Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                

Kajian Spasial Kerentanan Airtanah Terhadap Pencemaran Di Kota Jember Dengan Menggunakan Metode SINTACS

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 18

P-ISSN 0216-8138 | E-ISSN 2580-0183

MKG Vol. 22, No.1, Juni 2021 (113 - 130)


DOI: http://dx.doi.org/10.23887/mkg.v22i1.32795

Kajian Spasial Kerentanan Airtanah terhadap


Pencemaran di Kota Jember dengan Menggunakan
Metode SINTACS
Erik Febriarta, Sutanto Trijuni Putro, Ajeng Larasati
Masuk: 02 03 2021 / Diterima: 17 05 2021 / Dipublikasi: 30 06 2021

Abstract Spatial mapping of groundwater vulnerability to pollution is part of the sustainable management
of water resources. The susceptibility of groundwater to pollution can be determined from geological
parameters and hydrogeological properties. This study aimed to determine the zone of groundwater
vulnerability to pollution in the City of Jember. The method used is multi-criteria modeling by considering
the hydrogeological properties of groundwater using the SINTACS method. The parameters used for
susceptibility assessment include phreatic/soggiacenza depth (S), infiltration/infiltrazione (I),
unsaturated/non-saturated conditions (N), soil texture/typology della copertura (T), aquifer/acquifero media
(A), hydraulic conductivity/hydrolic conductivity (C), slope/superficie topografica (S). Each value of each
vulnerability parameter is given a weighting factor to obtain a scenario of groundwater vulnerability to
pollution. Calculations with weight assessments are required for modeling or scenarios of the impact of
pollution. The calculation of the values and weights is obtained from a linear assessment of all variables by
producing a vulnerability index value that is then classified against groundwater vulnerability. Based on the
results of the study, there are two classes of vulnerability. The level of groundwater vulnerability to
pollution is relatively high, with an area of 26 km2 (70%) and a high vulnerability of 11 km2 (30%) of the
total area. The dominant factors that influence include phreatic groundwater depth, infiltration rate, and
unsaturated zone. In general, the level of groundwater vulnerability to pollution is relatively high.

Key words: Groundwater; Pollution; SINTACS; Vulnerability

Abstrak Pemetaan spasial kerentanan airtanah terhadap pencemaran merupakan bagian dari
pengelolaan keberlangsungan sumber daya air. Kerentanan airtanah terhadap pencemaran dapat
diketahui dari parameter geologi dan sifat hidrogeologi. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui zona
kerentanan airtanah terhadap pencemaran di Kota Jember. Metode yang digunakan adalah pemodelan
multi kriteria dengam mempertimbangan sifat hidrogeologi airtanah dengan metode SINTACS. Parameter
yang digunakan untuk penilaian kerentanan antara lain Kedalaman freatik/soggiacenza (S),
infiltrasi/infiltrazione (I), kondisi tak jenuh/non saturo (N), tekstur tanah/tipologia della copertura (T), media
akuifer/acquifero (A), kondivitas hidrolik/hydrolic conductivity (C), kemiringan lereng/superficie topografica
(S). Setiap nilai dari masing-masing parameter kerentanan diberi faktor pembobot untuk mendapatkan
skenario kerentanan airtanah terhadap pencemaran. Perhitungan dengan penilaian bobot diperlukan
untuk pemodelan atau sekenario dampak pencemaran. Perhitungan dari nilai dan bobot diperoleh dari
penilaian linier seluruh variabel dengan menghasilkan nilai indeks kerentanan kemudian dikelaskan
terhadap tingkat kerentanan airtanah. Berdasarkan hasil penelitian diketahui dua kelas kerentanan.
Tingkat kerentanan airtanah terhadap pencemaran agak tinggi dengan luas 26 km2 (70%) dan kerentanan
tinggi seluas 11 km2 (30%) dari luas wilayah kota Jember. Faktor yang dominan mempengaruhi antara lain
parameter kedalaman freatik airtanah, laju infiltrasi dan zona tak jenuh. Secara umum tingkat kerentanan
airtanah terhadap pencemaran agak tinggi.

Kata kunci: Airtanah; Pencemaran; SINTACS; Kerentanan

This is an open access article under the CC BY-SA license.


Copyright © 2021 by Author. Published by Universitas Pendidikan Ganesha.
Kajian Spasial Kerentanan Airtanah Terhadap Pencemaran di Kota Jember dengan Menggunakan
Metode SINTACS/Erik Febriarta, Sutanto Trijuni Putro, Ajeng Larasati

1. Pendahuluan kerentanan airtanah dapat dinilai dari


Air merupakan sumber daya pendekatan multi parameter sifat
alam yang penting bagi kehidupan pembawa air, yaitu faktor kondisi
manusia dan makhluk hidup geologi dan sifat hidrogeologi.
disekitarnya. Dalam pengelolaan Kondisi geologi di Kota Jember
airtanah diperlukan informasi dasar tersusun atas Formasi Breksi Argopuro
dalam menjaga keberlangsungan (Qvab) dan Formasi Tuf Argopuro
sumber daya tersebut. Salah satu isu (Qvat). Formasi Breksi Argopuro
pengelolaan airtanah adalah potensi (Qvab) merupakan bagian dari Gunung
pencemaran (Widodo et al., 2015). Pinggang (2.286 mdpal) yang tersusun
Dampak dari pencemaran airtanah atas batuan breksi gunungapi
dapat menurunkan kualitas air yang bersusunan andesit, bersisipan lava.
bedampak pada kesehatan bila Formasi Tuf Argopuro (Qvat) terdapat
dikonsumsi. Pencemaran airtanah pada morfologi dataran dengan
dapat dipengaruhi oleh banyaknya kemiringan lereng landai hingga curan
aktivitas penggunaan airtanah dan sisa yang berdapat wilayah Kota Jember.
dari aktivitas tersebut tidak dikelola Formasi Tuf Argopuro (Qvat) tersusun
dengan baik, sehingga sumber atas batuan tuf, tuf sela, tuf abu dan tuf
pencemar (polutan) dapat masuk lava yang merupakan bagian dari
kedalam sistem akuifer airtanah pengendapan batuan volkanik (Sapei et
(Anzaldua et al., 2018; Febriarta & al., 1992). Kondisi geologi regional Kota
Riasasi, 2019; Febriarta & Widyastuti, Jember disajikan pada Gambar 1.
2020).
Pencemaran airtanah
merupakan kondisi masuknya unsur
satuan, komponen fisika atau biologi ke
dalam air bawah tanah dan atau
berubahnya tatanan air bawah tanah
oleh kegiatan manusia atau proses
alami yang mengakibatkan mutu air
bawah tanah turun sampai ke tingkat
tertentu sehingga tidak lagi sesuai
dengan peruntukannya (BSN, 2002).
Vrba & Zaporozec (1994) menyebutkan
bahwa kerentanan airtanah tidak dapat
dilihat secara langsung kondisi
dilapangan, hal tersebut dikarenakan
faktor yang mempengaruhi berada di
dalam tanah. Thapa et al., (2018) juga
menyebutkan bahwa konsep Gambar 1. Geologi Kota Jember
1
didominasi Formasi Tuff Argopuro
Erik Febriarta, 2Sutanto Trijuni Putro, 1Ajeng Larasati
1
skala pada 1:90.000
Universitas Gadjah Mada, Indonesia
2
Universitas Negeri Yogyakarta, Indonesia
(sumber: Sapei dkk, 1992)

e.febriarta@gmail.com

114 | Media Komunikasi Geografi, Vol. 22, No. 1, Juni 2021: 113-130
Kajian Spasial Kerentanan Airtanah Terhadap Pencemaran di Kota Jember dengan Menggunakan
Metode SINTACS/Erik Febriarta, Sutanto Trijuni Putro, Ajeng Larasati

