Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                

Tingkat Pendidikan Ibu Dan Pola Asuh Gizi Hubungannya Dengan Kejadian Stunting Pada Balitausia 24-59 Bulan

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 9

Volume 12, Nomor 1, Tahun 2023, Halaman 33-41 Submitted: 08 Agustus 2022

Online di: http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jnc/ Accepted: 14 Februari 2023

TINGKAT PENDIDIKAN IBU DAN POLA ASUH GIZI HUBUNGANNYA DENGAN


KEJADIAN STUNTING PADA BALITA USIA 24-59 BULAN
Ahmad Ari Shodikin, Mutalazimah, Muwakhidah, Nur Lathifah Mardiyati*

Program Studi Ilmu Gizi, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Surakarta, Indonesia
*Korespondensi: E-mail: nlm233@ums.ac.id

ABSTRACT
Background: Stunting is a chronic nutritional problem caused by inadequate nutritional intake for a long time since birth
which affects the growth of children. The percentage of stunting in toddlers in Indonesia in 2021 was 24,4%. The education
level of mothers and food parenting practices are indirect factors in the incidence of stunting in toddlers because they directly
affect the nutritional intake of toddlers.
Objective: This research aimed to determine the relationship between the education level of mothers and food parenting with
the incidence of stunting in toddlers in Gemolong District, Sragen Regency.
Method: This was observational research using a cross-sectional approach. The subjects were 57 toddlers from a total
population of 187 toddlers who were selected using a simple random sampling technique in 5 integrated service centres
(Posyandu). The data obtained included the characteristics of the subject, the education level of the mothers, and the food
parenting practices. Data on the education level of mothers and food parenting practice were obtained using a questionnaire
consisting of 28 question items (r=0,968). The nutritional status data were obtained through anthropometric measurements,
while the data analysis performed was the Chi-Square tests.
Result: The results showed that the percentage of stunting in toddlers was 15.8%. Mothers with a basic level of education
(no school, elementary school, junior high school) was 26.3%. Food parenting in the less category was 54.4%. Based on the
relation test between the mother’s education and food parenting, each value of p=0,427 and p=0,718.
Conclusion: Mother’s education level and food parenting do not correlate with the incidence of stunting in toddlers. The
Sragen District Health Office and the Gemolong Health Center are expected to rectify the behavior of food parenting for
mothers of toddlers to prevent stunting in the future caused by poor food parenting.

Keywords: Food parenting; Mother education level; Stunting.

ABSTRAK
Latar Belakang: Stunting merupakan masalah gizi kronis yang disebabkan oleh pemenuhan kebutuhan gizi tidak adekuat
dalam jangka waktu lama sejak awal kelahiran yang memengaruhi pertumbuhan anak. Persentase stunting pada balita di
Indonesia pada tahun 2021 sebesar 24,4%. Tingkat pendidikan ibu dan pola asuh gizi sebagai faktor tidak langsung dalam
kejadian stunting pada balita, dikarenakan hal tersebut memengaruhi secara langsung asupan gizi balita.
Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara tingkat pendidikan ibu dan pola asuh gizi dengan
kejadian stunting pada balita di Kecamatan Gemolong, Kabupaten Sragen.
Metode: Jenis penelitian ini adalah penelitian observasional dengan pendekatan cross sectional. Subjek dalam penelitian ini
berjumlah 57 balita dari total populasi sebanyak 187 balita yang dipilih menggunakan teknik simple random sampling di 5
posyandu. Data yang dikaji meliputi karakteristik subjek, tingkat pendidikan ibu dan pola asuh gizi. Data pendidikan ibu dan
pola asuh gizi diperoleh dengan menggunakan kuesioner yang terdiri dari 28 item pertanyaan (nilai r=0,968). Status gizi
diperoleh dengan pengukuran antropometri yaitu mengukur tinggi badan dan berat badan. Analisis data dengan uji Chi-
Square.
Hasil: Hasil penelitian menunjukkan bahwa persentase balita stunting sebesar 15,8%. Ibu dengan pendidikan rendah (Tidak
sekolah, SD, SMP) sebesar 26,3%. Pola asuh gizi kategori kurang sebesar 54,4%. Dari uji hubungan tingkat pendidikan ibu
dan pola asuh gizi masing-masing nilai p=0,427 dan p=0,718.
Simpulan: Tingkat pendidikan ibu dan pola asuh gizi tidak berhubungan dengan kejadian stunting pada balita. Dinas
Kesehatan Sragen dan Puskesmas Gemolong diharapkan dapat memperbaiki perilaku pola asuh gizi ibu balita untuk
mencegah terjadinya stunting di masa kedepannya yang diakibatkan oleh pola asuh gizi seimbang kurang baik.

Kata Kunci : Pola asuh gizi; Stunting; Tingkat pendidikan ibu.

