Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                

Correlation of Sedimentation With Percent Cover Coral Reef in Lampung Bay

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 10

Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis Vol. 10 No. 1, Hlm.

49-57, April 2018


ISSN Cetak : 2087-9423 http://journal.ipb.ac.id/index.php/jurnalikt
ISSN Elektronik : 2620-309X DOI: http://dx.doi.org/10.29244/jitkt.v10i1.18719

KETERKAITAN SEDIMENTASI DENGAN PERSEN TUTUPAN TERUMBU


KARANG DI PERAIRAN TELUK LAMPUNG

CORRELATION OF SEDIMENTATION WITH PERCENT COVER CORAL REEF IN


LAMPUNG BAY

Beta Susanto Barus1*, Tri Prartono2, dan Dedi Soedarma3


1
Program Studi Ilmu Kelautan, FMIPA, Universitas Sriwijaya
2
Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan, FPIK, Institut Pertanian Bogor, Bogor
3
Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan, FPIK, Institut Pertanian Bogor, Bogor
*
E-mail : betasusanto@unsri.ac.id

ABSTRACT
Sedimentation is able to obstruct the coral reef growth, moreover it can cause corals death. This
research was conducted in Lampung Bay. The objectives of this study is to observe efect of
sedimentation on coral reef in Lampung Bay. Ten stations were selected for the observation and
measurement. The measurement of sedimentation rate was conducted using sediments traps which is
applied in the station of coral reef observation for 20 days. The transect square with size 1 x 1 m2 was
used for the observation of coral reef . Regression analyses was applied to find their correlation
between sedimentation and coral reef. The results of this study showed that the rate of sedimentation
in all observation stations ranged from 3.09 - 44.29 mg cm-2 day-1. The effect can be categorized as
low to medium and medium to heavy. The condition of coral reef in Lampung Bay is classified in
damaged up to good. The percentage of coral cover in observation stations ranged between 8.75-
60.85%. The result of regression analysis showed that the sedimentation has negative impact of life
coral reef in Lampung Bay.

Keywords: sedimentations, coral reef, Lampung Bay

ABSTRAK
Sedimentasi dapat menghambat pertumbuhan terumbu karang bahkan dapat menyebabkan kematian.
Penelitian ini telah dilakukan di perairan Teluk Lampung. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui pengaruh sedimentasi terhadap terumbu karang di perairan Teluk Lampung. Sepuluh
stasiun dipilih untuk pengamatan dan pengukuran. Pengukuran laju sedimentasi menggunakan
alat sediment traps yang dipasang di stasiun pengamatan terumbu karang selama 20 hari. Pengamatan
kondisi terumbu karang menggunakan metode transek kuadrat berukuran 1 x 1 m2. Korelasi antara
sedimentasi dengan terumbu karang dilakukan dengan metode analisis regresi. Hasil penelitian
menunjukkan laju sedimentasi di stasiun pengamatan berkisar antara 3,09-44,29 mg cm-2 day-1.
Dampak yang timbul termasuk dalam kategori kecil-sedang dan sedang-berat. Kondisi terumbu karang
di perairan Teluk Lampung masuk dalam kategori rusak hingga baik. Persentase tutupan karang di
stasiun pengamatan berkisar antara 8,75-60,85%. Hasil analisis regresi menunjukkan bahwa proses
sedimentasi memiliki pengaruh negatif terhadap kehidupan terumbu karang di Teluk Lampung.

Kata kunci : sedimentasi, terumbu karang, Teluk Lampung

I. PENDAHULUAN pogenic, polusi sedimen dari lahan atas dan


perubahan iklim global (global climate
Terumbu karang saat ini telah change). Diantara faktor penyebab kerusakan
mengalami degradasi yang di sebabkan oleh tersebut, dampak kegiatan anthropogenic
perubahan-perubahan lingkungan seperti merupakan penyebab kerusakan yang cepat
kegiatan eksploitasi berlebihan (over seperti kegiatan pembomam ikan di daerah
exploitation), dampak kegiatan anthro- terumbu karang, pembukaan wisata pantai,

Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan, FPIK-IPB


@ ISOI dan HAPPI 49
Keterkaitan Sedimentasi dengan Persen Tutupan Terumbu . . .

dan pembukaan lahan daratan untuk karang di Teluk Lampung. Di sisi lain
pembangungan yang secara langsung mem- informasi ini sangat diperlukan sebagai dasar
berikan pemasukan sedimen yang terbawa evaluasi terhadap pengelolaan terumbu
oleh sungai ke perairan laut (Yulianda, karang di daerah Teluk Lampung.
2003). Efek dari sedimentasi dapat me- Penelitian ini dilakukan untuk me-
nyebabkan bioerosi pada karang oleh ngetahui hubungan dan pengaruh laju
berbagai organisme macroboring seperti sedimentasi terhadap komunitas terumbu
spons, cacing, bivalva (Mcdonald dan Perry, karang. Manfaat dari penelitian ini diharap-
2003). Hampir 70% kondisi terumbu karang kan dapat memberikan informasi mengenai
di Indonesia dalam kondisi rusak sampai pengaruh masukan sedimen terhadap
sangat rusak diakibatkan perbuatan manusia komunitas terumbu karang. Selanjutnya
dan faktor alam (COREMAP, 2001). seluruh informasi tersebut dapat dijadikan
Perairan Teluk Lampung mempunyai sebagai bahan masukan untuk mengkaji dan
ekosistem terumbu karang yang luas, mengevaluasi pengelolaan ekosistem
umumnya tipe terumbu karang di Teluk terumbu karang secara berkelanjutan di per-
Lampung adalah jenis fringing reefs (karang airan Teluk Lampung.
tepi). Menurut laporan dari Dinas Kelautan
Perikanan Lampung (2007), laju penurunan II. METODE PENELITIAN
tutupan terumbu karang di perairan Teluk
Lampung pada beberapa lokasi tertentu Penelitian ini dilakukan pada bulan
(yaitu di Pulau Tangkil, Pulau Tegal, Pulau Juli 2013 di perairan Teluk Lampung
Condong Darat, Pulau Kelagian, dan Pulau Provinsi Lampung. Pengamatan dilakukan
Puhawang) selama kurun waktu 8 (delapan) pada 10 titik stasiun dan setiap stasiun
tahun, mulai dari tahun 1998 hingga tahun memiliki 2 sub stasiun (Gambar 1). Untuk
2007 adalah 3% per tahun. Pada tahun 1998, menentukan titik stasiun terlebih dahulu
kondisi tutupan terumbu karang di Teluk dilakukan survei awal pengamatan langsung
Lampung ada dalam kategori baik (65,5%), dengan diving bertujuan untuk memperoleh
dan pada tahun 2007 tutupan karang di gambaran umum tentang sebaran karang
beberapa lokasi ini menurun menjadi yang tumbuh di perairan Teluk Lampung dan
kategori sedang (29%). kondisi fisik lingkungan yang menyangkut
Kerusakan dan penurunan tutupan sumber sedimen. Titik koordinat setiap
terumbu karang tersebut umumnya disebab- stasiun dapat dilihat pada Tabel 1.
kan oleh kegiatan pemboman dan pemutasan Laju sedimentasi diukur dengan alat
karang, penambangan karang, sedimentasi sediment trap. Tabung sediment trap yang
dan pembuangan jangkar kapal di pulau- digunakan adalah pipa PVC dengan ukuran
pulau kecil karena kurangnya pelampung diameter 5 cm dan tinggi 11,5 cm, pada
tambat (mooring buoy) dan dermaga. bagian atas memiliki sekat-sekat (baffles)
Diantara penyebab kerusakan tersebut, penutup. Tabung sediment trap dipasang
sedimentasi diyakini memberi pengaruh yang pada tiang besi berdiameter 12 mm pada
cukup nyata. Sedimentasi yang terjadi di ketinggian 20 cm dari dasar (Rifardi, 2008).
sekitar perairan Teluk Lampung berasal dari Sediment trap dipasang selama 20 hari.
sungai yang menerima run-off dari aktivitas Selanjutnya dihitung berat kering sedimen
penebangan hutan untuk pembukaan lahan (dalam mg) dengan menggunakan timbangan
pembangunan dan pembukaan pertambakan analitik. Perhitungan laju sedimentasi
(Dinas Kelautan Perikanan Lampung, 2007). dilakukan melalui persamaan berikut :
Hingga saat ini belum dilakukan penelitian
yang secara khusus mengkaji mengenai
pengaruh sedimentasi terhadap terumbu ....................................................(1)

50 http://journal.ipb.ac.id/index.php/jurnalikt
Barus et al.

