7 8 10 12 14 16 18 20
BTA p neg neg neg neg neg neg neg neg neg neg neg neg neg
o
s
Biakan M neg neg neg neg neg neg neg neg neg neg neg neg neg
T
B
Saat ini adalah bulan Maret 2016 dan Bapak Djazuli telah mendapatkan OAT selama 20
bulan. Apa hasil akhir pengobatan Bapak Djazuli?
Jawab:
7. Ibu Puji adalah pasien TB RO yang sudah menjalani pengobatan selama 19 bulan dan
secara klinis tampak perbaikan yang nyata. Pasien mulai berobat bulan Juli 2012. Hasil
pemeriksaan dahak follow up adalah:
5. Kerjakan latihan kasus di bawah ini yang merupakan kelanjutan dari latihan MI. 1
Pasien mulai tahap rawat inap pada tanggal 19 Februari 2012, No. Register
pasien di RSUP Persahabatan adalah : 01/009. No.Reg. RO Kab: 05/01/034.
Pasien merupakan pasien TB RO ke-15 yang diobati di RSUP Persahabatan.
Tidak tampak ada Parut BCG.
Foto Thorax tgl 23/02/2012 hasilnya adalah Kavitas dan Infiltrat di dua lapangan
Paru
Hasil pemeriksaan HIV adalah Negatif
Hasil pemeriksaan kontak serumah: Ny. Siti Asmanah (35 tahun) , Bayu (8 tahun)
dan Ikha (5 tahun), diperiksa pada tanggal 23 Februari 2012, hasil negatif.
Sebagai PMO adalah Petugas Kesehatan dengan pendampingan adalah Istri
Bpk. Achmad Rivai, no. Hp: 085-451554666, Perawat di ruangan yang
bertanggung jawab adalah suster Emilia.
Karena tidak ada efek samping obat yang berarti TAK memutuskan pada
pertemuan tanggal 05 Maret bahwa Rawat inap dilakukan selama 2 minggu.
Pada Tanggal 07 Maret pasien diperbolehkan pulang dan menjalani rawat jalan
tahap awal di RS. Persahabatan.
6. Latihan Kasus
a. Kasus Bpk. Achmad Rivai
Bapak Achmad Rivai menjalani rawat jalan tahap awal di RSUP Persahabatan,
Karena ingin sembuh pasien datang teratur setiap hari Senin sampai Jum’at ke
RS. Persahabatan untuk minum obat didepan petugas dan mendapat suntikan.
Setiap Sabtu dan Minggu Pasien datang ke RS untuk minum obat didepan PMO.
Atas pertimbangan permintaan pasien dan penilaian Tim Ahli Klinis melihat hasil
pemeriksaan dahak dan biakan maka pada rapat tanggal 19 Juni 2012,
diputuskan Bapak Achmad Rivai akan dirujuk ke Puskesmas Ciracas mulai
tanggal 20 Juni 2012.
Pada tanggal 15 Mei 2013, pasien menyatakan ingin pindah ke Puskesmas yang
dekat dengan tempat tinggalnya. Pada tanggal 16 Mei 2013 pasien diajukan ke Tim
Ahli Klinis untuk memutuskan apakah pasien dapat dirujuk ke untuk melanjutkan
pengobatannya di Puskesmas Jemursari. Tim Ahli Klinis menyetujui permintaan
tersebut. Mulai tanggal 19 Mei 2013 pasien mendapat OAT oral dan suntikan di
Puskesmas Jemursari.
7. Latihan Kasus :
a. Kasus Bpk. Achmad Rivai
Mulai tanggal 20 Juni 2012, pasien mendapatkan OAT suntik dan menelan OAT
oral di Puskesmas Kecamatan Ciracas. Pasien berobat teratur, dan pada saat
harus kontrol ke RSUP Persahabatan, pasien mendapatkan OAT dari RS.
