Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                

Dongkrek PDF

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 10

Jurnal Pesona, Volume 4 No.2 (2018) Hal.

41-50
ISSN Cetak : 2356 - 2080
ISSN Online : 2356 - 2072

PEMAKNAAN TINGKAT PERTAMA (DENOTATIF)


CERITA RAKYAT DONGKREK DI KABUPATEN MADIUN

Ainur Rofiq Affandi1, Slamet Subiyantoro2, Suyitno3


1
Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta
Pos-el: ainur.rofipbi@gmail.com
2
Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta
Pos-el: s.biyantoro@yahoo.co.id
2
Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta
Pos-el: yitsuyitno52@gmail.com

Abstrak
Kesenian dongkrek merupakan kesenian yang menjadi identitas khas masyarakat Desa
Mejayan, Kabupaten Madiun. Melalui peran-peran yang dimainkan oleh para pemain
muncul berbagai makna dan simbol-simbol baru mengenai cerita rakyat dongkrek.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif yaitu usaha meneliti suatu
kelompok kebudayaan tertentu yang dalam pengolahan data, sejak mereduksi,
menyajikan dan memverifikasi serta menyimpulkan data, tidak menggunakan
perhitungan-perhitungan secara matematis dans tatistik, melainkan lebih menekankan
pada kajian interpretatif. Hasil yang didapat pemaknaan peran-peran tersebut kemudian
memberikan suatu relevansi dalam kehidupan diri pemain sebagai karakter mereka.
Kata Kunci: cerita rakyat dongkrek, makna, simbol.

Abstract
The art of dongkrek is an art that become a unique identity of Mejayan village
communities in the district of Madiun. As a unique identity, there are some meaning in the
art of dongkrek that conveyed through the symbols in a form of the roles that are
perfomed by the artist. So far the folklore of dongkrek become a sacred rituals that
performed by the communities in Mejayan village. Through the roles that were took by
the artists, various means and new symbols in the folklore of dongkrek appear. Therefore,
this research focused in the mean and symbols that were found in the folklore of
Dongkrek in Madiun. An ethnographic qualitative approach which is an effort to carry
out a research on a certain cultural groups in the processing, reducing, presenting and
verifying as well as concluding the datas without any mathematical and statistical
calculations but emphasize on the interpretative study were performed. The results
obtained by the meaning of these roles then provide a relevance in the player's self-life as
their character.
Keywords: the folklore of Dongkrek, mean, symbol.

Ciptaan disebarluaskan di bawah Lisensi Creative Commons Atribusi-BerbagiSerupa 4.0 Internasional.


Diterbitkan Oleh: http://ejournal.stkipmpringsewu-lpg.ac.id/index.php/pesona
Pesona : Jurnal Kajian Bahasa dan Sastra Indonesia
Pemaknaan Tingkat Pertama…

1. PENDAHULUAN Dongkrek yang hanya dilakukan pada


Karya sastra bukan aspek bulan suro yang dipimpin oleh Alm.
kebudayaan yang sederhana. Dia Bapak Dul Rokhim (ketua paguyuban
merupakan lembaga sosial yang Dongkrek Kabupaten Madiun). Kedua,
menggunakan bahasa sebagai medium, kesenian Dongkrek kreasi sebagai
sedangkan bahasa itu sendiri adalah penyambutan, peresmian melalui
ciptaan sosial. Dengan demikian dapat pementasan tari Dongkrek.
dikatakan bahwa sastra menampilkan Perkembangan anak zaman
gambaran kehidupan yang merupakan sekarang sudah mengenal gadget dan
kenyataan sosial. Cerita rakyat sebagai membuat mereka kurang peduli dengan
bagian dari karya sastra dan sebagai kebudayaan lokal dan mulai
produk budaya menampilkan khasanah berkurangnya minat untuk membaca
budaya yang ada dalam masyarakat. buku terutama buku kesenian,
Pengarang atau sastrawan tidak hanya khususnya kesenian Dongkrek
menyampaikan peristiwa-peristiwa yang Madiun. Tujuan yang ingin dicapai
terjadi di masyarakat, melainkan juga dalam penelitian ini bertujuan untuk
kearifan-kearifan yang dihadirkan dari mengkaji semiotik pada kesenian
hasil perenungan yang mendalam. Dongkrek Madiun sebagai upaya
Realitas dalam karya fiksi merupakan melestarikan budaya lokal kepada anak-
ilusi kenyataan dan kesan yang anak. Melalui hal itu, diharapkan
meyakinkan yang ditampilkan, namun mengembalikan minat anak- anak
tidak selalu kenyataan sehari-hari. mempelajari sejarah kesenian terutama
Menurut Walgito, yang merupakan kesenian Dongkrek Madiun, dan
ketua paguyuban Dongkrek desa mempu melestarikan budaya lokal
Mejayan, Kecamatan Madiun daerahnya sendiri.
menyatakan, bahwa saat ini pementasan Menurut Walgito selaku tokoh
kesenian Dongkrek sudah jarang karena budaya di kabupaten Madiun, Dongrek
ada 2 jenis pertujukan Dongkrek. di dalam penyajiannya menampilkan
Pertama, secara ritual yang di sakralkan tiga tokoh yang berbeda. Beberapa
yaitu Dongkrek pada acara tolak balak tokoh yang dibawakan antara lain
di desa Mejayan dengan arak-arakan genderuwo,wanita dan tokoh tua,
Dongkrek dan penyerahan topeng masing-masing tokoh tersebut di dalam