Keterangan : LS = Laju sedimentasi, meter. Selanjutnya, dilakukan foto transek


(mg/cm2/hari), Bs = Berat kering sedimen tersebut menggunakan underwater camera.
(mg), π = konstanta (3,14), r = Jari-jari Hasil dari foto tersebut akan digunakan untuk
lingkaran sediment trap,dan n = jumlah hari menghitung tutupan karang menggunakan
Menentukan tekstur sedimen dilaku- software CPCe (Coral Point Count with
kan dengan menggunakan saringan ber- Excel Extension) Persentase penutupan
tingkat (sieving) untuk fraksi pasir kemudian karang beserta penyusun substrat dasar
ditimbang berdasarkan ukuran diameter butiran lainnya dianalisis dengan menggunakan
sedimen. Fraksi lumpur menggunakan metode software CPCe (Coral Point Count with
pipet (Poppe et al., 2003). Selanjutnya data Excel extension) V.4,0. Persentase total
komposisi sedimen berdasarkan ukuran butir tutupan karang hidup yang diperoleh
diolah menggunakan segitiga Shepard untuk dikategorikan berdasarkan Gomez dan Yap
menentukan jenis sedimen. (1988), sebagai berikut ; 0–24,9% (buruk),
Pengamatan terumbu karang dilaku- 25–49,9% (sedang), 50–74,9% (baik) dan
kan dengan menggunakan modifikasi dari 75–100% (sangat baik). Untuk mengidenti-
metode transek kuadrat (English et al., 1997). fikasi karang adalah buku identifikasi karang,
Metode ini menggunakan transek kuadrat yaitu: Suharsono (2010). Menganalisis
berukuran 1x1 m2. Dalam satu stasiun akan hubungan antara sedimentasi dengan tutupan
ditarik 2 garis lurus yang tegak lurus garis karang, dilakukan analisis Regresi dengan
pantai sepanjang 50 meter. Masing-masing menggunakan software Microsoft Excel.
garis akan dipasang sebanyak 6 transek
dengan jarak masing-masing transek 10

Gambar 1. Peta lokasi penelitian.

Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, Vol. 10, No. 1, April 2018 51
Keterkaitan Sedimentasi dengan Persen Tutupan Terumbu . . .

Tabel 1. Lokasi penelitian.

Posisi Geografis
St Nama Lokasi
Latitude Longitude
1 Hurun 05°31’247” 105°15’025”
2 Pandan (Keramba lama) 05°32’643” 105°24’50”
3 Muara S. Belakang BBPBL 05°31’733” 105°15’103”
4 Daerah RKC 05°32’064” 105°15’150”
5 Ringgung 05°33’208” 105°15’341”
6 Muara S Kebang Sidodadi 05°33’914” 105°14’827”
7 Bagian Luar Pulau Tegal 05°34’362” 105°16’827”
8 Pulau Maitem 05°35’06” 105°16’120”
9 Pulau Kelagian 05°37’107” 105°13’05”
10 Pulau Pahawang 05°39’640” 105°12’150”