Kondisi hidrogeologi di Kota Produktivitas sedang dengan


Jember berdasarkan sifat produktivitas penyebaran luas, terdapat di wilayah
airtanah terdapat dua karakteristik, perkotaan Kota Jember dengan media
yaitu produktivitas tinggi dan akuifer ruang antar butir, dengan sifat
produktivitas sedang dengan media keterusan sedang dan potensi debit 5-
ruang antar butir. Media akuifer air 10 l/detik (KESDM, 2015a). Kondisi
rongga antar butir merupakan produktivitas tinggi mempunyai potensi
keterdapatan airtanah dengan sifat air airtanah yang besar tetapi menurut
bawah tanah yang bergerak dan (Todd & Mays, 2005) mempunyai
berada pada rongga batuan (Febriarta potensi pencemaran dikarenakan cepat
& Larasati, 2020). dalam mengalirkan airtanah yang
Produktivitas tinggi dengan tercemar (sumber polutan) dengan
penyebaran luas, media celah dan cepat masuk kedalam sistem akuifer.
antar butir, memiliki keterusan rendah Hal tersebut dipengaruhi juga oleh
hingga tinggi dengan potensi debit kondisi batuan yang porus (Elsayed et
airtanah 5-10 l/detik (KESDM, 2015b). al., 2020). Kedua karakteristik
Produktivitas tinggi tersebut merupakan produktivitas airtanah tersebut
bagian dari endapan volkanik Formasi termasuk bagian dari endapan volkanik
Breksi Argopuro (Qvab). Produktivitas dari Formasi Tuf Argopuro (Qvat)
tinggi dengan penyebaran luas pada (Sapei dkk, 1992).
media litologi akuifer ruang antar butir, Keterdapatan airtanah pada
memiliki keterusan sedang hingga endapan volkanik memiliki potensi
tinggi, dengan potensi debit >10 l/detik airtanah yang tinggi baik secara
terdapat pada bagian barat, termasuk kuantitas dan kualitas airtanah. Kondisi
Desa Kebon sari dan sebagian Desa morfologi pada dataran lereng bawah
Kranjingan (Gambar 2). dengan kemiringan lereng landai
hingga miring, secara sifat pergerakan
airtanah, termasuk bagian lepasan
airtanah (KESDM, 2015b). Daerah
lepasan airtanah merupakan daerah
atau tempat terjadinya pelepasan
(groundwater discharge) atau
pengaliran dari tempat cadangan
airtanah dari batuan yang terjadi secara
alamiah (BSN, 2005). Daerah wilayah
perkotaan Kota Jember termasuk
bagian dari Cekungan airtanah (CAT)
Jember – Lumajang yang termasuk
kelulusan airtanah lintas kabupaten
atau kota (KESDM, 2018; RI, 2017).
Putranto et al., 2020 juga menyebutkan
Gambar 2. Kondisi hidrogeologi Kota bahwa daerah yang berada pada CAT
Jember termasuk produktivitas sedang
mempunyai kecenderungan kerentanan
pada skala 1:90.000.
(Sumber: KESDM, 2015b) airtanah yang tinggi.

115 | Media Komunikasi Geografi, Vol. 22, No. 1, Juni 2021: 113-130
Kajian Spasial Kerentanan Airtanah Terhadap Pencemaran di Kota Jember dengan Menggunakan
Metode SINTACS/Erik Febriarta, Sutanto Trijuni Putro, Ajeng Larasati

Parameter akuifer dengan nilai penelitian ini adalah mengetahui indeks


kelulusan airtanah tinggi mempunyai kerentanan airtanah terhadap
korelasi dengan kondisi debit airtanah pencemaran dengan multi kriteria
yang tinggi (Todd & Mays, 2005; terhadap sifat efektivitas dan sifat
Wicaksono dkk, 2020). Karakteristik hidrogeologi pada batuan endapan
litologi akuifer dengan kelulusan yang volkanik di wilayah perkotaan Kota
tinggi, seperti pada formasi batuan Jember.
endapan volkanik memiliki produktivitas
air yang tinggi, kedalaman tinggi muka 2. Metode
air (akuifer) yang relatif dangkal dan Lokasi kajian kerentanan
mempunyai kemampuan mengisi akuier airtanah terhadap pencemaran, secara
dengan cepat atau waktu pulih kembali geografis berada di -8.150005° LU
ke kondisi semula relatif cepat (Todd & hingga -8.251017° LU dan 113.612012°
Mays, 2005). Berdasarkan sifat aliran BT hingga 113.757036° BT, lokasi
yang relatif cepat, sifat batuan yang tersebut secara administrasi berada di
porus dan kondisi freatik yang dangkal wilayah Kecamatan Sumbersari,
tersebut, memiliki permasalahan Kabupaten Jember, Provinsi Jawa
lingkungan terkait potensi pencemaran Timur. Luas Kecamatan Sumbersari
pada airtanah (sumber daya air) seluas 36,61 km 2. Kecamatan
(Purnama & Cahyadi, 2019; Putranto & Sumbersari terdapat tujuh (7) desa,
Rüde, 2016; Vienastra & Febriarta, yaitu Desa Kranjingan (5,68 km 2), Desa
2020). Wirolegi (6,90 km 2), Desa Karangrejo
Pemetaan kerentanan airtanah (6,17 km2), Desa Kebonsari (3,95 km 2),
merupakan langkah strategis dalam Desa Sumbersari (4,74 km 2), Desa
perlindungan dan pengelolaan Tegalgede (5,68 km 2), dan Desa
lingkungan hidup berkelanjutan Antirogo (6,32 km2) (BIG, 2018b; BPS
(Febriarta dkk., 2020; MEA, 2005; Raju Kabupaten Jember, 2019). Batas
Thapa et al., 2019). Kerentanan sebelah utara berbatasan dengan
airtanah terhadap pencemaran dapat Kecamatan Patrang dan Kecamatan
diperoleh dari penilaian faktor yang Arjasa, batas barat berbatasan dengan
mempengaruhi pencemaran seperti Kecamatan Patrang dan Kaliwates,
infiltrasi, kedalaman airtanah dan batas timur berbatasan dengan
kemiringan lereng (topografi) (Li et al., Kecamatan Pakusari dan Mayang,
2018). Penilaian kerentanan airtanah batas selatan berbatasan dengan
dapat juga diketahui dari sifat Kecamatan Ajung dang Mumbulsari
efektivitas batuan dengan kondisi (Gambar 1).
keterbatasan data (Putranto et al., Dalam penelitian ini
2020; Vienastra & Febriarta dkk, 2020). menggunakan data primer (pengukuran
Kedua metode tersebut belum langsung di lapangan) dan
mempertimbangkan sifat hidrogeologi menggunakan data sekunder. Data
berupa media akuifer, dan kondisi primer yang untuk penilaian kerentanan
aerasi batuan dimana varabel tersebut airtanah, yaitu: 1) kedalaman freatik
dapat mempercepat laju pencemaran. muka airtanah (m), 2) tekstur tanah,
Oleh karena itu maka tujuan dari dan 3) kondisi kemiringan lereng.

