Professional Documents
Culture Documents
Kedudukan Pancasila Sebagai Sumber Dari Segala Sumber Hukum
Kedudukan Pancasila Sebagai Sumber Dari Segala Sumber Hukum
Abstract
The Constitution of Republic Indonesia is absent to describe Pancasila as the
rule that forms an underlying basis for a legal system in Indonesia. It might
become a problem when the majority number of statesmen is difficult to find a
legal reference regarding Pancasila as the basic norm in Indonesia. This article
aims to discover the position of Pancasila as the basic norm in statutory system
in Indonesian, and how Pancasila is implemented in the construction of
Indonesia legal system. Pancasila as the basic norm is reflected in the
preambule of 1945 Constitution and in article 1 (3) of 1945 Constitution. Prior
to the amendment of 1945 Constitution, explaination regarding Pancasila as a
basic norm was stipulated in MPRS Decree XX/MPRS/1966 regarding Source
of the Law Governance Republic Indonesia and Hieararchy of Law and
Regulatin in Indonesia, also MPR Decree II/MPR-RI/1978 regarding Guidline
of Implementation Pancasila or Eka Prasetya Pancakarsa. Furthermore, after
the amendement of 1945 Constitution, Pancasila as the basic norm might be
found in Law Number 12 Year 2011 regarding Establishment of Legislation and
Presidential Regulation Number 87 Year 2014 regarding Implementation
Regulation of Law Number 12 Year 2011 regarding Establishment of
Legislation. The concept of Pancasila as the basic norm is implemented as
micro aspect which is in the principle of statutory making, and macro aspec as
the foundation of rule of law as well as legal development in Indonesia.
Abstrak
Dalam konstitusi Indonesia yang saat ini berlaku, tidak ditemukan istilah
Pancasila dalam pembukaan ataupun di dalam batang tubuh UUD Negara RI
Tahun 1945. Persoalan sumber rujukan bahwa Pancasila sebagai dasar negara dan
sumber dari segala sumber hukum Negara seringkali menjadi pertanyaan bagi
para penyelenggara Negara pada saat harus mencari dokumen apakah yang dapat
digunakan sebagai referensi tentang Pancasila sebagai sumber dari segala sumber
hukum. Permasalahan dalam tulisan ini adalah bagaimanakah pengaturan
158
IBLAM LAW REVIEW
Vol 2 No 1 2022, Hal 158-180
(Menelusuri Kedudukan Pancasila sebagai Sumber
dari Segala Sumber Hukum )
kedudukan Pancasila sebagai sumber dari segala sumber hukum negara dalam
berbagai peraturan perundang-undangan di Indonesia dan bagaimanakah
implementasi Pancasila sebagai sebagai sumber dari segala sumber hukum negara
dalam bangunan negara hukum di Indonesia. Pancasila yang merupakan sumber
dari segala sumber hukum tercermin kontinuitasnya antara Pembukaan UUD
Negara RI Tahun 1945 dengan ketentuan Pasal 1 ayat (3). Sebelum perubahan
UUD Negara RI Tahun 1945 rumusan Pancasila sebagai dasar dari segala sumber
hukum negara dapat ditemukan dalam Ketetapan MPRS No. XX/MPRS/1966
tentang tentang Memorandum DPR-GR Mengenai Sumber Tertib Hukum
Republik Indonesia dan Tata Urutan Peraturan Perundangan Republik Indonesia
dan TAP II/MPR-RI/1978 Tentang Pedoman Penghayatan Dan Pengamalan
Pancasila atau sering disebut Eka Prasetya Pancakarsa. Sedangkan setelah
perubahan UUD Negara RI Tahun 1945 istilah Pancasila sebagai dasar hukum
ditemukan dalam UU No. 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan
Perundang-Undangan dan Peraturan Presiden No. 87 Tahun 2014 tentang
Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011. Konsep Pancasila
sebagai sumber dari segala sumber hukum saat ini diimplementasikan dari aspek
mikro yaitu dalam asas-asas pembentukan peraturan perundang-undangan,
sedangkan dari aspek makro sebagai landasan negara hukum dan pembangunan
sistem hukum nasional.