2) Lengkapi Formulir TB.01 dan TB.03 MDR untuk pasien Bp. Achmad Rivai sd
tgl. 01 Oktober 2012
Jawab:
Setelah hasil pemeriksaan dahak akhir bulan ke-8 didapatkan, maka kasus
pasien diajukan kembali ke Tim Ahli Klinis untuk menghentikan OAT suntik dan
memulai tahap lanjutan. Pada tanggal 24/09/2013, Tim Ahli Klinis menyetujui
perpindahan ke tahap lanjutan. Paduan yang diberikan adalah: Eto-Cs-Lfx-E
dengan BB 55 Kg.
Hasil Foto Thorax follow up tgl 16/11/2012 dan 06/09/2013 hasil membaik.
Pada tanggal 28 Desember 2010, kasus ini diajukan kembali ke Tim Ahli Klinis
untuk menghentikan pengobatan tanggal 03 Januari 2011 dan menentukan hasil
akhir pengobatan.
a. Apa hasil akhir pengobatan Bapak Achmad Rivai?
b. Lengkapi TB 01 MDR sampai dengan selesai pengobatan
b. Kasus Ny. Sulaimah
Pasien Melanjutkan pengobatan tahap lanjutan di Puskesmas Ciracas. Hasil
pemeriksaan dahak adalah :
Tanggal 24/10/2013 : No. Reg. Lab. 093, Hasil BTA Neg, biakan Neg.
Tanggal 23/11/2013 : No. Reg. Lab. 122, Hasil BTA Neg, biakan Neg.
Tanggal 23/12/2013 : No. Reg. Lab. 145, Hasil BTA Neg, biakan Neg.
Tanggal 22/01/2014 : No. Reg. Lab. 166, Hasil BTA Neg, biakan Neg.
Tanggal 21/02/2014 : No. Reg. Lab. 178, Hasil BTA Neg, biakan Neg.
Tanggal 23/03/2014 : No. Reg. Lab. 197, Hasil BTA Neg, biakan Neg.
Tanggal 22/04/2014 : No. Reg. Lab. 200, Hasil BTA Neg, biakan Neg
Tanggal 22/05/2014 : No. Reg. Lab. 211, Hasil BTA Neg, biakan Neg
Tanggal 21/06/2014 : No. Reg. Lab. 312, Hasil BTA Neg, biakan Neg
Tanggal 21/07/2014 : No. Reg. Lab. 112, Hasil BTA Neg, biakan Neg
Tanggal 20/08/2014 : No. Reg. Lab. 213, Hasil BTA Neg, biakan Neg
Tanggal 19/09/2014 : No. Reg. Lab. 411, Hasil BTA Neg, biakan Neg
Pada tanggal 19/09/2014, kasus ini diajukan kembali ke Tim Ahli Klinis untuk
menghentikan pengobatan dan menentukan hasil akhir pengobatan pada tanggal
20 September 2014.
Pertanyaan :
1) Apakah hasil akhir pengobatan Ny. Salamah?
2) Lengkapi Formulir TB 01 MDR untuk pasien Ny. Salamah!
LATIHAN 6
1. Jelaskan kondisi khusus seperti apa sajakah yang mengharuskan pasien mendapatkan
penanganan secara spesifik sesuai dengan kondisinya !
Jawab :
2. Jenis pengobatan adjuvan apa sajakah yang biasanya diberikan kepada pasien TB RO
di RS Rujukan/Fasyankes ?
Jawab :
3. Sebutkan efek samping ringan apasajakah yang biasanya muncul pada pasien TB RO!
Jawab :
4. Sebutkan efek samping berat apasajakah yang biasanya muncul pada pasien TB RO!
Jawab :
7. Ibu Sumini, 37 tahun, adalah pasien yang menjalani pengobatan TB RO di RSUD Adam
Malik Medan -. Pasien mendapatkan paduan OAT RO berupa Km-Lfx-Cs-Eto-Z-E-H.