116 | Media Komunikasi Geografi, Vol. 22, No. 1, Juni 2021: 113-130
Kajian Spasial Kerentanan Airtanah Terhadap Pencemaran di Kota Jember dengan Menggunakan
Metode SINTACS/Erik Febriarta, Sutanto Trijuni Putro, Ajeng Larasati

Kondisi kedalaman freatik muka interpretasi tekstur tanah dan hasil


airtanah diperoleh dari pengukuran geolistrik Priyono & Rizal (2013) dan
kedalaman tinggi muka air (m) dengan data litologi akuifer dari KESDM
menggunakan pita ukur dari permukaan (2015a), dan 3) nilai konduktivitas
tanah hingga muka airtanah, tekstur hidraulik atau kelulusan airtanah
tanah diperoleh dari pengamatan dan (m/detik) diperoleh interpretasi
uji tekstur, kondisi kemiringan lereng geolistrik Priyono & Rizal (2013), data
diperoleh dengan instrumen ukur slope litologi akuifer dari (KESDM, 2015b)
rangefinder dengan satuan pengukuran kemudian dikorelasikan sifat kelulusan
kemiringan lereng dalam persen (%). batuan dari persamaan Todd & Mays
Data sekunder yang digunakan (2005) dan Fetter (2014), dan 4) data
untuk penilaian, yaitu 1) nilai infiltrasi parameter media (litologi) akuifer
(mm/jam) diperoleh dari korelasi data diperoleh dari pengukuran geolistrik
tekstur tanah terhadap laju infiltrasi Priyono & Rizal (2013). Sumber data
menggunakan persamaan dari Asdak, yang digunakan disajikan pada Tabel 1,
(2002), 2) kondisi aerasi pada batuan sebagai berikut.
atau zona tak jenuh diperoleh dari

Table 1. Sumber data penilaian kerentanan metode SINTACS


Parameter Data Sumber Data
(S) Soggiacenza (Depth of phreatic) Kedalaman muka air Priyono dan Rizal, 2013
(I) Infiltrazione (Infiltration) Infiltras (mm/jam) KESDM, 2012; Priyono
dan Rizal, 2013
(N) Non Saturo (Aeration Condition) Kondisi aerasi pada KESDM, 2015a,b;
batuan
(T) Tipologia Della Copertura (Soil Tekstur tanah Priyono dan Rizal, 2013;
Texture) Sisultan, 2017;
(A) Acquifero (Aquifer media) Media (litologi) akuifer KESDM, 2015a; Priyono
dan Rizal, 2013; Sapei
dkk, 1992
(C) Conducibilita (hydrolic conductivity) Konduktivitas hidraulik KESDM, 2012; Priyono
(K)/kelulusan (m/detik) dan Rizal, 2013
(S) Superficie topografica (topography Kemiringan lereng (%) BIG, 2018a; Priyono dan
slope) Rizal, 2013

Penilaian dan Pembobotan Metode sekunder, penilaian setiap kelas


SINTACS parameter, kemudian untuk
Pendekatan untuk mengetahui merepresentasikan hasil kerentanan
kerentanan airtanah terhadap yang relefan di lapangan digunakan
pencemaran menggunakan penilaian pembobotan. Tahapan analisis secara
dan pembobotan SINTACS yang keruangan (spasial) dengan
dilakukan dalam beberapa tahapan, mengkelaskan tingkat indeks
seperti yang disajikan dalam diagram kerentanan (Febriarta & Wibowo, 2021;
alir pada Gambar 3. Purnama dan Cahyadi, 2020).
Identifikasi setiap kelas
parameter dari data primer dan data

117 | Media Komunikasi Geografi, Vol. 22, No. 1, Juni 2021: 113-130
Kajian Spasial Kerentanan Airtanah Terhadap Pencemaran di Kota Jember dengan Menggunakan
Metode SINTACS/Erik Febriarta, Sutanto Trijuni Putro, Ajeng Larasati

Gambar 3. Diagram alir penelitian kerentanan airtanah

Metode SINTACS merupakan persamaan rumus (Civita & De Maio,


pendekatan numberik dengan 2004) sebagai berikut :
menggunakan parameter (S)
soggiacenza (depth of phreatic)/ Indeks kerentanan = SrSw + IrIw +
kedalaman freatik muka airtanah (m), NrNw + TrTw + ArAw + CrCw + SrSw
(I) infiltrazione (infiltration)/ laju infiltrasi ….. (1)
(mm/jam), (N) non saturo (aeration
condition)/ kondisi areasi pada batuan, dimana :
(t) tipologia della copertura (soil r (rating): nilai masing-masing
texture)/ tekstur tanah, (A) acquifero parameter (Tabel 2)
(aquifer media)/ litologi akuifer, (c) w (weight): bobot untuk masing-masing
conducibilita (hydrolic conductivity)/nilai parameter (Tabel 3).
kelulusan (m/detik), (S) superficie
topografica (topography slope)/ Table 3. Skenario bobot SINTACS
kemiringan lereng (%) (Civita, 1994; Skenario Bobot S I N T A C S
Civita & De Maio, 2004; Gunawan dkk., Dampak normal 5 4 5 3 3 3 3
Dampak relevan 5 5 4 5 3 2 2
2013; Linggasari et al., 2019; Purnama Drainase
& Cahyadi, 2019). Penilaian setiap permukaan 4 4 4 2 5 5 2
kelas dan pembobotan dari parameter (rembesan)
kerentanan SINTACS disajikan pada Karst 2 5 1 3 5 5 5
Formasi batuan
Tabel 2. 4 4 4 4 4 5 4
bercelah
Pembobotan setiap parameter Nitrat 5 5 4 5 2 2 3
untuk menghasilkan skenario yang Sumber: Civita & De Maio, 2004
dapat mengambarkan kondisi di
lapangan, disajikan pada Tabel 3. Dari Analisis secara keruangan
hasil penilaian dan pembobotan (spasial) kerentanan airtanah terhadap
dilakukan perhitungan variable linier pencemaran dengan pendekatan
ketujuh parameter, menghasilkan nilai SINTACS menggunakan Sistem
indeks kerentanan. Nilai indeks Informasi Geografi (SIG). Pengkelasan
kerentanan SINTACS mengunakan tingkat kerentanan airtanah terhadap

118 | Media Komunikasi Geografi, Vol. 22, No. 1, Juni 2021: 113-130
Tabel 2. Penilaian setiap kelas parameter SINTACS
(S) Kedalaman (I) Infiltrasi (N) kondisi Aerasi (Zona (T) Tekstur Tanah (A) Media Akuifer (C) Konduktivitas (S)
Freatik (m) (mm/jam) Tak Jenuh) Hidrolik (m/detik) Kemiringan
lereng (%)
Kelas Nilai Kelas Nilai Kelas Batuan Nilai Kelas Nilai Batuan Nilai Kelas Nilai Kelas Nilai
Tekstur
Sedimen aluvial Sedimen aluvial 3,9x10-6-
0-2 10 <1 1 6-10 1-1,5 0-2 9,5
kasar Liat kasar 8-9 5,5x10-6 4.,5
Liat
2-2,5 9 1-5 2 8-10 1,5-2 2-4 8,5
Batu kapur karst Berdebu Batu kapur karst 9-10 5,5x10-6-1x10-5 5
Liat
2,5-3,5 8,5 5-20 3 Batu kapur 4-8 berlempu 2-3 Batu kapur 1.0 x 10-5 - 1.8 4-6 7,5
bercelah ng bercelah 6-9 x 10-5 5,5
Lempung 1,8x10-5-
3,5-4,5 8 20-65 4 2-5 3-4 6-9 6,5
Dolomit bercelah berdebu Dolomit bercelah 4-7 3,0x10-5 6
Endapan aluvial Liat Endapan aluvial 3,0-10-5-
4,5-5 7,5 65-125 6 3-6 3,5-4 9-12 5,5
halus-sedang berdebu halus-sedang 6-8 5,0x10-5 6,5
5.0 x 10-5 - 9.0
5-6 7 >250 7 4-7 4-5 12-15 4,5
Pasiran Lempung Pasiran 7-9 x 10-5 7
Batu pasir, Lempung Batu pasir, 9.0 x 10-5 - 1.5
6-7 6,5 5-8 4,5-5 15-18 3,5
konglomerat berpasir konglomerat 4-9 x 10-4 7,5
Pengendapan Lempung Pengendapan 1.5 x 10-4 - 2.0
7-8 6 2-5 5,5-6 18-21 2,5
sedimen berpasir sedimen 5-8 x 10-4 7,75
Lempung 2.0 x 10-4 - 3.0
8-9 5,5 5-10 6,3-7 21-25 1,5
Vulkanik berpasir Vulkanik 8-10 x 10-4 8
3.0 x 10-4 - 4.5
9-10 5 1-3 7,5-8 25-30 1
Marl, batulempung Gambut Marl, batulempung 1-3 x 10-4 8,25
Tanah liat, lumpur, Pasir Tanah liat, lumpur, 4.5 x 10-4 - 6.0
10-13 4,5 1-2 8-8,5
gambut berdebu gambut 1-3 x 10-4 8,5
Pasir 6.0 x 10-4 - 1.0
13-17 4 2-5 9
Batu piroklastik halus Batu piroklastik 4-8 x 10-3 8,75
Batuan metamorf Kerikil 9,5- Batuan metamorf 1.0 x 10-3 - 1.5
17-20 3,5 2-6
bercelah halus 10 bercelah 2-5 x 10-3 9
Tanah 1.5 x 10-3 – 2.5
25-30 2,5 10
tipis x 10-3 9,25
2.5 x 10-3 – 4.5
30-40 2
x 10-3 9,5
4.5 x 10-3 –
>40 1,5
4.0 x 10-2 9,75
Sumber: Civita & De Maio, 2004; Gunawan dkk, 2013; Purnama dan Cahyadi, 2020
Kajian Spasial Kerentanan Airtanah Terhadap Pencemaran di Kota Jember dengan Menggunakan
Metode SINTACS/Erik Febriarta, Sutanto Trijuni Putro, Ajeng Larasati