A. Pendahuluan
Indonesia adalah negara yang becorak multi etnik, agama, ras, dan multi
golongan. Sesanti Bhinneka Tunggal Ika secara de facto mencerminkan
kemajemukan budaya bangsa dalam naungan Negara Kesatuan Republik
Indonesia. Wilayah negara yang membentang luas dari Sabang sampai Merauke
selain memiliki sumber daya alam (natural recsources) juga mempunyai sumber
daya budaya (cultural resources) yang beraneka ragam coraknya. 1 Kemajemukan
Indonesia juga bertambah dengan diakuinya 6 (enam) agama resmi serta berbagai
aliran kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
Sebagai sebuah negara bangsa yang sangat majemuk, Indonesia haruslah
memiliki perekat yang dapat mempersatukan seluruh keberagaman yang secara
1
I Nyoman Nurjaya, Reorientasi Paradigma Pembangunan Hukum Negara dalam
Masyarakat Multikultural: Perspektif Hukum Progresif, Makalah disampaikan dalam Seminar
Hukum Progresif I, Kerjasama Fakultas Hukum Universitas Diponegoro, Program Doktor Ilmu
Hukum dan Universitas Trisakti Jakarta, Semarang, 15 Desember 2007, 13.
159
IBLAM LAW REVIEW
Vol 2 No 1 2022, Hal 158-180
(Menelusuri Kedudukan Pancasila sebagai Sumber
dari Segala Sumber Hukum )
nyata telah ada dan hidup dalam masyarakat. Perekat tersebut adalah konsep
filosofis yang dikenal sebagai Pancasila.
Pancasila adalah common platform dan common denominator bagi bangsa
Indonesia. Din Syamsudin yang meminjam istilah Al-Qur’an menyampaikan
bahwa Pancasila dapat dipandang sebagai kalimatun sawa’ atau “kata tunggal
pemersatu” bangsa Indonesia yang majemuk. Dalam hal ini Pancasila lebih dari
sekedar “pernyataan politik” (political statement), tapi juga “pernyataan
ideologis” (ideological statement). Sebagai pernyataan politik Pancasila memang
mempersatukan berbagai kepentingan dan aliran politik yang ada. 2
Seiring dengan euporia reformasi yang telah bergaung dalam beberapa
dekade terakhir, beberapa pihak berusaha memertanyakan kembali kedudukan
Pancasila sebagai fondasi berpijak bangsa ini. Dengan berbagai upaya, berbagai
pihak secara nyata mencoba menggoyah Pancasila hanya demi kepentingan
golongan mereka.
Adalah suatu ironi jika bangsa Indonesia mengabaikan Pancasila, sementara
di luar negeri banyak tokoh memuji Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika sebagai
sebuah model alternatif bagi dunia yang multikultural. Paus Benediktus XVI di
Spanyol dalam sambutan resminya pada pembukaan konferensi Community of
Sant’ Egidio di Barcelona 2010 bahkan menyebut kedua pilar bangsa Indonesia
itu sebagai ideologi relevan untuk masyarakat global dewasa ini. 3 Pengakuan dari
masyarakat internasional tersebut semakin menguatkan kesadaran kita bahwa
Pancasila merupakan fondasi yang tepat dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara.
Setelah menyepakati Pancasila sebagai basis fundamental kehidupan
berbangsa, para pendiri negara (the founding fathers) Indonesia kemudian juga
memikirkan konsep negara hukum untuk menjaga agar negara baru Indonesia
2
Din Syamsudin, Pidato Kebangsaan Negara Pancasila: Baituna Jannatuna, dalam
Historisitas dan Spiritualitas Pancasila, disampaikan dalam Refleksi Peringatan 67 Tahun Hari
Lahir Pancasila, Fraksi PDIP MPR RI, 88.
3
Ibid., 92.