Seminggu terakhir pasien mengalami keluhan sering merasa mual, rasa tidak nyaman di
perut serta urine berubah warna seperti teh kental. Pasien juga terlihat ikterik, dokter
mencurigai terjadi gangguan pada hati. Pasien dimintakan pemeriksaan faal hati yang
hasilnya menunjukkan kenaikan SGOT/ SGPT lebih dari 5 kali nilai normal.
a) Apa yang dialami pasien Ny. Sumini?
Jawab :
2. Jelaskan hal-hal apasajakah yang perlu saat disampaikan kepada pasien saat menjalani
pengobatan TB RO ?
Jawab :
3. Sebutkan dan jelaskan pesan apasajakah yang perlu disampaikan kepada keluarga
pasien saat kunjungan pertama setelah pasien didiagnosis TB RO ?
Jawab :
4. Jelaskan peran PMO dalam pengobatan pasien TB RO !
Jawab :
5. Jelaskan hal-hal apasajakah yang perlu disampaikan kepada petugas kesehatan dan
lingkungan sekitar pasien TB RO !
Jawab :
EVALUASI AKHIR
1. Yang tidak menjadi persyaratan kriteria penetapan pasien yang akan memulai
pengobatan TB RO adalah :
a. Kasus TB -RO
b. Sosial ekonomi pasien.
c. Melakukan pemeriksaan penunjang sesuai indikasi.
d. Inform consent.
e. Penduduk dengan alamat yang jelas
2. Jenis OAT RO yang merupakan salah satu obat paling poten dalam paduan standard TB
RO di Indonesia:
a. Pirazinamid (Z)
b. Etambutol (E)
c. Levofloksasin (Lfx)
d. Sikloserin (Cs)
e. PAS
8. Pak Sukawi, 44 tahun merupakan pasien TB RO yang diobati di RSU Labuang baji
Makassar. Hasil pemeriksaan dahak dan biakan pada bulan pertama menunjukkan hasil
negatif. Berapa lama pak Sukawi harus menjalani tahap awal pengobatan TB RO?
a. 4 bulan
b. 5 bulan
c. 6 bulan
d. 8 bulan
e. 2 bulan
9. Bapak Zulkifli, 38 tahun merupakan pasien TB RO yang diobati di RSUP. Sanglah Bali.
Hasil pemeriksaan dahak dan biakan sejak bulan pertama sampai keempat
menunjukkan hasil masih positif. Apa yang pertama kali harus dilakukan petugas poli RO
RSUP Sanglah Bali?
a. Melaporkan kasus ini ke Tim Ahli Klinis
b. Melakukan wawancara terpisah dengan pasien dan PMO untuk mengetahui apakah
pasien benar-benar minum obat.
c. Mereview kartu pengobatan untuk mengetahui kepatuhan dan keteraturan pasien
berobat.
d. Mengusulkan ke Tim Ahli Klinis untuk menambah satu OAT tambahan.
e. Menghentikan pengobatan TB RO karena resiko kegagalan pengobatan
10. Pak Jhon rambo adalah pasien TB RO yang baru berobat selama 3 minggu di RS Adam
Malik Medan. Setelah pulang dari Rawat inap pak Jhon tidak pernah muncul dan setelah
dilakukan pelacakan ternyata pak Jhon pindah alamat yang tidak diketahui. Setelah 3
bulan pak Jhon datang lagi ke RS Adam malik Medan. Petugas melakukan pemeriksaan
apusan dahak secara mikroskopis dan hasilnya positif. Setelah mendapat konseling pak
Joni ingin berobat kembali dengan teratur. Apa yang harus dilakukan petugas di RS
Adam Malik Medan?
a. Mengulangi pengobatan dari awal dengan pasien dianggap sebagai kasus baru.
b. Meneruskan pengobatan dengan rejimen yang sama dan kartu pengobatan yang
sama
c. Menyatakan pengobatan sebelumnya sebagai kasus loss to follow up dan
memperlakukan pasien sebagai terduga TB RO dari awal.
d. Menyatakan pengobatan sebelumnya sebagai kasus loss to follow up, pasien
kemudian diobati sesuai hasil pemeriksaan sebelumnya sebagai data dasar
pengobatan karena berobat kurang dari 1 bulan.
e. Menyatakan hasil pengobatan gagal dan memulai pengobatan dari awal
11. Bapak Hariyanto Kasmir adalah pasien TB RO yang rencananya akan diobati selama 21
bulan, hasil pemeriksaan biakan pada bulan ke 19 dan 21 menunjukkan hasil positif.