Copyright 2023, P-ISSN: 2337-6236; E-ISSN: 2622-884X


Journal of Nutrition College, Volume 12, Nomor 1, Tahun 2023, 34

PENDAHULUAN gizi yang kurang baik terhadap kejadian stunting pada


Stunting merupakan masalah gizi yang balita, hal itu dipengaruhi peran ibu dalam memberikan
berhubungan dengan pertumbuhan tinggi badan yang kebutuhan asupan gizi balita tidak terpenuhi dalam
terhambat karena ketidakcukupan pemenuhan kurun waktu yang lama.8
kebutuhan gizi dalam waktu yang berlangsung cukup Pola asuh gizi adalah bentuk praktik pengasuhan
lama, diketahui dari panjang atau tinggi badan menurut yang diterapkan ibu kepada anak yang berkaitan
umur (TB/U) dengan hasil nilai z-score <-2 standar dengan pola konsumsi makan, penyiapan makanan,
deviasi (SD).1 Dari hasil Riset Kesehatan Dasar keamanan bahan makanan dan kebiasaan makan.
(Riskesdas) tahun 2018 menunjukkan besaran Status gizi balita dipengaruhi oleh pola asuh gizi yang
persentase kejadian stunting yaitu 30,8%. Diketahui tidak baik apabila berlangsung dalam waktu lama.9
dari persentase tersebut sebanyak 19,3% anak bertubuh Hasil penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa
pendek dan sebanyak 11,5% kategori sangat pendek. sikap dan perilaku ibu masih kurang dalam
Dari data Status Survei Gizi Indonesia (SSGI) pada melaksanakan pola asuh gizi kepada balita akibat
tahun 2021 di Indonesia mencapai persentase kejadian masih rendah pengetahuan ibu balita, sehingga
stunting sebesar 24,4%, hasil tersebut lebih baik karena pemberian dan praktik konsumsi makan balita tidak
terdapat penurunan persentase dari hasil survei pada terpenuhi dan tidak beraneka ragam jenis yang
tahun 2013 (37,2%), 2018 (30,8%), 2019 (27,7%) dan diberikan.10 Di Kecamatan Gemolong Kabupaten
2020 (26,9%).2 Persentase stunting di Indonesia masih Sragen terdiri dari 14 wilayah kelurahan, didapatkan
tergolong tinggi, hal itu diketahui dari target global persentase tertinggi stunting yaitu di Desa Kaloran
prevalensi stunting melebihi 20% diatas standar sebesar 23%. Hasil persentase data stunting Desa
WHO.3 Kaloran di Puskesmas Gemolong, sebanyak 15,5%
Stunting dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor kategori pendek dan sebanyak 7,5% kategori sangat
diantaranya faktor langsung dan tidak langsung, faktor pendek. Dilihat dari permasalahan stunting di Desa
langsung seperti berat badan lahir rendah (BBLR), Kaloran sehingga peneliti ingin meneliti lebih lanjut
penyakit infeksi seperti infeksi saluran pernapasan akut hubungan antara pendidikan ibu dan pola asuh gizi
(ISPA), diare, konsumsi makanan berupa asupan dengan kejadian stunting pada balita.
energi dan protein yang rendah. Sedangkan faktor tidak
langsung seperti pola asuh kurang baik, pelayanan METODE
kesehatan berupa status imunisasi tidak lengkap, serta Penelitian ini bersifat kuantitatif dengan jenis
karakteristik keluarga berupa penghasilan orang tua penelitian yang digunakan adalah observasional
rendah, pendidikan orang tua dan tingkat status dengan pendekatan cross sectional. Pelaksanaan
ekonomi keluarga rendah.4 Dampak dari kejadian penelitian dilakukan dari bulan September 2021 hingga
stunting dibagi menjadi 3 yaitu dampak jangka pendek, bulan Mei 2022. Pelaksanaan penelitian sudah
menengah dan panjang. Dampak stunting jangka mendapat izin dan disetujui oleh Komite Etik Fakultas
pendek meliputi peningkatan morbiditas, Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta
perkembangan kognitif maupun motorik yang No.4256/B.1/KEPK-FKUMS/IV/2022. Total
terhambat, apabila berlanjut dalam waktu yang cukup keseluruhan populasi balita di Desa Kaloran dalam
lama akan menyebabkan penurunan prestasi sekolah penelitian ini berjumlah 187 balita. Populasi penelitian
anak, dan apabila keadaan stunting berdampak dalam diambil dari total balita di 5 posyandu di Desa Kaloran,
jangka waktu yang panjang dapat berisiko penyakit kemudian dilakukan pengambilan sampel dengan
degeneratif seperti diabetes melitus, obesitas, stroke, teknik simple random sampling menggunakan rumus
penyakit jantung dan dapat memengaruhi penurunan RAND dari Microsoft Excel. Jumlah subjek penelitian
pendapatan ekonomi.5 sebanyak 57 balita di Desa Kaloran, Kecamatan
Pendidikan ibu yang rendah berhubungan Gemolong, Kabupaten Sragen. Penelitian ini hanya
dengan pengetahuan, praktik pengasuhan anak dan melibatkan subjek yang diasuh oleh ibunya sendiri
pemberian asupan makan anak. Tingkat pendidikan ibu serta tidak memasukkan balita yang cacat fisik dan
yang rendah cenderung lebih besar berisiko memiliki balita yang mengidap penyakit infeksi kronis dari
balita stunting.6 Pola asuh gizi yang kurang baik pada kelahiran hingga penelitian ini dilakukan.
anak disebabkan karena ibu sering tidak Untuk memperoleh data tingkat pendidikan ibu
memperhatikan kecukupan asupan gizi anak dan dan pola asuh gizi didapatkan dari pengisian kuesioner
kurang memperhatikan pemberian makan anak.7 data diri responden. Data pola asuh gizi diperoleh
Terdapat hubungan yang signifikan antara pola asuh dengan kuesioner pengasuhan dan perawatan pola asuh