42
Pemaknaan Tingkat Pertama…

pertunjukan Dongkrek dimanifestasikan dongkrek sebagai kesenian ritual.


dalam bentuk topeng yang terdiri dari Tulisan ini menyimpulkan bahwa
gandarwo, wanita perot dan orang tua. kesenian dongkrek pada awalnya
Sedangkan sumber dari R.Hartono salah dipercaya sebagai ritual tolak-bala, atau
satu keturunan dan penerus asli dari menjauhkan dari segala sesuatu yang
kesenian Dongkrek, juga menjelaskan merugikan. Selain itu, kesenian
bahwa dalam sajian tersebut digunakan dongkrek yaitu tentang topeng pada
dua jenis topeng saja, yaitu topeng kesenian dongkrek. Apris berpendapat
wanita cantik dan topeng wanita perot. bahwa topeng pada kesenian dongkrek
Menurut Walgito selaku tokoh memiliki karakteristik tersendiri jika
budaya di kabupaten Madiun, karakter dibandingkan dengan topeng-topeng
tokoh gendruwon (gendruwo) ini yang lain. Karakteristik yang ada pada
disimbolkan dalam bentuk topeng buta topeng dongkrek terletak pada bentuk
(buto) atau raksasa. Tokoh ini dan motifnya. Namun demikian,
digambarkan memiliki mata melotot beberapa penelitian yang disebutkan
(terkesan angker), dengan empat taring tadi belum mengkaji secara mendalam
besar seolah menggambarkan kesenian dongkrek yang sebenarnya
kekejaman yang berlebih. Selain itu, memiliki banyak gaya penampilan.
tokoh ini juga digambarkan memiliki Lebih jauh lagi, kajian tersebut belum
rambut gimbal dan panjang. Karakter membicarakan strategi revitalisasi
galak, beringas, dan kejam erat muncul kesenian dongkrek untuk menjaga
sebagai kesan dalam memahami sifat kelestariannya di masa-masa
ketokohan tersebut. Hal ini turut mendatang. Masalah regenerasi yang
dimaknai sebagai representasi atas menjadi bagian tak terpisahkan dari
pagebluk yang sedang melanda usaha revitalisasi dan pengembangan
masyarakat di wilayah Mejayan itu. seni pertunjukan dongkrek sama sekali
Beberapa kajian tentang kesenian belum dibicarakan. Tanpa
dongkrek telah dilakukan, baik memperhatikan aspek regenerasi ini,
menyangkut aspek tontonan maupun usaha pelestarian, revitalisasi, dan
tuntunannya. Faradina Dara Astria pengembangan kesenian dongkrek akan
(2011), misalnya, meneliti tentang menghadapi kesulitan.
makna simbolik dalam kesenian