160
IBLAM LAW REVIEW
Vol 2 No 1 2022, Hal 158-180
(Menelusuri Kedudukan Pancasila sebagai Sumber
dari Segala Sumber Hukum )
4
Megawati Soekarnoputri, Pidato Kebangsaan Memperingati Hari Lahirnya Pancasila 1
Juni 2011 dalam Historisitas dan Spiritualitas Pancasila, disampaikan dalam Refleksi Peringatan
67 Tahun Hari Lahir Pancasila, Fraksi PDIP MPR RI, 60.
161
IBLAM LAW REVIEW
Vol 2 No 1 2022, Hal 158-180
(Menelusuri Kedudukan Pancasila sebagai Sumber
dari Segala Sumber Hukum )
B. Metode Penulisan
Jenis data yang dipakai dalam tulisan ini adalah data sekunder. Data
sekunder tersebut bersumber dari peraturan perundang-undangan, hasil penelitian
terdahulu, buku-buku literatur, majalah, koran, jurnal, dan lain-lain yang berkaitan
dengan permasalahan dihadapi. Sedangkan pengumpulan data dalam tulisan ini
antara lain dilakukan dengan metode studi pustaka dan penelusuran data melalui
internet.
Analisis data dilakukan secara induktif, semua data yang diperoleh
ditafsirkan dengan mendasarkan pada teori-teori yang ada. Analisisnya
menggunakan model analisis interaktif (interactive model of analisys). Model ini
meliputi 4 (empat) tahap yaitu tahap pengumpulan data, tahap reduksi data, tahap
penyajian data dan tahap verifikasi data atau penarikan kesimpulan.5
Selain hal tersebut, dalam tulisan ini juga digunakan teknik penafsiran
hukum historis, yaitu menafsirkan atau mencari penjelasan suatu Pasal dalam
perundang-undangan dengan menelusuri maksud dari pembuat peraturan pada
saat peraturan tersebut dibuat. Untuk melaksanakan analisa tersebut maka
penulis akan menelusuri hasil-hasil pembahasan peraturan perundang-undangan
yang akan dianalisis.
5
Mathew B. Miles dan A. Michael Huberman, Analisis Data Kualitatif, Penerjemah:
Tjetjep R. Rohidi, (Jakarta: UI Press, 1992), 19.
162
IBLAM LAW REVIEW
Vol 2 No 1 2022, Hal 158-180
(Menelusuri Kedudukan Pancasila sebagai Sumber
dari Segala Sumber Hukum )
163
IBLAM LAW REVIEW
Vol 2 No 1 2022, Hal 158-180
(Menelusuri Kedudukan Pancasila sebagai Sumber
dari Segala Sumber Hukum )
7
Ibid.
164
IBLAM LAW REVIEW
Vol 2 No 1 2022, Hal 158-180
(Menelusuri Kedudukan Pancasila sebagai Sumber
dari Segala Sumber Hukum )
yang bisa digunakan oleh mereka sebagai referensi tentang Pancasila sebagai
sumber dari segala sumber hukum.8
Jawaban pertanyaan tersebut dapat ditemukan dalam pidato Mr. Notonegoro
pada saat pemberian gelar Doktor Honoris Causa kepada Bung Karno, tanggal 19
September 1951 di Universitas Gadjah Mada. Beliau mengatakan bahwa
pengakuan terhadap Bung Karno sebagai penemu Pancasila dan 1 Juni 1945
sebagai Hari Lahirnya Pancasila bukan terletak pada urutan-urutan sila Pancasila,
yang berbeda dengan sila Pancasila sebagaimana terdapat dalam alinea ke empat
Pembukaan UUD NRI Tahun 1945. Pengakuan yang diberikan terletak pada asas
dan pengertiannya, yang tetap sebagai dasar filsafat negara RI. Bukan pada bentuk
formilnya, akan tetapi sifat materiilnya yang dimaksudkannya. 9 Maksudnya
adalah bentuk Pancasila yang saat ini kita kenal mungkin rumusannya berbeda
dengan yang disampaikan oleh Soekarno dalam sidang BPUPKI, namun demikian
secara epistemologi isi/materinya adalah sama.
