Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                
0% found this document useful (0 votes)
48 views39 pages

Absorbsi - Part 1

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1/ 39

ABSORBSI – Part 1

OPERASI TEKNIK KIMIA II - ABSORBSI 1


 Mengetahui pengertian absorbsi
 Mengetahui prinsip proses absorbsi
 Mengenal jenis-jenis absorber (peralatan absorbsi)
 Mampu membuat kurva kesetimbangan absorbsi/stripping
 Mampu menghitung rancangan proses absorbsi satu tahap
 Mampu menghitung rancangan proses absorbsi pada
menara bertingkat
 Mampu menghitung rancangan proses absorbsi pada
menara isian

2
 Industrial Separation Processes
 Pendahuluan Absorbsi
 Aturan Fasa dan Kesetimbangan
 Kesetimbangan Gas-Cair
 Teori Dua Film
 Single Stage Equilibrium Contact
 Countercurrent Multiple-Contact Stages
 Persamaan Analitik untuk Countercurrent Stage Contact
 Menentukan Koefisien Perpindahan Massa Film, Antarmuka
dan Keseluruhan

OPERASI TEKNIK KIMIA II - ABSORBSI 3


No. Name Feed Separating Agent Product Basis of separation Example

1 Distillation liquid heat liquid & vapor difference in volatilities crude oil separation
2 Evaporation liquid heat solid or liquid & vapor same as (1) drying of crystals
3 Absorption gas liquid liquid & vapor preferential solubility CO2 removed from H2 by
absorption into ethanolamines
4 Solvent Extraction liquid immiscible liquid two liquids solubility differences removal of aromatics from
paraffins
5 Adsorption gas or liquid solid adsorbent fluid & solid difference in adsorption drying of gases by solid desicants
potentials

6 Crystallization liquid cooling liquid & solids difference in freezing separation of p-xylene from m-
tendencies xylene

7 Ion Exchange liquid solid resin liquid & solid resin law of mass action water softening
8 Drying liquid-solids heat dry solid & vapor evaporation of water food dehydration
9 Leaching solids solvent liquid & solid preferential solubility leaching of soluble components
from coffee beans

10 Flotation mixed powdered solids rising air bubbles plus two solids preferential absorption of ore flotation
surfactant surfactants on one solids
species

11 Gel liquid solid gel gel phase and liquid difference in molecular size purification of pharmaceuticals

12 Filtration liquid & solids filter medium liquid & solid difference in size of liquid and recovery of crystalline products
solid

13 Settling liquid & solids gravity liquid & solid density difference process water treatment
14 Centrifuge liquid & solids centrifugal force liquid & solid density difference recovery of solid products
15 Cyclone gas & solids flow gas & solid density difference recovery of fluidized catalyst
fines
16 Electrostatic precitation gas & solids electric field gas & fine solids charge on fine solid particles dust removal from stack gases
 Di dalam absorbsi, campuran gas dikontakkan dengan cairan (absorbent
atau solvent) untuk melarutkan satu atau lebih komponen secara selektif
melalui perpindahan massa dari gas ke zat cair.
 Komponen yang berpindah ke zat cair disebut sebagai zat terlarut
(solute) atau absorbat.
 Absorbsi digunakan untuk memisahkan campuran gas, memisahkan zat
pengotor, kontaminan, polutan atau racun katalis dari gas, atau dapat
juga me-recovery bahan-bahan kimia penting.
 Sebaliknya, pada stripping (desorpsi), campuran zat cair dikontakkan
dengan gas secara selektif untuk memisahkan komponen melalui
perpindahan massa dari zat cair menuju fasa gas.

OPERASI TEKNIK KIMIA II - ABSORBSI 5


OPERASI TEKNIK KIMIA II - ABSORBSI 6
 Perbedaan penting antara distilasi dan absorbsi yaitu pada distilasi, uap
awal harus diproduksi pada tiap tahap melalui vaporisasi parsial dari zat
cair pada titik didihnya, sedangkan pada absorbsi, cairan berada di
bawah titik didihnya.

 Pada distilasi, terdapat difusi molekul dalam dua arah, sehingga sistem
difusi ekuimolar yang berlawanan arah terjadi, meskipun absorbsi
molekul gas berdifusi ke dalam cairan, dengan perpindahan dalam arah
berlawanan yang dapat diabaikan.