pencemaran diperoleh dari membentuk daerah yang relatif datar


pengelompokan rentang nilai indeks dan menjadi tempat berkumpulnya
kerentanan (rumus 1). Kriteria atau airtanah. Pada daerah dengan kondisi
rentang tingkat kerentanan airtanah kedalaman airtanah yang dangkal
terhadap pencemaran disajikan pada memiliki keuntungan dalam
Tabel 4. memperoleh airtanah tetapi mempunyai
faktor yang mendorong terjadinya
Table 4. Kriteria tingkat kerentanan kerentanan airtanah, dimana bila
SINTACS terdapat sumber polutan dipermukaan
Tingkat Interval Indeks tanah, dapat meresap dan turun ke
Kerentanan SINTAC
sistem akuifer dengan jarak yang relatif
Sangat Rendah < 80
Rendah 80 – 104 pendek.
Sedang 105 – 139 Berdasarkan hasil pengukuruan
Agak Tinggi 140-185 diperoleh nilai kedalaman dengan
Tinggi 186-210
rentang 4,5 – 7,2 m dibawah
Sangat Tinggi > 210
Sumber: Civita, and De Maio, 2004 permukaan tanah. Kedudukan tinggi
muka airtanah berada pada material
batuan berupa pasir halus hingga
3. Hasil dan Pembahasan
sedang (Priyono & Rizal, 2013). Hasil
Karakteristik Airtanah Terhadap
penilaian faktor kerentanan airtanah
Kerentanan
dari kondisi freatik disajikan pada Tabel
Soggiacenza (depth of phreatic)
5. Kedalaman 7 - 8 m berada di bagian
(S) merupakan parameter dengan nilai
timur daerah penelitian meliputi
kedalaman freatik muka airtanah.
sebagian Desa Antirogo, sebagian
Kondisi dinamika kedalaman muka
Desa Tegalrejo dan
airtanah diperoleh dari Priyono & Rizal
Desa Wirolegi memiliki nilai
(2013) kemudian diperbaharui dengan
kerentanan 6. Kedalaman airtanah 6-7
pengukuran di lapangan. Lokasi
m dibawah permukaan tanah berada
pengukuran lapangan disajikan pada
pada bagian tengah memiliki nilai
Gambar 4a. Secara umum bagian timur
kerentanan 6,5 dan kedalaman 4,5-6 m
nilai kedalaman airtanah semakin
terdapat di bagian barat meliputi Desa
dangkal yang merupakan bagian dari
kebonsari, Desa Kranjingan, sebagian
lereng kaki bagian bawah dengan
desa karangrejo dan Desa Sumbersari
kemiringan lereng yang semakin
memiliki nilai kerentanan 7-7,5.
melandai. Kondisi topografi tersebut

Tabel 5. Kondisi freatik muka airtanah


Kedalaman muka airtanah (m) Nilai Bobot Total
4,9 7,5 5 37,5
5,3 7 5 35
6,5 6,5 5 32,5
7,2 6 5 30
Sumber: Analisis data, 2021

120 | Media Komunikasi Geografi, Vol. 22, No. 1, Juni 2021: 113-130
Kajian Spasial Kerentanan Airtanah Terhadap Pencemaran di Kota Jember dengan Menggunakan
Metode SINTACS/Erik Febriarta, Sutanto Trijuni Putro, Ajeng Larasati

Infiltrazione (infiltration) (I) atau akumulasi di permukaan tanah menjadi


kondisi infiltrasi merupakan peristiwa genangan dan menjadi air limpasan
meresapnya airtanah secara horisontal (runoff). Berdasarkan pengukuran uji
yang dipengaruhi oleh gravitasi dengan tekstur permukaan tanah diketahui tiga
satuan mm/jam (Singhal & Gupta, (3) kondisi yaitu pada tekstur lempung
2010). Laju infiltrasi diperoleh dari berpasir dengan kondisi laju infiltrasi 15
persamaan dari pengukuran tekstur mm/jam, pasir halus dengan laju
tanah dilapangan. Penilaian laju infiltrasi 30 mm/jam yang terdapat di
infiltrasi diperoleh dari korelasi tekstur daerah aliran sungai dan sepadan
tanah permukaan dengan persamaan sungai (Gambar 4b) dan pasir kasar
dari Todd & Mays (2005). dengan laju infiltrasi 67 mm/jam yang
Kondisi infiltrasi dalam terdistribusi secara umum merata di
kerentanan pencemaran adalah apabila wilayah penelitian. Kondisi laju infiltrasi
tingkat kemampuan tanah dalam akan menjadi dengan cepat bila berada
meloloskan air yang masuk kedalam pada kondisi akuifer permeabilitas
tanah tinggi, maka mempercepat tinggi yang dipengruhi oleh sifat pori
pergerakan sumber pencemar (polutan) batuan. Seperti pada kondisi pasir
masuk ke sistem akuifer tanah. halus-kasar memiliki nilai kerentanan 4-
Sedangkan bila kondisi tingkat 6 (Tabel 6) yang termasuk dalam kelas
kemampuan tanah dalam meloloskan tinggi, kondisi tersbut dipengaruhi oleh
air yang masuk ke dalam tanah rendah, tekstur pasir yang sedikit menahan air
maka sumber (suplay) air di permukaan dan terjadi perkolasi
menjadi besar yang mengakibatkan

Tabel 6. Kondisi infiltrasi


Tekstur tanah Infitrasi (mm/jam) Nilai Bobot Total
Lempung berpasir 15 3 4 12
Pasir halus 30 4 4 16
Pasir kasar 67 6 4 24
Sumber: Analisis data, 2021

Non saturo (aeration condition) kemudian diperbaharui dengan


(N)/ kondisi aerasi pada batuan atau pengukuran lapangan dan data litologi
kondisi tak jenuh merupakan parameter didalam tanah diperoleh dari kondisi
akuifer dari media ukuran antar butir. litologi akuifer mengacu KESDM
Data kondisi aerasi pada batuan atau (2015a). Distribusi zona aerasi pada
kondisi tak jenuh diperoleh dari Sisultan batuan atau zona tak jenuh disajikan
(2017) untuk tekstur tanah permukaan pada Tabel 7 dan Gambar 4c.