Copyright 2023, P-ISSN: 2337-6236; E-ISSN: 2622-884X


Journal of Nutrition College, Volume 12, Nomor 1, Tahun 2023, 35

gizi serta higiene sanitasi yang terdiri dari 28 item hubungan antar variabel menggunakan uji Chi-Square
pertanyaan favorable dalam bentuk skala likert. Data dengan derajat kepercayaan 95% (p < 0,05).
stunting dengan perhitungan indikator TB/U dilakukan
menggunakan alat microtoice untuk mendapatkan data HASIL
tinggi badan balita. Tingkat pendidikan ibu Karakteristik Balita dan Ibu Balita
diklasifikasikan menjadi 2 yaitu kategori rendah (Tidak Penelitian dilaksanakan di Desa Kaloran,
sekolah, SD, SMP) dan kategori tinggi (SMA, Kecamatan Gemolong, Kabupaten Sragen, Jawa
Diploma, Sarjana). Pola asuh gizi dikategorikan Tengah. Terdapat 57 balita yang menjadi subjek
berdasarkan nilai mean, apabila hasil nilai < 81,67 penelitian. Berdasarkan Tabel 1, hasil persentase jenis
kategori kurang dan nilai ≥ 81,67 kategori baik. kelamin balita laki-laki sebesar 52,6%, usia balita
Analisis dan pengolahan data menggunakan software paling banyak usia 36-47 bulan sebesar 50,9%,
IBM SPSS Statistics v28 berpusat di New York, kategori usia 26-35 tahun sebesar 56,1% dan
Amerika Serikat. Analisis statistik dalam mengetahui pendidikan ibu kategori tinggi sebesar 73,7%.

Tabel 1. Distribusi Karakteristik Balita dan Ibu Balita


Karakteristik n %
Jenis kelamin balita
Laki-laki 30 52,6
Perempuan 27 47,4
Usia Balita
24-35 bulan 26 45,6
36-47 bulan 29 50,9
48-59 bulan 2 3,5
Usia ibu balita
17-25 tahun 4 7,1
26-35 tahun 32 56,1
36-45 tahun 21 36,8
Pendidikan Ibu
Rendah 15 26,3
Tinggi 42 73,7

Berdasarkan deskripsi diperoleh jenis kelamin mengalami malnutrisi pada janin hingga berdampak
didominasi laki-laki, tetapi hal tersebut tidak keguguran serta keterlambatan saat pertumbuhan
mengakibatkan perbedaan kebutuhan asupan zat gizi balita.14 Penelitian yang dilakukan ini sejalan dengan
yang diperlukan anak balita yang berjenis kelamin penelitian Purwanti yang pernah dilakukan di
perempuan maupun laki-laki karena keduanya Kabupaten Brebes bahwa kategori usia ibu kelahiran
termasuk dalam pertumbuhan, sehingga pertumbuhan didominasi rentang usia 26-35 tahun. Usia ibu akan
keduanya cenderung sama.11 Penelitian yang pernah memengaruhi daya tangkap dan pola pikir seseorang
dilakukan di Kota Makassar menyebutkan ibu kategori terhadap informasi yang diberikan, usia juga menjadi
usia 17-25 tahun paling banyak memiliki balita faktor penentu dalam tingkat pengetahuan,
stunting, hal itu dikarenakan usia ibu terlalu dini dan pengalaman, keyakinan dan motivasi, sehingga umur
kurangnya wawasan pengetahuan.12 Penelitian yang memengaruhi perilaku.15 Sedangkan penelitian yang
pernah dilakukan di Kabupaten Jember menyebutkan dilakukan Hidayat et al, menyimpulkan tingkat
ibu kategori usia 26-35 tahun merupakan usia ibu yang pendidikan ibu tinggi relatif lebih banyak didapatkan di
matang akan memiliki kesungguhan dalam merawat, wilayah kerja Puskesmas Sidemen Karangasem, bahwa
mengasuh dan membesarkan anak yang akan tingkat pendidikan tinggi memiliki risiko memiliki
memengaruhi kelangsungan hidup anaknya.13 Berbeda balita stunting dibandingkan dengan ibu yang tingkat
dengan penelitian lainnya di wilayah kerja Puskesmas pendidikan rendah.16
Jetis II pada kategori ibu usia 36-45 tahun lebih
beresiko memiliki balita stunting, hal tersebut Deskripsi Pola Asuh Gizi, Kejadian Stunting dan
dipengaruhi oleh sistem reproduksi wanita yang sudah Distribusi Hasil Pola Asuh Gizi
mulai lambat dalam pertumbuhan sehingga mengalami Berdasarkan Tabel 2, hasil persentase pola asuh
penurunan kinerja, pada masa kehamilan rentan gizi kategori kurang sebesar 54,4% dan kategori baik

Copyright 2023, P-ISSN: 2337-6236; E-ISSN: 2622-884X


Journal of Nutrition College, Volume 12, Nomor 1, Tahun 2023, 36

sebesar 45,6%. Kejadian stunting pada balita sebagian sesuai kebutuhan masih menjadi hal yang perlu
besar kategori normal sebesar 84,2% dan kategori diperhatikan karena masih tergolong paling tinggi
stunting sebesar 15,8%. Berdasarkan Tabel 3, sebesar 15,3% dan paling sedikit pada indikator
menunjukkan bahwa pemenuhan kebutuhan gizi anak pemberian bumbu tambahan sebesar 5,8%.

Tabel 2. Distribusi Variabel Pola Asuh Gizi dan Kejadian Stunting


Variabel n %
Pola Asuh Gizi
Kurang 31 54,4
Baik 26 45,6
Kejadian Stunting
Stunting 9 15,8
Normal 48 84,2

Tabel 3. Distribusi Hasil Pola Asuh Gizi


Item Pola asuh gizi jarang
Domain Indikator pertanyaan atau hampir tidak
F UF pernah (%)
Pemberian ASI 1,2 - 9,4
Pemberian MP-ASI 3,4,5,6 - 7,3
Konsep Dasar
Pemenuhan kebutuhan
Pola Asuh Gizi 8,9,10,12,
gizi anak sesuai - 15,3
21,22,24
kebutuhan
Pengolahan dan 11,20,23,25,
penyajian makanan - 10,7
26
Pemberian Makanan
Perawatan dan Tambahan (PMT) dan 7,19 - 9,5
Pengasuhan Selingan
Pola Asuh Gizi Pemberian bumbu
27 - 5,8
tambahan
Pemantauan dan
pengawasan makan 28 - 8,5
anak
Mencuci tangan
sebelum makan 15,18 - 11,2
Sanitasi dan Memperhatikan
Higiene Pola kebersihan 13,16 - 7,6
Asuh Gizi
Perilaku hidup bersih
14,17 - 9,3
dan sehat
F (Favorable) merupakan pertanyaan yang bersifat positif. UF (Unfavorable) merupakan pertanyaan yang
bersifat negatif.