Menurut M. Isnaeni Ramdhan pengaturan materi UUD NRI Tahun 1945,
juga harus mengacu secara konsisten terhadap nilai-nilai Pancasila yang
termaktub pada alinea keempat pembukaan UUD NRI Tahun 1945. Konsistensi
penerapan nilai-nilai Pancasila tersebut dalam batang tubuh konstitusi merupakan
tuntutan konsistensi penerapan norma secara sistemik, sehingga terdapat relasi
fungsional antara nilai-nilai Pembukaan dengan Batang Tubuh UUD NRI Tahun
1945.10
Untuk menjaga posisi Pancasila sebagai dasar dan falsafah negara dan
merupakan sumber hukum tertinggi, maka segala bentuk hukum dan perundang-
undangan yang ada di Indonesia baik UUD NRI Tahun 1945 ataupun Undang-
Undang lainnya haruslah merujuk pada Pancasila. Segala bentuk hukum yang
tidak sejalan dengan Pancasila apalagi bertentangan, maka harus dinyatakan batal
8
Megawati Soekarnoputri, Pidato Kebangsaan, op. cit., 60.
9
Ibid., 56.
10
Mochamad Isnaeni Ramdhan, “Hakim Mahkamah”, op. cit., 529.
165
IBLAM LAW REVIEW
Vol 2 No 1 2022, Hal 158-180
(Menelusuri Kedudukan Pancasila sebagai Sumber
dari Segala Sumber Hukum )
demi hukum karena berlawanan dengan norma dasar kita bernegara. Saat ini
banyak hukum dan Undang-Undang yang bertentangan dengan Pancasila karena
itu harus segera direviu karena jelas-jelas telah merugikan bangsa ini, merusak
negara, dan menyengsarakan rakyat Indonesia. Padahal jelas tujuan Pancasila
adalah untuk menciptakan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.11
Ke depan segala peraturan dan perundang-undangan harus diuji dan diayak
kembali dengan nilai-nilai Pancasila. Pembuatan undang-undang dan peraturan
peraturan harus lulus sensor Pancasila.12
2) Sebelum Perubahan UUD Negara RI Tahun 1945
a) Ketetapan MPRS No. XX/MPRS/1966
Ketetapan MPRS No. XX/MPRS1966 adalah tentang Memorandum DPR-
GR Mengenai Sumber Tertib Hukum Republik Indonesia dan Tata Urutan
Peraturan Perundangan Republik Indonesia. Memang setelah UUD 1945 hasil
perubahan ditetapkan, Penjelasan dan Ketetapan MPRS No. XX/MPRS/1966
sudah tidak berlaku, baik karena dicabut pada tahun 2000 dengan Ketetapan No.
III/MPR/2000 tentang Sumber Hukum dan Tata Urutan Peraturan Perundang-
Undangan maupun karena konsekuensi bahwa menurut UUD 1945 hasil
perubahan, ketetapan MPR bukan lagi merupakan peraturan perundang-undangan.
Namun demikian, untuk mendapatkan gambaran yang utuh mengenai
konsep Pancasila sebagai sumber dari segala sumber hukum, maka aspek
kesejarahan dari Tap. XX/MPRS/1966 masih relevan untuk ditelusuri.
Dalam dasar menimbang ketetapan tersebut dinyatakan bahwa untuk
terwujudnya kepastian dan keserasian hukum, serta kesatuan tafsiran dan
pengertian mengenai Pancasila dan pelaksanaan UUD 1945 perlu adanya
perincian dan penegasan mengenai sumber tertib hukum dan tata urutan peraturan
perundangan Republik Indonesia.
11
Said Aqil Siroj, Menegakkan Kembali Pancasila, dalam Historisitas dan Spiritualitas
Pancasila, disampaikan dalam Refleksi Peringatan 67 Tahun Hari Lahir Pancasila, Fraksi PDIP
MPR RI, 84-85.
12
Din Syamsudin, Pidato Kebangsaan, op. cit., 107.