Tabel 7. Kondisi aerasi pada batuan


Formasi Penyusun batuan Nilai Bobot Total
Breksi Argopuro (Qvat) Tuf 7 5 35
Formasi Tuf Argopuro (Qvab) Breksi gunungapi, 5 5 25
Sumber: Analisis data, 2021

121 | Media Komunikasi Geografi, Vol. 22, No. 1, Juni 2021: 113-130
Kajian Spasial Kerentanan Airtanah Terhadap Pencemaran di Kota Jember dengan Menggunakan
Metode SINTACS/Erik Febriarta, Sutanto Trijuni Putro, Ajeng Larasati

Priyono & Rizal (2013) berasal dari rombakan endapan


menyebutkan bahwa di wilayah volkanik. Tekstur tanah lempungan
penelitian didominasi oleh penysusn memiliki tingkat kerentanan yang
material pasir sedang-kasar,tuff yang rendah, hal tersebut dipengauhi oleh
merupakan pengendapan batuan sifat impermeabel yang memperlambat
volkanik dari Formasi Tuf Argopuro hingga menahan pergerakan air masuk
(Qvat). Berdasakan kondisi tersebut kedalam tanah (Febriarta dkk, 2020;
terdapat dua (2) penialian kerentanan Purnama dkk., 2013). Pada kondisi
pada penyusun batuan breksi lava tekstur lempung berpasir halus memiliki
(Qvab) memiliki tingkat kerentanan 5 nilai 4,5 terhadap kerentanan
sedangkan pada penysusun batuan pencemaran, lempung berpasir sedang
pasir kasar dan tuf memiliki nilai tingkat mempunyai tingkat kerentanan 5 dan
kerentanan yang lebih tinggi dengan lempung berpasir kasar mempunyai
nilai 7. tingkat kerentanan 6. Sedangkan pada
Tipologia della copertura (soil tektur endapan dengan struktur lepas-
texture) (T) atau kondisi tekstur tanah lepas seperti pasir sedang-kasar halus
merupakan parameter kerentanan dari memiliki nilai kerentanan 8, tekstur
sifat kerapatan material penyusun, pasir sedang memiliki nilai 8,5 dan
sehingga mempengaruhi penyebaran pada tekstur pasir kasar memiliki nilai
peresapan sumber pencemar (polutan) tinggi, yaitu 9. Penilaian dan pemberian
dipermukaan. Tekstur tanah diperoleh bobot skenario normal disajikan pada
dari peta tanah Provinsi Jawa Timur Tabel 8. Distribusi tekstur tanah di
pada skala 1:50.000 dari Kementerian daerah penelitian disajikan pada
Pertanian mengacu Sisultan (2017) dan Gambar 4d. Tekstur pasir mempunyai
pembaharuan dil apangan dengan potensi kerentanan airtanah terhadap
pengujian tekstur tanah. pencemaran lebih tinggi dibandingkan
Berdasarkan hasil pengamatan dengan tektur lempung dikarenakan
dan pengujuan tekstur tanah, diketahui sifat media pori yang cepat mengalirkan
bahwa batu induk pembentuk tanah air (Mepaiyeda et al., 2020).

Tabel 8. Kondisi tekstur tanah permukaan


Tekstur tanah Nilai Bobot Total
Lempung berpasir halus 4,5 3 13,5
Lempung berpasir sedang 5 3 15
Lempung berpasir kasar 6 3 18
Pasir halus 8 3 24
Pasir sedang 8,5 3 25,5
Pasir kasar 9 3 27
Sumber: Analisis data, 2021

Acquifero (aquifer media) (A)/ (Bastani & Harter, 2020; BSN, 2005).
media (litologi) akuifer merupakan Penilaian media akuifer dipoeroleh dari
formasi geologi penyusun batuan atau pengukuran geolistrik Priyono & Rizal
lapisan batuan jenuh air di bawah (2013). Secara umum penyusun batuan
permukaan tanah yang dapat dan adalah endapan volkanik, yaitu batu
menyimpan dan meneruskan air breksi, pasir halus-kasar, dan tuf.

122 | Media Komunikasi Geografi, Vol. 22, No. 1, Juni 2021: 113-130
Kajian Spasial Kerentanan Airtanah Terhadap Pencemaran di Kota Jember dengan Menggunakan
Metode SINTACS/Erik Febriarta, Sutanto Trijuni Putro, Ajeng Larasati

Keterdapatan airtanah diketahui berada mendominasi di daerah penelitian,


pada penyusun batuan pasir halus seperti yang disajikan pada Gambar 4e.
hingga kasar. Potensi airtanah tanah Berdasarkan penysusun litologi akuifer
terdapat pada material batuan dengan tersebut diketahui nilai kerentanan
media pori seperti pasiran (Sugianti et airtanah terhadap pencemaran adalah
al., 2016). Litologi akuifer keterdapatan 8, seperti yang disajikan pada Tabel 9.
airtanah terdistribusi merata secara

Tabel 9. Media (litologi) akuifer


Formasi Penyusun batuan Nilai Bobot Total
Breksi Argopuro (Qvat) Tuf 8 3 24
Formasi Tuf Argopuro (Qvab) Breksi gunungapi 8 3 24
Sumber: Analisis data, 2021

Conducibilita (hydrolic Rentang nilai kelulusan airtanah


conductivity) (C) atau konduktivitas tersebut memiliki nilai kerentanan
hidraulik merupakan nilai yang terhadap pencemaran pada kelas yang
menunjukkan kemampuan batuan sama yaitu 8,75. Hasil penilaian dan
dalam meluluskan air di dalam rongga- pembobotan nilai konduktivitas hidraulik
rongga batuan dengan satuan m/detik atau kelulusan (K) airtanah disajikan
(Thapa et al., 2018). Nilai konduktivitas pada Tabel 10 dan distribusi keruangan
hidraulik atau kelulusan (K) diperoleh (spasial) disajikan pada Gambar 4f.
dari pengukuran Priyono & Rizal Berdasarkan nilai kelulusan (K) dengan
(2013). Diketahui bahwa nilai rentang 70-73,9 m/detik, termasuk
konduktivitas atau nilai kelulusan (K) kedalam kelas tinggi dalam pergerakan
pada penysusun batuan breksi bagian air, hal tersebut dipengaruhi oleh
dari Formasi Formasi Tuf Argopuro material dengan struktur lepas-lepas
(Qvab) adalah 70 m/detik yang terdapat dan media rongga antar butir dengan
di bagian barat daerah penelitian, sifat kelulusan air yang tinggi (Anim-
sedangkan pada Formasi Breksi Gyampo et al., 2019; Wicaksono dkk,
Argopuro (Qvat) adalah 73,9 m/detik. 2020).