Pola asuh gizi masih sebagian besar kategori yang menjadi perhatian yaitu pemenuhan kebutuhan
kurang, sejalan dengan penelitian yang pernah gizi anak sesuai kebutuhan (Tabel 3), penelitian serupa
dilakukan sebelumnya yang menyebutkan terdapat yang dilakukan menyebutkan gizi seimbang
pengaruh status gizi balita yang bisa menyebabkan memengaruhi pertumbuhan balita karena asupan
stunting akibat masih kurangnya pemenuhan gizi makanan yang cukup menjadikan balita mempunyai
seimbang yang berlangsung dalam kurun waktu lama.17 energi yang cukup dan ketahanan tubuh yang maksimal
Persentase stunting pada penelitian ini sudah baik yang sehinggal tidak mudah sakit.19
ditunjukkan masih sesuai dengan target nasional dan
standar WHO yaitu tidak melibihi 20%. Penelitian ini Hubungan Tingkat Pendidikan Ibu dan Pola Asuh
serupa juga pernah dilakukan di Kecamatan Kuala Gizi dengan Kejadian Stunting
Pesisir Kabupaten Nagan Raya menyebutkan hasil Pada Tabel 4 akan disajikan distribusi frekuensi
persentase kejadian stunting dibawah 15%.18 Indikator dari hubungan tingkat pendidikan ibu dan

Copyright 2023, P-ISSN: 2337-6236; E-ISSN: 2622-884X


Journal of Nutrition College, Volume 12, Nomor 1, Tahun 2023, 37

pola asuh gizi dengan kejadian stunting. Hasil sebesar 18,6% dibandingkan dengan ibu yang
penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat pendidikan berpendidikan rendah sebesar 7,1%. Balita stunting
ibu dan pola asuh gizi tidak terdapat hubungan yang pada pola asuh gizi kategori baik lebih banyak yaitu
signifikan dengan kejadian stunting. Balita stunting sebesar 19,2%, sedangkan pola asuh gizi kategori
didominasi pada ibu yang tingkat pendidikan tinggi kurang didapat balita stunting sebesar 12,9%.

Tabel 4. Hubungan Pendidikan Ibu dan Pola Asuh Gizi dengan Kejadian Stunting
Kejadian Stunting
Total
Variabel Stunting Normal Nilai p
N (%)
n (%) n (%)
Pendidikan Ibu
Rendah 1 (7,1) 13 (92,9) 14 (100)
Tinggi 8 (18,6) 35 (81,4) 43 (100) 0,427

Pola Asuh Gizi


Kurang 4 (12,9) 27 (87,1) 31 (100)
Baik 5 (19,2) 21 (80,8) 26 (100) 0,718

PEMBAHASAN yang signifikan terhadap kejadian stunting pada balita,


Usia balita yang mengalami stunting lebih rentan hal itu disimpulkan jika tingkat pendidikan ibu yang
mengalami stunting pada usia 24-47 bulan yang rendah apabila terbiasa mengikuti kegiatan posyandu
diakibatkan karena masalah gangguan asupan gizi dan penyuluhan gizi balita akan mampu mendapatkan
kronis yang berlangsung dalam kurun waktu yang pengetahuan yang cukup dan bisa mengasuh anak
lama, sehingga dampak pada tahapan kelompok usia dengan baik.24
ini lebih dominan dibandingkan dengan usia di Pendidikan ibu berkaitan dengan status gizi anak
bawahnya yakni 12-24 bulan dan sesudahnya yakni 48- yang didasari oleh ibu yang mengasuh langsung
59 bulan.20 Penelitian ini didominasi anak usia 24-47 anaknya, termasuk dalam hal menyiapkan dan
bulan, sejalan dengan penelitian yang dilakukan Dewi pemberian makan anak. Tingkat pendidikan ibu
& Adhi bahwa anak dengan usia 24-35 bulan dan 36- memiliki dampak positif terhadap pertumbuhan anak,
47 bulan lebih rentang mengalami kejadian stunting ibu yang semakin paham tentang penting dalam
dibandingkan anak dengan umur 48-59 bulan.21 pemeliharaan kesehatan seperti pemenuhan gizi
Pendidikan ibu merupakan waktu yang ditempuh keluarga, pola asuh gizi anak dan juga pengetahuan
dalam menjalani masa pendidikan formal. Pendidikan yang baik memiliki pengaruh pola hidup sehat
ibu sebagai salah satu dari banyak faktor yang termasuk konsumsi makanan yang diberikan kepada
berpengaruh dalam pertumbuhan anak, pendidikan ibu balita.25 Tumbuh kembang balita perlu ada sebuah hal
yang baik akan dapat menerima banyak informasi dan yang mendasari pada pengasuhan anak dirumah
ilmu pengetahuan tentang kesehatan diantaranya cara dengan baik, salah satu faktornya adalah pendidikan
pengasuhan anak dengan baik, kesehatan anak, ibu. Pengetahuan ibu yang rendah disebabkan oleh
pendidikan anak, maupun yang lainnya.22,6 Hasil uji rendahnya tingkat pendidikan ibu, sehingga informasi
Chi-Square didapatkan hasil nilai p yaitu 0,427 tentang kesehatan saat ibu hamil seperti kehamilan,
(p>0,05) artinya tidak terdapat hubungan antara tingkat proses dalam kandungan, kebutuhan asupan makanan
pendidikan ibu dengan kejadian stunting pada balita di yang bergizi bagi ibu hamil, kesadaran akan
Desa Kaloran, Kecamatan Gemolong, Kabupaten pentingnya menjaga kehamilan, serta gizi seimbang
Sragen. Tingkat pendidikan ibu yang rendah tidak bagi balita supaya ketika ada hal yang tidak diinginkan
selalu memiliki balita stunting, hal itu karena ibu bisa dapat dihindari oleh ibu untuk menghindari kejadian
memperoleh pendidikan tidak formal dan rutin stunting.26
mengikuti edukasi maupun penyuluhan tentang Tingkat pendidikan ibu tinggi tidak ada
kesehatan di masa sebelum kelahiran hingga sesudah perbedaan dengan pendidikan rendah, hal ini
kelahiran anaknya. Penelitian tersebut sejalan dengan dipengaruhi karena ibu yang tingkat pendidikan rendah
penelitian sebelumnya yang menyimpulkan bahwa dalam pengasuhannya bisa lebih baik dikarenakan
tidak ada hubungan antara pendidikan ibu dengan sosial ekonomi lebih baik daripada ibu yang
kejadian stunting.23 Hal serupa dilakukan penelitian berpendidikan tinggi, sehingga asupan yang diberikan
sebelumnya yang menyatakan tidak ada hubungan kepada balita cenderung lebih baik. Senada dengan