III. HASIL DAN PEMBAHASAN di muara sungai yang merupakan pemasok


sedimen dari daratan. Komposisi lumpur
3.1. Fraksi Sedimen paling rendah di stasiun 6, hal ini
Sebaran persentase fraksi sedimen dikarenakan tidak terdapat sungai di sekitar
serta jenis sedimen pada masing-masing stasiun tersebut, sehingga tidak ada sedimen
stasiun dapat dilihat pada Tabel 2. yang masuk yang berasal dari daratan
Hasil pengamatan di atas, secara melalui sungai.
umum di semua stasiun memiliki fraksi Jenis tekstur sedimen di daerah
sedimen yang bervariasi mulai dari pasir penelitian dapat dibagi menjadi 3 kelompok
sangat kasar hingga lumpur halus, akan tetapi yaitu pasir, lempung berliat, dan lempung liat
komposisinya tidak merata. Komposisi fraksi berdebu. Pada Stasiun 1, 2, 4, 6, 7, 8, 9 dan
lumpur pada setiap stasiunnya dapat di 10 memiliki jenis tekstur yang sama yaitu
jadikan sebagai indikasi terjadinya masukan pasir, stasiun 3 memiliki jenis tekstur
sedimen dari darat ke laut. Pada Stasiun 3 lempung berliat, sedangkan pada stasiun 5
dan 5 komposisi lumpur paling tinggi, hal ini memiliki jenis tekstur lempung liat berdebu.
disebabkan karena kedua stasiun ini terletak

Tabel 2. Sebaran persentase fraksi sedimen serta jenis sedimen pada masing masing stasiun.

Fraksi [%]
Stasiun Pasir Lumpur/Debu Liat Jenis Tekstur
Kasar Sedang Halus Kasar Halus
1 15,50 50,16 30,15 2,52 1,68 0,00 Pasir
2 8,72 37,24 49,72 2,59 1,73 0,00 Pasir
3 0,00 0,00 20,26 25,44 19,82 34,49 Lempung berlanau
4 9,56 55,70 32,10 1,58 1,05 0,00 Pasir
5 0,00 0,00 18,80 24,19 18,75 38,26 Lempung berlanau
6 20,13 58,95 19,00 1,15 0,77 0,00 Pasir
7 11,25 44,20 42,37 1,31 0,87 0,00 Pasir
8 10,17 40,85 44,26 2,75 1,97 0,00 Pasir
9 13,72 36,78 47,05 1,82 0,63 0,00 Pasir
10 9,46 42,18 44,48 1,98 1,73 0,00 Pasir

52 http://journal.ipb.ac.id/index.php/jurnalikt
Barus et al.

Menurut Hansen dan Christiansen (36,06%), Stasiun 2 (35,72%), Stasiun 3


(1995) bahwa komposisi partikel tersuspensi (21,12%), Stasiun 4 (39,35%), Stasiun 5
yang tertangkap di sediment trap jika (22,12%), Stasiun 6 (8,75%), Stasiun 7
didominasi lanau dan lempung menunjukkan (33,46%), Stasiun 8 (35,47%), Stasiun 9
area tersebut lebih dipengaruhi oleh per- (60,85%) dan Stasiun 10 (45,74%). Berdasar-
gerakan arus. Hal ini sesuai dengan asumsi kan Gomez dan Yap (1988) persentase
yang dijelaskan oleh Mclaren (1981) bahwa Stasiun 3, 5 dan 6 tersebut termasuk kategori
kecenderungan butiran sedimen yang ter- buruk, sedangkan Stasiun 1, 2, 4, 7, dan 8
deposit pada suatu tempat dapat digunakan termasuk dalam kategori sedang. Terumbu
mengidentifikasi asal sumber sedimen. karang dengan kategori baik hanya terdapat
Sedimen dalam bentuk butir halus merupakan pada stasiun 9. Persentase tutupan karang
bentuk terbanyak yang ditransportasikan secara lengkap disajikan dalam Tabel 4.
dibandingkan dengan butiran sedimen kasar. Terumbu karang yang rusak (Stasiun
3, 5, dan 6), diduga di akibatkan oleh
3.2. Laju Sedimentasi pengaruh aktivitas sedimentasi. Hal ini bisa
Laju sedimentasi rata-rata di lokasi dilihat dari letak ketiga stasiun tersebut yang
penelitian berkisar antara 3,09-44,29 berada berdekatan dengan muara sungai.
mg/cm2/hari. Laju sedimentasi yang paling Sedimentasi yang dibawa sungai dari daratan
tinggi terjadi pada Stasiun 6, yaitu sebesar akan menyebabkan kekeruhan dan me-
44,29 mg/cm2/hari. Nilai tersebut menurut ngurangi penetrasi sinar matahari ke dalam
kategori Pastorok dan Bilyard 1985, me- kolom perairan. Selain itu sedimen tersebut
miliki dampak sedang hingga berat terhadap akan mengendap dan menutupi polip karang
terumbu karang. Di Stasiun 2 laju sedimen- sehingga menyebabkan kematian pada
tasi paling rendah dibanding stasiun lainnya, karang.
yaitu sebesar 3,09 mg/cm2/hari. Hal ini Stasiun 1 ditemukan 7 genera dengan
berarti laju sedimentasi memiliki dampak tutupan karang didominasi oleh Acropora.
yang ringan sampai sedang terhadap terumbu Dalam Suharsono (2010) disebutkan bahwa
karang. Laju sedimentasi pada setiap stasiun Acropora biasanya tumbuh pada perairan
pengamatan dilihat pada Tabel 3. jernih dan lokasi dimana terjadi pecahan
ombak. Bentuk koloni umumnya bercabang
3.3. Tutupan Terumbu Karang dan tergolong jenis karang yang cepat
Hasil penelitian ini menunjukkan tumbuh, namun sangat rentan terhadap
persentase tutupan karang pada Stasiun 1 sedimentasi.