Tabel 10. Nilai konduktivitas hidraulik


Kelulusan
Formasi Penyusun batuan Nilai Bobot Total
(m/detik)
Breksi Argopuro (Qvat) Tuf 73,9 8,75 3 26,25
Formasi Tuf Argopuro (Qvab) Breksi gunungapi 70 8,75 3 26,25
Sumber: Analisis data, 2021

Superficie topografica ekstrasi data digital elevasi model


(topography slope) (S)/ kemiringan (DEM) dari BIG, (2018). Data yang
lereng merupkan kondisi fisik digunakan adalah seamless digital
kelerengan yang mempengaruhi elevation model nasional (DEMNas)
pergerakan airtanah di permukaan dengan resolusi 30m. Digital elevasi
(Putranto dkk, 2019). Kondisi model (DEM) tersebut dikonversi
kemiringan lereng (slope) diperoleh dari menjadi kemiringan lereng dalam

123 | Media Komunikasi Geografi, Vol. 22, No. 1, Juni 2021: 113-130
Kajian Spasial Kerentanan Airtanah Terhadap Pencemaran di Kota Jember dengan Menggunakan
Metode SINTACS/Erik Febriarta, Sutanto Trijuni Putro, Ajeng Larasati

persen (%) dengan system informasi cekungan mempunyai potensi


geografis (SIG). Berdasarkan kerentanan pencemaran sumber
perhitungan diketahui sepuluh (10) pencemar (polutan) lebih tinggi, yang
kelas kemiringan lereng. Penilaian diakibatkan oleh kondisi topografi yang
kelas kemiringan lereng datar (0-2%) dapat mengumpulkan genangan pada
adalah 9,5 atau memiliki kerentanan lokasi tertentu dan jika genangan
tertinggi dibandingkan dengan kondisi tersbut tercemar maka secara berulang
kemiringan lereng sangat curam-terjal dapat masuk meresap kedalam tanah
(>25%) adalah dengan nilai 1, nilai dan mencemari sistem akuifer airtanah
terendah atau paling tidak (Febriarta, dkk, 2020; Purnama &
mempengaruhi. Cahyadi, 2019).
Hasil penilaian dan pembobotan
parameter kerentanan airtanah Tabel 11. Kondisi kemiringan lereng
terhadap pencemaran disajikan pada Kemiringan
Nilai Bobot Total
Tabel 11 dan secara keruangan lereng (%)
25-30 1 3 3
(spasial) disajikan pada Gambar 4g. 21-25 1,5 3 4,5
Kondisi kemiringan yang semakin curan 18-21 2,5 3 7,5
akan memiliki potensi kerentanan yang 15-18 3,5 3 10,5
relatif rendah dikarenakan pada 12-15 4,5 3 13,5
9-12 5,5 3 16,5
kemiringan yang curam, aliran 6-9 6,5 3 19,5
permukaan (runoff) berpindah dan 4-6 7,5 3 22,5
mengalir secara gravitasi tidak 2-4 8,5 3 25,5
tergenang (Gambar 5). Sedangkan 0-2 9,5 3 28,5
Sumber: Analisis data, 2021
pada kondisi kemiringan lereng yang
landai hingga datar dan membentuk

Gambar 4. Distribusi nilai total sekenario (pembobotan) normal setiap parameter

124 | Media Komunikasi Geografi, Vol. 22, No. 1, Juni 2021: 113-130
Kajian Spasial Kerentanan Airtanah Terhadap Pencemaran di Kota Jember dengan Menggunakan
Metode SINTACS/Erik Febriarta, Sutanto Trijuni Putro, Ajeng Larasati

Analisis Tingkat Kerentanan dinamika freatik kedalaman muka


SINTACS airtanah 4,9-5,3 m dibawah permukaan
Dari perhitungan nilai (rating) tanah, laju infiltrasi sebesar 67 mm/jam,
dan bobot (weight) kerentanan airtanah memiliki zona aerasi pada batuan atau
terhadap pencemaran diperoleh dari kondisi tak jenuh berupa pasir sedang-
nilai indeks (rumus 1). Pemodelan kasar, kondisi tekstur tanah berupa
skenario (pembobotan) menggunakan pasiran dengan struktur lepas-lepas,
kondisi normal. Nilai indeks kerentanan media (litologi) akuifer berupa pasir
SINTACS memiliki rentang 145,25 - sedang-kasar dan tuf, nilai
199,75. Kelas tersebut masuk pada konduktivitas hidraulik atau laju
kelas kerentanan agak tinggi (140-185) kelulusan (K) 73,9 m/detik dan kondisi
dan tinggi (186-199). kemiringan lereng agak miring (9%)
Kerentanan airtanah terhadap hingga datar (0-2%).
pencemaran agak tinggi memiliki Berdasarkan luas zona
karakteristik kerentanan airtanah kerentanan airtanah terhadap
terhadap pencemaran agak tinggi pencemaran agak tinggi seluas 26 km 2
memiliki kondisi freatik kedalaman atau 70% dan kerentanan agak tinggi
muka airtanah 6,5 -7,2 m di bawah seluas 11 km 2 atau 30% dari luas
permukaan tanah, kondisi laju infiltrasi wilayah Kecamatan Sumbersari
15-30 mm/jam, kondisi zona tak jenuh (Gambar 5). Luas wilayah pada zona
air pasir halus dan tuf, kondisi tekstur kerenatanan agak tinggi terendah di
tanah permukaan lempungan, media sebagian Desa Tegalgede dan terluas
(litologi) akuifer berupa endapan pada Sebagian desa Wirolegi.
volkanik pasir sedang, nilai Sedangkan kerentanan tinggi terendah
konduktivitas hidraulik atau laju terdapat di Sebagian Desa Wirolegi dan
kelulusan (K) air 70 m/detik dan terluas berada di Sebagian Desa
memiliki kenampakan kemiringan Sumbersari yang merupakan pusat
lereng (slope) miring (12%) hingga perkotaan di Kota Jember. Luas zona
curam (>30%). Sedangkan karaktersitik kerentanan perwilayah disajikan pada
kerentanan airtanah terhadap Tabel 11.
pencemaran tinggi, memiliki kondisi

Tabel 11. Luas zona kerentanan airtanah terhadap pencemaran


Agak Tinggi Tinggi
Desa
km2 % km2 %
1 Kranjingan 4,8 13 0,9 2,5
2 Wirolegi 6,0 16,4 0,9 2,4
3 Karangrejo 4,9 13,3 1,3 3,6
4 Kebonsari 2 5,5 1,9 5,3
5 Sumbersari 2,2 5,9 2,6 7
6 Tegalgede 1,1 2,9 1,8 4,9
7 Antirogo 4,7 12,7 1,7 4,6
Total 26 70 11 30
Sumber: Analisis data, 2021

125 | Media Komunikasi Geografi, Vol. 22, No. 1, Juni 2021: 113-130
Kajian Spasial Kerentanan Airtanah Terhadap Pencemaran di Kota Jember dengan Menggunakan
Metode SINTACS/Erik Febriarta, Sutanto Trijuni Putro, Ajeng Larasati

Hasil overlay zona oleh sumber pencemar (polutan), hal


kerentanan dengan permukiman, tersebut dapat berlangsung secara
menunjukkan daerah kondisi terpadat berulang (Elsayed et al., 2020; Putranto
penduduk seperti di Desa Sumbersari dkk, 2020). Kerentanan airtanah
termasuk zona kerentanan tinggi, terhadap pencemaran tinggi memiliki
seperti yang sajikan pada Gambar 5. perluang terjadinya pencemaran oleh
Kerentanan airtanah terhadap semua polutan dengan intensitas yang
pencemaran agak tinggi memiliki sifat tinggi, dalam jangka waktu yang lama
tercemar sebagian atau hingga 50% dan waktu relatif cepat.