43
Pemaknaan Tingkat Pertama…

Beberapa juga mengungkapkan salah satu langkah untuk menjaga agar


yang salah satunya, produk seni kebudayaan dan hasil-hasilnya dapat
pertunjukan tradisional dapat “dijual” lestari (Sedyawati, 1992:76).
baik Kepada para peminat yang terdiri Peranan tokoh yang disampaikan
dari atas masyarakat kita sendiri oleh narasumber menguatkan cerita
maupun kepada orang asing sebagai semakin berkembang. Seperti halnya,
wisatawan. Oleh karena, pertunjukan penggambaran karakter wanita sebagai
merupakan kegiatan kreatif yang perwujudan sosok wanita yang wajahna
berkaitan dengan usaha yang berwarna putih dan berwarna krem
menyangkut pengembangan konten, (putih kekuning-kuningan). Kedua
produksi pertunjukan, tarian tradisional, tokoh ini mengenakan sanggul seolah-
tarian kontemporer, drama, musik olah hal itu menggambarkan
tradisional, desain dan pembuatan keberadaan wanita di Jawa pada
busana pertunjukan, tata panggung, dan umumnya. Masyarakat mengenal tokoh
tata pencahayaan. Seni pertunjukan wanita bertopeng putih dari ciri khas
merupakan hasil dari kebudayaan. Agar yang dimiliki, yaitu: dari bentuk
kebudayaan dapat lestari, yaitu selalu mulutnya yang sengaja dibuat dalam
dapat mempertahankan eksistensinya, posisi perot, dan “tompel” pasa salah
maka diperlukan upaya- upaya untuk satu bagian wajahnya (pipi sebelah kiri).
menjamin keberlanjutannya antara lain Ciri-ciri fisik ini membuat tokoh ini
dengan perlindungan, pengembangan, dikarakterkan sebagai perwujudan Roro
dan pemanfaatan. Pemanfaatan di sini Tumpi atau Roro Perot, dan juga
meliputi upaya-upaya untuk sebagai manifestasi atas keberadaan
menggunakan hasil-hasil budaya guna wewe putih. Tokoh wanita yang
berbagai keperluan, seperti untuk satunya, dicirikan oleh keberadaan
menguatkan citra identitas daerah, parasnya yang ayu (cantik), tatapan
untuk pendidikan kesadaran budaya, mata yang sendu, dan sedikit
untuk dijadikan muatan industry tersenyum. Kesan ekspresi ini kemudian
budaya, dan untuk dijadikan sebagai menbuat topeng ini sering disebut
daya tarik wisata. Dengan demikian, sebagai perwujudan dari karakter wanita
pemanfaatan hasil- hasil budaya melalui yang lembut, keibuan, dan cantik.
pembangunan pariwisata merupakan Dalam kesenian Dongkrek kedua tokoh

44
Pemaknaan Tingkat Pertama…

perempuan, diposisikan sebagai abdi masyarakat dalam hubungannya dengan


kinasih (pelayan setia) Eyang Palang. cerita rakyat Dongkrek dengan
Tokoh tua yang dimanifestasikan memanfaatkan data emik (pandangan
dengan topeng tua dipahami sebagai informan) dan data etis (pandangan
gambaran wujud “orang sakti”. peneliti) pada nilai kesenian Dongkrek
Keberadaan orang sakti ini, diyakini dan potensinya sebagai sumber
masyarajat sebagai tokoh yang membangun pendidikan karakter.
membebaskan dengan membinasakan Adapun penentuan informan
kungkungan pagebluk di wilayah dengan teknik purposive sampling.
Mejayan. Tokoh ini dianggap sebagai Pengumpulan data menggunakan
orang yang mempunyai kelebihan bagi wawancara, observasi, pencatatan
masyarakat (sakti), cakap di bebagai dokumentasi. Validitas data, peneliti
bidang, serta peduli, sehingga ia harus menggunakan teknik triangulasi
menyelesaikan pagebluk tersebut. sumber. Teknik analisis data yang
Tokoh tua ini merupakan gambaran dari digunakan dalam penelitian ini adalah
sesepuh Mejayan yang dikenal dengan teknik analisis model interaktif, yang
nama Eyang Palang. meliputi tiga komponen, yaitu: (1)
reduksi data; (2) penyajian data; dan (3)
2. METODE PENELITIAN penarikan simpulan (Miles, M dan
Penelitian ini menggunakan Huberman, 1992: 16-20).
pendekatan deskriptif kualitatif yaitu
mendeskripsikan cerita rakyat 3. HASIL DAN PEMBAHASAN
Dongkrek dengan pengolahan data, Menurut pendapat Umberto Eco
sejak mereduksi, menyajikan dan dan Hoed (dalam Sobur, 2009: 15)
memverifikasi serta menyimpulkan mengemukakan bahwa kajian semiotika
data, tidak menggunakan perhitungan- sampai saat ini membedakan dua jenis
perhitungan secara matematis dans semiotika, yaitu semiotika komunikasi
tatistik, melainkan lebih menekankan dan semiotika signifikasi.
pada kajian interpretatif. Adapun tipe Menurut Barthes (dalam Sobur,
etnografisnya yang dipakai adalah 2009: 63) bahasa merupakan sistem
etnografi kritis dimana studinya tanda yang mencerminkan asumsi-
diarahkan untuk meneliti sistem kultural asumsi dari suatu masyarakat tertentu