Copyright 2023, P-ISSN: 2337-6236; E-ISSN: 2622-884X


Journal of Nutrition College, Volume 12, Nomor 1, Tahun 2023, 38

penelitian Candra di Kota Semarang menyimpulkan Kampung Tambak Lorok, Kota Semarang yang
tingkat pendidikan ibu tinggi berisiko mengalami balita menjelaskan pola asuh gizi tidak memiliki hubungan
stunting.27 Penelitian serupa juga pernah dilakukan di terhadap kejadian stunting dan tidak sebagai satu-
Mexico yang menyebutkan bahwa tingkat pendidikan satunya faktor penyebab risiko terjadinya stunting pada
ibu rendah memiliki perbedaan dengan tingkat balita. 34 Tetapi penelitian ini bertentangan dengan
pendidikan ibu yang tinggi dalam status ekonomi, penelitian lainnya yang menyimpulkan jika pola asuh
sehingga ibu dengan pendidikan yang rendah ternyata gizi oleh ibu termasuk pola asuh gizi berpengaruh pada
lebih tinggi status ekonomi dibandingkan dengan ibu kejadian stunting.35
yang berpendidikan tinggi. 28 Hal itu memengaruhi Pola asuh gizi memang di sebagian penelitian
mayoritas ibu yang berpendidikan tinggi tidak menjadi salah satu faktor yang dikaitkan dengan
melanjutkan ke jenjang lebih lanjut dikarenakan kejadian stunting, tetapi ada faktor lain atau pemicu
masalah ekonomi, yang mengakibatkan banyak terjadinya stunting lebih dulu seperti genetik,
didominasi ibu hanya selesai pada tingkatan sekolah pendapatan keluarga, jumlah anak dalam keluarga dan
menengah atas.29 Pendidikan ibu yang tinggi tidak perilaku pengasuhan ibu dalam berperan menyiapkan
selalu memiliki pengetahuan yang tinggi dibandingkan dan menyiapkan makanan untuk anaknya. Pola asuh
ibu dengan tingkat pendidikan yang rendah, sejalan gizi akan berdampak pada asupan makan balita yang
dengan penelitian yang dilakukan di Kabupaten mengakibatkan adanya perubahan pada status gizi.36,32
Maybrat bahwa pendidikan ibu yang tinggi dalam Berdasarkan kuesioner pola asuh gizi yang diambil
pengetahuan gizi seimbang serta pola asuh gizi pada pengasuhan balita 24-59 bulan, sebagian besar
pemberian makan pada balita masih kurang tepat tergolong kategori kurang dan belum menerapkan pola
sehingga dapat berperan dalam kejadian stunting pada asuh gizi yang baik seperti perawatan pengasuhan gizi
balita. Hal itu berpengaruh terhadap pola asuh gizi dari seimbang anak. Hal ini karena lokasi penelitian masih
pengasuhan yang dilakukan ibu balita.30 Akibat di atas persentase stunting yang ditetapkan dari yang
dampak perbedaan yang terjadi karena dipengaruhi ditargetkan, penanganan Kabupaten Sragen
oleh faktor pekerjaan dan sosial ekonomi keluarga.8 menargetkan prevalensi stunting turun menjadi di
Hal tersebut sesuai dengan orang tua balita Desa bawah 14% pada tahun 2024. Jika dilihat dari penilaian
Kaloran mayoritas hanya sampai sekolah menengah pola asuh gizi, dari pemberian ASI & MP-ASI, jumlah
atas dan tidak memilih melanjutkan pendidikan asupan, higiene sanitasi, jenis bahan makanan dan
dikarenakan faktor ekonomi. jadwal pematauan makan anak sudah menunjukkan
Pola asuh gizi merupakan praktik dan hasil yang baik, tetapi masih ada yang hal yang menjadi
pengasuhan orang tua dalam keluarga yang bertujuan kurang perhatian ibu balita seperti pemberian asupan
mencukupi kelangsungan hidup tumbuh kembang anak gizi seimbang. Ibu jarang memberikan sayur maupun
seperti tersedianya bahan makanan dan perawatan buah kepada anak dan jarang memberikan makanan
kesehatan maupun sanitasi kebersihan. Pola asuh gizi selingan yang cukup. Hal tersebut tentu akan
digambarkan dalam pemberian ASI, praktik pemberian berpengaruh terhadap status gizi karena
formula, praktik pemberian makanan pendamping ASI ketidakseimbangan dalam pemenuhan asupan gizi
(MP-ASI) dan pembiasaan makanan bagi balita. Pola balita. Pola asuh gizi yang baik harus mencangkup
asuh gizi didasari sebuah sikap atau praktik orang tua beberapa hal seperti kecukupan zat gizi makro dan
yang dilakukan untuk merawat pertumbuhan anak mikro, menu gizi seimbang, porsi jumlah makan,
dengan baik dari cara pemberian makan, pemilihan pengolahan dan penyajian makan, serta kebersihan
bahan makanan dan memberikan kasih sayang dalam perorangan supaya bisa memperbaiki status gizi. Selain
pengasuhannya.31 Pola asuh gizi yang tepat penting itu, kuesioner juga tidak memperhatikan beberapa
untuk mendukung pertumbuhan anak untuk mencegah variasi makanan zat gizinya. Praktik pola asuh gizi
kejadian stunting dimasa kedepan.32 Pola asuh gizi yang tepat akan tetapi variasi makanan yang masih
pada balita dapat dilihat dari segi kualitas bahan rendah seperti tidak kurang memperhatikan sumber zat
makanan, jumlah, jenis dan jadwal makan.33 gizi makro dan mikro, zat gizi makro terutama protein
Hasil penelitian ini pola asuh gizi didapatkan mempunyai peran untuk melangsungkan metabolisme
hasil nilai p yaitu 0,718 (p>0,05) artinya tidak terdapat sehingga membantu dalam zat gizi mikro menunjang
hubungan antara pola asuh gizi dengan kejadian pertumbuhan fisik balita.37
stunting pada balita di Desa Kaloran, Kecamatan Keberagaman dari jenis variasi makanan dapat
Gemolong, Kabupaten Sragen. Hasil penelitian ini dipengaruhi beberapa hal, misalnya pendapatan orang
sejalan yang dilakukan pada daerah nelayan di tua dan status ekonomi balita. Apabila pendapatan