Gambar 5. Tingkat kerentanan agak tinggi dan tinggi terhadap pencemaran di Kota
Jember

Kerentanan agak tinggi (Febriarta, dkk, 2020). Saran yang


memiliki karaktersistik zona tersebut dapat diberikan adalah dengan
dapat terjadi pencemaran hingga 50% pembuatan sumur sampel untuk uji
sumber pencemar (polutan) yang pemantauan kuantitas dan kualitas
dibuang secara terus menerus atau airtanah, edukasi dan pengenalan
berulang (Hipsey et al., 2020). Saran informasi tentang pengelolaan limbah,
yang dapat diberikan adalah dengan terutama limbah domestik, pembuatan
pemantauan berkala tentang kuantitas sanitasi yang terintegrasi dengan
dan pemantuan kualitas dari sampel air saluran ipal air limbah, dan untuk
yang didasarkan atas standar baku kerentanan yang sangat tinggi
mutu air minum dan pengelolaan diperlukan pembuatan peraturan
limbah terpadu. Sedangkan kerentanan daerah tentang pengelolaan sampah
tinggi mempunyai kerentanan terjadi dan limbah industri terpadu.
pencemaran setengah lebih atau
hingga 75% dari sumber pencemar 4. Penutup
(polutan) yang berlangsun berulang Hasil penelitian multi kriteria
dengan waktu pencemaran relatif cepat sifat hidrogeologi menghasilkan tingkat

126 | Media Komunikasi Geografi, Vol. 22, No. 1, Juni 2021: 113-130
Kajian Spasial Kerentanan Airtanah Terhadap Pencemaran di Kota Jember dengan Menggunakan
Metode SINTACS/Erik Febriarta, Sutanto Trijuni Putro, Ajeng Larasati

kerentanan airtanah menjadi dua (2) S., Winking, C., Riegels, N.,
kelas. Nilai indek kerenatanan Krogsgaard Jensen, J., Termes,
SINTACS diperoleh tingkat kerentanan M., Amorós, J., Wencki, K., Strehl,
C., Ugarelli, R., Hasenheit, M.,
agak tinggi (140-185) dan tinggi dengan
Nafo, I., Hernandez, M., Vilanova,
nilai indek (186-199). Faktor yang E., Damman, S., … Birk, S.
dominan mempengaruhi tingkat (2018). Getting into the water with
kerentanan antara lain Kedalaman the Ecosystem Services Approach:
freatik dan kondisi aerasi (zona Tak The DESSIN ESS evaluation
Jenuh). Penilaian dengan metode framework. Ecosystem Services,
SINTACS menghasilkan nilai indek 30, 318–326.
https://doi.org/10.1016/j.ecoser.20
dengan rentang yang relatif panjang
17.12.004
sehingga dapat diketahui parameter Asdak, C. (2002). Hidrologi dan
yang paling dominan dalam Pengelolaan Daerah Aliran
kerentanan, yaitu kedalaman muka Sungai. Gadjah Mada University
airtanah dan tekstur tanah. Metode Press.
SINTAC dapat merepresntasikan Bastani, M., & Harter, T. (2020). Effects
kerentanan secara keruangan (spasial) of upscaling temporal resolution of
groundwater flow and transport
dengan skala kecil. Dalam perhitungan
boundary conditions on the
dengan metode SINTACS diperlukan performance of nitrate-transport
ketersediaan data yang relatif banyak models at the regional
sehingga menjadi kendala dalam management scale. Hydrogeology
pemodelan kerentanan airtanah Journal, 28(4), 1299–1322.
terhadap pencemaran. https://doi.org/10.1007/s10040-
020-02133-x
BIG. (2018). DEMNAS 2314-441 dan
Ucapan Terima Kasih DEMNAS2314-423. Badan
Ucapan terima kasih ditujukan Informasi Geospasial (BIG).
kepada Badan Perencanaan dan BSN. (2002). Standar Nasional
Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Indonesia No. 19-6728.1-2002
Kabupaten Jember, yang telah Penyusunan Neraca Sumber Daya
memfasilitasi dan mendukung - Bagian 1: Sumber Daya Air
Spasial. Badan Standardisasi
penelitian ini.
Nasional. In Badan Standardisasi
Nasional (BSN): Vol. ICS 13.060.
Daftar Pustaka Badan Standardisasi Nasional
Anim-Gyampo, M., Anornu, G. K., (BSN).
Appiah-Adjei, E. K., & Agodzo, S. BSN. (2005). Standar Nasional
K. (2019). Quality and health risk Indonesia (SNI) no.13-1712-2005
assessment of shallow tentang penyelidikan potensi air
groundwater aquifers within the tanah skala 1:100.000 atau lebih
Atankwidi basin of Ghana. besar. Badan Standardisasi
Groundwater for Sustainable Nasional (BSN).
Development, 9, 100217. Civita, M. (1994). La carte della
https://doi.org/10.1016/j.gsd.2019. vulnerabilita`degli acquiferi
100217 all’inquiamento: Teoria e Pratica.
Anzaldua, G., Gerner, N. V., Lago, M., Pitagora editrice.
Abhold, K., Hinzmann, M., Beyer, Civita, M., & De Maio, M. (2004).

127 | Media Komunikasi Geografi, Vol. 22, No. 1, Juni 2021: 113-130
Kajian Spasial Kerentanan Airtanah Terhadap Pencemaran di Kota Jember dengan Menggunakan
Metode SINTACS/Erik Febriarta, Sutanto Trijuni Putro, Ajeng Larasati

Assessing and mapping Sleman Yogyakarta. Seminar


Groundwater Vulnerability to Nasional Pengelolaan Pesisir Dan
Contamination: The Italian Daerah Aliran Sungai Ke-5, 5,
“Combined Approach. Geofisica 117–123.
Internacional, 2(1), 14–28. Febriarta, E., & Widyastuti, M. (2020).
Elsayed Gabr, M., Soussa, H., & Kajian Kualitas Air Tanah Dampak
Fattouh, E. (2020). Groundwater Intrusi Di Sebagian Pesisir
quality evaluation for drinking and Kabupaten Tuban. Jurnal
irrigation uses in Dayrout city Geografi : Media Informasi
Upper Egypt. Ain Shams Pengembangan Dan Profesi
Engineering Journal. Kegeografian, 17(2), 39–48.
https://doi.org/10.1016/j.asej.2020. https://doi.org/10.15294/jg.v17i2.2
05.010 4143
Febriarta, E., & Wibowo, Y. A. (2021) Fetter, C. W. (2004). Applied
Kerentanan Gerakan Tanah Hydrogeology (5th ed.). Merril
Menggunakan Teknik Geospasial Publishing Company.
Statistik di Macang Pacar, Nusa Gunawan, W. A. ., Sisinggih, D., &
Tenggara Timur. Jurnal Geografi. Dermawan, V. (2013). Studi
18(1). 9-20. Kerentanan Airtanah Terhadap
https://doi.org/10.15294/jg.v18i1 Kontaminan Di Cekungan Airtanah
Febriarta, E., & Larasati, A. (2020). Negara Kabupaten Jembrana.
Karakteristik Akuifer Air Tanah Jurnal Pengariran, 4(2), 1–10.
Dangkal Di Endapan Muda Merapi Hipsey, M. R., Gal, G., Arhonditsis, G.
Yogyakarta. Jurnal Sains Dan B., Carey, C. C., Elliott, J. A.,
Teknologi Lingkungan, 12(2), 84– Frassl, M. A., Janse, J. H., de
99. Mora, L., & Robson, B. J. (2020).
https://doi.org/https://doi.org/10.20 A system of metrics for the
885/jstl.vol12.iss2.art1 assessment and improvement of
Febriarta, E., Marfai, M. A., Hizbaron, aquatic ecosystem models.
D. R., & Larasati, A. (2020). Kajian Environmental Modelling &
Spasial Multi Kriteria DRASTIC Software, 128, 104697.
Kerentanan Air tanah Pesisir https://doi.org/10.1016/j.envsoft.20
Akuifer Batugamping di 20.104697
Tanjungbumi Madura. Jurnal Ilmu KESDM. (2015a). Litologi Akuifer.
Lingkungan, 18(3), 476–487. Kementerian Energi dan Sumber
https://doi.org/10.14710/jil.18.3.47 Daya Mineral.
6-487 KESDM. (2015b). Produktivitas Akuifer.
Febriarta, E., Oktama, R., & Purnama, Kementerian Energi dan Sumber
S. (2020). Analisis Daya Dukung Daya Mineral.
Lingkungan Berbasis Jasa KESDM. (2018). Cekungan Air Tanah
Ekosistem Penyediaan Pangan (CAT). Kementerian Energi dan
dan Air Bersih di Kabupaten Sumber Daya Mineral.
Semarang. Geomedia: Majalah Li, R., Yin, Z., Wang, Y., Li, X., Liu, Q.,
Ilmiah Dan Informasi & Gao, M. (2018). Geological
Kegeografian, 18(1), 12–24. resources and environmental
https://doi.org/10.21831/gm.v18i1. carrying capacity evaluation
30612 review, theory, and practice in
Febriarta, E., & Riasasi, W. (2019). China. China Geology, 1(4), 556–
Karakteristik Kualitas Air Embung 565.
Tambakboyo Di Kabupaten https://doi.org/10.31035/cg201805