Tabel 3. Laju sedimentasi pada setiap stasiun pengamatan.

Laju Sedimentasi Kategori Pastorok


Stasiun Tingkat Dampak
(mg/cm2/hari) and Bilyard (1985)
1 4,33 Ringan hingga sedang 0-10
2 3,09 Ringan hingga sedang 0-10
3 21,18 Sedang hingga berat 10-50
4 7,46 Ringan hingga sedang 0-10
5 14,67 Sedang hingga berat 10-50
6 44,29 Sedang hingga berat 10-50
7 8,62 Ringan hingga sedang 0-10
8 3,22 Ringan hingga sedang 0-10
9 4,77 Ringan hingga sedang 0-10
10 3,24 Ringan hingga sedang 0-10

Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, Vol. 10, No. 1, April 2018 53
Keterkaitan Sedimentasi dengan Persen Tutupan Terumbu . . .

Tabel 4. Persentase tutupan karang berdasarkan genus.

Persentase Tutupan
Substrat Dasar
St 1 St.2 St.3 St.4 St.5 St.6 St.7 St.8 St.9 St.10
Hard Coral 36,06 35,72 21,12 39,35 22,12 8,75 33,46 35,47 60,85 45,74
Acropora 21,19 3,17 2,15 12,67 3,22 - 1,53 13,19 22,12 16,14
Coeloseris - - - - - 1,02 - - - -
Ctenactis - - - - - - - 0,12 0,09 -
Echinophora - - - 1,14 0,36 - - 1,26 2,77 3,21
Favia - 5,12 - - - 0,83 - - - -
Favites - 3,86 3,52 - - - - - -
Fungia 2,11 - - 3,28 3,54 0,86 2,85 0,67 4,51 0,44
Galaxea - - - - - - - 1,04 - -
Goniostrea - - 1,77 - - - - - - -
Laptoria - - 1,35 - - - - - - -
Leptoseris 1,89 1,85 - - - - 1,43 0,38 1,76 0,58
Lobophyllia - - - - - - - 0,59 - -
Merulina - - - 1,22 - - 3,67 - - -
Montastrea - - - - - - 6,22 - - -
Montipora 6,77 8,70 - 5,44 3,18 - - 5,78 7,55 4,22
Mussismilia - - - - - - - - - 6,31
Oxypora - - - 0,97 - - - - - -
Pachyseris 2,32 - - 2,95 - - - 4,27 5,84 -
Pavona - - 0,16 10,33 - - 3,34 - - -
Pectinia 0,43 - - - 7,93 - - - 0,94 1,05
Pocillopora - 2,31 - - - - - 0,56 1,50 1,70
Porites - 4,39 12,17 1,45 3,89 6,04 0,97 5,33 6,37 9,04
Turbilaria 1,35 6,32 - - - - 13,45 2,28 7,40 3,05
Dead Coral 24,87 25,87 40,64 25,89 38,96 48,24 28,60 16,24 15,65 14,50
DC - - - - - - - - - -
DCA 24,87 25,87 40,64 25,89 38,96 48,24 28,60 16,24 15,65 14,50
Algae 5,53 7,84 - 11,89 9,54 15,32 16,77 6,20 2,27 5,65
Assemblege Algae - - - - - - - - - -
Coralin Algae - 4,52 - 6,20 - - 6,27 - 1,04 -
Halimedae - - - - - - - - - -
Macro Algae - - - 5,69 9,54 15,32 10,50 5,17 1,22 2,67
Turf Algae 5,53 3,32 - - - - - 1,03 1,23 2,98
Other Fauna - 3,10 - 2,77 - - - 9,14 6,23 18,86
Soft Coral - 2,10 - 2,77 - - - 9,14 6,23 18,86
Sponge - - - - - - - - - -
Zoanthid - - - - - - - - - -
Other - 1,00 - - - - - - - -
Abiotic 33,54 23,47 38,24 20,10 29,38 27,96 21,17 32,95 15,00 15,25
Rubble 7,38 19,76 1,56 4,46 - - - 10,38 1,44 3,89
Sand 26,16 8,55 - 15,64 - - 15,56 22,57 13,56 11,36
Silt - - 36,68 - 29,38 27,96 6,61 - - -