Copyright 2023, P-ISSN: 2337-6236; E-ISSN: 2622-884X


Journal of Nutrition College, Volume 12, Nomor 1, Tahun 2023, 39

orang tua tinggi, orang tua dapat menunjang DAFTAR PUSTAKA


pemenuhan berbagai variasi makanan yang 1. Kemenkes RI. Peraturan Menteri Kesehatan
mempunyai sumber zat gizi lengkap untuk pemenuhan Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2020 : Standar
gizi balita.38 Tingginya persentase pola asuh gizi Antropometri Anak. 2020.
kategori kurang juga bisa dipantau dari kenaikan berat 2. Kemenkes RI. Launching Hasil Studi Status Gizi
badan balita (N/D) dari posyandu, hasilnya dalam 3 Indonesia (SSGI). 2021:1-14.
bulan terakhir sebelum dilakukan penelitian rata-rata 3. Kemenkes RI. Hasil Riset Kesehatan Dasar Tahun
balita naik berat badannya yaitu sebesar 61,7%, 2018. Kementrian Kesehatan RI. 2018;53(9):1689-
persentase tersebut masih di bawah standar target 1699.
indonesia sehat yaitu sebesar 80%. Hasil ini bisa 4. Ismawati R, Soeyonoa RD, Romadhoni IF,
dikaitkan apabila berat badan balita persenan tingkat Dwijayanti I. Nutrition intake and causative factor
kenaikannya masih di bawah standar target Indonesia of stunting among children aged under-5 years in
sehat, tidak menutup kemungkinan dalam jangka Lamongan city. Enferm Clin. 2020; 30 :71-74.
waktu yang lama akan dapat memperlambat https://doi.org/10.1016/j.enfcli.2019.10.043
pertumbuhan balita dikemudian hari dan akan 5. Leroy JL, Frongillo EA. Perspective: What does
memperbanyak kasus kejadian stunting kedepannya di stunting really mean? A critical review of the
Desa Kaloran. evidence. Adv Nutr. 2019;10(2):196-204.
https://doi.org/10.1093/advances/nmy101
SIMPULAN 6. Dorsey JL, Manohar S, Neupane S, Shrestha B,
Tidak ada hubungan yang signifikan antara Klemm RDW, West KP. Individual, household,
tingkat pendidikan ibu dan pola asuh gizi dengan and community level risk factors of stunting in
kejadian stunting pada balita. Sehingga pada pola asuh children younger than 5 years: Findings from a
gizi yang kurang baik akan meningkatkan risiko national surveillance system in Nepal. Matern
kejadian stunting apabila terjadi dalam waktu yang Child Nutr. 2018;14(1):1-16.
lama akibat kurang mendapat perhatian dalam https://doi.org/10.1111/mcn.12434
penangannya, baik berupa peningkatan pengetahuan 7. Widyaningsih NN, Kusnandar K, Anantanyu S.
maupun perbaikan perubahan perilaku pengasuhan ibu Keragaman pangan, pola asuh makan dan kejadian
kepada anak. Masih tingginya pola asuh gizi kategori stunting pada balita usia 24-59 bulan. Jurnal Gizi
kurang menunjukkan bahwa kejadian tersebut masih Indonesia (The Indonesian Journal of Nutrition).
menjadi permasalahan. 2018; 7(1): 22-29.
Berdasarkan hasil penelitian ini, diharapkan https://doi.org/10.14710/jgi.7.1.22-29
pihak Dinas Kesehatan dan Puskesmas dapat 8. Colo AL. Manongga SP. Factors affecting the
berkolaborasi dalam memperbaiki perilaku pola asuh event of stunting in children age to 24-59 months
gizi, sehingga dapat memengaruhi perilaku in centro saude internamento gleno, Municipiu
pengasuhan yang lebih baik dalam pemilihan bahan Ermera, Timor-Leste. KESANS Int J Heal Sci.
makanan dan pemenuhan asupan gizi untuk 2021;1(8):765-775.
mendukung pertumbuhan balita dengan berpedoman https:doi.org/10.54543/kesans.v1i8.80
gizi seimbang. Penyuluhan maupun edukasi seputar 9. Bella FD, Fajar NA, Misnaniarti M. Hubungan
pola asuh gizi seimbang dapat diberikan oleh bidan pola asuh dengan kejadian stunting balita dari
setempat saat pelaksaan posyandu. Pemberian asupan keluarga miskin di Kota Palembang. Jurnal Gizi
gizi anak seimbang yang cukup dengan mengenalkan Indonesia (The Indonesian Journal of Nutrition).
makanan sayur dan buah akan dapat mencukupi asupan 2020;8(1):31. https://doi.org/10.14710/jgi.8.1.31-
zat gizi untuk pertumbuhan anak. 39
10. Asikin ZF, Ismail S, Utiya M. Hubungan BBLR
UCAPAN TERIMA KASIH dan pola asuh gizi dengan kejadian stunting di
Terima kasih kepada Dinas Kesehatan Desa Tabumela Kabupaten Gorontalo.
Kabupaten Sragen atas izinnya untuk melaksanakan JournalUmgoAcId. 2019; 8(2): 66-76.
penelitian, Secara khusus kepada Puskesmas https://doi/org/10.31314/mjk.8.2.66-76.2019
Gemolong, bidan Desa Kaloran dan tim enumerator 11. UNICEF. Improving Child Nutrition The
atas bantuan pengumpulan dan kerjasamanya yang Achievable Imperative for Global Progress. New
sangat baik. York; 2013. Available from:
www.unicef.org/publications/index.ht%0Aml.