OPERASI TEKNIK KIMIA II - ABSORBSI 7


 Untuk memperkirakan konsentrasi zat terlarut di dalam setiap dua fasa
dalam kesetimbangan, dibutuhkan data eksperimental. Selain itu, jika
kedua fasa tidak berada di dalam kesetimbangan, laju perpindahan massa
sebanding dengan gaya dorong, yang berasal dari kesetimbangan.
Variabel penting yang memengaruhi kesetimbangan suatu zat terlarut
antara lain temperatur, tekanan dan konsentrasi.

 Kesetimbangan di antara dua fasa pada kondisi tertentu dibatasi oleh


aturan fasa sebagai berikut:

𝐹 =𝐶−𝑃+2

dimana P adalah jumlah fasa di dalam kesetimbangan, C adalah jumlah


komponen total di dalam dua fasa saat tidak terjadi reaksi kimia, dan F
adalah jumlah varian derajat kebebasan dari sistem tersebut.

OPERASI TEKNIK KIMIA II - ABSORBSI 8


 Pada sistem gas-cair dari CO2-udara-air, terdapat dua fasa dan tiga
komponen (diasumsikan udara sebagai satu komponen inert), maka:

𝐹 =𝐶−𝑃+2= 3−2+2 =2

 Pada sistem tersebut diperoleh 3 derajat kebebasan. Jika tekanan total


dan temperatur diatur, hanya ada satu variabel tersisa yang dapat
diubah-ubah. Jika komposisi fraksi mol xA dari CO2 (A) dalam fasa cair
diatur, komposisi fraksi mol yA atau tekanan pA dalam fasa gas menjadi
dapat ditentukan otomatis.

OPERASI TEKNIK KIMIA II - ABSORBSI 9


 Bila terdapat dua fasa yang dikontakkan, maka pada suatu waktu keduanya
akan mencapai kesetimbangan.
 Contohnya, air yang berkontak dengan udara akan menguap hingga udara
menjadi jenuh dengan uap air, dan udara diabsorbsi oleh air hingga jenuh
dengan gas tersebut.
 Dalam berbagai campuran gas, derajat dimana tiap gas diabsorbsi ditentukan
oleh tekanan parsialnya.

 Pada temperatur dan konsentrasi


tertentu, tiap gas terlarut
menggunakan tekanan parsial
tertentu pula.
 Ada tiga jenis gas yang dapat
dipertimbangkan dari aspek ini, gas
yang sangat mudah larut, seperti
amonia; gas yang mudah larut,
seperti sulfur dioksida dan gas yang
agak mudah larut, seperti oksigen.

OPERASI TEKNIK KIMIA II - ABSORBSI 10


 Data kesetimbangan gas-cair yang diperoleh secara eksperimental
menggunakan sistem SO2-udara-air. Sejumlah gas SO2, udara dan air
ditempatkan di dalam container tertutup dan digoyang-goyangkan berulang-
ulang pada temperatur tertentu sehingga kesetimbangan tercapai. Sampel
gas dan zat cair kemudian dianalisa agar diperoleh tekanan parsial pA (atm)
dari SO2 dalam gas dan fraksi mol xA di dalam cairan.

OPERASI TEKNIK KIMIA II - ABSORBSI 11


 Hubungan kesetimbangan di antara pA dalam fasa gas dan xA dijabarkan
oleh garis lurus dari persamaan Hukum Henry pada konsentrasi rendah.
𝑝𝐴 = 𝐻𝑥𝐴
dimana H adalah konstanta Hukum Henry (atm/fraksi mol). Jika kedua
sisi pada persamaan di atas dibagi dengan tekanan total P (atm), maka
diperoleh:
𝑦𝐴 = 𝐻′ 𝑥𝐴
dimana H’ adalah konstanta Hukum Henry (fraksi mol gas/fraksi mol zat
cair) dan sebanding dengan H/P sehingga H’ tergantung pada tekanan
total sedangkan H tidak.

OPERASI TEKNIK KIMIA II - ABSORBSI 12


Contoh 1:
 Berapa konsentrasi oksigen terlarut di dalam air pada temperatur 298 K
jika larutan berada dalam kesetimbangan dengan udara pada tekanan
total 1 atm? Konstanta hukum Henry adalah 4,38 x 104 atm/fraksi mol.
Penyelesaian:
Tekanan parsial oksigen (A), pA di dalam udara adalah 0,21 atm. Dengan
menggunakan pers. (10.2-2),
0,21 = 𝐻 𝑥𝐴 = 4,38 𝑥 104
Diperoleh,
𝑥𝐴 = 4,8 x 10−6 fraksi mol
Artinya terdapat sebanyak 4,8 x 10-6 gas O2 terlarut di dalam 1 mol air
ditambah oksigen, atau 0,000853 bagian O2/100 bagian air.