Jenis karang Acropora juga terlihat Stasiun 2 ditemukan 8 genera dengan


mendominasi pada stasiun 4, 8, 9, dan 10, tutupan karang didominasi oleh Montipora.
dimana pada stasiun tersebut nilai Genus Montipora sering ditemukan pada
kecerahannya tinggi sedangkan nilai perairan dangkal yang jernih. Hal ini
kekeruhannya rendah, selain itu tingkat laju berkaitan dengan tingginya intensitas cahaya
sedimentasinya juga rendah di stasiun yang diperoleh karena bentuk koloninya
tersebut. berupa lembaran (Suharsono, 2010). Stasiun

54 http://journal.ipb.ac.id/index.php/jurnalikt
Barus et al.

3 ditemukan 6 genera, stasiun 5 ditemukan 6 perairan dimana terumbu karang tumbuh


genera dan stasiun 6 ditemukan 4 genera relatif dangkal dan berdekatan dengan sungai
terumbu karang. Tutupan karang pada dan run-off tentunya mengalami fluktuasi
Stasiun 3, 5, dan 6 didominasi oleh jenis suhu dan salinitas yang ekstrim. Ketika hujan
Porites dan Pectinia dengan bentuk dan surut terendah, terumbu karang terpapar
pertumbuhan masif. Karang ini berbentuk ke udara terbuka. Selain itu kerusakan oleh
bongkahan dengan permukaan karang halus aktivitas manusia seperti pengambilan
atau terdapat tonjolan kecil atau besar seperti terumbu karang untuk bahan bangunan dan
tombol. Pada rataan terumbu dangkal yang pembuatan alur, juga turut mempengaruhi
mendapat pengaruh aksi gelombang dan kondisi terumbu karang. Dari grafik di atas
resuspensi sedimen, umumnya karang ter- terlihat jelas bahwa laju sedimentasi
sebut memiliki bentuk masif. Bentuk memberikan pengaruh yang negatif terhadap
ecomorph seperti masif memberikan keun- ekosistem terumbu karang yang dilihat
tungan bagi karang untuk membersihkan diri berdasarkan tutupan terumbu karang tersebut.
dari akumulasi sedimen dengan bantuan Hal ini mendukung beberapa penelitian
pergerakan arus. Pada stasiun 7 ditemukan 8 sebelumnya tentang pengaruh sedimentasi
genera dengan tutupan karang didominasi terhadap terumbu karang, seperti yang di-
oleh Tubinaria. Karang genus ini mempunyai lakukan oleh Suhendra (2006) di Kepulauan
polip yang relatif besar dan pendek, sehingga Derawan, Kalimantan Timur. Hasil pe-
mampu beradaptasi pada tingkat sedimentasi nelitian dilihat bahwa laju sedimendasi ber-
yang tinggi. Tubinaria mempunyai morfologi pengaruh negatif terhadap ekosistem terumbu
corallum untuk menolak sedimen secara karang. Semakin tinggi laju sedimentasi pada
pasif (Tomascik, 1997). suatu perairan, maka tutupan karang pada
daerah tersebut akan semakin rendah.
3.4. Hubungan antara Laju Kematian karang akibat sedimentasi jelas
Sedimentasi dengan Terumbu terlihat pada wilayah pengamatan yaitu di
Karang stasiun 3, 6, dan 7. Sedimen yang terbawa
Mengetahui pengaruh sedimentasi aliran sungai dari daratan menyebabkan
terhadap persentase tutupan terumbu karang kekeruhan dan mengurangi penetrasi sinar
dilakukan analisis regresi. Dari hasil analisis matahari ke dalam kolom perairan. Selain itu
diketahui bahwa laju sedimentasi lebih sedimen tersebut akan mengendap dan
berpengaruh negatif terhadap tutupan menutupi polip karang sehingga dapat
terumbu karang. menyebabkan kematian pada karang.