Copyright 2023, P-ISSN: 2337-6236; E-ISSN: 2622-884X


Journal of Nutrition College, Volume 12, Nomor 1, Tahun 2023, 40

12. Windasari DP, Syam I, Kamal LS. Faktor kejadian pendek pada anak balita umur 24-59
hubungan dengan kejadian stunting di Puskesmas bulan di wilayah kerja puskesmas Nusa Penida III.
Tamalate Kota Makassar. AcTion Aceh Nutrition Arc. Com. Health. 2016;3(1):36-46. Available
Journal. 2020;5(1):27. from:
https://doi.org/10.30867/action.v5i1.193 https://ojs.unud.ac.id/index.php/ach/article/view/2
13. Rahman FD. Pengaruh pola pemberian makanan 1077/13856
terhadap kejadian stunting pada balita (studi di 22. Ariati LIP. Faktor-faktor resiko penyebab
wilayah kerja puskesmas Sumberjambe, Kasiyan, terjadinya stunting pada balita usia 23-59 bulan.
dan Puskesmas Sumberbaru Kabupaten Jember). Oksitosin: Jurnal Ilmiah Kebidanan.
The Indonesian Journal of Health Science. 2019;6(1):28-37.
2018;10(1):15-24. https://doi.org/10.35316/oksitosin.v6i1.341
https://doi.org/10.32528/the.v10i1.1451 23. Aprizah A. Hubungan karakteristik ibu dan
14. Sumiati S, Arsin AA, Syafar M. Determinants of perilaku hidup bersih sehat ( PHBS ) tatanan rumah
stunting in children under five years of age in the tangga dengan kejadian stunting. Jurnal Kesehatan
Bone regency. Enferm Clin. 2020;30:371-374. Saelmakers PERDANA. 2021;4(1):115-123.
https://doi.org/10.1016/j.enfcli.2019.10.103 Available from:
15. Purwanti DY, Ratnasari D. Hubungan antara https://journal.ukmc.ac.id/index.php/joh/article/vi
kejadian diare, pemberian ASI eksklusif, dan ew/70/73
stunting pada batita. Jurnal Ilmiah Gizi Kesehatan. 24. Sulistyawati A. Faktor-faktor yang berhubungan
2020; 1(02): 15-23. Available from: dengan kejadian stunting pada balita di indonesia.
http://jurnal.umus.ac.id/index.php/JIGK/article/do Jurnal Ilmu Kebidanan. 2019;5(1):21-30.
wnload/138/78 Available from:
16. Hidayat MS, Ngurah G, Pinatih I. Prevalensi https://www.researchgate.net/publication/3310882
stunting pada balita di wilayah kerja puskesmas 68
Sidemen Karangasem. E-Jurnal Medika. 25. Utami RA, Setiawan A, Fitriyani P. Identifying
2017;6(7):1-5. Available from: causal risk factors for stunting in children under
http://ojs.unud.ac.id/index.php/eum. five years of age in South Jakarta, Indonesia.
17. Amalia H, Mardiana. Hubungan pola asuh gizi ibu Enferm Clin. 2019; 29(supp2): 606-611.
dengan status gizi balita di wilayah kerja https://doi.org/10.1016/j.enfcli.2019.04.093
puskesmas Lamper Tengah Kota Semarang. JHE 26. Maywita E. Faktor risiko penyebab terjadinya
(Journal of Health Education). 2016;1(2). stunting pada balita umur 12-59 bulan di kelurahan
Available from: Kampung Baru Kecamatan Lubuk Begalung
https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/jhealthed Tahun 2015. Jurnal Riset Hesti Medan Akper
u/article/view/11745 Kesdam I/BB Medan. 2018; 3(1): 56.
18. Asmaul H, Teungku NF. Hubungan ASI eksklusif https://doi.org/10.34008/jurhesti.v3i1.24
dengan stunting pada anak balita di desa arongan 27. Candra A. Hubungan underlying factors dengan
Kecamatan Kuala Pesisir Kabupaten Nagan Raya. kejadian stunting pada anak 1-2 th. Diponegoro
2022; (2018):12-22. Journal of Nutrition and Health. 2013;1(1):1-12.
https://doi.org/10.32672/jbe.v10i1.4122 Available from:
19. Rohayati R, Aprina A. Pengaruh penyuluhan https://media.neliti.com/media/publications/89913
partisipatif untuk meningkatkan pengetahuan ibu -ID-hubungan-underlying-factors-dengan-
tentang penerapan gizi seimbang dalam kejad.pdf
penanggulangan stunting. Jurnal Kesehatan. 28. Leroy JL, Habicht JP, de Cossío TG, Ruel MT.
2021;12(2):287. Maternal education mitigates the negative effects
https://doi.org/10.26630/jk.v12i2.2830 of higher income on the double burden of child
20. Welasasih BD, Wirjatmadi RB. Beberapa faktor stunting and maternal overweight in rural Mexico.
yang berhubungan dengan status gizi balita J Nutr. 2014; 144(5): 765-770.
stunting. The Indonesian Journal of Public Health. https://doi.org/10.3945/jn.113.188474
2012;8(3):99-104. 29. Wahyuni D, Fithriyana R. Pengaruh sosial
https://doi.org/10.1080/07357900701206281 ekonomi dengan kejadian stunting pada balita di
21. Dewi IA, Adhi KT. Pengaruh konsumsi protein desa Kualu Tambang Kampar. PREPOTIF Jurnal
dan seng serta riwayat penyakit infeksi terhadap Kesehatan Masyarakat. 2020; 4(1): 20-26.