45
Pemaknaan Tingkat Pertama…

dalam waktu tertentu. Dalam studinya caruban, yang sekarang terkenal dengan
tentang tanda, Barthes menambahkan nama wilayah Mejayan. Kesenian
peran pembaca (the reader). dongkrek ini dimulai ketika itu wilayah
Penambahan area ini dikarenakan, Kademangan Caruban dipimpin oleh
meskipun konotasi merupakan sifat asli Raden Ngabehi Lo Prawiradipura yan
dari tanda, agar tanda tersebut dapat pada saat itu menjadi Demang yang
aktif dan berfungsi maka dibutuhkan membawahi lima Desa. Ketika itu
peran pembaca. warga caruban / Mejayan sedang
menderita Pageblug atau wabah
1. Signifier 2. Signified penyakit yang sangat dasyat. Warga
(penanda) (petanda) yang pagi sakit sore mati, sore sakit
pagi mati. Keadaan seperti itu membuat
3. Denotative sign (tanda
gundah dan menderita hati Raden
denotative)
Ngabehi Lo Prawiradipura. Guna
4. CONNOTATIVE 5. CONNOTATIVE
mencari sebab dari bencana yang
SIGNIFIER SIGNIFIED
(PENANDA (PETANDA menimpa masyarakat Mejayan, beliau
KONOTATIF) KONOTATIF) melakukan semedi/Tapa Brata berupaya
meminta bantuan dan petunjuk dari
6. CONNOTATIVE SIGN
Tuhan.
(TANDA KONOTATIF)
Selanjutnya, dari Semedi nya
Gambar 1
Sumber: Sobur, Semiotika Komunikasi, 2009 Raden Ngabehi mendapatkan petunjuk
bahwa harus menciptakan salah satu
Bagan Barthes di atas terlihat
kesenian yaitu Dongkrek. Pelaku di
bahwa tanda denotatif (3) terdiri atas
kesenian dongkrek ada 6 jumlahnya,
penanda (1) dan petanda (2). Namun
yaitu 3 peraga genderuwo, 2 peraga
pada saat yang bersamaan, tanda
wanita dan 1 peraga orang laki-laki tua
denotatif adalah juga penanda konotatif
(Mbah Kung). Menceritakan ketiaka
(4).
jaman dahulu masyarakat Mejayan yang
dilambangkan oleh sesosok wanita 2
1) Makna Cerita Dongkrek
orang, yang sedang disiksa oleh
Dongkrek adalah salah satu
genderuwo sebanyak 3, itu adalah
kesenian tradisional di wilayah Madiun.
sebagai lambing wabah penyakit /
Lebih kurang pada tahun 1867 di daerah