Gambar 2. Grafik hubungan laju sedimentasi


dengan tutupan terumbu karang.

Keeratan hubungan dilihat berdasar-


kan koefisien determinasi (R2) yakni sebesar
64% (R2=0,65), sementara sekitar 36% Gambar 3. Kematian karang akibat
lainnya dipengaruhi oleh faktor lain. Lokasi sedimentasi.

Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, Vol. 10, No. 1, April 2018 55
Keterkaitan Sedimentasi dengan Persen Tutupan Terumbu . . .

3.5. Laju Sedimentasi dengan Jumlah mendapat pengaruh aksi gelombang dan
Genus resuspensi sedimen umumnya karang ter-
Hasil analisis regresi didapatkan sebut memiliki bentuk masif. Bentuk
bahwa laju sedimentasi berpengaruh negatif ecomorph seperti masif memberikan keun-
terhadap jumlah genus terumbu karang yang tungan bagi karang untuk membersihkan diri
hidup pada satu stasiun. Semakin tinggi dari akumulasi sedimen dengan adanya arus.
sedimentasi, maka akan menyebabkan
semakin rendah jumlah genus terumbu IV. KESIMPULAN
karang. Keeratan hubungan dari dua variabel
tersebut dapat dilihat dari koefisien Hasil penelitian dapat disimpulkan
determinasi (R2). bahwa sedimentasi sangat mempengaruhi
kehidupan terumbu karang di Teluk
Lampung. Semakin tinggi laju sedimentasi
maka penutupan karang hidup akan menurun
(rendah). Kondisi terumbu karang di perairan
Teluk Lampung digolongkan ke dalam
kriteria rusak (buruk) hingga baik. Tiga
stasiun dalam kondisi buruk, enam stasiun
dalam kondisi sedang dan hanya satu stasiun
yang dalam kondisi baik.