128 | Media Komunikasi Geografi, Vol. 22, No. 1, Juni 2021: 113-130
Kajian Spasial Kerentanan Airtanah Terhadap Pencemaran di Kota Jember dengan Menggunakan
Metode SINTACS/Erik Febriarta, Sutanto Trijuni Putro, Ajeng Larasati

0 Karanganyar-Boyolali, Provinsi
Linggasari, S., Cahyadi, T. ., & Jawa Tengah. Jurnal Ilmu
Ernawati, R. (2019). Overview Lingkungan, 17(1), 159.
Metode Perhitungan Kerentanan https://doi.org/10.14710/jil.17.1.15
Airtanah Terhadap Rencana 9-171
Penambangan. Prosiding Nasional Putranto, T. T., & Rüde, T. (2016).
Rekayasa Teknologi Industri Dan Hydrogeological Model of an
Informasi XIV Tahun 2019 Urban City in a Coastal Area,
(ReTII)., 14, 123–129. Case study: Semarang, Indonesia.
MEA. (2005). Ecosystems and Human Indonesian Journal on
Well- Being: Synthesis. Island Geoscience, 3(1).
Press. https://doi.org/10.17014/ijog.3.1.17
Mepaiyeda, S., Madi, K., Gwavava, O., -27
& Baiyegunhi, C. (2020). Putranto, T. T., Winarno, T., & Susanta,
Geological and geophysical A. P. A. (2020). Risk Assessment
assessment of groundwater of Groundwater Abstraction
contamination at the Roundhill Vulnerability Using Spatial
landfill site, Berlin, Eastern Cape, Analysis: Case Study at Salatiga
South Africa. Heliyon, 6(7), Groundwater Basin, Indonesia.
e04249. Indonesian Journal on
https://doi.org/10.1016/j.heliyon.20 Geoscience, 7(2).
20.e04249 https://doi.org/10.17014/ijog.7.2.21
Priyono, P., & Rizal, N. S. (2013). 5-224
Kajian Potensi Air Tanah Dengan RI. (2017). Peraturan Menteri Energi
Metode Geolistrik Sebagai dan Sumber daya Mineral No.2
Antisipasi Kelangkaan Air Bersih Tahun 2017 tentang Cekungan Air
Wilayah Perkotaan. Jurnal Elevasi, Tanah di Indonesia. Menteri
4(18), 1–8. Energi dan Sumber Daya Mineral.
Purnama, S., & Cahyadi, A. (2019). Sapei, T., Suganda, H., Astadiredja, K.
Groundwater Vulnerability to A. S., & Suharsono. (1992). Peta
Pollution in Kasihan District, Bantul Geologi Lembar Jember. Pusat
Regency, Indonesia. Forum Penelitian dan Pengembangan
Geografi, 33(2), 140–152. Geologi.
https://doi.org/10.23917/forgeo.v33 Singhal, B. B. S., & Gupta, R. P.
i2.7672 (2010). Applied Hydogeology of
Purnama, S., Cahyadi, A., Febriarta, E., Fracture Rock. Springer Dordrecht
Khakhim, N., & Prihatno, H. Heidelberg London.
(2013). Identifikasi Airtanah Asin Sisultan. (2017). Peta Tanah Skala
Berdasarkan Pendugaan Geolistrik 1:50.000. Kementerian Pertanian.
Di Pesisir Kota Cilacap Jawa Sugianti, K., Mulyadi, D., & Maria, R.
Tengah. Geomedia: Majalah (2016). Analisis kerentanan
Ilmiah Dan Informasi pencemaran air tanah dengan
Kegeografian, 11(2), 183–190. pendekatan DRASTIC di Bandung
https://doi.org/10.21831/gm.v11i2. Selatan. Jurnal Lingkungan Dan
3450 Bencana Geologi, 7(1), 19–33.
Putranto, T. T. (2019). Studi https://doi.org/http://dx.doi.org/10.3
Kerentanan Airtanah Terhadap 4126/jlbg.v7i1.91
Pencemaran Dengan Thapa, R, Gupta, S., Guin, S., & Kaur,
Menggunakan Metode Drastic H. (2018). Sensitivity analysis and
Pada Cekungan Airtanah (Cat) mapping the potential groundwater

129 | Media Komunikasi Geografi, Vol. 22, No. 1, Juni 2021: 113-130
Kajian Spasial Kerentanan Airtanah Terhadap Pencemaran di Kota Jember dengan Menggunakan
Metode SINTACS/Erik Febriarta, Sutanto Trijuni Putro, Ajeng Larasati

vurnerability zones in Birbhum 28(SustaiN 2014), 519–527.


district, India: A comparative https://doi.org/10.1016/j.proenv.20
approach between vurnerability 15.07.062
models. Water Science, 32, 44–
66.
Thapa, Raju, Gupta, S., Kaur, H., &
Baski, R. (2019). Assessment of
groundwater quality scenario in
respect of fluoride and nitrate
contamination in and around
Gharbar village, Jharkhand, India.
HydroResearch, 2, 60–68.
https://doi.org/10.1016/j.hydres.20
19.09.002
Todd, D. K., & Mays, L. W. (2005).
Groundwater Hydrology (3rd ed.).
John Wiley & Sons, Inc.
Vienastra, S., & Febriarta, E. (2020).
Penentuan Zona Kerentanan
Airtanah Metode Simple Vertical
Vulnerability Di Pulau Yeben.
JURNAL SWARNABHUMI : Jurnal
Geografi Dan Pembelajaran
Geografi, 5(2), 58.
https://doi.org/10.31851/swarnabh
umi.v5i2.4431
Vrba, J., & Zaporozec, A. (1994).
Guidebook on Mapping
Groundwater Vulnerability.
International Association of
Hydrogeologist.
Wicaksono, A. P., Febriarta, E., Nurani,
D. T. T., & Larasati, A. (2020).
Evaluasi Kebutuhan Air
Persemaian Di Kawasan Karst
Nggorang Manggarai Barat,
Labuan Bajo, Nusa Tenggara
Timur. Jurnal Ilmu Lingkungan,
18(3), 572–581.
https://doi.org/10.14710/jil.18.3.57
2-581
Widodo, B., Lupyanto, R., Sulistiono,
B., Harjito, D. A., Hamidin, J.,
Hapsari, E., Yasin, M., & Ellinda,
C. (2015). Analysis of
Environmental Carrying Capacity
for the Development of
Sustainable Settlement in
Yogyakarta Urban Area. Procedia
Environmental Sciences,

130 | Media Komunikasi Geografi, Vol. 22, No. 1, Juni 2021: 113-130

You might also like