46
Pemaknaan Tingkat Pertama…

pageblug. Pada saat akan dimansa oleh yang terjadi antar pemain dongkrek ini
genderuwo, munculah sesosok orang dipengaruhi oleh suatu intitusi atau
tua (mbah Kung) yang memakai tongkat lembaga yang menjadi wadah mereka
/teken (bahasa jawa) selanjutnya untuk berinteraksi yakni paguyuban
terjadilah perang. Pada akhir cerita, sanggar krido sakti. Dalam paguyuban
gandaruwo kalah dan bertekuk lutut dan tersebut, pemain mendapat sebuah
selanjutnya digiring keluar dari wilayah identitas dari masyarakat yang membuat
Mejayan. Kesenian Dongkrek yang keberadaannya mendapatkan legitimasi
bersifat kreasi seni (kreatif ) sebagai atau pengakuan.
kesenian rakyat yang tidak sakral, tidak Sebagai individu yang telah
ada kemenyan, tidak ada persyaratan mendapat legitimasi dari masyarakat
dari keturunan palang Ngabehi Loh dengan memainkan kesenian dongkrek,
Prawirodipoero “Palang Mejayan”, setiap pemain dituntut untuk
dengan iringan musik yang lebih ramai. menjalankan peran sesuai bagian
Dongkrek ini masih ada arak-arakannya mereka dalam kesenian dongkrek.
dan melibatkan masyarakat untuk Dalam memainkan peran tersebut,
bergabung dan menari (Alfiati, 2017: setiap pemain akan melakukan tindakan
185-186). yang sama dalam kirab dongkrek setiap
Interaksi yang sudah berlangsung tahunnya sehingga peran-peran tersebut
lama tersebut, membuat pemain lebih secara tidak langsung menjadi
memahami mengenai kesenian habitualisasi atau kebiasaan yang tanpa
dongkrek secara objektif yang berbeda sadar oleh setiap pemain diterapkan
dengan pemahaman awalnya sehingga dalam kegiatan sehari- harinya. Janah
akan tercipta pemahaman ganda. (2014: 120) menganalisis tentang
Ketiganya memiliki peranan yang sama memiliki tingkat kepaduan yang rendah
penting. Ikon mempunyai kekuatan secara struktural untuk itu hasil
„perayu‟, sementara indeks dapat analisisnya perlu diberi tambahan kata
dipakai untuk memahami perwatakan sambung (dalam kurung), kata-kata
tokoh, dan simbol berfungsi untuk dikembalikan ke dalam bentuk
penalaran, pemikiraan, dan pemerasaan morfologinya.
dalam teks fiksi (Diana, 2016: 123). Dalam proses ini, peran-peran yang
Seperti halnya dalam proses interaksi di dapatkan oleh pemain ditentukan

47
Pemaknaan Tingkat Pertama…

oleh dua hal yaitu dari inisiatif sendiri itu menjadi menarik karena dilatar
dan dipilihkan oleh pelatih. Setelah belakangi oleh berbagai hal. Pertama
setiap pemain mendapatkan peran dimulai dari perubahan jaman yang
dalam kesenian dongkrek, mereka mulai semakin modern seperti saat ini
mempelajari peran-peran tersebut. membuat masyarakat dituntut untuk
Pemanfaatan wujud-wujud retorika semakain berpikir rasional, sulit
dalam puisi tersebut membuat mempertahankan konstruksi lama dari
pengungkapan maksud menjadi lebih kesenian dongkrek yang dapat dijadikan
menarik, lebih hidup, dan lebih sebagai media pengusir wabah penyakit.
mengesankan (Adri, 2011: 110). Proses Pemaknaan peran-peran tersebut
mempelajari peran diperoleh melalui kemudian memberikan suatu relevansi
dua cara yaitu dilakukan secara dalam kehidupan diri pemain sebagai
otodidak dan latihan melalui bimbingan karakter mereka. Relevansi peran
pelatih. Dalam proses ini, setiap pemain pemain alat musik bedug tersebut
melebur dengan pemain lainnya yang diantaranya dapat menjadikan karakter
memungkinkan proses interaksi lebih pribadi pemain sebagai orang yang
terjadi secara intens. bersemangat dalam menjalani hidup dan
Melalui proses interaksi antar relevansi peran pemain topeng buto
pemain yang dilakukan secara intens yang menjadikan hidup pemainnya
tersebut membuat setiap pemain lebih lebih positif. Relevansi peran
memahamai kesenian dongkrek dan berikutnya yaitu adalah kepemimpinan
kemudian menciptakan pemahaman yang ada dalam peran topeng orang tua,
ganda bagi pemain mengenai kesenian salah satu contohnya yaitu untuk
dongkrek yaitu kesenian dongkrek perlu memimpin keluarga. Relevansi peran
dikembangkan sesuai perkembangan yang dimainkan bagi kehidupan pemain
jaman menjadi seni hiburan dan yang terakhir adalah peran pemain
kesenian dongkrek merupakan suatu topeng roro perot yakni pengabdian
ritual yang bernuansa sakral. yang perlu dilakukan oleh seseorang
Pencarian konstruksi baru tentang dalam hidup dan menyadarkan pada diri
kesenian dongkrek melalui pemain yang sendiri akan pentingnya sikap rendah
memainkan peran dari simbol-simbol hati dalam kehidupan bertetangga di
yang ada di dalam kesenian dongkrek masyarakat.