Copyright 2023, P-ISSN: 2337-6236; E-ISSN: 2622-884X


Journal of Nutrition College, Volume 12, Nomor 1, Tahun 2023, 41

https://doi.org/10.31004/prepotif.v4i1.539 gizi dengan status gizi baduta (studi di kelurahan


30. Pademme D. Gambaran kejadian stunting Langensari Kecamatan Ungaran Barat Kabupaten
berdasarkan karakteristik ibu di puskesmas aifat Semarang). Jurnal Kesehatan Masyarakat. 2018;
kabupaten Maybrat. Global Health Science. 2020; 6(5): 342-349. Available from:
5(2): 69-72. Available from: https://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm/article
http://jurnal.csdforum.com/index.php/GHS/article /download/22057/20301
/view/ghs5204/5204
31. Kementerian Kesehatan RI. Pedoman Perencanaan
Program Gerakan Sadar Gizi dalam Rangka Seribu
Hari Pertama Kehidupan (1000 HPK). 2012:42.
Available from:
https://www.gkia.org/Uploads/Materi/Filename/1
40217031357_Pedoman%20Perencanaan%20Pro
gram.pdf
32. Kullu VM, Yasnani, Lestari H. Faktor-faktor yang
Berhubungan dengan Kejadian Stunting Pada
Balita Usia 24-59 Bulan di Desa Wawatu
Kecamatan Moramo Utara Kabupaten Konawe
Selatan Tahun 2017. Jurnal Ilmiah Mahasiswa
Kesehatan Masyarakat. 2018;3(2):1-11.
33. Izhar MD. Hubungan antara pengetahuan ibu
dengan pola asuh makan terhadap status gizi anak
di Kota Jambi. Jurnal Kesmas Jambi.
2017;1(2):61-75.
https://doi.org/10.22437/jkmj.v1i1.6531
34. Mutiara S, Asri P, Rahfiludin MZ. Hubungan
karakteristik keluarga kurang mampu dengan
kejadian stunting pada balita di kota Semarang.
Jurnal Manajemen Kesehatan Indonesia.
2018;6(3):187-194.
https://doi.org/10.14710/jmki.6.3.2018.187-194
35. Sari HP, Natalia I, Sulistyaning AR, Farida F.
Hubungan keragaman asupan protein hewani, pola
asuh makan, dan higiene sanitasi rumah dengan
kejadian stunting. Journal of Nutrition College.
2022;11(1):18-25.
https://doi.org/10.14710/jnc.v11i1.31960
36. Syabandini IP, Pradigdo SF, Suyatno S &
Pangestuti DR. Faktor risiko kejadian stunting
pada anak usia 6-24 bulan di daerah nelayan (studi
case-control di kampung Tambak Lorok,
Kecamatan Tanjung Mas, Kota Semarang). Jurnal
Kesehatan Masyarakat. 2018;6(1):496-507.
https://doi.org/10.14710/jkm.v6i1.19953
37. Ningtias OL, Solikhah U. Perbedaan pola
pemberian nutrisi pada balita dengan stunting dan
non-stunting di Desa Rempoah Kecamatan
Baturaden. Jurnal Ilmu Keperawatan Anak.
2020;3(1):1-8.
https://doi.org/10.32584/jika.v3i1.529
38. Yuliawati DK, Pangestuti DR, Suyatno S.
Hubungan Pola pemberian mp-asi dan pola asuh

Copyright 2023, P-ISSN: 2337-6236; E-ISSN: 2622-884X

You might also like