Gambar 4. Grafik hubungan laju sedimentasi DAFTAR PUSTAKA


dengan jumlah genus karang.
Coral Reef Management and Rehabilitation
Hasil analisis diperoleh laju sedimen- Program (COREMAP). 2001.
tasi berpengaruh terhadap jumlah genus National critc ‘Base line study
karang hanya sebesar 47% (R2=0,473), Wakatobi Sulawesi Tenggara’. Critc
sementara sekitar 53% lainnya dipengaruhi Report. Jakarta. 45p.
oleh faktor lain. Adanya masukan sedimen Dinas Kelautan Perikanan Lampung (DKP-
yang tinggi di kawasan terumbu karang dapat Lampung). 2007. Pemetaan terumbu
meningkatkan penurunan genus karang yang karang di Teluk Lampung. PT. Tiram.
hidup. Hal ini dikarenakan tidak semua jenis Bandar Lampung. 165hlm.
karang dapat menoleransi dan beradaptasi English, S., Wilkinson, and V. Baker. 1997.
terhadap tingkat sedimentasi yang tinggi. Survey manual for tropical marine
Jenis karang masif mampu menoleransi resources. 2nd ed. Australia Institute of
sedimentasi yang lebih tinggi daripada jenis Marine Science. Townsville. 390p.
karang dengan pertumbuhan yang lain. Hasil Gomez, E.D. and H.T. Yap .1988.
di atas sesuai dengan beberapa penelitian Monitoring reef condition. Dalam:
yang telah dilakukan sebelumnya oleh Kenchinton et al. (eds.). Coral reef
Masduki (2008) di Perairan Teluk Wondama management hand book. Unesco.
Papua, dan Pratomo (2012) di perairan Pulau Jakarta: Regional Office for South
Abang Kota Batam. Pada Stasiun 1, 3, dan 6 Asia. 171-178pp.
tutupan karang didominasi oleh genus Hansen and T.H. Christensen .1995. Impact
Porites dan Pectinia dengan bentuk of sediment-bound iron on redox
pertumbuhan masif. Karang ini berbentuk buffering in a landfill leachate
bongkahan dengan permukaan karang halus polluted aquifer (Vejen, Denmark).
atau terdapat tonjolan kecil atau besar seperti Environmental Science and Tech-
tombol. Pada rataan terumbu dangkal yang nology, 29:187–192.

56 http://journal.ipb.ac.id/index.php/jurnalikt
Barus et al.

McLaren, P. 1981. An interpretation of trend modeling of the impact of sea-level


in grain size measures. J. Sed rise on fringing coral reef hydro-
Petrology, 51(2): 611 – 624. dynamics and sediment transport.
Pastorok, R.A. and G.R. Bilyard. 1985. Coral Reefs, 30: 83-96.
Effects of sewage pollution on coral- Suharsono. 2010. Jenis-jenis karang yang
reef communities. Marine Ecology umum dijumpai di Perairan Indo-
Progress Series, 21: 175-189. nesia. P3O- LIPI. Jakarta. 13hlm.
Permanawati, Y., L. Sarmili, and A. Suhendra, D. 2006. Pengaruh sedimen
Masduki. 2008. Pengaruh sedimentasi terhadap komunitas karang batu
terhadap penyebaran terumbu karang (Scleractinian Corals) di Kepulauan
di Teluk Wondama, Papua. Pusat Derawan, Kalimantan Timur . Tesis.
Penelitian dan Pengembangan Sekolah Pascasarjana Institut
Geologi Kelautan. Bandung. J. Pertanian Bogor. 123hlm.
Geologi Kelautan, 6:207-214. Tomascik, T., A.J. Mah, A. Nontji, and M.K.
Pratomo, A.F. 2012. Pengaruh sedimentasi Moosa. 1997. The ecology of the
terhadap kondisi terumbu karang di Indonesian Seas: Part One. Periplus
Perairan Pulau Abang Kota Batam. J. Edition (HK) Ltd. Singapore. 642p.
Perikanan Kelautan, 3(3): 56-66 Yulianda, F. 2007. Ekowisata bahari sebagai
Riegl, B., C. Heine, and G.M. Branch. 1996. alternatif pemanfaatan sumberdaya
Function Of Funnel-shaped Coral pesisir berbasis konservasi. Seminar
Growth In A High Sedimentation Sains Departemen Manajemen Sum-
Environment. Marine Ecology Pro- berdaya Perairan. Fakultas Perikanan
gress Series, 145:87 – 93. dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian
Rifardi. 2008. Tekstur sedimen sampling dan Bogor. Bogor. 7hlm.
analisis. UNRI Press. Pekanbaru.
101hlm. Diterima : 17 November 2017
Storlazzi, C.D.,E. Elias, M.E. Field. and Direview : 02 Agustus 2017
M.K. Fresto. 2011. Numerical Disetujui : 23 Maret 2018

Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, Vol. 10, No. 1, April 2018 57

You might also like