Apakah hasil akhir pengobatan Bapak Haryanto?
a. Gagal
b. Sembuh
c. Lengkap
d. Lost to follow up.
e. XDR
12. Apabila seorang pasien TB RO yang direncanakan akan diobati selama 20 bulan, hasil
pemeriksaan bulan ke 12 Biakan positif M.TB, bulan ke 15 hasil biakan neg, bulan ke 17
hasil neg, bulan ke 19 hasil negatif, Hasil akhir pengobatan adalah
a. Gagal
b. Sembuh
c. Lengkap
d. Lost to follow up.
e. Tidak di evaluasi
Lampiran 1. Contoh Pengisian Formulir Data Dasar Pasien TB RO
171
172
173
1
Foto Rontgen Dada: Tanggal: Ol /ll /2016
I 5-
Umfadenop,ati
12 - Bronkiektasis
13 - Atelektasis
I
6lntrathorax
I
- Penyebaran 14 - Konsolldasi
I Endobronkial 15 · Massa
VI. PENILAIAN
Kriteria Suspek TB
MOR
D Kasus Kronik/Gagal Pengobatan Kategori 2
D Pasien dengan hasil pemeriksaan dahak tetap positif setelah bulan ketiga p,ada
pengobatan Kategori 2
D Pasien TB yang pemah diobati termasuk OAT TB MOR misalnya Fluoroquinolon dan
Kanamisin
D Gaiiil pengobatan Kateijori l
D Pasien denian hasil pemeriksaan dahak tetap positif setelah bulan keti&a p,ada
pengobatan Kategori l
OV Kasus Kambuh
D Peogobatan Setelah Oefault/lalal p,ada pengobatan kategori 1 atau 2
D Suspek TB dengan keluhan, yang tinggal dekat dengan pasien TB MOR
terkonfirmasi, termasuk petugas kesehatan yang bertugas di bangsal TB MOR
D Pasien k<rinfeksi TB-HIV yang tidak respons terhadap pemberian OAT
D Kriteria lainnya :
D lainnya
174
Lampiran 2. TB 01 MDR
D D
. .
No.
1.
Nama
Sriani
UP Umur
f ss •
•
Tgl Pemeriksaan
8/12/12
Hasii
WI D
DPS:
Lain-lain, Sebutkan D
Putus berobat
Gagal K 1
0Lain-lain
175
Nama Pasien
Registe-r MDR Faskes
.. Tn. Slamet Rianto
021278/12
c: Hasil Pemeriksaan Dahak (22)
:5 1 2 Hasil Rapid DST
m No. Lab ITgl Rapid Test Hasil (beri tanda v)
Tgl Pengambilan BTA Biakan BTA Biakan I
"'
B 10Juli. 2012 1789 :M 3+ :JWI'B 1+ :MT:B 10Juli 2012 11 I SR I I I RR 11 I N 11 I
1 20 ....'A._qust 2012 2008 :M Nep Ne_q SR: MTS sensitif R RR: MTBResR N: MTS negatif l: Invalid/ Error
2 20 Sept 2012 2087:M Nea Nea Hasil Uji kepekaan metode lain
Tgl Hasil
3 21 Oli.t: 12 2177 :J\1 Nep Neq
Keluar
Metode No. Lab H R E s Km Ami< Ofx ...... .....