166
IBLAM LAW REVIEW
Vol 2 No 1 2022, Hal 158-180
(Menelusuri Kedudukan Pancasila sebagai Sumber
dari Segala Sumber Hukum )
167
IBLAM LAW REVIEW
Vol 2 No 1 2022, Hal 158-180
(Menelusuri Kedudukan Pancasila sebagai Sumber
dari Segala Sumber Hukum )
168
IBLAM LAW REVIEW
Vol 2 No 1 2022, Hal 158-180
(Menelusuri Kedudukan Pancasila sebagai Sumber
dari Segala Sumber Hukum )
13
Pasal 2, Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan
Perundang-Undangan.
169
IBLAM LAW REVIEW
Vol 2 No 1 2022, Hal 158-180
(Menelusuri Kedudukan Pancasila sebagai Sumber
dari Segala Sumber Hukum )
14
Din Syamsudin, Pidato Kebangsaan, op. cit., 90-91.
170
IBLAM LAW REVIEW
Vol 2 No 1 2022, Hal 158-180
(Menelusuri Kedudukan Pancasila sebagai Sumber
dari Segala Sumber Hukum )
15
Sekretariat Jendereal MPR RI, Panduan Pemasyarakatan Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat
Republik Indonesia, (Jakarta: MPR RI, 2020), 94.
171
IBLAM LAW REVIEW
Vol 2 No 1 2022, Hal 158-180
(Menelusuri Kedudukan Pancasila sebagai Sumber
dari Segala Sumber Hukum )
16
Sunaryati Hartono, “Peran State Auxilary Bodies Dalam Rangka Konsolidasi Konstitusi
Menuju Grand Design Sistem dan Politik Hukum Nasional”, Majalah Hukum Nasional BPHN
Departemen Hukum dan HAM, Jakarta, 34-38.
172
IBLAM LAW REVIEW
Vol 2 No 1 2022, Hal 158-180
(Menelusuri Kedudukan Pancasila sebagai Sumber
dari Segala Sumber Hukum )
173
IBLAM LAW REVIEW
Vol 2 No 1 2022, Hal 158-180
(Menelusuri Kedudukan Pancasila sebagai Sumber
dari Segala Sumber Hukum )
Indonesia dalam sila Ketiga ini mencakup persatuan dalam arti ideologi, politik,
ekonomi sosal budaya, dan keamanan.17
Persatuan Indonesia dalam Sila Ketiga ini mencakup persatuan dalam arti
ideologis, politik, ekonomi social budaya dan keamanan. Persatuan Indonesia
ialah persatuan kebangsaan Indonesia yang dibentuk atas bersatunya beragam
latar belakang sosial, budaya, politik, agama, suku, bangsa, dan ideologi yang
mendiami wilayah Indonesia bersepakat menyatakan sebagai satu bangsa, satu
tanah air, dan satu bahasa yang didorong untuk mencapai kehidupan kebangsaan
yang bebas dalam wadah negara yang merdeka dan berdaulat.18
Dengan nilai-nilai yang terkandung dalam Sila Ketiga ini, dan kemudian
diejawantahkan dalam pasal-pasal di UUD NRI Tahun 1945, untuk itu, semua
peraturan perundang-undangan harus menjamin integrasi atau keutuhan ideologi
dan teritori negara dan bangsa Indonesia sesuai dengan tujuan melindungi segenap
bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia dapat dilihat dari ketentuan tentang
pilihan bentuk negara kesatuan yang tidak dapat diubah dengan prosedur
konstitusional. Penjabaran sila ketiga dalam Undang-undanga Negara RI Tahun
1945 antara lain terdapat dalam Pasal 1 ayat (3) yang menegaskan bahwa Negara
Indonesia adalah negara hukum.19
Pasal 1 ayat (2) UUD NRI Tahun1945 menegaskan demokrasi Indonesia
menganut 2 (dua) prinsip sekaligus: demokrasi (kedaulatan rakyat) dan nomokrasi
(kedaulatan hukum). Pasal 1 ayat (2) UUD NRI Tahun 1945 menetapkan bahwa
kedaulatan berada di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut Undang-Undang
Dasar. Sementara itu, ayat (3) menetapkan negara Indonesia adalah negara
hukum.