OPERASI TEKNIK KIMIA II - ABSORBSI 13


 Konsep yang paling berguna dalam
menjelaskan proses absorbsi adalah teori
dua-film yang dikemukakan oleh
Whitman.

 Menurut teori ini, material dipindahkan


dalam bulk fasa melalui aliran konveksi
dan beda konsentrasi diabaikan, kecuali
di sekitar antamuka di antara fasa.

 Di kedua sisi antarmuka, dianggap aliran


habis sama sekali dan terdapat lapisan
film yang tipis dari fluida yang lewat
dimana perpindahan hanya dipengaruhi
oleh difusi molekuler.
 Proses difusi dapat dianggap sebagai difusi dari gas soluble A ke dalam
liquid.
 Molekul A harus berdifusi melalui lapisan film gas stagnan dan kemudian
melewati lapisan film cair yang stagnan sebelum memasuki bulk utama
dari zat cair.
 Absorbsi gas yang terdiri dari komponen soluble A dan komponen B
insoluble merupakan permasalahan dari perpindahan massa melalui gas
stasioner dimana berlaku hukum Stefan berikut:

OPERASI TEKNIK KIMIA II - ABSORBSI 15


OPERASI TEKNIK KIMIA II - ABSORBSI 16
 Laju difusi di dalam cairan jauh lebih lambat daripada dalam gas, dan
campuran cairan dapat membutuhkan waktu yang sangat lama untuk
mencapai kesetimbangan bila tidak dibantu dengan pengadukan.
 Hal ini sebagian dipengaruhi oleh jarak antarmolekul yang semakin kecil,
akibat dari adanya gaya tarik-menarik antarmolekul.

OPERASI TEKNIK KIMIA II - ABSORBSI 17


OPERASI TEKNIK KIMIA II - ABSORBSI 18
OPERASI TEKNIK KIMIA II - ABSORBSI 19
OPERASI TEKNIK KIMIA II - ABSORBSI 20
OPERASI TEKNIK KIMIA II - ABSORBSI 21
 Neraca massa total

 Neraca massa komponen

 Neraca massa tahap n

Garis operasi
diperoleh

OPERASI TEKNIK KIMIA II - ABSORBSI 22


 Untuk menentukan jumlah stage ideal yang dibutuhkan pada proses
pemisahan senyawa A dari yN+1 terhadap y1, perhitungan dapat dilakukan
dengan menggunakan grafik.

Operating
line line

Equilibrium
line

OPERASI TEKNIK KIMIA II - ABSORBSI 23


OPERASI TEKNIK KIMIA II - ABSORBSI 24
OPERASI TEKNIK KIMIA II - ABSORBSI 25
 Neraca massa untuk komponen A

 Neraca massa pada stage n

 Sehingga diperoleh:

 Bila laju alir molar konstan, Ln = LN = konstan = L dan Vn+1 = VN+1 = konstan
= V, maka:

OPERASI TEKNIK KIMIA II - ABSORBSI 26


 Substitusikan nilai mxn+1, untuk yn+1 dan ambil nilai A = L/mV, maka
persamaan berubah menjadi:

 Dimana nilai A merupakan faktor absorbsi dan bersifat konstan.


 Semua faktor di sisi kanan juga bersifat konstan

OPERASI TEKNIK KIMIA II - ABSORBSI 27


 Untuk perpindahan solute A dari  Untuk perpindahan solute A dari
fase L ke V (stripping) fase V ke L (absorbsi)

 Jika A = 1,  Jika A = 1,

STRIPPING ABSORBSI

OPERASI TEKNIK KIMIA II - ABSORBSI 28


OPERASI TEKNIK KIMIA II - ABSORBSI 29
1. Equimolar Counterdiffusion

OPERASI TEKNIK KIMIA II - ABSORBSI 30


2. Difusi A melalui gas stagnan B.

OPERASI TEKNIK KIMIA II - ABSORBSI 31


OPERASI TEKNIK KIMIA II - ABSORBSI 32
OPERASI TEKNIK KIMIA II - ABSORBSI 33
OPERASI TEKNIK KIMIA II - ABSORBSI 34
OPERASI TEKNIK KIMIA II - ABSORBSI 35
OPERASI TEKNIK KIMIA II - ABSORBSI 36
OPERASI TEKNIK KIMIA II - ABSORBSI 37
OPERASI TEKNIK KIMIA II - ABSORBSI 38
OPERASI TEKNIK KIMIA II - ABSORBSI 39

You might also like