4 22 Nov 12 2156 :J\1 Nea Nea
5 23 'V= 12 2200 :J\f Nep Neq 22 Ok 2012 1789M R R R s
6 23Jan 2013 2302 :J\1 Nea Nea
oanar Singkatan Obat
s
7
8 2, :Jlta.- 13 2565 :J\1 Nca Nca
H : lsonlasld Km : Kanamycln s : Streptomlsln Metode uJI kepekaan
R : Rlfamplcln Ofx : ono1<sasln Kon11enslona1
g
E : Ethamt>utol Amk; Aml1<as1n LPA/Hain test
10 25 :J\!ci 13 :,798 :JI! Nc.q Nc.q (hanya untuk H & R)
11 Gra<lasi Pemeriksaan Biakan:
12 30Ju.Ci 13 2909 :JI! Nep Ncp Neg : Tidal< ada pertumbuhan 2•: 100 - 200 koloni
13 1-19: < dari 20 koloni 3-+: 200 - 500 Koloni
14 28 Sept 13 3098 :JI·! Ne.q Ne_q 1+: 20-100 koloni 4+ > 500 koloni
15
16 26 Nov 13 3210 :J\1 Nea Nea
17 Tgl Foto Kode Kode Hasil Bacaan (24)
18 28Ja.n 14 3228 :M Nea Nea Baseline
19 13/7/12 1,2,5 o : Normal 7: Fibrosis 14: Konsolidasi
20 1 : Kavitas 8: Fibrothorax 15:Massa
21 23101/13 21 2: lnfittrat 9: Bula
22 3: Nodul 10 : Efusi Pleura
23 30/07/13 21 4: Milier 11 : Pneumothorax
24 5: Limfadenopati 12 : Bronchiectasis
Evaluasi Pasca Pengobatan
28/01/14 23 6: Endobronchial 13 : Atelel<tasis
6 Follow Up
12 21 Memt>aik
18 22 Memburuk, tarnbankan kode baseline
24 23 Sta bl I
CATATAN (25):
(Apabila aca 1<ejadlan khusus dan pentlng yang terJadi selama mas a pengobatan)
- Hal 2 dari 4
Nama Pasien Tn. Slamet Rianto
Regjs-ter MOR Faskes 021278/12
PADUAN OAT TB RE SI STAN OBATYANG DIBERIKAN (26)
(Tanggal mulai pengobatan, paduan, perubahan dosis, penghentian OAT)
12 Maret 2013 47 3 x 3 3 x BG 2
Ket: isikan jumlah tablet yang diberikan pada kolom jenis obat
I. TAHAP AWAL (27)
Jml
Dos is
I
I
obat oral =168
obatsuntik =120
I
I
Berilah tanda V jika pasien menelan OAT TB MDR dibawah pengawasan petugas kesehatan.
Berilah tanda ·o· jika pasien mendapat OAT suntik
Berilah tanda -X- bila pasien tidak datang I tidak minum obat termasuk apabila pasien
muntah. Hal 3 dari 4
Nam.a Pa.sien Tn. Slamet
Register f,10R Faskes Rianto
II. TAHAP 02/278/12
LANJUTAN(28)
Jml
Bulan 1 2 3 4 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 # 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 88
Oosis
Jan v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v 45 26
Feb v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v 45 24
Maret v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v 47 27
April v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v 48 25
Mei v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v 48 26
Juni v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v 49 26
Juli v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v 49 27
Agust v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v 49 26
Sept v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v 49 26
Okt v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v 50 27
Nov v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v 50 25
Des v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v 50 27
Jan-14 v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v 50 26
Feb x v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v 50 24
Maret v v 50 2
=364
Berllah tanda -X- blla pasien tidal< datang I tidal< min um obat termasuk apabila pas I en muntah.