Dalam rumusan Pasal 1 ayat (2) dan ayat (3) tersebut, arti negara hukum
tidak terpisahkan dari pilar negara hukum itu sendiri, yaitu paham kedaulatan
17
Sekreatriat Jenderal MPR RI, Empat Pilar Kehidupan Berbangsa dan Bernegara,
(Jakarta: MPR RI, 2012), 62-66.
18
Ibid., 64.
19
Ibid., 64-65.
174
IBLAM LAW REVIEW
Vol 2 No 1 2022, Hal 158-180
(Menelusuri Kedudukan Pancasila sebagai Sumber
dari Segala Sumber Hukum )
20
Ibid., 72-73.
21
Komisi Hukum Nasional, Implikasi Amandemen Konstitusi Terhadap Perencanaan
Pembangunan Hukum dalam Kebijakan Reformasi Hukum: Suatu Rekomendasi (Jilid II), 3.
22
Ibid., 4.
175
IBLAM LAW REVIEW
Vol 2 No 1 2022, Hal 158-180
(Menelusuri Kedudukan Pancasila sebagai Sumber
dari Segala Sumber Hukum )
23
Ibid., 5.
24
Ibid., 11.
25
Sunaryati Hartono, “Peran State”, op. cit., 34-38.
176
IBLAM LAW REVIEW
Vol 2 No 1 2022, Hal 158-180
(Menelusuri Kedudukan Pancasila sebagai Sumber
dari Segala Sumber Hukum )
D. Penutup
Meskipun berkedudukan sebagai dasar negara dan sumber dari segala
sumber hukum, istilah Pancasila sampai saat ini tidak dirumuskan dalam
konstitusi UUD NRI Tahun 1945. Pancasila yang merupakan sumber dari segala
sumber hukum tercermin kontinuitasnya antara Pembukaan UUD NRI Tahun
1945 dengan Batang Tubuh terutama Pasal 1 ayat (3) yang menyatakan bahwa
Indonesia adalah negara hukum. Sebelum perubahan UUD Negara RI Tahun 1945
rumusan Pancasila sebagai dasar dari segala sumber hukum negara dapat
ditemukan dalam Ketetapan MPRS No. XX/MPRS/1966 tentang Memorandum
DPR-GR Mengenai Sumber Tertib Hukum Republik Indonesia dan Tata Urutan
Peraturan Perundangan Republik Indonesia dan TAP II/MPR-RI/1978 tentang
Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila atau sering disebut Eka
Prasetya Pancakarsa. Sedangkan setelah perubahan UUD Negara RI Tahun 1945
istilah Pancasila sebagai dasar hukum ditemukan dalam UU No. 12 Tahun 2011
177
IBLAM LAW REVIEW
Vol 2 No 1 2022, Hal 158-180
(Menelusuri Kedudukan Pancasila sebagai Sumber
dari Segala Sumber Hukum )
E. Daftar Pustaka
Hartono, Sunaryati, “Peran State Auxilary Bodies Dalam Rangka Konsolidasi
Konstitusi Menuju Grand Design Sistem dan Politik Hukum Nasional”,
Majalah Hukum Nasional BPHN Departemen Hukum dan HAM, Jakarta.
Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Nomor II/MPR-RI/1978 tentang
Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila.
Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Nomor III/MPR/2000 tentang
Sumber Hukum dan Tata Urutan Peraturan Perundang-Undangan.
178
IBLAM LAW REVIEW
Vol 2 No 1 2022, Hal 158-180
(Menelusuri Kedudukan Pancasila sebagai Sumber
dari Segala Sumber Hukum )
179
IBLAM LAW REVIEW
Vol 2 No 1 2022, Hal 158-180
(Menelusuri Kedudukan Pancasila sebagai Sumber
dari Segala Sumber Hukum )
180