48
Pemaknaan Tingkat Pertama…

Konstruksi sosial kesenian 111) diungkapkan bahwa lebih


dongkrek yang ketiga yaitu kesenian memberikan titik tekan pada
dongkrek memiliki relevansi dalam pengungkapan sebuah makna yang
menghadapi perkembangan jaman. mengandung majas.
Konstruksi sosial ini bersumber dari
pemaknaan pemain kesenian dongkrek 3) Makna Ritual Pageblug
ketika peran yang dimainkan oleh Berdasarkan pelaku dongkrek
pemain kesenian dongkrek dihadapkan terdahulu, menurut Walgito
pada perkembangan jaman yang lebih mengungkapkan bahwa adanya tiga
modern seperti kehidupan saat ini. orang yang mengabdi di dalam warga
Pemaknaan ini memberikan suatu Palangan. Pengusiran pegeblug itu
proses internalisasi secara subjektif dari direncakan sebagai berikut: 1. para
setiap pemain kesenian dongkrek bahwa parogo pilihan yang dipandang mampu
peran yang mereka mainkan mampu untuk melakukan ritual tersebut
mengikuti perkembangan jaman. didatangkan lebih dahulu ke Pendopo
untuk mendapatkan petunjuk dar Eyang
2) Nama Dongkrek Palang; 2. para parogo mulai lelampak
Nama dari Dongkrek pada umumya (teteki) dari hasil petunjuk itu dengan
berbeda dengan pelafalan yang melakukan puasa, tidak tidur dalam
sekarang. Banyak orang mengucapkan waktu tertentu, keramas, mandi dengan
“dongkrek” dengan konsonan “K” air bunga yang telah dsiapkan; 3. Pada
terakhir pada suku kata “krek” seperti malam yang sudah diitentukan yaitu
mengucapkan kata “kak” atau “kakek”. malam Jumat Legi mengadakan
Pengucapan yang sebenarnya tidak selamatan untuk memohon ke pada
dengan menggunakan akhiran “K” Tuhan Yang Maha Esa telah jadinya
seperiti halnya pada kalimat “Sigaret pembuatan seperangkat genderuwo; 4.
Kretek”. pada waktu tengah malam (malam
Perbedaan dua penguacapan ini Jumat) Legi dengan iringan mantra-
jelas sekali berbeda. Bagi orang pertama mantra dengan pujian-pujian dan
yang mengenal dongkrek di panggung diberangkatkan serombongan proses
dan kalangan orang yang menggunakan ritual pengusiran pageblug itu. Ritual
kata baku. Pada penelitian (Adri, 2011: tersebut dengan menyusuri jalan-jalan

49
Pemaknaan Tingkat Pertama…

di seluruh pelosok desa Mejayan. Alfiati. (2017). Dongkrek Madiun:


Antara Seni, Tradisi, dan Religi.
An Nuha, 4(2), 172–190.
4. SIMPULAN
Diana, A. (2016). Kajian Semiotik pada
Bentuk cerita rakyat Dongkrek
Kumpulan Cerpen Sekuntum
adalah ritual penghilang tolak bala Mawar di Depan Pintu. Pesona,
2(1), 117–124.
yang sedang dihadapi masyarakat
Desa Mejayan, Kapubaten Madiun. Miles, M dan Huberman, A. M. (1992).
Analisis Data Kualitatif: Buku
Adapun struktur dalam cerita ini
Sumber Tantang Metode-Metode
dapat dilihat dari yang diungkapkan Baru. Jakarta: UI Press.
oleh narasumber yang sekarang
Sedyawati, E. (1992). Pertumbuhan
sebagai pelaku pelestari kebudayaan Seni Pertunjukan. Jakarta: Sinar
Harapan.
Dongkrek. Bentuk topeng sebagai
perwatakan/karakter tokoh yang Sobur, A. (2009). Analisis Teks Media;
Suatu Pengantar Untuk Analisis
diperankan.
Wacana, Analisis Semiotik, dan
Adapun nilai-nilai budaya yang Analisis Framing. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya.
terkandung dalam kesenian
Dongkrek yaitu nilai pendidikan,
nilai moral, nilai kepemimpinan, nilai
kepahlawanan, dan nilai estetika.
Cerita rakyat yang terkandung
sekarang dalam bentuk kesenian
dongkrek mengandung makna dan
disimbolkan dengan topeng
gendruwo (buto) sebagai simbol
kejahatan, eyang palang sebagai
simbol seorang tokoh dalam
kebaikan.

DAFTAR PUSTAKA

Adri. (2011). Analisis Puisi “Jika Pada


Akhirnya” Karya Husni
Djamaluddin dengan Pendekatan
Semiotika. Metasastra, 4(2), 105–
115.

50

You might also like