. . . .. . Status HIV:
P: Positlf N: Negatlf TO: Tidal< Dlketahul
Hal 4 dari 4
Lampiran 3. Kartu Pengobatan TB 02 MDR
179
180
Lampiran 4. Register TB 03 MDR di Fasyankes
181
182
TB03 MOR
Pengobatan Ke-angan
Bin 13 Bln14 Bin 15 Bln16 Bin 17 Bin 18 Bln19 Bin 20 Bin 21 Bln22 Bln23 Bin 24 Sembuh Default GagaI Menlnggal
BTA/ Kul BTAI Kul BTA/Kul BTA/ Kul BTAI Kul BTA/ Kul BTAI Kul BTA/ Kul BTA/ Kul BTAI Kul BTA/ Kul BTAI Kul Lengkap
(36) (37) (38) (39) (40) (41) (42) (43) (44) (45) (46) (47) (48) (49) (50) (51) (52) (53)
neg neg neg neg neg neg neg neg neg neg 02/12/2009
neg neg neg neg neg neg neg neg neg neg 24/12/2009
neg neg neg neg neg neg neg neg neg neg neg neg 13/12/2009
Severe
13104/2009 Pneumonia
21106/2008
neg neg neg neg neg neg neg neg neg neg 23/12/2009
neo neo neo neQ neo neo neo neo neo Rell 19/12/2009
11104/2009
Pada koiom hasii pengobatan dan tanggal berhenti berobat, isi dengan tanggal pada kolom yang sesual dengan hasll pengobatan:
Sembuh : pasien yang telah menyelesalkan pengobatannya secara lengkap Clan hasil pemeriksaan dahak ulangnya (fellow-up) ha.sil kultumya
negatif 5 kali berturut turut pada 12 buIan terakhir alau pa.slen dengan satu ha.sll kuhur follow up positil yang diikuti tiga kali hasil kultur lanjutan negatil
Default (Putus berobal} : pasien yang tidak datang berobat dan tidak meminum obatnya setama 2 bulan bertunn-turut atau lebih sebelum masa pengobatanya selesai
Pengobatan Lengkap : pasien yang tetah menyelesalkan pengobatannya secara lengkap, namun tldak memenuhi persyaratan sembuh atau gag al. Termasuk juga pasien ekstrapulmoner dan paslen dengan hasll
kultur awal negatil.
GagaI : pasien yang hasil pemeriksaan kultur ulangnya tetap positil dua kall atau lebih dari 5 kali kultur pada 12 bulan akhir pengobatan, bila 3 kali hasil kunur terakhlr posftil. Pengobatan Juga
dlanggap gagal bila sampai konversi tidak tercapai lebih dari 8
Meninggal : pasien TB MOR yang menlnggal dalam masa pengobatannya karena sebab apapun.
183
Tata Cara Pengisian Formulir TB.03 MDR
11 Riwayat Pengobatan TB Sebelumnya Tulis jumlah berapa kali pasien mendapat seri pengobatan dengan OAT, baik yang selesai maupun tidak
12 Hasil Foto Rontgen Dada Tulis Kode hasil bacaan foto rontgen dada seperti yang tercantum dalam
Formulir data dasar
13 Tanggal pengambilan dahak untuk DST Isi nomer register sesuai nomer urut yang diberikan oleh petugas Lab pada balasan TB 05 MDR
14 Tanggal DST Keluar Tulis kapan hasil uji kepekaan didapatkan dari Laboratorium rujukan TB RO
15 sd 24 Hasil Uji Kepekaan Tulis hasil uji kepekaan sesuai kolom OAT yang diuji
25 sd 46 Pemeriksaan Follow up Tulis hasil pemeriksaan follow up apusan dahak dan biakan yang dilakukan, kolom pertama untuk hasil
pemeriksaan apusan dan kolom kedua untuk
47 sd 51 Hasil Akhir Pengobatan Tulis Tanggal kapan pasien menyelesaikan pengobatan pada kolom yang sesuai
52 Keterangan Isilah data-data yang sekiranya perlu dan berkaitan dengan pasien
184
185
Lampiran 5. Formulir Melanjutkan Pengobatan
186